Tabel.5 Umur
Tabel 6. Pendidikan
Tabel 7. Pekerjaan
C. Pembahasan
1. Analisi Univariat
a. Karakteristik Responden di Puskesmas Kotaraja
1) Jenis Kelamin
Hasil tabel 4 distribusi frekuensi berdasarkan karakteristik
responden menunjukkan bahwa dari jumlah total responden sebanyak
92 orang karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin didominasi
oleh responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50 orang
(54,3%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 42 responden
(45,7%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Septiawan, Permana, and Yuniarti (2018) didapatkan bahwa penderita
hipertensi pada responden perempuan lebih besar dibandingkan
responden laki-laki yaitu sebesar 61% dan Selain itu juga terdapat
pengaruh dari faktor hormonal pada tubuh perempuan, yaitu hormon
estrogen yang semakin berkurang saat memasuki masa menapouse.
Hormon estrogen berfungsi untuk mengendalikan kadar LDL dan
mengatur HDL pada pembuluh darah, selain itu perubahan hormonal
estrogen yang semakin berkurang juga berpengaruh terhadap kenaikan
berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap konsumsi
natrium (Lita & Afrizal, 2017).
2) Umur
Hasil tabel 4 distribusi frekuensi berdasarkan umur menunjukkan
bahwa dari jumlah total responden sebanyak 92 orang karakteristik
responden berdasarkan umur didominasi oleh responden berumur 46-
55 tahun sebanyak 19 orang (20,7%).
Demikian penelitian yang dilakukan oleh Septawan, Permana, and
Yunirti (2018) di Yokyakarta menunjukkan bahwa umur 46-55 tahun
yaitu sebesar 58% lebih besar dibandingkan umur 35-45 tahun
dengan sebesar 21%. Pada umumnya penderita hipertensi adalah
orang-orang berusia diatas 40 tahun, namun saat ini tidak menutup
kemungkinan diderita oleh orang usia muda. Sebagian besar hipertensi
primer terjadi pada usia 25-45 tahun dan hanya pada 20% terjadi
dibawah usia 20 tahun dan diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan karena
orang pada usia produktif jarang memperhatikan kesehatan, seperti
pola makan dan pola hidup yang kurang sehat (Dhianningtyas, 2006).
3) Pendidikan
Hasil tabel 4 distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan
menunjukkan bahwa dari jumlah total responden sebanyak 92 orang
karakteristik responden berdasarkan pendidikan didominasi oleh
responden yang memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 45
orang (48,9%), Perguruan Tinggi sebanyak 22 orang (23,9%), SMP
sebanyak 15 orang (16,3%), SD sebanyak 10 orang (10,9%).
Pendidikan menggambarkan perilaku seseorang dalam hal kesehatan.
Tingginya tingkat pendidikan seseorang juga harus dibarengi
dengan mudahnya akses terhadap informasi kesehatan untuk
menjalankan hidup sehat, karena penelitian lain mengatakan
pendidikan tidak selamanya ikut berperan terhadap timbulnya
penyakit hipertensi, selain diderita dari kalangan berpendidikan
rendah hipertensi ternyata juga banyak diderita dari kalangan
berpendidikan tinggi karena kurangnya informasi yang mereka dapat
dari tenaga kesehatan (Ramdhani, 2013). Menurut hasil penelitian
Amisi, Nelwan, and Kolibu (2018) sebagian dari pasien memiliki
latar belakang pendidikan SMA yaitu sebanyak 58%.
4) Pekerjaan
Hasil tabel 4 menunjukkan distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik pekerjaan responden menunjukkan bahwa dari jumlah
total responden sebanyak 92 orang karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan didominasi oleh responden yang memiliki
pekerjaan wiraswasta sebanyak 34 orang (37%).
Hipertensi salah satunya disebabkan oleh faktor stress, salah
satunya orang zaman sekarang sibuk mengutamakan pekerjaan untuk
mencapai kesuksesan. Keseibukan dan kerja serta tujuan-tujuan yang
berat mengakibatkan timbulnya rasa stress dan timbulnya tekanan
yang tinggi. (Rusnoto & Hermawan, 2018)
5) Penghasilan perbulan
Hasil tabel 4 menunjukan distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik penghasilan perbulan responden menunjukan bahwa dari
jumlah total responfen sebanyak 92 orang karakteristik responden
yang penghasilan perbulan dari <2.000.000/bulan sebanyak 55 orang
(59,8%) dan >2.000.000/bulan sebanyak 37 orang (40,2%).
Pendapatan yang cukup bisa membantu seseorang untuk dapat
mengonsumsi makanan yang sehat. Dan juga masalah penghasilan
dapat memunculkan stress yang dapat menjadi pemicu terjadi
hipertensi (Widyaningsih & Latifah, 2008).
6) Status pernikahan
Hasil tabel 4 menunjukan distribusi frekuensi berdasarkan
karakteristik satatus pernikahan responden menunjukan bahwa dari
jumlah total responden 92 orang karakteristik responden yang status
pernikahan dari sudah nikah sebanyak 78 orang (84,8%), dan belum
nikah sebanyak 14 orang (15,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian
Prasetyorini and Prawesti (2012) didapatkan bahwa penderita
hipertensi pada responden yang sudah menikah sebesar 83%
Berbeda dengan pendapat Aisyiyah yang mengatakan bahwa
emosi seseorang akan semakin stabil setelah menikah dan menurun
kembali ketika berpisah dengan pasangannya. Adanya rasa saling
berbagi dan menghadapi masalah secara bersama diduga dapat
menurunkan tekanan psikis (stress) pada beberapa orang.
b Variabel Dependen
Kejadian Hipertensi di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian kejadian hipertensi di Puskesmas Kotaraja dari 92
responden didapatkan hasil responden yang memiliki hipertensi sebanyak
47 orang (51,1%) sedangkan yang tidak hipertensi sebanyak 45 orang
(48,9%).
c. Variabel Independen
1) Pola Makan di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian pola makan di Puskesmas Kotaraja dari 92
responden didapatkan hasil responden yang memiliki pola makan
yang cukup sebanyak 68 orang (73,9%) sedangkan pola makan yang
kurang sebanyak 24 orang (26,1%). Jenis makanan yang
menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang
mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam
makanan, kelebihan konsumsi lemak (I. Wijaya & Haris, 2020)
Pola makan adalah cara bagaimana kita mengatur asupan gizi
yang seimbang serta yang di butuhkan oleh tubuh. Mengatur pola
makan atau disebut diet adalah salah satu cara untuk mengatasi
hipertensi tanpa efek samping yang serius, karena metode
pengendaliannya yang lebih alami, jika dibandingkan dengan obat
penurun tekanan darah yang dapat membuat pasiennya menjadi
tergantung seterusnya pada obat tersebut (Mahmudah & Maryusman,
2015).
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Mahmasani and Isnaeni (2016) yang menunjukan
bahwa pola makan yang cukup 69.3%. Hal ini dapat terlihat
berdasarkan item pernyataan pola makan bahwa sebagian besar
responden memilih sering pada item yang menyatakan mengkonsumsi
makanan berbahan sayur dan buah-buahan.
2) Kebiasaan Meroko di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian kebiasaan merokok di Puskesmas Kotaraja dari
92 responden didapatkan hasil responden yang tidak merokok
sebanyak 51 orang (55,4%), sedangkan responden yang merokok
sebanyak 41 orang (44,6%). Nikotin dalam produk tembakau
memamcu sistemsaraf untuk melepasakan zat kimia yang dapat
menyempitkan pembuluh darah dan kontribusi terhadap tekanan darah
tinggi (Seyanda, 2015)
Merokok berpotensi besar dalam meningkatkan tekanan darah,
hal ini disebabkan oleh efek nikotin yang dapat menyebabkan
perangsangan terhadap hormon adrenalin, yang bersifat memicu
jantung dan tekanan darah. Jantung berkerja keras dan tekanan darah
akan semakin tinggi, dan berakibat terjadinya peningkatan tekanan
darah (Julia, 2017).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Elvira and Anggraini (2019) mengenai kebiasaan merokok dengan
kejadian penyakit hipertensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa
74,6% responden tidak merokok dan 25,4 responden memiliki
kebiasaan merokok. Hal ini disebabkan karenan yang menjadi
responden dalam penelitian ini lebih banyak wanita dibandingkan
dengan laki-laki
3) Riwayat keluarga di Puskesmas Kotaraja
Hasil penelitian Riwayat keluarga di Puskesma Kotaraja dari 92
responden didapatkan responden yang ada riwayat keluarga sebanyak
52 orang (56,5%), sedangkan responden yang tidak ada riwayat
keluarga sebanyak 40 orang (43,5%). Riwayat hipertensi yang
didapatkan pada orang tua, akan meningkatakan resiko terjadi
hipertensi esensial. Orang yang memmiliki keluarga menderita
hipertensi, memiliki risiko lebih besar menderita hipertensi esensial.
Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yeni, Djannah, and Solikhah (2010) yang menujukan
bahwa rata-rata penderita hipertensi memiliki ada riwayat keluaraga
65,9%. Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan
menyebabkan keluarga tersebut memiliki risiko menderita hipertensi.
Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler
dan rendahnya antara potassium terhadap sodium.
1. Analisa Bivariat
a. Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Penyakit Hipertensi di
Wilayah Kereja Puskesmas Kotaraja
Berdasarkan tabel 8 menunjukan hubungan pola makan dengan
kejadian penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja
diperoleh hasil yang mememiliki pola makan cukup terhadap
hipertensi sebanyak 38 orang (55,9%), sedangkan responden yang
pola makan cukup tapi tidak hipertensi sebanyak 30 orang (44,1%).
Responden yang pola makan kurang terhadap hipertensi adalah 9
orang (37,5%) dan responden yang pola makan kurang tapi tidak
hipertensi adalah 15 orang (62,5%). Hasil uji statistic Chi square
menunjukkan nilai ρ = 0,190 yang berarti ρ > α (0,05). Hal ini
menunjukkan tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian
penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nor (2010)
dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit
hipertensi di puskesmas Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir tahun
2010. Metode penelitian menggunakan penelitian analitik dengan
penelitian cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 100 orang dan
cara pengambilan sampelnya denga menggunakan accidental
sampling dengan menggunakan Kuisioner dan recall 24 jam. Hasil
penelitian menggunakan uji statistic dengan menggunakan Chi-
Square diperoleh tidak ada hubungan antara pola makan dengan
terjadinya hipertensi di Puskesmas Sidomulyo Samarinda yaitu
dengan (P = 0325).
Hasil penelitian wijaya and Sugiyanto (2011) dengan judul
hubungan pola makan dengan tingkat kejadian hipertensi pada lansia
di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu Galur Kulon Progo Yogyakarta
tahun 2011. diperoleh p value = 0,283 (p>α) sehingga Hα ditolak,
berate tidak adanya hubungan pola makan dengan tingkat kejadian
hipertensi pada lansia di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu Galur Kulon
Progo Yogyakarta.
Akan tetapi hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Pajeriaty (2018) dengan judul faktor yang
berhubungan dengan kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas
Mandalle Kecamatan Mandalle Kabupaten Pangkep, yang
menyatakan ada hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi.
Dari hasil analisis bivariate dengan menggunakan uji Chi-Square
didapatkan nilai p 0,032 <0,05.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahawapola makan bukan
menjadi salah satu penyebab utama terjadinya hipertensi pada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas kotaraja. Kemungkinan faktor
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini yang dapat mempengaruhi
tingkat kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Kotaraja adalah stress, obositas, kurang olahraga dan
konsumsi alcohol.
b. Hubungan Kebisaan Merokok dengan Kejadian Penyakit
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja
Berdasarkan tabel 9 menunjukan hubungan kebiasaan merokok
dengan kejadian penyakit Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja diperoleh hasil yang tidak merokok terhadap hipertensi
sebanyak 28 orang (54,9%), sedangkan responden yang tidak merokok
tapi tidak hipertensi sebanyak 23 orang (45,1%). Responden yang
merokok terhadap hipertensi adalah 19 orang (46,3%) dan responden
yang merokok tapi tidak hipertensi adalah 22 orang (53,7%). Hasil uji
statistic Chi square menunjukkan nilai ρ = 0,529 yang berarti ρ > α
(0,05). Hal ini menunjukkan tidak ada hubungan kebiasaan merokok
dengan kejadian penyakit hiprtensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja.
A. Kesimpulan
Penelitian mengenai hubungan pola makan, kebiasaan merokok dan
riwayat keluarga dengan kejadian Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja.
1. Tidak ada hubungan pola makan dengan kejadian penyakit hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja tahun 2020.
2. Tidak ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian penyakit
hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja tahun 2020.
3. Ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian penyakit hipertensi
di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja tahun 2020.
B. Saran
Amisi, W. G., Nelwan, J. E., & Kolibu, F. K. (2018). Hubungan Antara Hipertensi
Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Yang Berobat
Di Rumah Sakit Umum Pusat Prof. Dr. RD Kandou Manado. KESMAS,
7(4).
Budi, A. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian HIpertensi
TIdak Terkendali Pada Pemeriksaan Rutin DI Puskesmas Kedungmundu.
Bustan, M. N. (2010). Epidemiologi Penyakit TIdak Menular, Jakarta.
Dhianningtyas, Y. H., LuciaY. (2006). Risiko Obesitas, kebiasaan merokok, dan
konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi pada usia produktif. The
Indonesian Journal of Public Health, 2(3).
Elvira, M., & Anggraini, N. (2019). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Hipertensi. Jurnal Akademika Baiturrahim Jambi, 8(1), 78-89.
Julia, J. (2017). Bunga Rampai Pendidikan Seni dan Potensi Kearifan Lokal: UPI
Sumedang Press.
Lita, L., & Afrizal, A. (2017). ANALISIS PERBEDAAN PAJAK PENGHASILAN
TERUTANG SEBELUM DAN SESUDAH PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 46 TAHUN 2013 WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN BADAN
BIDANG USAHA PERDAGANGAN PADA KOTA JAMBI. Jurnal
Akuntansi & Keuangan Unja, 2(3), 45-55.
Mahmasani, & Isnaeni, Y. (2016). HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN
KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU MAWAR DESA
SANGUBANYU KABUPATEN PURWOREJO. Universitas' Aisyiyah
Yogyakarta.
Mahmudah, S., & Maryusman, T. (2015). Hubungan gaya hidup dan pola makan
dengan kejadian hipertensi pada lansia di Kelurahan Sawangan Baru
Kota Depok tahun 2015. Biomedika, 7(2).
Nor. (2010). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Hipertensi Di
Puskesmas Sidomudyo Kecamatan Samarinda Ilir tahun 2010. Skripsi
FKM Universitas Mulawarman Samarinda.
Pajeriaty, P. (2018). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi di
Wilayah Kerja Puskesmas Mandalle Kecamatan Mandalle Kabupaten
Pangkep. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 12(6), 583-588.
Prasetyorini, T., & Prawesti, D. (2012). Stres pada penyakit terhadap kejadian
komplikasi hipertensi pada pasien hipertensi. Jurnal Stikes, 5(1), 61-70.
Ramdhani, P. (2013). Pengaruh pola asuh orang tua terhadap prokrastinasi
akademik pada siswa SMP Negeri 2 Anggana. E-journal Psikologi1, 2,
137.
Rusnoto, R., & Hermawan, H. (2018). Hubungan Stres Kerja Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pekerja Pabrik Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu.
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 9(2), 111-117.
Septiawan, T., Permana, I., & Yuniarti, F. A. (2018). Studi deskriptif karakteristik
pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas gamping ii yogyakarta.
Jurnal Asosiasi Program Pascasarjana Perguruan Tinggi Muhammadiyah
‘Aisyiyah (APPPTMA.
Seyanda, Y. O. G. (2015). Hubungan Merokok Dengan Kejadian Hipertensi Pada
Laki-Laki Usia 3-65 ahun.
Tjekyan, R. S., & Zulkarnain, M. (2017). Faktor–faktor risiko dan angka kejadian
hipertensi pada penduduk Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 8(3).
Widyaningsih, N. N., & Latifah, M. (2008). Pengaruh keadaan sosial ekonomi,
gaya hidup, status gizi, dan tingkat stress terhadap tekanan darah. Jurnal
Gizi dan Pangan, 3(1), 1-6.
wijaya, & Sugiyanto. (2011). Hubungan Pola Makan dengan Tingkat Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Dusun 14 Sungapan Tirtorahayu Galur Kulon
Progo Yogyakarta. STIKES'Aisyiyah Yogyakarta.
Wijaya, I., & Haris, H. (2020). Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan terhadap
Kejadian Hipertensi diwilayah Kerja Puskesmas Towata Kabupaten
Takalar. MPPKI (Media Publikasi Promosi Kesehatan Indonesia): The
Indonesian Journal of Health Promotion, 3(1), 5-11.
Yeni, Y., Djannah, S. N., & Solikhah, S. (2010). Faktorfaktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Hipertensi pada Wanita Usia Subur di Puskesmas
Umbulharjo I Yogyakarta tahun 2009. Kes Mas: Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Daulan, 4(2), 24949.