Anda di halaman 1dari 109

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga

dapat terselesaikan skripsi yang berjudul “Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Miskin Setelah Program Keluarga Harapan di Gampong Teungoh dan Gampong Alue

Beurawe Kecamatan Langsa Kota”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Samudra. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh

karena itu melalui kesempatan ini, Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Bachtiar Akob, M.Pd selaku Rektor Universitas Samudra.

2. Bapak Drs. Sofiyan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Samudra.

3. Bapak Ramdan Afrian, M.Pd selaku dosen pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan selama proses penelitian hingga

penyelesain skripsi.

4. Ibu Fitria Mustika, M.Pd selaku dosen Pembimbing II yang telah

memberikan banyak masukan selama penyusunan skripsi.

5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Samudra.

i
6. Kedua Orang tua, Ayahanda Maruba Pakpahan dan Ibu Tiomar Sihite

serta kakak,abang dan adek penulis yang telah memberikan motivasi,

dukungan, bantuan serta Doa yang tiada henti- hentinya kepada penulis

selama ini dan dapat menyelesaikan skripsi.

7. Teman- teman angkatan Program Studi Pendidikan Geografi 2016,

semoga tercapai semua cita-cita yang kita impikan.

8. Semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam penelitian skripsi.

Akhir kata penulis berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan skripsi dan semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan rezeki

yang berlimpah kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan, kritik dan saran sangat diharapkan untuk membantu

kesempurnaan penelitian dimasa akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi

pengembangan ilmu dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua

pihak yang membutuhkan.

Langsa, Januari 2021

Penulis

ii
ABSTRAK
Salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih
besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Dalam rangka percepatan
penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang
perlindungan sosial bagi keluarga rumah tangga sanga miskin (RTSM), pemerintah
mengeluarkan sebuah PKH yaitu sebuah bantuan bersyarat sebagai jaminanan sosial
untuk mengakses kesehatan dan pendidikan bagi anak usia pendidikan dasar.
Rumusan masalah Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin setelah
adanya PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe Kecamatan Langsa
Kota. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat
miskin setelah adanya PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe
Kecamatan Langsa Kota.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif bersifat deskriptif. yang diambil
oleh peneliti adalah keluarga penerima bantuan PKH di Gampong Teungoh dengan
jumlah 112 Kepala Keluarga dan di Gampong Alue Beurawe 107 KK. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah pengambilan sampel dengan Sample
Random Sampling ( Sampel acak berkelompok ) karena pengambilan sampel anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu dan penentuan sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 53 KK di Gampong
Teungoh dan 52 KK di Gampong Alue Beurawe. Dari hasil perhitungan jumlah
sampel menggunakan rumus Yamane dan Isaac and Michael. Data Primer diperoleh
melalui observasi di lapangan, penyebaran kuesioner dan dokumentasi, sedangkan
data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data diperoleh atau dianalisis ke
dalam rating scale.
Hasil penelitian ini dapat dilihat dari tanggapan masyarakat penerima manfaat
program keluarga tentang penerapan PKH: Dari hasil tanggapan masyarakat di
Gampong Teungoh kategori Sangat Bagus menunjukkan nilai 64 % dan tanggapan
masyarakat kategori Bagus menunjukkan nilai 36 % dan hasil tanggapan masyarakat
di Gampong Alue Beurawe kategori Sangat Bagus menunjukkan nilai 67% dan
tanggapan masyarakat kategori Bagus menunjukkan nilai 33 %. Dengan adanya PKH
ini telah membawa perubahan kondisi sosial ekonomi yang dirasakan oleh Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe.

Kata Kunci : Kondisi Sosial Ekonomi, Masyarakat Miskin, PKH

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................i


ABSTRAK ............................................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................7
BAB II LANDASAN TEORI ...............................................................................8
2.1 Konsep Sosial Ekonomi ............................................................................8
2.2 Kemiskinan...............................................................................................20
2.3 Program Keluarga Harapan .....................................................................25
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................31
3.1 Waktu Penelitian.......................................................................................31
3.2 Jenis Penelitian..........................................................................................36
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................................36
3.4 Teknik Pengumpulan Data.......................................................................38
3.5 Teknik Analisis Data.................................................................................40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................43
4.1 Hasil Penelitian.........................................................................................43
4.2 Pembahasan...............................................................................................64
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Miskin Setelah Program
Keluarga Harapan di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe .78
BAB V PENUTUP ...............................................................................................79
5.1 Kesimpulan ..............................................................................................79
5.2 Saran .........................................................................................................80

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................81

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta Administrasi Lokasi Penelitian........................................................35

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Penerima PKH di 5 Kecamatan Kota Langsa................................................3


Tabel 2.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Miskin Setelah Program Keluarga...30
Tabel 3.1 Waktu Penelitian.........................................................................................31
Tabel 4.1 Pendidikan Terakhir Responden masyarakat Gp. Teungoh........................45
Tabel 4.2 Pekerjaan Responden masyarakat Gp. Teungoh.........................................46
Tabel 4.3 Pendapatan Responden masyarakat Gp. Teungoh.......................................47
Tabel 4.4 Jumlah tanggungan masyarakat Gp. Teungoh.............................................47
Tabel 4.5 Jenis Tempat Tinggal Responden masyarakat Gp. Teungoh......................48
Tabel 4.6 Status Rumah Responden masyarakat Gp. Teungoh...................................49
Tabel 4.7 Tanggapan Masyarakat Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan
(PKH) tentang Penerapan Program Keluarga Harapan (PKH) Masyarakat
Gp.Teungoh.................................................................................................51
Tabel 4.8 Pendidikan terakhir responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe...............54
Tabel 4.9 Pekerjaan responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe..............................55
Tabel 4.10 Pendapatan responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe..........................56
Tabel 4.11 Jumlah Tanggungan responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe............57
Tabel 4.12 Jenis tempat tinggal responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe............58
Tabel 4.13 Status rumah responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe.......................59
Tabel 4.14 Tanggapan Masyarakat Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan
(PKH) tentang Penerapan Program Keluarga Harapan (PKH) di Gampong
Alue Beurawe..............................................................................................61

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi.......................................................................................88
Lampiran 2 SK Pembimbing..................................................................................95
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dekan FKIP UNSAM................................96
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan.........97
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan.........98
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan.........99
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari BPS Kota Langsa.....................................100
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Dinas Perpustakaan Daerah Kota Langsa101
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Dinas Sosial Kota Langsa………………102
Lampiran 10 Kuesioner Penelitian……………………………………………...103
Lampiran 11 Data Hasil kuesioner Penelitian di Gampong Alue Beurawe…….110
Lampiran 12 Data Hasil Kuesioner Penelitian di Gampong Teungoh ……...….112
Lampiran 13 Berita Acara Bimbingan Skripsi 113
Lampiran 14 Berita Acara 115
Lampiran 15 Naskah Yudisium 116
Lampiran 16 Biodata Peneliti 117

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami semua negara di dunia.

Kemiskinan tidak hanya berada di negara-negara berkembang dan terbelakang,

melainkan juga dialami negara-negara maju. Masalah kemiskinan menjadi masalah

yang sangat rumit sehingga suatu negara tidak dapat memiliki kemampuan untuk

menghapus kemiskinan secara sendirian. Kemiskinan adalah gejala penurunan

kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi

daya dukung hidup seseorang atau kelompok orang tersebut . Pada suatu titik waktu

secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Kemiskinan

biasanya dilihat berdasarkan pendapatan perkapita dan kemiskinan regional antara

lain dituangkan dalam bentuk indikator potensi wilayah, yang terdiri dari potensi

perdesaan dan potensi perkotaan (Siagian 2012).

Kemiskinan melanda hampir di seluruh wilayah atau Provinsi yang ada di

Indonesia. Salah satu Provinsi di Indonesia yang mengalami masalah kemiskinan

yaitu Provinsi Aceh dimana Provinsi Aceh urutan ke 6 penduduk termiskin di

Indonesia setelah Papua,Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Gorontalo.

Kemiskinan di Provinsi Aceh dalam periode 3 tahun terakhir ini dari tahun 2015-

2018 mengalami peningkatan, peningkatan jumlah penduduk miskin di provinsi aceh

di ikuti oleh adanya jumlah penduduk yang mengalami peningkatan dari tahun

ketahun. Salah satu faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat kemiskinan di
2

Provinsi Aceh yaitu memiliki jumlah penduduk yang sebagian besar tinggal di

wilayah pedesaan dengan tingkat kesejahteraan yang relatif masih rendah dan

kurangnya fasilitas kesehatan, infrastruktur, transportasi dan pendidikan yang

menyebabkan rendahnya pendidikan di pedesaan. Menurut data BPS Provinsi Aceh,

terdapat 23 kab/kota yang mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin yang

tinggi diantaranya adalah Aceh Singkil, Gayo Lues, Pidie Jaya, Pidie, Bener Meriah,

Aceh Barat, Simeleu, Subulussalam, Aceh Utara, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,

Sabang, Aceh Tengah, Bireuen, Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Aceh

Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Lhokseumawe, Langsa dan Banda Aceh.

Kota Langsa merupakan salah satu wilayah di Provinsi Aceh yang memiliki

jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh. Dalam kurun waktu dari tahun 2016-

2017, menjelaskan bertambahnya jumlah penduduk miskin di Kota Langsa dari

tahun ke tahun yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penduduk di Kota Langsa

dan menurunnya kualitas kesejahteraan berkaitan dengan pendapatan dan

pengeluaran. Pendapatan masyarakat miskin di Kota Langsa yang masih tergolong

rendah diakibatkan masih banyak kualitas sumber daya manusianya yang kurang baik

serta rata rata pengeluaran perkapita dari masyarakat miskin di Kota Langsa yang

masih berada di bawah garis kemiskinan menyebabkan jumlah masyarakat miskin di

Kota Langsa meningkat dari tahun ke tahun. Penyebab kemiskinan di Kota Langsa

dapat dilihat dari banyaknya jumlah anggota keluarga miskin dalam satu rumah. Hal

ini mengakibatkan tanggungan hidup yang harus dipikul kepala keluarga menjadi
3

semakin berat. Tanggungan yang dimaksud adalah seluruh anggota keluarga yang

berada dalam satu atap yang harus harus dipikul oleh kepala rumah tangga dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari berupa sandang, pangan, papan, pendidikan dan

kesehatan, namun pendapatan kepala keluarga dari bekerja belum mampu untuk

mencukupi semua kebutuhan dari anggota keluarga miskin tersebut.

Kota Langsa dibagi menjadi menjadi 5 Kecamatan diantaranya yaitu,

Kecamatan Langsa Barat, Langsa Baro, Langsa Kota, Langsa Lama, Langsa Timur.

Dari masing-masing kecamatan tersebut terdapat masyarakat miskin yang berhak

mendapatkan dana kompensasi dari PKH. Berikut Tabel 1 rincian penerima bantuan

sosial PKH untuk 55 gampong di lima kecamatan dalam wilayah Kota Langsa dengan

jumlah total penerima 4.771 KK, yang di input dari Koordinator PKH Kota Langsa,

Mariana.

Tabel 1.1 Penerima PKH di 5 Kecamatan Kota Langsa

Kecamatan Jumlah KK
Kecamatan Langsa Baro 1064 KK
Kecamatan Langsa Timur 704 KK
Kecamatan Langsa Lama 872 KK
Kecamatan Langsa Barat 1262 KK
Kecamatan Langsa Kota 869 KK
Sumber: Dinas Sosial Kota Langsa

Gampong Teungoh merupakan salah satu desa di Kecamatan Langsa Kota Kota

Langsa yang bersebelahan dengan Kecamatan Langsa Timur dan Kecamatan Langsa

Lama. Secara umum luas wilayah gampong teungoh 110 ha. Jumlah penduduk
4

Gampong Teungoh mencapai 5830 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki

sejumlah 2.877 jiwa dan perempuan 2.953 jiwa yang tersebar dalam 9 dusun.

Gampong Teungoh adalah suatu gampong yang sebagian besar penduduknya

merupakan anggota Rumah Tangga Miskin (RTM), kecenderungan ini

mengakibatkan adanya permasalahan yang mendasar dalam pembangunan secara

berkelanjutan. Setiap permasalahan yang muncul merupakan hasil pengkajian yang

mendalam terhadap kondisi eksisting gampong. Permasalahan yang muncul akan

menentukan pembangunan yang direncanakan dan berdampak terhadap kepentingan

masyarakat. Perkembangan ekonomi masyarakat Gampong Teungoh belum

menunjukan perubahan yang berarti dari tahun ke tahun. Masyarakat pada umumnya

hanya bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan dalam memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari, hal ini diperparah dengan tidak adanya modal usaha pertanian

untuk mengembangkan sumber pendapatan dan memanfaatkan lahan kosong

masyarakat.

Kondisi sosial masyarakat ditunjukan masih rendahnya kualitas dari sebagian

sumber daya manusia masyarakat di Gampong Teungoh, serta cenderung masih

kuatnya budaya tradisional. Meskipun demikian pola budaya seperti ini dapat

dikembangkan sebagai kekuatan dalam pembagunan yang bersifat mobilisasi masa.

