Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami mengharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua tentang “ Masalah seksual yang terjadi pada masa
perimenopause”.
Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada dosen pembimbing dan kepada teman-teman yang telah memberikan
dukungan untuk menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan untuk
kesempurnaan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Premenopause merupakan suatu fase transisi yang dialami para perempuan dalam
menuju masa menopause, fase ini adalah satu kondisi fisiologis pada perempuan yang
telah memasuki proses penuaan (aging), yang ditandai dengan menurunnya kadar
hormonal estrogen dari ovarium. Masa ini bisa terjadi selama 2- 5 tahun, sebelum
menopause (Proverawati, 2010). Premenopause sendiri terjadi ketika perempuan mulai
memasuki usia 39 – 51 tahun, namun umur terjadinya premenopause pada masing-
masing individu tidaklah sama (Lauren dkk, 2012). Pada masa ini perempuan
menyesuaikan diri dengan menurunnya produksi hormon yang dihasilkan oleh ovarium
yang dampaknya sangat bevariasi (Proverawati, 2010).
A. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu,
sebagai berikut:
1. Bagaimana perimenoupause?
2. Bagaimana cara mengatasi masalah seksual pada masa perimenopause?
B. Tujuan
Adapun tujuan permasalahan dari makalah ini yaitu, sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami Masalah seksual yang terjadi pada masa
perimenopause .
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan dan cara mengatasinya .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Premenopause
Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,
namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan
sering lupa pada hal- hal sederhana.
b. Timbul kecemasan.
Banyak wanita yang mengeluh bahwa setelah menopause, mereka menjadi pencemas.
Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam
menghadapi situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan dalam menghadapi
situasi yang sebelumnya tidak pernah dikhawatirkan. Misalnya jika dulu biasa pergi
sendirian pergi sendirian ke luar kota, sekarang merasa cemas dan khawatir. Hal itu
sering diperkuat oleh larangan oleh anak-anaknya. Kecemasan pada wanita lansia yang
telah menopause umumnya bersifat relatif, artinya ada orang cemas dan khawatir.
c. Mudah tersinggung.
Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan dengan kecemasan. Wanita lebih mudah
tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumya dianggap tidak menganggu.
Perasaannya menjadi sangat sensitif terhadap tidak mengganggu. Perasaannya menjadi
sangat sensitif terhadap sikap dan perilaku orang-orang disekitarnya, terutama jika
sikap dan perilaku tersebut dipersepsikan menyinggung proses penerimaan yang sedang
terjadi dalam dirinya.
d. Mengalami stres.
Ketegangan perasaan atau selalu beredar dalam lingkungan pekerjaan, pergaulan sosial,
kehidupan rumah tangga dan bahkan menyelusup ke dalam tidur. Jika tidak
ditanggulangi stress dapat menyita energi, mengurangi produktivitas kerja dan
menurunkan kekebalan terhadap penyakit. Tingkat psikologis, respon orang terhadap
sumber stress tidak bias diramalkan. Perbedaan suasana hati dan emosi dapat
menimbulkan beragam reaksi, mulai dari reaksi marah sampai akhirnya ke hal-hal yang
lebih sulit untuk dikendalikan.
e. Depresi.
Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih karena kehilangan kemampuan
untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih
karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, atau sedih karena kehilangan daya
tarik.
2. Gejala-Gejala Menopause (Mubarak, 2012)
Gejala menopause menurut Mubarak dipengaruhi oleh 4 faktor diantaranya :
a. Faktor Psikis
Keadaan sosial ekonomi mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Apabila
faktor-faktor di atas cukup baik, akan mengurangi beban fisiologis dan psikologik.
c. Budaya dan lingkungan
Pengaruh budaya dan lingkungan sudah terbukti sangat mempengaruhi wanita dalam
penyesuaian diri dengan fase klimakterium.
d. Fakor lain
Wanita yang belum menikah dan wanita karier, baik yang sudah atau belum berumah
tangga, riwayat menarche yang terlambat berpengaruh terhadap keluhan-keluhan
klimakterium yang ringan. Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus,
baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan
psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan
progesteron. Karena fungsi ovarium
berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan
tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan
wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat (Proverawati,
2009). Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara
perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita
penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala
yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan
ovarium (Proverawati, 2009).
