Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH ANATOMI FISIOLOGI

MENSTRUASI

Dosen Pembimbing :

Rini Ambarwati, S.Kep. Ns., M.Si

Disusun Oleh :

Amelia Nur Indah Sari

NIM P27820720051

TINGKAT 1 SEMESTER 1 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN


PROFESI NERS JENJANG SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2020/2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Makalah: Menstruasi

Disusun Oleh : Amelia Nur Indah Sari

NIM : P27820720051

Jurusan : Pendidikan Profesi Ners Jenjang Sarjana Terapan Keperawatan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa makalah yang saya
selesaikan adalah benar. Dengan ini saya menyatakan penulisan makalah dengan
ditetapkan oleh ibu guru/dosen.

Surabaya, 20 Januari 2021

Yang Membuat Pernyataan Yang Memberi Pengesahan

(Amelia Nur Indah Sari) (Rini Ambarwati, S.Kep.Ns., M.Si)

2
DAFTAR ISI

COVER...............................................................................................................1

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................3

KATA PENGANTAR.......................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................5

1.1 Latar Belakang......................................................................................5


1.2 Perumusan Masalah..............................................................................5
1.3 Tujuan....................................................................................................6
1.3.1 Umum..........................................................................................6
1.3.2 Khusus.........................................................................................6
1.4 Manfaat..................................................................................................6

BAB II KONSEP TEORI.................................................................................7

2.1 Menstruasi..............................................................................................7
2.1.1 Definisi Menstruasi......................................................................7
2.1.2 Fisiologi Menstruasi.....................................................................8
2.1.3 Siklus Menstruasi.......................................................................16
2.1.4 Faktor Hormon yang Memengaruhi
Menstruasi..................................................................................18
2.2 Nyeri Menstruasi (Dismenore)...........................................................13
2.3 Gangguan Menstruasi.........................................................................16
2.3.1 Gangguan Siklus Haid...............................................................22
2.3.2 Gangguan Volume dan Lama Menstruasi...............................23
2.3.3 Gangguan Lain Terkait Menstruasi.........................................23

BAB III SIMPULAN.......................................................................................24

3
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini
tentang “Menstruasi” meskipun masih terdapat kekurangan di dalamnya. Saya sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai topik makalah “Menstruasi” ini. Saya juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah saya buat, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa ada saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
bagi para pembaca. Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata - kata yang
kurang berkenan dan mohon kritik serta saran yang membangun demi perbaikan di
masa yang mendatang.

Surabaya, 20 Januari 2021

Penulis

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Haid atau yang sering disebut dengan menstruasi merupakan pelepasan
lapisan dalam (endometrium) yang disertai pendarahan, terjadi berulang setiap
bulan secara periodik, kecuali pada saat hamil. Sedangkan siklus haid adalah
waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid periode berikutnya.
Siklus haid setiap perempuan berbeda antara yang satu dengan yang
lainnya, bukan saja antara beberapa perempuan, tetapi juga pada perempuan yang
sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar siklus haidnya tidak
terlalu sama.
Sebelum datangnya haid, setiap perempuan umumnya mengalami sindrom
bulanan atau yang lebih dikenal dengan sindrom pra-haid. Sindrom ini sangat
mengganggu aktifitas perempuan, terutama mereka yang aktif bekerja diluar
rumah. Selain itu, gangguan haid juga sering terjadi seperti: dismenorea,
hipermenorea, hipemenorea, amenorea, dan masih banyak gangguan haid lainnya
yang sering dialami oleh para perempuan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian dari menstruasi !
2. Jelaskan fisiologi dari menstruasi !
3. Jelaskan apa saja fase siklus menstruasi !
4. Apa saja faktor hormon yang mempengaruhi menstruasi ?
5. Jelaskan pengertian dari nyeri menstruasi !
6. Jelaskan gejala nyeri mentruasi !
7. Jelaskan penyebab timbulnya nyeri menstruasi !
8. Jelaskan apa saja gangguan dari menstruasi !