Disamping itu masyarakat Gampong Teungoh yang cenderung memiliki sifat

ekspresif, agamis dan terbuka dapat dimanfaatkan sebagai pendorong budaya

transparansi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan

pembangunan
5

Gampong Alue beurawe merupakan Desa Pesisir, maka sebagian besar

penduduknya bermata pencaharian sebagai petani tambak dan nelayan. Secara umum

luas wilayah Alue beurawe 224 Ha. Jumlah penduduk Gampong Alue Beurawe

mencapai 4064 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki sejumlah 2039 jiwa dan

perempuan 2025 jiwa yang tersebar dalam 5 dusun. Masyarakat pada umumnya tidak

terlepas dari keadaan sosial yang terjadi dalam kehidupan, sebab masyarakat adalah

zoon politicon atau masyarakat sosial yang saling berhubungan antara satu dengan

yang lain, saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidup. Kondisi sosial di

Gampong Alue Beurawe ini masih menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku

agama, dan memiliki sifat kekeluargaan yang erat.

Salah satu program khusus yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka

percepatan penanggulangan kemiskinan adalah Program Keluarga Harapan (PKH)

yang dilaksanakan sejak tahun 2007. PKH adalah program asistensi sosial kepada

rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu dengan memberlakukan

persyaratan dalam rangka untuk mengubah perilaku miskin. Program sebagaimana

dimaksud merupakan program pemberian uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTSM diwajibkan melaksanakan

persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Lancarnya pelaksanaan dan tujuan PKH menurut pedoman umum PKH

penerima bantuan adalah RTSM yang memiliki anggota yang terdiri dari anak usia 0-

15 tahun atau ibu hamil/nifas. Bantuan hanya akan diberikan kepada RTSM yang

telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
6

program, yang dilihat dari tempat tinggal yang dimiliki, harta benda, dan pendapatan

sebulan sekitar kurang lebih 500 ribu. Agar penggunaan bantuan dapat lebih efektif

diarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan, bantuan harus

diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang

bersangkutan seperi nenek, tante/bibi atau kakak perempuan

Tujuan umum PKH adalah untuk meningkatkan jangkauan atau aksesibilitas

masyarakat tidak mampu. PKH ini mempunyai dua program yaitu tingkat pendidikan

dan kesehatan. Bagi RTSM yang sudah menerima bantuan maka pemerintah

memberikan pelayanan kesehatan dan pendidikan. Komponen pendidikan dalam PKH

dikembangkan untuk meningkatkan angka partisipasi pendidikan dasar wajib 9 tahun

serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. PKH

pendidikan berupaya memotivasi RTSM agar mendaftarkan anak-anaknya ke

sekolah-sekolah dan mendorong mereka untuk memenuhi komitmen kehadiran dlam

proses belajar. Minimal 85% dari hari efektif sekolah dalam sebulan, selama tahun

ajaran berlangsung (Direktorat Jaminan Sosial, 2019).

Penerima PKH akan di keluarkan dari PKH jika tidak dapat memenuhi

persyaratan yang telah ditetapkan. Seperti contoh, dalam bidang pendidikan, jika

angka persentase partisipasi kehadiran anak atau tatap muka dikelas kurang dari 85%

setiap bulannya, selama tiga bulan berturut-turut maka akan menerima sanksi

dikeluarkan sebagai penerima PKH, dan akan digantikan dengan penerima program

yang baru yang dapat memenuhi komitmen PKH berdasarkan persetujuan Kepala

desa
7

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah : Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin setelah adanya

PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe Kecamatan Langsa Kota.

1.3 Tujuan Penelitian


Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi

masyarakat miskin setelah adanya PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue

Beurawe Kecamatan Langsa Kota.

1.4 Manfaat Penelitian


a. Bagi akademisi atau mahasiswa, penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan referensi perpustakaan untuk referensi perbandingan objek

penelitian yang sama khususnya tentang Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Miskin setelah adanya PKH.

b. Bagi pemerintah, penelitian ini bisa sebagai rujukan dalam mengambil

kebijakan dan memberikan masukan agar lebih peduli terhadap masyarakat

miskin guna mengurangi angka kemiskinan di Langsa khususnya dan di

Indonesia pada umumnya.

c. Bagi penulis atau peneliti, penelitian ini sebagai pelaksanaan tugas akademik

yaitu untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSAM Langsa.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Sosial Ekonomi


2.1.1 Pengertian sosial

Sosial berasal dari istilah bahasa inggris yaitu society (berasal dari bahasa latin

socius, yang berarti “kawan”) kata ini lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah

maupun bahasa sehari-hari untuk menyebutkan kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan

terikat oleh suatu rasa identitas yang sama ( Koentjaraningrat dalam Gunsu, 2013) .

Konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya

manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti

sosial sering diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan masyarakat (Waluya,

2007).

Pengertian sosial dalam KBBI, 2001 menunjuk pada sifat-sifat kemasyarakatan

(seperti suka menolong,menderma dan sebagainya). Sedangkan pada departemen

sosial menunjuk pada suatu acuan yang digunakan dalam berinteraksi antar individu

dalam konteks masyarakat maupun komunitas. Sebagai acuan berarti sosial bersifat

abstrak yang berisi simbol-simbol berkaitan dengan pemahaman terhadap lingkungan

dan berfungsi untuk mengatur tindakan-tindakan yang dimunculkan oleh individu-

individu sebagai anggota masyarakat. Sehingga demikian, sosial haruslah mencakup

lebih dari seorang individu berarti terhadap hak dan kewajiban dari masing-masing

indivisu yang saling berfungsi satu dengan lainnya.


9

Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa diharapkan berbuat baik terhadap

sesamanya. Hal ini berdasarkan pandangan bahwa manusia suci itu bagi manusia

yang lain. Rasa kebersamaan manusia sebagai anggota persekutuan kehidupan

membawa kepada suatu pandangan akan solidaritas sosial dimana ia semestinya

merasa ikut menderita bila pihak lain yang ada dilingkungannya mengalami

penderitaan. Dalam keberadaan dengan lingkungan sekitarnya terdapat relasi timbal

balik yang amat erat. Pada relasi timbal balik ini menentukan dan ditentukan hakekat

kemanusiannya. Jadi dapat dikatakan bahwa pribadi manusia hanya dapat

berkembang apabila ia berada dalam kelompok sosial. Didalam kelompok sosial

manusia mengalami proses yang disebut sosialisasi.

2.1.2 Pengertian ekonomi

Istilah Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu

“Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya tata, aturan. Dengan

demikian secara sederhana ekonomi dalam pengertian bahasa berarti ekonomi atau

tata aturan rumah tangga.Sedangkan ekonomi menurut kamus Bahasa Indonesia

berarti segala hal yang bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian

barang- barang dan kekayaan (keuangan) ilmu yang mengenai asas-asas produksi,

distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan ( seperti hal keuangan,

perindustrian, dan perdagangan). Namun seiring dengan perkembangan dan

perubahan masyarakat , maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi

juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

sehari-hari
10

P.A.Samuelson (dalam Hendra Safri, 2018) menyebutkan ilmu ekonomi adalah

studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih beberapa alternatif

penggunaan dalam rangka memproduksi berbagai komoditi untuk kemudian

menyalurkannya (baik saat inni maupun dimasa depan) kepada berbagai individu dan

kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Secara global maka bias dikatakan Ilmu

ekonomi yaitu sesuatu ilmu yang didalamnya mempelajari bagaimanakah usaha

manusia akan bertingkahlaku untuk mencukupi segala keperluannya dengan pilihan

sumber dayanya bersifat sangat terbatas dan tidak sebanding dengan kebutuhan yang

pastinya tidak terbatas (Agung Tri Putranto dkk, 2019)

Dengan berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ekonomi adalah

usaha manusia dalam mengatur rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan hidup

dengan menggunakan maupun memanfaatkan ketersediaan sumber daya yang ada.

2.1.3 Pengertian sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok

masyarakat yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendidikan serta

pendapatan (Astrawan, 2014). Salah satu factor yang mempengaruhi intensitas

komunikasi suatu keluarga adalah tingkat status social ekonomi. Status sosial

ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukkan pada kemampuan

finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimiliki.


11

Status sosial ekonomi sebagai pengelompokan orang-orang berdasarkan

kesamaan karakteristik pekerjaan dan pendidikan ekonomi. Status sosial ekonomi

menunjukkan ketidaksetaraan tertentu. Secara umum anggota masyarakat memiliki :

(1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang

lebih besar terhadap pekerjaan berstatus tinngi lebih tinggi dibanding orang lain; (2)

tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individu memiliki akses yang lebih

besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya

ekonomi yang berbeda; (4) tingkat kekuasaan untuk mempengaruhi institusi

masyarakat. Perbedaan dalam kemampuan mengontrol sumber daya dan

berpartisipasi dalam ganjaran masyarakat menghasilkan kesempatan yang tidak setara

Santrock (dalam Simanullang, 2020)

Menurut Soerjono Soekanto (dalam Simanullang, 2020) status sosial

merupakan tempat seseorang secara umum dalam masyarakat yang berhubungan

dengan orang-orang lain, hubungan dengan orang lain dalam lingkungan

pengalamannya, dan hak-hak serta kewajibannya. Status sosial ekonomi menurut

Soekanto (dalam Simanullang, 2020) berarti kedudukan suatu individu dan keluarga

berdasarkan unsur- unsur ekonomi. Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau

kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu

dalam struktur sosial masyarakat.


12

2.1.4 Indikator Menentukan Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam

masyarakat menurut BPS tahun 2015 indikator sosial ekonomi terdiri dari 8 bidang

kependudukan, kesehatan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola

konsumsi, perumahan dan lingkungan, kemiskinan (bps.go.id). Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Poniman, S.Sos (2015) dalam menentukan sosial ekonomi

seseorang mencakup beberapa faktor diantaranya: tingkat pendidikan, jenis

pekerjaan, tingkat pendapatan, kondisi lingkungan tempat tinggal, pemilikan

kekayaan, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dari komunitasnya. Sedangkan

menurut Wirutomo (dalam Joris Pangi, 2020) yang dapat menentukan tinggi

rendahnya kondisi sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat yaitu : tingkat

pendidikan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, keadaan rumah tangga, tempat

tinggal, kepemilikan kekayaan, jabatan dalam organisasi dan aktivitas ekonomi.

Berikut indikator yang dibatasi hanya 6 faktor yang menentukan untuk

menentukan kehidupan sosial ekonomi masyarakat miskin penerima PKH di

penelitian ini yaitu

1. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh

satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat

ringannya pekerjaan tersebut (KBJI, 2002). Sedangkan menurut Departemen

Kesehatan (2001) pekerjaan adalah sesuatu yang dikerjakan untuk mendapatkan

nafkah atau mata pencaharian masyarakat. Pekerjaan seseorang akan mempengaruhi


13

kehidupan pribadinya, pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda- beda,

perbedaan itu akan menyebabkan perbedaan tingkat penghasilan yang tinggi,

tergantung pada pekerjaan yang ditekuninya Santrock (dalam Endang Indrawati,

2015). Berdasarkan beberapa pendapat yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan

bahwa pekerjaan adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh penghasilan yang digunakan untuk mendapatkan nafkah.

Klasifikasi jenis pekerjaan menurut KBJI, 2002 berbentuk piramida dimana

struktur hirarkinya terdiri dari 10 golongan pokok, diantaranya sebagai berikut :

0. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara R.I

1. Pejabat Lembaga Legislatif, Pejabat Tinggi, dan Manajer

2. Tenaga Profesional

3. Teknisi dan Asisten Teenaga Profesional

4. Tenaga Tata Usaha

5. Tenaga Usaha dan Jasa dan Usaha Penjualan di Toko dan Pasar

6. Tenaga Usaha Pertanian dan Peternakan

7. Tenaga Pengolahan dan Kerajinan yang berhubungan dengan itu

8. Operator dan Perakit Mesin

9. Pekerja Kasar, Tenaga Kebersihan dan Tenaga yang berhubungan dengan itu

Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Dalam

masyarakat tumbuh kecenderungan bahwa orang yang bekerja lebih terhormat di

mata masyarakat , artinya lebih dihargai secara sosial dan ekonomi.


14

Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis

pekerjaan dapat diberi batasan sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi tinggi, PNS golongan

IV ke atas, pedagang besar, pengusaha besar, dokter.

2. Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi sedang adalah

pensiunan PNS golongan IV A ke atas, pedagang menengah, PNS

Golongan IIIb-IIId, guru SMP/SMA, TNI, kepala sekolah, pensiunan PNS

golongan IId –IIIb, PNS golongan IId-IIIb, guru SD, usaha toko.

3. Pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi rendah adalah tukang

bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir angkutan, dan pekerjaan lain yang

tidak tentu dalam mendapatkan penghasilan tiap bulannya (Lilik, 2007)

2. Pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, pendidikan diupayakan untuk

mewujudkan individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya dengan bekal

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara. Pendidikan adalah aktifitas dan usaha untuk meningkatkan kepribadian

dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikiran,cipta,rasa,dan

hati nurani) serta jasmani (panca indera dan keterampilan- keterampilan).

UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 3 juga menjelaskan pendidikan bertujuan

untuk “ Mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
15

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan, jasmani

dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan”. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan diselenggarakan melalui

jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah

(pendidikan non formal). Jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) terdapat

jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari

pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan

tinggi.

Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang

pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan

informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan

sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan pendapatan serta status sosial

ekonomi yang akan diperoleh. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang didapat maka

semakin tinggi juga status sosial ekonomi yang disandang.

Berdasarkan tingkat pendidikan, UU No. 20 Tahun 2003 menggolongkan dalam

tiga bagian yaitu rendah,menengah da tinggi:

1. Pendidikan rendah yaitu pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah

Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah

Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang

sederajat.
16

2. Pendidikan menengah merupakan pendidikan lanjutan dari pendidikan dasar.

Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah

(MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah Kejuruan

(MAK) atau bentuk lain yang sederajat.

3. Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan

menengah yang mencakup program pendidikan diploma,sarjana, magister,

spesialis dan doktor yang diselenggrakan oleh perguruan tinggi. Perguruan

tinggi dapat berbentuk akadami, politeknik, sekolah tinggi, institusi dan

universitas.

3. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang diterima oleh

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk

uang atau barang. Menurut Sumardi (dalam poniman, 2015) mengemukakan bahwa

pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan

yang ditempuh. Demgan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh

kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai

pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah

akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.

Berdasarkan dari pendapatan keluarga, Badan Pusat Statistik (BPS, 2015)

membagi kedalam tiga golongan yaitu tinggi, menengah dan rendah:

1. Golongan Rendah, Golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu

masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk


17

memenuhi tingkat hidup yang minimal seperti sandang, pangan, dan tempat

tinggal yang berpenghasilan kurang dari Rp.1.500.000 per bulan.

2. Golongan Menengah, Golongan masyarakat berpenghasilan sedang yaitu

masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mampu menikmati

jenjang pendidikan namun belum memiliki kesempatan dalam menabung

maupun berinvestasi yang berpenghasilan antara Rp.1.500.000 sampai

Rp.2.500.000 per bulan,

3. Golongan Tinggi, Golongan masyarakat berpenghasilan tinggi yaitu

masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan jangka

pendek maupun jangka panjang tanpa ada rasa khawatir. Menjadikan

pendidikan bukan sebagai acuan kehidupan, menjadikan budaya dalam

keluarga untuk menjaga martabat, yaitu yang berpenghasilan diatas Rp.

2.500.000

4. Jumlah Tanggungan Orang Tua

Tanggungan adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan keluarga

atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun ditanggung. Jumlah

tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa (anggota rumah tangga) yang masih

menempati atau menghuni satu rumah dengan kepala rumah tangga, serta masih

menjadi beban tanggungan rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Jumlah tanggungan menurut Ahmadi (dalam Nurlaila Hanum, 2018) dapat

digolongkan sebagai berikut :


18

1. Tanggungan besar, apabila jumlah tanggungan ≥ 5 orang.

2. Tanggungan kecil, apabila jumlah tanggungan < 5 orang.

Menurut Situngkir (dalam Nurlaila Hanum, 2018), tanggungan keluarga

merupakan salah satu alasan utama bagi anggota rumah tangga turut serta dalam

membantu kepala rumah tangga untuk memutuskan diri untuk bekerja memperoleh

penghasilan. Menurut Lestari (2016), jumlah tanggungan anggota keluarga dalam

suatu kehidupan rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus

dikeluarkan oleh rumah tangga yang bersangkutan karena berhubungan dengan

kebutuhannya yangsemakin banyak. Mapandin (2006), jumlah tanggungan dalam

suatu rumah tangga akan mempengaruhi besar konsumsi yang harus dikeluarkan oleh

rumah tangga tersebutkarena terkait dengan kebutuhannya yangsemakin banyak atau

kurang.

5. Pemilikan Kekayaan

Kekayaan seseorang dapat dilihat dari besar kecilnya rumah, perhiasan yang

dipakai, fasilitas dalam kehidupannya dan juga harta yang tak terlihat seperti

tabungan atau investasi modal. Semakin besar rumahnya dan semakin banyak

pendapatan yang ditabung semakin semakin tinggi pula tingkat kekayaan seseorang,

begitu juga sebaliknya. Bentuk kekayaan yang biasanya dimiliki sesorang berupa

kendaraan bermotor baik itu motor maupun mobil, barang elektronik, barang-barang

berharga seperti emas dan berlian.

Menurut Svalastoga untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari

rumahnya dapat dilihat dari.


19

1. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,

meenumpang pada saudara atau ikut orang lain.

2. Kondisi fisik bangunan dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.

3. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada u

umumnya semakin tinggi tingkat ekonomi. (Oktama,2013)

6. Tempat Tinggal

Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau

bernaung dari pengaruh keadaan alam sekitarnya (hujan,matahari,dll). Serta

merupakan tempat beristrahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Namun pengertian rumah juga dapat ditinjau lebih jauh secara fisik dan

psikologis.

Menurut Kaare Svalastoga (dalam Rianda Fernantos, 2014) untuk mengukur

tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihar dari:

1. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,

menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

2. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga

yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya menempati rumah

permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah ke

bawah menggunakan semi permanen atau tidak.

3. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada

umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.


20

Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang

menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran kualitas rumah.

Rumah yang dengan ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat menunjukkan

bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi berbeda dengan rumah yang kecil ,semi

permanen dan menyewa menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonominya rendah.

2.2 Kemiskinan

2.2.1 Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir ditengah-tengah

masyarakat, khususnya dinegara-negara berkembang. Secara luas kemiskinan juga

kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan: kekurangan

pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk dan kekurangan transportasi yang

dibutuhkan masyarakat (SMERU). Menurut BPS dan Depsos (2015) kemiskinan

merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan

minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan atau

batas kemiskinan. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh

setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo per orang

per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,

kesehatan, pendidikan, transportasi serta aneka barang dan jasa lainnya.

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi ekonomi, khususnya

pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntungan non-

material yang diterima oleh seseorang. Selanjutnya Supriatna (dalam Yulianto Kadji)
21

menyatakan bahwa kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan

atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila

ditandai oleh rendahnya tingkat pendidikan, produktivitas kerja, pendapatan,

kesehatan dan gizi serta kesejahteraan hidupnya, yang menunjukkan lingkaran

ketidakberdayaan. Kemiskinan bisa disebabkan oleh terbatasnya sumber daya

manusia yang ada, baik lewat jalur pendidikan formal maupun nonformal yang pada

akhirnya menimbulkan sikap pasif, bahkan keadaan menjadi semakin miskin. .

2.2.2 Ciri-ciri kemiskinan

Sulit untuk memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan

indikasi-indikasi seperti apa yang digunakan sebagai pegangan untuk menyatakan

secara akurat, bahwa orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun demikian,

suatu studi menunjukkan adanya lima ciri-ciri kemiskinan,yakni sebagai berikut

Siagian (dalam Ferry P Ginting, 2019) :

a. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor

produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai ataupun

keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai

dengan mata pencahariannya.

b. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk

memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri.

c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau

hanya tamatan SD.


22

d. Pada umumnya, mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori

setengah menganggur.

Sedangkan SMERU, menunjukkan bahwa kemiskinan memiliki bebrapa ciri:

a. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (pangan, sandang, dan

papan)

b. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan dasar hidup lainnya (kesehatan, pendidikan,

sanitasi, air bersih dan transportasi).

c. Ketiadaan jaminan masa depan

d. Kerentangan terhadap goncangan yang bersifat individual mapun massal.

e. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber alam

f. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

g. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang

berkesinambungan

h. Keridakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.

i. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita korban

tindak kekerasan rurmah tangga,janda miskin, kelompok marjinal dan terpencil).

2.2.3 Faktor – faktor penyebab kemiskinan

Kemiskinan menurut Muhadjir (dalam Titik Djumiarti,2005 ) terdapat 4

faktor yang menyebabkan kemiskinan, yaitu :

a. Faktor Budaya, yakni kemiskinan tidak disebabkan oleh faktor luar melainkan

dari dalam diri orang atau masyarakat miskin sendiri. Pandangan ini disampaikan
23

oleh kalangan konservatif yang menyatakan bahwa orang dalam keadaan miskin

karena jebakan budaya-budaya sendiri, yang kemudian diwariksan secara turun

temurun.

b. Faktor Struktural, yakni kelompok miskin dalam pandangan para ahli lebih

disebabkan oleh berbagai kebijakan negara yang bukan saja tidak menguntungkan

melainkan juga menjadikan mereka dimiskinkan yang menunjukkan pada sistem

yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak mudah dijangkau yang menyebabkan

seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin.

c. Konflik sosial politik atau perang, yakni konflik sosial dan politik berpengaruh

secara signifikan terhadap menurunnya produktivitas masyarakat termasuk bukan

hanya enggannya para investor untuk menanamkan modalnya melainkan juga

terjadi pelarian modal ke luar negeri. Akibatnya lapangan kerja terbatas, dan

pengangguran meningkat yang diakibatkan oleh PHK.

d. Faktor Alam, yakni terdapat tiga jenis sebagai penyebab kemiskinan alamiah

yaitu: 1) Kondisi alam yang kering, tandus dan tidak memiliki sumberdaya alam

yang dapat dimanfaatkan secara ekonomi, serta keterisolasian wilayah

pemukiman penduduk, 2) Bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi dan

wabah penyakit baik menyerang manusia maupun sumber mata pencaharian

penduudk, dan 3) Kondisi fisik manusia baik berupa bawaan sejak lahir maupun

pengaruh degenerasi sedang berkembang, khususnya di pedesaan, peyebabnya

adalah beberapa faktor yang disebut ketidakberuntungan yang saling terakit satu
24

sama lain, yaitu : kemiskinan, fisik lemah, kerentanan, keterisolasian dan

ketidakberdayaan.

2.2.4 Indikator kemiskinan


Dalam rangka penetapan sasaran pelayanan kesehatan sosial bagi fakir

miskin. Departemen Sosial mencoba merumuskan indikator yang merefleksikan

tingkat kemiskinan yang sesungguhnya ada pada masyarakat, yaitu:

a. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang (seperti dari

tingkat pengeluaran perorangan perbulan berdasarkan standar BPS per wilayah

provinsi dan kabupatan/kota.

b. Ketergantungan pada bantuan pangan untuk penduduk miskin (seperti

zakat/beras untuk masyarakat miskin/santunan sosial).

c. Keterbatasan kepemilikan pakaian untuk setiap anggota keluarga pertahun

(hanya memiliki satu stel pakaian lengkap perorang per tahun).

d. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang

sakit.

e. Tidak mampu membiayai pendidikan dasar sembilan tahun bagi anak-anaknya.

f. Tidak memiliki harta yang dapat dimanfaatkan hasilnya untuk dijual untuk

membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat

miskin.

g. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40

tahun akibat tidak mampu mengobati penyakit sejak awal.


25

h. Ada anggota keluarga usia 15 tahun keatas yang buta huruf.

i. Tinggal dirumah yang tidak layak huni.

j. Luas rumah kurang dari 4 meter persegi

k. Kesulitan air bersih.

l. Rumah tidak mempunyai sirkulasi udara.

m. Sanitasi lingkungan yang kumuh.

Dalam perumusan lainnya, BKKBN memiliki indikator kemiskinan tersendiri

yakni:

a. Tidak dapat melaksanakan ibadah menurut keyakinannya

b. Tidak mampu makan dua kali sehari

c. Tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja atau sekolah dan

berpergian

d. Bagian terluas dari rumahnya berlantai tanah.

e. Tidak mampu membawa anggota keluarga kesarana kesehatan

2.3 Program Keluarga Harapan


2.3.1 Pengertian Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan atau yang sering disebut dengan PKH adalah

program asistensi sosial kepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu

dengan memberlakukan persyaratan dalam rangka untuk mengubah perilaku miskin.

Program sebagaimana dimaksud merupakan program pemberian uang tunai kepada

Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTSM diwajibkan
26

melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Program semacam ini

seacara internasional dikenal sebagai program conditional cash transfer (CCT) atau

program Bantuan Tunai Bersyarat. Persyaratan tersebut dapat berupa kehadiran di

fasilitas pendidikan (misalnya bagi anak usis sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas

kesehatan (misalnya bagi anak balita atau bagi ibu hamil).

Landasan Hukum pemberian PKH adalah:

 Undang-undang nomor 13 Tahun 2011 tentang penanganan Fakir Miskin

 Peraturan Presiden nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan

 Inpres nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan

poin lampiran ke 1 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Program Keluaga

Harapan.

 Inpres nomor 1 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

lampiran ke 46 tentang Pelaksanaan Transparansi Penyaluran BANTUAN

Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai Peserta

Program Keluarga (PKH).

Dasar Pelaksanaan PKH:

 Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No:

31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 twntang “Tim Pengendali Program

Keluarga Harapan’ tanggal 21 September 2007


27

 Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang “ Tim

Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008” tanggal 08 Januari

2008

 Keputusan Gubernur tentang “Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga

Harapan (PKH) Provinsi/TKPKD”.

 Surat Kesepakatan Bupati untuk Berpartisipasi dalam Program Keluarga

Harapan.

2.3.2 Tujuan PKH

PKH bertujuan:

 Untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses

layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial

 Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin

dan rentan

 Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat

dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial

 Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan

 Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga

Penerima Manfaat
28

2.3.3 Penerima PKH

Sasaran penerima PKH ini adalah keluarga atau seseorang yang miskin dan

rentan terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, memiliki

komponen kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial. Kriteria komponen

kesehatan yang dimaksud adalah ibu hamil/menyusui dan anak berusia 0 (nol)

sampai dengan anak berusia 6 (enam) tahun. Kriteria komponen pendidikan yang

dimaksud adalah Anak Sekolah Dasar (SD), Anak Sekolah Menengah Pertama

(SMP), Anak Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Anak usia 6 (enam) sampai

dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua

belas) tahun. Untuk Kriteria komponen kesejahteraan sosial adalah lanjut usia mulai

dari 60 (enam puluh) tahun dan penyandang disabilitas diuatamakan penyandang

disabilitas berat.

2.3.4 Hak dan Kewajiban keluarga penerima PKH:

1. Keluarga Penerima manfaat PKH berhak mendapatkan:

 Bantuan Sosial PKH

 Pendampingan PKH

 Pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan/atau kesejahteraan sosial

PKH

 Program Bantuan Komplementer di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi

energi, ekonomi, perumahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.


29

2. Keluarga Penerima manfaat PKH berkewajiban untuk :

 Memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan

protokol kesehatan bagi ibu hamil/ menyusui dan anak berusia 0 (nol) sampai

dengan 6 (enam) tahun

 Mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling sedikit 85 %

(delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif bagi anak usia sekolah

wajib belajar 12 (dua belas) tahun

 Mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai dengan kebutuhan

bagi keluarga yang memiliki komponen lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh)

tahun dan atau penyandang disabilitas berat


30

Kerangka Berpikir

Tabel 1.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Miskin Setelah Program Keluarga
Harapan

Kemiskinan

Kebijakan Pengentasan

Program Keluarga Harapan (PKH)

Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Miskin

Pekerjaan Pendapatan Kepemilikan

Pendidikan Jumlah
Tempat
Tanggunga Tinggal
n
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 September 2020 – 2 Oktober 2020 di

Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe, Kecamatan Langsa Kota, Kota

Langsa. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dari hasil penulisan skripsi

pada bulan Agustus . Adapun jadwal penelitian sebagai berikut

Tabel 2.1 Waktu Penelitian

No Kegiatan Bulan
Juli Agustus Sept Oktob Novemb
er er
1 Persiapan proposal skripsi

2 Persiapan kuesionerpenelitian

3 Izin penelitian

4
Pengumpulan data

5 Analisis data
32

3.1.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Gampong Teungoh dan Gampong

Alue Beurawe.

A. Gampong Teungoh

Gampong Teungoh merupakan salah satu gampong di Kecamatan Langsa Kota,

Kota Langsa yang bersebelahan dengan Kecamatan Langsa Timur dan Kecamatan

Langsa Lama. Pada sebelah utara Gampong Peukan Langsa, Gp Blang dan Gp Alue

Beurawe, sebelah Selatan berbatasan dengan Meurandeh Daya dan Gampong

Sidodadi, sebelah Timur berbatasan dengan Gp Baroh Langsa dan Gp Baro, dan

sebelah barat berbatasan dengan Gp Jawa dan Sidorejo. Luas wilayah Gp Teungoh

110 ha terdiri dari area pemukiman 86,6 Ha, area pertanian 17 Ha dan lain lain 4 Ha.

Secara umum keadaan topografi Gp Teungoh adalah daerah perkotaan.

Jumlah penduduk di Gp Teungoh pada tahun 2019 mencapai 5830 jiwa.

Gampong Teungoh memiliki 9 Dusun yaitu Dusun Rumah Potong, Dusun

Timbangan, Dusun Permai, Dusun Keupula, Dusun Petua Thaib, Dusun Balee

Krueng, Dusun SMP 5, Dusun Tj Nga, Dusun Blang. Mayoritas penduduk Gp

Teungoh adalah petani dan pedagang, selebihnya bekerja pada bidang lainnya seperti

PNS, Tukang, Montir, dan Wiraswasta.


33

b. Gampong Alue Beurawe

Gampong Alue Beurawe terletak di Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa,

Provinsi Aceh. Pada sebelah utara berbatasan dengan Gampong Sungai Pauh Firdaus

dan Sungai Pauh Tanjung, sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Baroh

Langsa Lama, Baro, Teugoh dan Blang. sebelah Timur berbatasan dengan Gampong

Kapa dan Gampong Baroh Langsa Lama, dan sebelah barat berbatasan dengan

Gampong Blang dan Sungai pauh Firdaus.

Luas wilayah Gp Teungoh 224 ha terdiri dari

 Tanah Perumahan : ± 63,7 Ha

 Tanah Perkantoran : ± 0,1 Ha

 Tanah Sekolah : ± 2 Ha

 Tanah Pertokoan : ± 0,2 Ha

 Tanah Mesjid/Mussala : ± 1 Ha

 Tanah Jalan : ± 5,3 Ha

 Tanah Perkebun : ± 15 Ha

 Tanah Lapangan Bola : ± 1.5 Ha

 Tanah Persawahan : ± 18 Ha

 Tanah Tambak : ± 110 Ha

 Sungai : ± 2 Ha

 Lain-lain : ± 5,2 Ha
34

Secara umum keadaan topografi Gp Alue Beurawe adalah daerah tropis. Jumlah

penduduk di Gp Alue Beurawe pada tahun 2019 mencapai 4064 jiwa. Gampong Alue

Beurawe memiliki 5 Dusun yaitu Dusun Bata, Dusun Mesjid , Dusun Blang, Dusun

Teupin Bugeng, dan Dusun Matang Kumbang. Gampong Alue Beurawe merupakan

Desa Pesisir, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani

tambak dan nelayan . selebihnya bekerja pada bidang lainnya seperti PNS, dan

pekerjaan lainnya ( Perawat, Penjahit, Buruh Tani,..)

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu cara

pengambilan daerah penelitian dengan mempertimbangkan alasan yang diketahui dari

daerah penelitian tersebut. Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe salah

satu Gampong penerima bantuan PKH di Kecamatan Langsa Kota. Adanya

penerimaan bantuan tersebut menimbulkan dampak sosial ekonomi masyarakat

setempat. Alasan tersebut sehingga Gampong ini dipilih menjadi tempat penelitian.
35

Gambar 3.1 Pe
36

3.2. Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang

telah ditetapkan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif.

“Deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan

terhadap objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul” (Sugiyono, 2017).

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudin ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian

ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Program Keluarga Harapan (PKH),

sedangkan variabel terikatnya kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di

pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017) .Populasi yang

diambil oleh peneliti adalah keluarga penerima bantuan PKH di Gampong Teungoh

dengan jumlah 112 Kepala Keluarga dan di Gampong Alue Beurawe 107 KK.
37

3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

yang digunakan untuk penelitian. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling

adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif (mewakili) dari populasi.

“Pengambilan sampel ini harus dilakukan secara sedemikian rupa sehingga diperoleh

sampel yang benar – benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan

populasi yang sebenarnya. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah

pengambilan sampel dengan Sample Random Sampling ( Sampel acak berkelompok )

karena pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel yang diambil oleh peneliti

mengacu pada rumus Yamane dan Isaac and Michael. dengan tingkat kesalahannya

sebesar 1%, 5% dan 10%, karena makin besar taraf kesalahan akan semakin kecil

ukuran sampelnya. Untuk menentukan besarnya sampel peneliti, maka menggunakan

rumus perhitungan besaran sampel:

N
n=
1+ N ( e ) ²

Keterangan:

n : Jumlah sampel yang diperlukan

N : Jumlah Populasi

d : Tingkat kesalahan sampel (sampling error)

(Sumber: Sugiyono, 2018)


38

Perhitungannya :

112 112 112


n= = = =52,8 →(dibulatkan 53 sampel )
1+112 ( 0,1 ) ² 1+1,12 2,12

107 107 107


n= = = =51,6 → ¿
1+107 ( 0,1 ) ² 1+1,07 2,07

Dengan demikian, maka dari jumlah populasi 112 di Gampong Teungoh

diperoleh ukuran sampel sebesar 53 Kepala Keluarga pada sampel penelitian dan di

Gampong Alue Beurawe dari jumlah populasi 107 diperoleh ukuran sampel sebesar

52 Kepala Keluarga.

3.4. Teknik Pengumpulan Data


3.4.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu,

dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah, surat kabar, karya ilmiah,

artikel, buletin dan lain-lain yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Untuk

memperoleh data yang lebih jelas, peneliti mengumpulkan dokumen-dokumen berupa

data yang diperlukan peneliti, seperti profil Gampong Teungoh dan profil Gampong

Alue Beurawe.

3.4.2 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, terhadap

gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang dilakukan yaitu
39

a. Observasi

Observasi adalah teknik untuk mengamati secara langsung atau tidak langsung

terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi merupakan salah satu teknik

yang sangat sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang luar biasa. Peneliti akan

melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan kondisi sosial ekonomi

masyarakat setelah PKH dengan menggunakan metode observasi berperan serta atau

pengamatan terlibat, yaitu pengamatan yang dilakukan sambil sedikit banyak

berperan serta dalam kehidupan orang-orang yang diteliti dan memandang realitas

kehidupan mereka dalam lingkungan yang biasa, rutin, dan alamiah. Metode ini

digunakan untuk mengumpulkan data-data dari lapangan dengan jalan menjadi

partisipan langsung dilokasi penelitian yaitu Program Keluarga Harapan di Gampong

Teungoh dan Gampong Alue Beurawe Kecamatan Langsa Kota.

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberikan seperangkat pertanyaan tertulis pada responden untuk dijawabnya

(Sugiyono, 2017). Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden

cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan

atau pernyataan tertutup atau terbuka. Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini

adalah kuesioner tertutup. Pemberian nilai pada masing- masing jawaban responden

berdasarkan jawaban yang ada pada kuesionber yang telah diisi oleh responden sesuai

dengan penilaian yang telah ditentukan oleh peneliti.


40

Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan uji instrumen untuk menguji

validitas dan realibilitas dikarenakan instrumen penelitian bersumber dari indikator

variabel penelitian yang sudah sesuai dengan teorinya. Hal ini dijelaskan oleh

pendapat Sugiyono, 2014 yang menyatakan bila teorinya sudah benar maka hasil

pengukuran dengan instrument tersebut itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu langkah yang mengumpulkan data-data yang

dibutuhkan, baik data-data tertulis, gambar,suara maupun gambar dan suara.

Dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah ada seperti

dokumen-dokumen tertulis dalam hubungannya dengan data yang dibutuhkan

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik

analisis data statistik deskriptif. Statistik deskritpif adalah statistik yang digunakan

untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul (Sugiyono, 2017).

Pada penelitian kuantitatif, data yang diperoleh berupa hasil dari penyebaran

kuesioner/angket kepada masyarakat penerima bantuan Program Keluarga Harapan

di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe, kemudian dianalisis secara

manual dengan menggunakan Rating Scale. (Sugiyono, 2017) menyatakan Rating

Scale adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status
41

sosial ekonomi, kelembagaan, pengetahuan, kemampuan, proses kegiatan dan lain –

lain.

Untuk membahas hasil penelitian digunakan persentase dan bobot kualitas

untuk menuangkan skor yang berupa angka kedalam bentuk kata kedalam kalimat

karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, maka hasil penelitian harus

dikuantitatifkan lebih dahulu dengan skor pada jawaban responden melalui

angket. Dalam angket penelitian ini terdapat 50 item daftar pertanyaan yang

terdiri dari 30 jenis pertanyaan dan 20 soal pernyataan dengan jawaban tertutup.

Untuk menghitung sebaran persentase dan frekuensi tersebut, dapat digunakan rumus:

f
P= x 100 %
N

Keterangan:

P = Persentase yang dicari

F = Frekuensi pada individu

N = Jumlah frekuensi dari seluruh individu

Sumber: Bungin (Dalam Refly Setiawan, 2017)


42

Untuk menentukan skala intervalnya, dapat digunakan rumus :

Interval = NT-NR
K

Keterangan :
NT = Nilai tertinggi
NR= Nilai terendah
I = Interval
K=Kriteria Variabel
Dimana : Nilai tertinggi pada angket ini adalah 4 x 20 = 80
Nilaii terendah pada angket ini adalah 1 x 20 = 20
Banyak kategorinya berjumlah 4
Jadi Interval dalam angket ini adalah :

Interval = 80 - 20
4
= 15

Berdasarkan rumus tersebut, perolehan interva pada penelitian ini terbagi atas
Interval Kategori
66-80 Sangat Bagus
51-65 Bagus
36-50 Tidak Bagus
20-35 Sangat Tidak Bagus
Sumber :Dalam peneliti (2020)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah kuantitatif dengan pendekatan

deskripstif, dimana data diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara

dan penyebaran kuesioner kepada responden. Data tersebut akan di interpretasi

langsung yang berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan dengan

tetap berpedoman pada tujuan penelitian. Data tersebut akan ditata dan

dikelompokkan menjadi suatu bagian-bagian tertentu menurut kelompok data

jawaban responden.

Pada bagian ini penulis mencoba menganalisis data-data yang telah diperoleh

dilapangan, terutama yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diajukan kepada para

responden yaitu masyarakat Gampong Teungoh terhadap 53 responden dan

masyarakat Gampong Alue Beurawe terhadap 52 responden dengan kriteria

responden yaitu Kepala Keluarga. Dalam pelaksanaan pengambilan data, responden

didampingin oleh peneliti saat mengisi kuisioner supaya tidak terjadi kesalahan saat

pengisian kuisioner. Pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan cara

melihat langsung keadaan di lokasi penelitian atau observasi, mengambil data

dokumentasi seperti profil desa, dan penyebaran angket untuk melengkapi data dari

kuisioner agar mendapatkan jawaban yang lebih maksimal.

Untuk mendapatkan informasi maupun data dari responden, penulis dibantu

oleh Pendamping PKH dari Dinas Sosial di Gampong Teungoh dan Gampong Alue
44

Beurawe Kecamatan Langsa Kota untuk mengadakan pertemuan dengan Ibu-ibu

penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di kedua gampong tersebut dan

memudahkan peneliti untuk menyebarkan angket. Kemudian peneliti melakukan

pendekatan dengan responden dan memberikan penjelasan kepada mereka maksud

dan tujuan dari peneliti mengumpulkan data.

Pada penjelasan hasil penelitian ini, peneliti akan menampilkan hasil pengolahan

data dalam bentuk tabel dan grafik yang bersumber dari kuisioner yang sudah di isi

responden lalu diolah datanya oleh peneliti, sehingga dapat memudahkan saat

membaca dan melihat hasil penelitian.

4.1.1 Hasil Penelitian Sosial Ekonomi Gampong Teungoh

Responden yang menjadi fokus pada penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan

berbagai macam karakteristik, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,

jumlah tanggungan, jenis tempat tinggal dan kepemilikan. Lebih jelasnya dari

berbagai karakteristik responden tersebut akan disajikan dalam beberapa tabel dan

diagram lingkaran di bawah ini.


45

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu upaya dalam mengubah dan meningkatkan

pandangan dan sikap yang diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan dan

mengembankan kerja sama global dalam pembangunan. Latar belakang pendidikan

responden dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yakni tidak

tamat SD, tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah

Menengah Atas (SMA). Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Pendidikan Terakhir Responden masyarakat Gp. Teungoh

Jumlah
No Pendidikan Terakhir
Frekuensi Persentase %
1 Tamat SD 12 23 %
2 Tamat SMP 23 43 %
3 Tamat SMA 15 28 %
4 Tidak tamat SD 3 6%
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)

Diagram 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan
SMA SMP SD Tidak tamat SD
6%

23% 28%

43%
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)
46

2. Pekerjaan Responden

Pekerjaan merupakan salah satu upaya dilakukan manusia agar mampu

memenuhi kebutuhan hidup sehari –hari untuk memperoleh kesejahteraan hidup.

Pekerjaan responden di Gampong Teungoh dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Pekerjaan Responden masyarakat Gp. Teungoh

Jumlah
No Pekerjaan
Frekuensi Persentase %
1 Tukang Sate 3 6%
2 Tukang Parkir 13 25 %
3 Pedagang 5 9%
4 Buruh cuci 10 19 %
5 IRT 22 41 %
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)

Diagram 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan
Tukang Sate
6%

Tukang
IRT parkir
42% 25%

Buruh cuci
19%

pedagang
8%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)


47

3. Pendapatan

Tabel 4.3 Pendapatan Responden masyarakat Gp. Teungoh

Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 Rp.3000.0000 3 6%
2 Rp.1000.000,- s/d Rp.2.500.000 23 43 %
3 < Rp.1000.0000 27 51 %
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)

Diagram 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan responden tiap bulan


Rp.3000.00.- Rp.1000.000 s/d Rp.2.500.00,-
< Rp.1000.000
6%

51% 43%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

4. Jumlah Tanggungan

Tabel 4.4 Jumlah tanggungan masyarakat Gp. Teungoh

Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 1-2 anak 12 23 %
2 3-4 anak 28 53 %
3 > 4 anak 13 24 %
Jumlah 5 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
48

Diagram 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan

Jumlah Tanggungan Responden

25% 23% 1-2 anak


3-4 anak
>4 anak

53%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

5. Kepemilikan Aset Rumah Tanggga

a)Jenis Tempat Tinggal

Tabel 4.5 Jenis Tempat Tinggal Responden masyarakat Gp. Teungoh

Jumlah
No Jenis Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Permanen 3 6%
2 Semi permanen 28 53 %
3 Tidak Permanen 22 41 %
Jumlah 53 100 %

Sumber: Dalam peneliti 2020


49

Diagram 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Tempat Tinggal

Jenis Tempat Tinggal


Permanen Semi Permanen Tidak Permanen

6%
42%

53%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

b) Status tempat tinggal

Tabel 4.6 Status Rumah Responden masyarakat Gp. Teungoh

Jumlah
No Status Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Milik sendiri 38 72 %
2 Kontrak 3 6%
3 Rumah Milik Orangtua 12 22 %
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
50

Diagram 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah

Kepemilikan rumah
Milik sendiri Kontrak
Rumah Milik Orang tua

23%

6%

72%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)


51

Dalam rangka menangani masalah kemiskinan di Indonesia, pemerintah

menggunakan berbagai program dan stimulus untuk mengatasi masalah kemiskinan.

Salah satu program khusus yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka percepatan

penanggulangan kemiskinan adalah Program Keluarga Harapan (PKH) yang

dilaksanakan sejak tahun 2007. PKH sebagai upaya membangun sistem perlindungan

sosial kepada masyarakat miskin dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan

kesejahteraan sosial penduduk miskin sekaligus sebagai upaya memotong rantai

kemiskinan. PKH ini diperuntukkan bagi warga miskin yang masuk kedalam kategori

penerima manfaat PKH sesuai dengan persyaratan yang mewajibkan pesertanya

mengikuti segala syarat dan ketentuan ketika menerima PKH tersebut. Dalam hal ini

terdapat tanggapan masyarakat yang menerima manfaat dari Program Keluarga

Harapan yang sudah terlaksana di Gampong Teungoh berdasarkan tanggapan dari 53

responden hasil sampling penelitian ini. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7 Tanggapan Masyarakat Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan


(PKH) tentang Penerapan Program Keluarga Harapan (PKH) Masyarakat Gp.
Teungoh

No Tanggapan Masyarakat Responden Presentasi


1 Sangat Bagus 19 36 %
2 Bagus 34 64 %
3 Tidak Bagus 0 0%
4 Sangat Tidak Bagus 0 0%
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti 2020
52

Diagram 4.7
Tanggapan Masyarakat Setelah adanya PKH di Gampong Teungoh

35
30
25
20
15
10
5
0
Sangat bagus Bagus Tidak Bagus Sangat Tidak
Bagus

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

Pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan masyarakat penerima PKH di

Gampong Teungoh terkait dengan penerapan program tersebut menunjukan

presentase dan nilai yang sangat bagus. Presentase responden yang menyatakan

sangat bagus berada di angka 19 dengan presentase 36%. Kemudian responden yang

menyatakan bagus berada di angka 34 denggan presentase 64 % yang merupakan

nilai responden tinggi dalam tanggapan mengenai PKH. Adapun dari 53 responden

yang diminta untuk memberi tanggapan, tidak ada yang menyatakan bahwa

penerapan PKH tidak bagus dan sangat tidak bagus, nilai tersebut dapat dibuktikan

dengan nilai 0 dengan presentase 0 % yang menyatakan bahwa penerepan PKH

tersebut tidak bagus dan sangat tidak bagus.


53

Berdasarkan hasil tanggapan masyarakat Gampong Teungoh terkait dengan

penerapan PKH tersebut, maka dapat diketahui bahwa masyarakat Gampong

Teungoh memberikan respon yang sangat positif dengan adanya PKH tersebut.

Karena memang didalam Keluarga Harapan banyak sekali bantuan-bantuan sosial

yang mereka dapatkan dan mereka sangat terbantu dengan adanya PKH tersebut

guna mencukupi tambahan kebutuhan hidup mereka. Hal ini karena PKH ini

memberikan berbagai fasilitas sosial bagi para penerimanya, seperti bantuan uang

tunai, kemudian menerima layanan kesehatan dan pendidikan, serta menerima

bantuan wirausaha bagi mereka yang menginginkan membuka usaha mereka sendiri.
54

4.1.2 Hasil Sosial Ekonomi Gampong Alue Beurawe

Responden yang menjadi fokus pada penelitian ini diklasifikasikan berdasarkan

berbagai macam karakteristik, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan.

Jumlah tanggungan, jenis tempat tinggal dan kepemilikan.Lebih jelasnya dari

berbagai karakteristik responden tersebut akan disajikan dalam beberapa tabel dan

diagram lingkaran di bawah ini.

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan sarana untuk mengembangkan kemampuan dan

kepribadian, baik secara formal, non formal maupun informal. Dengan Pendidikan

yang dimiliki diharapkan seseorang dapat menunjang kehidupannya dikemudian hari

secara mandiri, sehingga tidak menjadi beban orang lain.

Tabel 4.8 Pendidikan terakhir responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe

Jumlah
No Pendidikan Terakhir
Frekuensi Persentase %
1 Tamat SD 26 50 %
2 Tamat SMP 14 27 %
3 Tamat SMA 10 19 %
4 Tidak tamat SD 2 4%
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)

Diagram Batang 4.8


55

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

30

25

20

15

10

0
SMA SMP SD Tidak tamat SD
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

2. Pekerjaan Responden

Pendidikan dan pekerjaan sangat erat kaitannya, keduanya mempunyai sebab-

akibat. Pekerjaan responden di Gampong Alue Beurawe dalam penelitian ini dapat

dilihat pada tabel 4.9 berikut

Tabel 4.9 Pekerjaan responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe

Jumlah
No Pekerjaan
Frekuensi Persentase %
1 Buruh Tani 3 6%
2 Pedagang 3 6%
3 Buruh cuci 16 31 %
4 IRT 21 40 %
5 Lainnya 9 17 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)

Diagram Garis 4.9


56

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Jenis Pekerjaan
25

20

15

10

0
Buruh Tani Pedagang Buruh cuci IRT Lainnya

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

3. Pendapatan

Tabel 4.10 Pendapatan responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe

Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 Rp.3000.0000 2 4%
2 Rp.1000.000,- s/d Rp.2.500.000 21 40 %
3 < Rp.1000.0000 29 56 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)

Diagram Lingkaran 4.10


57

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan

Pendapatan Responden tiap bulan


3%

Rp.3000.000
Rp. 1000.000,- s/d
45% Rp.2.500.000
< Rp.1000.000
52%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

4. Jumlah Tanggungan

Tabel 4.11 Jumlah Tanggungan responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe

Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 1-2 anak 11 21 %
2 3-4 anak 33 64 %
3 > 4 anak 8 15 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
58

Diagram 4.11
Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan

Jumlah Tanggungan Responden

15% 21%
1-2 anak
3-4 anak
>4 anak

64%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

5. Kepemilikan Aset Rumah Tanggga

a. Jenis Tempat Tinggal

Tabel 4.12 Jenis tempat tinggal responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe

Jumlah
No Jenis Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Permanen 13 25 %
2 Semi permanen 21 40 %
3 Tidak Permanen 18 35 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)

Diagram 4.12
59

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Tempat Tinggal

Jenis tempat tinggal


Permanen semi permanen Tidak permanen
25%
35%

40%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)

b.Status tempat tinggal

Tabel 4.13 Status rumah responden masyarakat di Gp.Alue Beurawe

Jumlah
No Status Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Milik sendiri 35 67 %
2 Kontrak 10 19 %
3 Rumah Milik Orangtua 7 14 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
60

Diagram 4.13
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah

Kepemilikan rumah

13%

Milik sendiri
Kontrak
19% Rumah milik orangtua

67%

Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)


61

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu program yang

memberikan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), jika

mereka memenuhi persyaratan RTSM yang ditetapkan. Tujuan utama PKH adalah

membantu mengurangi kemiskinan dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya

manusia pada kelompok masyarakat yang sangat miskin. Dalam jangka pendek,

bantuan ini membantu mengurangi beban pengeluaran RTSM, sedangkan untuk

jangka panjang, dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk menyekolahkan

anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksa kandungan bagi ibu hamil, dan

perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antar generasi. Sasaran

penerima PKH adalah RTSM yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak

usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan

PKH adalah ibu atau wanita yang mengurus anak pada rumah tangga.

Dalam hal ini terdapat tanggapan masyarakat yang menerima manfaat dari

Program Keluarga Harapan yang sudah terlaksana di Gampong Alue Beurawe

berdasarkan tanggapan dari 52 responden hasil sampling penelitian ini. Adapun

hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.14 Tanggapan Masyarakat Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan


(PKH) tentang Penerapan Program Keluarga Harapan (PKH) di Gampong Alue
Beurawe

No Tanggapan Masyarakat Responden Presentasi


1 Sangat Bagus 35 67 %
2 Bagus 17 33 %
3 Tidak Bagus 0 0%
4 Sangat Tidak Bagus 0 0%
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
62

Diagram 4.14
Tanggapan Masyarakat Setelah adanya PKH di Gampong Alue Beurawe

35
30
25
20
15
10
5
0
Sangat bagus Bagus Tidak Bagus Sangat Tidak
Bagus

Sumber:Dalam peneliti (2020)

Pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan masyarakat Gampong Alue

Beurawe penerima PKH terkait dengan penerapan program tersebut menunjukan

presentase dan nilai yang sangat bagus. Presentase responden yang menyatakan

sangat bagus berada di angka 35 dengan presentase 67%. Kemudian responden yang

menyatakan bagus berada di angka 17 dengan presentase 33 % yang merupakan nilai

responden tinggi dalam tanggapan mengenai PKH. Adapun dari 52 responden yang

diminta untuk memberi tanggapan, tidak ada yang menyatakan bahwa penerapan

PKH tidak bagus dan sangat tidak bagus, nilai tersebut dapat dibuktikan dengan nilai

0 dengan presentase 0 % yang menyatakan bahwa penerepan PKH tersebut tidak

bagus dan sangat tidak bagus.


63

Berdasarkan hasil tanggapan masyarakat Gampong Alue Beurawe terkait

dengan penerapan PKH tersebut, dengan adanya PKH ini maka dapat disimpulkan

bahwa PKH sudah tepat guna karena KPM menggunakan dananya sesuai dengan

arahan dari pendamping PKH dan sesuai dengan harapan pemerintah agar dana

digunakan untuk kebutuhan pendidikan, ksehatan, dan kebutuhan penting lainnya.

Menurut masyarakat Gampong Alue Beurawe dengan adanya PKH ini juga kondisi

sosial ekonomi mereka dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Keadaan

masyarakat sebelum dan sesudah menerima PKH cukup memiliki perubahan yang

berdampak positif dari PKH tersebut terhadap tingkat kesejahteraan keluarganya.

Sehingga dapat dikatakan PKH cukup membantu untuk mensejahterakan masyarakat

miskin di Gampong Alue Beurawe.


64

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Sosial Ekonomi Responden di Gampong Teungoh

Kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini berkaitan dengan pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan dan kepemilikan aset rumah tangga yang

menggambarkan status sosial ekonomi dalam masyarakat Gampong Teungoh

Kecamatan Langsa Kota yang berkaitan dengan simbol status ekonomi mereka.

1. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang paling penting dan mendasar untuk

meningkatkan pengetahuan penduduk yang dapat memperbaiki kondisi sosial

ekonomi serta memutuskan rantai kemiskinan. Rendahnya pendidikan akan

berpengaruh kepada pendapatan yang diterima saat memasuki dunia kerja, selain itu

pendidikan yang rendah akan menyebabkan masyarakat tidak memiliki keterampilan,

ilmu pengetahuan sehingga mereka tidak dapat memperbaiki hidupnya.

Masalah pendidikan adalah masalah yang sangat penting dalam menentukan

kualitas sumber daya manusia dalam hal pola pikir. Dengan pendidikan yang rendah

tidak mampu untuk merubah pola pikir seseorang untuk berorientasi kedepan.

Dimana tingkat pendidikan di lokasi penelitian rata-rata sangat rendah yaitu

mayoritas responden masih berpendidikan tamat Sekolah Menengah Pertama dengan

persentase 43%. Menurut UU No.20 Tahun 2003 pendidikan rendah yaitu pendidikan

yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah

Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
65

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk

lain yang sederajat.

Tingkat pendidikan responden yang rendah dapat terjadi karena beberapa

alasan. Salah satunya alasan yang ditemukan di lapangan adalah karena faktor

kemiskinan yang dialami keluarga penerima bantuan. Umumnya penerima bantuan

PKH merupakan masyarakat dengan tingkat perekonomian rendah diiringi dengan

tingkat pendidikan yang rendah juga. Menurut Sumardi dalam Endang, 2015)

mengemukakan bahwa pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi

oleh pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat

memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih

baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang

berpendidikan rendah akan mendapat pekerjaan dengan pendapatan yang kecil.

Menurut Schultz, 2004 (dalam Suahasil Nazara & Sri Kusmatuti Rahayu) dengan

adanya bantuan PKH ini terkhusus di bidang pendidikan, masyarakat penerima PKH

tidak terkendala lagi dalam biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya dan juga bisa

mengurangi beban Rumah Tangga Sangga Miskin untuk melanjutkan pendidikan

anak-anaknya. Kemudian anak-anak RTSM sudah bisa mengeyam pendidikan setara

dengan anak-anak yang tidak tergolong miskin, artinya sudah ada kesetaraan

pendidikan sehingga status pendidikan anak-anaknya dapat menjadi lebih tinggi dari

pendidikan orangtuanya dan dapat memperbaiki status sosial ekonomi keluarga

penerima manfaat.
66

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencari nafkah. Pekerjaan

yang ditekuni setiap orang itu berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan tingkat

penghasilan atau kekayaan masing – masing orang dari tingkat penghasilan yang

rendah sampai tingkat penghasilan yang tinggi tergantung pekerjaan yang ditekuni

Manginsihi (dalam Nurani, dkk) . Lapangan pekerjaan yang sempit menyebabkan

banyak masyarakat Gampong Teungoh hidup di bawah garis kemiskinan dan

menjadikannya berada dalam urutan terbanyak penerima bantuan PKH di Kecamatan

Langsa Kota. Hal tersebut dikarenakan tidak ada mata pencaharian tetap untuk

menopang kehidupan mereka. Pada penelitian ini dari 53 responden dilihat dari

pekerjaan utama masyarakat miskin penerima program PKH masih digolongkan

pekerjaan yang menunjukan status sosial ekonomi rendah hal ini disebabkan rata-rata

pekerjaan utamanya adalah tukang parkir, buruh dan pekerjaan lain dengan

pemasukan rata-ratanya sejumlah kurang lebih Rp.1000.000 penghasilan tiap

bulannya. Sesuai dengan yang di jelaskan Lilik (2007) pekerjaan yang menunjukkan

status sosial ekonomi rendah adalah tukang bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir

angkutan, dan pekerjaan lain yang tidak tentu dalam mendapatkam penghasilan tiap

bulannya.

Selain itu potensi Gampong Teungoh bertumpu dari hasil perdagangan dan

pertanian yang sistem pengelolaannya masih tradisional. Produk pertanian Gampong

Teungoh untuk lahan basah (sawah) masih monoton, kurang potensinya pada

unggulan padi dan palawija seperti jagung, kedelai,sayur mayur dan lain sebagainya
67

hal ini diakibatkan adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk

unggulan pertanian diluar sentra padi dan persoalan mendasar lainnya adalah sistem

pengairan yang kurang baik sehingga berdampak adanya kekurangan air jika pada

saat musim kemarau.

3. Pendapatan

Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang diterima oleh

kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk

uang atau barang. Penghasilan tersebut biasanya dialokasikan untuk kebutuhan rumah

tangga setiap harinya. Tingkat pendapatan masyarakat di Gampong Teungoh

berbeda-beda, namun dari hasil penelitian tingkat pendapatan masyarakat penerima

PKH masih rendah. Berdasarkan dari pendapatan keluarga, Badan Pusat Statistik

(BPS, 2015) menjelaskan bahwa golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu

masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi

tingkat hidup yang minimal seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal yang

berpenghasilan kurang dari Rp.1.500.000 per bulan.

PKH ini memang ditujukan kepada keluarga sangat miskin yang memiliki

pendapatan yang rendah sehingga PKH ini ditujukan tepat sasaran bagi penerimanya

dan membantu keluarga penerima manfaat dalam memenuhi konsumsi keluarga

mereka setiap hari. Menurut Coady dan Harris,2001 (dalam Suahasil Nazara & Sri

Kusumastuti Rahayu) menyatakan bahwa dengan adanya PKH ini dapat membantu

dan meningkatkan perekonomian keluarga penerima manfaat. Hal ini dilihat dari

pendapatan mereka setiap bulannya kurang dari Rp.1000.000/bulannya. Penghasilan


68

responden secara keseluruhan belum dapat memenuhi kebutuhan ekonomi secara

signifikan mengingat beban biaya yang harus dikeluarkan responden sebagian besar

Rp.1000.000.- dalam pengeluaran sehingga mereka sangat bergantung pada bantuan

PKH yang diterima selama ini. Ini dijelaskan oleh pengeluaran rumah tangga lebih

besar dari pendapatan rumah tangga yang menyebabkan tidak seimbangnya

pemasukan dengan pengeluaran rumah tangga. Dengan adanya bantuan yang diterima

KPM dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga. Dengan berbagai program

komplementer diharapkan KPM segera hidup sejahtera dan dapat terentas dari

kemiskinan.

4. Jumlah Tanggungan

Tanggungan adalah orang atau orang-orang yang masih berhubungan keluarga

atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun ditanggung. Jumlah

tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah anak yang dimiliki oleh sang

orang tua. Hasil penelitian menunjukan bahwa masyarakat penerima PKH di

Gampong Teungoh memiliki jumlah tanggungan yang kecil dilihat dari jumlah

tanggungan responden keluarga penerima manfaat memiliki 3-4 anak dengan

persentase 53 % . Hal ini dijelaskan oleh Ahmadi (dalam Nurlaila Hanum,2018)

Jumlah tanggungan kecil adalah apabila jumlah tanggungan <5 orang. Kondisi ini

mengharuskan setiap kepala keluarga bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya.

Tentu memiliki jumlah tanggungan keluarga yang besar akan menyulitkan

perekonomian orangtua. Apalagi bila dari anak yang dimiliki masih bersekolah dan
69

belum memiliki pendapatan sendiri, hal tersebut tentu akan memberatkan orang tua

walaupun pendapatan yang dimiliki diatas rata-rata sekalipun. Jumlah tanggungan

keluarga juga dapat mengindikasikan besarnya potensi tenaga kerja keluarga yang

tersedia yang dapat membantu kepala keluarga dalam usaha memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari. Menurut Mapandin (2006), jumlah tanggungan dalam suatu rumah

tangga akan mempengaruhi besar konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah

tangga tersebut karena terkait dengan kebutuhannya yang semakin banyak atau

kurang.

Terdapat kecenderungan bahwa rumah tangga dengan jumlah anggota rumah

tangga yang banyak, mempunyai kesempatan lebih besar untuk termasuk ke dalam

PKH dibandingkan dengan rumah tangga miskin dengan jumlah anggota rumah

tangga yang lebih sedikit. Jumlah anggota rumah tangga yang besar menyebabkan

semakin besar juga konsumsi rumah tangga, jika tidak diiringi dengan tambahan

penghasilan maka akan bisa menyebabkan tidak terpenuhi kebutuhan lainnnya dari

anggota rumah tangga, dengan tidak terpenuhinya kebutuhan lainnya menyebabkan

rumah tangga menjadi miskin sehingga kualitas hidup menurun (Mendra &

Amar,2016)

5. Kepemilikan Aset Rumah Tangga

Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti melihat bahwa beberapa

keluarga penerima manfaat PKH di Gampong Teungoh setelah mendapatkan bantuan

PKH kondisi rumah mereka menjadi lebih rapi dan layak untuk digunakan sebagai

tempat tinggal. Masyarakat miskin penerima PKH kondisi sosial ekonominya masih
70

digolongan menengah kebawah. Ini diperjelas oleh Kaare Svalastoga (dalam Rianda

Fernantos, 2014) untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya,

dapat dilihar dari: (1) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,

menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain. (2) Kondisi fisik bangunan,

dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya

tinggi, pada umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang

keadaan sosial ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi permanen atau

tidak. (3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada

umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

Status rumah yang ditempati KPM di Gampong Teungoh rata-rata sudah

berstatus milik sendiri namun sebagian kecil masih ada yang menyewa dan tinggal di

rumah milik orangtuanya. Rumah mereka rata-rata luasnya kurang dari 50m2,

Atapnya terdiri dari atap seng, lantainya dari semen dan sebagian masih ada lantai

tanah, dinding rumah ada bata sepotong bagian bawah, dan sepotong bagian atas

menggunakan dinding atau papan yang disusun, penerangannya adalah lampu pakai

listrik dan air sebagai sumber kehidupan, mempergunakan air dari PAM/ Sumur

untuk mencuci dan mandi sedangkan untuk air minum dan memasak mereka

membeli air dalam kemesan. Dapat disimpulkan, bahwa kondisi fisik rumah yang

mereka tempati masih sangat sederhana dan jauh dari kemewahan atau permanen.

Keadaan tempat tinggal adalah suatu keperluan yang penting selain kebutuhan

makan dan pakaian. Rumah adalah satu struktural fisikal yang memberikan ruang

perlindungan untuk keluarga. Rumah merupakan bangunan gedung yang berfungsi


71

sebagai tempat tinggal yang layak huni, sara pembinaan keluarga cerminan harkat

dan martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya. Kondisi rumah yang dimaksud

dalam indikator BKKBN adalah keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang

baik. Yakni layak ditempati, baik dari segi perlindungan maupun segi kesehatan.

4.2.2 Pembahasan Sosial Ekonomi Responden di Gampong Alue Beurawe

Kondisi sosial ekonomi dalam penelitian ini berkaitan dengan pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan dan kepemilikan aset rumah tangga yang

menggambarkan status sosial ekonomi dalam masyarakat Gampong Alue Beurawe

Kecamatan Langsa Kota yang berkaitan dengan simbol status ekonomi mereka.

1. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan indikator yang mutlak diiperlukan untuk

mengukur kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM yang baik sangat

diperlukan sebagai suatu model yang penting dalam melaksanakan pembangunan

daerah. Untuk tingkat pendidikan responden masyarakat miskin penerima PKH di

Gampong Alue Beurawe tergolong masih rendah, hal ini dilihat dari rata-rata

pendidikan terakhir nya adalah tamatan SD dengan persentase 50 % sehingga untuk

mendapatkan pekerjaan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga

menjadi sulit. Seperti yang dikemukakan oleh UU No.Tahun 2003 bahwa pendidikan

rendah yaitu pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan

dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain

yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah

(MTs), atau bentuk lain yang sederajat.


72

Penyebab pendidikan masyarakat penerima PKH rendah disebabkan karena

kurangnya biaya untuk melanjutkan pendidikannya terkendala. Menurut Rahardja dkk

(dalam Pande Putu Erwin Adiana dkk, 2015) menyatakan bahwa semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang pengeluaran konsumsinya juga akan semakin tinggi.

Sehingga mempengaruhi pola konsumsi dan hubungannya positif. Pada saat

seseorang atau keluarga memiliki pendidikan tinggi, kebutuhan hidupnya semakin

banyak. Sama halnya menurut Baliwati (dalam Nurlaila Hanum,2018) seseorang

yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, dalam

hubungannya dengan konsumsi yang berpendidikan tinggi menyadari pentingnya

pendidikan, sehingga pengeluaran konsumsi akan lebih besar dan pemenuhan

kebutuhan juga akan meningkat.

Namun setelah adanya bantuan PKH keluarga penerima manfaat bisa

menyekolahkan anaknya dan mengembangkan status pendidikan anak-anaknya ke

jenjang yang lebih tinggi lagi dan diharapkan anak-anaknya dapat merubah situasi

sosial ekonomi keluarga mereka masing-masing. Peningkatan kualitas SDM lebih

diutamakan dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada penduduk untuk

menempuh tingkat pendidikan yang setingi-tingginya. Menurut Allif Pahrezza , 2014

pendidikan merupakan Salah satu kunci utama untuk kemajuan suatu Negara. Cepat

atau lambatnya suatu Negara dalam meningkatkan kemajuan ekonominya sangat

tergantung pada keberhasilan Negara tersebut memberikan pendidikan kepada

penduduknya. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, menunjukkan semakin

tingginya kualitas penduduk di Negara tersebut. Tidak dapat dihindari bahwa salah
73

satu fungsi dan pendidikan adalah menyiapkan seseorang sehingga memiliki bekal

dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa bentuk sikap, pengetahuan dan

keterampilan kerja. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi

kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh

satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat

ringannya pekerjaan tersebut (KBJI, 2002).. Pada penelitian ini dari 52 responden

dilihat dari pekerjaan utama masyarakat miskin penerima program PKH masih

digolongkan pekerjaan yang menunjukan status sosial ekonomi rendah hal ini

disebabkan rata-rata pekerjaan utamanya adalah buruh cuci, pedagang dan pekerjaan

lain yang tidak tentu dalam mendapatkan penghasilan tiap bulannya. Sesuai dengan

yang dijelaskan Lilik,2007 pekerjaan yang menunjukkan status sosial ekonomi

rendah adalah tukang bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir angkutan, dan pekerjaan

lain yang tidak tentu dalam mendapatkam penghasilan tiap bulannya. Jenis pekerjaan

responden masyarakat penerima PKH tidak berpengaruh dengan bantuan PKH

walaupun mereka menerima bantuan tersebut mereka tetap bekerja sesuai dengan

profesi mereka karena mereka berpikir tidak mungkin hanya mengharapkan bantuan

dari pemerintah saja, selagi mereka masih bisa bekerja maka mereka akan tetap

bekerja sebagaimana biasanya.

Setiap manusia memiliki kebutuhan untuk menjalani kehidupan mereka.

Kebutuhan pokok dibagi menjadi 3 yaitu sandang, pangan dan papan. Untuk
74

memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia mencari pekerjaan untuk mendapatkan

penghasilan. Selain itu jenis pekerjaan seseorang sangat berpengaruh terhadap

pendapatannya (Cahyono, 2000) Apabila seseorang sudah menemukan pekerjaan

yang tepat atau sesuai dengan keinginanya maka orang itu fokus dengan pekerjaannya

demi memenuhi kebutuhan hidupnya

3. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu indikator untuk mengukur kesejahteraan

seseorang atau masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat ini mencerminkan

kemajuan ekonomi suatu masyarakat. Pendapatan individu merupakan pendapatan

yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran atas

penggunaan faktor- faktor produksi yang dimilikinya dari sumber lain.

Berdasarkan dari hasil penelitian pendapatan masyarakat penerima PKH di

Gampong Alue Beurawe masih tergolong rendah ini dilihat dari tingkat pendapatan

masyarakatnya rata-rata berpenghasilan kurang dari Rp.1000.000. Badan Pusat

Statistik (BPS, 2015) golongan masyarakat berpenghasilan rendah yaitu masyarakat

yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat

hidup yang minimal seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal yang berpenghasilan

kurang dari Rp.1.500.000 per bulan.

Dengan adanya bantuan PKH menjadikan keluarga penerima manfaat

mendapatkan tambahan penghasilan. Menurut Coady dan Harris, 2001 (dalam

Suahasil Nazara & Sri Kusumastuti Rahayu) menjelaskan bahwa dengan adanya PKH

ini dapat meningkatkan perekonomian mereka. Jumlah tersebut berupa uang setelah
75

dana pencairan sebesar sama dengan ketentuan penerimaan komponen. Dimana

terdapat keluarga penerima manfaat yang kemudian membuka warung untuk

berwirausaha sehingga menambah penghasilan keluarga. Yang tadinya hanya suami

yang bekerja kini ibupun membuka warung sehingga penghasilan keluarga

bertambah. Namun tidak dipungkiri meskipun telah menerima bantuan PKH terdapat

keluarga yang tidak bekerja namun masih mempunyai penghasilan dari bantuan sosial

PKH yang diberikan untuk kebutuhan sekolah anak. Para penerima bantuan merasa

sangat terbantu. Apalagi di masa pandemi sekarang pengeluaran mereka semakin

bertambah sementara pendapatan mereka tidak menentu. Disamping pengeluaran

untuk kebutuhan setiap hari ada pengeluaran lainnya seperti pengeluaran untuk

membeli handphone dan kuota internet kepada anak-anaknya berhubung sekolah

dilakukan secara online sehingga mengharuskan orangtua untuk memenuhi

kebutuhan anak-anaknya. Disisi lain ternyata PKH ini tidak hanya memberikan

bantuan berupa uang, mereka juga mendapatkan pelatihan yang dapat dimanfaatkan

untuk dijadikan sebagai mata pencaharian ketika mereka tidak menjadi KPM.

4. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan keluarga dapat mempengaruhi semangat dan tingkat

kreativitas kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Hasil

penelitian ini diketahui sebagian besar masyarakat miskin di Gampong Alue Beurawe

memiliki tanggungan yang kecil dimana rata-rata jumlah tanggungan nya 3-4 anak

dengan persentase 64%. Hal ini dijelaskan oleh Ahmadi (dalam Nurlaila Hanum,

2018) bahwa tanggungan kecil apabila jumlah tanggungan <5orang. Hubungan PKH
76

dengan jumlah tanggungan ini sangat berpengaruh dimana semakin banyak jumlah

tanggungan penerima PKH maka bantuan PKH juga akan lebih memprioritaskan

yang memiliki jumlah tanggungan yang banyak. Didalam rumah tangga mempunyai

jumlah anggota merupakan suatu beban ekonomi yang mempunyai beban sosial yang

harus dipikul dipundaknya oleh kepala rumah tangga sebagai tulang punggung untuk

mencari nafkah guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Lestari (2016),

jumlah tanggungan anggota keluarga dalam suatu kehidupan rumah tangga dapat

mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga yang

bersangkutan karena berhubungan dengan kebutuhannya yang semakin banyak.

Jumlah yang ditanggung oleh kepala keluarga di Gampong Alue Beurawe sangat

mempengaruhi taraf hidup masyarakat yang perekonomiannya sangat

memprihatinkan dengan kondisi kehidupan ekonomi rumah tangga. Jumlah

tanggungan mempengaruhi tingkat pengeluaran konsumsi secara langsung dalam

keluarga yang bersangkutan. Menurut Puspitosari (dalam Rio Christoper, 2017)

menjelaskan bahwa semakin banyak beban tanggungan keluarga dan semakin

kompleks kebutuhannya. Tanggungan keluarga disini bukan hanya anak melainkan

semua orang yang ditanggung dalam keluarga itu misalnya, cucu,menantu, dan lain-

lain.

5. Kepemilikan Aset Rumah Tangga

Secara umum rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau

bernaung dari pengaruh keadaan alam semesta (hujan, matahari, dan badai). Serta

merupakan tempat beristrahat setelah bertugas untuk memenuhi kebutuhan sehari-


77

hari. Berdasarkan hasil observasi peneliti masyarakat Gampong Alue Beurawe

memiliki tempat tinggal yang sudah layak untuk ditempati dan masyarakat miskin

penerima PKH kondisi sosial ekonominya masih digolongan menengah kebawah. Ini

diperjelas oleh Kaare Svalastoga dalam (dalam Rianda Fernantos, 2014) untuk

mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihar dari: (1)

Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,

menumpang pada saudara atau ikut orang lain. (2) Kondisi fisik bangunan, dapat

berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi,

pada umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan

sosial ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi permanen atau tidak. (3)

Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada umumnya

semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

Status rumah yang ditempati KPM di Gampong Alue Beurawe rata-rata sudah

berstatus milik sendiri namun sebagian kecil masih ada yang menyewa dan tinggal di

rumah milik orangtuanya. Rumah mereka rata-rata luasnya kurang dari 50m2,

Atapnya terdiri dari atap seng, lantainya dari semen dan sebagian masih ada lantai

tanah, dinding rumah ada bata sepotong bagian bawah, dan sepotong bagian atas

menggunakan dinding atau papan yang disusun, penerangannya adalah lampu pakai

listrik dan air sebagai sumber kehidupan, mempergunakan air dari PAM/ Sumur

untuk mencuci dan mandi sedangkan untuk air minum dan memasak mereka

membeli air dalam kemesan. Dapat disimpulkan, bahwa kondisi fisik rumah yang

mereka tempati masih sangat sederhana dan jauh dari kemewahan atau permanen.
78

4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Miskin Setelah adanya Program Keluarga
Harapan di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe
Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program

pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan atau seseorang miskin dan

rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin. PKH juga

dikatakan sebagai program yang memberikan bantuan langsung tunai bersyarat

kepada Rumah Tangga Sangat Miskin yang telah ditetapkan sebagai peserta PKH dan

diwajibkan memenuhi persyaratan dan komitmen yang berkaitan dengan

meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Berdasarkan pasal 3 Peraturan Menteri

Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan bahwa yang mendapatkan

sasaran PKH merupakan keluarga dan atau seseorang yang miskin dan rentan serta

terdaftar dalam data terpadu program penanagan fakir miskin, merupakan komponen

kesehatan, pendidikan, dan atau kesejahteraan sosial.

Dalam hal ini PKH merupakan perlindungan sosial yang dapat meringankan

dan membantu keluarga miskin dalam hal mendapatkan akses dan kualitas pelayanan

pendidikan dan kesehatan bagi keluarga peserta PKH dengan harapan program ini

akan dapat mengurangi kemiskinan. Sesuai dengan hasil sebaran angket yang

dilakukan peneliti respon masyarakat mengenai PKH ini sangat berdampak positif

yaitu dampak yang ditimbulkan oleh PKH untuk Keluarga Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM) yaitu yang pertama meringankan beban pengeluaran RTSM dan

dapat membantu keluarga untuk membiayai anak sekolah di tingkat SD, SMP, SMA.

Dampak positif lainnya yaitu meningkatkan partisipasi pemeriksaan kesehatan anak


79

balita dan kesejahteraan sosial untuk memastikan pemberian asupan gizi untuk lansia

dan disabilitas.

Jadi dari hasil sebaran angket dan observasi yang dilakukan peneliti di

Gampong Teungoh dapat dikatakan bahwa pemberian bantuan PKH kepada RTSM

ini sangat membantu dalam hal biaya pendidikan dan kesehatan, karena salah satu

faktor yang paling utama bagi RTSM tidak menyekolahkan anaknya adalah karena

faktor ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa dengan adanya

bantuan PKH ini bisa mengurangi beban RTSM untuk melanjutkan pendidikan anak-

anaknya. Bisa memeriksakan kesehatan anak balita, dan memastikan pemberian

asupan gizi lansia dan disabilitas.

Dari pemaparan diatas bahwa setelah mendapatkan bantuan PKH aspek

pendidikan dan kesehatan bagi RTSM mengalami perubahan.Terbuktinya dengan

kondisi sosial peserta PKH yang saat ini mengalami perubahan dibidang pendidikan

dan kesehatan yang lebih layak. Mengingat bahwa pendidikan dan kesehatan

merupakan aspek yang penting bagi kehidupan yang harus terpenuhi secara optimal.

Pendidikan merupakan senjata bangsa untuk bisa bersaing di era globalisasi yang

menuntu ter integrasinya seluruh aspek kesejahteraan dunia khususnya di Indonesia.

Hal inilah yang menjadi alasan oleh Kementerian Sosial untuk menyoroti dunia

pendidikan Indonesia sebagai inti dari PKH.

Sama pentingnya dengan pendidikan, kesehatan juga merupakan aspek penting

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kesehatan merupakan

unsur yang harus dipenuhi dalam menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.Tidak sanggup


80

membayar biaya pengobatan diperkirakan menjadi penyebab tidak terselamatkan

masyarakat cerdas sehingga bangsa kehilangan orang-orang yang berpotensi untuk

mengantarkan Indonesia untuk berpartisipasi di dunia global.

Penduduk Gampong Alue Beurawe untuk memenuhi kebutuhan pokoknya

bergantung pada penghasilannya dari bertani dan buruh. Penghasilan dari kedua mata

pencaharian utama ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Hanya saja masih kurang memenuhi kebutuhan seperti perumahan yang layak huni

atau pun sanitasi yang baik. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa keluarga sangat

miskin masih memiliki kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka.

Meskipun mereka dalam status memiliki mata pencaharian karena pendapatan yang

mereka peroleh tidak mencukupi untuk memenuhi semuanya.

Manfaat dari aspek ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat penerima PKH di

Gampong Alue Beurawe dalam jangka panjang dapat memotong rantai kemiskinan

bagi masyarakat yang tergolong miskin. Oleh karena itu, PKH akan memberikan

dukungan yang sangat signifikan bagi peserta penerima PKH agar tidak

menghasilkan generasi penerus yang kekurangan gizi dan juga tidak berpendidikan.

Karena dalam hal ini PKH sangat membantu mereka dalam aspek ekonomi, seperti

halnya meringankan beban keluarga penerima PKH dalam biaya sekolah, periksa

kesehatan bagi ibu hamil, balita ataupun anak-anak yang masih di usia sekolah.

Apalagi didalam PKH tidak hanya mendapatkan bantuan tunai tetapi juga

mendapatkan pendampingan dalam merencanakan kehidupan yang lebih baik lagi

dari pada sebelum adanya PKH.


81

Hadirnya program pengenttasan kemiskinan berupa PKH dapat membantu

meringankan beban hidup mereka meskipun tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi

oleh PKH karena PKH hanya diberikan kepada mereka ibu hamil dan anak balita

untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka serta memberikan kesehatan terhadap lansia

juga. Kemudian pada anak sekolah untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka.

Namun adanya bantuan tersebut dapat meringankan beban mereka, karena mereka

tidak perlu lagi menyisihkan pendapatan mereka untuk anak sekolah mereka sehingga

pendapatan yang mereka peroleh dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan

makanan mereka sehari-hari, pakaian dan bahkan untuk memenuhi kepeluan tempat

tinggal mereka. Adanya PKH ini sekiranya dapat membantu biaya pendidikan dan

pemenuhan kebutuhan sekolah serta dapat memberikan pemenuhan gizi bagi keluarga

dan dana sisanya digunakan untuk tambahan modal usaha sehingga penghasilan dapat

digunakan untuk kebutuhan pokok lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, program

pengentasan kemiskinan PKH ini di Gampong Alue Beurawe terhadap kondisi sosial

ekonomi masyarakat miskin penerima bantuan, yang mana perubahan kondisi sosial

ekonominya ada perubahan yaitu perubahan pada tingkat pendapatan, pemenuhan

kebutuhan pokok dan peningkatan daya beli.


BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan di lapangan bahwa

dengan adanya Program Keluarga Harapan (PKH) yang dilaksanakan di Gampong

Teungoh dan Gampong Alue Beurawe dilihat dari ketepatan sasaran, pemahaman

tujuan program, adanya sosialisasi serta pemantauan program sudah berjalan dengan

sangat efektif. Dengan adanya PKH telah membawa beberapa perubahan

kesejahteraan yang nyata kepada keluarga penerima manfaat PKH. Beberapa

perubahan kondisi sosial ekonomi yang dirasakan oleh KPM adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan taraf hidup KPM melalui akses layanan pendidikan di

Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe . PKH memberikan bantuan

yang dan juga edukasi untuk keperluan pendidikan. Hal tersebut tentu

bertujuan untuk memberikan kesempayan bagi masyarakat miskin peserta

PKH yang memiliki anak usia sekolah agar bisa mengakses layanan

pendidikan.

2. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga

miskin dan rentan.

3. Perubahan kondisi rumah menjadi lebih layak.

4. Penerima PKH merasa dapat mengubah hidupnya menjadi lebih baik.

Seiring berjalannya waktu pelaksanaan PKH di Gampong Teungoh dan Gampong

Alue Beurawe ini telah memberikan banyak perubahan kepada KPM. Namun masih
83

terdapat KPM yang merasa keberatan jika sewaktu-waktu PKH diberhentikan dari

permerintah. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya rasa ketergantungan KPM

dengan bantuan yang diberikan oleh pemerintah.

5.2 Saran
Setelah adanya kesimpulan dari penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa

saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi pihak terkait. Adapun saran-saran

tersebut diantaranya adalah :

1. Bagi keluarga penerima manfaat adalah, hendaknya dapat menggunakan

bantuan yang diberikan sebagaimana sesuai dengan ketentuan. Serta hadir

selalu dalam setiap Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2).

2. Bagi Pemerintah, dalam penentuan KPM hendaknya menggunakan data yang

valid sehingga program yang dilaksanakan lebih tepat sasaran.


DAFTAR PUSTAKA

2002. Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indoneesia (KBJI) 2002. Badan Pusat
Statistik
Astrawan, Wayan Gede. 2014. Jurnal Penelitian Analisis Sosial Ekonomi
Penambang Galian C di Desa Sebudi Kecamatan Selat Kabupaten Sarang Asem
Badan Pusat Statistik, 2020. Kota Langsa Dalam Angka 2020.
BPS/ Badan Pusat Statistik dan Depsos/ Departemen Sosial. 2002. Indikator
Kesejahteraan Rakyat 2015, Jakarta:BPS
Cahyono, Budi. 2000. Analisis Hubungan Berbagai Dimensi Kualitas dengan
Kinerja Perusahaan pada industri Manufaktur. Jurnal Bisnis Strategi.
Christoper Rio, dkk. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja
wanita sebagai ibu rumah tangga. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya
Depdiknas, 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003. tentang sistem pendidikan
nasional
Dinas Sosial Kota Langsa. 2020. Jumlah Penerima Bantuan PKH di Kota Langsa
Direktorat Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
Kementerian Sosial RI. 2019. Pedoman Umum Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan. Jakarta.
Djumiarti, Titik 2005. Strategi Pengentasan Kemiskinan : Potret Keberhasilan
Pembangunan
Fernantos, Rianda. 2014. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa Dengan
Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif siswa kelas X teknik Kendaraan Ringan
SMK Negeri 1 Padang. Jurnal.Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Ginting, Ferry Perbira. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung di Desa
Sampecita Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019
Medan: Universitas Sumatera Utara (repository.usu.ac.id)
85

Gunsu Nurmansyah, dkk. 2013. Pengantar Antropologi: Sebuah Ikhtisar Mengenal


Antropologi, (Aura CV. Anugrah Utama Raharja, Lampung,)
Hanum, Nurlaila. 2018. Pengaruh Pendapatan, Jumlah Tanggungan Keluarga dan
Pendidikan Terhadap Pola Konsumsi Rumah Tangga Nelayan di Desa Seuneubok
Rambong Aceh Timur. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas Samudra
Indrawati, Endang Sri. 2015. Status Sosial Ekonomi dan Intensitas Komunikasi
Keluarga Pada Ibu Rumah Tangga di Panggung Kidul Semarang Utara. Jurnal
Psikologi UNDIP
Kadji, Yulianto. Kemiskinan Dan Konsep Teoritisnya. Guru Besar Kebijakan Publik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNG
Kementerian Keuangan. 2015. Kajian Program Keluarga Harapan. Direktorat
Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan
Lestari, Wardiyah Puji. 2016. Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Konsumsi
Rumah Tangga PNS Guru SD di Kecamatan Kota Anyar Kabupaten Probolinggo.
Artikel. Univeristas Brawijaya. Malang.
Manginsihi Olvan, dkk. 2013. Pengaruh Status Sosio Ekonomi Keluarga Terhadap
Prestasi Belajar Siswa Kelas x di SMK Negeri 4 Gorontalo”. Jurnal. Gorontalo :
Universitas Negri Gorontalo.
Mapandin, Wahida. Y. 2006. Hubungan Faktor-Faktor Sosial Budaya dengan
Konsumsi Makanan Pokok Rumah Tangga Pada Masyarakat di Kecamatan
Wamena, Kabupaten Jayawijaya Tahun 2005. Skrispi.FKM UNDIP Semarang
Mendra, Haris dan Syamsul Amar. 2016. Analisis Faktor- Faktor Yang
Mempengaruhi Status Kemiskinan Rumah Tangga di Kota Pariaman. Jurnal.
Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang
Nainggolan Togiarotua, dkk. 2012. PKH di Indonesia : Dampak pada Rumah
Tangga Sangat Miskin di Tujuh Provinsi : Buku Hasil Penelitian Pusat
Pengembangan dan Penelitian Kesejahteraan Sosial.
Nazara, Suahasil dan Sri Kusmatuti Rahayu. 2013. Program Keluarga Harapan
(PKH) : Program Bantuan Dana Tunai Bersyarat di Indonesia
86

Nuraini, dkk. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Orang Tua
dalam Penyelenggaraan PAUD di Desa Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak
Serka Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal. Universitas Riau
Oktama, Reddy Zaki. 2013. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat
Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang. Skrispi.Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang
Pangi Joris, dkk. 2020. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani di Desa Maliku Satu
Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal . Universitas
Sam Ratulangi
Poniman. 2015. Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi
Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Medan: Universitas Sumatera
Utara (repository.usu.ac.id)
Putranto, Agung Tri. 2019. Pengantar Ilmu Ekonomi. UNPAM Pres
Safri, Hendra. 2018. Pengantar Ilmu Ekonomi, Kampus IAIN Palopo
Simanullang, Tiop Nauli. 2020. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan di
Desa Aeknauli I Kecamatan Pollung. Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
2020. Medan: Universitas Sumatera Utara (repository.usu.ac.id)
Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Waluya,B. 2007. Sosiologi, Bandung: PT.Setia Purna Inves
87

LAMPIRAN
88

Lampiran 1 Dokumentasi
DOKUMENTASI

Gambar 1. Foto bersama Masyarakat penerima PKH dan Pendamping PKH di


Gampong Teungoh

Gambar 2. Foto bersama Masyarakat penerima PKH dan Pendamping PKH di


Gampong Teungoh
89

Gambar 3. Foto bersama Masyarakat penerima PKH dan Pendamping PKH di


Gampong Teungoh

Gambar 4. Foto bersama Masyarakat penerima PKH dan Pendamping PKH di


Gampong Teungoh
90

Gambar 5. Foto bersama Masyarakat penerima PKH dan Pendamping PKH di


Gampong Alue Beurawe

Gambar 6. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
91

Gambar 7. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe

Gambar 8. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
92

Gambar 9. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe

Gambar 10. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
93

Gambar 11. Kondisi rumah penerima PKH di Gampong Teungoh

Gambar 12. Kondisi rumah penerima PKH di Gampong Alue Beurawe


94

Gambar 13. Kondisi rumah penerima PKH di Gampong Teungoh


95

Lampiran 2 SK Pembimbing
96

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dekan FKIP UNSAM


97

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan


Langsa Kota
98

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan


Langsa Kota, Gampong Alue Beurawe
99

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan


Langsa Kota, Gampong Teungoh
100

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari BPS Kota Langsa


101

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Dinas Perpustakaan Daerah Kota Langsa
102

Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Dinas Sosial Kota Langsa

Anda mungkin juga menyukai