Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERUBAHAN DAN ADAPTASI PSIKOLOGI DALAM MASA KEHAMILAN


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH : ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
DOSEN PENGAMPU : NURBANIY, M.KEB

Disusun oleh kelompok IV:


1. WINDI
2. EKA WATI SUCIATI
3. MITASARI
4. RISKA SUSILLA WATI
5. FATIMAH
6. SURYANTI

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) YAHYA BIMA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
perubahan dan adaptasi psikologi dalam masa kehamilan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang perubahan dan adaptasi
psikologi dalam masa kehamilan ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
                          

Bima 15 November 2021


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………...…………………………....…1
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….…2
DAFTAR ISI …………………………..………………………………………………….…3
BAB I
PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………….…………….4
1.2 Rumusan Masalah ………….……..………….…………………………….……………4
1.3 Tujuan Pembahasan ..……………………………………………..……….…………….4

BAB II
PEMBAHASAN
1.1. Perubahan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Hamil
…………………………………………5
1.2. Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Masa Kehamilan Trimester I, II dan
III………8
1.3. Peran Bidan Dalam Persiapan Psikologi Ibu Hamil Hamil Trimester I, II dan III…..
….12

BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan …………………………………………………………………………….14
b. Saran ………………………………………………………………………………..….14

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………...……17


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Wanita dari remaja sampai usia sekitar empat puluh, menggunakan masa kehamilan
untuk beradaptasi terhadap peran sebagai ibu. Adaptasi ini merupakan proses sosial dan
kognitif kompleks yang didasarkan pada naluri tetapi dipelajari (rubbin, affonso). Untuk
menjadi seorang ibu, seorang remaja harus beradaptasi dari perasaan dirawat ibu menjadi
seorang ibu yang melakukan perawatan. Sebaliknya seorang dewasa harus mengubah
kehidupan rutin yang dirasa mantap menjadi suatu kehidupan yang tidak dapat diprediksi,
yang diciptakan seorang bayi (mercer 1981).
Nulipara atau wanita tanpa anak menjadi wanita yang mempunyai anak dan multipara
wanita yang memiliki anak menjadi wanita yang memiliki anak – anak. (lederman 1984).
Seiring persiapannya untuk menghadapi peran baru, wanita tersebut mengubah
konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua begitu pula sama halnya dengan suami.
Suami siap untuk menjadi seorang ayah.Selama kehamilan kebanyakan wanita mengalami
perubahan psikologis dan emosional. Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan
betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan dan bahwa dia sudah
memilihkan sebuah nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang ada
wanita yang merasa khawatir kalau terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir kalau ada
kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, atau bahwa ada kemungkinan bayinya tidak
normal.
Wanita hamil secara ekstrim rentan. Dia takut mati baik dirinya maupun bayinya, ini
membuat banyak wanita lebih bergantung dan menuntut. Inilah waktu paling tepat untuk
memberikan nasehat, seperti mencari dukungan baru. Sebagai seorang bidan kita harus
menyadari adanya perubahan- perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberi
dukungan dan memperhatikan keprihatinan, kekhawatiran, ketakutan dan pertanyaan-
pertanyaan.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I?
2. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II?
3. Bagaimana perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III?

1.3. TUJUAN PENULISAN


2. Mengetahui perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I
3. Mengetahui perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester II.
4. Mengetahui perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester III
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Perubahan Adaptasi Psikologi Pada Ibu Hamil


