Anda di halaman 1dari 22

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................................

BAB I.....................................................................................................................................

PENDAHULUAN.............................................................................................................

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................

1.3 Tujuan ......................................................................................................................

1.4 Manfaat ....................................................................................................................

BAB II...................................................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................

2.1 Pengertian Analisa Kuantitatif..................................................................................

2.2 Pengertian Vitamin C................................................................................................

2.3 Pengertian Permanganometri....................................................................................

2.4 Pengertian Titrasi Iodatometri..................................................................................

2.5 Pengertian Iodometri dan Iodimetri..........................................................................

2.6 Pengertian Titrasi Bromatometri...............................................................................

2.7 Pengertian Metode Spektrofotometri........................................................................

BAB III..................................................................................................................................

PEMBAHASAN................................................................................................................

3.1 Analisa Kuantitatif....................................................................................................

3.2 Titrasi Permanganometri (Penetapan Kadar Besi)..................................................

3.3 Titrasi Iodatometri (Penetapan Kadar Vitamin C dalam Tablet)............................

3.4 Titrasi Iodometri dan Iodimetri (Penetapan Kadar Metampiron, Kofein


dan Vitamin C...............................................................................................................

i
35 Titrasi Bromatometri (Penetapan Kadar Sulfadiazin)..............................................

3.6 Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis.................

BAB IV................................................................................................................................

PENUTUP.......................................................................................................................

4.1 Kesimpulan.............................................................................................................

4.2 Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin C atau asam L-askorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting

bagi manusia dan hewan. Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah

asam askorbat dan garamnya, dan beberapa bentuk teroksidasi dari molekul

seperti asam dehidroaskorbat. Askorbat dan asam askorbat keduanya secara

alami terdapat dalam tubuh ketika salah satu dari asam ini bertemu dalam sel

karena perubahan bentuk yang disebabkan oleh pH (Wadge, 2003 dalam

Techinamuti & Pratiwi, 2018).

Vitamin C adalah vitamin yang paling tidak stabil dari semua vitamin

dan mudah rusak selama pemrosesan dan penyimpanan. Laju perusakan

meningkat karena kerja logam, terutama tembaga, besi, dan juga oleh kerja

enzim. Eksposur oksigen, pemanasan yang terlalu lama dengan adanya

oksigen, dan eksposur terhadap cahaya semuanya merusak kandungan

vitamin C makanan. Enzim yang mengandung tembaga atau besi dalam gugus

prostetiknya merupakan katalis yang efisien untuk penguraian asam askorbat.

Asam L-askorbat (vitamin C) adalah lakton (ester dalam asam

hidroksikarboksilat) dan diberi ciri oleh gugus enadiol, yang menjadikannya

senyawa pereduksi yang kuat (Deman, 1997 dalam Putra & Sugiarso, 2016).

Vitamin C dari alam bisa ditemukan pada buah-buahan ataupun

sayuran. Contoh buah-buahan lokal yang diketahui kaya akan vitamin C

adalah buah lemon lokal, jeruk nipis, jambu biji, apel Malang dan nenas.

(Almatsier, 2001). Di beberapa negara, dosis yang biasa dianjurkan berkisar

1
2

dari 60-90 mg vitamin C per hari. Tapi rata-rata setiap orang membutuhkan

1000 miligram atau lebih setiap harinya (Dymas, 2011; Khairina, 2008 dalam

Rahman dkk, 2015). Orang yang tidak suka makan buah-buahan,

mengakibatkan kekurangan vitamin C. Akibat dari kekurangan vitamin C,

antara lain akan mengalami sariawan yaitu bibir pecah-pecah bahkan badan

menjadi lemas. Banyak orang mengambil tablet vitamin C yang dijual di

pasaran karena dapat menggantikan vitamin yang ada di bahan alam.

Kelebihan vitamin C bisa memberikan dampak negatif yaitu bisa

menimbulkan efek yang buruk terhadap tubuh. Misalnya badan menjadi pucat

dan kurus. (Khairina, 2008; Almatsier, 2001 dalam Rahman dkk, 2015).

