Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PELAKSANAAN

KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Pencegahan Stunting dengan Pendekatan


Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Desa
Bontotangnga Kec.
Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar

Oleh:
Ketua:
Hadriyanti, S.K.M., M.Kes NIDN. 0928109005
Anggota:
Hariani, S.K.M., M.Kes NIDN. 0911019502
Resty Amalia Putri, S.K.M., M.Kes NIDN. 0926069501
Mega Astriana, S.K.M., M.Kes NIDN. 0918099202
A. Karlina Askarini Makkasau, S.K.M., MARS NIDN. 0901039006

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI MASYARAKAT


INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN BISNIS MUHAMMADIYAH
SELAYAR
2023

i
ii
RINGKASAN
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat “Pencegahan Stunting dengan
Pendekatan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar” telah dilaksanakan pada
hari Senin, 19 Juni 2023 dimana pesertanya terdiri atas Kader kesehatan, ibu hamil dan
kelompok remaja putri. Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan status kesehatan dan gizi anak
agar ibu dapat memberikan pengasuhan yang baik dan tepat untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan anak. Kegiatan dilakukan dengan memberikan edukasi dan sosialisasi
oleh narasumber. Kegiatan pengabdian ini mendapat sambutan positif baik dari Kepala
Desa Bontotangnga kecamatan Bontoharu. Peserta sosialisasi memililiki antusiasme
dalam mengikuti sosialisasi ini..
Output dari kegiatan ini merupakan kesempatan bagi dosen dalam melaksanakan
pengabdian kepada implementasi dari Catur Dharma Perguruan Tinggi sehingga,
sehingga dosen selain memahami secara keilmuan juga dapat mengembangkan potensi
masyarakat dari sisi pengetahuan, keterampilan dan perubahan perilaku hidup menuju
kehidupan yang lebih baik. Bagi khalayak sasaran, pelaksanaan program ini akan sangat
bermanfaat untuk masyarakat desa bontotangnga khususnya para kader kesehatan, ibu
hamil dan kelompok remaja putri. Kegiatan ini melibatkan seluruh mahasiswa prodi
Administrasi Kesehatan. Narasumber dari sosialisasi ini, yaitu salah satu dosen prodi
adminkes dan mahasiswa melakukan dokumentasi. Selain itu, kegiatan ini dapat dijadikan
pengalaman mahasiswa untuk ke depannya melakukan penyuluhan secara mandiri dalam
memenuhi tugas perkuliahan nantinya.

Kata kunci: Stunting, Kadarzi

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengabdian
Kepada Masyarakat (PKM) berjudul “Pencegahan Stunting dengan Pendekatan
Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Desa Bonto Tangnga Kecamatan
Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar”. Laporan ini disusun sebagai bentuk
pertanggung jawaban atas kegiatan PKM yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 19
Juni 2023.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan bagian dari agenda
kegiatan Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Penjaminan Mutu (LP3M) Institut
Teknologi Sains dan Bisnis Muhammadiyah Selayar. Melalui PKM ini penulis dapat
melaksanakan salah satu Catur Dharma Perguruan Tinggi sekaligus dapat bersosialisasi
dengan masyarakat dan mengabdikan sesuai ilmu dan keterampilan yang dimiliki serta
budaya ilmiah ITSBM Selayar. Adapun tujuan dari kegiatan PKM ini diharapkan dapat
memberikan informasi yang relevan kepada masyarakat dalam upaya pencegahan
stunting dengan pendekatan kadarzi di Desa Bontotangnga kecamatan bontoharu,
kepulauan selayar.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin menghaturkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang terkait dalam kegiatan ini, diantaranya:
1. Rektor ITSBM Selayar dan Wakil Rektor, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis dan tim untuk melakukan kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat.
2. Kepala Lembaga Penelitian, Pengabdian dan Penjaminan Mutu ITSBM, yang
telah menyelenggarakan kegiatan ini dalam rangka memberikan solusi terhadap
permasalahan yang dialami masyarakat mitra kegiatan pengabdian ini.
3. Kepala Desa Bontotangnga kecamatan bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dan tim untuk melakukan
PKM di Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan
Selayar.
4. Kelompok Remaja, Ibu hamil dan kader kesehatan di Desa Bontotangnga
kecamatan bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar yang dengan antusias
mendengarkan penyuluhan yang disampaikan oleh narasumber.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan laporan ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan penulisan laporan PKM ini.

