Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENETAPAN KADAR VITAMIN C DENGAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Dosen Pembimbing

Disusun Oleh
Rosidana Putri
2048201065

PROGRAM STUDI SI-FARMASI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU
JAMBI T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun paper ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Penentuan Kadar
Vitamin C. 

Paper ini dibuat dengan berbagai literatur dan beberapa bantuan dari berbagai pihak
untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan paper ini. 

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada paper ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Jambi 22 Januari 2023

Penulis 

BAB I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh
kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa
vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan
aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang
terkena penyakit pada tubuh kita.
Dalam tubuh kita vitamin hanya di butuhkan dalam jumlah yang sedikit. Karena
vitamin hanya membantu kinerja atau proses kegiatan tubuh. Vitamin ada bermacam-
macam jenisnya ada vitamin A, B, C, D, E, dan K. Vitamin yang dapat larut dalam
air adalah vitamin A, D, E, dan K. Sedangkan, vitamin yang tidak dapat larut vitamin
B dan C.
Setiap vitamin memiliki fungsi sendiri-sendiri dalam tubuh, ada yang digunakan
untuk penglihatan, pendengaran, ingatan dan masih banyak lagi. Karena vitamin
hanya dibutuhkan sedikit pada tubuh, sehingga vitamin yang harus masuk harus
sesuai. Tidak boleh kekurangan atau kelebihan vitamin karena dapat menimbulkan
penyakit yang dapat mengganggu pengaturan atau proses kegiatan tubuh.
Dalam makalah ini saya akan membahas tentang vitamin C dimana vitamin C
dapat ditemukan pada buah-buahan ataupun sayuran. Contohnya jerik, cabe, dan lain-
lain. Namun biasanya banyak orang yang tidak suka makan pedasa ataupun makan
buah-buahan. Sehingga mereka dapat kekurangan vitamin C. Contoh dari kekurangan
vitamin C, kita akan mengalami sariawan, bibir pecah-pecah bahkan badan menjadi
lemas. Sehingga banyak orang meminum tablet vitamin C yang dijual di apotek
karena itu dapat menggantikan vitamin yang ada di peroleh dari bahan alam. Namun
jika kelebihan vitamin C juga menimbulkan efek yang buruk ke tubuh. Misalnya
badan menjadi pucat dan kurus.
Sehingga perlu ditentukan kadar dari vitamin C pada tablet vitamin C. Oleh
karena itu, pada makalah ini saya membahas tentang “ Penentuan Kadar Vitamin C
pada Tablet Vitamin C “.
II. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana prinsip penentuan kadar dengan metode spektrofotometri?
2. Bagaimana cara penetapan kadar senyawa vitamin C dengan metode
spektrofotometri?
3. Berapa kadar vitamin C dalam satu tablet vitamin C?

III. Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip penentuan kadar dengan metode spektrofotometri.
2. Untuk mengetahui cara penetapan kadar senyawa vitamin C dengan metode
spektrofotometri.
3. Untuk menetahui kadar vitamin C dalam satu tablet vitamin C.

