Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN KEGIATAN

DEMONSTRASI ANTROPOMETRI DAN PEMBUATAN ABON


DI KECAMATAN BETARA KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

Dosen Pembimbing:
Ns. Marlina Yesni, S.Kep, M.Kep
Satiti Kawuri Putri, S.TP, M.Si

Disusun Oleh:
Posko 4 Desa Muntialo

HALAMAN JUDUL

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI


TAHUN AKADEMIK 2022/2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Kuliah Kerja Nyata ini telah disetujui oleh Kepala Desa dan
Dosen Pembimbing Lapangan.

Mengetahui, Jambi,…..Februari, 2023


Kepala Desa Dosen Pembimbing Lapangan

( Muhammad Nasir ) (Ns. Marnila Yesni, S. Kep., M. Kep)


NIDN.
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah Subhanna Wata’ala,


yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini. Pada kesempatan kali ini kami ucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Filius Chandra SE, MM selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Baiturrahim Jambi.
2. Ibu Ns. Marnila Yesni, S.Kep, M.Kep dan Ibu Satiti Kawuri Putri, S.TP,
M. Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan.
3. Bapak Muhammad Nasir selaku Kepala Desa Muntialo
Terlepas dari semua itu, kami sangat menyadari seutuhnya bahwa laporan
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat terbuka untuk
menerima segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir
kata kami berharap laporan ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kita semua dan
apa yang kita lakukan mendapatkan ridho dari Allah SWT.

Jambi, 20 Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Tujuan.................................................................................................2
BAB II METODE PELAKSANAAN......................................................................3
2.1 Waktu dan Tempat..............................................................................3
2.2 Sasaran................................................................................................3
2.3 Materi..................................................................................................3
2.4 Metode................................................................................................9
2.5 Media..................................................................................................9
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................10
3.1 Gambaran Lokasi..............................................................................10
3.2 Evaluasi Kehadiran...........................................................................10
3.3 Evaluasi Pelaksanaan........................................................................10
BAB IV PENUTUP...............................................................................................12
4.1 Kesimpulan.......................................................................................12
4.2 Saran.................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13
LAMPIRAN...........................................................................................................14
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Evaluasi Pelaksanaan...............................................................................10


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Foto Bersama..................................................................................................14

Gambar 2. Demonstrasi Antropometri 14

Gambar 3. Demonstrasi Pembuatan Abon Ikan Gabus 15


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi......................................................................................14
Lampiran 2. Daftar Hadir.......................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh banyak
faktor dan bersifat lintas generasi. Angka kejadian stunting menunjukkan
masalah gizi buruk yang kronis dan terjadi pada usia balita. Stunting memiliki
dampak yang cukup serius dan dapat berlanjut saat balita stunting pada usia
dewasa. Akan tetapi, sebagian faktor risiko terjadinya stunting dapat dicegah
sejak dini. Deteksi dini risiko terjadinya stunting tidak sulit dilakukan, namun
belum menjadi prioritas. Hasil penelitian yang dilakukan di Lampung bahwa
cakupan keikutsertaan orang tua atau wali siswa dalam kegiatan edukasi dan
pelatihan pemantauan pertumbuhan anak masih rendah. Hal ini
menggambarkan masih diperlukan peningkatan motivasi dan strategi lain untuk
meningkatkan pemahaman dan kesadaran orang tua terhadap pertumbuhan
anak.
Stunting atau pendek didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada
bayi (0-11 bulan) dan anak balita (12-59 bulan) akibat dari kekurangan gizi
kronis terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan sehingga anak terlalu
pendek untuk usianya (Ramayulis et al.,. 2018). Kekurangan gizi terjadi sejak
bayi dalam kandungan dan pada masa awal lahir, tetapi stunting baru nampak
setelah anak berusia 2 tahun. Berdampak pada tingkat kecerdasan, kerentanan
terhadap penyakit, menurunkan produktifitas dan kemudian menghambat
pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan ketimpangan
(Kemenkeu, 2018).
Penurunan angka stunting masih menjadi prioritas utama dalam rangka
tujuan pembangunan nasional. Hasil survei SSGI pada tahun 2021
menunjukkan bahwa 24,4% anak di Indonesia terbukti mengalami stunting.
Hal ini merupakan masalah serius mengingat sumber daya manusia yang paling
berharga bagi suatu negara. Upaya peningkatan status gizi masyarakat
termasuk penurunan prevalensi balita pendek menjadi salah satu prioritas
pembangunan nasional yang tercantum di dalam sasaran pokok Rencana
Pembangunan jangka Menengah Tahun 2015 – 2019.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (2018), Indonesia menunjukkan prevalensi
Stunting tahun 2013 (37,2%) dan tahun 2018 (30,8%). Pada tahun 2013
prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur (51,7%) dan
prevalensi terendah di DKI Jakarta (27,5%). Pada tahun 2018 terjadi penurunan
dengan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Nusa Tenggara Timur (42,6%)
dan prevalensi terendah terdapat di provinsi DKI Jakarta (17,7%). Sedangkan
Provinsi Jambi prevalensi stunting (30,1%) Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Provinsi Jambi Tahun 2018, persentase stunting tertinggi terdapat di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat (44%) dan terendah di Kabupaten Sarolangun (18,8%),
untuk Kota Jambi angka kejadian Stunting (26.2%).
Penyebab stunting adalah faktor gizi yang buruk yang dialami oleh ibu
hamil maupun anak balita, terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan
ante natal care, post natal care, kurangnya akses kepada makanan bergizi dan
kekurangan pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan para kader posyandu
mampu mengetahui cara pengukuran tinggi badan dan berat badan
dengan benar dan meningkatkan pengetahuan mengenai modifikasi
makanan tambahan untuk balita dalam upaya pencegahan stunting.

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan selama 120 para kader mampu :
1. Mengetahui cara pengukuran tinggi badan dengan benar
2. Mengetahui cara mengukur berat badan dengan benar
3. Mengetahui pentingnya pemberian makanan tambahan bagi balita
stunting.
BAB II
METODE PELAKSANAAN

2.1 Waktu dan Tempat


Tema : Demonstrasi antropometri dan pembuatan
abon
Hari/Tanggal Pelaksanaan : Kamis, 16 Februari 2023
Waktu : 13.00 wib s/d Selesai
Petugas : Mahasiswa KKN Desa Muntialo
Tempat : Kantor Camat Kecamatan Betara

2.2 Sasaran
Sasaran dari kegiatan penyuluhan ini adalah kader posyandu di Kecamatan
Betara.

2.3 Materi
A. Metode Pemeriksaan Status Gizi
Menilai status gizi dapat dilakukan melalui beberapa metode
pengukuran, tergantung pada jenis kekurangan gizi. Hasil penilaian status
gizi dapat menggambarkan berbagai tingkat kekurangan gizi, misalnya
status gizi yang berhubungan dengan tingkat kesehatan, atau berhubungan
dengan penyakit tertentu. Metode pemeriksaan status gizi yaitu:
1. Riwayat subjek (Riwayat pekerjaan, Riwayat penyakit dahulu,
Riwayat keluarga, dsb)
2. Data asupan makanan
3. Data antropometri
4. Data biokimiawi
5. Prosedur atau tes medis
6. Pemeriksaan fisik
Dari sekian banyak metode pemeriksaan, metode yang sering
digunakan adalah metode antropometri. Antropometri berasal dari kata
anthropo yang berarti manusia dan metri yaitu ukuran. Metode
antropometri dapat diartikan sebagai mengukur fisik dan bagian tubuh
manusia. Jadi antropometri adalah pengukuran ubuh atau bagian tubuh
manusia. Dalam menilai status gizi dengan metode antropometri adalah
menjadikan ukuran tubuh manusia sebagai metode untuk menentukan
status gizi. Konsep dasar yang harus dipahami dalam menggunakan
antropometri untuk mengukur status gizi adalah konsep dasar pertumbuhan
(Kemenkes, 2010).
Kelebihan antropometri:
a. Prosedur pengukuran antropometri umumnya cukup sederhana
dan aman digunakan.
b. Untuk melakukan pengukuran antropometri relatif tidak
membutuhkan tenaga ahli, cukup dengan dilakukan pelatihan
sederhana.
c. Alat untuk ukur antropometri harganya cukup murah terjangkau,
mudah dibawa dan tahan lama digunakan untuk pengukuran.
d. Ukuran antropometri hasilnya tepat dan akurat.
e. Hasil ukuran antropometri dapat mendeteksi riwayat asupan gizi
yang telah lalu.
f. Hasil antropometri dapat mengidentifikasi status gizi baik,
sedang, kurang dan buruk.
g. Ukuran antropometri dapat digunakan untuk skrining (penapisan),
sehingga dapat mendeteksi siapa yang mempunyai risiko gizi
kurang atau gizi lebih.
Kekurangan Metode antropometri
a. Hasil peukuran antropometri tidak sensitif, karena tidak dapat
membedakan kekurangan zat gizi tertentu, terutama zat gizi mikro
misal kekurangan zink.Apakah anak yang tergolong pendek
karena kekurangan zink atau kekurangan zat gizi yang lain.
b. Faktor-faktor di luar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan
sensitivitas ukuran. Contohnya anak yang kurus bisa terjadi
karena menderita infeksi, sedangkan asupan gizinya normal. Atlet
biasanya mempunyai berat yang ideal, padahal asupan gizinya
lebih dari umumnya.
c. Kesalahan waktu pengukuran dapat mempengaruhi hasil.
Kesalahan dapat terjadi karena prosedur ukur yang tidak tepat,
perubahan hasil ukur maupun analisis yang keliru. Sumber
kesalahan bisa karena pengukur, alat ukur, dan kesulitan
mengukur.
Pengukuran berat badan memerlukan alat yang hasil ukurannya
akurat. Untuk mendapatkan ukuran berat badan yang akurat, terdapat
beberapa persyaratan alat ukur berat di antaranya adalah alat ukur harus
mudah digunakan dan dibawa, mudah mendapatkannya, harga alat relatif
murah dan terjangkau, ketelitian alat ukur sebaiknya 0,1 kg (terutama alat
yang digunakan untuk memonitor pertumbuhan), skala jelas dan mudah
dibaca, cukup aman jika digunakan, serta alat selalu dikalibrasi.Beberapa
jenis alat timbang yang biasa
digunakan untuk mengukur berat badan adalah dacin untuk menimbang
berat badan balita, timbangan detecto, bathroom scale (timbangan kamar
mandi), timbangan injak digital, dan timbangan berat badan lainnya.
1) Penyiapan Alat Ukur
 Letakkan alat timbang di bagian yang rata/datar dan keras
 Jika berada di atas rumput yang tebal atau karpet tebal atau
permadani, maka pasang kaki tambahan pada alat timbangan
untuk bisa mengatasi daya pegas darialas yang tebal
 Pastikan alat timbang menunjukkan angka “00.00” sebelum
melakukan penimbangan dengan menekan alat timbang tersebut.
Jika alat timbang tidak menunjukkan angka “00.00” lakukan hal
sebagai berikut : Periksa apakah ada baterai pada alat timbang
tersebut periksa apakah posisi positif dan negatif baterai sudah
sesuai. Ganti baterai baru (pewawancara harus membawa baterai
cadangan selama kegiatan pengukuran dilakukan)
2) Pengukuran Berat Badan Dewasa
Untuk mengukur berat badan orang dewasa, ikuti langkah-langkah
berikut ini:
1. Mengecek weight scale harus menunjuk angka 'nol' sebelum
digunakan
2. Meminta subjek untuk melepaskan jaket atau dompet/HP atau
berpakaian minimal
3. Mempersilakan subjek berdiri di tengah timbangan badan
dengan posisi setimbang tanpa dibantu, pandangan lurus ke
depan
4. Membaca skala berat badan dan dicatat dalam 0,1 kg terdekat
5. Menyampaikan hasil kepada subjek
3) Pengukuran Berat Badan Anak
a. Cara pengukuran berat badan anak yang bisa berdiri:
1. Ketika alat timbang sudah menunjukkan angka 00.00
mintalah anak tersebut untuk berdiri di tengah-tengah alat
timbang.
2. Pastikan posisi badan anak dalam keadaan berdiri tegak,
mata/kepala lurus ke arah depan, kaki tidak menekuk.
Pewawancara dapat membantu anak tersebut berdiri dengan
baik di atas timbangan dan untuk mengurangi gerakan anak
yang tidak perlu yang dapat mempengaruhi hasil
penimbangan.
3. Setelah anak berdiri dengan benar, secara otomatis alat
timbang akan menunjukkan hasil penimbangan digital.
Mintalah anak tersebut untuk turun dulu dari timbangan dan
pewawancara harus segera mencatat hasil penimbangan
tersebut.
b. Cara pengukuran berat badan dengan dacin bayi/ anak belum bisa
berdiri:
1. Masukkan balita kedalam sarungt imbang dengan pakaian
seminimal mungkin dan geser bandul sampai jarum tegak
lurus.
2. Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung
bandul geser.
3. Catat hasil penimbangan dengan benar di kertas/buku bantu
dalam kg dan ons.
4. Kembalikan bandul ke angka nol dan keluarkan balita dari
sarung/ celana/kotak timbang
4) Pengukuran Tinggi Badan Dewasa
1. Melepaskan alas kaki atau topi
2. Mempersilakan berdiri tegak, merapat di alat ukur
3. Memposisikan tumit, betis, gluteus, skapula dan kepala merapat
alat ukur
4. Meminta subjek untuk memandang lurus ke depan (Frankfurt
plane horizontal) dan lengan bebas di samping badan dengan
palmar menghadap paha
5. Meminta subjek menarik nafas panjang dan berdiri tegak untuk
membantu penegakan tulang belakang
6. Menurunkan movable headboard dengan pelan hingga mencapai
bagian atas kepala
7. Pengukuran TB diambil pada saat inspirasi maksimum dengan
pandangan mata pengukur sejajar dengan headboard & dicatat
dalam mm terdekat
8. Menyampaikan hasil kepada subjek
5) Pengukuran Tinggi Badan Untuk Bayi/ Anak Belum Bisa Berdiri
1. Dengan bantuan ibu si anak, baringkan si anak di permukaan
keras yang rata dengan memegang punggung si anak dengan satu
tangan dan bagian bawah badan dengan tangan lainnya. Dengan
perlahan-lahan turunkan si anak ke atas permukaan keras tersebut
dengan bagian kaki menempel di tembok.
2. Mintalah ibu si anak untuk berlutut di sebelah alat ukur
menghadap alat ukur agar si anak lebih tenang.
3. Pegang kepala si anak dari kedua arah telinganya. Dengan
menggunakan tangan secara nyaman dan lurus, tempelkan kepala
si anak ke bagian atas papan ukur sehingga si anak dapat
memandang lurus kearah depan. Garis pandang si anak harus
tegak lurus dengan tanah. Kepala anda harus lurus dengan kepala
si anak. Pandanglah langsung ke mata si anak.
4. Pastikan si anak berbaring di atas permukaan keras. Tempatkan
tangan kiri anda di ujung tulang kering si anak (sedikit di atas
sendi mata kaki) atau pada lututnya. Tekanlah dengan kuat ke
arah permukaan keras.
5. Dengan menggunakan tangan kanan anda, geserkan alat pengukur
ke arah kepala si anak. Pastikan anda menekan rambut si anak.
Jika posisi si anak sudah betul, baca dan catatlah hasil
pengukuran.

B. Pembuatan Abon
Bahan baku utama yang digunakan adalah ikan gabus yang
didapatkan di pasar tradisional. Bahan- bahan lain yang digunakan adalah
santan kelapa, gula, garam, bawang merah, bawang putih, lengkuas,
ketumbar, daun salam, sereh, air galon dan minyak untuk menggoreng.
Alat yang digunakan antara lain: alat pengepres minyak, blender, baskom,
pisau, talenan, sutil, wajan, kompor, dan presto. Cara pembuatan abon
adalah sebagai berikut:
1. Ikan gabus disiangi dan dibuang isi perut dan insan kecuali kepala,
sirip dan tulang lalu dicuci bersih dan ditiriskan untuk
menghilangkan air yang masih tersisa.
2. Masing- masing ikan beserta kepala dan tulang yang telah dicuci
dengan berat 1500 gram, kemudian dimasukkan ke dalam panic
presto dengan perbandingan ikan dan air 1:3. Lalu daun salam
sebanyak 10 lembar, daun jeruk 8 lembar, sereh 6 batang
(memarkan) juga dimasukkan kedalam panci presto. Lalu
dilakukan perebusan dalam panci presto setelah itu bumbu
dipersiapkan.
3. Setelah itu ikan dipresto selama 60 menit kemudian tiriskan.
4. Selanjutnya dilakukan proses pencabikan atau penggilingan ikan
sampai menjadi serat- serat. Proses ini dilakukan dengan
menggunakan blender.
5. Kemudian bawang putih, bawang merah, lengkuas ketumbar,
garam, gula, dibersihkan kemudian dihaluskan.
6. Bumbu yang telah dihaluskan dan serat daging ikan dicampurkan
ke dalam santan kelapa kemudian diamkan selama 10 menit agar
bumbu meresap kedalam serat- serat daging ikan.
7. Lalu penggorengan di dalam minyak sebanyak 1000 ml dilakukan
selama 60 menit dengan api sedang. Selama proses penggorengan
dilakukan pengadukan secara terus menerus agar abon ikan yang
dihasilkan.
2.4 Metode
1. Ceramah
2. Diskusi

