Anda di halaman 1dari 19

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Puskesmas merupakan salah satu instansi pemerintah yang menjadi
ujung tombak dalam pelayanan kesehatan pada masyarakat yang meliputi
kegiatan preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif. Salah satu kegiatan
kuratif promotif di Puskesmas adalah pelayanan dasar/primer.
Puskesmas Kotaraja berada di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota
Jayapura, letaknya di Jalan raya Abepura-Kotaraja, Wahno, Abepura, Kota
Jayapura. Jenis pelayanan puskesmas Kotaraja pelayanan rawat jalan. Wilayah
kerja Puskesmas Kotaraja meliputi 3 Kelurahan, yaitu Kelurahan Wahno,
kelurahan Vim dan kelurahan Waimhorock. Penelitian ini dilakukan di Ruang
Poli Lansia yang bersebelahan dengan Ruang Poli Anak, hari pelayanan di
Ruang Poli Lansia yaitu hari senin, sampai hari sabtu. Batas wilayah
Puskesmas Sentani meliputi :
- Sebelah Utara berbatasan : Kelurahan Entrop Distrik Japsel
- Sebelah Timur berbatasan : Teluk Youtefa
- Sebelah Selatan berbatasan : Kelurahan Kota Baru – Yobe
- Sebelah Barat berbatasan : Kelurahan Yabansai Distrik Heram
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 30 hari dimulai pada tanggal 02 Maret-
02 April 2020. Penelitian ini dilakukan pada pasien yang sedang berobat di
Puskesmas Kotaraja dengan jumlah responden yaitu 92 responden.
Hasil penelitian ini diperoleh dari responden dengan membagikan
kuesioner kepada pasien yang berobat di Puskesmas Kotaraja. Sesuai dengan
kondisi responden pada saat itu tanpa pengaruh ataupun paksaan dari orang
lain termasuk peneliti. Jumlah responden penelitian ini adalah 92 responden
dengan mengambil sampel menggunakan teknik purposive sampling dimana
peneliti membagikan kuesioner kepada 92 responden. Setelah data terkumpul
dilakukan pemeriksaan yang kemudian dikelompokkan dalam bentuk tabel
dan kemudian dianalisa untuk menghasilkan distribusi dan persentase dari
variabel yang diteliti. Adapun hasil penelitian yang di teliti di dapatkan data
sebagai berikut :
1. Analisi Univariat
a. Karakteristik Responden di Puskesmas Kotaraja
Tabe 4. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase %
Laki-laki 42 45.7
Perempuan 50 54.3
Total 92 100
Sumber : Signifikasi 0,05; SPSS versi 20
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan hasil penelitian tentang
karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang (54,3%).

Tabel.5 Umur

Umur Frekuensi (n) Persentase%


17-25 tahun 17 18.5
26-35 tahun 10 10.9
36-45 tahun 17 18.5
46-55 tahun 19 20.7
56-65 tahun 18 19.6
>66 tahun 11 12
Total 92 100
Sumber : Signifikasi 0,05; SPSS versi 20
Berdasarkan tabel 5 menunjukkan hasil penelitian tentang
karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar
responden 56-55 tahun sebanyak 19 orang (20,7%).

Tabel 6. Pendidikan

Pendidikan terakhir Frekuensi (n) Persentase%


SD 10 10.9
SMP 15 16.3
SMA 45 48.9
Perguruan Tinggi 22 23.9
Total 92 100
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan hasil penelitian tentang
karakteristik responden berdasarkan pendidikan menunjukkan sebagian
besar responden SMA sebanyak 45 orang (48,8%).

Tabel 7. Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase%


Tidak bekerja 4 4.3
Pelajar/Mahasiswa 8 8.7
Ibu Rumah Tangga 25 27.2
Wiraswasta 34 37
PNS 11 12
TNI/POLRI 1 1.1
Dan Lain-lain 9 9.8
Total 92 100
Sumber : Signifikasi 0,05; SPSS versi 20
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan hasil penelitian tentang
karakteristik responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan sebagian
besar responden wiraswasta sebanyak 34 orang (37%).
Tabel 8. Penghasilan

Penghasilan Frekuensi (n) Persentase%

<Rp 2.000.000 55 59.8


>RP 2.000.000 37 40.2
Total 92 100
Sumber : Signifikasi 0,05; SPSS versi 20
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hasil penelitian tentang
karakteristik responden berdasarkan pengasilan perbulan menunjukkan
bahwa sebagian besar responden pengasilan perbulan <Rp 2.000.000
sebanyak 55 orang (59,8%).