5
1.3 Tujuan
1.3.1 Umum
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca
1.3.2 Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian dari menstruasi
2. Untuk mengetahui fisiologi dari menstruasi
3. Untuk mengetahui apa saja fase siklus menstruasi
4. Untuk mengetahui faktor hormon yang mempengaruhi menstruasi
5. Untuk mengetahui pengertian dari nyeri menstruasi
6. Untuk mengetahui gejala nyeri mentruasi
7. Untuk mengetahui penyebab timbulnya nyeri menstruasi
8. Untuk mengetahui apa saja gangguan dari menstruasi

1.4 Manfaat
1. Dapat memahami pengertian dari menstruasi
2. Dapat memahami fisiologi dari menstruasi
3. Dapat memahami apa saja fase siklus menstruasi
4. Dapat memahami faktor hormon yang mempengaruhi menstruasi
5. Dapat memahami pengertian dari nyeri menstruasi
6. Dapat memahami gejala nyeri mentruasi
7. Dapat memahami penyebab timbulnya nyeri menstruasi
8. Dapat memahami apa saja gangguan dari menstruasi

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menstruasi
2.1.1 Definisi Menstruasi
Menstruasi tanda mulai berkembangnya organ reproduksi pada
remaja. Ovulasi dan menstruasi reguler mulai terjadi pada usia antara 6-14
bulan setelah menarche. Menarche adalah menstruasi pertama yang terjadi
dua tahun sejak timbulnya pubertas (Hockanberry,et all, 2009). Menstruasi
dimulai antara usia 12-15 tahun dan dapat menimbulkan berbagai gejala
pada remaja, diantaranya nyeri perut (kram), sakit kepala terkadang
vertigo, perasaan cemas, gelisah (Anugoro. 2008), dan konsentrasi buruk
(Bobak, et all, 2005).
Pada remaja menstruasi dapat terjadi sesuai dengan waktunya dan
sebagian remaja lainnya, menstruasi terjadi lebih awal (maju) dan atau
lebih lambat (mundur) waktunya (Sautrock, 2007). Menstruasi adalah
perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah
ovulasi (Bobak, et all, 2005). Hari pertama keluarnya darah menstruasi
ditetapkan sebagai hari pertama siklus endometrium, lama rata-rata
menstruasi adalah 5 hari (rentang 3-6 hari) dan jumlah darah rata-rata yang
hilang ialah 50 ml (rentang 20-80 ml), namun hal ini sangat bervariasi.
Menstruasi dikatakan normal apabila siklusnya 21-35 hari (rata-rata 28
hari), lamanya 2-7 hari, sebanyak 20-60 ml (2-5 pembalut per hari), 14
tidak ada rasa nyeri, dan terjadi ovulasi (Progestian, 2010).
Menstruasi atau datang bulan (menstruasi) adalah perubahan
fisiologis dalam wanita yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh
hormon reproduksi. Periode ini penting dalam hal reproduksi, biasanya
terjadi setiap bulan antara remaja sampai menopause (Lestari, 2008).

7
Menstruasi merupakan tanda siklus subur dan puncak kesuburan
perempuan secara seksualitas sudah siap untuk memiliki keturunan. Dalam
keadaan normal menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh
dan keluar dalam bentuk yang kental yaitu darah menstruasi dan masa
reproduksi dimulai ketika sudah terjadi pengeluaran sel telur yang matang
(ovulasi) pada siklus menstruasi (Manuaba, 2010). Berdasarkan penjelasan
di atas dapat disimpulkan bahwa menstruasi adalah peluruhan dinding
uterus secara periodik terjadi setelah empat belas hari masa ovulasi pada
setiap bulan, dengan lama perdarahan dan siklus bervariasi.

2.1.2 Fisiologi Menstruasi


Siklus menstruasi merupakan suatu rangkaian proses yang saling
mempengaruhi dan terjadi secara bersamaan di endometrium, kelenjar
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Tujuan siklus menstruasi adalah
membawa ovum yang matur dan memperbarui jaringan uterus untuk
persiapan pertumbuhan atau fertilisasi.
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur 15
terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal,
sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan
masa sekresi (Bobak,et all. 2005).
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan
hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar
rahim), miometrium (lapisan otot rahim, terletak di bagian tengah), dan
endometrium (lapisan terdalam rahim).

8
Endometrium adalah lapisan yang berperan di dalam siklus menstruasi, 2/3
bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar,
dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis. Sistem
hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah (Prawirohardjo,
2011)
a. FSH-RH (Follicle Stimulating Hormone Releasing Hormone) yang
dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan
FSH.
b. LH-RH (Luteinizing Hormone Releasing Hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH.
c. PIH (Prolactine Inhibiting Hormone) yang menghambat hipofisis
untuk mengeluarkan prolaktin.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis


merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur).
Pada umumnya hanya 1 (satu) folikel yang terangsang namun dapat
perkembangan menjadi lebih dari 1 (satu), dan folikel tersebut berkembang
menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu
LH.