Kadar vitamin C sangat dipengaruhi oleh varietas, lingkungan, tempat

tumbuh, pemakaian berbagai jenis pupuk, tingkat kematangan buah dan

sebagainya. Buahbuahan mentah mengandung kadar vitamin C yang lebih

tinggi dibandingkan dengan buahbuahan yang sudah tua. Kadar vitamin C

pada buah akan meningkat sampai buah masak, dan akan menurun pada saat

tingkat kemasakan telah terlampaui. Hal ini disebabkan karena kadar vitamin

C pada buah yang sudah lewat masak akan berubah menjadi glukosa

(Oktaviana dkk., 2012 dalam Rahman dkk, 2015). Kadar vitamin C pada

buah segar dipengaruhi oleh jenis buah, kondisi pertumbuhan, tingkat

kematangan saat panen dan penanganan pasca panen (Winarno, 1984).

Semakin masaknya buah atau hasil maka kandungan kadar air, total padatan

terlarut, warna, aroma, tekstur buah, zat tepung dan gulanya semakin

meningkat sedangkan kandungan vitamin C pada umumnya menurun

(Julianti, 2011 dalam Rahman dkk, 2015). Penurunan nilai kekerasan


3

menunjukan terjadinya pelunakan pada buah, Menurut Heatherbell dkk.

(1982) selama proses pemasakan buah terjadi perubahan kandungan pektin

oleh aktivitas enzim yang menyebabkan buah menjadi lunak. Hasil yang sama

juga diperoleh dari penelitian Mwithiga dkk. (2007) dan Nunes dkk. (2006).

Adapun perubahan warna yang terjadi pada buah diakibatkan adanya

degradasi klorofil dan sintesa pigmen antosianin (El-Zeftahi dkk., 1988).

Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin C pada

suatu bahan pangan. Diantaranya adalah metode titrasi, metode

spektrofotometri, metode titrasi iodium dan metode DPPH.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat

dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas pada penulisan kali ini.

Masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana analisa kuantitatif?

2. Bagaimana titrasi permanganometri (penetapan kadar besi)?

3. Bagaimana titrasi iodatometri (penetapan kadar vitamin c dalam tablet)?

4. Bagaimana titrasi iodomentri dan iodimetry (penetapan kadar

metampiron, kofein dan vitamin c)?

5. Bagaimana titrasi bromatometri (penetapan kadar sulfadiazine)?

6. Bagaimana penetapan kadar vitamin c dengan metode spektrofotometri

uv-vis?
4

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diketahui tujuan

pembahasan penulisan ini adalah untuk mengetahui:

1. Analisa kuantitatif.

2. Titrasi permanganometri (penetapan kadar besi).

3. Titrasi iodatometri (penetapan kadar vitamin c dalam tablet).

4. Titrasi iodomentri dan iodimetry (penetapan kadar metampiron, kofein dan

vitamin c).

5. Titrasi bromatometri (penetapan kadar sulfadiazine).

6. Penetapan kadar vitamin c dengan metode spektrofotometri uv-vis.

1.4 Manfaat

Penulisan makalah ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Menambah wawasan tentang analisan kuantitatif dan itrasi

permanganometri (penetapan kadar besi).

2. Meningkatkan pemahaman tentang materi titrasi iodatometri (penetapan

kadar vitamin c dalam tablet) dan titrasi iodomentri dan iodimetry

(penetapan kadar metampiron, kofein dan vitamin c).

3. Menjelaskan tentang titrasi bromatometri (penetapan kadar sulfadiazine)

serta penetapan kadar vitamin c dengan metode spektrofotometri uv-vis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Analisa Kualitatif

Analisis data merupakan salah satu proses penelitian yang dilakukan

setelah semua data yang diperlukan guna memecahkan permasalahan yang

diteliti sudah diperoleh secara lengkap. Ketajaman dan ketepatan dalam

penggunaan alat analisis sangat menentukan keakuratan pengambilan

kesimpulan, karena itu kegiatan analisis data merupakan kegiatan yang tidak

dapat diabaikan begitu saja dalam proses penelitian. Kesalahan dalam

menentukan alat analisis dapat berakibat fatal terhadap kesimpulan yang

dihasilkan dan hal ini akan berdampak lebih buruk lagi terhadap penggunaan

dan penerapan hasil penelitian tersebut. Dengan demikian, pengetahuan dan

pemahaman tentang berbagai teknik analisis mutlak diperlukan bagi seorang

peneliti agar hasil penelitiannya mampu memberikan kontribusi yang berarti

bagi pemecahan masalah sekaligus hasil tersebut dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Secara garis besarnya, teknik analisis data terbagi ke dalam dua bagian,

