DosenPembimbing:
Disusun Oleh :
i
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah kesehatan jiwayang dialamiibu hamil merupakan masalah yang
belum dapat teratasi dengan baik di negara dengan pendapatan
rendah.Prevalensi kesehatan jiwa prenatal berkisar 10% -15% tergantung
tempat, metode penelitian dan alat ukur yang digunakan. Masalahmental
merupakan suatu penyakit umum yang sering dijumpai pada saat kehamilan.
Banyak wanita hamil yang mengalami masalahmental yang tidak terdiagnosis
dan tidak terobati. Karena kemungkinan mereka takut akan efek teratogen
obat terhadap perkembangan janin yang dikandung. Masalahjiwa yang biasanya
sering terjadi yaitu masalahkecemasan, skizofreniadan gangguan mood
(Sukandar, 2009)
Kecemasan atau anxietyadalah suatu sinyal yang menyadarkan,
memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan
seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman dari perubahan dan
pengalaman dari sesuatu yang baru yangbelum pernah dicoba(Kaplan &
Sadock, 2010). Kecemasan selama kehamilan adalah masalah kesehatan
masyarakat yang utama karena prevalensinyatinggi.
B. Tujuan
1 Untuk memahami konsep dasar askep pada sehatjiwapadaibuhamil
2 Mampu menyusun asuhan keperawatan (pengkajian sampai dengan
perencanaan).
3 Mampu melakukan analisis antara konsep dengan asuhan keperawatan dan
menyusun dalam bentuk kesimpulan dan saran.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PengertianKehamilan dan Sehat Jiwa
Jiwa adalah unsur manusia yang bersifat nonmateri, tetapi fungsi dan
manifestasinya sangat terkait pada materi. Jiwa bukan berupa benda, melainkan
sebuah sistem perilaku, hasil olah pemikiran, perasaan, persepsi, dan berbagai
pengaruh lingkungan sosial. Semua ini merupakan manifestasi sebuah kejiwaan
seseorang. Manifestasi jiwa antara lain tampak pada kesadaran, afek, emosi,
psikomotor, proses berpikir, persepsi, dan sifat kepribadian.
Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang
yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta
berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia.
World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria
orang yang sehat jiwanya adalah orang yang dapat melakukan hal berikut:
2
1. Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu
buruk.
2. Merasa bebas secara relatif dari ketegangan dan kecemasan.
3. Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya.
4. Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima.
5. Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.
6. Mempunyai daya kasih sayang yang besar.
7. Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari.
8. Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.
3
3. Tahap Stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan dalam peran)
Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia mengalami suatu titik
stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan aktivitas-aktivitas
yang bersifat positif dan berfokus untuk kehamilannya, seperti mencari tahu
tentang informasi seputar persiapan kelahiran, cara mendidik dan merawat
anak, serta hal yang berguna untuk menjaga kondisi kesehatan keluarga.
4. Tahap Akhir (perjanjian)
Meskipun ia sudah cukup stabil dalam menerima perannya, namun ia tetap
mengadakan “perjanjian” dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin
“menepati janji” mengenai kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia buat
berkaitan dengan apa yang akan ia perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir
kelak.
1. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya.
2. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan. Bahkan
kadaang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.
3. Ibu akan selalu mencaari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil. Hal ini
dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.
4. Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat perhatian
dengan seksama.
5. Oleh karena perutnya, masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu
yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin
dirahasiakannya.
6. Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap wanita, tetapi
kebanyakan akan mengalami penurunan.
1. Ibu merasa sehat, tubuh ibu terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi.
2. Ibu sudah dapaat menerima kehamilan.
3. Merasakan gerakan anak.
4. Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran.
4
5. Libido meningkat.
6. Menuntut perhatian untuk cinta
7. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.
8. Hubungan seksual meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada orang lain
yang baru menjadi ibu.
9. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran, dan persiapan
untuk peran baru.
1. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak
menarik.
2. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.
3. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan,
khawatir akan keselamatannya.
4. Khawatir bayi yang akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi
yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.
5. Merasa sedih akan terpisah dari bayinya.
6. Merasa kehilangan perhatian.
7. Perasaan mudah terluka atau sensitif.
8. Libido menurun.
C. MasalahEmosiSelamaKehamilan
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola
kegiatan sosial ( keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan
empati) pada wanita hamil dan dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek sumber
daya (tenaga ahli), cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi, kendali nyeri
dan asuhan neonatal),
Hubungan episode kehamilan dengan reaksi psikologis yang terjadi.
a. Trimester 1 :
Sering terjadi fluktuasi lebar aspek emosional sehingga perode ini mempunyai
resiko tinggi untuk terjadi pertengkaran atau rasa tidak nyaman.
b. Trimester II :
5
Fluktuasi emosional sudah mulai mereda dan perhatian wanita hamil lebih
terfokus pada berbagai perubahan tubuh yang terjadi saat kehamilan, kehidupan
seksual keluarga dan hubungan bathiniah dengan bayi yang dikandungannya.
c. Trimester III :
Berkaitan dengan bayangan resiko kehamilan dan proses persalinan sehingga
wanita hamil sangat emosional dalam upaya mempersiapkan atau mewaspadai
segala sesuatu yang akan dihadapi.
Aspek psikologik dan pengaruhnya pola kehidupan keluarga dan tahapan trimester.
Gangguan emosional dapat mengganggu kesehatan ibu dan janin yang
dikandungnya.Hambatan asuhan neonatal pasca persalinan.
Reaksi cemas
1. Gangguan ini ditandai dengan rasa cemas dan ketakutan yang berlebihan,
terutama sekali terhadap hal-hal yang masih tergolong wajar.
2. Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkannya karena
gejala klinik yang ada, sangat tidak spesifik (twitchung, tremor, berdebar-debar,
kaku otot, gelisah dan mudah lelah, insomnia)
3. Timbul gejala-gejala somatik akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi, sesak
nafas, rasa dingin ditelapak tangan, berkeringat dingin, pusing, rasa terganjal
pada leher).
4. Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang-kadang upaya ini kurang
memberi hasil tetapi prosedur ini sebaiknya paling pertama dilakukan.
5. Hanya pada pasien dengan reaksi cemas berat, berikan diazepam 3 x 2 mg per
hari.
6. Bila pasien tidak mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau kekurangan
asupan kalori/gizi maka harus dilakukan rawat inap di rumah sakit.
Reaksi panik
1. Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang hebat, terjadi dalam periode yang
relatif singkat dan tanpa sebab-sebab yang jelas.
6
2. Pasien mengeluhkan nafas sesak atau rasa tercekik, telinga berdenging, jantung
berdebar, mata kabur, rasa melayang, takut mati atau merasa tidak akan
tergolong lagi.
3. Pemeriksaan fisik menunjukkan pasien gelisah dan ketakutan, muka pucat
pandangan liar, pernafasan pendek dan cepat dan takhikardi.
4. Tenangkan secara verbal, sebelum psikoterapi atau medikamentosaa. Sebaiknya
pasien dirawat untuk observasi tehadap reaksi panik ulangan dan pemberian
terapi.
5. Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, cukup
diberikan dosis tunggal diazepam 5 mg IV.
Reaksi Obsesif-Kompulsif
1. Gambaran spesifik dari gangguan ini adalah selalu timbulnya perasaan,
rangsangan ataupun pikiran untuk melakukan sesuatu, tanpa objek yang jelas,
diikuti dengan perbuatan yang dilakukan secara berulang kali.
2. Pengulangan perbuatan tersebut dapat mencelakai dirinya, bayi yang dikandung
atau orang lain.
3. Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-
kompulsif menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau dalam pengawasan
tim medis yang memadai. Psikoterapi cukup membantu untuk mengembalikan
wanita ini pada status emosional yang normal.
4. Pada kasus yang berat, beri diazepam 5 mg IV dan observasi ketat.
Depresi berat
1. Depresi pada wanita hamil, ditandai oleh perasaan sedih, tidak bergairah,
menyendiri, penurunan berat badan, insomnia, kelemahan, rasa tidak dihargai
dan pada kasus yang berat, ada keinginan untuk melakukan bunuh diri.
2. Penelitian di RS Dr. Sutomo, Surabaya (1990) menunjukkan angka kejadian
Depresi Pascapersalinan (Postpartum Blues) sebesar 15,2 % (persalinan
fisiologis) dan 46,2 % (persalinan patologis).
3. Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak
mampu berkonsentrasi, kurang perhatian dan sulit untuk mengingat sesuatu .
7
4. Gunakan anti depresan Amitryptyline 2 x 10 mg oral.
5. Terapi kejutan listrik (ECT) digunakan apabila psikofarmaka gagal dan reaksi
depresi membahayakan pasien.
8
BAB III
A. Pengkajian
9
b. Nilai agama atau spiritual
Mempengaruhi tujuan dan arti hidup, tujuan dan arti kematian,
kesehatan dan pemeliharaannya, hubungan dengan tuhan, diri
sendiri dan orang lain.
C. Intervensi Keperawatan
Tindakan keperawatan
a. Trimester I:
10
b.Trimester II:
A. Trimester III:
BAB IV
PENUTUP
1.
2.
3.
A. Kesimpulan
11
akhir. Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap
pola kegiatan sosial ( keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang
dan empati) pada wanita hamil dan dari aspek teknis, dapat mengurangi aspek
sumber daya (tenaga ahli), cara penyelesaian persalinan normal, akselerasi,
kendali nyeri dan asuhan neonatal).
B. Saran
Kita sebagai calon perawat harus mempelajari dan memahami sehat
jiwa pada ibu hamil untuk membantu ibu hamil tersebut untuk beradaptasi dan
menyesuaikan diri mengenai perubahan – perubahan yang terjadi pada masa
kehamilan. Sehingga, ibu hamil dapat mengatasi perubahan tersebut tanpa rasa
cemas, khawatir atau takut. Jadi, ibu bisa menjalani proses kehamilannya
dengan normal.
12
DAFTAR PUSTAKA
13