Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

“ MAKALAH BIOKIMIA”

VITAMIN, HORMON, DAN MINERAL

Dosen pengampu :

Dr. Hilarius Jago Duda, M.Pd

Disusun oleh :

1. Angela Putri
2. Weni Oktapiani

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
PERSADA KHATULISTIWA SINTANG
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan karunia-Nya yang telah
dilimpahkan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas Makalah Filsafat Pendidikan ini dengan
tepat waktu.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan suatu tugas yang dapat menambah nilai
dan dapat berguna bagi kehidupan mendatang khusunya dalam bidang ilmu pengetahuan dalam dunia
pendidikan yang merujuk pada bidang Pendidikan.

Pada kesempatan ini kami dengan segala rasa syukur menyampaikan rasa terima kasih yang
mendalam kepada Bapak Hendrikus Julung, M.Pd sebagai Dosen Pengampu mata kuliah Filsafat
Pendidikan yang telah membimbing serta mengarahkan kam dalam proses pembuatan Makalah Filsafat
Pendidikan ini.

Atas segala bantuan yang telah diberikan, Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang
diberikan. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, karena itu kritik yang bersifat
membangun akan senang hati kami terima. Kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi semua pihak khusunya di bidang ilmu.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..1

A. Latar belakang ……………………………………………………………………...…1


B. Rumusan masalah ……………………………………………………………………..1
C. Tujuan …………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………...3

2.1. Vitamin dan jenis-jenisnya …………………………………………………………...…3

A. Pengertian vitamin…………………………………………………………………….3
B. Jenis – jenis vitamin……………………………………………………………….…..3

2.2. Mineral dan jenis – jenisnya ………………………………………………………...…16

A. Pengertian mineral ………………………………………………………………...…16


B. Jenis – jenis mineral……………………………………………………….…….........16

2.3. Hormon dan jenis – jenisnya……………………………………………………………20

A. Pengertian hormon …………………………………………………………………...20


B. Jenis – jenis hormon…………………………………………………………….…….21

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..34

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………...34
B. Saran……………………………………………………………………………….…34

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….…..35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mineral dan vitamin merupakan hal yang penting bagi tubuh. Ada berbagai jenis mineral dan
vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh, antara lain kalsium dan vitamin D. Kalsium penting untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi, membantu kerja jantung, syaraf, otot, dan
menurunkan berat badan. Vitamin D berguna untuk meningkatan penyerapan kalsium di usus
halus (Dietary Reference Intakes for Calcium and Vitamin D, 2010).
Kalsium tidak dapat dibentuk oleh tubuh sehingga dibutuhkan pasokan kalsium dari makanan
atau suplemen. Sedangkan, vitamin D mudah diperoleh tubuh melalui pengubahan oleh sinar
matahari pada kulit. Oleh karena itu, penggunaan kalsium dan vitamin D sering dikombinasikan
agar dapat meningkatkan kerja kalsium dalam tubuh. (Dietary Reference Intakes for Calcium and
Vitamin D, 2010) Pemberian kalsium dalam menurunkan berat badan terbukti memberikan hasil
yang baik. Hal ini terbukti pada penelitian yang dilakukan dengan pemberian kalsium sebanyak
36mg/hari selama 28 hari dapat menurunkan berat badan tikus Wistar jantan (Hidayat, et.al.
2013).
Pemberian kalsium saja tidak cukup sehingga dibutuhkan vitamin D agar dapat menghasilkan
efek yang lebih baik. (Hollick, 1996)
Pemberian kalsium dan vitamin D dapat memberikan berbagai efek samping ke organ tubuh,
salah satunya adalah ginjal. Efek samping yang terjadi pada ginjal dapat berupa deposisi garam
kalsium dalam parenkim ginjal atau disebut nefrokalsinosis dan pembentukan batu kalsium di
ginjal (nefrolitiasis) yang membutuhkan waktu yang lebih lama dan membutuhkan proses
nefrokalsinosis yang lebih lanjut (Vervaet, 2009).
Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian ini untuk mengetahui efek samping pemberian
kalsium dan vitamin D dalam menurunkan berat badan terhadap perubahan gambaran
histopatologi ginjal tikus Wistar jantan yang diinduksi pakan tinggi lemak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Vitamin dan jenis-jensisnya?
2. Apa yang dimaksud dengan Mineral dan jenis-jenisnya?
3. Apa yang dimaksud dengan hormon dan jenis-jenisnya?
4. Bagaimana hubungan antara vitamin, mineral dan hormon dalam tubuh?
C. Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud denga vitamin dan jenis-jenisnya

iv
2. Mengetahui apa yang dimaksud denga mineral dan jenis-jenisnya.
3. Mengetahui apa yang dimaksud denga hormon dan jenis-jenisnya
4. Mengetahui hubungan antara vitamin, mineral, dan hormone dalam tubuh