9
Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing
hormon yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH
dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus.
Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan
menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen,
estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah
pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi.

Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan


menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH
(luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik), korpus luteum
menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium. (Prawirohardjo, 2011) Bila tidak ada pembuahan
maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar
estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan
degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus

10
luteum tersebut dipertahankan. Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama
yaitu:

a. Fase menstruasi (fase deskuamasi atau fase menstruasi)


Pada saat setelah terjadinya proses ovulasi, sel-sel granulosa
ovarium akan berubah menjadi sel-sel luteal ovarium, yang berperan
dalam peningkatan pengeluaran hormon progesteron dan penurunan
hormon estrogen. Penurunan hormon estrogen disebabkan oleh
terjadinya puncak peningkatan kadar hormon LH dan aktivitasnya
yang terbentuk ketika proses ovulasi terjadi dan berakibat terjadi
proliferasi dari sel-sel granulosa ovarium, yang secara langsung akan
menghambat dan menurunkan proses sintesis hormon estrogen dan
FSH serta meningkatkan pembentukan hormon progesteron di
ovarium. Salah satu peran dari hormon progesteron adalah sebagai
pendukung utama terjadinya proses kehamilan. Apabila proses
kehamilan tersebut tidak terjadi, peningkatan hormon progesteron akan
mengikuti terjadinya penurunan hormon LH dan secara langsung
hormon progesteron (bersama dengan hormon estrogen) akan
melakukan penghambatan terhadap pengeluaran hormon FSH, LH, dan
LHRH, yang derajat hambatannya bergantung pada konsentrasi dan
lamanya pengaruh hormon progesteron tersebut, sehingga proses
sintesis dan sekresi dari ketiga hormon hipofisis tersebut,
memungkinkan terjadinya pertumbuhan folikel-folikel dan proses
ovulasi di ovarium selama fase luteal, akan berkurang atau berhenti,
dan akan menghambat juga perkembangan dari korpus luteum.
Beberapa proses lainnya yang terjadi pada awal sampai
pertengahan fase luteal adalah terhentinya proses sintesis enzim-enzim
dan zat mukopolisakarida yang telah berjalan sebelumnya sejak masa
awal fase proliferasi. Akibatnya, terjadi peningkatan permeabilitas
(kebocoran) dari pembuluh-pembuluh darah di lapisan endometrium

11
uteri yang sudah berkembang sejak awal fase proliferasi dan banyak
zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya mengalir menembus
langsung stroma dari lapisannya tersebut. Proses tersebut dijadikan
sebagai persiapan lapisan endometrium uteri untuk melakukan proses
nidasi terhadap hasil konsepsi yang terbentuk jika terjadi proses
kehamilan. Jika tidak terjadi proses kehamilan, enzim-enzim dan zat
mukopolisakarida akan dilepaskan dari lapisan endometrium uteri
sehingga proses nekrosis dari sel-sel dan jaringan pembuluh-pembuluh
darah pada lapisan tersebut. Hal itu menimbulkan gangguan dalam
proses terjadinya metabolisme sel dan jaringannya sehingga terjadi
proses regresi atau deskuamasi disertai perdarahan. Di akhir fase
luteal, terjadi penurunan reseptor-reseptor dan aktivitas hormon LH di
ovarium secara berangsur-angsur, yang diikuti penurunan proses
sintesis hormon-hormon FSH dan estrogen yang telah terjadi
sebelumnya. Pada lapisan endometrium uteri terjadi penyempitan
pembuluh-pembuluh darah, yang kemudian dapat menimbulkan
terjadinya proses ischemia di lapisan tersebut sehingga akan
menghentikan proses metabolisme pada sel dan jaringannya.
Akibatnya, terjadi regresi atau deskuamasi pada lapisan tersebut
disertai perdarahan. Perdarahan yang terjadi ini merupakan manifestasi
dari terjadinya perdarahan menstruasi (Misaroh, 2009).
b. Masa proliferasi
Dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim
untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali.
Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari
indung telur (disebut ovulasi). Dinamakan juga fase folikuler, yaitu
suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium beraktivitas
membentuk dan mematangkan folikel - folikelnya serta uterus