yakni analisis kuantitatif dan kualitatif. Yang membedakan kedua teknik

tersebut hanya terletak pada jenis datanya. Untuk data yang bersifat kualitatif

(tidak dapat diangkakan) maka analisis yang digunakan adalah analisis

kualitatif, sedangkan terhadap data yang dapat dikuantifikasikan dapat

dianalisis secara kuantitatif, bahkan dapat pula dianalisis secara kualitatif

(Muhson, 2020).

5
6

2.2 Pengertian Vitamin C

Vitamin C atau asam L-askorbat, atau askorbat adalah nutrisi penting

bagi manusia dan hewan. Vitamin yang memiliki aktivitas vitamin C adalah

asam askorbat dan garamnya, dan beberapa bentuk teroksidasi dari molekul

seperti asam dehidroaskorbat. Askorbat dan asam askorbat keduanya secara

alami terdapat dalam tubuh ketika salah satu dari asam ini bertemu dalam sel

karena perubahan bentuk yang disebabkan oleh pH (Wadge, 2003 dalam

Techinamuti & Pratiwi, 2018).

2.3 Pengertian Permanganometri

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi

oleh kalium permanganat (KMnO4) dalam suasana asam. Reaksinya

berdasarkan serah terima elektron yaitu elektron diberikan oleh pereduksi

(proses oksidasi) dan diterima oleh pengoksidasi (proses reduksi) (Putra &

Sugiarso, 2016).

2.4 Pengertian Titrasi Iodatometri

Iodometri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif volumetri

secara oksidimetri dan reduksimetri melalui proses titrasi (W Haryadi, 1990

dalam Techinamuti & Pratiwi, 2018). Titrasi oksidimetri adalah titrasi

terhadap larutan zat pereduksi (reduktor) dengan larutan standar zat

pengoksidasi (oksidator).

2.5 Pengertian Iodomentri dan Iodimetri

Iodometri adalah titrasi terhadap iodium (I2) yang terdapat dalam

larutan, sedangkan iodimetri adalah titrasi dengan larutan I2 standar (Rahman

dkk, 2015.
7

2.6 Pengertian Titrasi Bromatometri

Bromatometri merupakan salah satu metode titrimetri, bromatometri

merupakan salah satu metode penetapan kadar suatu zat dengan prinsip reaksi

reduksi oksidasi. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatkan hilangnya

satu elektron atau lebih dari dalam zat atom, ion, atau molekul. Bila suatu

unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah keharga yang lebih positif.

Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron dan dalam proses

itu zat tersebut direduksi. Metode bromometri dan bromatometri ini terutama

untuk menetapkan senyawa-senyawa organik aromatis dengan membentuk

tribrom substitusi. Metode ini dapat juga digunakan untuk menetapkan

senyawa arsen dan stibium dalam bentuk trivalent tercampur dengan stanum

valensi empat (J. Wunas. 1986:123 dalam Baso, 2015).

2.7 Pengertian Metode Spektrofotometri

Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis

yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara

kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan

cahaya. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut

spektrofotometer (Badriyah dkk, 2015).


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa Kuantitatif

A. Jenis Analisa Kuantitatif

Analisis kuantitatif yang biasa digunakan adalah analisis statistik.

Biasanya analisis ini terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu:

1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis ini hanya

berupa akumulasi data dasar dalam bentuk deskripsi semata dalam arti tidak

mencari atau menerangkan saling hubungan, menguji hipotesis, membuat

ramalan, atau melakukan penarikan kesimpulan.

