Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga
Miskin Setelah Program Keluarga Harapan di Gampong Teungoh dan Gampong Alue
Beurawe Kecamatan Langsa Kota”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Samudra. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Oleh
karena itu melalui kesempatan ini, Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
2. Bapak Drs. Sofiyan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
penyelesain skripsi.
i
6. Kedua Orang tua, Ayahanda Maruba Pakpahan dan Ibu Tiomar Sihite
dukungan, bantuan serta Doa yang tiada henti- hentinya kepada penulis
8. Semua pihak yang telah banyak membantu saya dalam penelitian skripsi.
Akhir kata penulis berharap kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi dan semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan dan rezeki
yang berlimpah kepada kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan, kritik dan saran sangat diharapkan untuk membantu
kesempurnaan penelitian dimasa akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua
Penulis
ii
ABSTRAK
Salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih
besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Dalam rangka percepatan
penanggulangan kemiskinan sekaligus pengembangan kebijakan di bidang
perlindungan sosial bagi keluarga rumah tangga sanga miskin (RTSM), pemerintah
mengeluarkan sebuah PKH yaitu sebuah bantuan bersyarat sebagai jaminanan sosial
untuk mengakses kesehatan dan pendidikan bagi anak usia pendidikan dasar.
Rumusan masalah Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin setelah
adanya PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe Kecamatan Langsa
Kota. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat
miskin setelah adanya PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe
Kecamatan Langsa Kota.
Penelitian menggunakan metode kuantitatif bersifat deskriptif. yang diambil
oleh peneliti adalah keluarga penerima bantuan PKH di Gampong Teungoh dengan
jumlah 112 Kepala Keluarga dan di Gampong Alue Beurawe 107 KK. Teknik yang
digunakan dalam pengambilan sampel adalah pengambilan sampel dengan Sample
Random Sampling ( Sampel acak berkelompok ) karena pengambilan sampel anggota
populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi
itu dan penentuan sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 53 KK di Gampong
Teungoh dan 52 KK di Gampong Alue Beurawe. Dari hasil perhitungan jumlah
sampel menggunakan rumus Yamane dan Isaac and Michael. Data Primer diperoleh
melalui observasi di lapangan, penyebaran kuesioner dan dokumentasi, sedangkan
data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan. Data diperoleh atau dianalisis ke
dalam rating scale.
Hasil penelitian ini dapat dilihat dari tanggapan masyarakat penerima manfaat
program keluarga tentang penerapan PKH: Dari hasil tanggapan masyarakat di
Gampong Teungoh kategori Sangat Bagus menunjukkan nilai 64 % dan tanggapan
masyarakat kategori Bagus menunjukkan nilai 36 % dan hasil tanggapan masyarakat
di Gampong Alue Beurawe kategori Sangat Bagus menunjukkan nilai 67% dan
tanggapan masyarakat kategori Bagus menunjukkan nilai 33 %. Dengan adanya PKH
ini telah membawa perubahan kondisi sosial ekonomi yang dirasakan oleh Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................81
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi.......................................................................................88
Lampiran 2 SK Pembimbing..................................................................................95
Lampiran 3 Surat Izin Penelitian dari Dekan FKIP UNSAM................................96
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan.........97
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan.........98
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Pemerintah Kota Langsa Kecamatan.........99
Lampiran 7 Surat Izin Penelitian dari BPS Kota Langsa.....................................100
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Dinas Perpustakaan Daerah Kota Langsa101
Lampiran 9 Surat Izin Penelitian dari Dinas Sosial Kota Langsa………………102
Lampiran 10 Kuesioner Penelitian……………………………………………...103
Lampiran 11 Data Hasil kuesioner Penelitian di Gampong Alue Beurawe…….110
Lampiran 12 Data Hasil Kuesioner Penelitian di Gampong Teungoh ……...….112
Lampiran 13 Berita Acara Bimbingan Skripsi 113
Lampiran 14 Berita Acara 115
Lampiran 15 Naskah Yudisium 116
Lampiran 16 Biodata Peneliti 117
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dialami semua negara di dunia.
yang sangat rumit sehingga suatu negara tidak dapat memiliki kemampuan untuk
daya dukung hidup seseorang atau kelompok orang tersebut . Pada suatu titik waktu
secara nyata mereka tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Kemiskinan
lain dituangkan dalam bentuk indikator potensi wilayah, yang terdiri dari potensi
Indonesia setelah Papua,Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku dan Gorontalo.
Kemiskinan di Provinsi Aceh dalam periode 3 tahun terakhir ini dari tahun 2015-
di ikuti oleh adanya jumlah penduduk yang mengalami peningkatan dari tahun
ketahun. Salah satu faktor yang menjadi penyebab tingginya tingkat kemiskinan di
2
Provinsi Aceh yaitu memiliki jumlah penduduk yang sebagian besar tinggal di
wilayah pedesaan dengan tingkat kesejahteraan yang relatif masih rendah dan
tinggi diantaranya adalah Aceh Singkil, Gayo Lues, Pidie Jaya, Pidie, Bener Meriah,
Aceh Barat, Simeleu, Subulussalam, Aceh Utara, Nagan Raya, Aceh Barat Daya,
Sabang, Aceh Tengah, Bireuen, Aceh Besar, Aceh Timur, Aceh Tenggara, Aceh
Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Selatan, Lhokseumawe, Langsa dan Banda Aceh.
Kota Langsa merupakan salah satu wilayah di Provinsi Aceh yang memiliki
jumlah penduduk miskin di Provinsi Aceh. Dalam kurun waktu dari tahun 2016-
tahun ke tahun yang diakibatkan oleh meningkatnya jumlah penduduk di Kota Langsa
rendah diakibatkan masih banyak kualitas sumber daya manusianya yang kurang baik
serta rata rata pengeluaran perkapita dari masyarakat miskin di Kota Langsa yang
Kota Langsa meningkat dari tahun ke tahun. Penyebab kemiskinan di Kota Langsa
dapat dilihat dari banyaknya jumlah anggota keluarga miskin dalam satu rumah. Hal
ini mengakibatkan tanggungan hidup yang harus dipikul kepala keluarga menjadi
3
semakin berat. Tanggungan yang dimaksud adalah seluruh anggota keluarga yang
berada dalam satu atap yang harus harus dipikul oleh kepala rumah tangga dalam
kesehatan, namun pendapatan kepala keluarga dari bekerja belum mampu untuk
Kecamatan Langsa Barat, Langsa Baro, Langsa Kota, Langsa Lama, Langsa Timur.
mendapatkan dana kompensasi dari PKH. Berikut Tabel 1 rincian penerima bantuan
sosial PKH untuk 55 gampong di lima kecamatan dalam wilayah Kota Langsa dengan
jumlah total penerima 4.771 KK, yang di input dari Koordinator PKH Kota Langsa,
Mariana.
Kecamatan Jumlah KK
Kecamatan Langsa Baro 1064 KK
Kecamatan Langsa Timur 704 KK
Kecamatan Langsa Lama 872 KK
Kecamatan Langsa Barat 1262 KK
Kecamatan Langsa Kota 869 KK
Sumber: Dinas Sosial Kota Langsa
Gampong Teungoh merupakan salah satu desa di Kecamatan Langsa Kota Kota
Langsa yang bersebelahan dengan Kecamatan Langsa Timur dan Kecamatan Langsa
Lama. Secara umum luas wilayah gampong teungoh 110 ha. Jumlah penduduk
4
sejumlah 2.877 jiwa dan perempuan 2.953 jiwa yang tersebar dalam 9 dusun.
menunjukan perubahan yang berarti dari tahun ke tahun. Masyarakat pada umumnya
hanya bertumpu pada sektor pertanian dan perdagangan dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari, hal ini diperparah dengan tidak adanya modal usaha pertanian
masyarakat.
kuatnya budaya tradisional. Meskipun demikian pola budaya seperti ini dapat
pembangunan
5
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani tambak dan nelayan. Secara umum
luas wilayah Alue beurawe 224 Ha. Jumlah penduduk Gampong Alue Beurawe
mencapai 4064 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki sejumlah 2039 jiwa dan
perempuan 2025 jiwa yang tersebar dalam 5 dusun. Masyarakat pada umumnya tidak
terlepas dari keadaan sosial yang terjadi dalam kehidupan, sebab masyarakat adalah
zoon politicon atau masyarakat sosial yang saling berhubungan antara satu dengan
yang lain, saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidup. Kondisi sosial di
Gampong Alue Beurawe ini masih menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku
yang dilaksanakan sejak tahun 2007. PKH adalah program asistensi sosial kepada
dimaksud merupakan program pemberian uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat
penerima bantuan adalah RTSM yang memiliki anggota yang terdiri dari anak usia 0-
15 tahun atau ibu hamil/nifas. Bantuan hanya akan diberikan kepada RTSM yang
telah terpilih sebagai peserta PKH dan mengikuti ketentuan yang diatur dalam
6
program, yang dilihat dari tempat tinggal yang dimiliki, harta benda, dan pendapatan
sebulan sekitar kurang lebih 500 ribu. Agar penggunaan bantuan dapat lebih efektif
diterima oleh ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang
masyarakat tidak mampu. PKH ini mempunyai dua program yaitu tingkat pendidikan
dan kesehatan. Bagi RTSM yang sudah menerima bantuan maka pemerintah
serta upaya mengurangi angka pekerja anak pada keluarga yang sangat miskin. PKH
proses belajar. Minimal 85% dari hari efektif sekolah dalam sebulan, selama tahun
Penerima PKH akan di keluarkan dari PKH jika tidak dapat memenuhi
persyaratan yang telah ditetapkan. Seperti contoh, dalam bidang pendidikan, jika
angka persentase partisipasi kehadiran anak atau tatap muka dikelas kurang dari 85%
setiap bulannya, selama tiga bulan berturut-turut maka akan menerima sanksi
dikeluarkan sebagai penerima PKH, dan akan digantikan dengan penerima program
yang baru yang dapat memenuhi komitmen PKH berdasarkan persetujuan Kepala
desa
7
ini adalah : Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat miskin setelah adanya
PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe Kecamatan Langsa Kota.
masyarakat miskin setelah adanya PKH di Gampong Teungoh dan Gampong Alue
c. Bagi penulis atau peneliti, penelitian ini sebagai pelaksanaan tugas akademik
yaitu untuk melengkapi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana di
Sosial berasal dari istilah bahasa inggris yaitu society (berasal dari bahasa latin
socius, yang berarti “kawan”) kata ini lazim dipakai dalam tulisan-tulisan ilmiah
berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan
terikat oleh suatu rasa identitas yang sama ( Koentjaraningrat dalam Gunsu, 2013) .
Konsep sosiologi manusia sering disebut dengan makhluk sosial yang artinya
manusia tidak dapat hidup wajar tanpa adanya bantuan dari orang lain, sehingga arti
sosial sering diartikan sebagai hal yang berkenaan dengan masyarakat (Waluya,
2007).
sosial menunjuk pada suatu acuan yang digunakan dalam berinteraksi antar individu
dalam konteks masyarakat maupun komunitas. Sebagai acuan berarti sosial bersifat
lebih dari seorang individu berarti terhadap hak dan kewajiban dari masing-masing
sesamanya. Hal ini berdasarkan pandangan bahwa manusia suci itu bagi manusia
merasa ikut menderita bila pihak lain yang ada dilingkungannya mengalami
balik yang amat erat. Pada relasi timbal balik ini menentukan dan ditentukan hakekat
Istilah Ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, yaitu
“Oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” artinya tata, aturan. Dengan
demikian secara sederhana ekonomi dalam pengertian bahasa berarti ekonomi atau
berarti segala hal yang bersangkutan dengan penghasilan, pembagian dan pemakaian
barang- barang dan kekayaan (keuangan) ilmu yang mengenai asas-asas produksi,
perubahan masyarakat , maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas. Ekonomi
juga sering diartikan sebagai cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
sehari-hari
10
studi tentang perilaku orang dan masyarakat dalam memilih beberapa alternatif
menyalurkannya (baik saat inni maupun dimasa depan) kepada berbagai individu dan
kelompok yang ada dalam suatu masyarakat. Secara global maka bias dikatakan Ilmu
sumber dayanya bersifat sangat terbatas dan tidak sebanding dengan kebutuhan yang
usaha manusia dalam mengatur rumah tangganya untuk memenuhi kebutuhan hidup
komunikasi suatu keluarga adalah tingkat status social ekonomi. Status sosial
(1) pekerjaan yang bervariasi prestisenya, dan beberapa individu memiliki akses yang
lebih besar terhadap pekerjaan berstatus tinngi lebih tinggi dibanding orang lain; (2)
tingkat pendidikan yang berbeda, ada beberapa individu memiliki akses yang lebih
besar terhadap pendidikan yang lebih baik dibanding orang lain; (3) sumber daya
Soekanto (dalam Simanullang, 2020) berarti kedudukan suatu individu dan keluarga
berdasarkan unsur- unsur ekonomi. Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau
kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu
masyarakat menurut BPS tahun 2015 indikator sosial ekonomi terdiri dari 8 bidang
yang dilakukan oleh Poniman, S.Sos (2015) dalam menentukan sosial ekonomi
menurut Wirutomo (dalam Joris Pangi, 2020) yang dapat menentukan tinggi
1. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh
satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat
kehidupan pribadinya, pekerjaan yang ditekuni oleh setiap orang berbeda- beda,
bahwa pekerjaan adalah sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk
2. Tenaga Profesional
5. Tenaga Usaha dan Jasa dan Usaha Penjualan di Toko dan Pasar
9. Pekerja Kasar, Tenaga Kebersihan dan Tenaga yang berhubungan dengan itu
Dari berbagai klasifikasi pekerjaan diatas, orang akan dapat memilih pekerjaan
Jadi untuk menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis
golongan IId –IIIb, PNS golongan IId-IIIb, guru SD, usaha toko.
bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir angkutan, dan pekerjaan lain yang
2. Pendidikan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
seutuhnya, yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
15
dan rohani, kepribadian yang mantap dan bertanggung jawab kemasyarakatan dan
jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur pendidikan luar sekolah
jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan sekolah pada dasarnya terdiri dari
tinggi.
Dalam penelitian ini tingkat pendidikan orang tua dilihat dari jenjang
pendidikan formal terakhir yang ditempuh oleh orang tua anak. Selain itu, pendidikan
informal yang pernah diikuti berupa kursus dan lain-lain. Karena tingkat pendidikan
sangat berpengaruh terhadap jenis pekerjaan dan pendapatan serta status sosial
ekonomi yang akan diperoleh. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang didapat maka
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang
sederajat.
16
universitas.
3. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang diterima oleh
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk
uang atau barang. Menurut Sumardi (dalam poniman, 2015) mengemukakan bahwa
pendapatan yang diterima oleh penduduk akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
yang ditempuh. Demgan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat memperoleh
kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik disertai
pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang berpendidikan rendah
memenuhi tingkat hidup yang minimal seperti sandang, pangan, dan tempat
2.500.000
atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun ditanggung. Jumlah
tanggungan adalah banyaknya jumlah jiwa (anggota rumah tangga) yang masih
menempati atau menghuni satu rumah dengan kepala rumah tangga, serta masih
merupakan salah satu alasan utama bagi anggota rumah tangga turut serta dalam
membantu kepala rumah tangga untuk memutuskan diri untuk bekerja memperoleh
suatu kehidupan rumah tangga dapat mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus
suatu rumah tangga akan mempengaruhi besar konsumsi yang harus dikeluarkan oleh
kurang.
5. Pemilikan Kekayaan
Kekayaan seseorang dapat dilihat dari besar kecilnya rumah, perhiasan yang
dipakai, fasilitas dalam kehidupannya dan juga harta yang tak terlihat seperti
tabungan atau investasi modal. Semakin besar rumahnya dan semakin banyak
pendapatan yang ditabung semakin semakin tinggi pula tingkat kekayaan seseorang,
begitu juga sebaliknya. Bentuk kekayaan yang biasanya dimiliki sesorang berupa
kendaraan bermotor baik itu motor maupun mobil, barang elektronik, barang-barang
1. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,
2. Kondisi fisik bangunan dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambu.
3. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada u
6. Tempat Tinggal
Secara umum, rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau
hari. Namun pengertian rumah juga dapat ditinjau lebih jauh secara fisik dan
psikologis.
1. Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,
2. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga
3. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada
Rumah dapat mewujudkan suatu tingkat sosial ekonomi bagi keluarga yang
menempati. Apabila rumah tersebut berbeda dalam hal ukuran kualitas rumah.
Rumah yang dengan ukuran besar, permanen dan milik pribadi dapat menunjukkan
bahwa kondisi sosial ekonominya tinggi berbeda dengan rumah yang kecil ,semi
2.2 Kemiskinan
kerap didefinisikan sebagai kondisi yang ditandai oleh serba kekurangan: kekurangan
merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan
minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan atau
batas kemiskinan. Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh
setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo per orang
per hari dan kebutuhan non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian,
material yang diterima oleh seseorang. Selanjutnya Supriatna (dalam Yulianto Kadji)
21
menyatakan bahwa kemiskinan adalah situasi yang serba terbatas yang terjadi bukan
atas kehendak orang yang bersangkutan. Suatu penduduk dikatakan miskin bila
manusia yang ada, baik lewat jalur pendidikan formal maupun nonformal yang pada
Sulit untuk memperoleh informasi secara jelas dan akurat berkaitan dengan
secara akurat, bahwa orang-orang seperti itu disebut tidak miskin. Namun demikian,
a. Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor
produksi sendiri, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai ataupun
c. Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak sampai tamat SD, atau
setengah menganggur.
papan)
berkesinambungan
a. Faktor Budaya, yakni kemiskinan tidak disebabkan oleh faktor luar melainkan
dari dalam diri orang atau masyarakat miskin sendiri. Pandangan ini disampaikan
23
oleh kalangan konservatif yang menyatakan bahwa orang dalam keadaan miskin
temurun.
b. Faktor Struktural, yakni kelompok miskin dalam pandangan para ahli lebih
disebabkan oleh berbagai kebijakan negara yang bukan saja tidak menguntungkan
yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak mudah dijangkau yang menyebabkan
c. Konflik sosial politik atau perang, yakni konflik sosial dan politik berpengaruh
terjadi pelarian modal ke luar negeri. Akibatnya lapangan kerja terbatas, dan
d. Faktor Alam, yakni terdapat tiga jenis sebagai penyebab kemiskinan alamiah
yaitu: 1) Kondisi alam yang kering, tandus dan tidak memiliki sumberdaya alam
pemukiman penduduk, 2) Bencana alam seperti tanah longsor, gempa bumi dan
penduudk, dan 3) Kondisi fisik manusia baik berupa bawaan sejak lahir maupun
adalah beberapa faktor yang disebut ketidakberuntungan yang saling terakit satu
24
ketidakberdayaan.
a. Penghasilan rendah atau berada dibawah garis sangat miskin yang (seperti dari
d. Tidak mampu membiayai pengobatan jika ada salah satu anggota keluarga yang
sakit.
f. Tidak memiliki harta yang dapat dimanfaatkan hasilnya untuk dijual untuk
membiayai kebutuhan hidup selama tiga bulan atau dua kali batas garis sangat
miskin.
g. Ada anggota keluarga yang meninggal dalam usia muda atau kurang dari 40
yakni:
c. Tidak memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja atau sekolah dan
berpergian
Program Keluarga Harapan atau yang sering disebut dengan PKH adalah
program asistensi sosial kepada rumah tangga yang memenuhi kualifikasi tertentu
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi anggota keluarga RTSM diwajibkan
26
melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Program semacam ini
seacara internasional dikenal sebagai program conditional cash transfer (CCT) atau
fasilitas pendidikan (misalnya bagi anak usis sekolah), ataupun kehadiran di fasilitas
Kemiskinan
Harapan.
Langsung Tunai Bersyarat Bagi Keluarga Sangat Miskin (KSM) Sebagai Peserta
2008
Harapan.
PKH bertujuan:
dan rentan
Penerima Manfaat
28
Sasaran penerima PKH ini adalah keluarga atau seseorang yang miskin dan
rentan terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin, memiliki
kesehatan yang dimaksud adalah ibu hamil/menyusui dan anak berusia 0 (nol)
sampai dengan anak berusia 6 (enam) tahun. Kriteria komponen pendidikan yang
dimaksud adalah Anak Sekolah Dasar (SD), Anak Sekolah Menengah Pertama
(SMP), Anak Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Anak usia 6 (enam) sampai
dengan 21 (dua puluh satu) tahun yang belum menyelesaikan wajib belajar 12 (dua
belas) tahun. Untuk Kriteria komponen kesejahteraan sosial adalah lanjut usia mulai
disabilitas berat.
Pendampingan PKH
PKH
protokol kesehatan bagi ibu hamil/ menyusui dan anak berusia 0 (nol) sampai
(delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif bagi anak usia sekolah
bagi keluarga yang memiliki komponen lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh)
Kerangka Berpikir
Tabel 1.1 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Miskin Setelah Program Keluarga
Harapan
Kemiskinan
Kebijakan Pengentasan
Pendidikan Jumlah
Tempat
Tanggunga Tinggal
n
BAB III
METODE PENELITIAN
Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe, Kecamatan Langsa Kota, Kota
Langsa. Kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dari hasil penulisan skripsi
No Kegiatan Bulan
Juli Agustus Sept Oktob Novemb
er er
1 Persiapan proposal skripsi
2 Persiapan kuesionerpenelitian
3 Izin penelitian
4
Pengumpulan data
5 Analisis data
32
Penelitian ini dilakukan di dua lokasi yaitu Gampong Teungoh dan Gampong
Alue Beurawe.
A. Gampong Teungoh
Kota Langsa yang bersebelahan dengan Kecamatan Langsa Timur dan Kecamatan
Langsa Lama. Pada sebelah utara Gampong Peukan Langsa, Gp Blang dan Gp Alue
Sidodadi, sebelah Timur berbatasan dengan Gp Baroh Langsa dan Gp Baro, dan
sebelah barat berbatasan dengan Gp Jawa dan Sidorejo. Luas wilayah Gp Teungoh
110 ha terdiri dari area pemukiman 86,6 Ha, area pertanian 17 Ha dan lain lain 4 Ha.