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Vitamin dan jenis-jenisnya


A. Pengetian Vitamin
Vitamin berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina
(amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada
awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali
tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah
kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim.(Mulyono, 2005)
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki
fungsi vital dalam metabolisme organisme. Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C,
D, E, K, dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan
folat). Walau memiliki peranan yang sangat penting, tubuh hanya dapat memproduksi vitamin D
dan vitamin K dalam bentuk provitamin yang tidak aktif. Oleh karena itu, tubuh memerlukan
asupan vitamin yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Buah-buahan dan sayuran
terkenal memiliki kandungan vitamin yang tinggi dan hal tersebut sangatlah baik untuk tubuh.
Asupan vitamin lain dapat diperoleh melalui suplemen makanan. Berbeda dengan vitamin yang
larut dalam lemak, jenis vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan
biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan. Saat suatu bahan pangan dicerna oleh
tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh bagian
tubuh. Apabila tidak dibutuhkan, vitamin ini akan segera dibuang tubuh bersama urin.   Oleh
karena hal inilah, tubuh membutuhkan asupan vitamin larut air secara terus-menerus.(Girinda,
1986)
B. Jenis-jenis Vitamin
Menurut Lehninger (1998) berdasarkan kelarutannya vitamin digolongkan dalam dua
kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air. Beberapa
vitamin larut lemak adalah vitamin A, D, E, dan K, yang hanya mengandung unsur unsur karbon,
hidrogen dan oksigen.Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (C) dan Bkompleks
(B1 sampai B12), yang selain mengandung unsurunsur karbon, hidrogen, oksigen, juga
mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt.
Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu A, D, E dan K, memiliki sifatsifat
umum, yaitu:
1. Tidak terdapat di semua jaringan.

vi
2. Terdiri dari unsurunsur karbon, hidrogen danoksigen.
3. Memiliki bentuk prekusor atau provitamin.
4. Menyusun struktur jaringan tubuh.
5. Diserap bersama lemak.
6. Disimpan bersama lemak dalam tubuh
7. Diekskresi melalui feses
8.Kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain
sebagainya.
Vitamin yang larut dalam air memiliki sifatsifat umum, antara lain : (1) tidak
hanya tersusun atas unsurunsur karbon, hidrogen dan oksigen; (2) tidak memiliki
provitamin; (3) terdapat di semua jaringan; (4) sebagai prekusor enzimenzim; (5) diserap dengan
proses difusi biasa; (6) tidak disimpan secara khusus dalam tubuh; (7) diekskresi melalui urin;
(8) relatif lebih stabil, namun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan.

Vitamin larut dalam lemak


Vitamin larut dalam lemak adalah senyawa hidrofobik yang dapat diserap secara efisien
hanya jika penyerapan lemak berlangsung normal, vitamin diangkut dalam darah dalam bentuk
lipoprotein atau melekat pada protein pengikat spesifik.
• Vitamin A
Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan
dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai
salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga
berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh.Vitamin ini bersifat
mudah rusak oleh paparan panas, cahaya matahari, dan udara. Sumber makanan yang
banyak mengandung vitamin A, antara lain susu, ikan, sayur-sayuran (terutama yang
berwarna hijau dan kuning), dan juga buah-
buahan (terutama yang berwarna merah dan
kuning, seperti cabai merah, wortel, pisang,
dan pepaya).