iv
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan…………………………………………...….. ii
Ringkasan……………………………………………......…………... iii
Kata Pengantar……………………………………………………..... iv
Daftar Isi………………………………………………………...…….. v
Daftar Tabel…………………………………………………………… vi
Daftar Lampiran…………………………………..…………………... vii
BAB I Pendahuluan……………………………………….………….. 1
1.1 Analisa Situasi………………………………………….…… 1
1.2. Tujuan dan Manfaat …………….……………………....…. 2
BAB II Metode Pelaksanaan PKM ……………………......……….. 4
2.1. Khalayak Sasaran……………………….……………….…. 4
2.2. Metode Pelaksanaan ………………....……………….…… 4
BAB III Pelaksanaan..............................…………..………...……... 5
3.1. Waktu Pelaksanaan PKM………………………….…..…… 5
3.2. Pelaksanaan Kegiatan………......………………..……….. 6
3.3. Anggaran...........…………………………..…………………. 6
3.4. Materi Stunting................................……………..………… 7
BAB IV Simpulan dan Saran……………….....………………......….. 15
4.1. Simpulan…………….………........…………………………... 15
4.2. Saran ………………………………………………......……... 15
16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKM

Tabel 2. Penggunaan anggaran pelaksanaan PKM

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penyambutan Kepala Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu


Lampiran 2. Penyuluhan oleh Narasumber Hariani, S.K.M., M.Kes
Lampiran 3. Penyerahan Cinderamata
Lampiran 4. Sesi Foto Bersama
Lampiran 5. Bukti Penyuratan Melakukan PKM
Lampiran 6. Nota Anggaram Kegiatan Lampiran 7.
PowerPoint Penyuluhan Stunting

vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Analisa Situasi

Masalah kesehatan terkait status gizi pada anak masih menjadi permasalahan
di dunia, terutama di negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara
berkembang yang memiliki masalah status gizi cukup tinggi. Upaya untuk
meningkatkan status gizi harus dimulai sedini mungkin, tepatnya dimulai dari masa
kehidupan janin.
Masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu
panjang sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak.
Stunting juga menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga
lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya. Tidak jarang masyarakat
menganggap kondisi tubuh pendek merupakan faktor genetika dan tidak ada
kaitannya dengan masalah kesehatan. Faktanya, faktor genetika memiliki pengaruh
kecil terhadap kondisi kesehatan seseorang dibandingkan dengan faktor lingkungan
dan pelayanan kesehatan. Biasanya, stunting mulai terjadi saat anak masih berada
dalam kandungan dan terlihat saat mereka memasuki usia dua tahun
Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan pada anak (pertumbuhan
tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih
pendek atau perawakan pendek dari anak normal seusianya dan memiliki
keterlambatan dalam berpikir. Umumnya disebabkan asupan makan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi. Seorang anak dianggap stunting apabila tinggi badan anak
lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Keadaan stunting ini
ditunjukkan dengan nilai z-score tinggi badan menurut usia (indeks TB/U) < -2 SD
berdasarkan standar WHO.(Azrimaidaliza, Nursal, Rahmy, & Asri, 2019; Lamid,
2018; WHO, 2010) Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) merupakan program yang
dicanangkan pemerintah dengan tujuan untuk mengatasi masalah gizi, salah satunya
stunting pada balita. Keluarga ditargetkan dapat menerapkan pedoman gizi seimbang
dengan baik dan benar. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 747/Menkes/SK/2007 disebutkan bahwa Kadarzi adalah keluarga
yang mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah

1
gizi setiap anggota keluarganya. Adapun indikator Kadarzi adalah pemberian ASI
eksklusif, konsumsi makanan beragam, konsumsi garam beryodium, dan konsumsi
suplemen gizi bagi anggota keluarga yang membutuhkan.
Prevalensi stunting khususnya di kabupaten Kepulauan Selayar pada tahun
2018 sebesar 46,3 persen. Data survei status gizi Indonesia Tahun 2019 sebesar 32,7
persen, data survei status gizi Indonesia tahun 2021 turun menjadi 27,7 persen. Data
Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Tahun 2022,Selayar berada pada urutan ke 6
dengan 32,1 persen, terdapat 36 desa/kelurahan menjadi Lokus, termasuk di Desa
Bonto Tangnga Kecamatan Bontoharu sehingga perlu dilakukan penanganan secara
menyeluruh.
Berbagai kegiatan edukasi gizi sudah dilaksanakan di Desa Bonto Tangnga
Kecamatan Bontoharu Kepulauan Selayar, pemenuhan kebutuhan gizi ibu dan balita,
dan gizi seimbang serta adanya perubahan perilaku gizi yang baik. Selain itu edukasi
kepada kader juga harus dilakukan agar kader dapat memberikan edukasi secara
berkelanjutan kepada para ibu yang mempunyai balita.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan topik “Pencegahan
Stunting dengan Pendekatan Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) di Desa
Bonto Tangnga Kecamatan Bontoharu Kabupaten Kepulauan Selayar”
ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan status
kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan pengasuhan yang baik dan tepat
untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu kegiatan ini
memberikan edukasi kepada kader agar nantinya kader dapat melanjutkan kegiatan
pemberian edukasi kepada para ibu dalam upaya pencegahan masalah kesehatan dan
gizi pada balita.
1.2. Tujuan dan Manfaat

Kegiatan pengabdian yang dilakukan memiliki tujuan sebagai berikut :

1) Untuk meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan status


kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan pengasuhan yang baik
dan tepat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak.

2
2) Untuk memberikan edukasi kepada kader agar nantinya kader dapat
melanjutkan kegiatan pemberian edukasi kepada para ibu dalam upaya
pencegahan masalah kesehatan dan gizi pada balita.
3) Agar keluarga berprilaku sadar gizi serta memberikan kemudahan keluarga
dan masyarakat memperoleh informasi gizi dan memberi kemudahan untuk
memperoleh pelayanan gizi yang berkualitas.

Adapun manfaat dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini,


yaitu:

1) Bagi pemerintah: sebagai masukan untuk memberdayakan masyarakat agar


dapat memiliki pengetahuan mengenai stunting, seperti bahaya, dampak,
penyebab, ciri-ciri, dan cara pencegahannya, sehingga angka stunting di
kabupaten selayar dapat menurun tiap tahunnya.
2) Bagi dosen: implementasi dari Catur Dharma Perguruan Tinggi, sehingga
dosen selain memahami secara keilmuan juga dapat mengembangkan
potensi masyarakat dari sisi pengetahuan, keterampilan dan perubahan
perilaku hidup menuju kehidupan yang lebih baik.
3) Bagi Masyarakat: pentingnya pengetahuan ibu dan remaja dalam upaya
meningkatkan status kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan
pengasuhan yang baik dan tepat untuk proses pertumbuhan dan
perkembangan anak.

3
BAB II
METODE PELAKSANAAN PKM
2.1. Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan sosialisasi Pencegahan Stunting dengan Pendekatan


Kadarzi di Desa Bonto Tangnga Kelurahan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan
Selayar, yaitu Ibu hamil, kelompok Remaja putri dan kader kesehatan.

2.2. Metode Pelaksanaan

Agar kegiatan pengabdian kepada masyarakat berupa sosialisasi


Pencegahan Stunting dengan Pendekatan Kadarzi di Desa Bonto Tangnga
Kelurahan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dilaksanakan dengan
baik, maka kami tim pengusul menjalankan prosedur dalam pelaksanaannya.
Kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan dengan metode pelaksanaan dengan
sosialisasi. Sosialisasi ini ditujukan bagi Ibu hamil, kelompok Remaja putri dan
kader kesehatan, Kegiatan ini diharapkan akan memberikan pemahaman bagi
seluruh warga desa bontotangnga kecamatan bontoharu tentang pentingnya
mengetahui dan menerapkan pencegahan Stunting dengan pendekatan kadarzi
dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun yang menjadi narasumber dalam kegiatan ini adalah tim


