Anda di halaman 1dari 32

i

ii
RINGKASAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat “Pencegahan Stunting dengan
Pendekatan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar” telah dilaksanakan
pada hari Senin, 19 Juni 2023 dimana pesertanya terdiri atas Kader kesehatan,
ibu hamil dan kelompok remaja putri. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan status
kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan pengasuhan yang baik dan
tepat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegiatan dilakukan
dengan memberikan edukasi dan sosialisasi oleh narasumber. Kegiatan
pengabdian ini mendapat sambutan positif baik dari Kepala Desa Bontotangnga
kecamatan Bontoharu. Peserta sosialisasi memililiki antusiasme dalam mengikuti
sosialisasi ini..
Output dari kegiatan ini merupakan kesempatan bagi dosen dalam melaksanakan
pengabdian kepada implementasi dari Catur Dharma Perguruan Tinggi sehingga,
sehingga dosen selain memahami secara keilmuan juga dapat mengembangkan
potensi masyarakat dari sisi pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku
hidup menuju kehidupan yang lebih baik. Bagi khalayak sasaran, pelaksanaan
program ini akan sangat bermanfaat untuk masyarakat desa bontotangnga
khususnya para kader kesehatan, ibu hamil dan kelompok remaja putri. Kegiatan
ini melibatkan seluruh mahasiswa prodi Administrasi Kesehatan. Narasumber dari
sosialisasi ini, yaitu salah satu dosen prodi adminkes dan mahasiswa melakukan
dokumentasi. Selain itu, kegiatan ini dapat dijadikan pengalaman mahasiswa
untuk ke depannya melakukan penyuluhan secara mandiri dalam memenuhi tugas
perkuliahan nantinya.

Kata kunci: Stunting, Kadarzi

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berjudul “Pencegahan Stunting
dengan Pendekatan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar”. Laporan ini disusun
sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kegiatan PKM yang telah dilaksanakan
pada hari Senin, 19 Juni 2023.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan bagian dari
agenda kegiatan Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Institut Teknologi Sains dan Bisnis Muhammadiyah Selayar. Melalui PKM ini
penulis dapat melaksanakan salah satu Catur Dharma Perguruan Tinggi sekaligus
dapat bersosialisasi dengan masyarakat dan mengabdikan sesuai ilmu dan
keterampilan yang dimiliki serta budaya ilmiah ITSBM Selayar. Adapun tujuan dari
kegiatan PKM ini diharapkan dapat memberikan informasi yang relevan kepada
masyarakat dalam upaya pencegahan stunting dengan pendekatan kadarzi di
Desa Bontotangnga kecamatan bontoharu, kepulauan selayar.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan ini, diantaranya:
1. Rektor ITSBM Selayar dan Wakil Rektor, yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis dan tim untuk melakukan kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat.
2. Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Penjaminan Mutu ITSBM,
yang telah menyelenggarakan kegiatan ini dalam rangka memberikan
solusi terhadap permasalahan yang dialami masyarakat mitra kegiatan
pengabdian ini.
3. Kepala Desa Bontotangnga kecamatan bontoharu, Kabupaten Kepulauan
Selayar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dan tim untuk
melakukan PKM di Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu, Kabupaten
Kepulauan Selayar.
4. Kelompok Remaja, Ibu hamil dan kader kesehatan di Desa Bontotangnga
kecamatan bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar yang dengan
antusias mendengarkan penyuluhan yang disampaikan oleh narasumber.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan laporan ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan
untuk kesempurnaan penulisan laporan PKM ini.

iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan…………………………………………...….. ii
Ringkasan……………………………………………......…………... iii
Kata Pengantar……………………………………………………..... iv
Daftar Isi………………………………………………………...…….. v
Daftar Tabel…………………………………………………………… vi
Daftar Lampiran…………………………………..…………………... vii
BAB I Pendahuluan……………………………………….………….. 1
1.1 Analisa Situasi………………………………………….…… 1
1.2. Tujuan dan Manfaat …………….……………………....…. 2
BAB II Metode Pelaksanaan PKM ……………………......……….. 4
2.1. Khalayak Sasaran……………………….……………….…. 4
2.2. Metode Pelaksanaan ………………....……………….…… 4
BAB III Pelaksanaan..............................…………..………...……... 5
3.1. Waktu Pelaksanaan PKM………………………….…..…… 5
3.2. Pelaksanaan Kegiatan………......………………..……….. 6
3.3. Anggaran...........…………………………..…………………. 6
3.4. Materi Stunting................................……………..………… 7
BAB IV Simpulan dan Saran……………….....………………......….. 15
4.1. Simpulan…………….………........…………………………... 15
4.2. Saran ………………………………………………......……... 15
16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKM

Tabel 2. Penggunaan anggaran pelaksanaan PKM

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penyambutan Kepala Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu


Lampiran 2. Penyuluhan oleh Narasumber Hariani, S.K.M., M.Kes
Lampiran 3. Penyerahan Cinderamata
Lampiran 4. Sesi Foto Bersama
Lampiran 5. Bukti Penyuratan Melakukan PKM
Lampiran 6. Nota Anggaram Kegiatan
Lampiran 7. PowerPoint Penyuluhan Stunting

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisa Situasi
Masalah kesehatan terkait status gizi pada anak masih menjadi
permasalahan di dunia, terutama di negara berkembang. Indonesia
merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki masalah status gizi
cukup tinggi. Upaya untuk meningkatkan status gizi harus dimulai sedini
mungkin, tepatnya dimulai dari masa kehidupan janin.
Masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu
panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada
anak. Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak
terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak
jarang masyarakat menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor
genetika dan tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor
genetika memiliki pengaruh kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang
dibandingkan dengan faktor lingkungan dan pelayanan kesehatan.
Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada dalam kandungan dan
terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak
(pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama.
Sehingga, anak lebih pendek atau perawakan pendek dari anak normal
seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan
asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Seorang anak
dianggap stunting apabila tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil)
dari standar usianya. Keadaan stunting ini ditunjukkan dengan nilai z-score
tinggi badan menurut usia (indeks TB/U) < -2 SD berdasarkan standar
WHO.(Azrimaidaliza, Nursal, Rahmy, & Asri, 2019; Lamid, 2018; WHO, 2010)
Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) merupakan program yang dicanangkan
pemerintah dengan tujuan untuk mengatasi masalah gizi, salah satunya
stunting pada balita. Keluarga ditargetkan dapat menerapkan pedoman gizi
seimbang dengan baik dan benar. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 747/Menkes/SK/2007 disebutkan bahwa Kadarzi
adalah keluarga yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah

1
gizi setiap anggota keluarganya. Adapun indikator Kadarzi adalah pemberian
ASI eksklusif, konsumsi makanan beragam, konsumsi garam beryodium, dan
konsumsi suplemen gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.
Prevalensi stunting khususnya di kabupaten Kepulauan Selayar pada
tahun 2018 sebesar 46,3 persen. Data survei status gizi Indonesia Tahun
2019 sebesar 32,7 persen, data survei status gizi Indonesia tahun 2021 turun
menjadi 27,7 persen. Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun
2022,Selayar berada pada urutan ke 6 dengan 32,1 persen, terdapat 36
desa/kelurahan menjadi Lokus, termasuk di Desa Bonto Tangnga Kecamatan
Bontoharu sehingga perlu dilakukan penanganan secara menyeluruh.
Berbagai kegiatan edukasi gizi sudah dilaksanakan di Desa Bonto
Tangnga Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar, pemenuhan kebutuhan
gizi ibu dan balita, dan gizi seimbang serta adanya perubahan perilaku gizi
yang baik. Selain itu edukasi kepada kader juga harus dilakukan agar kader
dapat memberikan edukasi secara berkelanjutan kepada para ibu yang
mempunyai balita.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan topik “Pencegahan
Stunting dengan Pendekatan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Desa Bonto
Tangnga Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar” ini
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan
status kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan pengasuhan yang
baik dan tepat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu
kegiatan ini memberikan edukasi kepada kader agar nantinya kader dapat
melanjutkan kegiatan pemberian edukasi kepada para ibu dalam upaya
pencegahan masalah kesehatan dan gizi pada balita.
1.2. Tujuan dan Manfaat

Kegiatan pengabdian yang dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan


status kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan
pengasuhan yang baik dan tepat untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.

2
2) Untuk memberikan edukasi kepada kader agar nantinya kader dapat
melanjutkan kegiatan pemberian edukasi kepada para ibu dalam
upaya pencegahan masalah kesehatan dan gizi pada balita.
3) Agar keluarga berprilaku sadar gizi serta memberikan kemudahan
keluarga dan masyarakat memperoleh informasi gizi dan memberi
kemudahan untuk memperoleh pelayanan gizi yang berkualitas.

Adapun manfaat dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini,


yaitu:

1) Bagi pemerintah: sebagai masukan untuk memberdayakan


masyarakat agar dapat memiliki pengetahuan mengenai stunting,
seperti bahaya, dampak, penyebab, ciri-ciri, dan cara pencegahannya,
sehingga angka stunting di kabupaten selayar dapat menurun tiap
tahunnya.
2) Bagi dosen: implementasi dari Catur Dharma Perguruan Tinggi,
sehingga dosen selain memahami secara keilmuan juga dapat
mengembangkan potensi masyarakat dari sisi pengetahuan,
keterampilan dan perubahan perilaku hidup menuju kehidupan yang
lebih baik.
3) Bagi Masyarakat: pentingnya pengetahuan ibu dan remaja dalam
upaya meningkatkan status kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat
memberikan pengasuhan yang baik dan tepat untuk proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.

3
BAB II
METODE PELAKSANAAN PKM
2.1. Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan sosialisasi Pencegahan Stunting dengan


Pendekatan Kadarzi di Desa Bonto Tangnga Kelurahan Bontoharu,
Kabupaten Kepulauan Selayar, yaitu Ibu hamil, kelompok Remaja putri dan
kader kesehatan.

2.2. Metode Pelaksanaan

Agar kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi


Pencegahan Stunting dengan Pendekatan Kadarzi di Desa Bonto Tangnga
Kelurahan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilaksanakan
dengan baik, maka kami tim pengusul menjalankan prosedur dalam
pelaksanaannya. Kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan dengan
metode pelaksanaan dengan sosialisasi. Sosialisasi ini ditujukan bagi Ibu
hamil, kelompok Remaja putri dan kader kesehatan, Kegiatan ini
diharapkan akan memberikan pemahaman bagi seluruh warga desa
bontotangnga kecamatan bontoharu tentang pentingnya mengetahui dan
menerapkan pencegahan Stunting dengan pendekatan kadarzi dalam
kehidupan sehari-hari.

Adapun yang menjadi narasumber dalam kegiatan ini adalah tim


pengabdian masyarakat yakni dosen Administrasi Kesehatan ITSBM.
Adapun tahapan kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Ketua dan anggota tim melakukan rapat secara daring untuk


mendiskusikan tema pengabdian kepada masyarakat;
2. Survei ke lokasi yaitu ke Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu,
Kabupaten Kepulauan Selayar;
3. Diskusi dengan Kepala Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu,
Kabupaten Kepulauan Selayar;
4. Menyiapkan kelengkapan pengabdian seperti mendesain dan mencetak
spanduk dan poster, serta menyiapkan X banner, snack dan
cinderamata;

4
BAB III

PELAKSANAAN
3.1. Waktu Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Bontotangnga
Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar dilaksanakan pada
tanggal 19 Juni 2023. Adapun jadwal pelaksanaan Pengabdian Kepada
Masyarakat di Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu, Kabupaten
Kepulauan Selayar secara rinci dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKM

No. Waktu Agenda / Kegiatan PIC


1. MC:
08:30 - 08: 45 Pembukaan
Nurul Annisa
2. Sambutan:
- Kepala Desa Bonto Tangnga
MC:
- Ketua Pelaksana, oleh:
08:45 - 09:35 Nurul Annisa
Hadriyanti. SKM, M.Kes.
- Kepala Biro Administrasi Keuangan,
Kepegawaian dan Umum, oleh:
Pak Syamsul Muarif, S. Sos
3. Narasumber :
- Sosialisasi Wakil Ketua PMB 2023 ITSBM,
Oleh :
09:35 - 10:15 MC:
Pak Yanuar Taufiq, S. Sos.
Nurul Annisa
- Penyuluhan Stunting, Oleh :
Hariani. SKM,.M.Kes
4. 10:15 – 10:35 Sesi Diskusi
5. - Penyerahan Cinderamata dan foto
10:35 – 10.45 bersama
- Tanda tangan MoU
6. 10.45 – 11.00 Penutup

5
3.2. Pelaksanaan Kegiatan

Adapun pelaksana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini


yaitu:

1) Ketua Tim Pelaksana


a. Nama : Hadriyanti, S.K.M., M.Kes
b. NIDN : 0928109005
c. Program Studi : Administrasi Kebijakan Kesehatan
2) Anggota Tim Pelaksana
a. Jumlah anggota : Dosen 4 orang
b. Anggota 1 : Hariani, S.K.M., M.Kes
c. Anggota 2 : Resty Amalia Putri, S.K.M., M.Kes
d. Anggota 3 : Mega Astriana, S.K.M., M.Kes
e. Anggota 4 : A Karlina Makkasau, S.K.M.,MARS
f. Program Studi : Administrasi Kesehatan
g. Mahasiswa yang terlibat : Seluruh mahasiswa prodi adminkes
3.3. Anggaran

Anggaran untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat


disesuaikan dengan anggaran yang disediakan oleh LP3M ITSBM. Adapun
untuk kegiatan sosialisasi pencegahan stunting dengan pendekatan
kadarzi di Desa Bontotangnga kecamatan bontoharu, kabupaten
kepulauan selayar,menggunakan anggaran sebesar Rp 1.500.000,00.
Secara rinci dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.

6
Tabel 2. Penggunaan anggaran pelaksanaan PKM

No. Pengeluaran dan Pemasukan Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp)
Pemasukan
1. Dana PKM Kampus - - Rp. 1.500.000,00
2. Dana Pribadi - -
Total Pemasukan - - Rp. 1.500.000,00
Pengeluaran
1. Spanduk 1 Rp. 110.000,00 Rp. 110.000,00
2. Poster 10 Rp. 10.000,00 Rp. 100.000,00
3. Air Mineral 4 Rp. 18.000,00 Rp. 72.000,00
4. Snack Rp. 600.000,00
5. Kertas Sertifikat 1 Rp. 60.000,00 Rp 60.000,00
6. Bingkai Piagam 1 Rp. 28.000,00 Rp. 28.000,00
7. Dos Kue 1 Rp. 40.000,00 Rp. 40.000,00
8. Tisu piring 2 Rp. 4.000,00 Rp. 8.000,00
9. Transportasi Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00
10. Cleo Mini 1 Rp. 30.000,00 Rp. 30.000,00
11. Tissue Nice 1 Rp. 9.000,00 Rp. 9.000,00
12 Teh Kotak 7 Rp. 4.000,00 Rp. 28.000,00
13 Kantong Plastik 5 Rp. 2.500,00 Rp. 12.500,00
14. Transportasi Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00
15. MC Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
16. Kebersihan Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
Total Pengeluaran Rp.1.500.000,00
Sisa Dana Rp. -

3.4. Materi Stunting


Belakangan ini kita sering mendengar tentang Stunting dan sering
dibicarakan oleh ibu-ibu yang memiliki anak balita. Stunting dan pendek
memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun
stunting dan pendek adalah kondisi yang berbeda sehingga membutuhkan

7
penanganan yang tidak sama. Singkatnya stunting adalah pendek namun
pendek belum tentu stunting.
Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian dan
diwaspadai. Kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak
terpenuhi dengan baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa
menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak. Anak tidak hanya
mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tapi nutrisi yang tidak mencukupi
juga memengaruhi kekuatan daya tahan tubuh hingga perkembangan otak
anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di
bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan
pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru
nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat
penting (severety stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) dan
tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku
WHO-MGRS tahun 2006.
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang upaya pencegahan
stunting yang dapat kita lakukan, sebaiknya kita juga mengetahui tentang
penyebab stunting itu sendiri. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi
dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu
hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat
mengurangi prevalensi stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
dari anak balita. Beberapa penyebab stunting sebagai berikut :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan
ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, pada masa kehamilan dan
setelah melahirkan.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal
care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal
care atau pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang
berkualitas.
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga pada makanan bergizi
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

8
Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah
berkontribusi pada masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia dan
oleh karenanya diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk
mengurangi prevalensi stunting di Indonesia.

Intervensi

Intervensi yang dilakukan pemerintah kelompokan menjadi


intervensi sensitif dan intervensi spesifik. Intervensi gizi spesifik dilakukan
oleh sektor kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
dan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Intervensi gizi sensitif dilakukan
oleh sektor lain di luar kesehatan yang terkait dengan upaya
penanggulangan stunting.
Intervensi spesifik yang diberikan pemerintah dapat dikelompokan
berdasarkan sasaran program, yaitu :
1. Sasaran ibu hamil dilakukan melalui perlindungan ibu hamil terhadap
kekurangan zat besi, asam folat, dan kekurangan energi dan protein kronis;
perlindungan terhadap kekurangan iodium, dan perlindungan terhadap
malaria
2. Sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan, dilakukan melalui
dorongan pemberian IMD/Inisiasi menyusui dini (pemberian kolostrum
ASI), memberikan edukasi kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif,
pemberian imunisasi dasar, pantau tumbuh kembang bayi/balita setiap
bulan, dan penanganan bayi sakit secara tepat
3. Sasaran ibu menyusui dan Anak usia 7- 23 bulan, dilakukan melalui
dorongan pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian
Makanan Pendamping-ASI (MP-ASI), penyediaan dan pemberiaan obat
cacing, pemberiaan suplementasi zink, fortifikasi zat besi ke dalam
makanan, perlindungan terhadap malaria, pemberian imunisasi,
pencegahan dan pengobatan diare
Intervensi sensitif dilakukan melalui bebagai program kegiatan, di
antaranya penyediaan akses air bersih, penyediaan akses terhadap
sanitasi salah satunya melalui program STBM, fortifikasi bahan pangan
oleh Kementerian Pertanian, penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN), penyediaan Jaminan Persalinan Universal (Jampersal), pemberian

9
pendidikan pengasuhan pada orang tua, pemberian pendidikan anak usia
dini universal oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan, Keluarga
Berencana (KB), pemberian edukasi kesehatan seksual dan reproduksi,
serta gizi remaja, pengentasan kemiskinan dan peningkatan ketahanan
pangan dan gizi.
Stunting tahap awal dan pencegahan
Stunting yang terjadi pada tahap awal kehidupan atau usia dini
dapat menyebabkan dampak merugikan bagi anak, baik dalam jangka
pendek atau jangka panjang. Khususnya, jika gangguan pertumbuhan
dimulai pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan yang dihitung sejak
konsepsi) hingga usia dua tahun. Pada dasarnya stunting pada balita tidak
bisa disembuhkan, tapi dapat dilakukan upaya untuk perbaikan gizi guna
meningkatkan kualitas hidupnya. Pencegahan stunting harus dilakukan
sejak dini, bahkan sejak masa kehamilan. Pencegahan stunting yang dapat
kita lakukan adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting
pada anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Ibu yang
sedang mengandung agar selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi
maupun suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang
menjalani proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan
kesehatannya ke dokter atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 2 Tahun
ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat
kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk
tetap memberikan ASI Eksklusif selama dua tahun kepada sang buah hati.
Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat.
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.

10
Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka,
terutama dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke
Posyandu maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah
bagi ibu untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan
penyakit, termasuk diare terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor.
Faktor ini pula yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting.
Sementara salah satu pemicu diare datang dari paparan kotoran yang
masuk ke dalam tubuh manusia.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia
Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini
dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya
(bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan
otaknya, yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan
prestasi di sekolah, produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif.
Semoga informasi ini membantu para ibu mencegah stunting dan
meningkatkan kualitas kesehatan anak.
Salah satu sasaran yang ingin dicapai pada program perbaikan gizi
menuju Indonesia sehat adalah terwujudnya minimal 80% KADARZI. Hal
ini diwujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi keluarga yang
kurang mendukung dan menumbuhkan kemandirian keluarga untuk
mengatasi masalah gizi yang ada dalam keluarga. Tingkat pengetahuan
dan sikap masyarakat khususnya Ibu rumah tangga terhadap gizi
merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada pencapaian
program gizi keluarga (Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2007).
Implementasi perilaku KADARZI terhadap status gizi balita sudah
dibuktikan dibeberapa studi, bahwa terdapat hubungan antara perilaku
KADARZI dengan status gizi balita, dengan semakin baik perilaku
KADARZI, semakin baik status gizi balita (BB/U dan TB/U).

11
Kadarzi adalah program yang dijalankan pemerintah dengan
harapan keluarga mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah
gizi setiap anggotanya. Keluarga disebut kadarzi apabila telah berperilaku
gizi yang baik yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan
secara teratur, memberikan ASI eksklusif, makan beranekaragam,
menggunakan garam beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran.
Kadarzi diwujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi dan
perilaku gizi keluarga yang kurang mendukung serta menumbuhkan
kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah gizi yang ada dalam
keluarga. Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat khususnya
ibu-ibu rumah tangga terhadap gizi dan kesehatan merupakan faktor yang
berpengaruh pada pencapaian program kadarzi
Indikator Kadarzi Menurut Kemenkes RI (2017), indikator kadarzi
digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga.Pengukuran kadarzi
diukur minimal dengan lima indikator yang penggunaannya disesuaikan
dengan karakteristik keluarga, yaitu:
1. Menimbang Berat Badan Secara Teratur Penimbangan berat badan
dilakukan secara berkala, sebaiknya sebulan sekali di Posyandu atau
Puskesmas. Penimbangan ini berguna untuk memantau pertumbuhan.
Kecukupan energi bagi seorang ditandai oleh berat badannya yang
normal. Untuk mengetahui berat badan normal seseorang dapat
digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk balita dan untuk dewasa
digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Kekurangan energi yang
berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya berat badan.
Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh
kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa,
tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal, selain itu ia mudah
terkena penyakit infeksi.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) Saja Kepada Bayi Sejak Lahir Sampai
Umur 6 Bulan (ASI Eksklusif) ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi
untuk tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan.
Kolostrum, yakni ASI yang keluar pada hari pertama agar diberikan
kepada bayi. Setelah bayi berumur 6 bulan, ASI saja tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karenanya setelah bayi umur 6 bulan,

12
bayi perlu mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
MP-ASI diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan
pertambahan umur, pertumbuhan badan,dan perkembangan
kecerdasannya. Seperti yang telah kita ketahui, walaupun bayi sudah
berumur lebih dari 6 bulan, ASI masih tetap diberikan sampai usia 24
bulan. Hal ini baik untuk membantu perkembangannya, mempertahankan,
dan meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit infeksi, serta
mempererat jalinan kasih sayang ibu dan anaknya secara timbal balik.
Melihat besarnya manfaat yang diberikan oleh ASI maka diharapkan agar
semua ibu mau memberikan ASI secara eksklusif yang cukup jumlah dan
mutu gizinya.
3. Makan Beraneka Ragam Tidak ada satu jenis makanan yang
mengandung semua zat gizi secara lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh
manusia, yang mampu membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh
kembang dan produktif. Oleh karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi
aneka ragam makanan, kecuali bayi umur 0 sampai 6 bulan yang cukup
sehat hanya dengan memperoleh ASI saja. Pada dasarnya
penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya perubahan
perilaku manusia dalam memilih pangan untuk dikonsumsi. Selain dari
faktor pengetahuan dan faktor ekonomi, hal ini juga dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan di pasar/tempat-tempat makan dalam bentuk yang
mudah diolah, mempunyai daya simpan, bersih, aman, serta memenuhi
cita rasa (inderawi). Hal ini juga perlu disesuaikan dengan kebiasaan
makan serta perkembangan sistem budaya dan ekonomi masyarakat.
Untuk memenuhi gizi yang lengkap dan seimbang diperlukan makanan
yang beraneka ragam. Mengkonsumsi makanan hanya satu jenis
makanan dalam jangka waktu relatif lama dapat mengakibatkan berbagai
penyakit kekurangan gizi atau gangguan kesehatan. Keanekaragaman
makanan dalam hidangan sehari-hari yang dikonsumsi, minimal harus
berasal dari satu jenis makanan sumber zat pengatur, ini adalah
penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal. Makan
beranekaragam dikatakan baik bila sekurang-kurangnya dalam 1 hari
keluarga makan lauk hewani dan buah, dan dikatakan belum baik bila tidak
makan lauk hewani dan buah.

13
4. Menggunakan Garam Beryodium Garam beryodium yang dikonsumsi
setiap hari mempunyai manfaat untuk mencegah timbulnya Gangguan
Akibat Kekurangan Yodium (GAKY). GAKY dapat menghambat
perkembangan tingkat kecerdasan pada anak-anak, penyakit gondok,
endemik dan kretin. Yodium dapat diperoleh dari berbagai jenis bahan
makanan baik yang berasal dari nabati maupun hewani. Kandungan
yodium dalam bahan makanan sangat bervariasi tetapi sumber makanan
yang berasal dari laut merupakan sumber yodium yang terbaik. Sumber
yodium yang paling sering didengar adalah garam, garam mengandung
natrium. Namun kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya
penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus
terjadinya stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak. Stroke
menyebabkan kematian pada orang dewasa di atas usia 40 tahun.
Sedangkan, penyakit tekanan darah tinggi membawa resiko timbulnya
penyakit jantung pada usia dewasa. Karena itu hindari konsumsi garam
berlebihan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam tidak lebih dari 6 gram
atau 1 sendok teh setiap harinya.
5. Minum Suplemen Gizi (TTD, Kapsul Vitamin A) Sesuai Anjuran
Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan
dapat menimbulkan penyakit anemia gizi.Anemia gizi dapat diderita oleh
semua golongan umur. Terutama ibu hamil, anak balita, anak sekolah dan
tenaga kerja wanita. Karena itu, disarankan mengkonsumsi makanan
sumber zat besi antara lain adalah semua sayur berwarna hijau, kacang-
kacangan, hati, telur dan daging Khusus bagi ibu hamil dan penderita
anemia gizi diharuskan untuk mengkonsumsi tablet tambah darah (pil
besi) sesuai dengan anjuran. Buta akibat kurang gizi dapat menghinggapi
siapa saja. Untuk itu bayi dan balita perlu diberikan kapsul vitamin A dua
kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.

14
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
1.1. Simpulan
Cara untuk mengatasi terjadinya masalah gizi pada balita
hendaknya para orangtua lebih memperhatikan asupan yang dikomsumsi
keluarga dan baltanya dengan menerapkan hidup kadarzi sangat
bermanfaat untuk mengurangi risiko terjadinya masalah gizi terutama
masalah stunting pada balita.

meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan status


kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan pengasuhan yang
baik dan tepat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain
itu kegiatan ini memberikan edukasi kepada kader agar nantinya kader
dapat melanjutkan kegiatan pemberian edukasi kepada para ibu dalam
upaya pencegahan masalah kesehatan dan gizi pada balita.

1.2 Saran

Sosialisasi dan pendampingan perlu dilakukan secara


komperhensif. Oleh karena itu, perlunya melakukan kerja sama dengan
kampus ITSBM agar dapat memberikan pemahaman untuk Pencegahan
Stunting dengan Pendekatan Kadarzi di Desa Bonto Tangnga Kelurahan
Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar. Diharapkan dengan adanya
sosialisasi ini dapat menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran untuk
mengurangi risiko terjadinya masalah gizi terutama masalah stunting pada
balita sehingga, desa bontotangnga keluar dari wilayah lotus.

15
DAFTAR PUSTAKA

Azrimaidaliza, Nursal, D. G., Rahmy, H. A., & Asri, R. (2019). Characteristics of


Stunted Children Aged 24-36 Months in Padang City. Malaysian
Journal of Public Health Medicine.

Dinas Kesehatan Kepulauan selayar. (2022). Profil Kesehatan Tahun 2022.

Lamid, A. (2018). Masalah Kependekan (Stunting) Pada Anak Balita: Analisis


Prospek Penanggulangan di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan
Informasi Kesehatan.

Wahyudi, B. F., Sriyono, & Indarwati, R. (2015). Analisis Faktor yang Berkaitan
dengan Kasus Gizi Buruk Pada Balita. Jurnal Pediomaternal, 3,
83-91.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyambutan Kepala Desa Bontotangnga kecamatan bontoharu

Lampiran 2. Penyuluhan pencegahan stunting oleh Hariani, S.K.M., M.Kes

17
Lampiran 3. Penyerahan Cinderamata

18
Lampiran 4. Sesi Foto Bersama

19
Lampiran 5. Bukti Penyuratan Melakukan PKM

20
21
Lampiran 6. Nota Anggaran Kegiatan

22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai