Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA 1

“ASKEP JIWA IBU HAMIL DAN TUMBUH KEMBANG ANAK”

Kelompok 2 :
NUR FITRI ANRIANI
MONALIZA HERIANTI KENDE
VERANDA SALSABILLA TUMBELAKA
MARIA MAGDALENA UDANG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan kasih-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Askep jiwa ibu hamil dan tumbuh kembang
anak ”.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Askep jiwa ibu hamil dan tumbuh kembang anak.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari apa yang kami inginkan. Untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan untuk
dapat memperbaiki makalah ini di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami dan orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan bagi kalian
yang membaca makalah kami ini.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Kehamilan

Menurut Westa dkk (2019) kehamilan adalah suatu proses yang normal akan tetapi kebanyakan
wanita akan mengalami perubahan baik dari segi psikologis maupun emosional selama
kehamilan.Sedangkan menurut Rima (2015) , pada trimester I kehamilan ditandai dengan reaksi
tubuh berupa mual diwaktu pagi, ketegangan payudara, perubahan fisik, seksual, diet,
pergerakan, peningkatan ukuran perut dan payudara. Pada keadaan emosi terjadi secara
berfluktuasi, periode ini faktor resiko terjadinya gangguan psikologis misalnya reaksi terhadap
kehamilannya, pengalaman kehamilan sebelumnya yang tidak menyenangkan, kehamilan yang
motivasinya tidak jelas, kurangnya dukungan keluarga dan perubahan gaya hidup, semuanya
tampak pada minggu I dan II pada kehamilan dan berakhir pada minggu X dan XII.Pada
trimester II, dilanjutkan dengan perubahan emosional hanya sedikit, dan berpusat pada kesan
tubuh, seksual dan janin yang sementara dikandungnya.Kemudian, pada trimester III, reaksi
emosi meningkat kembali pada saat yang sama terjadi perasaan fisik yang kurang nyaman secara
akut. Perhatian juga berubah pada hal finasial, persiapan ruang bayi, perlengkapan bayi sampai
pada pengasuh serta kapasitas sebagai orang tua.

B. Perubahan dan Adaptasi Psikologis selama Masa Kehamilan

Menurut Mulyanti dkk (2019) perubahan dan adaptasi psikologis selama masa kehamilan terdiri
dari:

a. Perubahan Peran Selama Kehamilan

Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan psikologis dan
pada saat ini pula wanita akan mencoba untuk beradaptasi terhadap peran barunya melalui
tahapan sebagai berikut :

1. Tahap Antisipasi

Dalam tahap ini wanita akan mengawali adaptasi perannya dengan merubah peran sosialnya
melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus kehamilan) dan informal melalui model
peran (role model). Meningkatnya frekuensi interaksi dengan wanita hamil dan ibu muda lainnya
akan mempercepat proses adaptasi untuk mencapai penerimaan peran barunya sebagai seorang
ibu.

2. Tahap Honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)

Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan cara mencoba menyesuaikan
diri. Secara internal wanita akan mengubah posisinya sebagai penerima kasih sayang dari ibunya
menjadi pemberi kasih sayang terhadap bayinya.
3. Tahap Stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)

Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu titik stabil dalam
penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktivitas-aktivitas yang bersifat positif dan
berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu tentang informasi seputar persiapan
kelahiran, cara mendidik dan merawat anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi
kesehatan keluarga.

4. Tahap Akhir (perjanjian)

Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia tetap mengadakan
“perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin “menepati janji” mengenai
kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia buat berkaitan dengan apa yang akan ia perankan
sejak saat ini sampai bayinya lahir kelak.

b. Perubahan psikologis selama kehamilan

1. Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian) :

a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya.
b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan. Bahkan kadaang ibu
berharap agar dirinya tidak hamil saja.
c. Ibu akan selalu mencaari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini dilakukan
sekedar untuk meyakinkan dirinya.
d. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian dengan
seksama.
e. Oleh karena perutnya, masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakannya.
f. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.