pengabdian masyarakat yakni dosen Administrasi Kesehatan ITSBM. Adapun
tahapan kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Ketua dan anggota tim melakukan rapat secara daring untuk mendiskusikan
tema pengabdian kepada masyarakat;
2. Survei ke lokasi yaitu ke Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu,
Kabupaten Kepulauan Selayar;
3. Diskusi dengan Kepala Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu, Kabupaten
Kepulauan Selayar;
4. Menyiapkan kelengkapan pengabdian seperti mendesain dan mencetak
spanduk dan poster, serta menyiapkan X banner, snack dan cinderamata;

4
BAB III

PELAKSANAAN
3.1. Waktu Pelaksana Pengabdian Kepada Masyarakat
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Bontotangnga
Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar dilaksanakan pada tanggal
19 Juni 2023. Adapun jadwal pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat di
Desa Bontotangnga Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar secara
rinci dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan PKM

No. Waktu Agenda / Kegiatan PIC


1. MC:
08:30 - 08: 45 Pembukaan
Nurul Annisa
2. Sambutan:
- Kepala Desa Bonto Tangnga
MC:
- Ketua Pelaksana, oleh:
08:45 - 09:35 Nurul Annisa
Hadriyanti. SKM, M.Kes.
- Kepala Biro Administrasi Keuangan,
Kepegawaian dan Umum, oleh:
Pak Syamsul Muarif, S. Sos
3. Narasumber :
- Sosialisasi Wakil Ketua PMB 2023 ITSBM,
Oleh :
09:35 - 10:15 MC:
Pak Yanuar Taufiq, S. Sos.
Nurul Annisa
- Penyuluhan Stunting, Oleh :
Hariani. SKM,.M.Kes
4. 10:15 – 10:35 Sesi Diskusi
5. - Penyerahan Cinderamata dan foto
10:35 – 10.45 bersama
- Tanda tangan MoU
6. 10.45 – 11.00 Penutup

5
3.2. Pelaksanaan Kegiatan

Adapun pelaksana kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini


yaitu:

1) Ketua Tim Pelaksana


a. Nama : Hadriyanti, S.K.M., M.Kes
b. NIDN 0928109005
c. Program Studi : Administrasi Kebijakan Kesehatan
2) Anggota Tim Pelaksana
a. Jumlah anggota : Dosen 4 orang
b. Anggota 1 : Hariani, S.K.M., M.Kes
c. Anggota 2 : Resty Amalia Putri, S.K.M., M.Kes
d. Anggota 3 : Mega Astriana, S.K.M., M.Kes
e. Anggota 4 : A Karlina Makkasau, S.K.M.,MARS
f. Program Studi : Administrasi Kesehatan
g. Mahasiswa yang terlibat : Seluruh mahasiswa prodi adminkes
3.3. Anggaran

Anggaran untuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat disesuaikan


dengan anggaran yang disediakan oleh LP3M ITSBM. Adapun untuk kegiatan
sosialisasi pencegahan stunting dengan pendekatan kadarzi di Desa Bontotangnga
kecamatan bontoharu, kabupaten kepulauan selayar,menggunakan anggaran
sebesar Rp 1 500.000,00.
Secara rinci dapat terlihat dalam tabel di bawah ini.

6
Tabel 2. Penggunaan anggaran pelaksanaan PKM

No. Pengeluaran dan Pemasukan Satuan Harga Satuan (Rp) Total (Rp)
Pemasukan
1. Dana PKM Kampus - - Rp. 1.500.000,00
2. Dana Pribadi - -
Total Pemasukan - - Rp. 1.500.000,00
Pengeluaran
1. Spanduk 1 Rp. 110.000,00 Rp. 110.000,00
2. Poster 10 Rp. 10.000,00 Rp. 100.000,00
3. Air Mineral 4 Rp. 18.000,00 Rp. 72.000,00
4. Snack Rp. 600.000,00
5. Kertas Sertifikat 1 Rp. 60.000,00 Rp 60.000,00
6. Bingkai Piagam 1 Rp. 28.000,00 Rp. 28.000,00
7. Dos Kue 1 Rp. 40.000,00 Rp. 40.000,00
8. Tisu piring 2 Rp. 4.000,00 Rp. 8.000,00
9. Transportasi Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00
10. Cleo Mini 1 Rp. 30.000,00 Rp. 30.000,00
11. Tissue Nice 1 Rp. 9.000,00 Rp. 9.000,00
12 Teh Kotak 7 Rp. 4.000,00 Rp. 28.000,00
13 Kantong Plastik 5 Rp. 2.500,00 Rp. 12.500,00
14. Transportasi Rp. 300.000,00 Rp. 300.000,00
15. MC Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
16. Kebersihan Rp. 50.000,00 Rp. 50.000,00
Total Pengeluaran Rp.1.500.000,00
Sisa Dana Rp. -

3.4. Materi Stunting


Belakangan ini kita sering mendengar tentang Stunting dan sering
dibicarakan oleh ibu-ibu yang memiliki anak balita. Stunting dan pendek
memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun
stunting dan pendek adalah kondisi yang berbeda sehingga membutuhkan

7
penanganan yang tidak sama. Singkatnya stunting adalah pendek namun pendek
belum tentu stunting.
Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian dan diwaspadai.
Kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik.
Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa menimbulkan dampak jangka
panjang kepada anak. Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik,
tapi nutrisi yang tidak mencukupi juga memengaruhi kekuatan daya tahan tubuh
hingga perkembangan otak anak.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5
tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk
usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal
setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2
tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat penting (severety stunted) adalah balita
dengan panjang badan (PB/U) dan tinggi badan (TB/U) menurut umurnya
dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS tahun 2006.
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang upaya pencegahan stunting
yang dapat kita lakukan, sebaiknya kita juga mengetahui tentang penyebab
stunting itu sendiri. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak
hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun
anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi
prevalensi stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita.
Beberapa penyebab stunting sebagai berikut :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu
mengenai kesehatan dan gizi sebelum, pada masa kehamilan dan setelah
melahirkan.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care)
atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau
pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang berkualitas.
3. Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga pada makanan bergizi
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi

8
Beberapa penyebab seperti yang dijelaskan di atas, telah berkontribusi
pada masih tingginya prevalensi stunting di Indonesia dan oleh karenanya
diperlukan rencana intervensi yang komprehensif untuk mengurangi prevalensi
stunting di Indonesia.

Intervensi

Intervensi yang dilakukan pemerintah kelompokan menjadi intervensi


sensitif dan intervensi spesifik. Intervensi gizi spesifik dilakukan oleh sektor
kesehatan melalui Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Intervensi gizi sensitif dilakukan oleh sektor lain di luar
kesehatan yang terkait dengan upaya penanggulangan stunting.
Intervensi spesifik yang diberikan pemerintah dapat dikelompokan
berdasarkan sasaran program, yaitu :
1. Sasaran ibu hamil dilakukan melalui perlindungan ibu hamil terhadap
kekurangan zat besi, asam folat, dan kekurangan energi dan protein kronis;
perlindungan terhadap kekurangan iodium, dan perlindungan terhadap malaria
2. Sasaran ibu menyusui dan anak usia 0-6 bulan, dilakukan melalui dorongan
pemberian IMD/Inisiasi menyusui dini (pemberian kolostrum ASI), memberikan
edukasi kepada ibu untuk memberikan ASI eksklusif, pemberian imunisasi dasar,
pantau tumbuh kembang bayi/balita setiap bulan, dan penanganan bayi sakit
secara tepat
3. Sasaran ibu menyusui dan Anak usia 7- 23 bulan, dilakukan melalui dorongan
pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian Makanan
Pendamping-ASI (MP-ASI), penyediaan dan pemberiaan obat cacing,
pemberiaan suplementasi zink, fortifikasi zat besi ke dalam makanan,
perlindungan terhadap malaria, pemberian imunisasi, pencegahan dan
pengobatan diare
Intervensi sensitif dilakukan melalui bebagai program kegiatan, di
antaranya penyediaan akses air bersih, penyediaan akses terhadap sanitasi salah
satunya melalui program STBM, fortifikasi bahan pangan oleh Kementerian
Pertanian, penyediaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penyediaan Jaminan
Persalinan Universal (Jampersal), pemberian

9
pendidikan pengasuhan pada orang tua, pemberian pendidikan anak usia dini
universal oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan, Keluarga Berencana
(KB), pemberian edukasi kesehatan seksual dan reproduksi, serta gizi remaja,
pengentasan kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan dan gizi.
Stunting tahap awal dan pencegahan
Stunting yang terjadi pada tahap awal kehidupan atau usia dini dapat
menyebabkan dampak merugikan bagi anak, baik dalam jangka pendek atau
jangka panjang. Khususnya, jika gangguan pertumbuhan dimulai pada 1000 HPK
(Hari Pertama Kehidupan yang dihitung sejak konsepsi) hingga usia dua tahun.
Pada dasarnya stunting pada balita tidak bisa disembuhkan, tapi dapat dilakukan
upaya untuk perbaikan gizi guna meningkatkan kualitas hidupnya. Pencegahan
stunting harus dilakukan sejak dini, bahkan sejak masa kehamilan. Pencegahan
stunting yang dapat kita lakukan adalah sebagai berikut :
1. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada
anak adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Ibu yang sedang
mengandung agar selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke dokter
atau bidan.
2. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 2 Tahun
ASI berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak berkat
kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan untuk tetap
memberikan ASI Eksklusif selama dua tahun kepada sang buah hati. Protein
whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai mampu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.
3. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat.
Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.

1
Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.
4. Terus memantau tumbuh kembang anak
Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama
dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu
maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu untuk
mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.
5. Selalu jaga kebersihan lingkungan
Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
termasuk diare terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula
yang secara tak langsung meningkatkan peluang stunting. Sementara salah satu
pemicu diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Stunting merupakan ancaman utama terhadap kualitas manusia
Indonesia, juga ancaman terhadap kemampuan daya saing bangsa. Hal ini
dikarenakan anak stunted, bukan hanya terganggu pertumbuhan fisiknya
(bertubuh pendek/kerdil) saja, melainkan juga terganggu perkembangan otaknya,
yang mana tentu akan sangat mempengaruhi kemampuan dan prestasi di sekolah,
produktivitas dan kreativitas di usia-usia produktif. Semoga informasi ini
membantu para ibu mencegah stunting dan meningkatkan kualitas kesehatan
anak.
Salah satu sasaran yang ingin dicapai pada program perbaikan gizi
menuju Indonesia sehat adalah terwujudnya minimal 80% KADARZI. Hal ini
diwujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi keluarga yang kurang
mendukung dan menumbuhkan kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah
gizi yang ada dalam keluarga. Tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat
khususnya Ibu rumah tangga terhadap gizi merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh pada pencapaian program gizi keluarga (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia., 2007). Implementasi perilaku KADARZI
terhadap status gizi balita sudah dibuktikan dibeberapa studi, bahwa terdapat
hubungan antara perilaku KADARZI dengan status gizi balita, dengan semakin
baik perilaku KADARZI, semakin baik status gizi balita (BB/U dan TB/U).