3. Beberapa keluhan fisik yang di alami wanita premenopause (Aqila,
2010) :
a. Ketidakteraturan siklus haid
Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini
terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu
beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala
peralihan.
b. Kekeringan vagina
Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina.
Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar
estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi
adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka
wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur
akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim
sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang
menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat
kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing (Aqila, 2010).
4. Adapun persiapan-persiapan yang dapat kita lakukan untuk
mempersiapkan masa menopause antara lain sebagai berikut :
a. Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin seperti buah
dan sayuran
b. Berolahraga teratur
d. Melakukan hobi
f. Menghindari rokok
l. Tingkatkan ibadah
Menurunnya kadar hormon estrogen dalam tubuh wanita menopause juga menurunkan
aliran darah yang mengalir ke vagina. Efeknya, terjadi penurunan produksi cairan
pelumas vagina yang menyebabkan vagina menjadi kering. Kondisi ini membuat
hubungan seksual terasa menyakitkan, sehingga membuat wanita menopause enggan
untuk melakukan hubungan seksual.
Selain karena perubahan hormon, penurunan gairah seksual wanita menopause juga bisa
disebabkan oleh depresi, stres, kecemasan, gangguan tidur, dan gangguan kesehatan
tertentu.
Keluhan gairah seksual yang menurun setelah menopause dialami oleh sebagian besar
wanita. Namun, ada pula yang gairah seksualnya justru meningkat begitu memasuki masa
menopause.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor psikis, misalnya karena wanita menopause tidak perlu lagi
mencemaskan kehamilan yang tidak diinginkan dan sebagian besar wanita menopause
sudah tidak lagi memikul tanggung jawab untuk membesarkan anak. Hal ini
menyebabkan wanita menopause menjadi lebih santai dan menikmati hubungan intim
dengan pasangannya.
Untuk mengatasi perubahan gairah seksual yang terjadi pada wanita menopause, terutama
penurunan gairah seks, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Menggunakan cairan pelumas
Jika penurunan gairah seksual disebabkan oleh vagina kering, Anda dapat menggunakan
pelumas agar hubungan seks menjadi lebih nyaman. Namun, hindari penggunaan
pelumas yang berbahan dasar minyak (oil-based).
Olahraga rutin bisa menjadi salah satu cara untuk mengurangi stres dan memperbaiki
suasana hati. Suasana hati yang baik diyakini bisa meningkatkan gairah seksual wanita
menopause.
Sebagian wanita memilih untuk melakukan terapi hormon estrogen untuk membantu
meningkatkan gairah seksualnya. Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk
mengetahui terapi hormon dan pengobatan yang dapat meningkatkan gairah seksual serta
mengatasi beragam gangguan kesehatan yang muncul saat menopause.
a. Faktor predisposisi
Menurut teori psikoanalitik Sigmund Freud, kecemasan timbul karena konflik antara
elemen kepribadian yaitu id (insting) dan super ego (nurani). Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang sedang superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan norma budayanya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elememen yang bertentangan dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Menurut teori ini kecemasan timbul dari perasan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.
3. Teori behavior
Stuart (2007) membagi tingkat kecemasan menjadi empat tingkat antara lain:
a. Kecemasan Ringan
b. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif
namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Respon fisiologis: sering nafas pendek,
nadi dan tekanan darah meningkat, mulut kering, diare, gelisah. Respon kognitif: lapang
persepsi menyempit, rangsangan luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang
menjadi perhatiannya. Respon perilaku dan emosi: meremas tangan, bicara banyak dan
lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi seseorang terhadap sesuatu yang terinci dan spesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk
menghentikan ketegangan individu dengan kecemasan berat memerlukan banyak
pengarahan untuk dapat memusatkan pikiran pada suatu area lain. Respon fisiologi :
nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat, ketegangan dan sakit
kepala. Respon kognitif : lapang persepsi amat sempit, tidak mampu menyelesaikan
masalah. Respon perilaku dan emosi : perasaan ancaman meningkat.
d. Panik
Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Hilangnya kontrol,
menyebabkan individu tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Respon fisologis : nafas pendek, rasa tercekik, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi
motorik rendah. Respon kognitif : lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berpikir
logis. Respon perilaku dan emosi: mengamuk dan marah, ketakutan, kehilangan kendali.
9. Respon Kecemasan
Secara fisiologis respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem
saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi
proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan meminimalkan respon tubuh.
Reaksi tubuh terhadap kecemasan adalah “fight” atau “flight”. Flight merupakan reaksi
isotonik tubuh untuk melarikan diri, dimana terjadi peningkatan sekresi adrenalin ke
dalam sirkulasi darah yang akan menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan
tekanan darah sistolik, sedangkan fight merupakan reaksi agresif untuk menyerang yang
akan menyebabkan sekresi noradrenalin, rennin angiotensin sehingga tekanan darah
meningkat baik sistolik maupun diastolik. Bila korteks otak menerima rangsang akan
dikirim melalui saraf simpatis ke kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau
epinefrin sehingga efeknya Antisipasi Ringan, Sedang, Berat, Panik
Respon adaptif, Respon Mal adaptif antara lain napas menjadi lebih dalam, nadi
meningkat. Darah akan tercurah terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otot.
Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meningkat.
b. Respon Psikologis terhadap Kecemasan
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi
pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah
lupa, menurunnya lapang persepsi, dan bingung.
d. Respon Afektif
Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
10. Penatalaksanaan kecemasan
a Penatalaksanaan Farmakologi
Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini digunakan untuk
jangka pendek, dan tidak dianjurkan untuk
jangka panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan ketergantungan. Obat
anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan
juga digunakan (Isaacs, 2005).
b Penatalaksanaan non farmakologi
1) Distraksi
Afirmasi atau penegasan adalah pernyataan penerimaan yang digunakan diri sendiri
dengan kebebasan yang berlimpah, kemakmuran dan kedamaian. Afirmasi bisa juga
merupakan kalimat-kalimat positif atau sekelompok kalimat yang dirangkai menjadi
satu. Afirmasi yang digunakan dengan benar adalah alat psikologis yang sangat kuat
untuk bertumbuh (Abdurrahman, 2012). Afirmasi adalah kombinasi teknik verbal dan
visual keadaan disukai pikiran seseorang. Afirmasi yang kuat dapat menjadi sangat kuat,
dan dapat digunakan oleh hampir semua orang untuk mencapai tujuan mereka dan
memenuhi keinginan mereka (Chapman, 2010).
11. Manfaat
Pikiran dan afirmasi yang positif akan meningkatkan energi dan membawa hal-hal yang
positif dalam kehidupan. Sedangkan pikiran- pikiran dan afirmasi negatif cenderung
melelahkan dan berpotensi menimbulkan kegagalan. Selain itu juga membuat seseorang
lebih cepat tua dan tidak menarik (Ola, 2008). Herbert dalam Elfiky (2009) mengatakan
bahwa jiwa dan tubuh saling melengkapi. Pikiran jiwa berpengaruh pada seluruh
anggota tubuh bagian luar dan bagian dalam seperti detak jantung, suhu panas, proses
bernafas dan lain sebagainya. Pikiran negatif bisa membuat detak jantung semakin
cepat, tekanan darah meninggi, nafas cepat dan suhu tubuh berubah. Harris & Epton
(2009) menyebutkan bahwa afirmasi positif yang efektif dapat merubah pikiran negatif
seseorang. Manipulasi afirmasi memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi
masyarakat untuk terlibat dalam perilaku
kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme yang lebih baik.
2) Relaksasi
Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi, meditasi, relaksasi imajinasi dan
visualisasi serta relaksasi progresif (Isaacs, 2005).
12. Penilaian Terhadap Kecemasan
sosial/kesehatan dan mematuhinya menurut Armitage & Rowe, (2011) dalam Sambodo,
(2013).