2. Perubahan Psikologis Trimester II (Periode kesehatan yang baik)

a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
b. Ibu sudah dapaat menerima kehamilan.
c. Merasakan gerakan anak.
d. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
e. Libido meningkat.
f. Menuntut perhatian untuk cinta.
g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
h. Hubungan seksual meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain yang
baru menjadi ibu.
i. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan untuk
peran baru.
3. Perubahan Psikologis Trimester III (penantian dengan penuh kewaspadaan)
a) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.
b) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
c) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan
keselamatannya.
d) Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang
mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
e) Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
f) Merasa kehilangan perhatian.
g) Perasaan mudah terluka atau sensitif.
h) Libido menurun.

C. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis Kehamilan

Ibu yang sedang hamil, pasti akan mengalami berbagai macam perubahan bukan hanya
perubahan secara fisik namun juga secara psikologis. Jangan heran jika ibu yang hamil
tiba tiba menangis atau marah. Ini terjadi karena adanya perubahan hormonal yang lazim
dialami oleh ibu-ibu yang sedang hamil. Untuk itu ibu-ibu yang kini sedang mengandung
buah hati, harus selalu menjaga kondisi psikologisnya agar tetap baik dan seimbang. Jika
kondisi psikologis sang ibu baik pastinya sang ibu akan lebih tenang atau rileks saat
menjalani masa-masa kehamilannya.

Berikut beberapa cara yang dapat menyeimbangkan kondisi psikologis saat ibu sedang
mengandung:

1) Informasi

Cari informasi seputar kehamilan terutama mengenai perubahan yang terjadi dalam diri ibu
termasuk hal-hal yang perlu dihindari saat sedang mengandung agar janin tumbuh sehat.
Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa
mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai perubahan yang
terjadi.

2) Komunikasi dengan suami

Bicarakan perubahan yang terjadi selama hamil dengan sang suami, sehingga ia juga tahu
dan dapat memaklumi perubahan yang terjadi. Apabila sudah dikomunikasikan, sang suami
akan memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan.

3) Rajin check-up

Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya
mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter atau bidan.
4) Makan

Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan
janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan
yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan
bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas
buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan
otak janin.
5) Jaga penampilan

Perhatikanlah penampilan fisik dengan menjaga kebersihan dan berpakaian yang sesuai
dengan kondisi badan yang sedang berbadan dua. Jangan lupa untuk melakukan latihan
fisik ringan, seperti berenang atau jalan kaki ringan untuk memperlancar persalinan.

6) Kurangi kegiatan

Lakukanlah penyesuaian kegiatan dengan kondisi fisik saat hamil. Memasuki masa
persalinan, ibu hamil dan suami harus sudah siap dengan berbagai perubahan yang akan
terjadi setelah kelahiran sang bayi.

7) Dengarkan musik

Upayakan berbagai cara agar terhindar dari stres. Atasilah kecemasan maupun emosi
negative lainnya dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian,
berzikir, yoga atau relaksasi lainnya.

8) Senam hamil

Bergabunglah dengan kelompok senam hamil sejak usia kandungan menginjak usia 5-6
bulan. Jangan lupa untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter kandungan. Senam
hamil tidak hanya bermanfaat melatih otot-otot yang diperlukan dalam proses persalinan,
melainkan juga memberi manfaat psikologis. Pertemuan sesama calon ibu biasanya diisi
dengan acara berbagi pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran positif. Melalui
kegiatan itu pula secara perlahan kesiapan psikologis calon ibu dalam menghadapi
persalinan menjadi semakin mantap.

9) Latihan pernafasan

Lakukanlah latihan relaksasi dan latihan pernapasan secara teratur. Latihan ini
bermanfaat untuk ketenangan dan kenyamanan sehingga kondisi psikologis bisa lebih
stabil.

D. Masalah Emosi Selama Kehamilan

Menurut Hasanah (2014) , kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,
perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian
besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan merupakan peristiwa kodrat yang harus dilalui
tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan
selanjutnya.Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kegiatan
sosial ( keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati) pada wanita hamil
dan dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber daya (tenaga ahli), cara penyelesaian
persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri dan asuhan neonatal)
E. Gangguan Jiwa pada Kehamilan

Gangguan jiwa pada kehamilan menurut Rina (2015) antara lain:

a. Gangguan kecemasan secara menyeluruh

gemetar, gugup, gelisah, cepat lelah; gejala hiperaktifitas otonom misalnya : nafas pendek,
palpitasi, keringat, kaki dan tangan dingin, pusing, mual, gangguan menelan, kewaspadaan yang
berlebihan, perasaan terancam, iritabel, insomnia.

