VITAMIN
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga tugas makalah kelompok yang berjudul
“Vitamin” dapat diselesaikan tepat waktu.
Makalah kelompok ini merupakan tugas bagi mahasiswa Prodi Sarjana Terapan
Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya pada mata kuliah Gizi
Reproduksi. Pada tugas ini, kelompok telah banyak mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I 4
PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Pengertian Vitamin 6
2.2. Klasifikasi Vitamin 6
2.2.1 Vitamin Larut Air 6
2.2.2 Vitamin Larut Lemak 16
BAB III 21
PENUTUP 21
3.1 Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari vitamin
2. Mengetahui manfaat, sumber, dan akibat yang timbul apabila kekurangan
atau kelebihan vitamin A
3. Mengetahui manfaat, sumber, dan akibat yang timbul apabila kekurangan
atau kelebihan vitamin D
4. Mengetahui manfaat, sumber, dan akibat yang timbul apabila kekurangan
atau kelebihan vitamin E
5. Mengetahui manfaat, sumber, dan akibat yang timbul apabila kekurangan
atau kelebihan vitamin K
6. Mengetahui manfaat, sumber, dan akibat yang timbul apabila kekurangan
atau kelebihan vitamin C
7. Mengetahui manfaat, sumber, dan akibat yang timbul apabila kekurangan
atau kelebihan vitamin B
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Vitamin B1
a. Pengertian
Vitamin B1 atau tiamin adalah kristal putih kekuningan yang larut dalam air.
Tiamin berfungsi sebagai koenzim dalam berbagai reaksi metabolisme
energi. Tiamin diperlukan untuk metabolisme lemak, protein dan asam
nukleat, tetapi peran utamanya adalah dalam metabolisme karbohidrat.
Tiamin terlibat dalam metabolisme karbohidrat, sehingga kebutuhan yang
direkomendasikan didasarkan pada kebutuhan energi. Mengambil lebih
banyak vitamin dari yang direkomendasikan tidak akan bermanfaat karena
kelebihannya akan dikeluarkan. Overdosis tiamin juga tidak menimbulkan
risiko keracunan (Almatsier, 2001).
b. Kebutuhan (AKG)
Tingkat validitas nutrisi vitamin untuk pria dewasa adalah 1,2 mg / hari dan
untuk wanita dewasa adalah 1,1 mg / hari. Untuk anak-anak, kebutuhan
harian tiamin adalah 0,2 mg / hari, yang secara bertahap meningkat seiring
bertambahnya usia. Untuk ibu hamil dan menyusui, kebutuhan tiamin adalah
1,4 mg/hari.
c. Manfaat
Tiamin, atau vitamin B1, diketahui dapat meningkatkan fungsi sistem
kekebalan dan mengurangi risiko diabetes tipe 2, penyakit kardiovaskular,
gangguan terkait usia, penyakit ginjal, kanker, gangguan kejiwaan, dan
gangguan neurodegeneratif. Tiamin juga bertindak sebagai penghambat
isoenzim karbonat anhidrase sehingga meningkatkan kadar oksigen pada
tubuh.
d. Sumber
Tubuh manusia tidak dapat memproduksi tiamin itu sendiri. Oleh karena itu,
untuk memenuhi kebutuhan tiamin tubuh manusia, perlu mengonsumsi
makanan dan minuman yang mengandung vitamin B1. Tiamin tingkat tinggi
ditemukan dalam beberapa jenis makanan, termasuk biji-bijian, beras merah,
daging unggas, kacang-kacangan, biji-bijian, dan produk gandum yang
difortifikasi, misalnya sereal.
e. Defisiensi
Satu studi mendefinisikan defisiensi tiamin sebagai kadar tiamin plasma di
bawah 7 nmol / L. Kekurangan tiamin menyebabkan penurunan produksi
energi oleh mitokondria, sehingga mengaktifkan metabolisme anaerobik dan
meningkatkan kadar laktat dalam tubuh. Kekurangan kronis vitamin B1
dapat menyebabkan kerusakan saraf, beri-beri, dan sindrom Wernicke-
Korsakov.
f. Hipervitaminosis
Kelebihan vitamin B1 dalam tubuh disimpan sampai batas tertentu di hati
dan sel darah merah dalam bentuk TPP (tiamin pirofosfat). Terlalu banyak
vitamin B1 dapat mengiritasi lambung dan menyebabkan alergi. Selain itu,
terlalu banyak asupan vitamin B1 dapat menyebabkan sianosis bibir dan
sesak napas.
3) Vitamin B2
a. Pengertian
Riboflavin, dikenal juga sebagai vitamin B2, adalah mikronutrien yang
mudah dicerna, bersifat larut dalam air, dan memiliki peranan kunci dalam
menjaga kesehatan pada manusia dan hewan.Vitamin B2 diperlukan untuk
berbagai ragam proses seluler. Seperti vitamin B lainnya, riboflavin
memainkan peranan penting dalam metabolisme energi, dan diperlukan
dalam metabolisme lemak, zat keton, karbohidrat dan protein. Vitamin ini
juga banyak berperan dalam pembentukan sel darah merah, antibodi dalam
tubuh, dan dalam metabolisme pelepasan energi dari karbohidrat.
b. Kebutuhan (AKG)
Konsumsi riboflavin sangat bergantung pada berat tubuh, laju metabolisme,
dan asupan kalori di dalam tubuh. Berdasarkan RDA, konsumsi per hari bagi
pria adalah 1,7 mg dan bagi wanita adalah 1,3 mg, sedangkan bagi wanita
hamil perlu tambahan 0,3 mg.
c. Manfaat
Vitamin B2 dibutuhkan untuk pertumbuhan, vitalitas, nafsu makan,
pencernaan, sistem urat saraf, jaringan kulit dan mata.
d. Sumber
Hati, kuning telur, susu, keju, kacang- kacangan, dan sayuran berwarna hijau.
e. Defisiensi
Karena riboflavin memegang peranan besar dalam metabolisme energi di
dalam tubuh maka defisiensi vitamin ini akan jelas berpengaruh pada
produksi energi tubuh. Hal ini terjadi karena metabolisme pemecahan
karbohidrat, lemak, dan protein tidak berjalan dengan efisien. Secara fisik,
defisiensi ini dapat terlihat dari warna mata yang cenderung merah,
peningkatan sensitivitas terhadap cahaya matahari, peradangan di mulut, dan
bibir pecah-pecah. Efek lainnya juga terlihat pada kerusakan jaringan kulit,
keriput, dan kuku pecah. Gejala awal yang muncul pada orang dengan
defisiensi riboflavin adalah sakit tenggorokan dan bibir pecah-pecah. Bila
telah parah, penderita akan mengalami anemia, gangguan saraf,
pembengkakan lidah. Defisiensi vitamin B2 ini sering dialami oleh para
pecandu alkohol.
f. Hipervitaminosis
Kelebihan vitamin B2 dapat menyebabkan urin menjadi warna kuning-
oranye. Selain itu, berpotensi diare, meningkatkan frekuensi urin. memicu
reaksi alergi seperti gatal-gatal, bengkak pada wajah, bibir dan lidah.
4) Vitamin B3
a. Pengertian
Vitamin B3 adalah jenis vitamin B kompleks yang dapat Anda jumpai di
beberapa makanan. Selain itu, vitamin ini biasanya dimasukkan ke dalam
makanan tertentu dan bisa Anda konsumsi sebagai suplemen.
Vitamin B3 atau Niasin merupakan vitamin yang larut dalam air dan secara
umum terdiri dari dua jenis, yaitu Asam Nikotinat (C6H5O2N) dan
Nicotinamide (C6H6ON2).
b. Kebutuhan (AKG)
Kebutuhan asupan vitamin B3 per hari akan berbeda-beda pada setiap orang
tergantung dengan kelompok usianya,
1. 0-5 bulan: 2 mg
2. 6-11 bulan: 4 mg
3. 1-3 tahun: 6 mg
4. 4-6 tahun: 8 mg
5. 7-9 tahun: 10 mg
6. 10-12 tahun: 12 mg
7. 13 tahun sampai lansia: 16 mg (pria) dan 14 mg (wanita)
8. Ibu hamil: ditambah 4 mg dari kebutuhan normal sesuai usianya
9. Ibu menyusui: ditambah 3 mg dari kebutuhan normal sesuai usianya
Semakin bertambahnya usia seseorang, semakin tinggi kebutuhannya
terhadap niacin, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui yang memerlukan
nutrisi ekstra untuk calon anaknya.
c. Manfaat
Niasin berperan dalam reaksi enzimatik dalam tubuh atau metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, yaitu koenzim I (Nicotinamide Adenine
Dinucleotide (NAD)) dan Koenzim II (Nicotinamide Adenine Dinucleotide
Phosphate (NADP)). Niasin jugs berperan dalam mengubah makanan yang
yang kita konsumsi menjadi energi, mencegah kondisi defisiensi vitamin B3,
dan meredakan sindrom metabolik seperti diare yang disebabkan infeksi
kolera Selain itu vitamin ini juga biasanya dikonsumsi untuk mengontrol
kadar kolesterol pada orang dengan kolesterol tinggi dengan meningkatkan
kadar HDL (High Density Lipoprotein).