Teknik analisis ini biasa digunakan untuk penelitian-penelitian yang

bersifat eksplorasi, misalnya ingin mengetahui persepsi masyarakat terhadap

kenaikan harga BBM, ingin mengetahui sikap guru terhadap pemberlakuan

UU Guru dan Dosen, ingin mengetahui minat mahasiswa terhadap profesi

guru, dan sebagainya. Penelitian-penelitian jenis ini biasanya hanya mencoba

untuk mengungkap dan mendeskripsikan hasil penelitiannya. Biasanya teknik

statistik yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Teknik analisis statistik deskriptif yang dapat digunakan antara lain:

a) Penyajian data dalam bentuk tabel atau distribusi frekuensi dan

tabulasi silang (crosstab). Dengan analisis ini akan diketahui

8
9

kecenderungan hasil temuan penelitian, apakah masuk dalam

kategori rendah, sedang atau tinggi.

b) Penyajian data dalam bentuk visual seperti histogram, poligon,

ogive, diagram batang, diagram lingkaran, diagram pastel (pie chart),

dan diagram lambang.

c) Penghitungan ukuran tendensi sentral (mean, median modus).

d) Penghitungan ukuran letak (kuartil, desil, dan persentil).

e) Penghitungan ukuran penyebaran (standar deviasi, varians, range,

deviasi kuartil, mean deviasi, dan sebagainya).

B. Statistik Inferensial

Kalau dalam statistik deskriptif hanya bersifat memaparkan data, maka

dalam statistik inferensial sudah ada upaya untuk mengadakan penarikan

kesimpulan dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang telah

dilakukan. Biasanya analisis ini mengambil sampel tertentu dari sebuah

populasi yang jumlahnya banyak, dan dari hasil analisis terhadap sampel

tersebut digeneralisasikan terhadap populasi. Oleh karena itulah statistik

inferensial ini juga disebut dengan istilah statistik induktif.

Berdasarkan jenis analisisnya, statistik inferensial terbagi ke dalam dua

bagian:

1. Analisis Korelasional

Analisis korelasional adalah analisis statistik yang berusaha untuk

mencari hubungan atau pengaruh antara dua buah variabel atau lebih. Dalam

analisis korelasional ini, variabel dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:


10

a) Variabel bebas (Independent Variable), yaitu variabel yang

keberadaannya tidak dipengaruhi oleh variabel lain.

b) Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang

keberadaannya dipengaruhi oleh variabel yang lain.

2. Analisa Komparasi

Analisis komparasi adalah teknik analisis statistik yang bertujuan untuk

membandingkan antara kondisi dua buah kelompok atau lebih. Teknik

analisis yang digunakan juga cukup banyak, penggunaan teknik analisis

tersebut tergantung pada jenis skala data dan banyak sedikitnya kelompok.

Beberapa contoh hipotesis komparatif di antaranya adalah:

a) Perbedaan kualitas pelayanan antara toko A dan B.

b) Perbedaan minat mahasiswa terhadap profesi guru ditinjau dari

status sosial ekonomi orang tua.

c) Perbedaan prestasi belajar mahasiswa antara yang diajar dengan

metode konvensional dengan metode CTL.

d) Perbedaan produktivitas kerja karyawan sebelum dan sesudah

mengikuti pelatihan AMT.

Di samping teknik analisis di atas, terdapat dua kelompok analisis

statistik ditinjau dari bentuk parameternya, yakni statistik parametrik dan

nonparametrik. Statistik parametrik adalah analisis statistik yang

pengujiannya menetapkan syarat-syarat tertentu tentang bentuk distribusi

parameter atau populasinya, seperti data berskala interval dan berdistribusi

normal. Sedangkan statistik nonparametrik adalah analisis statistik yang tidak

menetapkan syarat-syarat tersebut. Dengan demikian, untuk dapat


11

menggunakan teknik statistik parametrik harus ditinjau terlebih dahulu

persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi (Muhson, 2020).

3.2 Titrasi Permanganometri (Penetapan Kadar Besi)

A. Preparasi Larutan Stok

Penelitian ini diawali dengan membuat berbagai larutan stok antara lain

larutan Fe(II) 50 ppm sebagai larutan standar primer untuk serium(IV),

larutan H2SO4 6N, larutan MnO4 - 20 ppm sebagai titran pada metode

permanganometri, larutan Ce(IV) 100 ppm sebagai titran pada metode

serimetri, larutan C2O4 2- 50 ppm sebagai larutan standar primer untuk

larutan MnO4 - , dan larutan Fe(II) 5 ppm sebagai sampel.