b. Gangguan Panik

Gejala yang dialami selama serangan panik : nafas pendek, rasa tercekik, jantung berdebar-
debar, telinga mendengung, mata kabur / berkunang, perasaan gatal, takut mati dan kehilangan
kontrol.

c. Gangguan obsesif kompulsif

Gangguan ini ditandai oleh dorongan dan obsesi berulang yang cukup berat dan menyebabkan
tekanan emosi yang nyata. Obsesi adalah ide yang menetap, pikiran atau impuls yang tidak
masuk akal,misalnya keinginan. Kompulsi adalah tingkah laku yang berulang-ulang yang
dilakukan sebagai respon atas obsesi. Tingkah laku kompulsif dan pikiran obsesif menyebabkan
tekanan mental yang nyata pada wanita hamil.

F. Tanda dan Gejala psikologis pada ibu hamil

Tanda dan gejala menurut Oli (2015) dan Rahmawati (2017) antara lain :

- kehabisan tenaga atau kebanyakan gerak


- tidak bisa tidur atau insmonia,
- sensitif,
- mudah cemburu,
- menangis tidak tertahan dan mata terasa berlinang,
- moody,
- takut atau gugup, -
- kurang fokus,
- sering lupa,
- merasa bingung dan bersalah,
- kehilangan kepercayaan dan harga diri,
- stres,
- depresi dan lain sebagainya.
G. Penangannya

Psikoterapi membantu wanita hamil yang mengalami kecemasan untuk mengatasi ketakutan dan
kecemasan yang berhubungan dengan kehamilannya. Dengan mendiskusikan pikiran dan
perasaan yang mengganggu menyebabkan dapat lepas dari tekanan. Pengurangan gejala
kecemasan membuat wanita tersebut dapat berfungsi lebih efektif dalam hubungan pribadi dan
keluarga dengan sendirinya kecemasan itu akan hilang.
Pada wanita dengan gangguan obsesif kompulsif, dimana obsesi menetap dan kecemasan yang
tidak dapat ditoleransi rawat inap mungkin diperlukan. Pengobatan noninvasif yang efektif dari
gangguan kecemasan dapat digunakan melalui latihan relaksasi otot yang bertahap, visual
imagery, latihan kognitif, latihan biofeedback.Dasar pengobatan ini adalah relaksasi otot dan
ketegangan otot tidak

timbul pada waktu yang sama, karena itu wanita hamil yang belajar untuk melemaskan ototnya
tidak akan mengalami gejala gangguan kecemasan.
Obat anti cemas dapat menghilangkan gejala cemas. Penggunaan obat anti cemas sebaiknya
dihindari pada kehamilan trimester I. Bila kecemasan berlebihan dan mengganggu dapat
diberikan obat anti cemas golongan benzodiazepin dan non benzodiazepin. Pasien yang hamil
dengan adanya gejala panik yang serius dapat diberikan alprazolam dengan dosis minimum.
Wanita hamil yang mendapat obat golongan benzodiazepin, bayinya akan memberikan 2 tipe
reaksi toksik, yaitu : sindrom floppy infant dan reaksi withdrawal. Gilberg menghubungkan
penggunaan benzodiazepin dosis rendah yang lama dengan sindrom floppy infant dengan gejala :
hipotoni, letargi, sulit mengisap, sianosis dan hipotermia. Rementeria dan Bhatt menggambarkan
gejala withdrawal pada bayi baru lahir dengan penggunaan diazepam selama kehamilan yang
timbul 2 – 6 jam setelah kelahiran, terdiri dari : tremor, iritabel, hipertonia dan semangat
menghisap. Gejala ini berhasil diatasi dengan pemberian fenobarbital selam 6 minggu. Erkkola
dan Kanto menrekomendasikan wanita yang menggunakan benzodiazepin sebaiknya tidak
menyusui. Penggunaan obat anti cemas tentang terjadinya kelainan kongenital masih kontroversi.
Namun, beberapa penelitian melaporkan penggunaan diazepam selama kehamilanmeningkatkan
resiko terjadinya labiopalatoskisis.