vii
Di retina, retinaldehida berfungsi sebagai gugus
prostetik protein opsin peka-sinar, yang embentuk
rodopsin (pada sel batang) dan iodopsin pada sel
kerucut. Semua sel kerucut mengandung hanya satu
tipe opsin, dan hanya peka terhadap satu warna. Di
epitel pigmen retina, all-trans-retinol mengalami
isomerasi menjadi 11-cis-retinaldehida. Senyawa ini
bereaksi dengan sebuah residu lisin dan opsin,
membentuk holoprotein rodopsin. Seperti
diperlihatkkan di Gambar 44-2, penyerapan sinar oleh
rodopsin menyebabkan isomerasi retinaldehida dari 11-
cis menjadi all-trans-, dan perubahan bentuk opsin. Hal
ini menyebabkan pembesaran retinaldehida dari
protein, dan inisiasi impuls saraf. Penyusunan bentuk
awal rodopsin yang tereksitasi, yaitu batorodopsin terjadi dalam proses iluminasi selama
pikodetik. Kemudian terjadi serangkaian perubahan struktur yang menyebabkan
terbentuknya metarodopsin II, yang memicu suatu kaskade penguatan nukleotida guanin
dan kemudian impuls saraf. Tahap terakhir adalah hidrolisis untuk membebaskan all-trans-
retinaldehida dan opsin. Kunci dalam inisiasin siklus penglihatan adalah ketersediaan 11-
cis-retinaldehida dan begitupula dengan vitamin A. Pada keadaan defisiensi, baik waktu
untuk beradaptasi ke keadaan gelap maupun kemampuan untuk melihat di cahaya menjadi
temaram terganggu.
Defisiensi vitamin A merupakan penyebab kebutaan terpenting yang dapat dicegah.
Tanda paling awal defisiensi adalah kurang kepekaan terhadap sinar hijau yang diikuti
dengan gangguan beradaptasi terhadap cahaya temaram, dan diikuti dengan buta senja.
Defisiensi yang berkepanjangan akan menyebabkan xeroftalmia: keratinasi kornea dan
kebutaan. Vitamin A juga berperan penting dalam diferensiasi sel sistem imun, dan bahkan
defisiensi ringan menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi. Sintesis protein
pengikat retinol juga berkurang sebagai respons terhadap infeksi (protein ini adalah suatu
protein fase akut negatif), yang mengurangi konsentrasi vitamin dalam sirkulasi dan
semakin meperlemah respons imun.
Kapasitas tubuh untuk metabolisme vitamin A hanya terbatas, dan asupan yang
berlebihan dapat menyebabkan penimbunan yang melebihi kapasitas protein pengikat
sehingga vitamin A dalam bentuk tidak-terikat merusak jaringan. Gejala toksisitas

viii
berpengaruh pada susunan saraf pusat (nyeri kepala, mual, ataksia, dan anoreksia,
semuanya berkaitan dengan peningkatan tekanan cairan serebrospinal); hati (hepatomegali
disertai perubahan histologis dan hiperlipidemia); homeostasis kalsium (penebalan tulang
panjag, hiperkalsemia, dan klasifikasi jaringan lunak); dan kulit (kekeringan berlebihan,
deskuamasi, dan alopsia).
• Vitamin D
Vitamin D merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan
hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh
yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat
membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera
memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet).

ix
Vitamin D dapat disintesis di kulit, dan pada kebanyakan kondisi hal tersebut merupakan
sumber utama vitamin D. Sumber dari makanan hanya diperlukan jika paparan terhadap
matahari kurang memadai. Fungsi utama vitamin D adalah mengatur penyerapan kalsium
dan homeostasis.Sebagian besar kerja vitamin ini diperantarai oleh reseptor nukleus yang
mengatur ekspresi gen. Defisiensi, yang menyebabkan rakitis pada anak dan osteomalasia
pada dewasa, terus menjadi masalah di belahan bumi utara, dimana pejanan sinar matahari
kurang memadai.
Suatu zat perantara dalam sintesis kolesterol yang menumpuk di kulit, 7-Dehidrokolesterol