B. Standarisasi Larutan MnO4

Larutan MnO4 - 20 ppm distandarisasi dengan larutan C2O4 2- 100

ppm 5 mL. Sebelumnya larutan C2O4 2- 100 ppm ditambahkan dengan

H2SO4 6N sebanyak 5 tetes kemudian dipanaskan hingga temperatur 70-

800C. Titrasi dilakukan secara cepat dan suhu selama titrasi tidak boleh

kurang dari 600C. Prosedur tersebut diulangi sebanyak tiga kali dan

digunakan larutan blanko (Campuran Aqua DM 5 mL dengan 5 tetes H2SO4

6N) sebagai pembanding.

C. Standarisasi Larutan Ce (IV)

Larutan Ce4+ 100 ppm yang telah dibuat, distandarisasi dengan larutan

Fe2+ 50 ppm 5 mL dan digunakan 1 tetes feroin sebagai indikator. Prosedur

diulang sebanyak tiga kali dan digunakan larutan blanko (campuran aqua DM

5 mL dengan1 tetes indikator feroin) sebagai pembanding.


12

D. Pengukuran Kadar Besi (II) Menggunakan Metode Permanganometri

Larutan Fe2+ 5ppm yang telah dibuat diambil 5 mL dan dimasukkan

dalam erlenmeyer 5 mL dan ditambahkan H2SO4 6N sebanyak 5 tetes,

larutan tersebut kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan MnO4 -

yang telah distandarisasi. Prosedur diulang sebanyak tiga kali dan dicatat

volume yang dibutuhkan hingga titik akhir titrasi tercapai, lalu dihitung

berapa kadar besi yang terukur.

E. Pengukuran Kadar Besi (II) Menggunakan Metode Serimetri

Larutan Fe2+ 5ppm yang telah dibuat diambil 5 mL dan dimasukkan

dalam erlenmeyer 5 mL dan ditambahkan indikator feroin sebanyak 1 tetes,

larutan tersebut kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan Ce4+ yang

telah distandarisasi. Prosedur diulang sebanyak tiga kali dan dicatat volume

yang dibutuhkan hingga titik akhir titrasi tercapai, lalu dihitung berapa kadar

besi yang terukur (Putra & Sugiarso, 2016).

3.3 Titrasi Iodatometri (Penetapan Kadar Vitamin C dalam Tablet)

Titrasi lain yang dapat dilakukan adalah titrasi Iodium. Metode ini juga

paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan

peralatan laboratorium yang canggih. Titrasi ini memakai Iodium sebagai

oksidator yang mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai

indikatornya. (Wijanarko, 2002 dalam Techinamuti & Pratiwi, 2018). Metode

titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu

larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah

berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia
13

(Bassett, 1994 dalam Techinamuti & Pratiwi, 2018). Prosedur penetapan

kadar vitamin C secara iodimetri: Sekitar 400mg asam askorbat yang

ditimbang seksama dilarutkan dalam campuran yang terdiri atas 100mL air

bebas oksigen dan 25mL asam sulfat encer. Larutan dititrasi dengan iodium

0.1N menggunakan indikator kanji sampai terbentuk warna biru. Larutan

standar yang digunakan dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium

tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O.

Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan secara langsung,

tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat

tidak stabil untuk waktu yang lama (Day & Underwood, 1981) Tembaga

murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan

dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan tembaga. (Day

& Underwood, 1981 dalam Techinamuti & Pratiwi, 2018).

Metode iodometrik menggunakan dua jenis indikator, yaitu kanji dan

Iodin yang dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga

memberikan warna ungu atau violet yang intensitas untuk zat-zat pelarut

seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari kanji

lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–

kanji bertindak sebagai suatu tes yang amat sensitif untuk iodine. Dalam

beberapa proses tak langsung banyak agen pengoksida yang kuat dapat

dianalisis dengan menambahkan kalium iodida berlebih dan mentitrasi iodin

yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksida yang membutuhkan

larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya

digunakan sebagai titrannya.


14

Titrasi Iodium juga adalah salah satu metode analisis yang dapat

digunakan dalam menghitung kadar Vitamin C. Dimana, suatu larutan

vitamin C (asam askorbat) sebagai reduktor dioksidasi oleh Iodium, sesudah

vitamin C dalam sampel habis teroksidasi, kelebihan Iodium akan segera

terdeteksi oleh kelebihan amilum yang dalam suasana basa berwarna biru

muda. Kadar vitamin C dapat diketahui dengan perhitungan 1ml 0,01 N

larutan Iodium = 0,88 mg asam askorbat. Kekurangan dari metode ini yaitu

ketidak akuratan nilai yang diperoleh karena vitamin C dapat dipengaruhi

oleh zat lain (Wijanarko, 2002 dalam Techinamuti & Pratiwi, 2018).

