Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENGUKURAN BIOKIMIA VITAMIN LARUT LEMAK


(A,D,E,K)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Penilaian Status Gizi

Dosen Pengampu: Fitria, SKM., MKM

Disusun oleh:
Kelompok 3

Maulida Aftali (2005025181)


Syafira Dhiya Nurrifa (2005025183)
Naifah Nurul Ghinaya P (2005025208)
Rajwa Khoirmannajjah (2005025215)
Farhan Maulana Sidiq (2005025198)
Muhammad Harits F (2005025196)

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengukuran Biokimia
Vitamin Larut Lemak (A,D,E,K)” tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Fitria, SKM., MKM pada mata kuliah Penilaian Status
Gizi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fitria, SKM., MKM selaku dosen mata
kuliah Penilaian Status Gizi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan kami. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 28 November 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
C. TUJUAN.......................................................................................................1
D. MANFAAT...................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Pengertian Vitamin Larut Lemak..................................................................3
B. Sifat-Sifat Umum Vitamin Larut Lemak......................................................4
C. Definisi Vitamin A,D,E, dan K.....................................................................5
D. Pengukuran Biokimia Vitamin Larut Lemak..................................................
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang
sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Oleh karena itu, harus
didatangkan dari makanan. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin
adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Vitamin merupakan
nutrisi yang paling penting untuk tubuh kita untuk menjalankan pertumbuhan dan
fungsinya dengan baik. Sebagai salah satu komponen gizi, vitamin diperlukan
memperlancar proses metabolisme tubuh, dan tidak berfungsi menghasilkan energi.
Vitamin terlibat dalam proses enzimatik. Tubuh memerlukan vitamin dalam jumlah
sedikit, tetapi jika kebutuhan yang sedikit itu diabaikan, akan mengakibatkan
terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh
senyawa lain.
Vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan
pengolahan. Vitamin mempunyai sifat yang mudah sekali untuk larut didalam air atau
pun lemak. Bedasarkan kelarutannya, vitamin dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
vitamin yang larut dalam air (vitamin C dan semua golongan vitamin B) dan yang larut
dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K). Oleh karena sifat kelarutannya tersebut, vitamin
yang larut dalam air tidak dapat disimpan dalam tubuh, sedangkan vitamin yang larut
dalam lemak dapat disimpan dalam tubuh. Vitamin yang larut dalam lemak adalah jenis
vitamin yang tidak dapat dikeluarkan dari tubuh melalui keringat maupun urin, serta
secara umum vitamin larut lemak hanya sedikit yang hilang pada proses pemasakan. dan
vitamin larut lemak bersifat toksik pada dosis sangat tinggi.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian vitamin larut dalam lemak ?
2. Apa saja sifat-sifat umum vitamin larut dalam lemak ?
3. Apa definisi dari vitamin A, D, E, dan K ?
4. Bagaimana pengukuran biokimia vitamin larut lemak?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu vitamin larut lemak
2. Mengetahui manfaat umum vitamin larut lemak
3. Mengetahui lebih dalam terkait vitamin A, D, E, K
4. Mengetahui cara pengukuran vitamin larut lemak
D. Manfaat
Mengetahui berbagai macam vitamin larut lemak dan cara pengukurannya dalam
manusia.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Vitamin Larut Lemak
Vitamin yang larut dalam lemak (larut-lipid) adalah molekul hidrofobik apolar yang
semua merupakan derivate isopren. Molekul ini tidak dapat disintesis oleh tubuh dalam
jumlah yang memadai sehingga harus dipasok dari makanan. Vitamin larut-lipid dapat
diserap secara efisien jika terdapat penyerapan yang normal begitu diserap. Molekul
vitamin tersebut harus diangkut di dalam darah seperti halnya lipid apolar yang lain, yaitu
dalam lipoprotein. Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak biasanya ditemukan
berhubungan dengan lipid dalam makanan alam, yaitu : Vitamin A, Vitamin D, Vitamin
E, dan Vitamin K.
B. Sifat-Sifat Umum Vitamin Larut Lemak

Adapun sifat-sifat umum yang terdapat dalam vitamin larut lemak, yaitu :

 Larut dalam lemak


 Kelebihan konsumsi dari yang dibutuhkan disimpan dalam tubuh
 Dikeluarkan dalam jumlah kecil melalui empedu
 Tidak selalu perlu ada dalam makanan sehari-hari
 Gejala defisiensi berkembang lambat
 Memiliki provitamin
 Hanya mengandung umur C,H, dan O
 Diabsorpsi melalui sistem limfe
 Hanya dibutuhkan oleh organisme kompleks.
C. Pengertian vitamin A, D, E, dan K
1. Vitamin A
Istilah vitamin A digunakan untuk merujuk pada retinol dan senyawa terkait yang
menunjukkan aktivitas biologis retinol. Bentuk utama vitamin A adalah retinol, asam
retinoat dan retinal, sedangkan bentuk penyimpanan utama di hati adalah retinil palmitat
(Albahrani et al, 2016).
Vitamin A merupakan antioksidan yang penting dan mempunyai banyak fingsi
dalam tubuh. Selain fungsi yang sudah banyak diketahui, membantu menjaga kesehatan
mata, vitamin A juga berperan dalam pertumbuhan tulang, perkembangan gigi,
reproduksi, pembelahan sel, ekspresi gen, dan pengaturan sistem kekebalan tubuh. Kulit,
mata, dan selaput lendir mulut, hidung, tenggorokan, dan paru-paru bergantung pada
vitamin A agar tetap lembab (Moore, 2012).
Bentuk vitamin A retinol, retinal, dan asam retinoat didapat terutama dari
makanan yang berasal dari hewan seperti produk susu, ikan, dan hati. Beberapa makanan
yang berasal dari tumbuhan mengandung antioksidan, betakaroten, yang diubah tubuh
menjadi vitamin A. Beta-karoten, berasal dari buah-buahan dan sayuran, terutama yang
berwarna oranye atau hijau tua. Sumber vitamin A juga termasuk wortel, labu, labu
musim dingin, sayuran berdaun hijau tua dan aprikot, yang semuanya kaya akan beta-
karoten (Moore, 2012).
Rekomendasi asupan vitamin A dinyatakan dalam mikrogram (mcg) retinol
activity equivalents (RAE). Satu RAE sama dengan 1 mcg retinol atau 12 mcg beta-
karoten. Recommended Dietary Allowance (RDA) untuk vitamin A adalah 900 mcg/hari
untuk pria dewasa dan 700 mcg/hari untuk wanita dewasa (Moore, 2012).
2. Vitamin D
Vitamin D adalah prohormon yang telah dikaitkan, melalui hubungan langsung
dan tidak langsung, dengan sejumlah patologi. Bentuk vitamin D yang paling melimpah
dalam darah adalah 25-hidroksivitamin D. Bentuk aktif vitamin D adalah 1,25-
dihidroksivitamin D3 (1,25-(OH)2D3) (Albahrani et al, 2016).
Vitamin D memainkan peran penting dalam penggunaan kalsium dan fosfor oleh
tubuh. Ia bekerja dengan meningkatkan jumlah kalsium yang diserap dari usus kecil,
membantu membentuk dan memelihara tulang. Vitamin D juga bermanfaat bagi tubuh
dengan berperan dalam kekebalan dan mengendalikan pertumbuhan sel. Pada anak-anak,
dibutuhkan vitamin D dalam jumlah yang cukup untuk mengembangkan tulang yang kuat
dan gigi yang sehat (Moore, 2012).
Sumber makanan utama vitamin D adalah susu dan produk susu lainnya yang
diperkaya dengan vitamin D. Vitamin D juga ditemukan pada ikan berminyak (misalnya,
herring, salmon dan sarden) serta minyak ikan cod. Selain vitamin D yang disediakan
oleh makanan, vitamin D juga dapat diperoleh melalui kulit yang menghasilkan vitamin
D sebagai respons terhadap sinar matahari (Moore, 2012).
RDA untuk vitamin D dinyatakan dalam mikrogram (mcg) dari cholecalciferol
(vitamin D3). Dari 12 bulan hingga usia lima puluh, RDA ditetapkan pada 15 mcg
(Moore, 2012).
