Anda di halaman 1dari 5

Pendekatan Historis

Sejarah atau histories adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang dan pelaku dari peristiwa tersebut.

Melalui pendekatan sejarah seorang diajak menukik dari alam idialis kealam yang bersifat
empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau
keselarasan antara yang terdapat dalam alam idialis dengan yang ada dalam alam empiris dan
historis.

Pendekatan kesejarahan ini amat dibutuhkan dalam memahami agama, karena agama itu sendiri
turun dalam situasi yang kongkrit bahkan berkaitan dengan kondisi sosial kemasyarakatan.
Dalam hubungan ini kuntowijaya telah melakukan studi yang mendalam terhadap agama yang
yang dalam hal ini islam menurut pendekatan sejarah. Ketika ia mempelajari alquran, ia sampai
pada suatu kesimpulan bahwa pada dasarnya kandungan alquran itu terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama berisi konsep-konsep dan bagian kedua berisi kisah-kisah seejarah dan
perumpamaan.

Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang sebenarnya
berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. Dari sini, maka seseorang tidak akan memahami
agama keluar dari konteks historisnya karena pemahaman demikiian itu akan menyesatkan orang
yang memahaminya.seseorang yang ingin memahami alquran secara benar misalnya, yang
bersangkutan harus mempelajari sejarah turunya alquran atau kejadian kejadian yang mengiringi
turunya alquran yang selanjutnya disebut sebagai ilmu Asbab an Nuzul (ilmu tentang sebab
sebab turunya ayat ayat alquran) yang pada intinya berisi sejarah turunya ayat alquran. Dengan
ilmu asbabun Nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui hikmah yang terkandung dalam suatu
ayat yang berkenan dengan hukum tertentu dan ditujukan untuk memelihara syariat dari
kekeliruan memahaminya.[9]

Dengan menggunakan pendekatan sejarah ada lima teori yang bisa digunakan, yaitu:

1. Idealisme approach
Adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan
mempercayai secara penuh fakta yang ada tanpa keraguan.

2. Reductionalist approach

Adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan menafsirkan fakta sejarah dengan penuh
keraguan.

3. Diakronik

Adalah penelusuran sejarah dan perkembangan satu fenomena yang sedang diteliti.

4. Sinkronik

Adalah kontekstualisasi atau sosiologis kehidupan yang mengitari fenomena yang sedang diteliti.

5. Teori

Adalah sistem nilai atau budaya.

Sang tokoh dan budaya dimana dia hidup. Pada penelitian diakronik, sinkronik dan teori adalah
penelitian yang menulusuri latar belakang dan perkembangan fenomena yang lengkap dengan
sejarah sosio-historis dan nilai budaya yang mengitarinya.[10]

d) Pendekatan Politis
Secara harfiah, politik dapat diartikan sebagai usaha atau rekayasa yang diatur sedemikian rupa
dalam rangka mencapai tujuan. Dengan pengertian ini politik yang dalam bahasa arabnya dikenal
dengan istilah al-siyasah berlaku pada semua aspek kehidupan seperti pendidikan, keluaraga,
ekonomi, budaya, keagamaan, dan lain sebagainya. Dalam perkembangan selanjutnya, politik
sering dikaitkan dengan urusan pemerintahan tersebut, tampakmya yang paling menonjol
dibandingkan dengan pengertian politik lainya.

Persoalan selanjutnya, apakah politik yang menentukan corak pendidikan, atau sebaliknya yang
menentukan corak politik dalam kaitan ini terdapat perdebatan dikalangan para ahli. Hasan lang
gulung, mislnya: lebih melihat bahwa politiklah yang menentukan corak pendidikan. Ketika
berbicara mengenai asas asas pendidikan hasanlanggulung berpendapat bahwa bahwa politik
berfungsi memberi bingkai idiologi (kaidah) dari mana ia bertolak untuk mencapai tujuan yang
dicita citakan dan rencana yang telah dibuat. Dengan demikian politik berperan sebagai cita-cita
dan pandangan hidup yang mengarahkan gerak langkah pendidikan. Politik yang bersifat
demokratis akan mewarnai pelaksanaan pendidikan yang emokratis. Sebaiknya, politik yang
bercorak otoriter totaliter akan mempengarui pelaksanaa pendidikan yang bercorak totaliter dan
otoriter pula.