Timbangan, Dusun Permai, Dusun Keupula, Dusun Petua Thaib, Dusun Balee
Teungoh adalah petani dan pedagang, selebihnya bekerja pada bidang lainnya seperti
Provinsi Aceh. Pada sebelah utara berbatasan dengan Gampong Sungai Pauh Firdaus
dan Sungai Pauh Tanjung, sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Baroh
Langsa Lama, Baro, Teugoh dan Blang. sebelah Timur berbatasan dengan Gampong
Kapa dan Gampong Baroh Langsa Lama, dan sebelah barat berbatasan dengan
Tanah Sekolah : ± 2 Ha
Tanah Mesjid/Mussala : ± 1 Ha
Tanah Perkebun : ± 15 Ha
Tanah Persawahan : ± 18 Ha
Sungai : ± 2 Ha
Lain-lain : ± 5,2 Ha
34
Secara umum keadaan topografi Gp Alue Beurawe adalah daerah tropis. Jumlah
penduduk di Gp Alue Beurawe pada tahun 2019 mencapai 4064 jiwa. Gampong Alue
Beurawe memiliki 5 Dusun yaitu Dusun Bata, Dusun Mesjid , Dusun Blang, Dusun
Teupin Bugeng, dan Dusun Matang Kumbang. Gampong Alue Beurawe merupakan
Desa Pesisir, maka sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani
tambak dan nelayan . selebihnya bekerja pada bidang lainnya seperti PNS, dan
daerah penelitian tersebut. Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe salah
setempat. Alasan tersebut sehingga Gampong ini dipilih menjadi tempat penelitian.
35
Gambar 3.1 Pe
36
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis, digunakan untuk meneliti pada
analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang
terhadap objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul” (Sugiyono, 2017).
“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
ini yang menjadi variabel bebasnya adalah Program Keluarga Harapan (PKH),
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di
diambil oleh peneliti adalah keluarga penerima bantuan PKH di Gampong Teungoh
dengan jumlah 112 Kepala Keluarga dan di Gampong Alue Beurawe 107 KK.
37
3.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
yang digunakan untuk penelitian. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling
adalah suatu cara mengambil sampel yang representatif (mewakili) dari populasi.
“Pengambilan sampel ini harus dilakukan secara sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar – benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan keadaan
populasi yang sebenarnya. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sampel yang diambil oleh peneliti
mengacu pada rumus Yamane dan Isaac and Michael. dengan tingkat kesalahannya
sebesar 1%, 5% dan 10%, karena makin besar taraf kesalahan akan semakin kecil
N
n=
1+ N ( e ) ²
Keterangan:
N : Jumlah Populasi
Perhitungannya :
diperoleh ukuran sampel sebesar 53 Kepala Keluarga pada sampel penelitian dan di
Gampong Alue Beurawe dari jumlah populasi 107 diperoleh ukuran sampel sebesar
52 Kepala Keluarga.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu,
dengan mempelajari dan menelaah buku-buku, majalah, surat kabar, karya ilmiah,
artikel, buletin dan lain-lain yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini. Untuk
data yang diperlukan peneliti, seperti profil Gampong Teungoh dan profil Gampong
Alue Beurawe.
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung, terhadap
gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang dilakukan yaitu
39
a. Observasi
Observasi adalah teknik untuk mengamati secara langsung atau tidak langsung
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi merupakan salah satu teknik
yang sangat sederhana dan tidak memerlukan keahlian yang luar biasa. Peneliti akan
masyarakat setelah PKH dengan menggunakan metode observasi berperan serta atau
berperan serta dalam kehidupan orang-orang yang diteliti dan memandang realitas
kehidupan mereka dalam lingkungan yang biasa, rutin, dan alamiah. Metode ini
b. Kuesioner
(Sugiyono, 2017). Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila jumlah responden
cukup besar dan tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan
atau pernyataan tertutup atau terbuka. Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini
adalah kuesioner tertutup. Pemberian nilai pada masing- masing jawaban responden
berdasarkan jawaban yang ada pada kuesionber yang telah diisi oleh responden sesuai
Pada penelitian ini peneliti tidak menggunakan uji instrumen untuk menguji
variabel penelitian yang sudah sesuai dengan teorinya. Hal ini dijelaskan oleh
pendapat Sugiyono, 2014 yang menyatakan bila teorinya sudah benar maka hasil
pengukuran dengan instrument tersebut itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid.
c. Dokumentasi
Dokumentasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah ada seperti
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis data statistik deskriptif. Statistik deskritpif adalah statistik yang digunakan
Pada penelitian kuantitatif, data yang diperoleh berupa hasil dari penyebaran
Scale adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena lainnya, seperti skala untuk mengukur status
41
lain.
untuk menuangkan skor yang berupa angka kedalam bentuk kata kedalam kalimat
karena penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, maka hasil penelitian harus
angket. Dalam angket penelitian ini terdapat 50 item daftar pertanyaan yang
terdiri dari 30 jenis pertanyaan dan 20 soal pernyataan dengan jawaban tertutup.
Untuk menghitung sebaran persentase dan frekuensi tersebut, dapat digunakan rumus:
f
P= x 100 %
N
Keterangan:
Interval = NT-NR
K
Keterangan :
NT = Nilai tertinggi
NR= Nilai terendah
I = Interval
K=Kriteria Variabel
Dimana : Nilai tertinggi pada angket ini adalah 4 x 20 = 80
Nilaii terendah pada angket ini adalah 1 x 20 = 20
Banyak kategorinya berjumlah 4
Jadi Interval dalam angket ini adalah :
Interval = 80 - 20
4
= 15
Berdasarkan rumus tersebut, perolehan interva pada penelitian ini terbagi atas
Interval Kategori
66-80 Sangat Bagus
51-65 Bagus
36-50 Tidak Bagus
20-35 Sangat Tidak Bagus
Sumber :Dalam peneliti (2020)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
deskripstif, dimana data diperoleh dari hasil penelitian melalui observasi, wawancara
langsung yang berdasarkan data dan informasi yang diperoleh di lapangan dengan
tetap berpedoman pada tujuan penelitian. Data tersebut akan ditata dan
jawaban responden.
Pada bagian ini penulis mencoba menganalisis data-data yang telah diperoleh
dilapangan, terutama yang diperoleh dari hasil kuisioner yang diajukan kepada para
didampingin oleh peneliti saat mengisi kuisioner supaya tidak terjadi kesalahan saat
pengisian kuisioner. Pengambilan data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan cara
dokumentasi seperti profil desa, dan penyebaran angket untuk melengkapi data dari
oleh Pendamping PKH dari Dinas Sosial di Gampong Teungoh dan Gampong Alue
44
penerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) di kedua gampong tersebut dan
Pada penjelasan hasil penelitian ini, peneliti akan menampilkan hasil pengolahan
data dalam bentuk tabel dan grafik yang bersumber dari kuisioner yang sudah di isi
responden lalu diolah datanya oleh peneliti, sehingga dapat memudahkan saat
jumlah tanggungan, jenis tempat tinggal dan kepemilikan. Lebih jelasnya dari
berbagai karakteristik responden tersebut akan disajikan dalam beberapa tabel dan
1. Pendidikan
pandangan dan sikap yang diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan dan
tamat SD, tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Jumlah
No Pendidikan Terakhir
Frekuensi Persentase %
1 Tamat SD 12 23 %
2 Tamat SMP 23 43 %
3 Tamat SMA 15 28 %
4 Tidak tamat SD 3 6%
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
Diagram 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
SMA SMP SD Tidak tamat SD
6%
23% 28%
43%
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)
46
2. Pekerjaan Responden
Jumlah
No Pekerjaan
Frekuensi Persentase %
1 Tukang Sate 3 6%
2 Tukang Parkir 13 25 %
3 Pedagang 5 9%
4 Buruh cuci 10 19 %
5 IRT 22 41 %
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
Diagram 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan
Tukang Sate
6%
Tukang
IRT parkir
42% 25%
Buruh cuci
19%
pedagang
8%
3. Pendapatan
Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 Rp.3000.0000 3 6%
2 Rp.1000.000,- s/d Rp.2.500.000 23 43 %
3 < Rp.1000.0000 27 51 %
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
Diagram 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan
51% 43%
4. Jumlah Tanggungan
Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 1-2 anak 12 23 %
2 3-4 anak 28 53 %
3 > 4 anak 13 24 %
Jumlah 5 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
48
Diagram 4.4
Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan
53%
Jumlah
No Jenis Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Permanen 3 6%
2 Semi permanen 28 53 %
3 Tidak Permanen 22 41 %
Jumlah 53 100 %
Diagram 4.5
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Tempat Tinggal
6%
42%
53%
Jumlah
No Status Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Milik sendiri 38 72 %
2 Kontrak 3 6%
3 Rumah Milik Orangtua 12 22 %
Jumlah 53 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
50
Diagram 4.6
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah
Kepemilikan rumah
Milik sendiri Kontrak
Rumah Milik Orang tua
23%
6%
72%
Salah satu program khusus yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka percepatan
dilaksanakan sejak tahun 2007. PKH sebagai upaya membangun sistem perlindungan
kemiskinan. PKH ini diperuntukkan bagi warga miskin yang masuk kedalam kategori
mengikuti segala syarat dan ketentuan ketika menerima PKH tersebut. Dalam hal ini
responden hasil sampling penelitian ini. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :
Diagram 4.7
Tanggapan Masyarakat Setelah adanya PKH di Gampong Teungoh
35
30
25
20
15
10
5
0
Sangat bagus Bagus Tidak Bagus Sangat Tidak
Bagus
Pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan masyarakat penerima PKH di
presentase dan nilai yang sangat bagus. Presentase responden yang menyatakan
sangat bagus berada di angka 19 dengan presentase 36%. Kemudian responden yang
nilai responden tinggi dalam tanggapan mengenai PKH. Adapun dari 53 responden
yang diminta untuk memberi tanggapan, tidak ada yang menyatakan bahwa
penerapan PKH tidak bagus dan sangat tidak bagus, nilai tersebut dapat dibuktikan
Teungoh memberikan respon yang sangat positif dengan adanya PKH tersebut.
yang mereka dapatkan dan mereka sangat terbantu dengan adanya PKH tersebut
guna mencukupi tambahan kebutuhan hidup mereka. Hal ini karena PKH ini
memberikan berbagai fasilitas sosial bagi para penerimanya, seperti bantuan uang
bantuan wirausaha bagi mereka yang menginginkan membuka usaha mereka sendiri.
54
berbagai karakteristik responden tersebut akan disajikan dalam beberapa tabel dan
1. Pendidikan
kepribadian, baik secara formal, non formal maupun informal. Dengan Pendidikan
Jumlah
No Pendidikan Terakhir
Frekuensi Persentase %
1 Tamat SD 26 50 %
2 Tamat SMP 14 27 %
3 Tamat SMA 10 19 %
4 Tidak tamat SD 2 4%
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
30
25
20
15
10
0
SMA SMP SD Tidak tamat SD
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2020)
2. Pekerjaan Responden
akibat. Pekerjaan responden di Gampong Alue Beurawe dalam penelitian ini dapat
Jumlah
No Pekerjaan
Frekuensi Persentase %
1 Buruh Tani 3 6%
2 Pedagang 3 6%
3 Buruh cuci 16 31 %
4 IRT 21 40 %
5 Lainnya 9 17 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
Jenis Pekerjaan
25
20
15
10
0
Buruh Tani Pedagang Buruh cuci IRT Lainnya
3. Pendapatan
Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 Rp.3000.0000 2 4%
2 Rp.1000.000,- s/d Rp.2.500.000 21 40 %
3 < Rp.1000.0000 29 56 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
Rp.3000.000
Rp. 1000.000,- s/d
45% Rp.2.500.000
< Rp.1000.000
52%
4. Jumlah Tanggungan
Jumlah
No Pendapatan
Frekuensi Persentase %
1 1-2 anak 11 21 %
2 3-4 anak 33 64 %
3 > 4 anak 8 15 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
58
Diagram 4.11
Karakteristik Responden Berdasarkan Tanggungan
15% 21%
1-2 anak
3-4 anak
>4 anak
64%
Jumlah
No Jenis Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Permanen 13 25 %
2 Semi permanen 21 40 %
3 Tidak Permanen 18 35 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
Diagram 4.12
59
40%
Jumlah
No Status Rumah
Frekuensi Persentase %
1 Milik sendiri 35 67 %
2 Kontrak 10 19 %
3 Rumah Milik Orangtua 7 14 %
Jumlah 52 100 %
Sumber: Dalam peneliti (2020)
60
Diagram 4.13
Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Rumah
Kepemilikan rumah
13%
Milik sendiri
Kontrak
19% Rumah milik orangtua
67%
memberikan bantuan uang tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM), jika
mereka memenuhi persyaratan RTSM yang ditetapkan. Tujuan utama PKH adalah
manusia pada kelompok masyarakat yang sangat miskin. Dalam jangka pendek,
anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksa kandungan bagi ibu hamil, dan
perbaikan gizi, diharapkan akan memutus rantai kemiskinan antar generasi. Sasaran
penerima PKH adalah RTSM yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak
usia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan
PKH adalah ibu atau wanita yang mengurus anak pada rumah tangga.
Dalam hal ini terdapat tanggapan masyarakat yang menerima manfaat dari
Diagram 4.14
Tanggapan Masyarakat Setelah adanya PKH di Gampong Alue Beurawe
35
30
25
20
15
10
5
0
Sangat bagus Bagus Tidak Bagus Sangat Tidak
Bagus
Pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa tanggapan masyarakat Gampong Alue
presentase dan nilai yang sangat bagus. Presentase responden yang menyatakan
sangat bagus berada di angka 35 dengan presentase 67%. Kemudian responden yang
responden tinggi dalam tanggapan mengenai PKH. Adapun dari 52 responden yang
diminta untuk memberi tanggapan, tidak ada yang menyatakan bahwa penerapan
PKH tidak bagus dan sangat tidak bagus, nilai tersebut dapat dibuktikan dengan nilai
dengan penerapan PKH tersebut, dengan adanya PKH ini maka dapat disimpulkan
bahwa PKH sudah tepat guna karena KPM menggunakan dananya sesuai dengan
arahan dari pendamping PKH dan sesuai dengan harapan pemerintah agar dana
Menurut masyarakat Gampong Alue Beurawe dengan adanya PKH ini juga kondisi
masyarakat sebelum dan sesudah menerima PKH cukup memiliki perubahan yang
4.2 Pembahasan
4.2.1 Pembahasan Sosial Ekonomi Responden di Gampong Teungoh
pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan dan kepemilikan aset rumah tangga yang
Kecamatan Langsa Kota yang berkaitan dengan simbol status ekonomi mereka.
1. Pendidikan
berpengaruh kepada pendapatan yang diterima saat memasuki dunia kerja, selain itu
kualitas sumber daya manusia dalam hal pola pikir. Dengan pendidikan yang rendah
tidak mampu untuk merubah pola pikir seseorang untuk berorientasi kedepan.
persentase 43%. Menurut UU No.20 Tahun 2003 pendidikan rendah yaitu pendidikan
Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta
65
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk
alasan. Salah satunya alasan yang ditemukan di lapangan adalah karena faktor
tingkat pendidikan yang rendah juga. Menurut Sumardi dalam Endang, 2015)
oleh pendidikan yang dimilikinya. Dengan pendidikan yang tinggi mereka akan dapat
memperoleh kesempatan yang lebih luas untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih
baik disertai pendapatan yang lebih besar. Sedangkan bagi penduduk yang
Menurut Schultz, 2004 (dalam Suahasil Nazara & Sri Kusmatuti Rahayu) dengan
adanya bantuan PKH ini terkhusus di bidang pendidikan, masyarakat penerima PKH
tidak terkendala lagi dalam biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya dan juga bisa
dengan anak-anak yang tidak tergolong miskin, artinya sudah ada kesetaraan
pendidikan sehingga status pendidikan anak-anaknya dapat menjadi lebih tinggi dari
penerima manfaat.
66
2. Pekerjaan
yang ditekuni setiap orang itu berbeda-beda, perbedaan itu akan menyebabkan tingkat
penghasilan atau kekayaan masing – masing orang dari tingkat penghasilan yang
rendah sampai tingkat penghasilan yang tinggi tergantung pekerjaan yang ditekuni
Langsa Kota. Hal tersebut dikarenakan tidak ada mata pencaharian tetap untuk
menopang kehidupan mereka. Pada penelitian ini dari 53 responden dilihat dari
pekerjaan yang menunjukan status sosial ekonomi rendah hal ini disebabkan rata-rata
pekerjaan utamanya adalah tukang parkir, buruh dan pekerjaan lain dengan
bulannya. Sesuai dengan yang di jelaskan Lilik (2007) pekerjaan yang menunjukkan
status sosial ekonomi rendah adalah tukang bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir
angkutan, dan pekerjaan lain yang tidak tentu dalam mendapatkam penghasilan tiap
bulannya.
Selain itu potensi Gampong Teungoh bertumpu dari hasil perdagangan dan
Teungoh untuk lahan basah (sawah) masih monoton, kurang potensinya pada
unggulan padi dan palawija seperti jagung, kedelai,sayur mayur dan lain sebagainya
67
hal ini diakibatkan adanya struktur tanah yang mungkin belum tepat untuk produk
unggulan pertanian diluar sentra padi dan persoalan mendasar lainnya adalah sistem
pengairan yang kurang baik sehingga berdampak adanya kekurangan air jika pada
3. Pendapatan
Pendapatan adalah jumlah semua hasil suatu pekerjaan yang diterima oleh
kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya yang diwujudkan dalam bentuk
uang atau barang. Penghasilan tersebut biasanya dialokasikan untuk kebutuhan rumah
PKH masih rendah. Berdasarkan dari pendapatan keluarga, Badan Pusat Statistik
masyarakat yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi
tingkat hidup yang minimal seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal yang
PKH ini memang ditujukan kepada keluarga sangat miskin yang memiliki
pendapatan yang rendah sehingga PKH ini ditujukan tepat sasaran bagi penerimanya
mereka setiap hari. Menurut Coady dan Harris,2001 (dalam Suahasil Nazara & Sri
Kusumastuti Rahayu) menyatakan bahwa dengan adanya PKH ini dapat membantu
dan meningkatkan perekonomian keluarga penerima manfaat. Hal ini dilihat dari
signifikan mengingat beban biaya yang harus dikeluarkan responden sebagian besar
PKH yang diterima selama ini. Ini dijelaskan oleh pengeluaran rumah tangga lebih
pemasukan dengan pengeluaran rumah tangga. Dengan adanya bantuan yang diterima
KPM dapat mengurangi beban pengeluaran rumah tangga. Dengan berbagai program
komplementer diharapkan KPM segera hidup sejahtera dan dapat terentas dari
kemiskinan.
4. Jumlah Tanggungan
atau masih dianggap berhubungan keluarga serta hidupnya pun ditanggung. Jumlah
tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah anak yang dimiliki oleh sang
Gampong Teungoh memiliki jumlah tanggungan yang kecil dilihat dari jumlah
Jumlah tanggungan kecil adalah apabila jumlah tanggungan <5 orang. Kondisi ini
mengharuskan setiap kepala keluarga bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.
perekonomian orangtua. Apalagi bila dari anak yang dimiliki masih bersekolah dan
69
belum memiliki pendapatan sendiri, hal tersebut tentu akan memberatkan orang tua
keluarga juga dapat mengindikasikan besarnya potensi tenaga kerja keluarga yang
tersedia yang dapat membantu kepala keluarga dalam usaha memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Menurut Mapandin (2006), jumlah tanggungan dalam suatu rumah
tangga akan mempengaruhi besar konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah
tangga tersebut karena terkait dengan kebutuhannya yang semakin banyak atau
kurang.
tangga yang banyak, mempunyai kesempatan lebih besar untuk termasuk ke dalam
PKH dibandingkan dengan rumah tangga miskin dengan jumlah anggota rumah
tangga yang lebih sedikit. Jumlah anggota rumah tangga yang besar menyebabkan
semakin besar juga konsumsi rumah tangga, jika tidak diiringi dengan tambahan
penghasilan maka akan bisa menyebabkan tidak terpenuhi kebutuhan lainnnya dari
rumah tangga menjadi miskin sehingga kualitas hidup menurun (Mendra &
Amar,2016)
PKH kondisi rumah mereka menjadi lebih rapi dan layak untuk digunakan sebagai
tempat tinggal. Masyarakat miskin penerima PKH kondisi sosial ekonominya masih
70
digolongan menengah kebawah. Ini diperjelas oleh Kaare Svalastoga (dalam Rianda
Fernantos, 2014) untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya,
dapat dilihar dari: (1) Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas,
menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain. (2) Kondisi fisik bangunan,
dapat berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya
tidak. (3) Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada
berstatus milik sendiri namun sebagian kecil masih ada yang menyewa dan tinggal di
rumah milik orangtuanya. Rumah mereka rata-rata luasnya kurang dari 50m2,
Atapnya terdiri dari atap seng, lantainya dari semen dan sebagian masih ada lantai
tanah, dinding rumah ada bata sepotong bagian bawah, dan sepotong bagian atas
menggunakan dinding atau papan yang disusun, penerangannya adalah lampu pakai
listrik dan air sebagai sumber kehidupan, mempergunakan air dari PAM/ Sumur
untuk mencuci dan mandi sedangkan untuk air minum dan memasak mereka
membeli air dalam kemesan. Dapat disimpulkan, bahwa kondisi fisik rumah yang
mereka tempati masih sangat sederhana dan jauh dari kemewahan atau permanen.
Keadaan tempat tinggal adalah suatu keperluan yang penting selain kebutuhan
makan dan pakaian. Rumah adalah satu struktural fisikal yang memberikan ruang
sebagai tempat tinggal yang layak huni, sara pembinaan keluarga cerminan harkat
dan martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya. Kondisi rumah yang dimaksud
dalam indikator BKKBN adalah keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang
baik. Yakni layak ditempati, baik dari segi perlindungan maupun segi kesehatan.
pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan dan kepemilikan aset rumah tangga yang
Kecamatan Langsa Kota yang berkaitan dengan simbol status ekonomi mereka.
1. Pendidikan
mengukur kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM yang baik sangat
Gampong Alue Beurawe tergolong masih rendah, hal ini dilihat dari rata-rata
menjadi sulit. Seperti yang dikemukakan oleh UU No.Tahun 2003 bahwa pendidikan
dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah
(dalam Pande Putu Erwin Adiana dkk, 2015) menyatakan bahwa semakin tinggi
yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, dalam
jenjang yang lebih tinggi lagi dan diharapkan anak-anaknya dapat merubah situasi
pendidikan merupakan Salah satu kunci utama untuk kemajuan suatu Negara. Cepat
tingginya kualitas penduduk di Negara tersebut. Tidak dapat dihindari bahwa salah
73
satu fungsi dan pendidikan adalah menyiapkan seseorang sehingga memiliki bekal
dasar untuk bekerja. Pembekalan dasar ini berupa bentuk sikap, pengetahuan dan
keterampilan kerja. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh
satu orang dan sebagai imbalan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat
ringannya pekerjaan tersebut (KBJI, 2002).. Pada penelitian ini dari 52 responden
dilihat dari pekerjaan utama masyarakat miskin penerima program PKH masih
digolongkan pekerjaan yang menunjukan status sosial ekonomi rendah hal ini
disebabkan rata-rata pekerjaan utamanya adalah buruh cuci, pedagang dan pekerjaan
lain yang tidak tentu dalam mendapatkan penghasilan tiap bulannya. Sesuai dengan
rendah adalah tukang bangunan, tani kecil, buruh tani, sopir angkutan, dan pekerjaan
lain yang tidak tentu dalam mendapatkam penghasilan tiap bulannya. Jenis pekerjaan
walaupun mereka menerima bantuan tersebut mereka tetap bekerja sesuai dengan
profesi mereka karena mereka berpikir tidak mungkin hanya mengharapkan bantuan
dari pemerintah saja, selagi mereka masih bisa bekerja maka mereka akan tetap
Kebutuhan pokok dibagi menjadi 3 yaitu sandang, pangan dan papan. Untuk
74
yang tepat atau sesuai dengan keinginanya maka orang itu fokus dengan pekerjaannya
3. Pendapatan
yang diterima seluruh rumah tangga dalam perekonomian dari pembayaran atas
Gampong Alue Beurawe masih tergolong rendah ini dilihat dari tingkat pendapatan
yang menerima pendapatan lebih rendah dari keperluan untuk memenuhi tingkat
hidup yang minimal seperti sandang, pangan, dan tempat tinggal yang berpenghasilan
Suahasil Nazara & Sri Kusumastuti Rahayu) menjelaskan bahwa dengan adanya PKH
ini dapat meningkatkan perekonomian mereka. Jumlah tersebut berupa uang setelah
75
bertambah. Namun tidak dipungkiri meskipun telah menerima bantuan PKH terdapat
keluarga yang tidak bekerja namun masih mempunyai penghasilan dari bantuan sosial
PKH yang diberikan untuk kebutuhan sekolah anak. Para penerima bantuan merasa
untuk kebutuhan setiap hari ada pengeluaran lainnya seperti pengeluaran untuk
kebutuhan anak-anaknya. Disisi lain ternyata PKH ini tidak hanya memberikan
bantuan berupa uang, mereka juga mendapatkan pelatihan yang dapat dimanfaatkan
untuk dijadikan sebagai mata pencaharian ketika mereka tidak menjadi KPM.
4. Jumlah Tanggungan
penelitian ini diketahui sebagian besar masyarakat miskin di Gampong Alue Beurawe
memiliki tanggungan yang kecil dimana rata-rata jumlah tanggungan nya 3-4 anak
dengan persentase 64%. Hal ini dijelaskan oleh Ahmadi (dalam Nurlaila Hanum,
2018) bahwa tanggungan kecil apabila jumlah tanggungan <5orang. Hubungan PKH
76
dengan jumlah tanggungan ini sangat berpengaruh dimana semakin banyak jumlah
tanggungan penerima PKH maka bantuan PKH juga akan lebih memprioritaskan
yang memiliki jumlah tanggungan yang banyak. Didalam rumah tangga mempunyai
jumlah anggota merupakan suatu beban ekonomi yang mempunyai beban sosial yang
harus dipikul dipundaknya oleh kepala rumah tangga sebagai tulang punggung untuk
mencari nafkah guna untuk memenuhi kebutuhan hidup. Menurut Lestari (2016),
jumlah tanggungan anggota keluarga dalam suatu kehidupan rumah tangga dapat
mempengaruhi tingkat konsumsi yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga yang
Jumlah yang ditanggung oleh kepala keluarga di Gampong Alue Beurawe sangat
semua orang yang ditanggung dalam keluarga itu misalnya, cucu,menantu, dan lain-
lain.
Secara umum rumah dapat diartikan sebagai tempat untuk berlindung atau
bernaung dari pengaruh keadaan alam semesta (hujan, matahari, dan badai). Serta
memiliki tempat tinggal yang sudah layak untuk ditempati dan masyarakat miskin
penerima PKH kondisi sosial ekonominya masih digolongan menengah kebawah. Ini
diperjelas oleh Kaare Svalastoga dalam (dalam Rianda Fernantos, 2014) untuk
mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihar dari: (1)
Status rumah yang ditempati, bisa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa,
menumpang pada saudara atau ikut orang lain. (2) Kondisi fisik bangunan, dapat
berupa permanen, kayu dan bambu. Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi,
sosial ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi permanen atau tidak. (3)
Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada umumnya
Status rumah yang ditempati KPM di Gampong Alue Beurawe rata-rata sudah
berstatus milik sendiri namun sebagian kecil masih ada yang menyewa dan tinggal di
rumah milik orangtuanya. Rumah mereka rata-rata luasnya kurang dari 50m2,
Atapnya terdiri dari atap seng, lantainya dari semen dan sebagian masih ada lantai
tanah, dinding rumah ada bata sepotong bagian bawah, dan sepotong bagian atas
menggunakan dinding atau papan yang disusun, penerangannya adalah lampu pakai
listrik dan air sebagai sumber kehidupan, mempergunakan air dari PAM/ Sumur
untuk mencuci dan mandi sedangkan untuk air minum dan memasak mereka
membeli air dalam kemesan. Dapat disimpulkan, bahwa kondisi fisik rumah yang
mereka tempati masih sangat sederhana dan jauh dari kemewahan atau permanen.
78
4.3 Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Miskin Setelah adanya Program Keluarga
Harapan di Gampong Teungoh dan Gampong Alue Beurawe
Program Keluarga Harapan yang selanjutnya disingkat PKH adalah program
pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga dan atau seseorang miskin dan
rentan yang terdaftar dalam data terpadu program penanganan fakir miskin. PKH juga
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin yang telah ditetapkan sebagai peserta PKH dan
Nomor 1 Tahun 2018 tentang Program Keluarga Harapan bahwa yang mendapatkan
sasaran PKH merupakan keluarga dan atau seseorang yang miskin dan rentan serta
terdaftar dalam data terpadu program penanagan fakir miskin, merupakan komponen
Dalam hal ini PKH merupakan perlindungan sosial yang dapat meringankan
dan membantu keluarga miskin dalam hal mendapatkan akses dan kualitas pelayanan
pendidikan dan kesehatan bagi keluarga peserta PKH dengan harapan program ini
akan dapat mengurangi kemiskinan. Sesuai dengan hasil sebaran angket yang
dilakukan peneliti respon masyarakat mengenai PKH ini sangat berdampak positif
yaitu dampak yang ditimbulkan oleh PKH untuk Keluarga Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) yaitu yang pertama meringankan beban pengeluaran RTSM dan
dapat membantu keluarga untuk membiayai anak sekolah di tingkat SD, SMP, SMA.
balita dan kesejahteraan sosial untuk memastikan pemberian asupan gizi untuk lansia
dan disabilitas.
Jadi dari hasil sebaran angket dan observasi yang dilakukan peneliti di
Gampong Teungoh dapat dikatakan bahwa pemberian bantuan PKH kepada RTSM
ini sangat membantu dalam hal biaya pendidikan dan kesehatan, karena salah satu
faktor yang paling utama bagi RTSM tidak menyekolahkan anaknya adalah karena
bantuan PKH ini bisa mengurangi beban RTSM untuk melanjutkan pendidikan anak-
kondisi sosial peserta PKH yang saat ini mengalami perubahan dibidang pendidikan
dan kesehatan yang lebih layak. Mengingat bahwa pendidikan dan kesehatan
merupakan aspek yang penting bagi kehidupan yang harus terpenuhi secara optimal.
Pendidikan merupakan senjata bangsa untuk bisa bersaing di era globalisasi yang
Hal inilah yang menjadi alasan oleh Kementerian Sosial untuk menyoroti dunia
bergantung pada penghasilannya dari bertani dan buruh. Penghasilan dari kedua mata
Hanya saja masih kurang memenuhi kebutuhan seperti perumahan yang layak huni
atau pun sanitasi yang baik. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa keluarga sangat
Meskipun mereka dalam status memiliki mata pencaharian karena pendapatan yang
Manfaat dari aspek ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat penerima PKH di
Gampong Alue Beurawe dalam jangka panjang dapat memotong rantai kemiskinan
bagi masyarakat yang tergolong miskin. Oleh karena itu, PKH akan memberikan
dukungan yang sangat signifikan bagi peserta penerima PKH agar tidak
menghasilkan generasi penerus yang kekurangan gizi dan juga tidak berpendidikan.
Karena dalam hal ini PKH sangat membantu mereka dalam aspek ekonomi, seperti
halnya meringankan beban keluarga penerima PKH dalam biaya sekolah, periksa
kesehatan bagi ibu hamil, balita ataupun anak-anak yang masih di usia sekolah.
Apalagi didalam PKH tidak hanya mendapatkan bantuan tunai tetapi juga
meringankan beban hidup mereka meskipun tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi
oleh PKH karena PKH hanya diberikan kepada mereka ibu hamil dan anak balita
untuk memenuhi kebutuhan gizi mereka serta memberikan kesehatan terhadap lansia
juga. Kemudian pada anak sekolah untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka.
Namun adanya bantuan tersebut dapat meringankan beban mereka, karena mereka
tidak perlu lagi menyisihkan pendapatan mereka untuk anak sekolah mereka sehingga
makanan mereka sehari-hari, pakaian dan bahkan untuk memenuhi kepeluan tempat
tinggal mereka. Adanya PKH ini sekiranya dapat membantu biaya pendidikan dan
pemenuhan kebutuhan sekolah serta dapat memberikan pemenuhan gizi bagi keluarga
dan dana sisanya digunakan untuk tambahan modal usaha sehingga penghasilan dapat
pengentasan kemiskinan PKH ini di Gampong Alue Beurawe terhadap kondisi sosial
ekonomi masyarakat miskin penerima bantuan, yang mana perubahan kondisi sosial
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil angket dan wawancara yang dilakukan di lapangan bahwa
Teungoh dan Gampong Alue Beurawe dilihat dari ketepatan sasaran, pemahaman
tujuan program, adanya sosialisasi serta pemantauan program sudah berjalan dengan
perubahan kondisi sosial ekonomi yang dirasakan oleh KPM adalah sebagai berikut:
yang dan juga edukasi untuk keperluan pendidikan. Hal tersebut tentu
PKH yang memiliki anak usia sekolah agar bisa mengakses layanan
pendidikan.
Alue Beurawe ini telah memberikan banyak perubahan kepada KPM. Namun masih
83
terdapat KPM yang merasa keberatan jika sewaktu-waktu PKH diberhentikan dari
permerintah. Hal ini menunjukkan bahwa masih adanya rasa ketergantungan KPM
5.2 Saran
Setelah adanya kesimpulan dari penelitian ini, penulis menyampaikan beberapa
saran dengan harapan dapat bermanfaat bagi pihak terkait. Adapun saran-saran
2002. Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indoneesia (KBJI) 2002. Badan Pusat
Statistik
Astrawan, Wayan Gede. 2014. Jurnal Penelitian Analisis Sosial Ekonomi
Penambang Galian C di Desa Sebudi Kecamatan Selat Kabupaten Sarang Asem
Badan Pusat Statistik, 2020. Kota Langsa Dalam Angka 2020.
BPS/ Badan Pusat Statistik dan Depsos/ Departemen Sosial. 2002. Indikator
Kesejahteraan Rakyat 2015, Jakarta:BPS
Cahyono, Budi. 2000. Analisis Hubungan Berbagai Dimensi Kualitas dengan
Kinerja Perusahaan pada industri Manufaktur. Jurnal Bisnis Strategi.
Christoper Rio, dkk. 2017. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja
wanita sebagai ibu rumah tangga. Jurnal. Fakultas Ekonomi Universitas
Sriwijaya
Depdiknas, 2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003. tentang sistem pendidikan
nasional
Dinas Sosial Kota Langsa. 2020. Jumlah Penerima Bantuan PKH di Kota Langsa
Direktorat Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial
Kementerian Sosial RI. 2019. Pedoman Umum Pelaksanaan Program Keluarga
Harapan. Jakarta.
Djumiarti, Titik 2005. Strategi Pengentasan Kemiskinan : Potret Keberhasilan
Pembangunan
Fernantos, Rianda. 2014. Hubungan Status Sosial Ekonomi Orangtua Siswa Dengan
Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif siswa kelas X teknik Kendaraan Ringan
SMK Negeri 1 Padang. Jurnal.Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang
Ginting, Ferry Perbira. Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Pemulung di Desa
Sampecita Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019
Medan: Universitas Sumatera Utara (repository.usu.ac.id)
85
Nuraini, dkk. Pengaruh Status Sosial Ekonomi Terhadap Partisipasi Orang Tua
dalam Penyelenggaraan PAUD di Desa Teluk Pinang Kecamatan Gaung Anak
Serka Kabupaten Indragiri Hilir. Jurnal. Universitas Riau
Oktama, Reddy Zaki. 2013. Pengaruh Kondisi Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat
Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan
Pemalang Kabupaten Pemalang. Skrispi.Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang
Pangi Joris, dkk. 2020. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani di Desa Maliku Satu
Kecamatan Amurang Timur, Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal . Universitas
Sam Ratulangi
Poniman. 2015. Sosial Ekonomi Keluarga dan Hubungannya dengan Prestasi
Belajar Anak di SMK Telkom Sandhy Putra Medan. Medan: Universitas Sumatera
Utara (repository.usu.ac.id)
Putranto, Agung Tri. 2019. Pengantar Ilmu Ekonomi. UNPAM Pres
Safri, Hendra. 2018. Pengantar Ilmu Ekonomi, Kampus IAIN Palopo
Simanullang, Tiop Nauli. 2020. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan di
Desa Aeknauli I Kecamatan Pollung. Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun
2020. Medan: Universitas Sumatera Utara (repository.usu.ac.id)
Soekanto, Soerjono. (2005). Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo
Persada
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta, CV.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.
Waluya,B. 2007. Sosiologi, Bandung: PT.Setia Purna Inves
87
LAMPIRAN
88
Lampiran 1 Dokumentasi
DOKUMENTASI
Gambar 6. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
91
Gambar 7. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
Gambar 8. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
92
Gambar 9. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
Gambar 10. Foto mengisi angket dengan penerima PKH di Gampong Alue Beurawe
93
Lampiran 2 SK Pembimbing
96
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian dari Dinas Perpustakaan Daerah Kota Langsa
102