IV. Manfaat
1. Untuk menambah literature bagi peneliti
2. Menambah wawasan pembaca
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki
peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal
berbagai radikal bebas ekstraselular. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat
mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Meskipun jeruk dikenal sebagai
buah penghasil vitamin C terbanyak, sebenarnya salah besar, karena lemon memiliki
kandungan vitamin C lebih banyak 47% daripada jeruk.
Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 dan pada
tahun 1932 ditemukan bahwa vitamin ini merupakan agen yang dapat mencegah
sariawan. Albert Szent-Györgyi menerima penghargaan Nobel dalam Fisiologi atau
Kedokteran pada tahun 1937 untuk penemuan ini. Selama ini vitamin C atau asam
askorbat dikenal perananny dalam menjaga dan memperkuat imunitas terhadap
infeksi. Pada beberapa penelitian lanjutan ternyata vitamin C juga telah terbukti
berperan penting dalam meningkatkan kerja otak.Dua peneliti di Texas Woman's
University menemukan bahwa murid SMTP yang tingkat vitamin C-nya dalam darah
lebih tinggi ternyata menghasilkan tes IQ lebih baik daripada yang jumlah vitamin C-
nya lebih rendah.
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein
yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan
lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang,
memar, pendarahan kecil, dan luka ringan.
Vitamin c juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan
mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin c mampu menetralkan radikal
bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat
meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal
nitrit penyebab kanker. Penelitian di Institut Teknologi Massachusetts menemukan,
pembentukan nitrosamin (hasil akhir pencernaan bahan makanan yang mengandung
nitrit) dalam tubuh sejumlah mahasiswa yang diberi vitamin C berkurang sampai
81%.
Hipoaskorbemia (defisiensi asam askorbat) bisa berakibat keadaan pecah-
pecah di lidah scorbut, baik di mulut maupun perut, kulit kasar, gusi tidak sehat
sehingga gigi mudah goyah dan lepas, perdarahan di bawah kulit (sekitar mata dan
gusi), cepat lelah, otot lemah dan depresi. Di samping itu, asam askorbat juga
berkorelasi dengan masalah kesehatan lain, seperti kolestrol tinggi, sakit jantung,
artritis (radang sendi), dan pilek.

II. Metode Spektrofotometri


Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada besarnya
nilai absorbsi suatu zat terhadap radiasi sinar elektromagnetik. Prinsip kerja
spektrofotometri adalah dengan menggunakan spektrofotometer yang pada umumnya
terdiri dari unsur-unsur seperti sumber cahaya, monokromator, sel, fotosel, dan
detektor. Sumber radiasi spektrofotometer dapat digunakan lampu deuterium untuk
radiasi di daerah sinar ultraviolet sampai 350 nm, atau lampu filamen untuk sinar
tampak sampai inframerah. Sinar yang dikeluarkan sumber radiasi merupakan sinar
polikromatis, sehingga harus dibuat menjadi sinar monokromatis oleh monokromator.
Radiasi yang melewati monokromator diteruskan ke zat yang akan diukur dan
sebagian radiasinya akan diserap oleh zat tersebut. Zat yang  akan  diukur nilai
absorbannya diletakkan pada sel dengan wadah kuvet. Sinar yang diteruskan akan
mencapai fotosel dan energi sinar diubah menjadi energi listrik (Khopkar 2003).
Namun, nilai yang dihasilkan dari spektrofotometer bukanlah nilai absorban (A)
melainkan  transmitan  (T). Oleh karena itu nilai  T  tersebut harus dikonversi ke
dalam nilai A zatyang diukur. Konversi menggunakan rumus A= – log % T. Konversi
ini dilakukan karena yang terukur adalah nilai transmitan (besarnya sinar radiasi yang
melewati zat dan ditangkap detektor), sedangkan yang diinginkan adalah nilai
absorban (besarnya sinar radiasi yang terserap oleh zat) dari zat yang diukur.
Jenis-jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang
digunakan.  Diantaranya adalah sebagai berikut :
1.  Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah
cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang
dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-
750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar
tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
2. Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
 Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV
berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang
gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium.
Deuterium disebut juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang
stabil tang terdapat berlimpah dilaut dan didaratan.
Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang
dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki
warna. Bening dan transparan.
3. Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan
Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan
sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah
menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu
photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Penyerapan sinar uv dan sinar
tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a.    Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b.    Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks
c.    Penyerapan oleh  perpindahan muatan.
4. Spektrofotometri IR (Infra Red)
Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang
Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan
dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan
pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil
analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap
panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan
signal standard.
BAB III

PEMBAHASAN

I. Metodologi
Dalam pembuatan makalah ini dilakukan menggunakan metode literature.
Dimana pada makalah ini membahas tentang penetapan kadar vitamin C pada tablet
vitamin C menggunakan metode spektrofotometri.

I. Prinsip Spektrofotometri
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika
melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel
(Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus
monokromatik, rnergi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi
kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi flouresensi
atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi
larutan harus pekat (tidak encer).