Asuhan keperawatan
No Diagosa Nic Noc
keperawatan
1 Gangguan Setelah dilakukan suhan keperawatan selama Intervensi :
citra tubuh b.d 3x24 jam diharapkan 1) Perawatan prenatal
perubahan gangguan citra tubuh dapat teratasi
penampilan 1) Citra tubuh Mandiri :

Indikator : a. Anjurkan untuk menghadiri kelas


a. Kepuasaan dengan penampilan tubuh prenatal
b. Kesesuaian antara realitas tubugh dan b. Monitor kenaikan berat badan
ideal tubuh dengan penampilan tubuh c. Monitor gangguan hipertensi (mis,
c. Penyusaian terhadap perubahan tampilan tekanan darah, edema pergelangan
fisik kaki, tangan dan wajah dan
d. Penyesuaian terhadap perubahan status proteinuria)
kesehatan d. Monitor status psikososial pasien
dan pasangan pasien
e. Diskusikan bersama pasien
mengenai adanya perubahan citra

2 Ketakutan b.d Setelahdilakukan asuhankeperawatanselama 1) pengurangan kecemasan


ketidakbiasaan 3x24 jamdiharapkanKetakutan dapatteratasi: mandiri :
1) Tingkat Kecemasan -gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
- distres dipertahankan pada 2 ( cukup berat - nyatakan dengan jelas harapan
ditingkatkan ke 5 tidak ada) terhadap prilaku klien
- Perasaan gelisah dipertahankan pada 2 -berikan informasi faktual terkait
( cukup berat ditingkatkan ke 5 tidak ada) diagnosis, perawatan, proknosis
- rasa takut yang disampaikan secara lisan Kolaborasi :
dipertahankan pada 2 ( cukup berat - dorong keluarga untuk
ditingkatkan ke 5 tidak ada) mendampingi klien dengan cara yang
tepat
-kolaborasi dengan tim kesehatan lain
untuk
mengatur penggunaan obat-obatan
untuk menurangi kecemasan secara
tepat
3 Ansietas b.d Setelahdilakukan 1)teknik menenangkan
ancaman asuhankeperawatanselama 3x24 mandiri
terhadap jamdiharapkanansietas -Berada disisi klien
konsep diri dapatteratasi: -yakinkan keselamatan dan keamanan
atau status 1)kontrol kecemasan diri klien
peran -mengurangi penyebab Koleborasi :
sekunder kecemasan dipertahankan pada 2 -koleborasi pada tim kesehatan lain
akibat (jarang dilakukan) ditingkatkan ke untuk memberikan obat anti
kehamilan 5 ( jarang konsisten) kecemasan jika diperlukan
- menggunakan strategi koping
yang efektif dipertahankan pada 2
(jarang dilakukan) ditingkatkan ke
5 ( jarang konsisten)
- mencari informasi mengurangi
kecemasan dipertahankan pada 2
(jarang dilakukan) ditingkatkan ke
5 ( jarang konsisten)

A. Perkembangan Psikososial Usia Bayi


a. Ciri-ciri Perkembangan Psikososial

1) Perkembangan psikososial bayi dimulai pada usia 1-2 bulan memperlihatkan rasa senang-
nyaman berdekatan dengan orang yang dikenal
2) Usia 4-7 bulan memberikan respon emosional terhadap kontak sosial
3) Usia 9-10 bulan mulai lepas dari pengasuhnya karena sudah dapat merangkak atau
meraih sesuatu.
4) Usia 1 tahun tampak interaktif rasa aman dengan ibu atau pengasuhnya dan
5) Usia 2 tahun mulai mengikuti perbuatan orang lain diluar ibu atau pengasuhnya, bermain
sendiri atau dengan orang lain. (Desmita : 2009).
b. Tahap Perkembangan Usia Bayi

Menurut Erik Erikson (1963) perkembangan psikososial terbagi menjadi beberapa tahap.
Masing-masing tahap psikososial memiliki dua komponen, yaitu komponen yang baik (yang
diharapkan) dan yang tidak baik (yang tidak diharapkan). Perkembangan pada fase selanjutnya
tergantung pada pemecahan masalah pada tahap masa sebelumnya.

Dari pendapat Erik Erikson tadi maka tahap-tahap perkembangan psikososial yang dilalui bayi
hanya ada satu yaitu sebagai berikut :

1. Percaya Vs Tidak percaya ( 0-1 tahun )

Komponen awal yang sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya. Membangun rasa
percaya ini mendasari tahun pertama kehidupan. Begitu bayi lahir dan kontak dengan dunia luar
maka ia mutlak tergantung dengan orang lain. Rasa aman dan rasa percaya pada lingkungan
merupakan kebutuhan. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan dengan dunia luar adalah
mulut dan panca indera, sedangkan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkungan adalah
ibu.

c. Perkembangan Emosi

Emosi adalah perasaan atau afeksi yang melibatkan gejolak fisiologis dan perilaku yang tampak
sekaligus. Emosi pun diklasifikasi menjadi dua yaitu, afektifitas positif (antusiasme,
kegembiraan, kesabaran, dan ketenangan) dan afektifitas negatif (kecemasan, kemarahan, rasa
bersalah, dan kesedihan).
Sedangkan, yang dinamakan dengan emosionalitas pada perangai bayi adalah kecenderungan
untuk mengalami kesulitan (distressed). (Desmita : 2009).

Dalam perkembangan anak, emosi memiliki peranan-peranan tertentu, seperti, media untuk
penyesuaian diri dan mempertahankan kelangsungan hidup (adaptation & survival). Emosi pun
memiliki fungsi sebagai media pengaturan diri (regulation).Dan juga berfungsi sebagai media
komunikasi. (Desmita : 2009).
Gejala awal perilaku emosional adalah keterangsangan umum terhadap stimulus yang kuat.
Keterangsangan berlebih-lebihan tampak dalam aktivitas yang banyak pada bayi yang baru lahir.
Meski begitu, reaksi emosional pada bayi yang masih dalam periode neo natal, kurang spesifik,
karena hanya menampakan reaksi terhadap kesenangan dan ketidak senangan. Seiring
pertambahan usianya, ekspresi emosional bayi sekitar satu tahun, telah menyerupai ekspresi yang
ditampakkan oleh orang dewasa. (Desmita : 2009).

Biasanya, emosi pada bayi hanya ditunjukkan dengan menangis dan tersenyum, karena kedua hal
itu adalah mekanisme yang terpenting untuk mengembangkan komunikasi bayi tersebut.
(Desmita : 2009).

Perkembangan
Emosi Bayi:

NO UMUR UMUR EKSPRESI


EMOSI

1. 0 – 1 bulan Senyuman sosial


2. 3 bulan Senyuman,kesenang
an
3. 3 – 4 bulan Kehati-hatian
4. 4 bulan Kelurahan
5. 4 – 7 bulan Kegembiraan,kemar
ahan
6. 5 – 9 bulan Ketakutan
7. 18 bulan Malu

d. Perkembangan Temperamen

Temperamen merupakan sebuah aspek karakter yang menyelubungi seseorang secara umum,
yang dibentuk oleh kecenderungan-kecenderungan pola-pola khusus reaksi emosional,
perubahan suasana hati, dan tingkat kepekaan yang dihasilkan rangsangan. Temperamen juga
bisa dilihat sebagai reaksi seseorang terhadap respon lingkungannya. Temperamen umumnya
diperoleh seseorang
melalui orang tuanya dengan cara diturunkan, juga dipengaruhi lingkungan sekitar. Perbedaan
kualitas dan intensitas respons emosional serta pengaturan diri yang memunculkan perilaku
individual yang terlihat sejak lahir, yang relatif stabil dan menetap dari waktu ke waktu dan pada
semua situasi yang dipengaruhi oleh interaksi antara pembawaan, kematangan, dan pengalaman.
(Aziz Alimul Hidayat : 2008).
Beberapa bayi sangat aktif menggerakkan tangan, kaki dan mulutnya tanpa henti-hentinya, tetapi
bayi lain terlihat sangat tenang. Sebagian bayi merespons dengan hangat kepada orang lain
cerewet, rewel dan susah diatur. Semua gaya perilaku ini merupakan tempramen seorang bayi.
(Aziz Alimul Hidayat : 2008).

e. Tahap Attachment

Attachment adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan oleh J. Bowlby tahun 1958
untuk menggambarkan pertalian atau ikatan antara ibu dan anak. Kebanyakan ahli psikologi
perkembangan mempercayai bahwa attachment pada bayi merupakan dasar utama bagi
pembentukan kehidupan sosial anak di kemudian hari. Menurut J. Bowlby, pentingnya
attachment dalam tahun pertama kehidupan bayi adalah karena bayi dan ibunya secara naluriah
memiliki keinginan untuk membentuk suatu katerikatan. (Aziz Alimul Hidayat : 2008).