Ada beberapa anggapan terhadap perubahan psikologi yang terjadi selama kehamilan,
hal ini berkaitan dengan beberapa perubahan biologik. Kejadian dan proses psikologi ini
diidentifikasi pada trimester kehamilan yang akan dibahas dibawah ini.
a. Perubahan Perilaku Pada Ibu Hamil
Kabar kehamilan akan memberikan kebahagiaan bagi pasangan yang mengharapkan
kehadiran sang buah hati. Kehadiran bayi mungil, lucu dan menggemaskan tentunya akan
membuat rumah anda semakin ceria, yang tadinya tidak ada jeritan dan tangisan sang buah
hati, tiba-tiba rumah anda ada keceeriaan tersendiri. Tak heran jika berbagi upaya dilakukan
oleh pasangan demi kehamilan dan kelahiran serta kehadiran sang buah hati yang
didambakan. Kehadiran sang buah hati akan semakin anda bersemangat dalam mengarungi
bahtera kehidupan dalam mengasuh dan mendidik titipan Illahi. Setiap ibu yang mengalami
kehamilan pasti ada perubahan perilaku pada si ibu ini semua di perngaruhi oleh perubahan
hormonal. Saat memutuskan untuk hamil suami dan istri harus benar- benar siap dengan
segala perubahan yang akan terjadi nanti pada si ibu baik perubahan fisik dan perilaku, agar
suami maupun istri siap menghadapinya. Jangan sampai perubahan ini membuat pasangan
jadi tidak harmonis.
1. Cenderung malas Para suami perlu memahami bahwa kemalasan ini bukan timbul
begitu saja, melainkan pengaruh perubahan hormonal yang sedang dialami istrinya.
Jadi tidak ada salahnya bila suami menggantikan peran istri untuk beberapa waktu.
Misalnya dengan menggantikannya membereskan tempat tidur, membuat kopi sendiri.
2. Lebih sensitive Biasanya, wanita yang hamil juga berubah jadi lebih sensitif. Sedikit-
sedikit tersinggung lalu marah. apa pun perilaku ibu hamil yang dianggap kurang
menyenangkan, hadapi saja dengan santai. Ingatlah bahwa dampak perubahan psikis
ini nantinya bakal hilang. Bukan apa-apa, bila suami membalas kembali dengan
kemarahan, bisa-bisa istri semakin tertekan sehingga mempengaruhi pertumbuhan
janinnya.
3. Minta perhatian lebih Perilaku lain yang kerap “mengganggu” adalah istri tiba-tiba
lebih manja dan selalu ingin diperhatikan. Meskipun baru pulang kerja dan sangat
letih, usahakan untuk menanyakan keadaannya saat itu. Perhatian yang diberikan
suami, walau sedikit, bisa memicu tumbuhnya rasa aman yang baik untuk
pertumbuhan janin. Demikian pula ketika istri merasakan pegal-pegal dan linu pada
tubuhnya. Istri sering meminta suami untuk mengusap tubuhnya. Sebaiknya lakukan
sambil memberikan perhatian dengan mengatakan bahwa hal ini memang sering
dialami wanita yang sedang hamil dan diperlukan kesabaran untuk menghadapinya.
4. Gampang cemburu Tak jarang, sifat cemburu istri terhadap suami pun muncul tanpa
alasan. Pulang telat sedikit saja, istri akan menanyakan hal macam-macam. Mungkin,
selain perubahan hormonal, istri pun mulai tidak percaya diri dengan penampilan
fisiknya. Ia takut bila suaminya pergi dengan wanita lain. Untuk menenangkannya,
suami perlu menjelaskan dengan bijaksana bahwa keterlambatannya dikarenakan hal-
hal yang memang sangat penting dan bukan karena perselingkuhan. Bila perlu,
ceritakan dengan terperinci aktivitas.
5. Akibat hormon progesterone Perubahan perilaku pada ibu hamil merupakan hal wajar
karena produksi hormon progesteronnya sedang tinggi. Hal inilah yang
mempengaruhi banyak hal, termasuk psikis ibu. Perubahan hormon yang terjadi pada
ibu hamil sebenarnya sama persis dengan perubahan hormon pada wanita yang
sedang mengalami siklus haid, perubahan hormon yang terjadi tidak selamanya akan
mempengaruhi psikis ibu hamil. Ada juga yang perilakunya tidak berubah. Hal ini,
disebabkan kerentanan psikis setiap orang yang berbeda-beda. Nah, daya tahan psikis
dipengaruhi oleh kepribadian, pola asuh sewaktu kecil, atau kemauan ibu untuk
belajar menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Biasanya ibu yang menerima
atau bahkan sangat mengharapkan kehamilan akan lebih mudah menyesuaikan diri
dengan berbagai perubahan. Secara fisik dan psikis, mereka lebih siap. Berbeda dari
ibu yang tidak siap, umpamanya karena kehamilannya tidak diinginkan, umumnya
merasakan hal-hal yang lebih berat. Begitu pula
6. dengan ibu yang sangat memperhatikan estetika tubuh. Dia akan merasa terganggu
dengan perubahan fisik yang terjadi selama kehamilan. Seringkali ibu sangat gusar
dengan perutnya yang semakin gendut, pinggul lebih besar, payudara membesar,
rambut menjadi kusam, dan sebagainya. Tentu hal ini akan semakin membuat psikis
ibu menjadi tidak stabil. Perubahan psikis umumnya lebih terasa di trimester pertama
kehamilan. Kala itu pula, ibu masih harus menyesuaikan diri dengan berbagai
perubahan hormon yang terjadi. Lalu berangsur hilang di trimester kedua dan ketiga
karena ibu sudah bisa menyesuaikan dirinya.

b. Waspadahi Perubahan Berlebihan


Perubahan perilaku pada ibu hamil, jika kadarnya masih normal, tidak akan
mengganggu proses tumbuh kembang janin. Namun, ada batasan yang mesti
diwaspadai, yakni saat perilaku ibu sudah “keterlaluan”. Kriteria keterlaluan memang
terkesan rancu, tapi yang pasti waspadai jika ibu terlihat dilanda kecemasan berlebih
atau stres sehingga perilakunya bisa “membahayakan” janin. Misalnya, kemalasan ibu
sampai membuatnya masa bodoh dengan kehamilannya. Atau kemarahan yang terjadi
sudah sering berubah menjadi amukan. kondisi psikis yang terganggu akan
berdampak buruk pada aktivitas fisiologis dalam diri ibu. Umpamanya, suasana hati
yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung,
tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat dan sekresi asam
lambung. Di samping itu, dapat pula memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu,
gelisah, pening, dan mual. Semua dampak ini akhirnya akan merugikan pertumbuhan
janin karena si kecil sudah dapat merasakan dan menunjukkan reaksi terhadap
stimulasi yang berasal dari luar dirinya. Apalagi masa trimester pertama merupakan
masa kritis menyangkut pembentukan organ tubuh janin. Oleh karena itu, walaupun
sifat pemalas, pemarah, sensitif, dan manja wajar muncul di masa hamil, Banyak hal
yang bisa dilakukan. Jika perubahan ini ditanggapi secara positif, baik ibu maupun
janin akan lebih sehat kondisinya. Inilah hal-hal yang bisa dilakukan untuk
mengurangi kemungkinan munculnya dampak psikis yang negative.

1. Menyimak informasi seputar kehamilan Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa


didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, atau situs kehamilan di internet. Dengan
mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang menghadapi
kehamilan. Ibu pun jadi tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu terhadap perubahan pada dirinya, tak
mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu
kondisi psikis.
2. Kontrol teratur Kontrol bisa dilakukan pada dokter kandungan atau bidan. Saat
konsultasi, ibu bisa menanyakan tentang perubahan psikis yang dialami. Biasanya,
bila ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu
untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi.
3. Perhatian suami Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan
emosi ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi
ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan.
4. Jalin komunikasi Jangan pernah menutupi perubahan psikis yang terjadi, tetapi
komunikasikanlah hal itu kepada suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa
berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan
dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kestabilan emosi ibu
hamil. Sebaliknya, perasaan ibu hamil yang dipendam sendiri tidak akan membawa
perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan.
5. Beraktivitas Sangat dianjurkan agar ibu mencari aktivitas apa pun yang dapat
meredakan gejolak perubahan psikis. Bisa dengan menjahit, melukis, bermain musik,
atau apa pun. Umumnya, ibu yang aktif di luar rumah bisa mengatasi berbagai
perubahan psikisnya tersebut dengan lebih baik.
6. Perhatikan kesehatan Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai
perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga
ringan dan memperhatikan asupan gizi. Hindari mengonsumsi makanan yang dapat
membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol,
rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi kehamilan.
7. Relaksasi Bila ingin mendapatkan perasaan yang lebih relaks, ibu bisa mengatasinya
dengan mendengarkan musik lembut, belajar memusatkan perhatian sambil mengatur
napas, senam yoga, dan bentuk relaksasi lainnya.
2.2. Perubahan Dan Adaptasi Psikologi Pada Masa Kehamilan

Ada beberapa anggapan terhadap perubahan psikologi yang terjadi selama ini
berkaitan dengan beberapa perubahan biologik. Kejadian dan proses psikologi ini
diidentifikasi pada trimester kehamilan yang akan dibahas dibawah ini.

1. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester I

Trimester pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat
fakta wanita bahwa ia hamil.Trimester pertama juga sering merupakan masa kekhawatiran
dari penantian. Segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh
akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah,
lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci
kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan
kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu berharap untuk tidak hamil.
Hampir 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung. Kejadian gangguan jiwa sebesar
15% pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan pertama. Menurut kumar dan robson
(1978) 12% wanita yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang
ingin menggugurkan kandungannya.
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori
Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk
mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.
Beberapa tahapan aktifitas penting seseorang menjadi ibu :
1. Taking on Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya
dengan meniru dan melakukan peran ibu.
2. Taking in Seorang wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan.
3. Letting go Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya.
Kehamilan pada trimester I ini cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang
ibu dalam mencapai perannya yaitu pada tahap taking on. Pada trimester pertama seorang ibu
akan selalu mencari tanda - tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil.
Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan
seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang
mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya. Para wanita juga
mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang
perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologisnya, jika
mereka multigravida, kecemasan berhubungan dengan pengalaman yang lalu. Banyak wanita
hamil yang mimpi seperti nyata, dimana hal ini sangat menggangu. Mimpinya seringkali
tentang bayinya yang bisa diartikan oleh ibu apalagi bila tidak menyenangkan. Bentuk
motivasi:

1. Motivasi suami Reaksi pertama


seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah adalah
timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan
keprihatinan akan kesiapannya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah
untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan
ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai
bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksualnya terhadap wanita hamil relatif lebih
besar. Disamping respon yang diperlihatkannya, seorang ayah dapat memahami
keadaan ini dan menerimanya. Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung
kehamilan istrinya dengan ritual-ritual keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang
diberikan oleh suami pada saat ini, bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih
pada :
 Untuk saling berkomunikasi dari sejak awal
 Menempatkan nilai – nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan
menjadi orang tua.

2. Motivasi keluarga
Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain. Tapi
mungkin bisa menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami karena
pada waktu itu wanita memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang
sangat dominan baginya. Keluarga dalam hal ini harus menjadi bagian dalam
mempersiapkan pasangan menjadi orang tua. Stress yang Terjadi Pada Kehamilan
Trimester I Ada 2 tipe stress yaitu yang negatif dan positif, kedua stress ini dapat
mempengaruhi reaksi individu.
Ada pula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik. Stress intrinsik berhubungan
dengan tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat
sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan
sosialnya secara profesional. Stress ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti
rasa sakit,kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi. Menurut Burnard (1991)
stress selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan 3 aspek utama yaitu :
 Stress di dalam individu
 Stress yang disebakan oleh pihak lain
 Stress yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social
Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap
kemampuan beradaptasi dengan kejadian kehamilannya. Memperkuat Ikatan
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehamilan memberikan kesempatan
pada seorang ibu untuk saling memperkuat hubungan. Dan hubungan yang kuat lebih
penting dari yang lainnya. Masa-masa kehamilan, persalinan dan bulan-bulan
sesudahnya merupakan saat yang sulit. Semakin dekat pada awalnya, akan semakin
baik akhirnya. Jadi, pada saat hidup masih relatif normal, luangkan waktu untuk
berdua, berbicara tentang perasaan pasangannya.
Betapapun bahagianya atau sibuknya pasangan suami istri, kegelisahan yang
timbul karena kondisi baru merupakan suatu yang normal.
Kehamilan dan Libido Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada wanita pada
trimester pertama ini berbeda- beda. Walaupun pada beberapa wanita mengalami
gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido
selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara
terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan
merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa hubungan seks. Libido sangat
dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan
kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada
trimester pertama.
Kehamilan dan Olahraga Setelah hamil, mayoritas wanita dapat melanjutkan
aktivitas biasa mereka. Tidak ada bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging,
bermain tennis, berenang, atau melakukan hubungan seks, dapat menimbulkan
masalah seperti keguguran atau fetal malformation (janin yang cacat) pada
kebanyakan wanita normal dan sehat. Kebanyakan dokter melarang program olahraga
baru yang dimulai pada saat hamil, kecuali latihan-latihan prenatal yang dirancang
khusus untuk wanita hamil. Latihan-latihan yang paling menguntungkan bagi wanita
hamil adalah latihan dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu
menopang uterus dan otot pinggul yang akan anda butuhkan untuk mendorong.
Latihan kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot
yang merupakan sesuatu yang biasa dalam kehamilan.

2. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester II

Trimester kedua sering dikatakan periode pancaran kesehatan. Ini disebabkan


selamatrimester ini wanita umumnya merasa baik dan terbebas dari ketidaknyamanan
kehamilan.Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase yaitu prequickeckening
(sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu) dan postquickening (setelah
adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh ibu), yang dapat dilihat pada penjelasan
berikut :

1. Fase prequickening
Selama akhir trimester pertama dan masa preqiuckening pada trimester
kedua, ibu hamil mengevaluasi lagi hubungannya dan segala aspek di dalammya
dengan ibunya yang telah terjadi selama ini. Ibu menganalisa dan mengevaluasi
kembali segala hubungan interpersonal yang telah terjadi dan akan menjadi dasar
bagaimana ia mengembangkan hubungan dengan anak yang akan dilahirkannya. Ia
akan menerima segala nilai dengan rasa hormat yang telah diberikan ibunya, namun
bila ia menemukan adanya sikap yang negatif, maka ia akan menolaknya. Perasaan
menolak terhadap sikap negatif ibunya akan menyebabkan rasa bersalah pada dirinya.
Kecuali bila ibu hamil menyadari bahwa hal tersebut normal karena ia sedang
mengembangkan identitas keibuannya. Proses yang terjadi dalam masa pengevaluasian
kembali ini adalah perubahan identitas dari penerima kasih sayang (dari ibunya)
menjadi pemberi kasih sayang (persiapan menjadi seorang ibu). Transisi ini
memberikan pengertian yang jelas bagi ibu hamil untuk mempersiapkan dirinya
sebagai ibu yang memberikan kasih saying kepada anak yang akan dilahirkannya.
2. Fase postquickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, identitas keibuan yang jelas akan
muncul. Ibu hamil akan fokus pada kehamilannya dan persiapan menghadapi peran
baru sebagai seorang ibu. Perubahan ini bisa menyebabkan kesedihan meninggalkan
peran lamanya sebelum kehamilan, terutama pada ibu yang mengalami hamil pertama
kali dan wanita karir. Ibu harus diberikan pengertian bahwa ia tidak harus membuang
segala peran yang ia terima sebelum kehamilannya. Pada wanita multigravida, peran
baru artinya bagaimana ia menjelaskan hubungan dengan anaknya yang lain dan
bagaimana bila nanti ia harus meninggalkan rumahnya untuk sementara pada proses
persalinan. Pergerakan bayi yang dirasakan membantu ibu membangun konsep bahwa
bayinya adalah individu yang terpisah dari dirinya. Hal ini menyebabkan perubahan
fokus pada bayinya. Pada saat ini, jenis kelamin bayi tidak begitu dipikirkan karena
perhatian utama adalah kesejahteraan janin (kecuali beberapa suku yang menganut
system patrilineal/matrilineal).
Ketika kehamilan telah terlihat, ibu dan pasangannya harus lebih sensitif
terhadap pengaruh kondisi ini pada mereka berdua. Ibu hamil sering merasa takut jika
pasangannya mendapati dirinya tidak menarik atau gendut, tapi masalah yang muncul
lebih rumit lagi. Komunikasi adalah kunci untuk menghadapi masalah ini. Tetap cara
ini dapat digunakan bila ibu dan pasangannya tetap terbuka dan memulainya sedini
dan sesering mungkin. Bila salah satu tidak membicarakan latar belakang masalah
yang dirasakan, atau setelah berdiskusi justru merasa depresi, saat itulah diperlukan
penasihat kehamilan dan orang sekitarnya yang dapat menolong ibu dan pasangannya.
a. Menjaga kehamilan yang sehat
Ibu hamil mungkin merasa lebih baik pada trimester kedua, tapi bukan berarti
bagian luar yang berubah, bagian dalam tubuh pun mengalami perubahan sebagai
respon terhadap kehamilan yang terus berkembang. Beberapa perubahan dapat saja
terasa mengganggu, namun ada juga perubahan yang terasa menyenangkan bagi ibu
hamil. Perubahan yang menyebabkan ketidaknyamanan adalah keadaan yang normal
bagi ibu hamil dan ibu harus diberikan pengertian terhadap kondisi tersebut sehingga
ia lebih merasa nyaman lagi. Beberapa perubahan yang menyenangkan seperti rasa
mual berkurang dibandingkan yang dialami selama trimester pertama, energi
bertambah dan peningkatan libido.
b. Reaksi orang-orang di sekitar ibu hamil
Tampaknya sang suami juga mengalami perubahan psikologis seiring
perubahan yang dialami istrinya yang hamil. Pada suatu studi dilaporkan sang suami
juga merasakan perubahan nafsu makan, perubahan berat badan, rasa sakit kepala
hingga kecemasan dan ketakutan dirasakan oleh suami yang istrinya sedang hamil.
Saat ini suami lebih aktif ikut menangani dalam kehamilan istrinya dan turut
merasakan tanggung jawab akan kelahiran bayinya. Apabila di dalam keluarga
terdapat anak sebelumnya, ia akan merasa bingung akan perubahan yang dialami
ibunya. Anak perlu diberikan pengertian secara sederhana tentang perubahan yang
terjadi dan hal yang akan dihadapi sehubungan dengan kehamilan. Ibu dari wanita
hamil tampaknya adalah orang yang sering mengambil peran yang cukup besar
selama kehamilan. Ibu hamil tampaknya merasa tergantung akan bantuan dari ibunya
dalam menghadapi kehamilan dan persiapan penerimaan bayi yang akan dilahirkan.
c. Berhubungan seks
Ada satu lagi perubahan yang terjadi pada trimester kedua yang harus
diimbangi untuk mengatasi ketidaknyamanan yaitu suatu peningkatan libido yang
pada trimester pertama dihilangkan oleh rasa mual dan lelah. Kebanyakan calon orang
tua khawatir jika hubungan seks dapat mempengaruhi kehamilan. Kekhawatiran yang
paling sering diajukan adalah kemungkinan bayi diciderai oleh penis, orgasme ibunya,
atau ejakulasi. Ibu hamil dan pasangannya perlu dijelaskan bahwa tidak ada yang
perlu dikhawatirkan dalam hubungan seks. Janin tidak akan terpengaruh karena
berada di belakang serviks dan dilindungi cairan amniotik dalam uterus. Namun
dalam beberapa kondisi hubungan seks selama trimester kedua tidak diperbolehkan,
mencakup plasenta previa dan ibu dengan riwayat persalinan prematur. Selain itu
meknisme fisik untuk saling merapat dalam hubungan seksual akan menjadi sulit dan
kurang nyaman, misalnya berbaring terlentang dan menahan berat badan suami.
Namun dengan mengkreasi posisi yang menyenangkan maka masalah ini dapat
diatasi. Walaupun sebagian ibu hamil merasakan seks selama hamil terasa meningkat,
tidak semua libido wanita meroket tinggi pada trimester kedua. Perubahan tingkat
libido disebabkan variasi perubahan hormone selama hamil. Karena respon terhadap
hormon berbeda, reaksi masing – masing ibu hamil pun berbeda.

3. Perubahan dan adaptasi psikologi pada kehamilan trimester III

Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu / penantian dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Trimester III
adalah waktu untuk mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orangtua seperti
terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang - kadang ibu merasa
khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu - waktu. Ini menyebabkan ibu meningkatkan
kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya persalinan. Ibu
seringkali merasa khawatir atau takut kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Kebanyakan ibu juga akan bersikap melindungi bayinya dan akan menghindari
orang atau benda apa saja yang dianggapnya membahayakan bayinya. Seorang ibu
mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada
waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester
ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek.
Disamping itu ibu mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan
kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada trimester inilah ibu
memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan. Trimester ketiga
merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi yang akan dilahirkan dan bagaimana
rupanya. Mungkin juga nama bayi yang akan dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester
ketiga adalah saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga
mulai menduga - duga tentang jenis kelamin bayinya ( apakah laki- laki atau
perempuan ) dan akan mirip siapa.

2.3. Peran Bidan Dalam Persiapan Psikologis Ibu Hamil Trimester I, II, dan III

1. Mempelajari keadaan lingkungan penderita Ibu hamil yang selalu memikirkan


mengenai keluarga, keuangan, perumahan dan pekerjaan dapat juga menimbulkan
depresi dan perlu penanggulangan. Untuk itu bidan harus melakukan pengkajian
termasuk keadaan lingkungan (latar belakang) sehingga mempermudah dalam
melakukan asuhan kebidanan.
2. Informasi dan pendidikan kesehatan
a) Mengurangi pengaruh yang negatif Kecemasan dan ketakutan sering
dipengaruhi oleh cerita – cerita yang menakutkan mengenai kehamilan dan
persalinan, pengalaman persalinan yang lampau atau karena kurangnya
pengetahuan mengenai proses kehamilan dan persalinan. Keadaan tersebut
perlu diimbangi dengan pendidikan mengenai anatomi dan fisiologi kehamilan
dan persalinan kepada penderita.
b) Memperkuat pengaruh yang positif Misalnya dengan memberikan dukungan
mental dan penjelasan tentang kebahagiaan akan mempunyai anak yang
diinginkan dan dinantikan.
c) Menganjurkan latihan – latihan fisik seperti senam hamil untuk memperkuat
otot – otot dasar panggul, melatih pernafasan, teknik mengedan yang baik dan
latihan – latihan relaksasi.
3. Adaptasi pada lingkungan tempat bersalinDilaksanakan dengan mengadakan orientasi
memperkenalkan ruang bersalin, alat – alat kebidanan dan tenaga kesehatan.
BAB III
PENUTUP

1.1. KESIMPULAN
Perubahan dan adaptasi psikologis pada kehamilan trimester I, pada kehamilan
trimester II, pada kehamilan trimester III dapat disimpulkan sebagai berikut : Trimester I
Ibu : (Terbuka atau diam-diam) Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya
Berkembang perasaan khusus, mulai tertarik karena akan menjadi ibu, Antipati karena
ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang tidak menginginkan
kehamilan ,Perasaan gembira , Ada perasaan cemas karena akan punya tanggung jawab
sebagai ibu.
Menerima atau menolak perubahan fisik Ayah : Berbeda tergantung dari : usia,
jumlah anak, interest terhadap anak, stabilitas ekonomi Menerima atau menolak keadaan
istrinya yang bisa disebabkan karena adanya gangguan komunikasi, Toleransi terhadap
kebutuhan seksual. Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun, Ayah dapat
menjadi stress, untuk mengatasinya membuat kegiatan baru diluar rumah.
Trimester II Ibu Mengalami perubahan fisik yang lebih nyata, Ibu merasakan
adanya pergerakan janin karenanya ia menerima dan menganggap sebagai bagian dari
dirinya, Dorongan seksual dapat meningkat atau menurun, Mencari perhatian suami,
Berkonsentrasi pada kebutuhan diri dan bayinya, Perasaan lebih berkembang sehingga
ibu mulai mempersiapkan perlengkapan bayinya, Perasaan cenderung lebih stabil.
Ayah : Merasa senang dengan pergerakkan janin, Melibatkan diri dengan
masalah kehamilan istrinya, Memberikan perhatian yang dibutuhkan oleh istrinya. Bila
merasa gagal dalam memberikan perhatian ini ayah menghabiskan waktu diluar rumah,
Bila berhasil perhatian yang diberikan lebih besar lagi.
Trimester III Ibu Kecemasan dan ketegangan semakin meningkat oleh karena
perubahan postur tubuh atau terjadi gangguan body image, Merasa tidak feminim
menyebabkan perasaan takut perhatian suami berpaling atau tidak menyenangi
kondisinya 6-8 minggu menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, merasa
cemas terhadap kondisi bayi dan dirinya , Adanya perasaan tidak nyaman , Sukar tidur
oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan, Menyibukan diri dalam
persiapan menghadapi persalinan Ayah : Meningkatnya perhatian pada kehamilan
istrinya, Meningkatnya tanggung jawab finansial, Perasaan takut kehilangan istri dan
bayinya, Adaptasi terhadap pilihan senggama karena ingin membahagiakan istrinya

1.2. SARAN
Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan baik fisik
maupun psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan
adaptasi terhadap proses kehamilan yang terjadi. dari itulah sebagai seorang calon bidan
kita berusah belajar semaksimal mungkin agar dapat mengenali sifat psikologi seorang
ibu hamil pada perjalan kehamilannya menuju partus. Semoga makalah ini menjadi
referensi untuk mengenali ibu hamil utamanya dalam bentuk adaptasi psikologinya dan
bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, lowdernik, jensen, buku ajar keperawatan maternitas, jakarta : egc, 2004
Pusdikanakes–who–jhpiego,asuhanantenatal,jakarta,2003
http://www.scribd.com/doc/14440500/PERUBAHAN-PSIKOLOGIS-PADA-MASA-
KEHAMILAN
http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/18/perubahan-perilaku-pada-ibu-hamil/
http://bidandesa.com/psikologi-pada-ibu-hamil.html

Anda mungkin juga menyukai