2.5 Media
1. Alat antropometri
2. Alat masak
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Lokasi


Lokasi yang dipilih untuk kegiatan demonstrasi antropometri dan
pembuatan abon yaitu di Aula Kantor Camat di Desa Pematang Lumut
Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi.

3.2 Evaluasi Kehadiran


Kegiatan refresh kader dan demonstrasi pembuatan abon yang
dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Februari 2023 di Aula Kantor Camat di
Desa Pematang Lumut Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Provinsi Jambi yang menghadiri kegiatan ini sebanyak ± 80 orang. Hal ini
sesuai dengan target yang direncanakan.

3.3 Evaluasi Pelaksanaan


Tabel 1. Evaluasi Pelaksanaan
Evaluasi
Waktu Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Peserta
Pelaksanaan
Pembukaan / 13.00- Memberi salam, Mempersiapakan
Pendahuluan 13.10 perkenalan,menjelaskan diri,mendengarkan
tujuan demonstrasi dan
Memahami.
Pelaksanaan 13.10- Demonstrasi antropometri Menyimak dan
demonstrasi 14.40 dan pembuatan abon memperhatikan materi
yang disampaikan
Evaluasi 16.40- Memberi kesempatan Bertanya terkait hal
16.50 kepada peserta untuk belum dimengerti
bertanya terkait materi.
Penutup 16.50- Menyimpulkan materi dan Menyimak dan
17.00 mengucapkan terima mendengarkan isi
kasih/salam kesimpulan,
mengikuti menjawab
salam.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan refresh kader dan demonstrasi
pembuatan abon ikan gabus dapat disimpulkan bahwa para kader masih ada
yang belum bisa atau belum tau tentang cara pengukuran yang baik dan
benar. Setelah dilakukan demonstrasi pembuatan abon ikan gabus para kader
dapat mengetahui tentang cara mengolah ikan gabus selain digoreng atau
dipanggang. Hal ini menjadi pengetahuan dan inovasi baru untuk para kader
agar dapat membudidayakan ikan gabus yang sangat melimpah di daerah
Kecamatan Betara dalam upaya pencegahan stunting dengan membuat
makanan tambahan yaitu abon ikan gabus.

4.2 Saran
1. Diharapkan selalu mengulas atau mengulang pengetahuan mengenai
pengukuran antropometri bagi pada kader- kader posyandu minimal
setahun sekali.
2. Melanjutkan kegiatan pembuatan abon ikan gabus untuk menjadi salah
satu makanan khas daerah Kecamatan Betara.
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkeu. 2018. Penanganan Stunting Terpadu Tahun 2018. Direktur Anggaran


Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://siha.d
epkes.go.id/portal/files_upload/
Buku_Saku_Stunting_Desa.pdf&ved=2ahUKEwi7yNDAm_jjAhXbbSs
KHVQRC9IQFjAAegQIAxAB&usg=AOvVaw0ZhQjDzzZBIkN4vZi
miJSI&cshid=1565437126225
Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699, diperoleh pada 20 Februari 2023
pukul 18.24
Ramayulis, dkk. 2018. Stop Stunting dengan Konseling Gizi. Jakarta: Penerbit
Plus+
LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumentasi

Gambar 1. Foto Bersama


Gambar 3. Demonstrasi Pembuatan Abon Ikan Gabus
Lampiran 2. Daftar Hadir

Anda mungkin juga menyukai