12
beraktivitas menumbuhkan lapisan endometriumnya yang mulai pulih
dan dibentuk pada fase regenerasi atau pascamenstruasi. Pada siklus
menstruasi klasik, fase proliferasi berlangsung setelah perdarahan
menstruasi berakhir, dimulai pada hari ke-5 sampai 14. Fase proliferasi
ini berguna untuk menumbuhkan lapisan endometrium agar siap
menerima sel ovum yang telah dibuahi oleh sel sperma, sebagai
persiapan terhadap terjadinya proses kehamilan. Pada fase ini terjadi
pematangan folikel-folikel di dalam ovarium akibat pengaruh aktivitas
hormone FSH yang merangsang folikel-folikel tersebut untuk
menyintesis hormon estrogen dalam jumlah yang banyak. Peningkatan
pembentukan dan pengaruh dari aktivitas hormon FSH pada fase ini
juga mengakibatkan terbentuknya banyak reseptor hormon LH
dilapisan sel-sel granulose dan cairan folikel-folikel dalam ovarium.
(Prawirohardjo, 2011)
Pembentukan hormon estrogen yang terus meningkat tersebut
sampai kira-kira pada hari ke-13 siklus menstruasi (menjelang
terjadinya proses ovulasi) akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran
hormone LH yang banyak sebagai manifestasi umpan balik positif dari
hormon estrogen (positive feed back mechanism) terhadap
adenohipofisis. Pada saat mendekati masa terjadinya proses ovulasi,
terjadi peningkatan kadar hormone LH di dalam serum dan cairan
folikel-folikel ovarium yang akan memacu ovarium untuk
mematangkan folikel-folikel yang dihasilkan di dalamnya sehingga
sebagian besar folikel di ovarium diharapkan mengalami pematangan
(folikel de Graaf). Disamping itu, akan terjadi perubahan penting
lainnya, yaitu peningkatan konsentrasi hormon estrogen secara
perlahan-lahan, kemudian melonjak tinggi secara tiba-tiba pada hari
ke-14 siklus menstruasi klasik (pada akhir fase proliferasi), biasanya
terjadi sekitar 16-20 jam sebelum pecahnya folikel de Graaf, diikuti
peningkatan dan pengeluaran hormone LH dari adenohipofisis,

13
perangsangan peningkatan kadar hormon progesteron, dan peningkatan
suhu basal badan sekitar 0,5°C. Adanya peningkatan pengeluaran
kadar hormon LH yang mencapai puncaknya (LH-Surge), estrogen dan
progesteron menjelang terjadinya proses tersebut di ovarium pada hari
ke-14 siklus menstruasi.
Di sisi lain, aktivitas hormon estrogen yang terbentuk pada fase
proliferasi tersebut dapat mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
dalam lapisan endometrium serta merangsang pembentukan glikogen
dan asam-asam mukopolisakarida pada lapisan tersebut. Zat-zat ini
akan turut serta dalam pembentukan dan pembangunan lapisan
endometrium, khususnya pembentukan stroma di bagian yang lebih
dalam dari lapisan endometrium uteri. Pada saat yang bersamaan
terjadi pembentukan sistem vaskularisasi ke dalam lapisan fungsional
endometrium uteri. Selama fase proliferasi dan terjadinya proses
ovulasi di bawah pengaruh hormon estrogen terjadi pengeluaran getah
atau lendir dari dinding serviks uteri dan vagina yang lebih encer dan
bening. Pada saat ovulasi getah tersebut mengalami penurunan
konsentrasi protein (terutama albumin), sedangkan air dan musin
(pelumas) bertambah berangsur-angsur sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan viskositas dari getah yang dikeluarkan dari
serviks uteri dan vaginanya tersebut.
Peristiwa ini diikuti dengan terjadinya proses-proses lainnya di
dalam vagina, seperti peningkatan produksi asam laktat dan
menurunkan nilai PH (derajat keasaman), yang akan memperkecil
resiko terjadinya infeksi di dalam vagina. Setelah terjadinya proses
ovulasi, getah tersebut mengalami perubahan kembali dengan
peningkatan konsentrasi protein, sedangkan air dan musinnya
berkurang berangsur-angsur sehingga menyebabkan terjadinya
peningkatan viskositas dan pengentalan dari getah yang dikeluarkan

14
dari serviks uteri dan vaginanya. Dengan kata lain, pada fase ini
merupakan masa kesuburan wanita.
c. Masa sekresi (Fase Luteal atau fase pramenstruasi)
Suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium
beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel matangnya
(folikel de Graaf) yang sudah mengeluarkan sel ovumnya pada saat
terjadinya ovulasi dan menghasilkan hormon progesteron yang akan
digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri untuk
bersiap-siap menerima hasil konsepsi (jika terjadi kehamilan) atau
melakukan proses deskuamasi dan penghambatan masuknya sel
sperma (jika tidak terjadi kehamilan). Pada hari ke-14 (setelah
terjadinya proses ovulasi) sampai hari ke-28, berlangsung fase luteal.
Pada fase ini mempunyai ciri khas tertentu, yaitu terbentuknya korpus
luteum ovarium serta perubahan bentuk (menjadi memanjang dan
berkelok-kelok) dan fungsi dari kelenjar-kelenjar di lapisan
endometrium uteri akibat pengaruh dari peningkatan hormon LH yang
diikuti oleh pengeluaran hormon progesteron. Adanya pengaruh
aktivitas hormon progesteron dapat menyebabkan terjadinya
perubahan sekretorik, terutama pada lapisan endometrium uteri,
meningkatkan konsentrasi getah serviks uteri menjadi lebih kental dan
membentuk jala-jala tebal di uterus sehingga akan menghambat proses
masuknya sel sperma ke dalam uterus.
Bersamaan dengan hal ini, hormon progesteron akan
mempersempit daerah porsio dan serviks uteri sehingga pengaruh
aktivitas hormon progesteron yang lebih lama, akan menyebabkan
degenerasi dari lapisan endometrium uteri dan tidak memungkinkan
terjadinya proses nidasi dari hasil konsepsi ke dinding uterusnya.
Peningkatan produksi hormon progesteron yang telah dimulai sejak
akhir fase folikuler akan terus berlanjut sampai akhir sampai akhir fase
luteal. Hal ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas hormon estrogen

15
dalam menyintesis reseptor-reseptornya (reseptor hormone LH dan
progesteron) di ovarium dan terjadinya perubahan sintesis hormon-
hormon seks steroid (hormon estrogen menjadi hormon progesteron) di
dalam sel-sel granulose ovarium. Perubahan ini secara normal
mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus menstruasi klasik karena
pada masa ini pengaruh hormon progesteron terhadap lapisan
endometrium uteri paling jelas terlihat. Jika proses nidasi tersebut tidak
terjadi, hormon estrogen dan progesteron akan menghambat sintesis
dan aktivitas hormone FSH dan LH di adenohipofisis sehingga
membuat korpus luteum menjadi tidak dapat tumbuh dan berkembang
kembali, bahkan mengalami penyusutan dan selanjutnya menghilang.

2.1.3 Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi merupakan salah satu proses yang terjadi pada
setiap bulan dengan adanya tanda pada tubuh serta organ reproduksi wanita
yang mengalami perubahan. Yang mana apabila proses menstruasi ini
terjadi biasanya diikuti dengan terjadinya kehamilan.
Pada setiap bulannya sel telur akan dilepaskan oleh ovarium, di sisi
lain akan terjadi perubahan hormon yang membantu dalam kesiapan rahim
untuk tempat bayi berkembang. Dalam hal ini apabila sel telur tersebut
tidak dibuahi oleh sel sperma, maka sel telur akan lepas serta lapisan rahim
yang telah dipersiapkan tersebut meluruh dan keluar melalui vagina.

16
Berikut fase dari siklus menstruasi :

1. Fase Menstruasi
Jika tidak terjadi pembuahan sel telur oleh sperma, pada fase
menstruasi, lapisan dinding rahim (endometrium) yang mengandung
pembuluh darah, sel-sel dinding rahim, dan lendir akan luruh dan
keluar melalui vagina.
Fase ini dimulai sejak hari pertama siklus menstruasi dimulai
dan bisa berlangsung selama 4–6 hari. Pada fase ini, wanita biasanya
akan merasakan nyeri di perut bagian bawah dan punggung karena
rahim berkontraksi untuk membantu meluruhkan endometrium.
2. Fase Folikular
Fase ini berlangsung sejak hari pertama menstruasi hingga
memasuki fase ovulasi. Pada fase ini, ovarium atau indung telur akan
memproduksi folikel yang berisi sel telur. Seiring dengan
pertumbuhan folikel ovarium, dinding endometrium juga akan
menebal untuk “menyambut” sel telur yang diharapkan sudah dibuahi
sperma.
Fase folikular biasanya terjadi pada hari ke-10 dari 28 hari
dalam sebuah siklus menstruasi. Durasi waktu yang dihabiskan pada

17
fase ini menentukan berapa lama siklus menstruasi seorang wanita
berlangsung.
3. Fase Ovulasi
Pada fase ovulasi, folikel yang diproduksi ovarium akan
melepaskan sel telur untuk dibuahi. Sel telur yang telah matang akan
bergerak melalui tuba fallopi dan menuju ke rahim. Sel telur ini
hanya akan bertahan selama 24 jam.
Jika tidak dibuahi sperma, sel telur akan mati. Sebaliknya, jika
sel telur dibuahi sperma, akan terjadi kehamilan. Fase ovulasi
menandai masa subur wanita. Ovulasi biasanya terjadi sekitar 2
minggu sebelum siklus menstruasi berikutnya dimulai.
4. Fase Luteal
Setelah fase ovulasi, folikel yang telah pecah dan
mengeluarkan sel telur akan membentuk korpus luteum di fase ini.
Korpus luteum akan memicu peningkatan hormon progesteron untuk
mempertebal lapisan dinding rahim.
Fase ini juga dikenal sebagai fase pramenstruasi, yang
umumnya, ditandai dengan sejumlah gejala seperti payudara
membesar, muncul jerawat, badan terasa lemas, menjadi mudah
marah atau emosional.
Proses menstruasi ini terus berputar dan berakhir ketika
seorang wanita sudah memasuki masa menopause. Biasanya,
menopause terjadi saat wanita berusia 40 tahun ke atas.

2.1.4 Faktor Hormon yang Memengaruhi Menstruasi


1. Hormon Estrogen
Hormon estrogen berperan penting dalam pembentukan fisik dan
organ reproduksi wanita, misalnya dalam menumbuhkan kelenjar
payudara dan rambut di sekitar organ intim, memproduksi sel telur di

18
dalam ovarium, serta mengatur siklus menstruasi. Estrogen akan
meningkat pada fase ovulasi dan menurun pada fase luteal.
2. Hormon Progesteron
Salah satu fungsi hormon progesteron adalah merangsang lapisan
dinding rahim untuk menebal dan siap menerima sel telur yang telah
dibuahi. Kadar hormon ini sangat rendah pada fase folikular dan akan
mengalami peningkatan pada fase luteal. Hormon ini akan diproduksi
setelah melewati fase ovulasi.
3. Gonadotrophin-releasing hormone (GnRh)
Hormon ini diproduksi di dalam otak bagian hipotalamus dan
berfungsi merangsang kelenjar pituitari untuk mengeluarkan follicle
stimulating hormone dan luteinizing hormone.
4. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon ini berperan dalam produksi sel telur. Dalam siklus
menstruasi, kadar hormon ini akan meningkat sebelum fase ovulasi.
5. Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini berfungsi merangsang ovarium untuk melepaskan sel
telur selama ovulasi. Jika sel telur bertemu sperma dan dibuahi,
hormon ini akan merangsang korpus luteum untuk memproduksi
hormone progesteron.

2.2 Nyeri Menstruasi (Dismenore)


2.2.1 Definisi Dismenore
Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit
atau menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea”
yang berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran
menstruasi yang sulit atau nyeri menstruasi (Calis, 2011). Beberapa definisi
dismenore yaitu :
a. Dismenore adalah rasa nyeri selama menstruasi yang ditandai dengan
rasa kram di perut bawah (Simanjuntak, 2008).

19
b. Dismenore adalah efek dari proses menstrusai yang menimbulkan
gejala nyeri dan merupakan salah satu masalah ginekologis yang
paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia (Bobak, 2005).
c. Disminore merupakan keadaan tidaknyaman selama hari pertama atau
hari kedua bisa juga hingga akhir menstruasi yang sangat umum terjadi
(Perry,et al, 2010;Wong,et al. 2009).
d. Menurut Andira, (2012) nyeri menstruasi adalah keadaan nyeri kram
pada daerah perut dan terjadi pegal pegal di pinggul hingga ekstremitas
karena produksi zat prostalgandin hal ini mulai terjadi 24 jam sebelum
terjadi perdarahan dan dapat bertahan selaman 24-36 jam.

Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan nyeri menstruasi atau


dismenore adalah menstruasi yang disertai dengan gejala rasa nyeri (kram)
pada daerah perut dan terkadang timbul pegal pada area pinggul dan
ekstremitas karena produksi zat prostalgandin terjadi pada hari pertama
hingga ke dua hal ini merupakan masalah ginekologi yang umum terjadi
pada wanita.