mengalami reaksi nonenzimatik jika terpapar oleh sinar ultraviolet, yang menghasilkan
pravitamin D (Gambar 44-3). Provitamin D menjalani reaksi lebih lanjut dalam waktu
beberapa jam untuk membentuk kolekalsiferol yang diserap ke dalam aliran darah. Di
daerah yang beriklim sedang, konsentras vitamin D plasma paling tinggi pada akhir musim
panas dan paling rendah pada akhir musim dingin. Di belahan dunia yang melewati sekitar
lintag 40o utara atau selatan, radiasi ultraviolet dengan panjang gelombang yang sesuai
sangatlah rendah pada musim dingin.
Fungsi utama vitamin D yaitu mengontrol homeostasis kalsium, dan selanjutnya
metabolisme vitamin D diatur oleh faktor-faktor yang berespons terhadap konsentrasi
kalsium dan fosfat plasma. Kalsitriol bekerja untuk mengurangi sintesis dirinya sendiri
dengan mereduksi 24-hidroksilase dan menekan 1-hidroksilase di ginjal. Fungsi utama
vitamin D adalah mempertahankan konsentrasi kalsium plasma. Kalistriol mencapai hal ini
melalui tiga cara :
1. Senyawa ini meningkatkan penyerapan kalsium di usus
2. Senyawa ini mengurangi ekskresi kalsium (dengan merangsang penyerapan di tubulus
distal ginjal)
3. Senyawa ini memobilisasi mineral tulang
Selain itu, kastriol berperan dalam sekresi insulin, sintesis dan sekresi hormon paratiroid,
inhibisi pembentukan interleukin oleh limfosit T aktif dan imunoglobulin oleh limfosit B
aktif, diferensiasi sel prekusor monosit, dan modulasi proliferasi sel. Pada kebanyakan efek
ini, vitamin D berfungsi layaknya suatu hormon steroid, berikatan dengan reseptor di
nukleus dan meningkatkan ekspresi gen meskipun senyawa ini juga memiliki efek cepat
pada pengangkut kalsium di mukosa usus.

x
Penyakit defisiensi vitamin D adalah rakitis, tulang anak kekurangan mineral akibat
buruknya penyerapan kalsium. Masalah serupa timbul akibat defisiensi sewaktu lonjakan
pertumbuhan di masa remaja. Osteomalasia pada dewasa terjadi akibat demineralisasi
tulang, terutama pada wanita jarang terkena sinar matahari, sering terjadi setelah beberapa
kali hamil. Meskipun vitamin D esensial bagi pencegahan dan pengobatan osteomalasia
pada usia lanjut, namun tidak banyak bukti yang menunjukkan bahwa vitamin ini
bermanfaat untuk mengobati osteoporosis.
Kelebihan vitamin D bersifat toksik. Sebagian bayi peka terhadap asupan vitamin D
serendah 50 μg/hari sehingga terjadi peningkatan konsentrasi kalsium plasma. Keadaan ini
dapat menyebabkan kontraksi pembuluh darah, peningkatan tekanan darah, dan kalsinosis-
kalsifikasi jaringan lunak. Meskipun asupan berlebihan vitamin D dari makanan bersifat
toksik, pajaan yang berlebihan terhadap sinar matahari tidak menyebabkan keracunan
vitamin D karena terbatasnya kapasitas untuk membentuk prekursor vitamin tersebut. 7-
dehidrokolesterol, dan pajanan berkepanjangan provitamin D oleh sinar matahari
menyebabkan terbentuknya senyawa – senyawa inaktif.

• Vitamin E
Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai
dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat
melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja
vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak
ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun
hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan
gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun
wanita. Selain itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan.

Belum
ada fungsi khas vitamin E yang disepakati
secara tegas. Vitamin ini berfungsi sebagai
antioksidan larut lipid di membran sel, tempat
banyak dari fungsinya dapat dilakukan oleh
antioksidan sintetik, dan penting dalam

xi
mempertahankan fluiditas membran sel. Senyawa ini juga memiliki peran (relatif tidak
jelas) dalam pembentukan sinyal sel. Vitamin E adalah nama generik untuk dua famili
senyawa, tokoferol dan tokotrienol. Berbagai vitamer berbeda memiliki potensi biologis
berbeda; yang paling aktif adalah D-α-tokoferol, dan asupan vitamin E biasanya dinyataka
dalam miligram ekuivalen D-α-tokoferol. DL-α-tokoferol sintetik tidak memiliki potensi
biologis yang sama dengan senyawa alami. Fungsi utama vitamin E adalah sebagai
antioksidan pemutus rantai yang