Dalam sejarah islam, hububgab antara pendidikan dengan politik juga dapat dilacak pada masa-
masa pertumbuhan paling subur dalam lembaga-lembaga pendidikan islam, semacam marasah
sepanjang sejarah terdapat hubungan yang amat erat antara pendidikan dengan politik.
Kenyataan ini, misalnya, dapat dilihat dari pendirian bayak madrasah di timur tengah yang
disponsori oleh penguasa publik. Contoh paling terkenal dalam hal ini adalah madrasah
Nishamiyah di Bagdad yang didirikan sekitar tahun1064 M oleh Wazir Nizham Dinasti saljuk,
Nizam al-Mulk, di madrasah ini terkenal adanya seorang pemikir bsar al-ghozali yang menjadi
salah seorang mahagurunya.

Siknifikansi dan implikasi politik dan pengembangan madrasah atau pendidikan islam, pada
umumnya, bagi para penguasa muslim sudah jelas. Madrasah-madrasah tersebut didirikan untuk
menunjang kepentingan-kepentingan politik tertentu dari penguasa muslim, diantaranya untuk
menciptakan dan memperkokoh citra penguaa sebagai orang orang yang mempunyai kesalehan,
minat, dan kepedulian kepada kepentingan umat, dan ini lebih penting lagi sebagai pembeda
antara ortodoksi dan lainya. Semua ini, menurut Azyumardi Azra, pada giliranya akan
memperkuat legitimasi penguasa berkaitan dengan rakyat yang mereka pimpin.[11]
IV. Kesimpulan

Pendekatan teologis sangat erat kaitanya dengan pendekatan normatif, dan bisa dikatakan sama
yaitu suatu pendekatan pendekatan yang memandang agama dari segi ajaranya yang pokok dan
asli dari tuhan yang didalamnya belum terdapat penalaran pemikiran manusia.

Pendekatan antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran
agama terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan lewat bantuan ilmu antropologi
dengan cabang-cabangnya.

Sejarah atau histories adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan
memperhatikan unsure tempat, waktu,objek, latar belakang dan peleku dari peristiwa tersebut.

Pendekatan secara politis mempunyai siknifikasi dan implikasi politik untuk menunjang
kepentingan kepentingan politik tertentu dari penguasa muslim, diantaranya untuk menciptakan
dan memperkokoh citra penguasa sebagai orang orang yang mempunyai kesalehan minat dan
kepedulian kepada kepentingan umat, dan lebih penting lagi sebagai pembeda antara ortodoksi
dan lainya.

V.Penutup

Demikian makalah yang dapat kami susun. Tentunya dalam penguraian di atas masih banyak
pengurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan. Untuk itu apabila dalam pembuatan makalah ini
terdapat kesalahan dalam uraian, kami mohon maaf yang sebesar besarnya. Akhirnya semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan bagi para para pembaca
umumnya amin.
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin, Metodologi studi islam, (Jakarta :rajawali pers, 2009).

Nata, Abudin, Ilmu pendekatan islam dengan pendekatan multidisipliner, (Jakarta : raja grafindo
persada).

Nata, Abudin, peta keragaman pemikiran islam di Indonesia, (Jakarta :rajagrafindo, 2001).

Nasution, Khoirudin, Pengantar studi islam, (yogyakarta: ACAdeMIA+TAZZAFA, 2009

M.echols, John, kamus ingris Indonesia,(Jakarta :gramedia, 1979).

Connoly, Peter, Aneka pendekatan studi agama,( Yogyakarta :PT lkis, 2009),

[9] Abuddin nata, metodologi studi islam, (Jakarta : 2008), halm. 35-38.

[10] Khoirudin, nasution, pengantar studi islam, (yogyakarta :2009), hlm.223-224.

[11] Abuddin nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: 2008).
Halm.295-298.

Anda mungkin juga menyukai