Anda di halaman 1dari 23

i

TUGAS MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA DAN
PERIMENOPAUSE
KONSEP PERENCANAAN KELUARGA

Di Susun Oleh:
KELOMPOK 3 (TIGA)
1.Elvira Nim : 22251136P
2.Noviyanti Nim : 22251143P
3.Kutiah Nim : 22251140P
4.Rika anggraini Nim : 22251146P

Dosen Pengampuh :
Mastina,S.ST,M.Keb

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG


PROGRAM STUDI SI KEBIDANAN
TAHUN 2023

DAFTAR ISI
ii

HALAMAN COVER ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................... 4
1.4 Manfaat ....................................................................................... 4

BAB II TINJUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Keluarga......................................................................... 5
2.1.1 Defenisi Keluarga ........................................................... 5
2.1.2 Fungsi Keluarga ............................................................. 5
2.1.3 Tipe Keluarga .................................................................. 9
2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi Keluarga ............... 10
2.1.5 Tahap dan perkembangan keluarga ................................ 11
2.1.6 Keluarga Ideal ................................................................ 15

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 17


4.1 Kesimpulan........................... ..................................................... 17
4.2 Saran ........................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr, Wb

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa yang telah

memberikan kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Konsep

Perencanaan Keluarga” dengan baik dan tepat waktu.

Dalam membuat tugas makalah ini penulis telah mendapatkan banyak

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Pak Ferry Preska, ST,. M.sc.,EE.,PhD Selaku ketua Yayasan Keder Bangsa

Palembang

2. Ibu DR.Hj.Irzanita, SE,.SH,.SKM,.MM,.M.Kes Selaku Rektor Universits

Kader Bangsa Palembang

3. Pak Ferroka Wathan, B.,Eng.,MH Selaku Wakil Rektor I Universitas Kader

Bangsa Palembang

4. Pak Dr. Ahmad Afif, SpOG Selaku Wakil Rektor II Universitas Kader Bangsa

Palembang

5. Ibu Dr. Fika Minata Wathan, M,.Kes Selaku Rektor III Universitas Kader

Bangsa Palembang

6. Ibu Hj.Siti Aisyah, S.Psi.,SST,.M.Kes, Selaku Dekan Fakultas Kebidanan dan

Keperawatan Universitas Kader Bangsa Palembang.

7. Bidan Mastina,S.ST,M.Keb, Selaku Dosen pengampuh mata kuliah, serta telah

meluangkan waktunya dalam bimbingan tugas makalah ini.

iii
iv

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang ikut dalam

terwujudnya tugas makalah ini

Penulis menyadari bahwa dalam usulan tugas makalah Akhir ini masih jauh

dari kesempurnaan, hal ini karena ada kekurangan dan keterbatasan kemampuan

penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan tugas makalah ini, akhir kata, harapan penulis

semoga tugas makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua Amin.

Wassalamu’allaikum, Wr, Wb.

Palembang, Maret 2023

Kelompok 3 (Tiga)

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Merencanakan dan mengatur keluarga adalah soal kemanusiaan yang

sekarang ini sedang diusahakan pelaksanaannya oleh pemerintah dan rakyat

Indonesia. Pembangunan adalah pembangunan manusia, maka kelahiran

manusia itupun harus diatur. Pengaturan harus diadakan, agar supaya kenaikan

produksi tidak dikalahkan oleh kenaikan kelahiran anak. Hal yang ditakutkan

itupun terjadi pada masa sekarang ini, dimana kelahiran anak mengalahkan

kenaikan produksi terutama produksi pangan. Di samping itu pertumbuhan

penduduk yang tidak disertai dengan pertumbuhan yang cukup dalam produksi

nasional dapat juga menimbulkan berbagai masalah yang berkaitan dengan

kurangnya fasilitas pendidikan, kurangnya penyediaan makanan, pelayanan

kesehatan, kesempatan kerja, dan lain sebagainya. Usaha perencanaan keluarga

harus dilakukan sedemikian rupa supaya tidak bertentangan dengan hukum

yang berjalan dinegeri ini, juga tidak bertentangan dengan ajaran agama yang

merupakan sumber rasa susila dan rasa peri kemanusiaan. Ini semua harus

diatur oleh pemerintah dan harus didukung pula oleh segenap rakyat.

Kaitannya dengan peran serta masyarakat dalam program tertentu,

peranan tokoh masyarakat baik formal maupun non-formal sangat penting

terutama dalam mempengaruhi, memberi contoh, dan menggerakkan

keterlibatan seluruh warga masyarakat di lingkungannya guna mendukung

keberhasilan program. Apalagi di masyarakat pedesaan, peran tersebut menjadi

1 tokoh masyarakat masih sangat kuat


faktor determinan karena kedudukan para
2

pengaruhnya, bahkan sering menjadi tokoh panutan dalam segala kegiatan

hidup sehari-hari warga masyarakat. Persepsi warga masyarakat terhadap

program tertentu merupakan landasan atau dasar utama bagi timbulnya

kesediaan untuk ikut terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan program

tersebut. Makna positif atau negatif sebagai hasil persepsi seseorang terhadap

program akan menjadi pendorong atau penghambat baginya untuk berperan

dalam kegiatannya.

Hambatan yang sering muncul ketika partisipasi masyarakat terhadap

suatu program pemerintah kurang maksimal bisa secara internal, berupa

hambatan sosio-kultural, dan eksternal, hambatan dari birokrasi pemerintah

Hambatan internal, merupakan hambatan dari dalam masyarakat itu sendiri,

yang merupakan keengganan sebagian besar warga masyarakatuntuk terlibat

langsung dalam suatu program kegiatan. Hal ini disebabkan karena keadaan

sosio-kultural mereka yang belum memungkinkan untuk secara aktif

menyuarakan keinginan mereka.

Sementara mereka lebih memilih diam. Hambatan ini bukanlan

merupakan hambatan yang fatal, sebab hamabatan ini masih bisa diperbaiki

dengan cara memberikan masukan informasi-informasi baru yang positif dan

bersifat membangun. Mereka harus dikenalkan dengan penemuan-penemuan

dan perkembangan baru di daerah lain, yang nantinya akan membuka cakrawala

berpikir mereka. Akan tetapi kadang-kadang mereka masih memiliki kesadaran

yang rendah karena adanya beberapa keterbatasan. Misalnya: rendahnya

pendidikan, rendahnya sosial-ekonomi, kurangnya sarana dan prasaranan.


3

Sedangkan hambatan yang sifatnya eksternal adalah karena selama ini

setiap ada program pemerintah biasanya sistemnya sendiri yang lebih

menekankan perencanaan dari atas (top-down) atau strategi center-down, yang

kurang memperhatikan masyarakay arus bawah. Akibatnya, yang dilakukan itu

kadang-kadang menjadi tidak realistis dan mengalami stagnasi. Akibatnya juga

banyak program menghadapi kendala dalam pelaksanaannya seperti kendala

yang telah diuraikan di atas. Sehingga partisipasi warga masyarakat sangat

kurang. Proses dan persepsi seseorang tidak mudah diungkap secara lengkap

dan rinci, lebih-lebih apabila orang tersebut tidak bersikap terbuka. Banyak hal

yang merupakan pengalaman seseorang dapat mempengaruhi makna hasil

persepsi terhadap kegiatan hubungan antar manusia dalam masyarakat. Selain

tergantung dari bentuk dan proses interaksinya, persepsi seseorang sangat

tergantung pada banyak faktor yang membentuk pengalamannya dalam

kehidupan masyarakat itu sendiri. Dalam kaitannya dengan program Keluarga

Berencana sebagai usaha pemerintah mewujudkan masyarakat adil dan

makmur, materiil, dan spiritual sesuai dengan tujuan pokok yang dirumuskan

dalam pembahasan dan batang tubuh UUD 45, maka partisipasi aktif warga

masyarakat juga akan sangat ditentukan oleh persepsinya terhadap program

Keluarga Berencana yang sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosial

ekonomi dan budayanya yang khusus.

1.2 Rumusan Masalah


4

Bagaimanakah perkembangan pelaksanaan kegiatan program Keluarga

Berencana , berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan program Keluarga

Berencana , berkaitan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya.