menangkap radikal-bebas di membran sel dan lipoprotein plasma dengan bereaksi dengan
radikal peroksida lipid yang dibentuk oleh peroksidasi asam lemak tak jenuh ganda. Produk
radikal tokoferoksil relatif tidak reaktif, dan akhirnya membentuk senyawa nonradikal.
Umumnya, radikal tokoferoksil direduksi kembali menjadi tokoferol oleh reaksi dengan
vitamin C dari plasma.
Defisiensi vitamin E menyebabkan resorpsi janin dan atrofi testis. Defisiensi vitamin E
dalam makanan pada manusia tidak diketahui meskipun pasien malabsorpsi lemak berat,
fibrosis kistik, dan beberapa bentuk penyakit hati kronik mengidap defisiensi karena
mereka tidak mampu menyerap vitamin atau mengangkutnya, yang memperlihatkan
kerusakan saraf dan membran otot. Bayi prematur lahir dengan cadangan vitamin yang
kurang memadai. Membran eritrosit sangat rapuh akibat peroksidasi sehingga terjadi
anemia hemolitik.
• Vitamin K
Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan
penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh
dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K
juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino
asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengonsumsi susu, kuning telur, dan
sayuran segar yang merupakan sumber

xii
vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.

Vitamin K ditemukan sebagai hasil penelitian terhadap penyebab gangguan pendarahan,


penyakit pendarahan (sweet clover) pada hewan ternak dan ayam yang diberi makan diet
bebas lemak. Faktor yang hilang dalam makanan ayam tersebut adalah vitamin K,
sementara makanan hewan ternak mengandung dikumarol, suatu antagonis vitamin
tersebut. Antagonis vitamin K digunakan untuk mengurangi koagulasi darah pada pasien
yang beresiko mengalami trombosis; antagonis yang paling banyak digunakan adalah
warfarin.
Tiga senyawa yang memiliki aktivitas biologis vitamin K:
1. Fikounion yang terdapat normal dalam sumber
makanan, sayuran hiaju.
2. Menakuinon yang disintesis oleh bakteri usus,
dengan panjang rantai samping yang berbeda-
beda
3. Menadion dan menadiol diasetat yang
merupakan senyawa buatan yang dapat
dimetabolisme menjadi filokuinon.

Menakuinon diserap dalam jumlah tertentu,


tetapi belum jelas jumlah menakuinon yang
aktivitas biologisnya dapat menginduksi tanda-tanda defisiensi vitamin K dengan hanya
pemberian diet rendah-filokuinon tanpa menghambat kerja bakteri usus.
Protombin dan beberapa protein lain pada sistem pembekuan darah (Faktor VII, IX, dan
X dan protein S dan C) masing-masig mengandung 4-6 residu γ-karboksiglutamat. γ-
Karboksiglutamat mengikat ion kalsium sehingga protein-protein pembekuan darah dapat
berikatan dengan membran. Pada defisiensi vitamin K, atau dengan adanya warfarin, suatu
prekursor abnormal protombin (preprotombin) yang tidak atau sedikit mengandung γ-
karboksiglutamat, dan tidak dapat mengikat kalsium, akan dilepaskan kedalam sirkulasi.
Vitamin Larut dalam Air
• Vitamin B
Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh,
terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya
di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi

xiii
metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang
tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah
merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-
sayuran hijau.
Vitamin B1 (Tiamin)
Vitamin B1 merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki peranan penting dalam
menjaga kesehatan kulit dan membantu mengkonversi karbohidrat menjadi energi yang
diperlukan tubuh untuk rutinitas sehari-hari. Di samping itu, vitamin B1 juga membantu
proses metabolisme protein dan lemak. Bila terjadi defisiensi vitamin B1, kulit akan
mengalami berbagai gangguan, seperti kulit kering dan bersisik.Tubuh juga dapat
mengalami beri-beri, gangguan saluran pencernaan, jantung, dan sistem saraf. Untuk
mencegah hal tersebut, kita perlu banyak mengonsumsi banyak gandum, nasi, daging,
susu, telur, dan tanaman kacang-kacangan. Bahan makanan inilah yang telah terbukti
banyak mengandung vitamin B1.

Defisiensi tiamin dapat menyebabkan tiga sindrom, seperti ; suatu neuritis perifer kronik,
beriberi, yang dapat berkaitan satu atau tidak dengan gagal jantng dan edema; beriberi
pernisiosa (fulminan) akut (beriberi shoshin) dengan gejala yang predominan berupa gagal
jantung dan kelainan metabolik tanpa neuritis perifer; dan ensefalopati Wernicke disertsi
psikosis Korsakoff, yang terutama berikatan dengan penyalahgunaan alkohol dan narkotik.
Peran tiamin difosfat dalam piruvat dehidrogenase memiliki arti bahwa pada defisiensi
terjadi gangguan perubahan piruvat menjadi asetil KoA. Pada orang dengan diet