II. Contoh Perhitungan Kadar Vitamin C pada tablet vitamin C


1. Pembuatan Larutab standar asam askorbat ( Vitamin C )

Konsentrasi larutan induk : 186,2mg


0,25 L

: 744,8 ppm
Standar 1 Standar II
V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 744,8 ppm = 100 ml x 4 ppm V1 x 744,8 ppm = 100 ml x 8 ppm
V2 = 0,54 ml V2 = 1,07 ml

Standar III Standar IV


V1 x N1 = V2 x N2 V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 744,8 ppm = 100 ml x 12 ppm V1 x 744,8 ppm = 100 ml x 16 ppm
V2 = 1,61 ml V2 = 2,15 ml

2. Kurva Kalibrasi standar


Λmaks = 271 nm

Konsentrasi ( ppm ) Absorbansi


0 0
4 0,102
8 0,227
12 0,443
16 0,586
Sampel 0,596
3. Penentuan Vitamin C dengan sampel vitamin C

Pembuatan Larutan sampel

Berat sampel : 2.000 g

Konsentrasi sampel = mgtablet vit C = 2000 mg


L 0,250 L
= 8000 ppm

Dilakukan pengenceran:

a. Pengenceran I : 50 x ( 2 mL larutang yang dipipet dari larutan sampel induk


diencerkan dalam 100 mL larutan )
b. Pengenceran II : 4 x ( 25 mL larutan yang dipipet dari larutan pengenceran I
diencerkan kembali dalam 100 mL larutan )

Jadi, pengenceran yang dilakukan : 4 x 50 = 200 x


4. Perhitungan kadar vitamin C dalam sampel
Absorbansi sampel : 0,596

y = 0,0379x – 0,0312
0,506 = 0,0379x – 0,0312
0,5372 = 0,0379x
x = 14,17 ppm

Konsentrasi vitamin C dalam sampel sebenarnya :


              

= Pengenceran x konsentrasi
= 200 x 14,17 ppm
= 2834 ppm

Konsentrasi sampel = 8000 ppm

Kadar vitamin C = konsentrasi vitamin c dalam sampel


x 100 %
konsentrasi sampel
= 2834
x 100 %
8000
= 35,43 %

III. Pembahasan
Vitamin c atau asam askorbat merupakan bahan farmasi yang banyak
dikonsumsi sebagai antioksidan. Asam askorbat dalam sediaan farmasi dapat
ditentukan dengan metode titrasi iodometri atau spektrofotometri untraviolet pada
panjang gelombang 265nm. Pada praktikum ini akan dilakukan penentuan kadar
vitamin c sediaan farmasi dengan metode spektrofotometri pada panjang gelombang
maksimum (ditentukan terlebih dahulu). Digunakan larutan asam askorbat standar
untuk membuat kurva kalibrasi. Sampel berupa bahan farmasi vitamin C dengan
merek dagang “vitacimin”, merupakan tablet vitamin c yang berwarna kuning.
Sampel obat di larutkan dalam air sebagai larutan induk, asam askorbat dan bahan
pengisi pada tablet vitacimin akan larut sempurna dalam 250mL air, vitamin c atau
asam askorbat tersebut kemudian dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer
UV.
Spektrofotometer UV merupakan instrument yang menggunakan sumber
cahaya, sumber cahaya dapat berupa cahaya tampak ataupun ultraviolet, cahaya akan
ditembakkan pada sampel (kuvet) dan banyaknya cahaya yang diserap sampel dapat
terukut pada detektor. Pada praktikum digunakan cahaya ultraviolet. Banyaknya
cahaya yang diserap sampel pada panjang gelombang tertentu linear dengan kadarnya,
isi sesuai dengan hukum lambert beer. Menurut International Journal of Basic &
Applied Sciences IJBAS-IJENS Vol: 11 No: 02 hal.110 bahwa penentuan kadar
vitamin c menggunakan metode spektrofotometri sangat sensitive dengan deviasi
relatif sebesar 0,81%. Asam askorbat/vitamin C bersifat tidak stabil terhadap suhu,
oksigen, pH dan juga keberadaan ion logam seperti Fe2+, Cu2+ atau Ca2+ sehingga
perlakuan sampel seharusnya sangat memperhatikan stabilitas asam askorbat tersebut
agar tidak terjadi degradasi asam askorbat menjadi senyawa asam dehidroskorbat.

Untuk menjaga stabilitas asam askorbat, seharusnya perlu penambahan larutan


buffer pH 5,4 pada sampel. Karena pada pH tersebut, stabilitias vitamin C pada suhu
kamar selama 30 menit. pH asam juga akan mencegah terjadinya reaksi oksidasi yang
juga dapat mengurangi kadar vitamin c yang terukur. Selain itu suhu pengukuran
asam askorbat dijaga pada suhu kamar, seharusnya tempat sampel ditempatkan di atas
es (dijaketi es) untuk mengurangi suhu yang dapat menyebabkan degradasi asam
askorbat. Pada pengukuran sampel vitacimin ini, tidak diperhatikan faktor stabilitas
asam askorbatnya, sehingga kadar yang terukur menjadi lebih kecil dari kadar
sesungguhnya.
Standar asam askorbat diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah
ditentukan sebelumnya, panjang gelombang maksimum asam askorbat standar pada
271nm. Pada panjang gelombang tersebut dilakukan pengukuran absorbansi terhadap
larutan sampel vitacimin.
Dari pengukuran standar diperoleh kurva kalibrasi dengan persamaan y =
0,0379x – 0,0312 dan absorbansi sampel vitacimin sebesar 0,596 sehingga kadar asam
askorbat sampel vitacimin sebesar 14,17 ppm.
Kadar terukur tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran (200x) sehingga
kadar sesungguhnya adalah 2834 ppm yang diperoleh dari larutan vitacimin
8000ppm.  Jadi, kadar asam askorbat vitacimin dalam persen sebesar 35,43%.
BAB IV

PENUTUP

I. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan :
1. Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya
monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut
diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It).
2. Standar asam askorbat diukur pada panjang gelombang maksimum yang telah
ditentukan sebelumnya, panjang gelombang maksimum asam askorbat standar
pada 271nm. Dari pengukuran standar diperoleh kurva kalibrasi dengan
persamaan y = 0,0379x – 0,0312 dan absorbansi sampel vitacimin sebesar 0,596
sehingga kadar asam askorbat sampel vitacimin sebesar 14,17 ppm Kadar terukur
tersebut dikalikan dengan faktor pengenceran (200x) sehingga kadar
sesungguhnya adalah 2834 ppm yang diperoleh dari larutan vitacimin 8000ppm. 
3. Kadar asam askorbat vitacimin dalam persen sebesar 35,43%.

II. Saran
Paper ini masih jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan saran yang
membangun bagi para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Wardani, L.A. 2017. Validasi Metode Analisis dan Penentuan Kadar Vitamin C Pada
Minuman Buah Kemasan Dengan Spektrofotometri UV-Visibel. FMIPA. Depok.

Anonim.2013. Spektrofotometri. Online : http://organiksmakma3b30.blogspot.com


/2013/04/spektrofotometri.html diakses pada tanggal 22 Januari 2023

Selimović, Amra, dkk. 2018. Direct Spectrophotometric Determination of L-Ascorbic acid in


Pharmaceutical Preparations using Sodium Oxalate as a Stabilizer. Department of
Analytical Chemistry. Faculty of Technology, University of Tuzla, International
Journal of Basic & Applied

Davies MB, Austin J, Partridge DA. 2017. Vitamin C: Its Chemistry and Biochemistry. Hal :
97-100. The Royal Society of Chemistry: Cambridge

awan Madha.2016. Kandungan Klorofil, Karotenoid, dan Vitamin C pada Beberapa Spesies
Tumbuhan Akuatik. Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XVIII, No. 1, Maret 2010.

Anda mungkin juga menyukai