2.2.2 Dismenore Primer (Fungional)


Dismenore primer adalah nyeri menstruasi yang dijumpai tanpa
kelainan pada alat – alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi
bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12
bulan atau lebih, oleh karena siklus – siklus menstruasi pada bulanbulan
pertama setelah menarche. (Wiknjosastro, 2010). Rasa nyeri timbul tidak
lama sebelumnya atau bersama–sama dengan permulaan menstruasi dan
berlangsung untuk beberapa jam walaupun pada beberapa kasus dapat
berlangsung beberapa hari.
Sifat rasa nyeri adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah
tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan
rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare dan
iritabilitas (Wiknjosastro, 2010). Dismenore primer sering dimulai pada

20
waktu perempuan mendapatkan menstruasi pertama dan sering dibarengi
rasa mual, muntah, dan diare. Gadis dan perempuan muda dapat diserang
nyeri menstruasi primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri
timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali.
Dismenore sekunder merupakan nyeri yang berhubungan dengan
kelainan konginetal atau kelainan di pelvis yang terjadi pada masa remaja.
Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya kelainan pelvis misalnya
endometriosis, mioma uteri, dan malposisi uterus. Dismenore sekunder
yang berhubungan dengan kelainan anatomis misalnya haid disertai dengan
infeksi, polip endometrial, stenosis serviks.

2.2.3 Gejala Nyeri Menstruasi (Dismenore)


Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus
ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,
mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan
menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih, kadang sampai terjadi muntah.
Gejala dan tanda dari dismenore adalah nyeri pada bagian bawah yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai
kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada
(Maulana, 2007).

2.2.4 Penyebab Nyeri Menstruasi


Penyebab dismenore primer adalah terjadi kontraksi yang kuat atau
lama pada dinding rahim, hormon prostaglandin yang cenderung tinggi dan
perlebaran leher rahim saat mengeluarkan darah menstruasi dan terjadinya
kontraksi miometrium yang terlalu kuat saat mengeluarkan darah
menstruasi (peluruhan lapisan endometrium uteri, bekuan darah (stolsel),

21
sel sel epitel dan stoma dari dinding uterus dan vagina serta cairan dan
lendir dari dinding uterus, vagina dan vulva) sehingga menyebabkan
ketegangan otot saat berkontraksi dan terjadilah nyeri saat menstruasi
(Wong,et all., 2009; Bobak, 2005).
Vasopresin ikut berperan dalam peningkatan kontraktilitas uterus dan
menyebabkan nyeri iskemik akibat dari vasokontriksi pembuluh darah
uterus. Dismenore terjadi pada sebagian remaja salah satunya disebabkan
oleh produksi prostaglandin pada endometrial dalam jumlah yang
berlebihan selama fase luteal dari siklus mentruasi (Celik,et all.2009;
French, 2010).
Prostaglandin F2α (PGF2α) yang disekresi berlebihan akan berdifusi
ke dalam jaringan endometrial yang selanjutnya meningkatkan amplitudo
dan frekuensi kontraksi otot uterus dan menyebabkan vasospasme arteriol
uterus, sehingga mengakibatkan iskemia uterus dan hipoksia jaringan
uterus serta kram abdomen bawah yang bersifat siklik.

2.3 Gangguan Menstruasi


2.3.1 Gangguan Siklus Haid
1. Polimenorea
Siklus haid lebih pendek dari normal, yaitu kurang dari 21 hari,
perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak daripada haid normal.
Penyebabnya adalah gangguan hormonal, kongesti ovarium karena
peradangan, endometriosis, dan lain-lain. Pada gangguan hormonal
terjadi gangguan ovulasi yang menyebabkan pendeknya masa luteal.
Diagnosis dan pengobatan membutuhkan pemeriksaan hormonal dan
laboratorium lain.
2. Oligomenorea
Siklus haid lebih panjang dari normal, yaitu lebih dari 35 hari,
dengan perdarahan yang lebih sedikit. Umumnya pada kasus ini
kesehatan penderita tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.

22
3. Amenorea
Keadaan dimana tidak adanya haid selama minimal 3 bulan
berturut-turut. Amenorea dibagi menjadi 2, yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenorea primer ialah kondisi dimana seorang perempuan
berumur 18 tahun atau lebih tidak pernah haid, umumnya dihubungkan
dengan kelainan-kelainan kongenital dan genetik. Amenorea sekunder
adalah kondisi dimana seorang pernah mendapatkan haid, tetapi
kemudian tidak mendapatkan haid, biasanya merujuk pada gangguan
gizi, gangguan metabolisme, tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain.
Ada pula amenorea fisiologis yaitu masa sebelum pubertas, masa
kehamilan, masa laktasi, dan setelah menopause.

2.3.2 Gangguan Volume dan Lama Menstruasi


1. Hipermenorea (menoragia)
Hipermenorea merupakan perdarahan haid yang lebih banyak
dari normal, atau lebih lama dari 8 hari. Penyebab kelainan ini terdapat
pada kondisi dalam uterus. Biasanya dihubungkan dengan adanya
mioma uteri dengan permukaan endometrium yang lebih luas dan
gangguan kontraktilitas, polip endometrium, gangguan peluruhan
endometrium, dan sebagainya. Terapi kelainan ini ialah terapi pada
penyebab utama.
2. Hipomenorea
Hipomenorea merupakan perdarahan haid yang lebih pendek dan
atau lebih sedikit dari normal.Penyebabnya adalah terdapat pada
konstitusi penderita, kondisi uterus, gangguan endokrin, dan lain-lain.
Terapi hipomenorea adalah bersifat psikologis untuk menenangkan
penderita, kecuali bila sudah didapatkan penyebab nyata lainnya.
Kondisi ini tidak memperngaruhi fertilitasi.

2.3.3 Gangguan Lain Terkait Menstruasi

23
1. Menstruasi yang menyakitkan atau dysmenorrhea
Dysmenorrhea pertama biasanya dihubungkan dengan naiknya
kadar kimia alami di dalam tubuh saat ovulasi, yang menyebabkan rasa
sakit. Dysmenorrhea kedua merupakan tanda suatu kelainan mendasar.
Dysmenorrhea kedua ini mempengaruhi wanita yang belum pernah
menstruasi sebelumnya. Kelainan reproduksi, endometriosis, atau
fibroids dapat menimbulkan menstruasi dengan rasa sakit, dan satu-
satunya cara untuk mengetahui penyebabnya secara pasti adalah dengan
memeriksakan ke dokter. Gejala dysmenorrhea termasuk rasa sakit
pada punggung bagian bawah atau kaki, kram perut, atau sakit
pada tulang panggul. Kelainan menstruasi ini dapat menunjukkan
ketidaksuburan.
2. Menstruasi tidak teratur atau metroragia
Metroragia, terkadang disebut juga sebagai perdarahan
disfungsional uterus, adalah istilah medis yang digunakan untuk
mendeskripsikan siklus haid yang tidak teratur. Metroragia terjadi
dalam interval yang tidak sewajarnya (lebih dari 35 hari atau kurang
dari 21 hari jaraknya), di interval yang tidak bisa diprediksi, atau malah
kombinasi keduanya.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Menstruasi adalah peluruhan dinding uterus secara periodik terjadi setelah
empat belas hari masa ovulasi pada setiap bulan, dengan lama perdarahan dan
siklus bervariasi. Siklus menstruasi merupakan suatu rangkaian proses yang
saling mempengaruhi dan terjadi secara bersamaan di endometrium, kelenjar
hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Tujuan siklus menstruasi adalah membawa
ovum yang matur dan memperbarui jaringan uterus untuk persiapan pertumbuhan
atau fertilisasi. Fase dari siklus menstruasi yaitu fase menstruasi, fase folikular,
fase ovulasi, fase luteal. Faktor hormone yang memengaruhi menstruasi yaitu
terdapat hormone esterogen, hormone progesterone, Gonadotrophin-releasing
hormone (GnRh), Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing
Hormone (LH).
Nyeri menstruasi (dismenore) adalah menstruasi yang disertai dengan
gejala rasa nyeri (kram) pada daerah perut dan terkadang timbul pegal pada area
pinggul dan ekstremitas karena produksi zat prostalgandin terjadi pada hari
pertama hingga ke dua hal ini merupakan masalah ginekologi yang umum terjadi
pada wanita. Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa
menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram
yang hilang-timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada.
Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual, sembelit atau diare dan
sering berkemih, kadang sampai terjadi muntah.
Gangguan pada menstruasi jika dilihat dari gangguan siklus haid ada
polimenorea, oligomenorea, dan amenorea. Jika dilihat berdasarkan gangguan
volume dan lama menstruasi terdapat hipermenorea (menoragia) dan
hipomenorea. Serta gangguan lain terkait menstruasi terdapat dismenorea, dan
metroragia.

25
DAFTAR PUSTAKA

- http://eprints.undip.ac.id/46692/3/BAB_II.pdf
- https://id.wikipedia.org/wiki/Menstruasi
- http://eprints.undip.ac.id/55982/3/bab_2_ety.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai