Anda di halaman 1dari 16

PROJECT BASED LEARNING

ANALISIS SIKLAMAT DAN VITAMIN C PADA TABLET VITAMIN C


DENGAN METODE IODIMETRI

DOSEN PENGAMPU:

LISDA RIMAYANI NASUTION S.Farm.,M.Si.,Apt

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 6

Tiyen Waruwu 221501170

Shinta Lauke 221501166

Syabina Yustarika Pasaribu 221501167

Grace Miranda Simamora 221501172

lasriang Artha Hia 221501174

Widya Simanjuntak 221501171

Tasya Aguatina Marbun 22150168

Taskia Ade Alfitri 221501169

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2032
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan proposal“ANALISIS SIKLAMAT DAN VITAMIN C PADA TABLET VITAMIN C
DENGAN METODE IODIMETRI”ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan proposal ini untuk memenuhi tugas Project Best Learning.
Selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan kami penulis
untuk menambah wawasan kita semua.

Kami menyadari bahwa proposal “ANALISIS SIKLAMAT DAN VITAMIN C PADA


TABLET VITAMIN C DENGAN METODE IODIMETRI” ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi isi maupun bahasanya. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan
demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata, semoga proposal yang kami buat dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca guna mengetahui hasil praktiktik penelitian kami di dalam
Laboratorium Analisi Farmasi Fakultas Farmasi di Universitas Sumatera Utara.

MEDAN, 9 MEI 2023

PENULIS

KELOMPOK 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………..…..2

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………..…3

BAB 1…………………………………………………………………………………………………..4

1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………..4

1.2 TUJUAN……………………………………………………………………………………………5

1.3 MANFAAT…………………………………………………………………………………………5

BAB 2…………………………………………………………………………………………………..6

2.1 VITAMIN C…………………………………………………………………….…………………6

2.2 METODE IODIMETRI………………………………………………………………………….7

2.3 SIKLAMAT………………………………………………………………………………………7

2.4 METODE KUALITATIF………………………………………………………………………..8

BAB 3 METODE PERCOBAAN……………………………………………………………………9

3.1 ALAT………………. ……………………………………………………………………………..9

3.2 BAHAN……………………………………………………………………………………………9

3.3. PROSEDUR PERCOBAAN…………………………………………………………………….9

3.3 FLOWSHEET……………………………………………………………………………………10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………..11
BAB I

PENDFAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Vitamin adalah senyawa organik yang terdapat dalam jumlah yang sangat
sedikit di dalam makanan dan sangat penting peranannya dalam reaksi
metabolisme. Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam
jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh
karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat
pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai
tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin
dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Fungsi utama vitamin adalah
mengatur proses metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Menurut sifatnya
vitamin digolongkan menjadi dua, yaitu vitamin larut dalam lemak vitamin A, D,
E, dan K, dan vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan C (Rahayu dkk.,
2020).

Vitamin C adalah Kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan
kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak
karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Vitamin
C dapat disintesis dari D- glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan
sebagian besar hewan. Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh,
sebagai koenzim atau kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat
kemampuan reduksinya dan bertindak sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi
hidroksilasi. (Rahayu dkk., 2020).

Vitamin C apabila terpapar oleh cahaya, terkena pemanasan dan dalam


suasana alkali dapat teroksidasi menjadi asam L-dehidroaskorbat. Selanjutnya
asam L-dehidroaskorbat dioksidasi lebih lanjut akan terbentuk asam 2,3
diketogulonik, lalu dapat menjadi asam oksalat dan 1-asam treonik. Reaksi
vitamin C menjadi asam L-dehidroaskorbat bersifat reversibel, sedangkan
reaksireaksi yang lainnya tidak (Risnayanti dkk., 2015).

Vitamin C mudah teroksidasi jika terkena udara dan proses ini dipercepat
oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksiator serta katalis tembaga dan besi. Vitamin C
terdapat dalam dua bentuk di alam yaitu L-asam askorbat ( bentuk tereduksi) dan
L-asam dehidro askorbat (bentuk teroksidasi) (Nurfadillah, 2021).

Analisis ini menggunakan metode titrasi iodometri dimana titrasi iodometri


merupakan titrasi yang melibatkan proses oksidasi dan reduksi. Kedua proses ini
selalu terjadi secara bersamaan. Dalam titrasi redoks biasanya menggunakan
potensiometri untuk mendeteksi titik akhir. Untuk mengetahui kadar vitamin C
metode titrasi redoks yang digunakan adalah titrasi langsung yang menggunakan
iodium. Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial
reduksi yang lebih kecil daripada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung
dengan iodium. Pendeteksian titik akhir pada titrasi iodimetri ini adalah dilakukan
dengan menggunakan indikator amilum yang akan memberikan warna biru pada
saat tercapai titik akhir (Gandjar, 2007).

1.2 Tujuan

a. Untuk mengidentifikasi siklamat yang terdapat pada vitamin C.

b. Untiuk mengidentifikasi kadar vitamin C yang terdapat pada vitamin C.

1.3 Manfaat

a. Agar praktikan dapat mengidentifikasi siklamat yang terdapat pada vitamin C.

c. Agar praktikan dapat mengidentifikasi kadar vitamin C yang terdapat pada vitamin
C.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin C

Nama Resmi : Acidum askorbicum


Sinonim : Asam askorbat
Rumus Molekul : C6H8O6
Berat Molekul : 178,13 g/mol
Pemerian : Serbuk atau hablur , putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam. Oleh
pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara,
dalam larutan cepat teroksidasi.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya.
(Ditjen POM, 1979)

Vitamin C atau asam L-askorbat adalah nutrisi penting bagi manusia dan hewan.
Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua jenis vitamin dan mudah
rusak selama penyimpanan. Laju kerusakan meningkat karena kerja logam, terutama
tembaga, besi, kerja enzim, eksposur oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan
adanya oksigen, dan eksposur terhadap cahaya dapat merusak kandungan vitamin C
dalam makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus prostetiknya
merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat. Asam L-askorbat
(vitamin C) adalah lakton (ester dalam asam hidroksi karboksilat) dan diberi ciri oleh
gugus enadiol, yang menjadikannya senyawa pereduksi yang kuat (Techinamuti dan
Pratiwi, 2018).
Vitamin C dari alam bisa ditemukan pada buah-buahan ataupun sayuran. Contoh
buah-buahan lokal yang diketahui kaya akan vitamin C adalah buah lemon lokal, jeruk
nipis, jambu biji, apel Malang, dan nanas. Di beberapa negara, dosis yang biasa
dianjurkan berkisar dari 60-48, 90 mg vitamin C per hari. Tapi rata-rata setiap orang
membutuhkan 1000 mg atau lebih setiap harinya. vitamin C bisa meningkatkan daya
tahan tubuh terhadap penyakit dan sebagai antioksidan yang menetralkan radikal bebas
di dalam darah maupun cairan. Vitamin C memiliki banyak fungsi yang berhubungan
dengan kesehatan, sehingga baik orang sehat maupun sakit membutuhkan vitamin C,
baik yang berasal dari alam maupun dalam bentuk suplemen (Yuliani dan Saputri,
2020).
Vitamin C mudah diabsorbsi secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada
bagian atas usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata rata
absorbsi adalah 90 % untuk konsumsi diantara 20-120 mg/hari. Konsumsi tinggi
sampai 12 gram hanya diarbsorbsi sebanyak
16 %. Vitamin C kemudian dibawa ke semua jaringan. Vitamin C diekskresikan
terutama melalui urine, sebagian kecil didalam tinja dan sebagian kecil diekskresikan
melalui kulit (Yuniastuti, 2008).

Angka kecukupan gizi vitamin C adalah 35 mg untuk bayi dan meningkat sampai
kira-kira 60 mg pada dewasa. Efisiensi absorpsi akan berkurang dam kecepatan
ekskresi meningkat bila digunakan dalam jumlah yang besar. Kebutuhan akan vitamin
C meningkat 300%-500% pada penyakit infeksi, tuberkolosis, tukak peptik, penyakit
neo laptik. Beberapa obat diduga dapat mempercepat ekskresi vitamin C, misalnya
tetraksiklin, fenobarbital dan salsilat (Achadi, 2007)

2.2 Metode Titrasi Iodimetri


Titrasi iodometri merupakan jenis reaksi redoks yang mengukur jumlah iodin yang
tersisa dari hasil reaksi redoks antara vitamin C dengan reaktan. Indikator yang
digunakan adalah amilum yang ditambahkan saat sudah mendekati titik akhir titrasi.
Hal tersebut dilakukan agar amilum tidak membungkus iodin sehingga penentuan titik
akhir dapat ditentukan secara tepat. Titrasi ini menggunakan baku iodin (I2) digunakan
untuk senyawasenyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat seperti vitamin C
(Mursyidi & Rohman, 2007).
Untuk menentukan kadar vitamin C, digunakan metode titrasi iodimetri karena
titrasi ini merupakan titrasi berdasarkan reaksi redoks yang menggunakan larutan beku
I2 untuk mengoksidasi analatnya. Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat,
sehinggahanya zat-zat yang merupakan reduktor yang cukup kuat dapat dititrasi.
Indikator yang digunakan ialah amilum, dengan perubahan dari tidak berwarna
menjadi biru. Sedangkan vitamin C dengan iod akanmembentuk ikatan dengan atom C
nomor 2 dan 3 sehingga ikatan rangkap hilang (Fitri dan Fitriana, 2020).

2.3 Siklamat
Nama Resmi : Cyclohexysulfamic acid
Sinonim : Asam siklamat
Rumus Molekul : C6H13NO3S
Berat Molekul : 201,22 g/mol
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau,
rasa agak manis walaupun dalam larutan encer.
Kelarutan : Larut dalam air, daam etanol (95%) P, dan dalam propilen glikol; praktis
tidak larut dalam kloroform, dan dalam eter
Khasiat : Zat tambaha
(DITJEN POM,1979)

Siklamat pertama kali ditemukan dengan tidak sengaja oleh Michael Sveda pada
tahun 1937. Sejak tahun 1950 siklamat ditambahkan kedalam pangan dan minuman.
Siklamat biasanya tersedia dalam bentuk garam natrium dari asam siklamat. Nama lain
dari siklamat adalah natrium sikloheksilsulfamat atau natriumsiklamat. Dalam
perdagangan, siklamat dikenal dengan nama assugrin, sucaryl, atausucrose (Cahyadi,
2009).
Siklamat (asam siklohexysulfamat) adalah garam natrium atau kalsium dari asam
siklamat. Pemanis ini dibuat dengan proses sulfonisasi komponen siklohexylamin,
selanjutnya direaksikan dengan asam sulfamat atau sulfur trioksida. Siklamat memiliki
kemanisan 30-50 kali lebih manis dari pada gula tergantung konsentrasi yang
digunakan. Siklamat sering dikombinasikan dengan sakarin dengan perbandingan 10
bagian siklamat dan 1 bagian sakarin. Siklamat relatif stabil pada saat pemanasan
sehingga sesuai untuk produk-produk yang menggunakan suhu tinggi dalam
pengolahannya seperti produk-produk pemanggangan. Siklamat sedikit larut dalam air
dan mengalami hidrolisis secara perlahan pada air panas (Estiasih dkk., 2015).
Kadar maksimum siklamat yang diperbolehkan dalam suatu bahan makanan
khususnya untuk minuman adalah 250-350 mg. Namun sampel vitacimin yang
diujikan memiliki kadar siklamat sebesar 250 mg (Al-Muqsith, 2021).
Siklamat merupakan jenis pemanis buatan yang cukup sering digunakan karena
memiliki tingkat kemanisan 30 kali lebih manis dibanding gula dengan jumlah
kemanisannya yaitu 3,94 kkal/g dan tidak menimbulkan aftertaste. Hasil metabolisme
siklamat yaitu sikloheksamina dan bersifat karsinogenik, sehingga sekresi lewat urine
dapat merangsang pertumbuhan tumor kandung kemih.7 World Health Organization
(WHO) menyatakan adanya batas maksimum kadar siklamat yang boleh dikonsumsi
perhari atau Acceptable Daily Intake (ADI) yakni 11 mg/kg BB (Al-Muqsith dan
Nadira, 2021)
Menurut Permenkes No.722/MENKES/PER/IX/1988 tentang BTP minuman yang
diperbolehkan untuk siklamat adalah 0,3 gram atau 300 mg. Menurut BBPOM No.11
Tahun 2019 batas maksimum BTP Pemanis buatan jenis siklamat adalah 250-350 mg.
Siklamat telah dilarang penggunaannya di beberapa negara pada tahun 1970-an, yaitu
di Amerika, Kanada dan Inggris karena produk degredasinya bersifat karsinogenik.
Penggunaan siklamat ini tidak dilarang di Indonesia, namun pemerintah telah
menetapkan batas maksimum yang diperbolehkan (Al-Muqsith dan Nadira, 2021).
1. Aquades
Nama Resmi : Aqua destilata
Sinonim : Air Suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18, 02 gr/mol
Pemerian : Cairan jernuh, tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau
Kelarutan : -
Penyimpanan : -
2. Kalium Iodida
Nama Resmi : Kalit Iodium
Sinonim : Kalium Iodida
Rumus Molekul : KI
Berat Molekul : 166,00 gr/mol
Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna opak dan putih,
atau serbuk butiran putih, higroskopik
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih,
larut dalam etanol (95%)
3. Larutan Kanji
Nama Resmi : Amilum Manihot
Sinonim : Pati singkong, kanji
Rumus Molekul : C16H12O6
Pemerian : Serbuk sangat halus, putih
Kelarutan : Praktis, tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
4. Asam sulfat
- Nama resmi : Acidum
- Sinonim : asam Sulfat
- Rumus Molekul : H2SO4
- Struktur Molekul:
- Berat Molekul : 98,07 gr/mol
- Pemerian : cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, (+)air menimbulkan
panas

(Ditjen POM 1979)


5. Amilum Manihot:
- Nama Resmi : Amylum Manihot
- Sinonim : Pati singkong
- Rumus Molekul : C6H10O5
- Struktur Molekul :
- Berat Molekul : 1,5gr/mol
- Pemerian : Serbuk sangat halus, kadang kadang berupa gumpalan kecil, putih
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol, tidak
berbau, tidak berasa
- Kelarutan : Kering, jika di panaskan akan stabil dan terlindung darikapang.

2.4 Metode Kualitatif


Teknik analisis kualitatif dibedakan atas:
1. Cara kering
Pada cara kering, percobaan dilakukan terhadap sampel padat. Jika berupa
cairan/larutan,
lebih dahulu harus dikeringkan/diuapkan, yaitu dengan meletakkannya dalam
cawan penguap, lalu dipanaskan di atas penangas air sampai kering. Residu sisa
digunakan untuk uji nyala dan pembakaran (pirolisa).
2. Cara basah
Pada cara basah, percobaan dilakukan terhadap larutan sampel dalam air. Jika sampel
tidak larut dalam air, dicoba berturut-turut melarutkannya sebagai berikut: dilarutkan
dalam air dengan
pemanasan, dilarutkan dalam asam asetat encer, dilarutkan dalam HCl encer dingin
atau dengan pemanasan, dilarutkan dalam HNO3 encer dingin atau dengan
pemanasan. Dilarutkan dalam HNO3 pekat.
Untuk setiap percobaan digunakan larutan encer sampel dalam air; untuk setiap
kali melakukan percobaan digunakan hanya sedikit larutan. Penambahan pereaksi
dilakukan tetes demi tetes; jika diperlukan pereaksi berlebihan, penambahannya tidak
boleh terlalu banyak. Untuk
reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan atau pembentukan gas, percobaan
dilakukan dalam tabung reaksi. Reaksi yang menghasilkan endapan dapat diulangi
pada objek glass untuk pengamatan bentuk kristal (Masfria dkk., 2016).
Untuk menentukan ada atau tidaknya siklamat dalam vitamin C dilakukan uji
pengendapan menggunakan pereksi BaCL dan NaNO2 dengan melihat ada atau
tidaknya endapan putih yang terbentuk (Sudjadi, 2012)
Uji kualitatif Na-Siklamat dilakukan dengan penambahan BaCl2 dalam keadaan
asam dan dipanaskan diatas penangas air, adanya endapan warna putih menunjukkan
sampel mengandung siklamat. Reaksi pendahuluan berupa pengenceran sampel dengan
air yang bertujuan untuk menghidrolisis Na-Siklamat menjadi ion Na+ dan ion
siklamat sehingga sampel akan lebih mudah bereaksi dengan reagen yang akan
direaksikan.Ketika ikatan sulfat telah diputus maka ion Ba+ akan bereaksi dengan ion
sulfat dan menghasilkan endapan barium sulfat (BaSO4) (Handayani dan Agustina,
2015)
Hal ini dikarenakan dalam mekanisme siklamat yang bereaksi sama dengan
barium sulfat yang didapat. Dengan kata lain 1 mol siklamat sama dengan 1 mol
barium sulfat. Gas nitrogen yang dihasilkan dari reaksidapat diketahui dari bau yang
menyengat ketika proses pemanasan diatas penangas air. Endapan-endapan berwarna
yang dihasilkan dari analisis kualitatif siklamat yaitu endapan yang berwarna agak
kecoklatan, krem, dan agak kekuningan sebagaimana yang dapat dilihat dalam
lampiran merupakan efek dari sulit hilangnya warna dasar dari sampel. Warna-warna
tersebut dianggap sama dengan endapan putih yang dihasilkan dari reaksi positif
adanya sampel yang mengandung siklamat. Berarti sampel-sampel tersebut positif
mengandung siklamat (Handayani dan Agustina, 2015)
BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 ALAT
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah aluminium foil, buret 50ml
(pyerx), batang pengaduk, corong, erlenmeyer (250 ml, 100 ml Iwaki), labu ukur 50 ml
(pyrex), gelas beaker 50 ml (pyrex), gelas ukur 50 ml ( pyrex), pipit tetes, pipet volume
10 ml (pyrex), termometer -10-110 c, neraca analitik (fujitsu), statif dan klem, bola
hisap (D&N), tabung reaksi (iwaki, pyrex).

3.2 BAHAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest, vitamin C, kalium
iodida(10%), larutan kanji, natrium siklamat, vitamin C, larutan H2SO4, NaOh,
sampel (vitacimin), NaNO3, HCL, BaCl.

3.3 PROSEDUR PERCOBAAN


3.3.1 Penetapan Kadar Vitamin C
Disiapkan vitacimin untuk dihaluskan, dilarutkan vit.C yang sudah halus dengan
100ml aquades, dimasukkan larutan vit.C tersebut sebanyak 25ml kedalam
Erlenmeyer, ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 5ml, ditambahkan dengan
indicator amilum sebanyak 20 tetes, dipasang satu set alat titrasi dan isilah buret
dengan larutan iodin 0.1M, dititrasi lah larutan tersebut dengan iodin sampai warna
larutan menjadi biru.

3.3.2. Penetapan Kadar Na-Siklamat


Ditambahkan Bacl2 dalam keadaan asam apabila terbentuk endapan putih setelah
dipanaskan diatas penangas air maka sampel tersebut mengandung positif Siklamat.
Dilakukan titrasi untuk menetapkan kadar Natrium Siklamat sebanyak 3 kali pada
setiap sampel

3.3.3. Pembuatan Larutan Standar I2 0,1N


Ditimbang 12,6g gr 1 dan 18 gr KI, Larutan pekat KI dalam 50 mL akuades,
dilarutkan I2 ke dalam larutan pekat KI, dikocok Sampai Larut, dicukupkan larutan
sampai 1 liter dengan akuadas disimpan dalam botel ember tertutup kaca
dan ditempat sejuk.
3.3.4. pembakuan larutan standar I2 0,1N
Ditimbang 150 mg As2O3 yang sudah dikeringkan pada suhu 120° Celcius selama
1 jam dan dilarutkan dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 40 ml akuades,
ditambahkan setetes demi tetes larutan NaOH sambil dikocok hingga larut (20 ml
NaOH 2N), dilakukan pemanasan, ditambahkan dua tetes metil jingga ditambahkan
larutan HCl encer. Sampel larutan berwarna merah jambu, ditambahkan 2 gram
Na2CO3, diencerkan dengan 50 ml dan ditambahkan 3 milikan j. Dititrasi dengan
larutan I2 sampai warna titrat tepat berwarna biru.
3.3.5. Pembuatan Larutan Kanji 1%
Disuspensikan 1 gram kanji, dilarutkan dalam 100 ml aquades, dididihkan sampai
kristal dan jernih.

3.3.6. Prosesur kerja Titrasi Iodimetri


Disiapkan alat dan bahan, dibersihkan lumpang dan alu dengan tissue, dimasukkan
ke dalam lumpang sampel siklamat, digerus hingga homogen dengan sampel
pembawa, dikumpulkan serbuk dengan sudip disiapkan 4 kertas perkamen dan dibagi
sampel secara sama rata atau (secara visual) menjadi 4 bagian.

METODE ANALISI VITAMIN C

3.4 FLOWSEET

3.4.1. Pembuatan Larutan kanji 1%

Kanji
- Disuspensikan 1 gr kanji dalam 100 ml air
-Dididihkan sampai terbentuk kristal dan jernih
Larutan Kanji 1%
3.4.2. Titrasi Iodimetri

Sampel Vitamin C
- Disiaptan alat dan bahan
- Dibersihkan lumpang dan alu menggunakan tissue
- Dimasukkan ke dalam lumpang sampel melampiron,
digerus hingga
homogen dengan sampel pembawa
- Disiapkan 4 kertas perkamen
- Dibagi campel sama rata menjadi 4 bagian
- Dilipat kertas perkomen
- Dihidupkan timbangan neraca analitik. ditekan tombol
ON
- Dibersihkan timbangan
- Dimasukkan kertas perkamen, lalu ditimbang sampel
- Dicatat hasil penimbangan dan diulangi untuk sampel
- Dimasukkan sampel dengan menggunakan corong
kedalam
erlenmeyer
- Dibilas sisa sampel yang melekat, diperkamen dan
dimasukkan hasil bilasan melalui pinggir corong.
- Dipasang bola hisap ke mat pipet
- Dipipet s ml HCl 0,02 N dan dimasukkan re dalam
Erlenmeyer
- Dihomogenken
- Dimasukkan indikator kanji ke dalam arlenmeyer
Dengan Pipet tetes
- Ditutup mulut erlenmeyer dengan aluminium Foil
Larutan Pentiter I2

- Dimasukkan larutan pentiter ke dalam buret dengan


menggunakan corong hingga garis tanda
- Ditutup atas buret dengan aluminium foil Dipastikan
ujung buret tidak ada gelembung udara.
Titrasi Iodimetri

- Dititrasi dengan I2 0,1 N selama 2 menit sambil terus


dihomogenkan (digoyang)
- Dititrasi sampai didapatkan warna biru yang mantap
- Dihentikan proses
Titik Akhhir Titrasi Warna Biru

DAFTAR PUSTAKA

Al-Muqsith, dan Cut, S. N. 2021. IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KADAR


SIKLAMAT PADA SIRUP TRADISIONAL ACEH YANG DIJUAL
DI KOTA LHOKSEUMAWE. Jurnal Averrous Volume 6 No.1 : 3.
Al-Muqsith, dan Cut, S. N. 2021. IDENTIFIKASI DAN PENENTUAN KADAR
SIKLAMAT PADA SIRUP TRADISIONAL ACEH YANG DIJUAL DI KOTA
LHOKSEUMAWE. Jurnal Averrous Volume 6 No.1 : 3.
Achadi, E.L. (2007). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Cahyadi, W. (2009). Analisis & Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan
Cetakan Kedua. Jakarta : Bumi aksara. hlm. 1 - 4, 84 - 87.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi Ketiga. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. Halaman 47.
Elfariyanti, Zarwinda, I., Mardiana, dan Rahma. 2022. Analisis Kandungan Vitamin C
dan Aktivitas Antioksidan Buah-Buahan Khas Dataran Tinggi Gayo Aceh. Jurnal
Kedokteran dan Kesehatan. 9(2) : 168.
Estiasih T, Putri WDR, W. E. (2015). Komponen Minor & Bahan Tambahan
Pangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Gandjar, I, G., & Abdul, R. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Harefa, N., Feronika, N., Kana, A. D., Hutagalung, R., Chaterine, D., dan Bela, Y. 2020.
Analisis Kandungan Vitamin C Bahan Makanan dan Minuman dengan Metode
Iodimetri. Science Education and Application Journal. 2(1) : 37.
Hepat, R. C. C. R., Rafael, A., dan Ballo, A. 2021. ANALISIS KANDUNGAN
VITAMIN C PADA DAGING BUAH ENAU (Arenga pinnata Merr.) DARI
DESA NEKMESE, KABUPATEN KUPANG. Jurnal pendidikan dan Sains
Biologi. 4(1) : 4
Handayani, T., & Agustina, A. (2015). Penetapan Kadar Pemanis Buatan (Na-
Siklamat) Pada Minimal Serbuk Instan Dengan Metode Alkalimetri. Jurnal
Farmasis Sains Dan Praktis, I(1), 1–6.
Nurfadillah, Z. (2021). Penetapan Kadar Vitamin C Pada Tablet Effervescent Dengan
Perbedaan Suhu Pelarut Secara Titrasi Iodometri. Karya Tulis Ilmiah : Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan. Halaman : 8, 16.
Rusiani, D., Junaidi, S., Subiyono, H. S., dan Sumartiningsih, S. 2019. Suplementasi
Vitamin C dan E untuk Menurunkan Stres Oksidatif Setelah Melakukan Aktivitas
Fisik Maksimal. Journal Unnes. 9(2) : 33.
Rahayu, A., Yulidasari, F., Setiawan, M.I., Anggraini, L. (2020). Dasar-Dasar Gizi.
Yogyakarta : Universitas Lambung Mangkurat. Halaman : 32.
Risnayanti, R., Sabang, S., & Ratman, R. (2015). Analisis Perbedaan Kadar Vitamin C
Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) dan Buah Naga Putih (Hylocereus
Undatus) yang Tumbuh di Desa Kolono Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi
Tengah. Jurnal Akademika Kimia. Vol 4(2), Halaman : 91, 96.
Sudjadi dan Abdul Rohman, 2012, Analisis Farmasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Techinamuti, N. dan Pratiwi, R. 2018. Review : Metode Analisis Kadar Vitamin C.
Farmaka. 16(2) : 309-310.
Yasa esa Yasinta. (2014). KIMIA ANALITIK II “PENENTUAN KADAR ASAM
ASKORBAT dari VITAMIN C dengan METODE IODIMETRI” Laporan
Praktikum Halaman 3-4

Anda mungkin juga menyukai