3.4 Titrasi Iodometri dan Iodimetri (Penetapan Kadar Mrtampiron, Kofein

dan Vitamin C)

Prinsip dari titrasi iodimetri yaitu iodin mengadisi ikatan rangkap

vitamin C pada atom karbon C nomor 2 dan 3, ikatan rangkap yang diadisi

oleh iodin akan terputus menjadi ikatan tunggal. Jika seluruh vitamin C telah

diadisi oleh iodin maka iodin yang menetes selanjutnya saat titrasi akan

bereaksi dengan larutan indikator amilum membentuk iodamilum yang

berwarna biru. Terbentuknya warna biru menunjukan bahwa proses titrasi

telah selesai, karena seluruh vitamin C sudah diadisi oleh iodin sehingga

volume iodin yang dibutuhkan saat titrasi setara dengan jumlah vitamin C

(Pertiwi, 2013 dalam Rahman dkk, 2015). Perlakuan titrasi ini harus segera

dilakukan dengan cepat karena banyak faktor yang menyebabkan oksidasi

vitamin C misalnya pada saat penyiapan sampel. Hal ini disebabkan karena

vitamin C mudah bereaksi dengan O2 di udara menjadi asam

dehidroaskorbat. Berdasarkan pendapat Chempakam (1983) dalam Rahman


15

dkk (2015) bahwa kerusakan vitamin C berhubungan dengan aktivitas enzim

ascorbic acid oxidase yang terdapat dalam jumlah lebih tinggi pada buah yang

masak.

3.5 Titrasi Bromatomentri (Penetapan Kadar Sulfadiazin)

Titrasi adalah jumlah yang diukur dari larutan dengan konsetrasi yang

sudah diketahui ditambahkan ke larutan yang belum diketahui volumenya

sampai reaksi lengkap, dan konsentrasi yang tidak diketahui (titer) dapat

dihitung (The Trustees of Princeton University, 2014 dalam Baso, 2020).

Reaksi titrasi redok didasarkan pada rekasi oksidasi-reduksi antara analit dan

titrant. Beberapa analisis kimia, biologi dan lingkungan dan ilmu kimia

lainnya dapat dianalisis dengan titrasi redoks. Elemen oksidasi merupakan

superkonduktor dan laser mempercepat reaksi redoks (Harris,1995 dalam

Baso, 2020).

Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia kuantitatif yang

dilakukan dengan penetapan volume suatu larutan yang monsentrasinya

diketahui dengan tepat yang diperlukan untuk bereaksi secara kuantitatif

dengan larutan dari zat yang ditetapkan (Basset, Denny, Jeffry, Mendhem,

1994 dalam Baso, 2020). Bromatometri adalah penetepan kadar suatu zat

berdasarkan atas reaksi zqat tersebut dengan brom. Reaksi tersebut dapat

berupa reaksi subsitusi, adisi, dan oksidasi (Underwood, 1996 dalam Baso,

2020). Bromatometri juga merupakan salah satu metode oksidimetri yang

didasarkan reaksi oksidasi ion bromat, BrO3-, dalam reaksi ini bromat akan

tereduksi menjadi bromide.

BrO3- + 6H+ + 6e  Br + 3H2O


16

Dari persamaan tersebut 1 BrO3- = 1/6 mol (Widodo dan Lusiana, 2010

dalam Baso, 2020). Sulfadiazin termasuk dalam kelompok antibiotic

sulfonamide. Mekanisme kerjanya Sulfadiazin akan menghambat produksi

asam folat sehingga bakteri tidak dapat bereplikasi (Anonim, 2011 dalam

Baso, 2020).

3.6 Penetapan Kadar Vitamin C dengan Metode Spektrofotometri Uv-Vis

Berbagai macam analisis dilakukan untuk mengetahui kadar vitamin C.

Penelitian dengan menggunakan metode spektrofotometri dilakukan pada

tahun 1966 sampai dengan tahun 1967 (Helrich, 1990 dalam Techinamuti &

Pratiwi, 2018). Spektrofotometri ultra violet adalah bagian dari teknik analisis

spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik)

ultraviolet dekat (190- 380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan

memakai instrumen spektrofotometer.

Spektrofotometer UV adalah alat yang digunakan untuk mengukur

transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari

panjang gelombang. Spektrofotometer terdiri dari alat spektrometer dan

fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

gelombang tertentu manakala fotometer pula adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan. Spektrofotometer pula digunakan

untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, diemisikan atau direfleksikan sebagai fungsi dari panjang

gelombang (Skoog, 1996 dalam Techinamuti & Pratiwi, 2018).

Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak

yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur


17

perbedaan absorbsi diantara blanko dengan cuplikan ataupun pembanding.

Penggunaan spektrofotometri UV melibatkan energi elektronik yang cukup

besar pada molekul yang dianalisis, sehingga penggunaan spektrofotometri

UV lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.

(Dachriyanus, 2004 dalam Techinamuti & Pratiwi, 2018).

Cara menentukan kadar vitamin C adalah dengan menimbang 2 g

sampel vitamin C yang telah dihaluskan. Larutkan sampel tersebut dalam 50

mL aquadest kemudian menanda batas larutan dalam labu takar 250mL.

Setelah itu larutan diencerkan hingga 200 kali, kemudian absorbansi diukur

pada panjang gelombang maksimum (David, 2015 dalam Techinamuti &

Pratiwi, 2018).
18
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Analisa kuantitatif terbagi menajdi 2 yaitu statistik deskriptif dan

statistik inferensial. Dapat diketahui bahwa metode titrasi permanganometri

dapat digunakan sebagai metode pengukuran kadar besi (II). Prinsip dari

titrasi iodimetri yaitu iodin mengadisi ikatan rangkap vitamin C pada atom

karbon C nomor 2 dan 3, ikatan rangkap yang diadisi oleh iodin akan terputus

menjadi ikatan tunggal. Bromatometri adalah penetepan kadar suatu zat

berdasarkan atas reaksi zqat tersebut dengan brom. Reaksi tersebut dapat

berupa reaksi subsitusi, adisi, dan oksidasi. Spektrofotometer UV adalah alat

yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari

cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer terdiri

dari alat spektrometer dan fotometer.

4.2 Saran

Makalah ini dibuat dengan tujuan memberikan pengetahuan kepada

pembaca untuk mengetahui analisa kuantitatif, titrasi permanganometri

(penetapan kadar besi), titrasi iodatometri (penetapan kadar vitamin C dalam

tablet), titrasi iodometri dan iodimetry (penetapan kadar metampiron, kofein

dan vitamin C), titrasi bromatometri (penetapan kadar sulfadiazin) serta

penetapan kadar vitamin C dengan metode spektrofotometri uv-vis.

19
DAFTAR PUSTAKA

Badriyah dkk. 2015. Penetapan Kadar Vitamin C pada Cabai Merah (Capsicum
Annum. L) Menggunakan Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Jurnal Wiyata.
Vol. 2, No. 1, Hal. 27-28.

Baso. 2020. Penetapan Kadar Sulfadiazin dengan Bromatometri. Jurnal Sains dan
Seni. Vol 5, No. 1, Hal. 5.

Muhson. 2018. Teknik Analisa Kuantitatif. Jurnal Penelitian. Vol. 11, No. 2, Hal.
1-4.

Putra & Sugiarso. 2016. Perbandingan Metode Analisis Permanganometri dan


Serimetri dalam Penentuan Kadar Besi (II). Jurnal Sains dan Seni. Vol. 5,
No. 1, Hal. 10-11.

Rahman dkk. 2015. Analisis Kadar Vitamin C Mangga Gadung (Mangifera Sp)
dan Mangga Golek (Mangifera Indeca L) Berdasarkan Tingkat
Kematangan dengan Menggunakan Metode Iodimetri. Jurnal Akad Kim.
Vol. 4, No. 1, Hal. 34-35.

Techinamuti & Pratiwi. 2018. Metode Analisa Kadar Vitamin C. Jurnal Farmaka.
Vol. 16, No. 2, Hal. 9-14.

20

Anda mungkin juga menyukai