Tabel 9. Status Pernikahan

Status Pernikahan Frekuensi (n) Persentase%


Sudah Nikah 78 84.8
Belum Nikah 14 15.2
Total 92 100
Sumber : Data Primer, 2020 ; SPSS versi 20
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan hasil penelitian tentang
karakteristik responden berdasarkan status pernikahan menunjukkan
bahwa sebagian besar status pernikahan responden sudah nikah sebanyak
78 orang (84.8%)
b. Variabel Dependen
Tabel 10. Kejadian Hipertensi di Puskesmas Kotaraja
Kejadian Hipertensi Frekuensi (n) Persentase%
Hipertensi 47 51,1
Tidak Hipertensi 45 48,9
Total 92 100
Sumber : Signifikasi 0,05; SPSS versi 20
Tabel 10 menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan
kejadian hipertensi diperoleh responden yang memiliki hipertensi
berjumlah 47 orang (51,1%), sedangkan responden yang memiliki tidak
hipertensi adalah sebanyak 45 orang (48,9%).
c. Variabel Independen
Tabel 11. Pola makan di Puskesmas Kotaraja
Pola Makan Frekuensi (n) Persentase (%)
Cukup 68 73,9
Kurang 24 26,1
Total 92 100
Sumber : Data Primer, 2020 ; SPSS versi 20
Tabel 11 menunjukkan hasil distribusi responden berdasarkan
pola makan diperoleh responden yang memiliki pola makan cukup
berjumlah 68 orang (73,9%), sedangkan responden yang memiliki
pola makan kurang adalah sebanyak 24 orang (26,1%).
Tabel 12. Kebiasaan Merokok di Puskesmas Kotaraja
Kepatuhan Minum Obat Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Merokok 51 55,4
Merokok 41 44,6
Total 92 100
Sumber : Data Primer, 2020 ; SPSS versi 20

Tabel 12 didapatkan hasil distribusi responden berdasarkan


kebiasaan merokok menunjukkan bahwa jumlah responden yang tidak
merokok adalah sejumlah 51 orang (55,4%) dan meroko sejumlah 41
orang (44,6%).
Tabel 13 Riwayat Keluarga di Puskesmas Kotaraja
Kepatuhan Minum Obat Frekuensi (n) Persentase (%)
Ada 52 56,5
Tidak Ada 40 43,5
Total 92 100
Sumber : Data Primer, 2020 ; SPSS versi 20

Tabel 13 didapatkan hasil distribusi responden berdasarkan


riwayat keluarga menunjukkan bahwa jumlah responden yang ada
adalah sejumlah 52 orang (56,5%) dan tidak ada sejumlah 40 orang
(43,5%).
2. Analisa Bivariat
Tabel 14. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit
Hipertensi di Puskesmas Kotaraja
Kejadian Penyakit Hipertensi p
Total
Pola Makan Hipertensi Tidak Hipertensi value
n % n % n %
Cukup 38 55,9 30 44,1 68 100
Kurang 9 37,5 15 62,5 24 100 0,190
Total 47 51,1 45 48,9 92 100
Sumber : Signifikasi 0,05; SPSS versi 20
Tabel 14 menunjukkan responden yang memiliki pola makan cukup
terhadap hipertensi sebanyak 38 orang (55,9%), sedangkan responden
yang pola makan cukup tapi tidak hipertensi sebanyak 30 orang (44,1%).
Responden yang pola makan kurang terhadap hipertensi adalah 9 orang
(37,5%) dan responden yang pola makan kurang tapi tidak hipertensi
adalah 15 orang (62,5%).
Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai ρ = 0,190, yang
berarti ρ > α (0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan pola makan
dengan kejadian penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja.

Tabel 15. Hubungan Kebisaan Merokok dengan Kejadian Penyakit


Hipertensi di Puskesmas Kotaraja
Kejadian Penyakit Hipertensi p
Kebisaan Total
Hipertensi Tidak Hipertensi value
Merokok
n % n % n %
Tidak Merokok 28 54,9 23 45,1 51 100
Merokok 19 46,3 22 53,7 41 100 0,529
Total 47 51,1 45 48,9 92 100
Sumber : Data Primer, 2020 ; SPSS versi 20

Tabel 15 menunjukkan responden yang tidak merokok terhadap


hipertensi sebanyak 28 orang (54,9%), sedangkan responden yang tidak
merokok tapi tidak hipertensi sebanyak 23 orang (45,1%). Responden
yang merokok terhadap hipertensi adalah 19 orang (46,3%) dan responden
yang merokok tapi tidak hipertensi adalah 22 orang (53,7%).
Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai ρ = 0,529, yang
berarti ρ > α (0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan kebiasaan
merokok dengan kejadian penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja.

Tabel 16. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Penyakit


Hipertensi di Puskesmas Kotaraja
Kejadian Penyakit Hipertensi p
Riwayat
Hipertensi Tidak Hipertensi Total value
Keluarga
n % n % n %
Ada 37 71,2 15 28,8 52 100
Tidak Ada 10 25,0 30 75,0 40 100 0,000
Total 47 51,1 45 48,9 92 100
Sumber : Data Primer, 2020 ; SPSS versi 20

Tabel 16 menunjukkan responden yang ada riwayat keluarga


terhadap hipertensi sebanyak 37 orang (71,2%), sedangkan responden
yang ada riwayat keluarga tapi tidak hipertensi sebanyak 15 orang
(28,8%). Responden yang tidak ada riwayat keluarga terhadap hipertensi
adalah 10 orang (25,0%) dan responden yang tidak ada riwayat keluarga
tapi tidak hipertensi adalah 30 orang (75,0%).
Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan nilai ρ = 0,000, yang
berarti ρ < α (0,05). Hal ini menunjukkan ada hubungan riwayat keluarga
dengan kejadian penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja.

C. Pembahasan
1. Analisi Univariat
a. Karakteristik Responden di Puskesmas Kotaraja
1) Jenis Kelamin
Hasil tabel 4 distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik
responden menunjukkan bahwa dari jumlah total responden sebanyak
92 orang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi
oleh responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50 orang
(54,3%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden
(45,7%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Septiawan, Permana, and Yuniarti (2018) didapatkan bahwa penderita
hipertensi pada responden perempuan lebih besar dibandingkan
responden laki-laki yaitu sebesar 61% dan Selain itu juga terdapat
pengaruh dari faktor hormonal pada tubuh perempuan, yaitu hormon
estrogen yang semakin berkurang saat memasuki masa menapouse.
Hormon estrogen berfungsi untuk mengendalikan kadar LDL dan
mengatur HDL pada pembuluh darah, selain itu perubahan hormonal
estrogen yang semakin berkurang juga berpengaruh terhadap kenaikan
berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi
natrium (Lita & Afrizal, 2017).
2) Umur
Hasil tabel 4 distribusi frekuensi berdasarkan umur menunjukkan
bahwa dari jumlah total responden sebanyak 92 orang karakteristik
responden berdasarkan umur didominasi oleh responden berumur 46-
55 tahun sebanyak 19 orang (20,7%).
Demikian penelitian yang dilakukan oleh Septawan, Permana, and
Yunirti (2018) di Yokyakarta menunjukkan bahwa umur 46-55 tahun
yaitu sebesar 58% lebih besar dibandingkan umur 35-45 tahun
dengan sebesar 21%. Pada umumnya penderita hipertensi adalah
orang-orang berusia diatas 40 tahun, namun saat ini tidak menutup
kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Sebagian besar hipertensi
primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi
dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena
orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti
pola makan dan pola hidup yang kurang sehat (Dhianningtyas, 2006).
3) Pendidikan
Hasil tabel 4 distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan
menunjukkan bahwa dari jumlah total responden sebanyak 92 orang
karakteristik responden berdasarkan pendidikan didominasi oleh
responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 45
orang (48,9%), Perguruan Tinggi sebanyak 22 orang (23,9%), SMP
sebanyak 15 orang (16,3%), SD sebanyak 10 orang (10,9%).
Pendidikan menggambarkan perilaku seseorang dalam hal kesehatan.
Tingginya tingkat pendidikan seseorang juga harus dibarengi
dengan mudahnya akses terhadap informasi kesehatan untuk
menjalankan hidup sehat, karena penelitian lain mengatakan
pendidikan tidak selamanya ikut berperan terhadap timbulnya
penyakit hipertensi, selain diderita dari kalangan berpendidikan
rendah hipertensi ternyata juga banyak diderita dari kalangan
berpendidikan tinggi karena kurangnya informasi yang mereka dapat
dari tenaga kesehatan (Ramdhani, 2013). Menurut hasil penelitian
Amisi, Nelwan, and Kolibu (2018) sebagian dari pasien memiliki
latar belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak 58%.
4) Pekerjaan
Hasil tabel 4 menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik pekerjaan responden menunjukkan bahwa dari jumlah
total responden sebanyak 92 orang karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan didominasi oleh responden yang memiliki
pekerjaan wiraswasta sebanyak 34 orang (37%).
Hipertensi salah satunya disebabkan oleh faktor stress, salah
satunya orang zaman sekarang sibuk mengutamakan pekerjaan untuk
mencapai kesuksesan. Keseibukan dan kerja serta tujuan-tujuan yang
berat mengakibatkan timbulnya rasa stress dan timbulnya tekanan
yang tinggi. (Rusnoto & Hermawan, 2018)
5) Penghasilan perbulan
Hasil tabel 4 menunjukan distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik penghasilan perbulan responden menunjukan bahwa dari
jumlah total responfen sebanyak 92 orang karakteristik responden
yang penghasilan perbulan dari <2.000.000/bulan sebanyak 55 orang
(59,8%) dan >2.000.000/bulan sebanyak 37 orang (40,2%).
Pendapatan yang cukup bisa membantu seseorang untuk dapat
mengonsumsi makanan yang sehat. Dan juga masalah penghasilan
dapat memunculkan stress yang dapat menjadi pemicu terjadi
hipertensi (Widyaningsih & Latifah, 2008).
6) Status pernikahan
Hasil tabel 4 menunjukan distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik satatus pernikahan responden menunjukan bahwa dari
jumlah total responden 92 orang karakteristik responden yang status
pernikahan dari sudah nikah sebanyak 78 orang (84,8%), dan belum
nikah sebanyak 14 orang (15,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian
Prasetyorini and Prawesti (2012) didapatkan bahwa penderita
hipertensi pada responden yang sudah menikah sebesar 83%
Berbeda dengan pendapat Aisyiyah yang mengatakan bahwa
emosi seseorang akan semakin stabil setelah menikah dan menurun
kembali ketika berpisah dengan pasangannya. Adanya rasa saling
berbagi dan menghadapi masalah secara bersama diduga dapat
menurunkan tekanan psikis (stress) pada beberapa orang.
b Variabel Dependen
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian kejadian hipertensi di Puskesmas Kotaraja dari 92
responden didapatkan hasil responden yang memiliki hipertensi sebanyak
47 orang (51,1%) sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 45 orang
(48,9%).
c. Variabel Independen
1) Pola Makan di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian pola makan di Puskesmas Kotaraja dari 92
responden didapatkan hasil responden yang memiliki pola makan
yang cukup sebanyak 68 orang (73,9%) sedangkan pola makan yang
kurang sebanyak 24 orang (26,1%). Jenis makanan yang
menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang
mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam
makanan, kelebihan konsumsi lemak (I. Wijaya & Haris, 2020)
Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi
yang seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Mengatur pola
makan atau disebut diet adalah salah satu cara untuk mengatasi
hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode
pengendaliannya yang lebih alami, jika dibandingkan dengan obat
penurun tekanan darah yang dapat membuat pasiennya menjadi
tergantung seterusnya pada obat tersebut (Mahmudah & Maryusman,
2015).
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mahmasani and Isnaeni (2016) yang menunjukan
bahwa pola makan yang cukup 69.3%. Hal ini dapat terlihat
berdasarkan item pernyataan pola makan bahwa sebagian besar
responden memilih sering pada item yang menyatakan mengkonsumsi
makanan berbahan sayur dan buah-buahan.
2) Kebiasaan Meroko di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian kebiasaan merokok di Puskesmas Kotaraja dari
92 responden didapatkan hasil responden yang tidak merokok
sebanyak 51 orang (55,4%), sedangkan responden yang merokok
sebanyak 41 orang (44,6%). Nikotin dalam produk tembakau
memamcu sistemsaraf untuk melepasakan zat kimia yang dapat
menyempitkan pembuluh darah dan kontribusi terhadap tekanan darah
tinggi (Seyanda, 2015)
Merokok berpotensi besar dalam meningkatkan tekanan darah,
hal ini disebabkan oleh efek nikotin yang dapat menyebabkan
perangsangan terhadap hormon adrenalin, yang bersifat memicu
jantung dan tekanan darah. Jantung berkerja keras dan tekanan darah
akan semakin tinggi, dan berakibat terjadinya peningkatan tekanan
darah (Julia, 2017).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Elvira and Anggraini (2019) mengenai kebiasaan merokok dengan
kejadian penyakit hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
74,6% responden tidak merokok dan 25,4 responden memiliki
kebiasaan merokok. Hal ini disebabkan karenan yang menjadi
responden dalam penelitian ini lebih banyak wanita dibandingkan
dengan laki-laki
3) Riwayat keluarga di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian Riwayat keluarga di Puskesma Kotaraja dari 92
responden didapatkan responden yang ada riwayat keluarga sebanyak
52 orang (56,5%), sedangkan responden yang tidak ada riwayat
keluarga sebanyak 40 orang (43,5%). Riwayat hipertensi yang
didapatkan pada orang tua, akan meningkatakan resiko terjadi
hipertensi esensial. Orang yang memmiliki keluarga menderita
hipertensi, memiliki risiko lebih besar menderita hipertensi esensial.
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yeni, Djannah, and Solikhah (2010) yang menujukan
bahwa rata-rata penderita hipertensi memiliki ada riwayat keluaraga
65,9%. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya antara potassium terhadap sodium.

1. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Hipertensi di
Wilayah Kereja Puskesmas Kotaraja
Berdasarkan tabel 8 menunjukan hubungan pola makan dengan
kejadian penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja
diperoleh hasil yang mememiliki pola makan cukup terhadap
hipertensi sebanyak 38 orang (55,9%), sedangkan responden yang
pola makan cukup tapi tidak hipertensi sebanyak 30 orang (44,1%).
Responden yang pola makan kurang terhadap hipertensi adalah 9
orang (37,5%) dan responden yang pola makan kurang tapi tidak
hipertensi adalah 15 orang (62,5%). Hasil uji statistic Chi square
menunjukkan nilai ρ = 0,190 yang berarti ρ > α (0,05). Hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian
penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nor (2010)
dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
hipertensi di puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir tahun
2010. Metode penelitian menggunakan penelitian analitik dengan
penelitian cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 100 orang dan
cara pengambilan sampelnya denga menggunakan accidental
sampling dengan menggunakan Kuisioner dan recall 24 jam. Hasil
penelitian menggunakan uji statistic dengan menggunakan Chi-
Square diperoleh tidak ada hubungan antara pola makan dengan
terjadinya hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Samarinda yaitu
dengan (P = 0325).
Hasil penelitian wijaya and Sugiyanto (2011) dengan judul
hubungan pola makan dengan tingkat kejadian hipertensi pada lansia
di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu Galur Kulon Progo Yogyakarta
tahun 2011. diperoleh p value = 0,283 (p>α) sehingga Hα ditolak,
berate tidak adanya hubungan pola makan dengan tingkat kejadian
hipertensi pada lansia di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu Galur Kulon
Progo Yogyakarta.
Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pajeriaty (2018) dengan judul faktor yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Mandalle Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep, yang
menyatakan ada hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi.
Dari hasil analisis bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai p 0,032 <0,05.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahawapola makan bukan
menjadi salah satu penyebab utama terjadinya hipertensi pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas kotaraja. Kemungkinan faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi
tingkat kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kotaraja adalah stress, obositas, kurang olahraga dan
konsumsi alcohol.
b. Hubungan Kebisaan Merokok dengan Kejadian Penyakit
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja
Berdasarkan tabel 9 menunjukan hubungan kebiasaan merokok
dengan kejadian penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja diperoleh hasil yang tidak merokok terhadap hipertensi
sebanyak 28 orang (54,9%), sedangkan responden yang tidak merokok
tapi tidak hipertensi sebanyak 23 orang (45,1%). Responden yang
merokok terhadap hipertensi adalah 19 orang (46,3%) dan responden
yang merokok tapi tidak hipertensi adalah 22 orang (53,7%). Hasil uji
statistic Chi square menunjukkan nilai ρ = 0,529 yang berarti ρ > α
(0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan kebiasaan merokok
dengan kejadian penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja.

Penelitian ini sesuia dengan penelitian Elvira and Anggraini (2019)


yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan
faktor merokok dengan kejadian hipertensi dengan nilai p = 0,204 > α
(0,05). Hal ini juga di dukung dengan penelitian Budi (2014) yang
berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi
tidak terkendali pada pemeriksaan rutin Di Puskesmas Kedungmundu
di Kota Semarang , hal ini di perkuat dengan uji chi square didapatkan
nilai p= 0,265 yang berarti ρ > α (0,05), sehimggah dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara faktor merokok dengan kejadian
Hipertensi di Puskesmas Kedung Mundu Kota Semarang.
Merokok menyebabkan peninggian tekana darah, perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosi arterirenal yang ateriosklerosis. Kebiasaan
merokok banyak dijumpai mulai dari kalangan anak-anak, remaja ,
dewasa sampai usia lanjut (Bustan, 2010)
Merokok akan menambah beban jantung sehingga jantung tidak
dapat berkerja sehingga jantung tidak dapat berkerja dengan baik.
Rokok dapat meningkatkan resikok kerusakan pembuluh darah dengan
mengendapkan kolesterol pada pembuluh darah jantung coroner,
sehingga jantung berkerja lebih keras (Elvira & Anggraini, 2019).
Dari hasil penelitian diatas penelitian menganalisa bahwa pada
beberapa yang tidak selalu terjadi hipertensi. Hal ini kemungkinan
karena jumlah responden merokok lebih sedikit dibandingkan dengan
yang tidak mengkonsumsi rokok di karenakan yang menjadi responden
dalam penelitian ini lebih banyak perempuan dibandingkan dengan
jumlah laki-laki. Rokok dapat meningkatkan resikok kerusakan
pembuluh darah dengan mengendapkan kolesterol, sehingga jantung
berkerja lebih keras. Rokok bisa menyebabkan jangaka panjang pada
pembuluh darah, sehingga bias mengembangkan masalah seperti
stroke, penyakit jantung dan serangan jantung. Dari hail wawancara
yang telah dilakukan sebagian besar laki-laki yang merokok sering
begadang pada malam hari dan waktu tidurnya tidak teratur
mengakibatkan kekurangan darah atau anemia. Dari fakta tersebut
dapat disimpulkan responden yang merokok belum tentu terkena
hipertensi karena sebagian besar responden sering begadang pada
malam hari mengakibatkan kekurangan darah atau anemia, hal ini
dsebabkan karena hormon dan produksi sel darah merah terganggu
akibat metabolism tubuh yang tidak seimbang.
c. Hubungan Riwayat Keluraga dengan Kejadian Penyakit
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja
Berdasarkan tabel 9 menunjukan hubungan riwayat keluarga
dengan kejadian penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja diperoleh hasil yang ada riwayat keluarga terhadap hipertensi
sebanyak 37 orang (71,2%), sedangkan responden yang ada riwayat
keluraga tapi tidak hipertensi sebanyak 15 orang (28,8%). Responden
yang tidak ada riwayat keluarga terhadap hipertensi adalah 10 orang
(25%) dan responden yang tidak ada riwayat keluarga tapi tidak
hipertensi adalah 30 orang (75%). Hasil uji statistic Chi square
menunjukkan nilai ρ = 0,000 yang berarti ρ < α (0,05). Hal ini
menunjukkan ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian
penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Tjekyan and
Zulkarnain (2017) dengan judul faktor-faktor risiko dan angka
kejadian hipertensi pada penduduk Palembang. Metode penelitian ini
menggunakan desain survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi sebanyak 397 cara pengambilan sampelnya denga teknik
multistage random sampling. Data dianalisis dengan menggunakan uji
Chi-Square dan regresi logistic ganda. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa ada hubungan faktor riwayat keluarga dengan kejadian
hipertensi dengan nilai p = 0,000 > α (0,05).
Dari hasil penelitian diungkapkan bahwa jika seseorang
mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi maka
orang tersebut akan memiliki risiko dua kali lipat untuk terkena
hipertensi dari pada orang tuanya tidakhipertensi.penelitian lain
mencatat bahwa seseorang dengan kedua orang tuanya hipertensi akan
memiliki 50-70% kemungkinan menderita hipertensi, sedangkan bila
orang tuanya tidak menderita hipertensi hanya 4-20% kemungkinan
menderita hipertensi. Ini dapat terlihat dengan adanya penggolongan
hipertensi berdasarkan anggota keluarga derajat pertama (orang tua,
saudara sekandung, anak). Riwayat keluarga dekat yang menderita
hipertensi juga mempertinggi risiko terkenan hipertensi terutama pada
hipertensi primer.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Penelitian mengenai hubungan pola makan, kebiasaan merokok dan
riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja.
1. Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian penyakit hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja tahun 2020.
2. Tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja tahun 2020.
3. Ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian penyakit hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja tahun 2020.

B. Saran
Amisi, W. G., Nelwan, J. E., & Kolibu, F. K. (2018). Hubungan Antara Hipertensi
Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Yang Berobat
Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. RD Kandou Manado. KESMAS,
7(4).
Budi, A. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian HIpertensi
TIdak Terkendali Pada Pemeriksaan Rutin DI Puskesmas Kedungmundu.
Bustan, M. N. (2010). Epidemiologi Penyakit TIdak Menular, Jakarta.
Dhianningtyas, Y. H., LuciaY. (2006). Risiko Obesitas, kebiasaan merokok, dan
konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia produktif. The
Indonesian Journal of Public Health, 2(3).
Elvira, M., & Anggraini, N. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Hipertensi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 8(1), 78-89.
Julia, J. (2017). Bunga Rampai Pendidikan Seni dan Potensi Kearifan Lokal: UPI
Sumedang Press.
Lita, L., & Afrizal, A. (2017). ANALISIS PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN
TERUTANG SEBELUM DAN SESUDAH PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2013 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN
BIDANG USAHA PERDAGANGAN PADA KOTA JAMBI. Jurnal
Akuntansi & Keuangan Unja, 2(3), 45-55.
Mahmasani, & Isnaeni, Y. (2016). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU MAWAR DESA
SANGUBANYU KABUPATEN PURWOREJO. Universitas' Aisyiyah
Yogyakarta.
Mahmudah, S., & Maryusman, T. (2015). Hubungan gaya hidup dan pola makan
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan Sawangan Baru
Kota Depok tahun 2015. Biomedika, 7(2).
Nor. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Hipertensi Di
Puskesmas Sidomudyo Kecamatan Samarinda Ilir tahun 2010. Skripsi
FKM Universitas Mulawarman Samarinda.
Pajeriaty, P. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kecamatan Mandalle Kabupaten
Pangkep. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(6), 583-588.
Prasetyorini, T., & Prawesti, D. (2012). Stres pada penyakit terhadap kejadian
komplikasi hipertensi pada pasien hipertensi. Jurnal Stikes, 5(1), 61-70.
Ramdhani, P. (2013). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap prokrastinasi
akademik pada siswa SMP Negeri 2 Anggana. E-journal Psikologi1, 2,
137.
Rusnoto, R., & Hermawan, H. (2018). Hubungan Stres Kerja Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pekerja Pabrik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 9(2), 111-117.
Septiawan, T., Permana, I., & Yuniarti, F. A. (2018). Studi deskriptif karakteristik
pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas gamping ii yogyakarta.
Jurnal Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah
‘Aisyiyah (APPPTMA.
Seyanda, Y. O. G. (2015). Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Laki-Laki Usia 3-65 ahun.
Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Faktor–faktor risiko dan angka kejadian
hipertensi pada penduduk Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 8(3).
Widyaningsih, N. N., & Latifah, M. (2008). Pengaruh keadaan sosial ekonomi,
gaya hidup, status gizi, dan tingkat stress terhadap tekanan darah. Jurnal
Gizi dan Pangan, 3(1), 1-6.
wijaya, & Sugiyanto. (2011). Hubungan Pola Makan dengan Tingkat Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu Galur Kulon
Progo Yogyakarta. STIKES'Aisyiyah Yogyakarta.
Wijaya, I., & Haris, H. (2020). Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan terhadap
Kejadian Hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Towata Kabupaten
Takalar. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The
Indonesian Journal of Health Promotion, 3(1), 5-11.
Yeni, Y., Djannah, S. N., & Solikhah, S. (2010). Faktorfaktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta tahun 2009. Kes Mas: Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 4(2), 24949.

Anda mungkin juga menyukai