1
Kadarzi adalah program yang dijalankan pemerintah dengan harapan
keluarga mampu mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap
anggotanya. Keluarga disebut kadarzi apabila telah berperilaku gizi yang baik
yang dicirikan minimal dengan menimbang berat badan secara teratur,
memberikan ASI eksklusif, makan beranekaragam, menggunakan garam
beryodium, minum suplemen gizi sesuai anjuran. Kadarzi diwujudkan dengan
cara meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku gizi keluarga yang kurang
mendukung serta menumbuhkan kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah
gizi yang ada dalam keluarga. Rendahnya pengetahuan dan perilaku masyarakat
khususnya ibu-ibu rumah tangga terhadap gizi dan kesehatan merupakan faktor
yang berpengaruh pada pencapaian program kadarzi
Indikator Kadarzi Menurut Kemenkes RI (2017), indikator kadarzi
digunakan untuk mengukur tingkat sadar gizi keluarga.Pengukuran kadarzi diukur
minimal dengan lima indikator yang penggunaannya disesuaikan dengan
karakteristik keluarga, yaitu:
1. Menimbang Berat Badan Secara Teratur Penimbangan berat badan dilakukan
secara berkala, sebaiknya sebulan sekali di Posyandu atau Puskesmas.
Penimbangan ini berguna untuk memantau pertumbuhan. Kecukupan energi bagi
seorang ditandai oleh berat badannya yang normal. Untuk mengetahui berat
badan normal seseorang dapat digunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
balita dan untuk dewasa digunakan Indeks Massa Tubuh (IMT). Kekurangan
energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya berat badan.
Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh
kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi
badannya tidak mencapai ukuran normal, selain itu ia mudah terkena penyakit
infeksi.
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) Saja Kepada Bayi Sejak Lahir Sampai Umur 6
Bulan (ASI Eksklusif) ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh
kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Kolostrum, yakni ASI
yang keluar pada hari pertama agar diberikan kepada bayi. Setelah bayi berumur
6 bulan, ASI saja tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh
karenanya setelah bayi umur 6 bulan,

1
bayi perlu mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI). MP-ASI
diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan pertambahan umur,
pertumbuhan badan,dan perkembangan kecerdasannya. Seperti yang telah kita
ketahui, walaupun bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan, ASI masih tetap
diberikan sampai usia 24 bulan. Hal ini baik untuk membantu perkembangannya,
mempertahankan, dan meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap penyakit
infeksi, serta mempererat jalinan kasih sayang ibu dan anaknya secara timbal
balik. Melihat besarnya manfaat yang diberikan oleh ASI maka diharapkan agar
semua ibu mau memberikan ASI secara eksklusif yang cukup jumlah dan mutu
gizinya.
3. Makan Beraneka Ragam Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua
zat gizi secara lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh manusia, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh
karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi aneka ragam makanan, kecuali bayi
umur 0 sampai 6 bulan yang cukup sehat hanya dengan memperoleh ASI saja.
Pada dasarnya penganekaragaman konsumsi pangan merupakan upaya
perubahan perilaku manusia dalam memilih pangan untuk dikonsumsi. Selain
dari faktor pengetahuan dan faktor ekonomi, hal ini juga dipengaruhi oleh
ketersediaan pangan di pasar/tempat-tempat makan dalam bentuk yang mudah
diolah, mempunyai daya simpan, bersih, aman, serta memenuhi cita rasa
(inderawi). Hal ini juga perlu disesuaikan dengan kebiasaan makan serta
perkembangan sistem budaya dan ekonomi masyarakat. Untuk memenuhi gizi
yang lengkap dan seimbang diperlukan makanan yang beraneka ragam.
Mengkonsumsi makanan hanya satu jenis makanan dalam jangka waktu relatif
lama dapat mengakibatkan berbagai penyakit kekurangan gizi atau gangguan
kesehatan. Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat pengatur,
ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang minimal. Makan
beranekaragam dikatakan baik bila sekurang-kurangnya dalam 1 hari keluarga
makan lauk hewani dan buah, dan dikatakan belum baik bila tidak makan lauk
hewani dan buah.

1
4. Menggunakan Garam Beryodium Garam beryodium yang dikonsumsi setiap hari
mempunyai manfaat untuk mencegah timbulnya Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY). GAKY dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan
pada anak-anak, penyakit gondok, endemik dan kretin. Yodium dapat diperoleh
dari berbagai jenis bahan makanan baik yang berasal dari nabati maupun hewani.
Kandungan yodium dalam bahan makanan sangat bervariasi tetapi sumber
makanan yang berasal dari laut merupakan sumber yodium yang terbaik. Sumber
yodium yang paling sering didengar adalah garam, garam mengandung natrium.
Namun kelebihan konsumsi natrium dapat memicu timbulnya penyakit tekanan
darah tinggi. Tekanan darah tinggi merupakan pencetus terjadinya stroke, yaitu
pecahnya pembuluh darah otak. Stroke menyebabkan kematian pada orang
dewasa di atas usia 40 tahun. Sedangkan, penyakit tekanan darah tinggi
membawa resiko timbulnya penyakit jantung pada usia dewasa. Karena itu
hindari konsumsi garam berlebihan. Dianjurkan untuk mengkonsumsi garam
tidak lebih dari 6 gram atau 1 sendok teh setiap harinya.
5. Minum Suplemen Gizi (TTD, Kapsul Vitamin A) Sesuai Anjuran Kekurangan
zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan
penyakit anemia gizi.Anemia gizi dapat diderita oleh semua golongan umur.
Terutama ibu hamil, anak balita, anak sekolah dan tenaga kerja wanita. Karena
itu, disarankan mengkonsumsi makanan sumber zat besi antara lain adalah
semua sayur berwarna hijau, kacang- kacangan, hati, telur dan daging Khusus
bagi ibu hamil dan penderita anemia gizi diharuskan untuk mengkonsumsi tablet
tambah darah (pil besi) sesuai dengan anjuran. Buta akibat kurang gizi dapat
menghinggapi siapa saja. Untuk itu bayi dan balita perlu diberikan kapsul
vitamin A dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.

1
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
1.1. Simpulan

Cara untuk mengatasi terjadinya masalah gizi pada balita hendaknya para
orangtua lebih memperhatikan asupan yang dikomsumsi keluarga dan baltanya
dengan menerapkan hidup kadarzi sangat bermanfaat untuk mengurangi risiko
terjadinya masalah gizi terutama masalah stunting pada balita.

meningkatkan pengetahuan ibu dalam upaya meningkatkan status


kesehatan dan gizi anak agar ibu dapat memberikan pengasuhan yang baik dan
tepat untuk proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu kegiatan ini
memberikan edukasi kepada kader agar nantinya kader dapat melanjutkan
kegiatan pemberian edukasi kepada para ibu dalam upaya pencegahan masalah
kesehatan dan gizi pada balita.

1.2 Saran

Sosialisasi dan pendampingan perlu dilakukan secara komperhensif. Oleh


karena itu, perlunya melakukan kerja sama dengan kampus ITSBM agar dapat
memberikan pemahaman untuk Pencegahan Stunting dengan Pendekatan Kadarzi
di Desa Bonto Tangnga Kelurahan Bontoharu, Kabupaten Kepulauan Selayar.
Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini dapat menumbuhkan pengetahuan dan
kesadaran untuk mengurangi risiko terjadinya masalah gizi terutama masalah
stunting pada balita sehingga, desa bontotangnga keluar dari wilayah lotus.

1
DAFTAR PUSTAKA

Azrimaidaliza, Nursal, D. G., Rahmy, H. A., & Asri, R. (2019). Characteristics of


Stunted Children Aged 24-36 Months in Padang City. Malaysian
Journal of Public Health Medicine.

Dinas Kesehatan Kepulauan selayar. (2022). Profil Kesehatan Tahun 2022.

Lamid, A. (2018). Masalah Kependekan (Stunting) Pada Anak Balita: Analisis Prospek
Penanggulangan di Indonesia. Buletin Jendela Data Dan Informasi
Kesehatan.

Wahyudi, B. F., Sriyono, & Indarwati, R. (2015). Analisis Faktor yang Berkaitan dengan
Kasus Gizi Buruk Pada Balita. Jurnal Pediomaternal, 3, 83-91.

1
LAMPIRAN

Lampiran 1. Penyambutan Kepala Desa Bontotangnga kecamatan bontoharu

Lampiran 2. Penyuluhan pencegahan stunting oleh Hariani, S.K.M., M.Kes

1
Lampiran 3. Penyerahan Cinderamata

1
Lampiran 4. Sesi Foto Bersama

1
Lampiran 5. Bukti Penyuratan Melakukan PKM

2
2
Lampiran 6. Nota Anggaran Kegiatan

2
2
2
2

Anda mungkin juga menyukai