1.4 Manfaat

Dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat, khususnya

suami tentang faktor yang berhubungan dengan dukungan suami terhadap

kepesertaan istri dalam program keluarga berencana (KB).

BAB II
5

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi keluarga

Keluarga adalah kumpulan anggota rumah tangga yang saling

berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan

(WHO,1996).

Keluarga adalah suatu sistem yang beranggotakan ayah, ibu, anak

atau semua individu yang tinggal di dalam rumah tangga, dimana

mereka saling berinteraksi, interelasi, dan interdependensi untuk

mencapai tujuan bersama (Andarmoyo, 2012).

Keluarga adalah kelompok kecil yang memiliki pemimpin dan

anggota yang mempunyai pembagian tugas dan kerja serta hak dan

kewajiban (Helmawati, 2016).

Keluarga adalah suatu tempat dimana dua atau lebih individu

yang terikat dalam hubungan darah, perkawinan, atau adopsi yang

hidup bersama dan saling berinteraksi satu sama lain, mereka masing-

masing mempunyai peran sosial suami, istri, anak, kakak dan adik.

Menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan

perkembangan fisik, psikologik dan sosialnya (Tombokan, 2014).

2.1.2 Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1992,

yaitu :

5
6

1. Fungsi keagamaan antara lain (a) membina norma/ajaran agama

sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga (b)

menerjemahkan ajaran dan norma agama ke dalam tingkah laku

sehari-hari sebagai anggota keluarga (c) memberi contoh konkret

dalam kehidupan sehari-hari dalam pengelaman ajaran agama (d)

melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang agama yang

tidak/kurang diperoleh di sekolah atau masyarakat (e) membina rasa,

sikap dan praktik kehidupan beragama

2. Fungsi budaya antara lain (a) membina tugas keluarga sebagai

sarana dalam meneruskan norma budaya masyarakat dan bangsa

yang ingin dipertahankan (b) membina tugas keluarga untuk

menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai (c) membina

tugas keluarga sebagai sarana anggotanya untuk mencari pemecahan

masalah (d) membina tugas keluarga sebagai sarana bagi

anggotanyauntuk mengadakan kompromi/adaptasi dan praktik

(positif) serta kehidupan globalisasi dunia (e) membina budaya

keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan budaya

masyarakat/bangsa untuk menunjang terwujudnya norma keluarga

kecil bahagia dan sejahtera.

3. Fungsi cinta kasih antara lain (a) menumbuhkembangkan potensi

simbol cinta kasih sayang yang telah ada diantara keluarga dalam

symbol nyata, seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal terus

menerus (b) membina tingkah laku, saling menyayangi diantara


7

anggota keluarga maupun antara keluarga yang satu dengan lainnya

(c) membina praktik kecintaan terhadap duniawi dan uhkrawi dalam

keluarga secara serasi, selaras dan seimbang (d) membina rasa, sikap

dan praktik hidup keluarga yang ampu memberikan dan menerima

kasih sayang sebagai pola hidup ideal keluarga kecil bahagia dan

sejahtera

4. Fungsi perlindungan antara lain (a) memenuhi kebutuhan akan rasa

aman diantara anggota keluarga. bebas dari rasa tidak aman yang

tumbuh dari dalam maupun luar keluarga (b) membina keamanan

keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai macam bentuk

ancaman dan tantangn yang datang dari luar maupun dalam (c)

membina dan menjadikan stabilitas dan kemanan keluarga sebagai

model menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera

5. Fungsi reproduksi anatara lain (a) membina kehidupan keluarga

sebagai wahana Pendidikan reproduksi sehat bagi anggota keluarga

maupun keluarga sekitarnya (b) memberikan contoh pengalaman

kaidah-kaidah pembentukan keluarag dalam hal usia, kedewasaan

fisik dan mental (c) mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat

baik yang berkaitan dengan waktu melahirkan, jarak kelahiran, dan

jumlah ideal anak yang diinginkan keluarga (d) mengenmbangkan

kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang kondusif menuju

keluarga kecil bahagia dan sejahtera.


8

6. Fungsi sosialisasi anatara lain (a) menyadari, merencanakan dan

menciptakan lingkungan keluarga sebagai wahana Pendidikan dan

sosialisasi anak yang pertama dan utama (b) menyadari,

merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai tempat

anak mencarai pemecahan dari berbagai konflik dan permasalahan

yang dijumpainya (c) membina proses Pendidikan dan sosialisasi

yang terjadi dalam keluarga sehingga tidak saja bermanfaat positif

bagi anak tetapi juga bagi orangtua untuk perkembangan dan

kematangan hidup Bersama menuju keluarga kecil bahagia dan

sejahtera.

7. Fungsi ekonomi antara lain (a) melakukan kegiatan ekonomi baik

diluar maupun dalam kehidupan keluarga dalam rangka menopang

perkembangan hidup keluarga (b) mengelola ekonomi keluarag

sehingga terjadi keserasian, keselamatan dan keseimbangan antara

pemasukan dan pengeluaran keluarga (c) membina kegiatan hasil

ekonomi keluarga sebagai modal mewujudkan keluarga kecil

bahagia dan sejahtera.

8. Fungsi pelestarian lingkungan antara lain (a) membina kesadaran

dan praktik pelestarian lingkungan internal keluarga (b) membina

kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup eksternal

keluarga (c) membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian

lingkungan hidup yang serasi, selaras dan seimbang antara

lingkungan keluarga dan lingkungan hidup sekitarnya.


9

2.1.3 Tipe keluarga

Menurut Friedman ( 1998 ) dalam Sunaryo ( 2015 ), ada 11 tipe,

yaitu :

a. Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak

b. Dyad Family adalah keluarga yang terdiri dari suami istri tanpa

anak yang hidup bersama dalam satu rumah

c. Keluarga lansia adalah keluarga yang terdiri dari suami istri yang

sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri dari rumah bersama

d. Keluarga tanpa anak adalah keluarga tanpa anak karena telambat

menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang

terjadi karena mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita

e. Keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang

hidup bersama dengan satu rumah, seperti keluarga inti yang

disertai paman, tante, orangtua ( kakek-nenek), keponakan.

f. Keluarga duda atau janda keluarga yang terdiri dari satu orangtua

dan anak. Hal ini biasanya terjadi melalui proses perceraian,

kematian, ditinggalkan

g. Keluarga komuter adalah keluarga dengan kedua orangtua bekerja

dikota yang berbeda, namun salah satu kota tersebut terdapat tempat

tinggal agar orangtua yang bekerja diluar kota dapar berkumpul

dengan anggota keluarga pada akhir pecan.

h. Keluarga multigenerasi yaitu keluarga dengan beberapa generasi

atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.


10

i. Kin – Network Family adalah beberapakeluarga inti yang tinggal

dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan

barang – barang dan pelayanan yang sama.

j. Keluarga campuran adalah keluarga yang dibentuk oleh duda dan

janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari

perkawinan sebelumnya.

k. Single – adult Family yang terdiri dari orang dewasa yang hidup

sendiri karena pilihannya untuk berpisah, seperti perceraian atau

ditinggal mati

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga

Keluarga adalah tempat individu untuk berinteraksi dan

berkomunikasi, setiap peran yang dilakukan oleh anggotanya paling

tidak akan memberikan pengaruh pada anggota keluarga lainnya.

Ahmadi (1997) dalam Sunaryo (2015) menyebutkan bahwa ada tiga

faktor yang mempengaruhi keluarga, yaitu:

a. Status sosial ekonomi keluarga Keadaan status sosial ekonomi

keluarga yang lebih luas mempunyai peranan penting dalam

perkembangan anak – anak. Namun tidak hanya hal ini yang

mempengaruhi perkembangan anak, ada beberapa faktor lain yang

akan mempengaruhi perkembangan anak.

b. Faktor keutuhan keluarga Keutuhan keluarga juga merupakan

faktor lain yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Keutuhan keluarga berarti bahwa struktur keluarga masih lengkap.


11

Disamping itu, keutuhan interaksi antara anggota keluarga yang

satu dengan yang lainnya juga akan menentukan perkembangan

anak

c. Sikap dan kebiasaan keluarga Sikap dan kebiasaan orangtua akan

berpengaruh terhadap perkembangan anak. Misalnya, sikap

orangtua yang otoriter membuat anak – anak menjadi pasif, kurang

percaya diri, ragu – ragu, dan penakut. Demikian pula kebiassan

baik dari keluarga akan dicontoh oleh anak – anak.

2.1.5 Tahap dan perkembangan keluarga

Menurut Andarmoyo (2012) tahap siklus kehidupan keluarga,

meliputi :

a. Tahap pertama keluarga baru/pemula (Beginning Family)

Keluarga baru dimulai pada saat masing – masing individu, yaitu

suami dan istri baru membentuk keluarga melalui perkawinan yang

resmi dan meninggalkan keluarga inti dari masing – masing

individu. Secara psikologis keluarga baru akan mempersiapkan

kehidupan baru oleh karena itu setiap individu memerlukan

penyesuaian peran dan fungsi sehari – hari, serta saling beradaptasi

dan belajar tentang kebiasaan sendiri dan pasngannya. Dan ini

berlangsung ketika awal – awal perkawinan, dalam situasi ini dapat

diputuskan kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak dan

berapa jumlah anak yang diharapkan, pada tahap ini tugas

perkembangan seperti membina hubungan intim dan kepuasan


12

bersama, menetepkan tujuan bersama, membina hubungan dengan

keluarga lain, dan merencanakan keluarga.

b. Tahap mengasuh anak (Child Bearing)

Tahap ini dimulai dari lahirnya anak pertama hingga berusia 30

bulan atau 2,5 tahun, sehingga pasangan harus beradaptasi pada

peran baru sebagai orangtua. Masalah yang terjadi dengan kelahiran

bayi adalah pasangan merasa diabaikan karena focus perhatian

kedua pasangan tertuju pada bayi, terjadi peningkatan perselisihan

dan argument antar suami-istri, kehidupan seksual dan sosial

terganggu. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah membentuk

keluarga muda sebagai unit yang mantap, rekonsiliasi tugas

perkembangan yang bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga,

mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan,

memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran orangtua dan kakek-nenek.

c. Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak berusia 2,5 tahun dan berakhir pada

usia 5 tahun. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan

anak bergantung pada orangtua dalam hal lain orangtua juga

memikirkan kebutuhan ekonomi kedepan, dalam tahap ini orangtua

menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan

perkembangan keluarga agar perkawinan tetap utuh dan langgeng

dengan cara kerjasama anatara suami istri. tugas perkembangan


13

pada tahap ini adalah memenuhi kebutuhan anggota keluarga,

membantu anak bersosialisasi, mempertahankan hubungan suami

dan istri yang sehat dan baik, membagi waktu antara individu,

pembagian tanggung jawab keluarga.

d. Tahap keempat keluarga anak usia sekolah

Tahap ini dimulai pada anak usia 6 tahun dan berakhir anak usia 12

tahun.Pada tahap ini anggota keluarga mencapai jumlah anggota

keluarga yang utuh, sehingga setiap anggota keluarga mempunyai

kesibukan masing – masing dan setiap individu diharapkan

memahami hal itu. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah

mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan,

membimbing anak untuk meningkakan prestasi sekolah dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang hebat,

memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Tahap Kelima keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhit

ketika anak berusia 19 – 20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap

ini adalah menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab

remaja untuk mencapai dewasa yang semakin mandiri,

memfokuskan kembali hubungan perkawinan, mempertahankan

komunikasi terbuka antara anak dan orangtua, dan mempertahankan

etika dan standar moral keluarga.

f. Tahap keenam keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda


14

Pada tahap ini seringkali orangtua akan merasa kehilangan ketika

anak mulai tumbuh dewasa dan menikah serta meninggalkan

keluarga inti. Tugas pada tahap ini adalah, mempertahankan

keintiman pasangan, memperluas keluarga dengan bertambahnya

anggota baru dari perkawinan anak, membantu orang tua usia lanjut

dan sakit-sakitan.

g. Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan

Pada tahap ini pasangan berfokus untuk mempertahankan kesehatan

dan mencari kesenangan berdua untuk mengisi waktu, tugas

perekmbangan pada tahap ini adalah mempertahankan kesehatan,

memperkokoh hubungan perkawinan, mempertahankan hubungan

dengan anak-anak

h. Tahap kedelapan keluarga usia lanjut

Tahap perkembangan terakhir keluarga dimulai saat salah satu atau

kedua pasangan memasuki masa pensiun, sampai salah satu

meninggal dunia dan berakhir saat kedua pasangan meninggal.

Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini, yaitu

mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan,

menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun,

mempertahankan hubungan perkawinan, menyesuaikan diri

terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan ikatan keluarga

antar generasi.

2.1.6 Keluarga Ideal


15

Keluarga ideal dimulai dari sebuah perkawinan yang sah dan

diakui. Dalam membentuk sebuah keluarga yang diikat dalam

pernikahan yang sah dan diakui hendaknya sesuai dengan syarat –

syarat yang berlaku, baik syarat dalam agama, Negara (Helmawati,

2014).

Menurut Helmawati (2014) kriteria bagi keluarga ideal yang

memenuhi syarat- syarat sebagai berikut :

a. Sebuah keluarga dikatakan keluarga jika diikat dalam perkawinan

atau pernikahan

b. Perkawinan harus sah menurut agama dan negara

c. Menikah harus dengan pasangan yang memilii keyakinan yang

sama

d. Memliki anggota yang lengkap yaitu ayah, ibu, dan ayah

e. Sebuah keluarga mengharapkan memiliki keturunan sebagai salah

satu tujuan pernikahan

f. Setiap pasangan satu sama lain harus saling mengenal

g. Pasangan hidup bersama dan satu sama lain harus saling

menyayangi sehingga timbul ikatan batin.

h. Sebagai anggota hendaknya menciptakan dan merasakan hidup

tentram dan bahagia

i. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban masing – masing

j. Saling menghormati hak dan kewajiban setiap anggota keluarga

k. Dalam keluarga dibuat pembagian tugas sesuai dengan porsinya


16

l. Memiliki waktu yang cukup untuk memiliki waktu untuk

berkumpul bersama

m. Komunikasi yang lancar dalam keluarga

n. Perlu ada bimbingan dan pembinaan, serta pengawasan dalam

keluarga.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Di dalam program keluarga berencana terdapat dua kegiatan pokok.

Pertama adalah menyadarkan masyarakat akan makna dan pentingnya memiliki


17

keluarga kecil tapi bahagia. Hal ini pada umumnya dilakukan oleh BKKBN

bekerja sama dengan unsur-unsur penerangan dan pelayanan kesehatan.

3.2 Saran

Pada seluruh warga masyarakat untuk memahami betapa pentingnya arti

kemandirian dan kesehatan bagi kelangsungan kehidupan, dan hal tersebut tidak

saja menyangkut kesehatan dan perkembangan personal saja, melainkan juga

kesehatan seluruh masyarakat.

17

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. Aziz. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta Salemba Medika;

2008. h.37.

Ambarwati, Eny Retna. KDPK Kebidanan Teori dan Aplikasi. Yogyakarta Nuha

Medika. 2008. h.47


18

Anggraeni, Yetty. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta Rohima Press;

2011. h. 27. h. 169. hal. 180.

Arum & Sujiyatini. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta Nuha

Medika ; 2011. h. 28-9.

Astuti, Hutari Puji. Asuhan Kebidanan Ibu 1 (Kehamilan). Yogyakarta Rohima

Press; 2012. h. 231.

Bahari, Hamid. Cara Mudah Atasi Keputihan. Yogyakarta Buku Biru; 2012. h. 09.

h. 58-9.

BKKBN. Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo ; 2010. h. 9.

BKKBN. Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo ; 2011. h. 7.

BKKBN Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga

Berencana; 2012; h. 10, 12, 13.

BKKBN Provinsi Jawa Tengah. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga

Berencana; 2013.

Everett, Suzanne. Buku Saku kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi.

Jakarta: EGC; 2007. h. 197.

Ferry Efendi. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta Salemba; 2009. h. 104

Hartanto. Keluarga Berencana dan kontrasepsi. Jakarta Sinar Harapan; 2010. h. 54.

h. 212.
19

Herdiansyah. Metedologi penelitian kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta

Salemba Humanika; 2011. h. 131. h. 143.

Anda mungkin juga menyukai