Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN YANG TANGGAP GENDER DAN

PARTISIPATIF

Disusun oleh:

Fika Lorenza
Ghina Alifah
Hani Kurniati
Helpia Santika
Intan Permatasari
Jesika juliar afrianti
Khanesia azzara
Lola Herlina
Media tri nengsi
Neti Marlina harahap
Oriza zativa beru barus
Pera sapitri

Dosen Pengampu :

Nispy Yuliani

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN BENGKULUJURUSAN KEBIDANAN PRODI DIII


KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayanya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “PERENCANAAN PELAYANAN KEBIDANAN YANG TANGGAP
GENDER DAN PARTISIPATIF” ini tepat

pada waktunya yang telah di tentukan. Makala ini diajukan guna memenuhi tugas yang di berikan dosen mata
kuliah Kebidanan Komunitas (ASKEB V).

Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak yang telah
memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik itu secara lansung maupun tidak
lansung.

Penulis menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi maupun dalam
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah yang bersangkutan dan
rekan-rekan semuanya, sangat kami harapan demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah
selanjutnya.

Bengkulu,23 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................ i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................1

1.2 Rumusan masalah .................................................................2

1.3 Tujuan ..................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi metode perencanaan kebidanan komunitas..............3

2.2 Perencanaan partisipatif .........................................................3

2.3 Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Tanggap Gender dan Partisipatif…5

24. Evaluasi dan monitoring .........................................................6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..........................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................11


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Dalam rangka pemberian pelayanan
kebidanan pada ibu dan anak di komunitas diperlukan bidan komunitas yaitu bidan yang bekerja melayani ibu
dan anak di suatu wilayah tertentu.

Kebidanan komunitas adalah sebagian upaya yang dilakukan oleh bidan dikomunitas. Kegiatan akan
terlaksana dengan baik dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan jika berdsarkan
perencanaan.

Sebab itu program berdaya guna perlu dirancang dengan pendekatan partisipatif, yakni pendekatan yang
menekan pentingnya keterlibatan warga secara sukarela dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan
dan diri mereka sendiri (mikkelsen, 2005 : 4) dalam konteks ini masyarakat bukan dipandang sebagai objek
pembangunan, tetapi lebih di anggap sebagai subjek, aktif pada semua tahapan siklus proyek pembangunan
mulai dari penilaian kebutuhan,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dengan demikian yang partisipasif dan
juga responsive gender perlu menerapkan prinsip-prinsip: (1) Mengutamakan masyarakat, (2) Berbasis
pengetahuan masyarakat dan (3) Melibatkan dan memberdayakan perempuan

Melalui perencanaan program yang partisipatif, maka masyarakat didorong bukan hanya mampu menyuara
kepentingannya. Tetapi juga mampu mengorganisie diri secara kolektif untuk terlibat mulai dari melakukan
perencanaan dan merancang kesehatannya sendiri.

Upaya kegiatan komunitas di Indonesia merupakan bagian pembangunan kesehatan. Oleh karena itu
perencanaan kebidanan komunitas mengikuti pada perencanaan pembangunan tersebut 2 Perencanaan
berdasarkan wilayah, yaitu : Rencana pembangunan nasional (pusat) dan Rencana pembangunan daerah,
seperti: propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Deskripsi kebidanan komunitas

2. Untuk mengetahui perencanaan partisipatif

3. Untuk mengetahui perencaan partisipatif yang tanggap gender

4. Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi tanggap gender


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi metode perencanaan kebidanan komunitas

Kebidanan komunitas adalah sebagian upaya yang dilakukan oleh bidan dikomunitas. Kegiatan akan
terlaksana dengan baik dan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan jika berdsarkan
perencanaan.

Rencana adalah pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan tujuan dengan engorganisasaikan dan mendaya
gunakan sumber yang tersedia . perencenaan yang akan disusun harus berdasarkan kegiatan yang sebelumnya.
Berbagai program kesehatan yang sudah dikembangkan dan dijalankan di masyarakat, mulai dari program
KIA termasuk imunisasi, reproduksi remaja, program pencegahan infeksi termasuk HIV/AIDS dll belum
menjawab kebutuhan masyarakat bahkan cendrung belum tanggap gender karena mengabaikan kecendrungan
di mungkinkan adanya perbedaan kondisi kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya remaja
perempuan cendrung lebih anemia dari remaja laki-laki hal ini dilatar belakangi prafktik budaya yang
mentabuhkan makanan tertentu di konsumsi perempuan, misalnya: telur,ikan tidak boleh dikonsumsi oleh
perempuan.

Sebab itu program berdaya guna perlu dirancang dengan pendekatan partisipatif, yakni pendekatan yang
menekan pentingnya keterlibatan warga secara sukarela dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan
dan diri mereka sendiri (mikkelsen, 2005 : 4) dalam konteks ini masyarakat bukan dipandang sebagai objek
pembangunan, tetapi lebih di anggap sebagai subjek, aktif pada semua tahapan siklus proyek pembangunan
mulai dari penilaian kebutuhan,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.2 Perencanaan partisipatif

Rencana adalah pola pikir yang sistematis untuk mewujudkan tujuan dengan mengorganisasaikan dan
mendaya gunakan sumber yang tersedia . perencenaan yang akan disusun harus berdasarkan kegiatan yang
sebelumnya. Berbagai program kesehatan yang sudah dikembangkan dan dijalankan di masyarakat, mulai dari
program KIA termasuk imunisasi, reproduksi remaja, program pencegahan infeksi termasuk HIV/AIDS dll
belum menjawab kebutuhan masyarakat bahkan cendrung belum tanggap gender karena mengabaikan
kecendrungan di mungkinkan adanya perbedaan kondisi kesehatan antara laki-laki dan perempuan. Misalnya
remaja perempuan cendrung lebih anemia dari remaja laki-laki hal ini dilatar belakangi prafktik budaya yang
mentabuhkan makanan tertentu di konsumsi perempuan, misalnya: telur,ikan tidak boleh dikonsumsi oleh
perempuan.

Melalui perencanaan program yang partisipatif, maka masyarakat didorong bukan hanya mampu menyuara
kepentingannya. Tetapi juga mampu mengorganisie diri secara kolektif untuk terlibat mulai dari melakukan
perencanaan dan merancang kesehatannya sendiri.

Sebab itu program berdaya guna perlu dirancang dengan pendekatan partisipatif, yakni pendekatan yang
menekan pentingnya keterlibatan warga secara sukarela dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan
dan diri mereka sendiri (mikkelsen, 2005 : 4) dalam konteks ini masyarakat bukan dipandang sebagai objek
pembangunan, tetapi lebih di anggap sebagai subjek, aktif pada semua tahapan
siklus proyek pembangunan mulai dari penilaian kebutuhan,perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.3 Proses Penyusunan Rencana yaitu :

1. Menentukan Tujuan

Menentukan tujuan berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi. Bila masalah yang ditemukan tersebut
banyak, maka bentuk-bentuk dari prioritasnya masalahnya berdasarkan:

a) Berdasarkan besar nya masalah

b) Berdasarkan luasnya masalah

c) Berdasarkan dampak masalah

d) Berdasarkan besarnya akibat masalah

e) Berdasarkan tingkat kemudahan dalam mengatasinya

2. Menentukan Strategi

Strategi pelaksanaan rencana biasanya diungkapkan dalam kebijaksanaan dan langkah-langkah pelaksanaan
kebijaksanaan merupakan dasar dari pelaksanaan kegiatan. Contohnya dalam pelaksanaan program pelayanan
kesehatan ibu dan anak di desa A, kebijaksanaan yang ditetapkan adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak
diarahkan pada upaya peningkatan sumber daya manusia, hal ini dituangkan dalam undang-undang no. 23 th
1992, hal tersebut disusun dalam langkah-langkah pelaksanaannya.

2.3 Implementasi Perencanaan


a. Menentukan kegiatan

Berdasarkan kegiatan pokok disusun program lebih rinci yang mencakup aktifitas-aktifitas, dilakukan dengan
target yang akan dicapai. Rencana kegiatan secara rinci mencakup latar belakang disusunnya rencana. Tujuan
yang akan dicapai:

1. Kegiatan yang akan dilakukan


2. Tempat pelaksanaan
3. Waktu dan penjadwalan pelaksaan
4. Pelaksanaan yang bertanggung jawab

b. Menentukan sumber daya

Menentukan sumber daya yang dimaksud adalah tenaga, sarana, fasilitas, dana, manajemen serta informasi.
2.1 Perencanaan Pelayanan Kebidanan Komunitas yang Tanggap Gender dan Partisipatif

Berbagai program kesehatan sudah dikembangkan dan dijalankan di masyarakat, mulai dari program
kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk imunisasi, kesehatan reproduksi remaja, program pencegahan Infeksi
Saluran Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual (ISR)/PMS, termasuk HIV/AIDS, dll. Namun demikian,
sejumlah program dikeluhkan masyarakat karena dianggap belum menjawab kebutuhan
masyarakat/komunitas. Bahkan, program dinilai belum tanggap/responsif gender karena mengabaikan
kecenderungan dimungkinkan adanya perbedaan kondisi kesehatan antara laki dan perempuan. program yang
berdaya-guna (efektif) perlu dirancang dengan pendekatan partisipatif, yakni pendekatan yang menekankan
pentingnya keterlibatan warga/komunitas secara sukarela dalam upaya pembangunan lingkungan, kehidupan
dan diri mereka sendiri (Mikkelsen, 2005; 54).

Dalam konteks ini, masyarakat bukan dipandang sebagai obyek (penerima) pembangunan, tetapi lebih sebagai
subyek (pelaku) aktif di semua tahapan siklus proyek pembangunan dari penilaian kebutuhan, perencanaan,
pelaksanaan, sampai pemantauan dan evaluasi program, bahkan keberlanjutannya.1 Dengan demikian,
perencanaan yang partisipatif dan juga responsif gender perlu menerapkan prinsip- prinsip: mengutamakan
masyarakat, berbasis pengetahuan masyarakat, dan melibatkan perempuan. Perencanaan Partisipatif Di dalam
era demokrasi dan desentralisasi seperti saat ini, tuntutan masyarakat untuk terlibat di dalam proses
penyusunan perencanaan pembangunan menjadi suatu keniscayaan. Ada beberapa asumsi yang mendorong
partisipasi masyarakat, yakni: Pertama, rakyatlah yang paling tahu kebutuhannya, karena itu rakyat
mempunyai hak untuk mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan pembangunan di wilayah lokalnya.
Kedua, pendekatan partisipatif dapat menjamin kepentingan dan ‘suara’ kelompok- kelompok yang selama ini
tersisih atau marjinal dalam pembangunan. Ketiga, partisipasi dalam pengawasan/monitoring terhadap proses
pembangunan dapat mengurangi terjadinya berbagai penyimpangan program, termasuk tidak tercapainya
tujuan program.

Berangkat dari asumsi di atas, maka partisipasi yang efektif adalah yang mampu menggerakan perubahan di
masyarakat secara kolektif dan institusional, bukan semata individual. Keberadaan wadah seperti ‘forum
warga’ sebagai forum multistakeholder yang mempertemukan berbagai kelompok warga/ masyarakat (kelas
sosial, umur, gender, dll) menjadi relevan dan signifikan diperkuat kapasitasnya. Forum ini diharapkan mampu
mengakomodir berbagai aspirasi dan kepentingan warga dalam merancang sekaligus mengambil keputusan
tentang program/kebijakan yang menjadi kebutuhan/kepentingan.

Tahap perencanaan mencakup:

1. Identifikasi masalah dan akar/penyebabnya (analisis masalah),

2. Identifikasi berbagai pilihan tindakan guna mengatasi masalah (analisis tujuan dan prioritas),

3. Identifikasi pihak-pihak yang berkontribusi langsung maupun tidak langsung pada program
(analisis stakeholders),
4. Mengembangan matriks/disain program, termasuk berisi indikator capaian dan teknik/metode
pemantauan-evaluasi program, serta potensi keberlanjutan program.

2.2 Evaluasi dan monitoring


A. Pengertian evaluasi dan monitoring
Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator yg
ditetapkan) secara sistematis dan kontinu tentang kegiatan program/proyek sehingga dapat
dilakukan tindakan koreksi untuk penyempurnaan program/proyek itu selanjutnya. Evaluasi
adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja
program/proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja
program/proyek.

B. Beberapa pertanyaan yang muncul untuk evaluasi


1. Apakah proyek berjalan sesuai jadwal ?
2. Apakah proyek menghasilkan Output yang direncanakan ?
3. Apakah anggarannya sesuai dengan rencana ?
4. Apakah strateginya berjalan sesuai dengan rencana?
5. Apakah kelompok sasaran (target group) terlibat dalam aktivitas proyek ?
C. Tujuan Monitoring :
1. Mengkaji apakah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana.
2. Mengidentifikasi masalah yang timbul agar langsung dapat diatasi .
3. Melakukan penilaian apakah pola kerja dan manajemen yang digunakan sudah tepat
untuk mencapai tujuan proyek.
4. Mengetahui kaitan antara kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh ukuran kemajuan,.
5. Menyesuaikan kegiatan dengan lingkungan yang berubah, tanpa menyimpang dari tujuan.

D. Manfaaat Monitoring
1. Bagi pihak Penanggung Jawab Program :
a. Salah satu fungsi manajemen yaitu pengendalian atau supervisi.
b. Sebagai bentuk pertanggungjawaban (akuntabilitas) kinerja
c. Untuk meyakinkan pihak-pihak yang berkepentingan
d. Membantu penentuan langkah-langkah yang berkaitan dengan kegiatan proyek
selanjutnya.

e. Sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi selanjutnya.

2. Bagi pihak Pengelola Proyek, yaitu :

a. Membantu untuk mempersiapkan laporan dalam waktu yang singkat

b. Mengetahui kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dan menjaga kinerja yang


sudah baik.

c. Sebagai dasar (informasi) yang penting untuk melakukan evaluasi proyek.

E. Tipe dan Jenis Monitoring

1. Aspek masukan (input) proyek antara lain mencakup : tenaga manusia, dana, bahan,
peralatan, jam kerja, data, kebijakan, manajemen dsb. yang dibutuhkan untuk melaksanakan
kegiatan proyek.

2. Aspek proses / aktivitas yaitu aspek dari proyek yang mencerminkan suatu proses
kegiatan, seperti penelitian, pelatihan, proses produksi, pemberian bantuan dsb.
3. Aspek keluaran (output), yaitu aspek proyek yang mencakup hasil dari proses yang
terutama berkaitan dengan kuantitas (jumlah)

F. Tujuan evaluasi

Untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai pengelolaan proyek,
keluaran, manfaat, dan dampak dari proyek pembangunan yang baru selesai dilaksanakan, maupun yang sudah
berfungsi, sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan pengendalian proyek selanjutnya.

G. Manfaat evaluai

1. Evaluasi awal kegiatan, yaitu penilaian terhadap kesiapan proyek atau mendeteksi
kelayakan proyek.

2. Evaluasi formatif, yaitu penilaian terhadap hasil-hasil yang telah dicapai selama proses
kegiatan proyek dilaksanakan. Waktu pelaksanaan dilaksanakan secara rutin (per bulan,
triwulan, semester dan atau tahunan) sesuai dengan kebutuhan informasi hasil penilaian.

3. Evaluasi sumatif, yaitu penilaian hasil-hasil yang telah dicapai secara keseluruhan dari
awal kegiatan sampai akhir kegiatan. Waktu pelaksanaan pada saat akhir proyek sesuai
dengan jangka waktu proyek dilaksanakan. Untuk proyek yang memiliki jangka waktu enam
bulan, maka evaluasi sumatif dilaksanakan menjelang akhir bulan keenam. Untuk evaluasi
yang menilai dampak proyek, dapat dilaksanakan setelah proyek berakhir dan
diperhitungkan dampaknya sudah terlihat nyata.

H. Indikator program berbasis masyarakat

1. Goals

a. Kualitas hidup

b. Keberdayaan masyarakat (aktualisasi diri dan koaktualisasi eksistensi komunitas)

c. Kemandirian masyarakat

d. Ketahanan masyarakat

2. Outcomes

a. Apresiasi (kesadaran, tanggung jawab & peran aktif)

b. Pemanfaatan sumber sosial berkelanjutan

c. Mekanisme penanganan & pencegahan oleh masyarakat

3. Outputs

a. Pengendalian (bobot dan pertumbuhan) masalah sosial

b. Peningkatan cakupan pelayanan (coverage rate)


c. Derajat penggunaan potensi dan sumber masyarakat

d. Peran aktif masyarakat


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bidan sebagai pelaksana utama yang memberikan pelayanan kebidanan, diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dari
sistem pelayanan kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang dapat dilakukan
secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.

Upaya kegiatan komunitas di Indonesia merupakan bagian pembangunan kesehatan.

Oleh karena itu perencanaan kebidanan komunitas mengikuti pada perencanaan pembangunan tersebut.
Kebidanan komunitas merupakan bagian kesehatan komunitas. Setiap kegiatan pokok yang diarahkan kepada
ibu dan anak dalam kaitan dengan kehamilan dan persalinan, keluarga berencana, serta anak balita merupakan
kegiatan terpadu di dalam kebidanan komunitas.

Monitoring adalah proses pengumpulan dan analisis informasi (berdasarkan indikator yg ditetapkan) secara
sistematis dan kontinu tentang kegiatan program/proyek sehingga dapat dilakukan tindakan koreksi untuk
penyempurnaan program/proyek itu selanjutnya.

Evaluasi adalah proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja program/proyek untuk
memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja program/proyek.
DAFTAR PUSTAKA

Novita, Nesi, dkk. 2011. Promosi Kesehatan Dalam Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika

Nanny, Vivianlia Dewi. 2011. Asuhan Neonatus dan Bayi Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika.

Nurmawati. 2010. Mutu Pelayanan Kebidanan. Jakarta : Buku Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai