“STUNTING”
PEMATERI
NAMA KELOMPOK :
KELOMPOK 4
KABUPATEN LANDAK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesakan makalah tentang Analisis Isu
Komtemporer “Kematian Ibu dan Anak”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu tugas agenda I dengan pemateri Ibu Dr. Ersa Tri Fitriasari, ST, M.Si. Tidak lupa
kami sampaikan terima kasih kepada pemateri yang telah memberikan arahan dan
bimbingan dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik
pada Teknik penulisan maupun materi. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak
yang membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat dan berguna bagi penulis
maupun pembaca
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG......................................................................................1
B. TUJUAN...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................3
A. ENVIROMENTAL SCANNING.....................................................................3
B. PROBLEM SLOVING.....................................................................................6
C. ANALYSIS.......................................................................................................9
A. KESIMPULAN.................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara, Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah
profesi bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja(PPPK) yang bekerja pada instansi pemerintah. Dalam
menjalankan tugasnya, ASN memiliki fungsi sebagai pelaksana kebijakan
publik, pelayanan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa. Selain itu, ASN
juga memiliki peran sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunannasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari
intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Keberadaan ASN diharapkan dapat mengamalkan Pancasila serta
mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia sebagaimana tercantum dalam
Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang
diantaranya yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap Bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupanbangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Dalam Peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 10
Tahun2021, kompetensi yang dikembangkan dalam Pelatihan Dasar CPNS
merupakan kompetensi pembentukan karakter PNS yang profesional sesuai
bidang tugas. Kompetensi tersebut antara lain adalah menunjukkan sikap
perilaku bela negara, mengaktualisasikan nilai-nilai dasar PNS dalam
pelaksanaan tugas jabatannya, mengaktualisasikan kedudukan dan peran PNS
untuk mendukung terwujudnya Smart Governance sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang undangan dan menunjukkan penguasaan kompetensi teknis
yang dibutuhkan sesuai dengan bidang tugas.
Presiden Republik Indonesia telah meluncurkan Core Values (nilai-nilai
dasar) ASN BerAKHLAK dan employer branding ASN "Bangga Melayani
1
Bangsa". Nilai –nilai dasar ASN BerAKHLAK tersebut ialah Berorientasi
Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pembinaan dan pelatihan kepada setiap ASN
sebelum menjalankan tugasnya dalam pemerintahan. Melalui pembinaan dan
pelatihan tersebut, diharapkan dapat menghasilkan ASN profesional yang
berkarakter dalam melaksanakan tugas dan jabatannya. Dalam Pelatihan dasar
ini ASN juga mempelajari penguatan untuk menunjukan kemampuan berpikir
kritis dengan mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu kritikal melalui isu-isu
startegis kontemporer yang dapat menjadi pemicu munculnya perubahan
lingkungan strategis dan berdampak terhadap kinerja birokrasi secara umum dan
secara khusus berdampak pada pelaksanaan tugas jabatan sebagai PNS pelayan
masyarakat. Isu yang akan dipelajari pada makalah ini yaitu tentang Kematian
Ibu dan Anak di Indonesia.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu agar ASN sebagai pelayan
masyarakat dapat mengetahui cara menetapkan dan/atau mengidentifikasi Isu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Enviromental Scanning
Enviromental Scanning yaitu sikap peduli terhadap isu/masalah dalam
organisasi dan sekaligus bentuk kemampuan memetakan hubungan kausalitas
yang terjadi. Isu-Isu yang beredar di Indonesia yaitu salah satunya mengenai
Masalah gizi masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat di
sebagian besar negara berkembang, terutama pada balita, anak-anak, dan wanita
usia produktif. Masalah gizi sering kali terjadi pada masa balita sehingga
berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangannya di masa yang akan
datang. Menurut hasil PSG tahun 2015, sebanyak 18,7% balita mengalami
kekurangan gizi dimana diantaranya 3,8% balita mengalami gizi buruk dan
14,9% mengalami gizi kurang. Ini menunjukkan bahwa kelompok anak-anak
masih memiliki persentase terbesar sebagai kelompok berisiko dalam
permasalahan gizi dan menjadi sasaran utama dalam intervensi asupan gizi anak
(Kemenkes RI, 2015).
Menurut data WHO (2015), sebanyak 156 juta anak usia dibawah 5
tahun (balita) secara global mengalami stunting, di Asia Tenggara 2 prevalensi
stunting tahun 2015 sebesar 32,9% (58,9 juta). Prevalensi balita pendek menjadi
masalah kesehatan masyarakat jika prevalensinya 20% atau lebih..
Dibandingkan beberapa negara tetangga, prevalensi balita pendek di Indonesia
juga tinggi dibandingkan Myanmar (35%), Vietnam (23%), Malaysia (17%),
Thailand (16%) dan Singapura (4%). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2013 menunjukkan bahwa di Indonesia angka kejadian stunting pada anak
balita sebesar 37,2%. Data ini menunjukkan bahwa kejadian stunting di tahun
2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2010 (35,6%) dan tahun 2007
(36,8%). Berdasarkan Laporan Global Nutrition tahun 2014, Indonesia masuk ke
daftar 17 negara dari 117 negara dengan tiga masalah gizi serius, yaitu stunting
atau tinggi badan menurut umur kurang (32,7%), wasting atau berat badan
menurut tinggi badan kurang (12,1%), dan obesitas atau kegemukan (11,9%).
Menurut hasil PSG Kemenkes RI di tahun 2015, sebesar 29,9% balita Indonesia
3
termasuk kategori pendek, dengan persentase tertinggi juga di Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan Sulawesi Barat (Kemenkes RI, 2015). Khusus wilayah
Kalimantan Barat, angka kejadian stunting juga masih cukup tinggi.
Berdasarkan data PSG Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2015
prevalensi angka kejadian stunting sebesar 34,3%. Di Kabupaten Sanggau,
prevalensi balita stunting tahun 2015 tinggi sebesar 40,6%, jika dibandingkan
dengan prevalensi stunting di Kota Pontianak sebesar 31% dan Kabupaten
Sintang sebesar 34,8%. Ini 3 menunjukkan bahwa diantara Kabupaten/Kota
yang ada di Kalimantan Barat, Kabupaten Sanggau memiliki prevalensi stunting
tertinggi.
Menurut WHO (2015), Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya akibat gangguan pertumbuhan dalam kandungan,
kurang asupan gizi mikro, intake energi yang kurang dan infeksi. Faktor sanitasi
dan kebersihan lingkungan berpengaruh pula untuk kesehatan ibu hamil dan
tumbuh kembang anak, karena anak dibawah usia dua tahun rentan terhadap
berbagai infeksi dan penyakit. Stunting merupakan keadaan malnutrisi kronik
yang berkaitan dengan perkembangan otak anak. Hal ini disebabkan oleh adanya
keterlambatan kematangan sel-sel saraf teruma di bagian cerebellum yang
merupakan pusat koordinasi gerak motorik. Keterlambatan kematangan sel-sel
saraf karena adanya penurunan jumlah mielin, dendrite kortikal dalam medulla
spinalis, serta reduksi sinapsis neurotransmitter (Udani, 1992). 4 Gerakan
motorik tidak bisa dilakukan dengan sempurna apabila mekanisme otot belum
berkembang. Kemampuan mekanik dari striped muscle anak stunting rendah
karena kematangan otot tersebut lambat, sehingga mengakibatkan kemampuan
motorik anak stunting terhambat (Hurclock, 2001). Keterlambatan yang terjadi
dapat disebabkan oleh hal-hal tertentu seperti faktor keturunan, faktor
lingkungan, faktor kepribadian anak, adanya kelainan tonus otot, obesitas serta
buta juga dapat mempengaruhi keterlambatan (Soetjiningsih, 2002). Balita di
Indonesia yang mengalami stunting sekitar 16% di laporkan mengalami
gangguan perkembangan yang meliputi gangguan perkembangan kognitif,
bahasa dan motorik (Depkes RI, 2006). Khusus anak yang normal berusia
dibawah 5 tahun didapatkan sekitar 1-3% mengalami keterlambatan
4
perkembangan umum (IDAI, 2013). Perkembangan motorik anak dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain faktor genetik seperti keturunan, gen, dan faktor
lingkungan, seperti lingkungan prenatal, natal dan postnatal. Salah satu diantara
faktor lingkungan natal dan postnatal yaitu riwayat BBLR, pemberian ASI
eksklusif, asupan zat zinc, asupan zat besi, stimulasi psikososial dan
pengetahuan ibu (Soetjiningsih, 2013). Bayi yang BBLR meningkatkan risiko
terjadinya cerebral palsy yaitu gangguan perkembangan motorik yang
berhubungan dengan kemampuan berjalan, serta jika dibandingkan dengan berat
lahir normal (BBLN), bayi BBLR lemah dengan keterampilan motorik halus
(Lissauer, 2009).
Pemberian ASI saja selama 6 bulan diyakini dapat meningkatkan skor
perkembangan motorik bayi serta menguatkan ikatan ibu dan anak yang penting
dalam perkembangan mental tersebut (Yen HTB, 2010). Zinc berkontribusi
terhadap pembentukan struktur dan fungsi otak, yaitu sebagai neutransmitter.
Defisiensi zinc berpengaruh terhadap hormon pertumbuhan yaitu menurunnya
Insuline-Like Growth Factor I (IGF-I), sehingga dapat menghambat
pertumbuhan yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan motorik halus
anak (Allen, 2010). Disamping itu, stimulasi juga berpengaruh terhadap status
motorik. Melakukan stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita
sehingga kemampuan gerak atau motorik anak berlangsung secara optimal
sesuai umur anak (Depkes RI, 2008). Pemberian stimulasi yang tepat juga
didasari oleh pengetahuan ibu. Pengetahuan yang rendah menyebabkan
terbatasnya informasi yang didapat ibu mengenai tumbuh kembang anak. Hal ini
menyebabkan rendahnya kualitas pola asuh dan stimulan yang diberikan (IDAI,
2012). Hasil penelitian Chapakia (2016) pada anak usia 2-5 tahun menunjukkan
bahwa anak dengan riwayat BBLR mempunyai risiko 5 kali lipat untuk masalah
keterlambatan perkembangan motorik halus. Hasil penelitian Purwandini (2012)
juga menemukan adanya hubungan antara asupan zat zinc dan asupan zat besi
terhadap perkembangan motorik bahwa pemberian micronutrient sprinkle yang
didalamnya terdiri dari zat zinc (Zn) dan zat besi (Fe) selama 2 bulan mampu
menurunkan persentase 6 ketelambatan perkembangan motorik halus pada anak
stunting usia 12-36 bulan. Dalam penelitian Amanda (2014) ada 57,6% anak
5
memiliki tubuh pendek (stunting) sebanyak 9,4% menerima stimulasi baik dan
22,4% menerima stimulasi kurang dari keluarga, hal ini yang mendorong status
motorik halus anak terganggu sebanyak 30,6%. Hasil penelitian Loaloka (2016),
menunjukkan bahwa pengetahuan ibu yang kurang memiliki risiko sebesar 342
kali dapat mengalami perkembangan motorik anak yang abnormal (stunting)
dibandingkan dengan pengetahuan gizi ibu yang baik. Hasil survei pendahuluan
yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kedukul, pada 10 anak stunting
ditemukan 7 anak dicurigai mengalami perkembangan motorik tidak sesuai
dengan usinya berdasarkan observasi dan wawancara pada orang tua anak. Anak
yang mengalami gangguan motorik yang diketahui kurang mendapatkan
stimulasi psikososial dari orang tua sebesar 85,7%, memiliki riwayat BBLR
sebesar 42,8% memiliki riwayat BBLR sebesar 42,8%, memiliki asupan zat zinc
kurang sebesar 71,4%, memiliki asupan zat besi yang kurang sebesar 85,7%,
mendapatkan ASI eksklusif hanya sebesar 14,3% dan memiliki riwayat BBLR
sebesar 42,8% (Data primer, 2017).
Berdasarkan penjelasan diatas, pengetahuan ibu yang kurang memliki
resiko yang sangat besar anak mengalami stunting, sehingga pentingnya KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) kepada orang tua, sehingga mucul
gagasan “Optimalisasi KIE Stunting pada Ibu Hamil dan Ibu Menyusui”
B. Problem Solving
Problem Solving yaitu kemampuan peserta mengembangkan dan memilih
alternatif pemecahan isu/masalah, dan kemampuan memetakan aktor terkait dan
perannya masing-masing dalam penyelesaian isu/masalah. Dalam rangka
penerapan gagasan maka dibutuhkan kegiatan sebagai berikut :
1. Melakukan konsultasi dengan mentor dan berdiskusi dengan rekan kerja
2. Membuat design leaflet dan poster
3. Melakukan kegiatan peyuluhan & KIE ke peserta ibu hamil dan ibu
menyusui bermitra puskesmas
4. Membuat dan melaporkan hasil kegiatan kepada mentor
6
Adapun tahapan kegiatan dan output dari kegiatan yang akan dilakukan yaitu :
7
peyuluhan & KIE 2. Mempersiapkan dan Daftar Hadir
ke peserta ibu menentukan bahan materi Dokumentasi
hamil dan ibu yang akan disampaikan berupa foto
menyusui yang 3. Membagikan leaflet kegiatan
bermitra kepada ibu hamil dan ibu
puskesmas menyusui
4. Menempelkan poster
didepan untuk melakukan
penyuluhan kepada ibu
hamil dan menyusui
5. Mendengarkan pertanyaan
dari peserta jika masih ada
yang kurang jelas dan
memberikan jawaban
6. Meminta kepada peserta
untuk mengisi mengisi
kuisioner evaluasi kegiatan
4 Membuat dan 1. Mengumpulkan kuisioner Data Hasil
melaporkan hasil evaluasi kegiatan yang Pengisian
kegiatan kepada sudah diisi oleh peserta Kuisioner
mentor 2. Melakukan pengolahan Evaluasi
data terhadap kuisioner Kegiatan
yang sudah di kumpulkan Laporan Hasil
3. Melakukan analisis Kegiatan
terhadap kuisioner
4. Membuat laporan sesuai
dengan data dan analisis
yang sudah dilakukan
5. Menyampaikan hasil
laporan kepada mentor
8
C. Analysis
Analysis bentuk kemampuan peserta berpikir konseptual yaitu kemampuan
mengkaitkan dengan substansi Mata Pelatihan dan bentuk kemampuan
mengidentifikasi implikasi / dampak / manfaat dari sebuah pilihan kegiatan/
tahapan kegiatan yang dilakukan.
9
menghasilkan nilai
tambah)
Saya akan
mendengarkan
pendapat dan saran dari
mentor, dan mencatat
setiap arahan secara
rinci (Adatif –
Bertindak proaktif)
Setelah berkonsultasi
dengan mentor Saya
akan mendiskusikan
kegiatan yang akan
dilakukan dengan rekan
kerja ( Harmonis –
Membangun
lingkungan kerja
yang kondusif)
10
disiplin dan
berintegritas tinggi ,
Kompeten –
Melaksanakan tugas
dengan kualitas
terbaik)
2 Membuat 1. Mengumpulkan Saya akan
design leaflet referensi untuk mengumpulkan
dan poster mendesain leaflet dan referensi materi yang
poster akan saya masukkan ke
2. Merancang dan dalam leaflet dan poster
mendesain leaflet dan secara rinci sesuai
poster dengan literatur
3. Melakukan konsultasi (Akuntablel –
dengan mentor tentang Melaksanakan tugas
desain leaflet dan poster dengan jujur,
4. Mencetak leaflet dan bertanggung jawab,
poster cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi)
11
janji untuk berdiskusi
dengan mentor dengan
kalimat yang sopan dan
menghargai setiap
masukan dari mentor
maupun kepala instalasi
farmasi ( Kolaboratif –
Terbuka dalam
bekerja sama untuk
menghasilkan nilai
tambah, Loyal –
Menjaga nama baik
sesama ASN,
Pimpinan, Instansi
dan Negara)
12
4. Menempelkan poster nama baik sesama
didepan untuk ASN, Pimpinan,
melakukan penyuluhan Instansi dan Negara)
kepada ibu hamil dan
menyusui Saya akan
5. Mendengarkan mempersiapkan dan
pertanyaan dari peserta menentukan bahan
jika masih ada yang materi yang akan saya
kurang jelas dan sampaikan dengan baik
memberikan jawaban (Berorientasi
6. Meminta kepada Pelayanan –
peserta untuk mengisi Memahami dan
mengisi kuisioner memenuhi kebutuhan
evaluasi kegiatan masyarakat)
13
mudah dipahami dan
bertanggung jawab agar
memberikan
kepercayaan pasien
bahwa informasi yang
di berikan penting
(Kompeten –
melaksanakan tugas
dengan kualitas
terbaik)
Saya akan
mendengarkan
pertanyaan dari peserta
terkait informasi yang
saya sampaikan dengan
baik dan akan
menjelaskan Kembali
dengan baik supaya
mudah dipahami oleh
peserta (Loyal –
Menjaga nama baik
sesama ASN,
pimpinan, instansi
dan negara, Harmonis
– Suka menolong
orang lain)
14
evaluasi kegiatan
(Adatif – Bertindak
proaktif)
15
Saya akan melakukan
analisis data dengan
cermat dan cekatan
sehingga hasilnya nanti
dapat
dipertanggungjawabkan
(Berorientasi
Pelayanan – Ramah,
cekatan, solutif dan
dapat diandalkan,
cekatan, solutif dan
dapat diandalkan)
Saya akan
menyampaikan hasil
laporan kegiatan secara
16
detail dan terperinci
(Kompeten –
Melaksanakan tugas
dengan kualitas
terbaik)
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan makalah diatas, bahwa anak yang stunting sangat berpengaruh
terhadap perkembangan motorik yang terlambat. Hal ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang mendorong ketidaksesuaian perkembangan anak.
terdapat 3 (tiga) kemampuan dalam mengidentifikasi dan/atau menetapkan isu
yaitu Enviromental Scanning, Problem Solving dan Analysis.
18
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 10 tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Lembaga Administrasi Negara Nomor 1 tahun 2021 Pelatihan Dasar Aparatur
Sipil Negara
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Modul Pelatihan Dasar Calon
PNS Habituasi. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2019. Modul Pelatihan Dasar Calon
PNS Analisis Isu Kontemporer. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik
Indonesia.
19
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Harmonis: Modul Pelatihan
Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2021. Loyal: Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia.
20