1. Teknik afirmasi
Hal ini penting untuk menghindari pikiran negatif. Ini adalah penggunaan kata-kata yang
lebih positif yang memperkuat hasil akhir pilihan anda, dan tidak membawa dari setiap
skenario yang tidak diinginkan yang mungkin membingungkan alam bawah sadar
gunakan kalimat yang spesifik.
2. Tahap afirmasi positif
1. Persiapan alat
a) Alat tulis
b) Lembar kuesioner
c) Kertas kecil
2. Ppt
b. Tahap interaksi
1. Kontrak waktu
c. Tahap kerja
1. Mengucapkan salam
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan langka-langkah tindakan
a. Pengertian
4. Faktor psikososial
Identitas seksual adalah pengenalan dasar tentang seks diri secara anatomis
yang sangat berhubungandengan kondisi biologis, yaitu kondisi anatomis dan
fisiologis, organ seks, hormon, dan otak dan saraf pusat. Identitas gender
berkaitan dengan aspek psikologis, yaitu bagaimana seseorang memutuskan
menafsirkan identitas seksual untuk dirinya atau citra diri seksual (sexual
self-image) dan konsep diri.
c. Dimensi Seksual
Secara ringkas, setiap masyarakat memainkan peran yang sangat kuat dalam
membentuk nilai dan sikap seksual, juga dalam membentuk atau
menghambat perkembangan dan ekspresi seksual anggotanya. Peraturan ini
menjadi bagian integral dari cara berpikir individu dan menggarisbawahi
perilaku seksual, termasuk, misalnya saja, bagaimana seorang menemukan
pasangan hidupnya, seberapa sering mereka melakukan hubungan seks, dan
apa yang mereka lakukan ketika mereka berhubungan seks.
2. Dimensi agama dan etik
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik. Ide
pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas
membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual, spektrum sikap yang
ditunjukkan pada seksualitas di rentang dari pandangan tradisional tentang
hubungan seks hanya dalam perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan
individu menentukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang
melewati batas kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
Michael et. al. (1994) dalam Andarmoyo (2012) salah satu risetnya membagi
responden menjadi tiga kategori dengan dasar sikap dan keyakinan. Individu
yang masuk ke dalam kategori tradisional mengatakan bahwa keyakinaan
keagamaan mereka selalu memberikan pedoman perilaku seksual mereka.
Dalam kategori ini, homoseksualitas, aborsi, dan hubungan seks pranikah dan
di luar nikah selalu dianggap salah. Kategori relasional berkeyakinan bahwa
seks harus menjadi bagian dari hubungansaling mencintai, tetapi tidak harus
terjadi dalam
perkawinan. Kategori rekreasional mengatakan bahwa kebutuhan seks tidak
ada kaitannya dengan cinta.
3. Dimensi psikologis
PENUTUP
A. Kesimpulan
Periode klimakterium (Premenopause) merupakan masa
peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa
ini disebut juga dengan pra menopause, antara usia 40 tahun,
ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan
haid yang memanjang dan relatif banyak. Premenopause merupakan
bagian dari masa klimakterium yang terjadi sebelum menopause
(Pranoto, 2007).
Perubahan gairah seksual wanita menopause umumnya disebabkan
perubahan kadar hormon dalam tubuh. Saat menopause,
kadar hormon estrogen yang memegang peranan penting terhadap
fungsi seksual akan mengalami penurunan. Efeknya, wanita
menopause lebih sulit untuk terangsang dan mengalami orgasme.
Menurunnya kadar hormon estrogen dalam tubuh wanita menopause
juga menurunkan aliran darah yang mengalir ke vagina. Efeknya,
terjadi penurunan produksi cairan pelumas vagina yang
menyebabkan vagina menjadi kering. Kondisi ini membuat
hubungan seksual terasa menyakitkan, sehingga membuat wanita
menopause enggan untuk melakukan hubungan seksual
B. Saran
Dengan eksistensi makalah ini dapat menjadi acuan dalam
meningkatkan wawasan kita tentang masalah seksual yang terjadi pada
masa perimenopause serta kami menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dalam kesempurnaan makalah kami ini.
DAFTAR PUSTAKA