3. Vitamin E
Vitamin E adalah metabolit antioksidan yang larut dalam lemak dan merupakan
faktor makanan yang penting. Ada dua kelompok vitamin E yang terjadi secara alami:
tokoferol dan tokotrienol. Masing-masing memiliki empat isomer (α, β, γ, dan δ)
berdasarkan posisi dan jumlah gugus metil pada cincin kromanol (Albahrani et al, 2016).
Vitamin E bermanfaat bagi tubuh dengan bertindak sebagai antioksidan, dan
melindungi vitamin A dan C, sel darah merah, dan asam lemak esensial dari kerusakan.
Banyak penelitian menunjukkan hubungan antara konsumsi makan makanan kaya
antioksidan dalam bentuk buah dan sayur secara teratut, dan risiko yang lebih rendah
untuk penyakit jantung, kanker, dan beberapa penyakit lainnya. Pada dasarnya, penelitian
terbaru menunjukkan bahwa untuk menerima manfaat penuh antioksidan dan fitonutrien
dalam makanan, seseorang harus mengonsumsi senyawa ini dalam bentuk buah dan
sayuran, bukan sebagai suplemen (Moore, 2012).
Enam puluh persen vitamin E dalam makanan berasal dari minyak nabati (kedelai,
jagung, biji kapas, dan safflower). Dalam hal ini juga termasuk produk yang dibuat
dengan minyak sayur (margarin dan saus salad). Sumber vitamin E lainnya juga termasuk
buah-buahan dan sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan (almond dan hazelnut), biji-bijian
(bunga matahari) dan sereal yang diperkaya vitamin E (Moore, 2012).
RDA untuk vitamin E didasarkan pada bentuk yang paling aktif dan dapat
digunakan yang disebut alpha-tokoferol. Pedoman RDA menyatakan bahwa pria dan
wanita di atas usia 14 tahun harus menerima 15 mcg alfa-tokoferol per hari (Moore,
2012).
4. Vitamin K
Vitamin K secara alami diproduksi oleh bakteri di usus, dan memainkan peran
penting dalam pembekuan darah normal, meningkatkan kesehatan tulang, dan membantu
memproduksi protein untuk darah, tulang, dan ginjal (Moore, 2012).
Makanan sumber vitamin K yang baik adalah sayuran berdaun hijau seperti lobak,
bayam, kembang kol, kol, dan brokoli. Selain itu, minyak sayur tertentu termasuk minyak
kedelai, minyak biji kapas, minyak canola dan minyak zaitun menjadi sumber vitamin K.
Makanan hewani pada umumnya mengandung vitamin K namun dalam jumlah terbatas
(Moore, 2012).
D. Pengukuran Biokimia Vitamin Larut Lemak
1. Vitamin A
Gejala klinis defisiensi vitamin A akan tampak bila cadangan vitamin A dalam hati
dan organ-organ tubuh lain sudah menurun dan kadar vitamin A dalam serum mencapai
garis bawah yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik mata. Berikut
pengukuran vitamin A:
a. Serum Retinol
Serum retinol biasanya ditentukan dengan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau dengan spektrofotometri. Walaupun spektrofotometri
lebih sederhana dan lebih murah, akurasinya kurang. Karena itu HPLC lebih sering
digunakan. Dari beberapa metode yang tersedia untuk analisis total serum vitamin A
atau retinol, hanya HPLC yang dapat membedakan retinol dari retinyl ester,
sedangkan metode lain mengukur total serum vitamin A. Kadar serum retinol
menggambarkan status vitamin A hanya ketika cadangan vitamin A dalam hati
kekurangan dalam tingkat berat (<0,07 µmol/g hati) atau berlebihan sekali (>1,05
µmol/g hati).
Metode HPLC
Prinsip: Retinol dan standar retinil asetat yang ditambahkan dengan pelarut organik
setelah protein serum didenaturasi. Dengan sistem fase berputar (revers phase) kedua
protein tersebut dipisahkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 328 nm
dengan HPLC. Konsentrasi retinol dalam serum dapat dihitung dari perbandingan
puncak grafik retinolasetat.
Prosedur:
1) Seratus mikroliter palsma dimasukan ke dalam tabung mikro ditambah 100
mikroliter etanol yang berisi standar retinil acetat (konsentrasi setara dengan
20 μg retinil/ dl) dan 200 mikroliter heksan.
2) Kemudian dikocok dengan vortex selama 1 menit.
3) Setelah disentifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit lapisan
heksan yang berisi ekstrak vitamin A dipipet sebanyak 150 μI.
4) Ekstrak rm kemudian diuapkan dengan pertolongan gas nitrogen sampai
kering.
5) Ekstrak yang sudah kering kemudian ditambah 100 mikroliter isoprepanol,
kemudian dikocok dan sebanyak 50 mikroliter disuntikan ke HPLC, dengan
spesifikasi sebagai berikut:
Kolom: bondapak C18
Buffer (solvent): metanol/air (95/5, perbandingan volume)
Kecepatan aliran: 2,5 ml/menit
Tekanan: disesuaikan kecepatan aliran tersebut
Panjang gelombang detector: 328 nm
Sensitivitas detector: 0,01 AUFS
Suhu: kamar
Kecepatan rekoder: 1 cm/menit
Munculnya grafik: retinol 2,2 menit, retinyl acetat 3,0 menit
Perhitungan : Konsentrasi retinol dalam serum
Tinggi puncak grafik retinil
x Konsentrasi retinil asetat
Tinggi puncak grafik retinil asetat
Catatan:
 Semua tabung reaksi yang digunakan harus benar-benar bersih. Untuk
mencapai ini tabung-tabung harus direndam dalam nitrat ataupun kromat
selama 3 hari.
 Berdasarkan pengalaman, setiap 4-5 kali penyuntikan pada HPCL kolom perlu
dicuci dengan dialiri buffer tanpa sampel selama sekitar 30 menit.
 Bila ada dugaan kadar vitamin A dalam serum agak tinggi (misalnya serum
orang dewasa normal, anak yang baru saja diberi vitamin A dosis tinggi)
serum yang digunakan 50 μl saja.
b. Serum Retinol Binding Protein (RBP)
RBP adalah protein transpor spesifik vitamin A, dinamakan holo RBP ketika
berikatan dengan retinol, sedangkan bila tidak ada ikatan dinamakan apo-RBP.
Penentuan RBP lebih mudah dibandingkan dengan penentuan serum retinol. Pertama
karena RBP adalah protein, yang dapat dideteksi dengan penentuan imunologi, yang
lebih sederhana dan lebih murah dibandingkan dengan analisis serum retinol HPLC.
Kedua penanganan serum lebih mudah karena RBP lebih stabil dibandingkan dengan
retinol, tidak sensitif terhadap cahaya dan kurang sensitif terhadap temperatur dan
lebih stabil selama dalam kotak pendingin. Ketiga, analisis RBP memerlukan amat
sedikit serum darah vena yang dapat diambil dari jari.
c. Serum Retinyl Ester
Pada orang yang sehat, kandungan retinyl ester kurang dari 5 persen dari total
vitamin A pada serum orang berpuasa. Pada kondisi kapasitas penyimpanan vitamin
A berlebih, misalnya setelah mengasupan vitamin A dalam jumlah besar
(Hypervitaminosis) atau pada penyakit hati, vitamin A dalam sirkulasi darah berupa
retinyl ester dan kemudian meningkatkan kadar retinyl ester dari darah yang
diperiksa. Batas untuk menggambarkan hypervitaminosis adalah bila retinyl ester >10
persen dari total vitamin A. Untuk menentukan kadar retinyl ester diperlukan darah
saat berpuasa karena konsentrasi retinyl ester naik setelah mendapat asupan vitamin
A. Pengukuran konsentrasi retinyl ester dalam serum yang paling baik adalah dengan
fase normal dari HPLC, saat di mana kadar rendah serum puasa dapat diukur
bersamaan dengan kadar serum retinol.
2. Vitamin D
Fungsi vitamin D erat kaitannya dengan mineralisasi tulang. Vitamin D, terutama
bentuk aktif kalsitriol, akan meningkatkan penyerapan kalsium dan fosfor yang
merupakan zat utama pada proses pengerasan tulang. Mekanisme peningkatan
penyerapan yaitu dengan peran vitamin D dalam merangsang sintesis protein pengikat
kalsium dan protein pengikat fosfor pada mukosa usus halus. Dengan demikian, jika
kadar vitamin D dalam darah kurang, maka penyerapan kalsium dan fosfor akan
terhambat sehingga proses mineralisasi (pemadatan) tulang menjadi terhambat.
Kekurangan vitamin ini dapat mengakibatkan penyakit rakhitis dan kadang-kadang
tetanus. Apabila kekurangan terjadi pada masa pertumbuhan akan timbul osteomalasia.
Pengukuran vitamin D dapat dilakukan dengan Serum Alkaline Phosphatase (ALP).
Serum ALP terdiri dari beberapa isoenzim yang terdapat pada banyak organ seperti hati,
tulang, ginjal, usus dan plasenta. Serum alkali Fosfatase (ALP) adalah tes darah rutin
yang biasa dilakukan baik sebagai bagian dari evaluasi biokimia dari fungsi hati atau
sebagai penanda independen dari kondisi medis tertentu. Aktivitas ALP serum biasanya
diukur untuk mendeteksi peningkatan aktivitasnya. Peningkatan aktivitas ALP terjadi
pada kehamilan, masa kanak-kanak, penyakit paget, kolestatis intra dan ekstrahepatik dan
berbagai penyakit tulang lainnya. ALP hati dan tulang kadarnya tinggi dalam serum
sehingga banyak dipakai untuk menilai proses metabolisme tulang khususnya menilai dan
memantau aktivitas osteoblas dan untuk menilai kelainan pada hepatobilier. Nilai normal:
pria 90–239 µ/L dan wanita 76–196 µ/L. Tes ALP dapat digunakan untuk diagnosis dan
efisiensi pengobatan masalah tulang seperti rakhitis, osteomalasia dan penyakit Paget.
3. Vitamin E
Defisit vitamin E jarang sekali ditemukan oleh sebab makanan sehari-hari
mengandung cukup vitamin E. Namun demikian kita harus tetap waspada adanya
kemungkinan keadaan subklinis, misalnya pada bayi berat badan lahir rendah dimana
transfer vitamin E melalui plasenta tidak efisien. Gangguan yang dapat dilihat karena
kekurangan vitamin E adalah hemolisis dan mengurangnya umur hidup eritrosit.
Penelitian pada binatang percobaan didapatkan bahwa defisit vitamin E menyebabkan
kemandulan baik pada jantan dan betina. Gangguan lain adalah distrofi otot dan kelainan
saraf pusat (ensefalomalasia). Pada pemeriksaan biokimia seorang anak dikatakan
memiliki nilai normal vitamin E bila di dalam serum ≥ 0,7 mg.
4. Vitamin K
Penentuan vitamin K dapat menggunakan metode Kromatografi Cepat Kinerja Tinggi
(KCKT). Metode ini digunakan karena spesifik untuk menentukan jenis-jenis dari
vitamin K dan dapat memberikan spesifitas yang memuaskan. Menurut Jakob dan
Elmadfa (2000), analisis KCKT untuk vitamin K menggunakan fase terbalik dengan
menggunakan fase diam kolom C-18 dan deteksi fluoresensi. Fase diam yang digunakan
diisi dengan bubuk seng. Sistem fase gerak yang tidak encer digunakan untuk penentuan
vitamin K yaitu dengan menggunakan pelarut metanol dan diklorometana yang
mengandung seng klorida, natrium asetat dan asam asetat.Ekstraksi pelarut yang
digunakan sesuai dengan matriks dalam sampel. Sampel diekstraksi dengan
menggunakan pelarut n-heksana yang dibutuhkan setelah penguapan menggunakan
pelarut yang tidak mengandung n-heksana. Residu yang terbentuk dicuci dengan
menggunakan campuran metanol dan air. Lapisan atas n-heksana dipisahkan dan
diuapkan pada kondisi vakum. Residu yang dihasilkan dilarutkan dengan eluen dan
diinjeksikan ke dalam KCKT untuk dilakukan analisis. Standar internal yang digunakan
dalam analisis vitamin K yaitu 2,3-dihidrofilokuinon dalam pelarut etanol.
Kelebihan analisis dengan menggunakan metode KCKT untuk penentuan vitamin
larut lemak (vitamin A, D, E dan K) yaitu metode analisis yang cepat, memiliki efisiensi
dan spesifitas yang tinggi karena tidak membutuhkan pereaksi yang banyak serta langkah
kerja yang terlalu rumit dibandingkan dengan penggunaan metode lain seperti
spektrofotometrik dan fluorometrik yang memiliki efisiensi dan spesifitas rendah.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Vitamin larut lemak merupakan molekul hidrofobik apolar yang tidak dapat disintesis
oleh tubuh dalam jumlah memadai sehingga memerlukan asupan dari luar tubuh. Molekul
vitamin tersebut harus diangkut di dalam darah seperti halnya lipid apolar yang lain, yaitu dalam
lipoprotein.
Pengukuran Vitamin A dapat dilakukan dengan serum retinol metode HPLC, Serum
Retinol Binding Protein (RBP), dan Serum Retinyl Ester. Penentuan RBP lebih mudah
dibandingkan dengan penentuan serum retinol. Untuk menentukan kadar retinyl ester diperlukan
darah saat berpuasa karena konsentrasi retinyl ester naik setelah mendapat asupan vitamin A.
Pengukuran Vitamin D dapat dilakukan Serum Alkaline Phosphatase (ALP). Serum
alkali Fosfatase (ALP) adalah tes darah rutin yang biasa dilakukan baik sebagai bagian dari
evaluasi biokimia dari fungsi hati atau sebagai penanda independen dari kondisi medis tertentu.
Aktivitas ALP serum biasanya diukur untuk mendeteksi peningkatan aktivitasnyaTes ALP dapat
digunakan untuk diagnosis dan efisiensi pengobatan masalah tulang seperti rakhitis, osteomalasia
dan penyakit Paget.
Penelitian pada binatang percobaan didapatkan bahwa defisit vitamin E menyebabkan
kemandulan baik pada jantan dan betina. Gangguan lain adalah distrofi otot dan kelainan saraf
pusat (ensefalomalasia). Pada pemeriksaan biokimia seorang anak dikatakan memiliki nilai
normal vitamin E bila di dalam serum ≥ 0,7 mg.
Penentuan vitamin K dapat menggunakan metode Kromatografi Cepat Kinerja Tinggi
(KCKT). Kelebihan analisis dengan menggunakan metode KCKT untuk penentuan vitamin larut
lemak (vitamin A, D, E dan K) yaitu metode analisis yang cepat, memiliki efisiensi dan spesifitas
yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Albahrani, Ali A. Ronda F. Greaves. Fat-Soluble Vitamins: Clinical Indications and Current
Challenges for Chromatographic Measurement. The Clinical Biochemist Reviews. 2016;
37(1): 27–47.

Moore, R. L. Bellows. 2012. Fat-Soluble Vitamins: A, D, E, and K. [Online].


https://extension.colostate.edu/docs/foodnut/09315.pdf . diakses 29 November 2021.

Syarfaini. 2014. Berbagai Cara Menilai Status Gizi Masyarakat. Makassar: Alauddin University
Press.

Tiffani, Wely Leona. 2021. Korelasi Kadar Alkali Fosfatase dan Densitas Tulang Pada Wanita
Pascamenopause. Tesis. Fakultas Kedokteran Universitasn Sumatera Utara RSUP H.
Adam Malik Medan.

Anda mungkin juga menyukai