Manfaat atau fungsi lain dalam vitamin B3 antara lain,
1. Membantu mengendalikan kolesterol
2. Mengurangi resiko diabetes
3. Meningkatkan fungsi otak
4. Memperlambat proses penuaan
5. Memelihara kesehatan kulit
d. Sumber
Bahan pangan sumber Niasin antara lain, daging, terigu, jagung, telur, dan
susu. Niasin juga terdapat dalam serealia, tapi membentuk ikatan kompleks
dengan peptida dan karbohidrat, ikatan kompleks tersebut meliputi, Niasin
(Niasin teresterifikasi). Ikatan kompleks niasin pada jagung dapat dilepaskan
dengan proses pemanasan.
e. Defisiensi
Kekurangan Niasin akan menyebabkan pelagra (sakit tenggorokan, lidah, dan
mulut), dermatitis pada tangan, lengan, siku, kulit, serta leher (mula-mula
merah, bengkak, lunak, berlanjut kulit bersisik dan kadang-kadang timbul
luka)
f. Hipervitaminosis
Kelebihan vitamin B3 dapat menimbulkan gatal-gatal, sakit perut, kemerahan
pada kulit diikuti pusing (terutama di wajah, lengan dan dada), sakit sendi,
diare atau meningkatkan detak jantung menjadi lebih cepat.
Jika dikonsumsi sebagai obat dalam dosis 1.000 mg atau lebih dalam satu
hari, Niasin dapat memberikan beberapa efek samping berupa,
1. Sakit kepala,
2. Tekanan darah rendah,
3. Kelelahan,
4. Kadar gula tinggi,
5. Mual atau muntah,
6. Nyeri perut, dan
7. Penglihatan nampak kabur.
5) Vitamin B5
a. Pengertian
Vitamin B5 adalah salah satu jenis vitamin yang penting bagi fungsi tubuh
secara keseluruhan. Vitamin ini juga dikenal sebagai asam pantotenat.
Vitamin yang termasuk jenis larut dalam air ini membantu memproduksi sel
darah. Merupakan vitamin yang kurang stabil terhadap panas atau kondisi
lingkungan yang asam/alkali
b. Kebutuhan (AKG)
Adapun kebutuhan harian asam pantotenat yang direkomendasikan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, yakni 5 miligram/hari. Angka
kebutuhan gizi (AKG) harian ini ternyata berlaku untuk orang dewasa berusia
19 tahun ke atas.
Dosis yang lebih tinggi mungkin direkomendasikan oleh dokter untuk
pengobatan kondisi tertentu. Bila tidak dianjurkan, sebaiknya jangan
memperoleh vitamin B5 terlalu berlebihan.
Kebutuhan Vitamin B5 pada tubuh manusia ditentukan oleh usia dan gaya
hidup seseorang. jika gaya hidupnya sehat dan sesuai dengan standar
kesehatan dalam mengkonsumsi makanan maka semakin seimbanglah kadar
asam pantotenat dalam tubuhnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI, angka kebutuhan gizi (AKG)
vitamin B5 dibagi sesuai perhitungan usia sebagai berikut,
1. Usia 0 – 5 bulan:1,7 mg per hari
2. Usia 6 – 11 bulan:1,8 mg per hari
3. Usia 1 – 3 tahun:2 mg per hari
4. Usia 4 – 6 tahun:3 mg per hari
5. Usia 8 – 9 tahun:4 mg per hari
6. 10 – lansia: 5 mg per hari
7. Ibu hamil: ditambah 1 mg dari kebutuhan normal sesuai usianya pada
tiap trimester
8. Ibu menyusui: ditambah 2 mg dari kebutuhan normal sesuai usianya
tiap 6 bulan
c. Manfaat
Vitamin B5 memiliki fungsi esensial bagi tubuh. Vitamin B5 merupakan
komponen penyusun koenzim A (CoA) yang dibutuhkan dalam produksi
energi dan berbagai metabolisme tubuh, antara lain metabolisme karbohidrat,
protein, dan asam lemak. Vitamin B5 juga terlibat dalam kompleks vitamin
B2, sintesis kolesterol, lipid, neurotransmitter, hormon steroid, dan
hemoglobin.
Studi terdahulu yang dilakukan, masing-masing, oleh Eto M. dan Naruta,
juga menemukan suplemen vitamin B5 memiliki efek positif terhadap
pengobatan diabetes dan pencegahan angiopati perifer diabetik, yaitu
komplikasi dari penyakit ini. Tidak hanya itu, asam pantotenat juga berguna
untuk mengatasi serta mencegah defisiensi vitamin B5 masalah kulit akibat
terapi radiasi.
d. Sumber
Kadar vitamin B5 yang tinggi dapat ditemukan pada makanan berupa organ
hewan seperti hati, daging (ikan, ayam, sapi), sereal gandum utuh, jamur,
telur, susu, royal jelly, alpukat, beberapa jenis sayur, dan kacang-kacangan.
Dalam proses pengolahan makanan kadar vitamin B5 dapat berkurang hingga
20–80%.
Vitamin B5 di pasaran dapat ditemukan dalam bentuk pantothenic acid-D dan
calcium pantothenate. Vitamin B5 tersedia dalam sediaan tunggal atau
kombinasi dengan vitamin lain, seperti vitamin B kompleks.
e. Defisiensi
Defisiensi vitamin B5 ini biasanya disertai dengan kekurangan nutrisi lain
sehingga agak sulit untuk menentukan tanda-tandanya. Kekurangan vitamin
B5 bisa ditandai dengan gejala mati rasa dan sensasi terbakar pada tangan
serta kaki; sakit kepala, kelelahan, mudah marah, gelisah, sulit tidur,
gangguan pencernaan, dan anoreksia.
Mengalami gangguan koordinasi otot yang berkurang bisa jadi merupakan
gejala defisiensi vitamin B5. Oleh karena itu, pastikan penuhi kebutuhan
asam pantotenat ini, baik dari makanan ataupun suplemen tambahan.
f. Hipervitaminosis
jika kelebihan asam pantotenat atau vitamin B5 ini, tubuh akan mengalami
keluhan kesehatan. biarpun tubuh hanya membutuhkan vitamin B5 tetapi
kehadirannya di dalam tubuh tetaplah dibutuhkan namun pada kadar yang
sedang yaitu sekitar 4 sampai 7 mg saja.
Akibat jika kadar asam pantotenat terlalu banyak dalam tubuh,
1. Dapat menyebabkan depresi berat, Fungsi utama vitamin B5 atau
asam pantotenat adalah mengatur dan mengontrol serta
mempertahankan kesimbangan saraf tubuh, maka jika didalam tubuh
terdapat asam pantotenat dalam jumlah yang berlebihan justru akan
mengacaukan hormon dan mengakibatkan seseorang menjadi depresi
berkepanjangan.
2. Menyebabkan dehidrasi, Sebenarnya vitamin B5 sedikit sulit
untuk larut dan diserap dalam tubuh sehingga membutuhkan
pasokan banyak air putih untuk memperlancar proses
penyerapan. Jika tubuh seseorang kekurangan cairan dalam
tubuhnya maka tubuh akan mengalami dehidrasi dan dapat
terlihat dari warna urin yang nampak keruh dan pekat.
3. Menyebabkan nyeri dan pegal pada persendian dan sekitar lutut,
Kelebihan asam pantotenat (vitamin B5) akan mempengaruhi
kinerja metabolisme yang juga akan mengalami kelebihan zat zat
asam pantotenat tersebut sehingga mampu mengendap dan
membuat penyumbatan pada pembuluh darah disekitar lutut,
akibat nya akan timbul rasa nyeri pada lutut dan persendian kaki.
Ada beberapa efek samping lainnya yang akan timbul bila mengkonsumsi
suplemen vitamin B5 secara berlebihan, diantaranya yaitu,
1. Diare
2. Gata-gatal
3. Sesak nafas, dan
4. Pembengkakan pada mulut, wajah, bibir, atau lidah
6) Vitamin B6
a. Definisi
Piridoksin merupakan kristal putih tidak berbau, larut air, dan
alkohol. Piridoksin tahan panas dalam keadaan asam, tidak begitu
stabil dalam larutan alkali dan tidak tahan cahaya. Kehilangan pada
suhu beku sebanyak 36 hingga 55%. Vitamin B6 memiliki tiga bentuk
yaitu Piridoksin, Piridoksamin, dan Piridoksal. Ketiga bentuk ini
mengalami fosforilasi pada posisi-5 dan oksidasi hingga menjadi
koenzim aktif Piridoksal fosfat.
c. Manfaat Vitamin B6
Vitamin B6 adalah nutrisi yang penting bagi fungsi dan
perkembangan saraf otak. Vitamin B6 juga berperan dalam produksi
hormon serotonin, melatonin dan norepinefrin. Vitamin B6 dikenal
juga dengan nama pyridoxin. Piridoksin berperan dalam bentuk
fosforilasi PLP dan PMP sebagai koenzim terutama dalam
transaminasi, dekarboksilasi, dan reaksi lain yang berkaitan dengan
metabolisme protein. Dekarboksilasi yang bergantung pada PLP
menghasilkan berbagai bentuk amin, seperti epinefrin, norepineprin
dan serotonin. PLP juga berperan dalam pembentukan asam alfa-
aminolevulinat, yaitu prekursor hem dalam hemoglobin.
Vitamin B6 memiliki manfaat antara lain yaitu ‘
● menambah energi
vitamin B6 dapat membantu memecah protein dan
meningkatkan metabolisme tubuh. Ketika metabolisme tubuh bekerja
lebih cepat, energi yang dihasilkan oleh tubuh pun juga akan lebih
cepat. Selain itu, asupan vitamin B6 juga dapat meningkatkan
produksi hemoglobin yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.
Dengan demikian, organ-organ tubuh dapat terus ‘bernapas’ dan
bekerja secara optimal.
● Menguatkan fungsi otak
Manfaat vitamin B6 yaitu membantu menguatkan fungsi otak
dan daya ingat. Vitamin B6 diperlukan untuk membuat
neurotransmitter atau bahan kimia pembawa sinyal dari satu sel saraf
ke sel lainnya.Neurotransmitter tersebut dibutuhkan untuk memproses
daya ingat dan meningkatkan fungsi otak sehingga dapat juga
mengurangi risiko penyakit alzheimer.
● Mencegah penyakit jantung
Vitamin B6 dapay berfungsi untuk menurunkan kadar
homosintesis dalam tubuh.Homosistein yaitu sejenis asam amino
yang diproduksi dalam darah. Ketika kadar homosistein dalam darah
tinggi, maka asam amino tersebut dapat menumpuk di pembuluh
darah, merusak arteri sehingga menyumbat pembuluh darah dan
menyebabkan risiko serangan jantung dan stroke
● Mengatasi depresi
Mengonsumsi vitamin B6 bermanfaat bagi tubuh untuk
menghasilkan serotonin yang merupakan suatu
neurotransmitter yang dapat meningkatkan suasana hati dan
pikiran positif sehingga mencegah terjadinya depresi
d. Sumber Vitamin B6
Vitamin B6 paing banyak terdapat didalam kecambah, ikan,
hati sapi, daging ayam. gandum, hati, serealia tumbuk, kacang-
kacangan, kentang,alpukat, buah-buahan non-sitrus,daging ayam dan
pisang. Sedangkan, susu, telur dan sayuran hijau, serta buah
mengandung sedikit B6. Vitamin B6 di dalam bahan makanan hewani
lebih mudah diabsorbsi daripada yang terdapat didalam bahan
makanan nabati.
e. Defisiensi Vitamin B6
Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan anemia dan
gangguan kulit, seperti ruam atau pecah-pecah di sekitar mulut.
Kurangnya vitamin B6 juga dapat meningkatkan risiko gangguan
otak, seperti depresi, kejang, kebingungan, mual, anemia, otot
berkedut, luka di sudut bibir, kesemutan, dan nyeri pada tangan dan
kaki.Kekurangan vitamin B6 jarang terjadi, biasanya jika terjadi
karena kekurangan yang secara bersamaan dengan vitamin B lainnya.
Kekurangan vitamin B6 juga menimbulkan gejala yang berkaitan
dengan kekurangan gangguan metabolisme protein seperti lemah,
mudah tersinggung, dan sukar tidur. Kekurangan lebih lanjut
gangguan pertumbuhan, gangguan fungsi motorik, dan kejang-kejang,
penurunan pembentukan antibodi, peradangan lidah, serta luka pada
bibir, sudut-sudut mulut dan kulit.
7) Vitamin B8
a. Definisi
b. Manfaat B8 (Biotin)
● Meringankan gejala sindrom ovarium polikistik (PCOS)
Biotin terdapat dalam banyak jenis makanan dan di dalam tubuh dapat
disentesis oleh bakteri saluran cerna. Sumber yang baik adalah hati, kuning
telur, serealia, kacang kedelai, kacang tanah, sayuran dan buah-buahan
tertentu (jamur, pisang, semangka, strawberi). Daging dan buah-buahan
merupakan sumber yang kurang baik.
e. Defisiensi B8 (Biotin)
Wanita
10-12 th 90 Menyusui
20-45 th 170
46-59 th 170
≥ 60 th 170
c. Manfaat
Manfaat asam folat dapat meningkatkan enzim alanin
aminotransferase (ALT), aspartat transaminase (AST), dan glutamyl
transpeptidase (GGT) yang penting untuk metabolisme di hati.
d. Sumber
Asupan asam folat masih dibawah standar, dari hasil recall pada
umumnya mengonsumsi makanan sumber asam folat seperti sayuran hijau,
namun kualitas dalam sehari masih kurang, hanya 1-4 sendok sayur (50-200
g), dan kacang-kacangan umumnya dikonsumsi hanya 1-2 kali perminggu.
e. Defisiensi
Defisiensi asam folat adalah komplikasi umum dari penyakit usus
halus, seperti sprue, yang mengganggu absorpsi vitamin dan resirkulasi
enterohepatiknya. Pasien dengan alkoholisme kurang asupan asam folatnya
karena kurangnya asupan makanan mereka, dan resirkulasi enterohepatiknya
dapat terganggu oleh efek toksik dari alkohol terhadap hepatosit. Memang,
alkoholisme adalah penyebab paling umum dari defisiensi asam folat, dengan
penurunannya di konsentrasi plasma bermanifestasi dalam 24 sampai 48 11
jam setelah konsumsi alkohol terus-menerus. Obat yang menghambat
dihidrofolat reduktase (metotrexat, trimetoprim) atau mengganggu absorpsi
dan penyimpanan asam folat dalam jaringan (fenitoin) dapat menyebabkan
defisiensi asam folat.
Tidak cukupnya vitamin B9 dalam tubuh bisa menimbulkan beragam
gangguan kesehatan, seperti tubuh terasa lelah, sesak napas, rambut beruban,
sariawan, gangguan pertumbuhan, dan lidah membengkak.
f. Hipervitaminosis
Mengambil terlalu banyak folat atau asam folat dalam bentuk
suplemen dapat memengaruhi fungsi mental, berdampak negatif pada sistem
kekebalan tubuh, dan menutupi kekurangan vitamin B12 yang berpotensi
parah, karena keduanya saling berhubungan.
Perlu diperhatikan bahwa ini adalah efek samping yang mungkin
dialami orang sehat saat mengonsumsi vitamin tersebut dalam dosis besar.
Seseorang dengan kondisi kesehatan dapat mengalami reaksi yang lebih
serius untuk mengambil terlalu banyak vitamin. Mengonsumsi vitamin B9
terlalu banyak dapat menyebabkan keracunan, terjadi masalah perut, reaksi
kulit, kejang dan gangguan tidur.
9) Vitamin B12
a. Pengertian
Vitamin B12 adalah salah satu jenis vitamin larut dalam air dan
merupakan bagian dari vitamin B kompleks yang mengandung kobalt,
sehingga disebut sianocobalamin. Vitamin ini banyak dijumpai dimakanan
yang berbahan dasar daging ataupun bahan olahan daging.Vitamin B12
merupakan suatu koenzim untuk dua reaksi biokimia dalam tubuh,
yangpertama sebagai metil B12.
b. Kebutuhan (AKG)
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan:
Wanita
≥ 60 th 1,0
Pria
Hamil +0,3
Menyusui
10-12 th 1,0
20-45 th 1,0
46-59 th 1,0
≥ 60 th 1,0
c. Manfaat
Vitamin B 12 bermanfaat untuk membantu pembentukan sel darah
dan mencegah anemia, mencegah osteoporosis, membantu meredakan gejala
depresi, menjaga kesehatan jantung, membantu menurunkan risiko
degenerasi makula, menurunkan risiko demensia, mencegah kecacatan lahir
pada ibu hamil, menambah energi, menjaga kesehatan kulit, dan kuku.
d. Sumber
Banyak terdapat pada daging hewan, tetapi terdapat juga sedikit pada
tempe, spirulina, rumput laut, susu kedelai dan bakteri di usus dapat
memproduksi B12.Vitamin B12 seperti hati ayam, pada umumnya responden
hanya mengonsumsi bahan makanan sumber B12 berupa tempe (makanan
hasih fermentasi). Vitamin B12 diperlukan untuk mengubah folat menjadi
bentuk aktif dan dalam fungsi normal metabolisme semua sel, terutama sel-
sel saluran cerna, sumsum tulang, dan jaringan saraf.
e. Defisiensi
Defisiensi vitamin B12 mengakibatkan defek sintesis DNA, terutama
pada jaringan dengan laju pertukaran sel yang cepat. Dalam hal ini, gejala
defisiensi vitamin B12 paling sering bermanifestasi di sistem hematopoiesis
dan saraf. Perubahan pada sistem hematopoiesis paling jelas pada eritrosit,
tapi ketika defisiensi vitamin B12 semakin berat, sitopenia dapat terjadi.
Secara klinis, tanda paling awal dari defisiensi vitamin B12 adalah anemia
megaloblastik (pernisiosa). Sehingga seseorang dengan defisiensi vitamin
B12 dapat biasanya mudah kelelahan dan lemah, produksi sel darah merah
menurun hingga kulit pucat, sesak napas, kesemutan, dan penglihatan
menjadi kabur atau terganggu.
f. Hipervitaminosis
Ada berbagai potensi efek samping dari asupan surplus Vitamin B12.
Hal itu dapat menyebabkan mati rasa di lengan, tangan dan wajah. Kelebihan
dosis vitamin yang banyak terkandung pada daging dan ikan ini juga dapat
menyebabkan kerusakan saraf optik. Selain itu, sebuah penelitian
menunjukkan, kelebihan vitamin B12 dapat meningkatkan risiko terkena
kanker prostat.
2) Vitamin D
a. Pengertian
Vitamin D merupakan prohormon steroid karena dapat disintesis dalam tubuh
dengan bantuan sinar matahari tetapi jika tubuh tidak dapat mendapat sinar
matahari yang cukup, vitamin D perlu dipenuhi melalui makanan (Almatsier,
2009). Vitamin D berbentuk kristal putih yang tidak larut dalam air tetapi
larut dalam minyak dan zat pelarut lemak.
b. Kebutuhan (AKG)
Kebutuhan vitamin D per hari untuk anak-anak hingga usia 50 tahun adalah
sekitar 200 IU. Sedangkan untuk usia di atas 50 tahun kebutuhannya
meningkat 2-3x menjadi 400-600 IU dalam sehari. Kebutuhan vitamin D juga
meningkat pada masa pertumbuhan.
c. Manfaat
Vitamin D memiliki manfaat utama dalam pembentukan dan pemeliharaan
tulang bersama vitamin A dan vitamin C, hormon-hormon paratiroid dan
kalsitonin, protein kolagen, serta mineral-mineral kalsium, fosfor,
magnesium dan flour. Fungsi khusus vitamin D adalah membantu pengerasan
tulang dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah
untuk diendapkan pada proses pengerasan tulang (Sediaoetama, 1985).
d. Sumber
Vitamin D bisa didapatkan dari makanan dan dari fotolisis 7–
dehidrokolesterol (provitamin D). Adapun beberapa jenis makanan yang
mengandung vitamin D yaitu minyak ikan, susu, ikan, jamur, dan makanan
yang berbahan baku kedelai. Yang kedua, makanan yang bersumber dari
sintesis provitamin D menjadi vitamin D di kulit dengan bantuan paparan
sinar matahari (UVB) (Murray, 2006). Kita tetap memerlukan vitamin D dari
asupan makanan karena tanpa adanya bahan makanan yang mengandung
provitamin D, proses pembentukan vitamin D dengan bantuan sinar UVB
matahari tidak akan terjadi.
e. Defisiensi
Defisiensi atau kekurangan vitamin D menyebabkan penyakit rakhitis pada
anak-anak dan osteomalasia pada orang dewasa (Brander, 2005). Kelainan
disebabkan karena adanya pelunakan tulang yang terjadi akibat kekurangan
kalsium dan fosfat. Kekurangan vitamin D yang terjadi pada ibu hamil dapat
menyebabkan timbulnya preeklampsia pada akhir kehamilan dan dapat
menyebabkan bayi yang dilahirkan berpotensi mengalami kejang
hipokalsemia (Comadoo et al., 2007).
f. Hipervitaminosis
Konsumsi berlebih vitamin D menyebabkan timbulnya gejala-gejala
hipervitaminosis D. Kondisi ini mungkin terjadi pada anak-anak yang
mendapat tetes konsentrat minyak ikan yang terlalu banyak untuk jangka
waktu lama. Hipervitaminosis D menyebabkan perkapuran di dalam jaringan
yang bukan biasanya, seperti di dalam organ-organ vital ginjal dan
sebagainya (Sediaoetama, 1985). Kelebihan absorbsi vitamin D
menyebabkan kalsifikasi (pengapuran) pada tulang dan jaringan tubuh seperti
ginjal, paru-paru dan organ tubuh lain. Tanda-tanda akibat hiperkalsemia
adalah lemah, sakit kepala, kurang nafsu makan, diare, muntah-muntah,
gangguan mental dan pengeluaran urin berlebihan. Bayi yang diberi vitamin
D berlebihan, menunjukan gangguan saluran cerna, rapuh tulang, gangguan
pertumbuhan dan kelambatan perkembangan mental (Almatsier, 2009)
3) Vitamin E
a. Pengertian
Vitamin E adalah nama umum untuk dua kelas molekul yang memiliki
aktivitas vitamin E dalam nutrisi. Vitamin E bukan nama untuk setiap satuan
bahan kimia spesifik namun, untuk setiap campuran yang terjadi di alam
yang menyediakan fungsi vitamin E dalam nutrisi.
b. Kebutuhan (AKG)
c. Manfaat
Radikal bebas memang membahayakan bagi tubuh, karena dapat merusak sel
tubuh sekaligus memicu berbagai penyakit kronis, seperti kanker dan keluhan
pada jantung. Oleh karena itu, konsumsi sayur-sayuran seperti bayam dan
sawi bisa mencegah terjadinya penuaan sel, karena kedua jenis sayuran ini
memiliki kandungan vitamin E yang berfungsi sebagai antioksidan.
d. Sumber
f. Hipervitaminosis
Dampak yang dapat terjadi bila kelebihan vitamin E meliputi kelemahan otot,
kelelahan, mual, dan diare. Bahkan, Anda berisiko mengalami perdarahan
apabila mengonsumsi vitamin E terlalu banyak.
4) Vitamin K
a. Pengertian
Vitamin K (K dari "Koagulations-Vitamin" dalam Bahasa Jerman dan
Bahasa Denmark) merujuk pada sekelompok vitamin lipofilik dan hidrofobik
yang dibutuhkan untuk modifikasi pasca translasi dari berbagai macam
protein, seperti dalam proses pembekuan darah. Secara kimia vitamin ini
adalah turunan 2-metil-1,4-naftokuinon. Vitamin K bersifat tahan panas,
tetapi akan segera rusak apabila terpapar senyawa asam, basa, dan cahaya
matahari.
Pada manusia, vitamin K didapat dari nutrisi asupan makanan dan mikroflora
pada saluran pencernaan. Di dalam hati, vitamin K dibutuhkan untuk
mengaktivasi protrombin dengan reaksi karboksilasi gugus Glu pada residu
protein prekursornya. Asam glutamat yang mengalami reaksi karboksilasi
akan berubah menjadi asam karboksiglutamat gamma.
b. Kebutuhan (AKG)
AKG vitamin K untuk orang dewasa yang ideal menurut Kemenkes RI
sekitar 55 – 65 mikrogram (mcg) per hari. Sedangkan, rekomendasi asupan
vitamin K untuk anak dan remaja adalah sebesar 35 – 50 mcg setiap hari.
c. Manfaat
Fungsi vitamin K yang paling utama adalah untuk membantu pembekuan
darah dalam tubuh, karena vitamin K membantu untuk pembentukan
protrombin yang sangat berguna untuk membekukan darah pada saat terjadi
luka. Apabila tubuh kekurangan vitamin K, maka bisa terjadi perdarahan
dalam tubuh, darah akan sulit menggumpal.
d. Sumber
Vitamin K2 (menakuinona, menatetrenona) secara normal diproduksi oleh
bakteri dalam saluran pencernaan manusia, dan defisiensi gizi akibat diet
yang sangat jarang terjadi kecuali saluran pencernaan mengalami kerusakan
yang sangat parah sehingga tidak dapat menyerap molekul. Vitamin ini
ditemukan dalam sayuran hijau, seperti bayam, katuk, kol, selada, dan
brokoli.
e. Defisiensi
Bila mengalami kekurangan vitamin K, tubuh dapat mengalami perdarahan
dan lebih mudah memar. Selain itu, defisiensi vitamin K bisa meningkatkan
risiko kerusakan tulang, osteoporosis, dan penyakit kardiovaskular.
f. Hipervitaminosis
Efek samping kelebihan dosis vitamin K yaitu hati membesar, pucat,
meningkatkan keringat, kesulitan bernapas, otot menjadi kaku,
pembengkakan tubuh, pernapasan tidak teratur, penurunan gerakan atau
aktivitas, pembengkakan kelopak mata atau kemerahan pada kulit.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Azmi, Nabila. (2021). Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas
Goentoro. Mengenal Vitamin B3 Termasuk Manfaat dan Sumber
Makanannya.
Daariy, Akifia. (2020). Ditinjau oleh Kelvin Halim, S. Gz. Vitamin B5:
Manfaat, Kebutuhan, serta Sumber Terbaiknya.
Hapsari, Annisa. (2021). Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas
Goentoro. Manfaat B5 yang Sayang Anda Lewatkan.
Retiaty, F., Kurniawati, N., & Komari. (2012). Pengaruh Ketebalan Substrat
pada Fermentasi Tempe Terhadap Kadar Vitamin B1. Penel Gizi Makan,
182-188.
Gaurifa, Andika M.S. (2018). Hubungan Asupan Vitamin B9 dan Vitamin B12
Terhadap Kadar Hemoglobin Anak Balita Gizi Kurang Usia 12–59 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Petumbukan. Medan: Politeknik Kesehatan
Jurusan Gizi.
Rahayu, Atikah, Fahrini Yulidasati, dan Muhammad I.S. (2020). Buku Ajar Dasar-
dasar Gizi untuk Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Program Reguler. Ed 1.
Yogyakarta: CV Mine.
Astriningrum, E. P., Hardinsyah, H., dan Nurdin, N. M. (2017). Asupan Asam Folat,
vitamin B12, Dan vitamin C pada Ibu Halil Di Indonesia Berdasarkan Studi
Diet Total. Jurnal Gizi dan Pangan, 12(1).