Ada 4 tahap perkembangan attachment pada bayi adalah sebagai berikut :

a) Tahap Indiscriminate Sosiability (0-2 bulan)

Bayi tidak membedakan antara orang- orang dan merasa senang dengan atau menerima dengan
senang orang yang dikenal dan yang tidak dikenal.

b) Tahap Attachment Is The Makin (2-7 bulan)

Bayi mulai mengakui dan menyukai orang-orang yang dikenal, tersenyum pada orang yang lebih
dikenal.

c) Tahap Specific, Clear-Cut Attachment (7-24 bulan),

Bayi telah mengembangkan keterikatan dengan ibu atau pengasuh pertama lainnya dan akan
berusaha untuk senantiasa dekat dengannya, akan menangis ketika berpisah dengannya.

d) Tahap Goal-Coordination Partenerships (24- seterusnya)

Bayi merasa lebih aman dalam berhubungan dengan pengasuh pertama, bayi tidak merasa sedih
selama berpisah dengan ibunya atau pengasuh pertamanya dalam jangka waktu yang lama. (Aziz
Alimul Hidayat : 2008).
2. Perkembangan Rasa Percaya

Menurut Erik Erikson (1968), pada tahun pertama (bayi usia 1-2 bulan) kehidupan ditandai
dengan adanya tahap perkembangan rasa percaya dan rasa tidak percaya. Erikson meyakini bayi
dapat mempelajari rasa percaya apabila mereka diasuh dengan cara yang konsisten. Rasa tidak
percaya dapat muncul apabila bayi tidak mendapatkan perlakuan yang baik. Gagasannya tersebut
banyak persamaanya dengan konsep Ainsworth tentang keterikatan yang aman (secure
attachment).
Rasa percaya dan tidak percaya tidak muncul hanya pada tahun pertama kehidupan saja. Tetapi
rasa tersebut muncul lagi pada tahap perkembangan selanjutnya. Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada saat anak-anak memasuki sekolah dengan rasa percaya dan tidak percaya
dapat mempercayai guru tertentu yang banyak memberikan waktu baginya sehingga
membuatnya sebagai orang yang dapat dipercayai. Pada kesempatan kedua ini, anak mengatasi
rasa tidak percaya sebalumnya. Sebaliknya, anak-anak yang meninggalkan masa bayi dengan
rasa percaya pasti pada tahap selanjutnya masih dapat memiliki rasa tidak percaya, yang
mungkin terjadi karena adanya konflik atau perceraian kedua orang tuanya. Erikson menekankan
bahwa tahun kedua kehidupan ditandai oleh tahap otonomi versus rasa malu dan ragu-ragu.
(Aziz Alimul Hidayat : 2008).
Deteksi Dini dan Stimulasi Tumbuh Kembang Anak
Deteksi Dini
 Pengertian :

– upaya penjaringan yang dilaksanakan komprehensif untuk menemukan penyimpangan tumbuh


kembang dan mengetahui/mengenal faktor resiko ( fisik, biomedik, psikososial)

 Fungsi :

– Agar upaya pencegahan, stimulasi dan penyembuhan dapat diberikan sedini mungkin dengan
indikasi yang jelas.

– Upaya-upaya tersebut sesuai dengan umur/tingkat perkembangan sehingga tumbuh kembang


dapat optimal

Faktor yg Mempengaruhi Tumbuh Kembang

 Faktor genetik

 Faktor lingkungan
- prenatal : gizi, mekanis, zatkimia/ toksin, endokrin,radiasi, infeksi, stress, anoksia janin

- Post natal :
– biologis : ras, jenis kel, umur, gizi, penyakit

– fisik : cuaca, sanitasi, kondisi rumah


– psikososial :stimulasi, motivasi, reward

– keluarga dan budaya : pendidikan orang tua,agama, adat


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai