Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

IDENTIFIKASI PERAN STAKEHOLDERS DALAM IMPLENTASI


KEBIJAKAN INTERVENSI GIZI SENSITIF TERHADAP
UPAYA PENCEGAHAN STUNTING
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pemberdayaan
Perempuan (WEM I)

Dosen Pembimbing :
Sheila Tania, S. Keb., Bd., M. Kes

Disusun oleh,

Kelompo : 4
k
Anggota : 1. Faizah Nurul Sa'diyah P17311235012
2. Ifadha Lusi Amalia P17311235013
3. Alfina Zulva Damayanti P17311235017
4. Farida P17311235022
5. Ari Nurrahma P17311235028
6. Dida Kawidya P17311235036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PROGRAM STUDI ALIH KREDIT

JURUSAN KEBIDANAN
2023

2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul Identifikasi
Peran Stakeholders Dalam Implentasi Kebijakan Intervensi Gizi Sensitif Terhadap
Upaya Pencegahan Stunting.
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran
stakeholdesr dalam implentasi kebijakan intervensi gizi sensitif terhadap upaya
pencegahan stunting pada mata kuliah Dasar-dasar Pemberdayaan Perempuan.
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang, Agustus 2023

Penulis,

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Stakeholders Dalam Kegiatan Pemberdayaan.......................3
2.2 Identifikasi Klasifikasi Peran Stakeholders..............................................5
2.3 Identifikasi Rincian Peran Stakeholders yang Dilakukan.........................6
BAB III PENUTUP
3.1 Keimpulan ..............................................................................................11
3.2 Saran .......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu kegiatan terutamanya di masyarakat kita memerlukan
peran dari berbagai pihak untuk turut serta dalam kegiatan sehingga tujuan
dari suatu kegiatan dapat tercapai. Selain itu dengan terlibatnya masyarakat
pada suatu kegiatan dapat turut andil dalam memberdayakan masyarakat
tersebut. Pemberdayaan masyarakat ini tidak akan berjalan tanpa keterlibatan
masyarakat dan dukungan dari stakeholders.
Stakeholders adalah individu, kelompok orang atau komunitas yang
mempunyai hubungan dan kepentingan, baik secara keseluruhan maupun
sebagian dalam suatu usaha atau kegiatan. Stakeholders juga bisa diartikan
sebagai siapa yang memberikan dampak dan atau yang terkena oleh dampak
dari suatu program, kebijakan maupun pembangunan. Stakeholders
merupakan bentuk sumber daya manusia dalam implementasi. Stakeholders
adalah semua pihak baik secara individu, maupun kelompok yang dapat
dipengaruhi dan/atau mempengaruhi pengambilan keputusan serta pencapaian
tujuan suatu kegiatan. Banyak ahli yang memiliki pandangan terkait
klasifikasi stakeholders (Widianingsih et al., 2019).
Peran stakeholders dalam implementasi kebijakan suatu kegiatan
dibutuhkan untuk mendorong keberhasilan implementasi kebijakan kegiatan
tersebut. Banyaknya stakeholders yang mungkin terlibat dalam
implementasinya, dibutuhkan upaya untuk melakukan identifikasi dan
analisis terkait peran masing-masing stakeholders. Disini stakeholder
memiliki klasifikasi dan peran yang berbeda-beda, sehingga dalam makalah
ini kami kelompok 4 akan membahas dan menjelaskan tentang peran
stakeholders dalam pemberdayaan peempuan maupu Kesehatan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Siapa saja stakeholders yang ikut berperan dalam kegiatan pencegahan
stunting ?
2. Bagaimana klasifikasi peran stakeholders ?
3. Bagaimana rincian peran yang dilakukan ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini ialah untuk:
1. Untuk melakukan identifikasi peran stakeholders sesuai dengan Materi Kuliah
“Peran Stakeholder dalam Pemberdayaan Perempuan dan Kesehatan”
2. Untuk melakukan identifikasi klasifikais peran stakeholders sesuai dengan Materi
Kuliah “Peran Stakeholder dalam Pemberdayaan Perempuan dan Kesehatan”
3. Untuk melakukan identifikasi tentang rincian peran dari stakeholders yang
terlibat dalam artikel yang dibahas.
4. Untuk digunakan sebagai bahan pembelajaran bagi kami selaku mahasiswa Alih
Jenjang Kebidanan Poltekkes Malang tentang “Peran Stakeholder dalam
Pemberdayaan Perempuan dan Kesehatan”
5. Untuk digunakan sebagai tugas Mata Kuliah “Dasar-dasar Pemberdayaan
Perempuan dan Kesehatan”

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identifikasi Stakeholders Dalam Kegiatan Pemberdayaan


Sebagai upaya mengatasi permasalahan stunting di Indonesia,
pemerintah memiliki kebijakan intervensi gizi sensitif. kebijakan intervensi
gizi sensitif merupakan kegiatan intervensi penurunan stunting yang berupa
kegiatan yang ditujukan kepada masyarakat umum. Kegiatan intervensi gizi
sensitif melibatkan organisasi lintas sektoral dan memberikan kontribusi
sebesar 70% terhadap penurunan stunting.
Adapun hasil identifikasi stakeholders dalam implentasi kebijakan
intervensi gizi sensitif terhadap upaya pencegahan stunting pada 3 artikel
berbeda terdiri dari 25 stakeholders, yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Dinas Sosial, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak/DP3A, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB/DPPKB,
Seksi PAUD dan Dikmas, BAPPEDA, Kepala Bidang Kominfo,
Perhimpuanan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), Kepala Bidang
Sumber daya Pangan, Puskesmas, Posyandu, Bidan, Petugas Gizi, IDAI,
Fisioterapis, Psikolog, Kepala Desa, Kader Masyarakat, serta Swasta yaitu PT.
Angkasa Pura, dan Penanggungjawab Air Swadaya. 25 stakeholders tersebut
akan dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan perspektif governance.
A. Pemerintah atau Negara (State)
Stakeholders negara adalah organisasi atau lembaga pemerintahan
yang terdiri dari yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas
Sosial, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak/DP3A, Dinas Pengendalian Penduduk dan
KB/DPPKB, Seksi PAUD dan Dikmas, Bappeda, Kepala Bidang
Kominfo, , Perhimpuanan Pengembangan Media Nusantara (PPMN),
Kepala Bidang Sumberdaya Pangan, Puskesmas.

3
B. Masyarakat (Civil Society)
Masyarakat seringkali diartikan sebagai sasaran program.
Masyarakat dapat berupa individu maupun berbentuk kelompok-
kelompok atau komunitas. Tidak hanya itu saja, stakeholders
masyarakat juga terdiri dari posyandu dan organisasi profesi lainnya.
Organisasi profesi yang ikut telibat yaitu Ikatan Doktek Anak
Indonesia, Fisioterapis, Bidan, Petugas Gizi, Psikolog, Seksi PAUD
dan Dikmas, Kepala Desa, serta Kader
C. Swasta (Private sector)
Peranan swasta sangat dibutuhkan mengingat banyaknya urusan
pemerintah yang tentunya banyak membutuhkan dukungan dari pihak
ketiga. Adapun stakeholders dari pihak swasta dalam keterlibatannya
dalam intervensi gizi sensitive terdiri dari PT. Angkasa Pura, dan
Penanggungjawab Air Swadaya.
Adapun menurut Maryono et al. dalam Latupapua (2015: 25)
menjelaskan klasifikasi stakeholders dapat dikelompokkan menjadi:
A. Stakeholders Primer
Merupakan stakeholder yang secara langsung terkena dampak, baik
positif maupun negatif dari suatu rencana serta mempunyai
kepentingan langsung terhadap kegiatan tersebut. Contohnya: Tenaga
kesehatan, organisasi profesi, PKK, dll.
Hasil identifikasi didapatkan: Seksi PAUD dan Dikmas, IDAI, Bidan,
Petugas Gizi, Fisioterapi, Psikolog dan Kader
B. Stakeholders Kunci
Merupakan stakeholder yang secara legalitas memiliki
kewenangan, pengaruh dan kepentingan yang tinggi dalam
pengambilan keputusan pada pembuatan kebijakan. Contohnya dalam
bidang kesehatan: Dinas Kesehatan
Hasil Identifikasi didapatkan: Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan,
Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Sosial, Bidang

4
Kominfo, Dinas Lingkungan Hidup, Disdalduk KB, DP3A,
BAPPEDA.

C. Stakeholders Sekunder
Stakeholder yang tidak mempunyai kepentingan langsung terhadap
kegiatan tetapi memiliki kepedulian besar terhadap proses
pengembangan. Stakeholders pendukung dapat dijadikan fasilitator
dalam proses pengembangan dan cukup berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan. Contohnya: Kecamatan, Kelurahan, Keluarga,
RT, RW, Tokoh Agama, Tokoh Masyarakat, Dunia Usaha, dan
Institusi Pendidikan.
Hasil identifikasi didapatkan: Kepala Desa, Puskesmas, Posyandu,
Masyarakat, PT Angkasa Pura, dan Penanggungjawab Air Swadaya.
2.2 Identifikasi Klasifikasi Peran Stakeholders
Pada penelitian ini peran stakeholders dibagi menjadi lima, yaitu
policy creator, koordinator, implementor, fasilitator, dan akselerator. Terdapat
beberapa stakeholders yang memang menjalankan peran lebih dari satu.
Berikut merupakan tabel klasifikasi stakeholders.
Klasifikasi Peran Stakeholders
Policy Koordinator Implementor Fasilitator Akselerator
Creator
1. Dinas BAPPEDA 1. Dinas 1. Puskesmas 1. Dinas
Kesehatan Kesehatan 2. Posyandu Kesehatn
2. Dinas 2. Dinas dana BOKS
Perikanan Perikanan (Bantuan
3. Dinas 3. Dinas Oprasional
Pendidikan Pendidikan Kesehatan
4. Dinas 4. Dinas Stunting)
Ketertahanan Ketertahana 2. Dinas Sosial
Pangan n Pangan 3. Swasta
5. Disdalduk

5
5. Dinas Sosial KB/DPPKB
6. Dinas 6. DP3A
Lingkungan 7. Dinas PU
Hidup 8. Dinas
7. Kominfo Lingkugan
8. Disdalduk Hidup
KB/DPPKB 9. Seksi PAUD
9. DP3A dan Dikmas
10. BAPPEDA 10. IDAI
11. Bidan
12. Petugas
Gizi
13. Fisioterapis
14. Psikolog
15. Kepala
Desa
16. Kader
17. Masyarakat

2.3 Identifikasi Rincian Peran Stakeholders yang Dilakukan


A. Policy Creator
Kebijakan intervensi gizi sensitif tidak hanya berupa program yang
dimiliki Dinas Kesehatan saja. Melainkan juga berbagai program dari
berbagai dinas. Sehingga dalam pembuatannya juga tidak menjadi
tanggung jawab Dinas Kesehatan sendiri.
Dinas Kesehatan dan Bappeda dalam menjalankan perannya
sebagai policy creator yaitu dengan mengupayakan pembuatan peraturan
walikota yang khusus membahas tentang stunting.
Bappeda dan Dinas Kesehatan mengupayakann terbentuknya
peraturan tersebut. Dinas Kesehatan, Dinas Perikanan, Dinas Pendidikan,
Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB, Dinas

6
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memiliki program-
program yang termasuk dalam intervensi gizi sensitif. Mereka memiliki
kewenangan untuk membuat program-program tersebut.
Dinas Kesehatan juga melakukan upaya pemberitahuan kepada
semua Puskesmas untuk menjalankan dan memperhatikan program
stunting, dan melakukan sosialisasi garam yodium, surveilans, dan juga
pelatihan khusus dan bimbingan konseling bagi kader, petugas gizi, bidan
desa di semua puskesmas.
Bappeda menyediakan Peraturan Bupati/Walikota mengenai peran
desa dalam intervensi penurunan stunting terintegrasi di tingkat desa.
Peraturan yang dimaksud dapat berupa peraturan baru atau merevisi
peraturan yang ada dan dinilai relevan dengan agenda penurunan stunting
di kabupaten/kota.
B. Koordinator
Bappeda menjalankan peran sebagai koordinator. Hal tersebut
merupakan amanat Bappenas yang juga menjadi koordinator aksi
konvergensi stunting di tingkat pusat. Kebijakan yang melibatkan berbagai
pihak lintas sektoral harus menempatkan Bappeda sebagai penengah dan
koordinator. Sebagai koordinator, Bappeda telah melaksanakan beberapa
hal, yaitu rembug stunting yang menghadirkan berbagai dinas, melakukan
aksi konvergensi stunting, mengirimkan komitmen Kepala Daerah tentang
Percepatan Penurunan Stunting ke Sekretariat Wakil Presiden pada bulan
September 2020, melakukan rapat koordinasi serta mengikuti penilaian
aksi konvergensi stunting yang melibatkan berbagai dinas dengan program
masing-masing.
Bappeda bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan penyiapan
materi reviu. Dalam pelaksanaan reviu, harus dibentuk “Tim Pelaksana
Reviu Kinerja” yang melibatkan seluruh OPD yang yang bertanggung
jawab untuk penyediaan intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Bappeda melakukan pembinaan bagi desa untuk memastikan
efektivitas mobilisasi kader yang berfungsi sebagai kader pembangunan

7
manusia (KPM) yang akan membantu desa dalam memfasilitasi integrasi
intervensi penurunan stunting di tingkat desa.
C. Implementor
Dinas Kesehatan melakukan beberapa program yaitu kelas ibu
hamil, pemberian makanan tambahan, program asi eksklusif, serta
melakukan kelas pengantin bersama dengan Dinas Pemberdayaan
Permepuan dan Perlindungan Anak serta Dinas Pengendalian Penduduk
dan KB. Dinas Kesehatan juga memiliki program rumah gizi pelangi yang
berupa pemeriksaan gizi balita. Pada program tersebut Dinas Kesehatan
melibatkan Ikatan Dokter Anak Indonesia, psikolog, fisioterapis,
puskesmas, dan posyandu. Dinas Pendidikan melaksanakan programnya
yaitu pemberian makanan tambahan untuk siswa PAUD dan kelas
parenting. Pada pelaksanaanya, Dinas Pendidikan bekerja sama dengan
lembaga-lembaga sekolah.
Dinas Ketahanan Pangan melakukan program kelompok rumah
pangan lestari untuk menciptakan ketahanan pangan keluarga. Kegiatan
yang dilakukan berupa penyuluhan tentang gizi dan pangan, bemberian
bantuan dana serta pemberian bantuan alat. Pada pelaksanaan sosialisasi,
Dinas Kehatanan Pangan bekerja sama dengan berbagai pihak sesuai
dengan materi yang disosialisasikan seperti pada saat pemberian materi
tentang gizi, mereka akan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan.
Dinas Perikanan menjalankan program gemari yang bekerjasama
dengan puskesmas, Dinas Kesehatan dan sekolah dasar. Bentuk kegiatan
yang dilakukan yaitu memberikan makanan hasil olahan ikan kepada anak-
anak di sekolah-sekolah dasar dan puskesmas. Selain itu juga terdapat
pelatihan membuat makanan olahan makan ikan kepada masyarakat
melalui PKK.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memiliki
program melaksanakan kelas pengantin, edukasi gizi remaja putri, inisiasi
menyusui dini, asi eksklusif, dan pemberian makanan tambahan. Bentuk
kegiatan dari berbagai program tersebut berupa sosialisasi, edukasi, serta

8
pendampingan. Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
juga menggandeng berbagai pihak yaitu puskesmas, posyandu, Dinas
Pendidikan serta Dinas Pengendalian Penduduk dan KB. Dinas
Pengendalian Penduduk dan KB menjalankan program bina keluarga bali
dan bina keluarga remaja yang bekerja sama dengan posyandu, pos paud
serta puskesmas. Pada pelaksanaan bina keluarga balita, pihak dinas
memberikan penyuluhan kepada kader-kader posyandu dan nantinya
kader-kaderlah yang akan menyampaikan dengan masyarakat. Adapun
bina keluarga remaja, merupakan kegiatan sosialisasi dan edukasi terhadap
remaja.
Adapun IDAI, fisioterapis, dan psikolog menjalankan perannya
sebagai implementor yaitu dengan memberikan pelayanan di rumah gizi
pelangi. Dimana program tersebut merupakan program yang dimiliki oleh
Dinas Kesehatan. Ikatan Dokter Anak Indonesia memberikan pelayanan
terkait pemeriksaan kesehatan anak, fisioterapis memberikan layanan
kepada balita-balita yang memiliki kendala pertumbuhan. Adapun
psikolog memberikan layanan konsultasi psikis kepada balita yang
dilakukan pada awal dan akhir masa pemeriksaan yaitu dalam kurun waktu
15 kali pemeriksaan
Masyarakat juga merupakan implementor dalam kebijakan
intervensi gizi sensitif ini. Partisipasi dari masyarakat memberikan
dampak yang positif bagi keberhasilan kebijakan. Sebagian besar
masyarakat mau berpartisipasi dan dengan senang hati menerima berbagai
program pemerintah. Meskipun demikian, masih terdapat sebagian kecil
masyarakat yang tidak peduli dengan berbagai program yang diberikan.
Kepala Desa memiliki peran sebagai pengerak dalam desa dan
mengkordinasi dan mengatur dana desa untuk membantu upaya
penangulangan stunting.
D. Fasilitator
Puskesmas dan posyandu berperan sebagai fasilitator yang menjadi
penghubung antara pemerintah dengan masyarakat. Sebagai fasilitator,

9
puskesmas memiliki peran untuk melakukan pendampingan terhadap
balita stunting, membantu pelaksanaan program gemari, serta kelas
pengantin. Adapun posyandu setiap bulannya memfasilitasi pemeriksaan
gizi anak, melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan,
memfasilitasi dan memberikan edukasi terkait bina keluarga balita, serta
penyaluran pemberian makanan tambahan.
E. Akselerator
Akselerator adalah stakeholders yang dapat membantu
mempercepat keberhasilan kebijakan. Akselerator dalam implementasi
kebijakan intervensi gizi sensitif di sini yaitu Dinas Kesehatan, Dinas
Sosial, PT Angkasa Pura dan Peanggungjawab Air Swadaya.
Bantuan dana yang didapatkan dari pemerintah pusat melalui dinas
kesehatan yaitu melalui dana dana BOKS (bantuan operasional kesehatan
stunting. Dinas Sosial memberikan bantuan kepada rakyat miskin maka
hal ini sangat terbantu dalam hal upaya penangulangan stunting. PT
Angkasa Pura memberikan pelayanan kesehatan dan pemeriksaan gizi
gratis serta memberikan bantuan mobil puskesmas keliling kepada
Puskesmas Manyaran. Kegiatan yang dilakukan oleh PT Angkasa Pura
merupakan suatu bentuk tanggung jawab sosial dan lingkungan yang wajib
dilakukan perusahaan kepada masyarakat. Dan sebagai penangungjawab
air swadaya masyarakat belum ada pengalaman mitra bersama dalam hal
upaya penangulangan stunting, tetapi bermitra bersama masyarakat dalam
hal penyedia air bersih sudah sering dilakukan karena air bersih
merupakan kebutuhan yang sangat diperlukan Masyarakat.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun hasil identifikasi stakeholders dalam implentasi kebijakan
intervensi gizi sensitif terhadap upaya pencegahan stunting pada 3 artikel
berbeda terdiri dari 25 stakeholders, yaitu Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan,
Dinas Sosial, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Perikanan, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak/DP3A, Dinas Pengendalian Penduduk dan KB/DPPKB,
Seksi PAUD dan Dikmas, BAPPEDA, Kepala Bidang Kominfo,
Perhimpuanan Pengembangan Media Nusantara (PPMN), Kepala Bidang
Sumber daya Pangan, Puskesmas, Posyandu, Bidan, Petugas Gizi, IDAI,
Fisioterapis, Psikolog, Kepala Desa, Kader Masyarakat, serta Swasta yaitu PT.
Angkasa Pura, dan Penanggungjawab Air Swadaya.
Telah kita ketahui bahwa terdapat 5 peran stakeholder yaitu mulai dari
policy creator, koordinator, fasilitator, implementer dan akselerator. Untuk
bisa mencapai tujuan dari suatu kegiatan, maka kita memerlukan kerja sama
yang baik antar stakeholder dan juga dalam kegiatan tersebut harus mencakup
5 peran stakeholder yang telah dijelaskan.
Peran stakeholder sebagai policy creator tidak bisa berdiri sendiri tanpa
adanya stakeholder yang berperan sebagai koordinator, fasilitator maupun
yang lainnya. Begitupun sebaliknya, peran stakeholder sebagai akselerator
tidak bisa berdiri sendiri tanpa peran stakeholder yang lainnya. Karena peran
dari masing-masing stakeholder tersebut saling melengkapi. Oleh karena itu
dalam memberdayakan masyarakat kita sangat memerlukan peran dari
stakeholder.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat pada para
pembaca dalam menambah pengetahuan tentang memahami peran
stakeholders dalam Pemberdayaan Perempuan maupun Kesehatan dan dapat

11
digunakan sebagai bahan pembelajaran kedepannya., oleh sebab itu kritk dan
saran diharapkan untuk dapat menyempurnakannya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Lailia dkk.(2021). “Peran Stakeholder Dalam Implementasi Kebijakan


Intervensi Gizi Sensitif Di Kota Semarang”. Vol. 10, No.3. Terdapat pada
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/31228/25560
diakses tanggal 15 Agustus 2023.
Soakakone dkk.(2021). “Analisis Komitmen Stakeholder Dalam
Kemitraan Upaya Penanggulangan Stunting Melalui Intervensi gizi Sensitif”.
Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, Vol. 9, No.2, 286-297.
Picauly Intje.(2021). “Pengaruh Pelaksanaan Aksi Konvergensi Stunting
Terhadap Cakupan Program Intervensi Gizi Sensitif Di Propinsi Nusa Tenggara
Timur”. Jurnal Pazih _Pergizi Pangan, Vol.10, No.2, 71-84.

13

Anda mungkin juga menyukai