xiv
karbohidrat yang relatif tinggi, hal ini menyebabkan meningkatnya kadar laktat dan piruvat
plasma, yang dapat menyebabkan asidosis laktat yang mengancam jiwa.
Vitamin B2 (Riboflavin)
Vitamin B2 (riboflavin) banyak berperan penting dalam metabolisme di tubuh manusia. Di
dalam tubuh, vitamin B2 berperan sebagai salah satu kompenen koenzim flavin
mononukleotida (flavin mononucleotide,FMN) dan flavin adenine dinukleotida (adenine
dinucleotide, FAD). Kedua enzim ini berperan penting dalam regenerasi energi bagi tubuh
melalui proses respirasi. Vitamin ini juga berperan dalam pembentukan molekulsteroid, sel
darah merah, dan glikogen, serta menyokong pertumbuhan berbagai organ tubuh, seperti
kulit, rambut, dan kuku. Sumber vitamin B2 banyak ditemukan pada sayur-sayuran segar,
kacang kedelai, kuning telur, dan susu. Defisiensinya dapat menyebabkan menurunnya
daya tahan tubuh, kulit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-pecah, dan sariawan.
Meskipun roboflavin berperan sentral dalam metabolisme lipid dan karbohidrat, dan
defisiensi riboflavin terjadi di banyak negara, namun defisiensi ini tidak mematikan karena
penghematan riboflavin di jaringan sangat efisien. Defisiensi riboflavin ditandai oleh
keilosis, deskuamasi dan peradangan lidah, dermatitis seboroik.

Status gizi riboflavin dinilai dengan mengukur pengaktifan glutation reduktase eritrosit
oleh FAD yang ditambahkan in vitro.
Vitamin B3 (Niasin)
Vitamin B3 juga dikenal dengan istilah niasin. Vitamin ini berperan penting dalam
metabolisme karbohidrat untuk menghasilkan energi, metabolisme lemak, dan protein. Di
dalam tubuh, vitamin B3 memiliki peranan besar dalam menjaga kadar gula darah, tekanan
darah tinggi, penyembuhan migrain, dan vertigo. Berbagai jenis senyawa racun dapat
dinetralisir dengan bantuan vitamin ini. Vitamin B3 termasuk salah satu jenis vitamin yang
banyak ditemukan pada makanan hewani, seperti ragi, hati, ginjal, daging unggas, dan ikan.
Akan tetapi, terdapat beberapa sumber pangan lainnya yang juga mengandung vitamin ini
dalam kadar tinggi, antara lain gandum dan kentang manis. Kekurangan vitamin ini dapat
menyebabkan tubuh mengalami kekejangan, keram otot, gangguan sistem pencernaan,
muntah-muntah, dan mual.

xv
Niasin ditemukan sebagai nutrien sebagai nutrien sewaktu penelitian tentang pelagra
dilakukan. Niasin bukan suatu vitamin sejati karena zat ini dapat disintesis dalam tubuh
dari asam amino esensial triptofan. Sekitar 60mg triptofan setara dengan 1 mg niasin dalam
makanan. Kandungan niasin dalam makanan dinyatakn dengan :
mg niasin ekuivalen = mg niasin yang sudah ada + 1/60 x mg triptofan
Karena sebagian besar niasin dalam sereal tidak dapat digunakan secara biologis, jumlah
ini tidak diperhitungkan.
Vitamin B5 (Pantothenic Acid)
Vitamin B5 (asam pantotenat) banyak terlibat dalam reaksi enzimatik di dalam tubuh. Hal
ini menyebabkan vitamin B5 berperan besar dalam berbagai jenis metabolisme, seperti
dalam reaksi pemecahan nutrisi makanan, terutama lemak. Peranan lain vitamin ini adalah
menjaga komunikasi yang baik antara sistem saraf pusat dan otak dan memproduksi
senyawa asam lemak, sterol,neurotransmiter, dan hormon tubuh. Vitamin B5 dapat
ditemukan dalam berbagai jenis variasi makanan hewani, mulai dari daging, susu, ginjal,
dan hati hingga makanan nabati, seperti sayuran hijau dan kacang hijau. Seperti halnya
vitamin B1 dan B2, defisiensi vitamin B5 dapat menyebabkan kulit pecah-pecah dan
bersisik. Selain itu, gangguan lain yang akan diderita adalah keram otot serta kesulitan
untuk tidur.
Dengan banyaknya jenis makanan yang dapat menjadi sumber vitamin B 5 maka tidak
begitu tampak adanya bukti nyata defisiensi asam pantotenat selain defisiensi yang dipicu
oleh diet bebas asam pantotenat. Defisiensi asam pantotenat menunjukkan gejala seperti
kelelahan, sakit kepala, hilangnya konsentrasi, otot mudah mengalami kram, insomnia,
hilangnya nafsu makan, perubahan perilaku, turunnya kekebalan, gangguan pencernaan,
dan pertumbuhan terhambat atau berat badan turun. Orang lanjut usia, orang yang
mengkonsumsi obat penurun kolesterol dan alkoholik merupakan kelompok yang paling
beresiko terkena defisiensi.
Vitamin B6
Vitamin B6, atau dikenal juga dengan istilah
piridoksin, merupakan vitamin yang esensial bagi
pertumbuhan tubuh. Vitamin

ini berperan sebagai salah satu senyawa koenzim A


yang digunakan tubuh untuk menghasilkan energi
melalui jalur sintesis asam lemak, seperti spingolipid danfosfolipid. Selain itu, vitamin ini

xvi
juga berperan dalam metabolisme nutrisi dan memproduksi antibodi sebagai mekanisme
pertahanan tubuh terhadap antigen atau senyawa asing yang berbahaya bagi tubuh.Vitamin
ini merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah didapatkan karena vitamin ini banyak
terdapat di dalam beras, jagung, kacang-kacangan, daging, dan ikan. Kekurangan vitamin
dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kulit pecah-pecah, keram otot, dan insomnia.
Terdapat enam senyawa yang memiliki aktivitas vitamin B 6 (Gambar 44-12): piridoksin,
piridoksal, piridoksamin, dan turunan 5-fosfatnya. Koenzim aktif adalah piridoksal 5’-
fosfat. Sekitar 80% vitamin B6 total dalam tubuh
adalah perikdal fosfat di otot, sebagian besar berhaitan
dengan glikogen fosforilase. Bentuk ini tidak dapat
digunakan pada keadaan defisiensi, tetapi dibebaskan
jika terjadi kelaparan, saat cadangan glikogen terkuras
dan kemudian dapat digunakan, terutama di hati dan di
ginjal untuk memenuhi peningkatan untuk memenuhi
kebutuhan glukoneogenesis dari asam amino.
Meskipun gejala klinis defisiensi jarang dijumpai,
namun terdapat bukti bahwa cukup banyak orang yang
status vitamin B6-nya marginal. Defisiensi tingkat sedang menyebabkan kelainan
metabolisme triptofan dan metionin. Peningkatan kepekaan terhadap kerja hormon steroid
mungkin dalam pembentukan kanker dependen-hormon pada payudara, uterus, dan prostat,
dan status vitamin B6 mungkin mempengaruhi prognosis.
Vitamin B12
Vitamin B12 atau sianokobalamin merupakan jenis vitamin yang hanya khusus diproduksi
oleh hewan dan tidak ditemukan pada tanaman. Oleh karena itu, vegetarian sering kali
mengalami gangguan kesehatan tubuh akibat kekurangan vitamin ini. Vitamin ini banyak
berperan dalam metabolisme energi di dalam tubuh. Vitamin B12 juga termasuk dalam
salah satu jenis vitamin yang berperan dalam pemeliharaan kesehatan sel saraf,
pembentukkan molekul DNA dan RNA, pembentukkan platelet darah. Telur, hati, dan
daging merupakan sumber makanan yang baik untuk memenuhi kebutuhan vitamin B12.
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu,
dan iritasi kulit.
Istilah “vitamin B12” digunakan sebagai penjelasan umum bagi golongan kobalamin – yaitu
golongan korinoid (senyawa mengandung kobalt yang memiliki cincin korin) dengan
aktivitas biologis vitamin. Sebagai korinoid yang merupakan faktor pertumbuhan bagi

xvii
mikroorganisme tidak hanya tidak memiliki aktivitas vitamin B 12, tetapi mungkin juga
bersifat antimetabolit terhadap vitamin. Walaupun disintesis secara ekslusif oleh
mikroorganisme, pada kenyataannya vitamin B12 hanya ditemukan dalam makanan yang
berasal dari hewan dan tidak ada tumbuhan yang merupakan sumber vitamin ini. Hal ini
berarti vegetarian ketat beresiko mengalami defisiensi vitamin B 12. Sejumlah kecil vitamin
yang dibentuk oleh bakteri di permukaan buah mungkin memadai untuk memenuhi
kebutuhan, tetapi preparat vitamin B 12 yang dibuat melalui fermentasi oleh bakteri sudah
tersedia.
Anemia pernisiosa terjadi jika defisiensi vitamin B 12 mengganggu metabolisme asam folat
yang menyebabkan defisiensi folat fungsional. Hal ini mengganggu eritropoiesis sehingga
prekusor imatur eritosit dibebaskan kedalam sirkulasi (anemia megaloblastik). Penyebab
tersering anemia pernisiosa adalah kegagalan penyebab vitamin B 12 dibandingkan dengan
defisiensi dari makanan. Hal ini dapat terjadi akibat gangguan sekresi faktor intrinsik
akibat penyakit auutoimun yang menyerang sel parietal atau karena terbentuknya antibodi
antifaktor intrinsik.
Vitamin C (Asam Askorbat)

Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di
dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringankulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong
lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai
radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu
menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh
sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan.
Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di
dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi
pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen.
Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan
membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C juga dapat
menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C yang

xviii
berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan,
dan rusaknya sel darah merah.
Tanda-tanda defesiensi vitamin C adalah perubahan kulit, kerapuhan kapiler darah,
kelunakan gusi, gigi tangga, dan fraktur tulang. Banyak gejala tersebut dapat disebabkan
kurangnya sintesis kolagen. Pada asupan diatas sekitar 100 mg/hari, kapasitas tubuh untuk
memetabilisme vitamin C mengalami kejenuhan, dan asupan yang lebih tinggi akan
diekskresi dalam urin. Walaupun demikian, tambahan aturan lain bahwa vitamin C
meningkatkan absorbsi besi, dalam hal ini bergantung dengan adanya vitamin dalam usus.
Oleh karena itu peningkatan asupan vitamin C mungkin memberikan manfaat. Terdapat
sangat sedikit bukti baik yang menyatakan bahwa vitamin C dosis tinggi dapat mencegah
Common cold meskipun vitamin ini dapat mengurangi durasi dan beratnya gejala.
(Lehninger,1998)

2.2 Mineral dan jenis-jenisnya


A. Pengertian Mineral

Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting dalam
pengendalian komposisi cairan tubuh, 65% bobot tubuh adalah air. Mineral umumnya masuk
dalam tubuh sebagai garamnya, dan digunakan oleh tubuh sebagai elektrolit. Unsur-unsur mineral
dapat berperan sebagai inti atau pengikat molekul tertentu sehingga dapat berfungsi dengan baik.
Komponen-komponen anorganik tubuh manusia terutama adalah Natrium, Kalium, Kalsium,
Magnesium, Besi, Fosfor, Klorida dan Sulfur. Sebagian dari unsur-unsur tersebut adalah mineral-
mineral tulang dan ion-ion dapat sebagai cairan tubuh.(Colby,1999)

Berdasarkan jenisnya, mineral dibagi 2 macam yaitu, sebagai berikut:

1. Makromineral (terdiri dari: kalsium, Al, Mg, P, sodium (Na), dan sulfur)

2. Mikromineral (terdiri dari: Fe, I2, Flour, Mn, Zinc, Cuprum, Cobalt dan Kromium).
Ada tiga fungsi utama mineral yaitu:
Sebagai kompenen utama tubuh (structural element) atau penyusun kerangka tulang, gigi dan
otot-otot. Ca, P, Mg, Fl dan Si untuk
1. pembentukan dan pertumbuhan gigi sedang P untuk penyusunan protein jaringan.
2. Merupakan unsur dalam cairan tubuh atau jaringan, sebagai elektrolit yang mengatur
tekanan osmuse (Fluid balance), menegatur keseimbangan basa asam dan permeabilitas
membran. Contoh adalah Na, K, Cl, Ca dan Mg

xix
3. Sebagai aktifator atau terkait dalam peranan enzyme dan hormon.
B. Jenis-jenis Mineral
- Kalsium dan fosfor
Tubuh manusia mengandung sekitar 22 gram kalsium per kg berat badan tanpa lemak.
Kira-kira 99% kalsium terdapat dalam tulang dan gigi. Peranan kalsium tidak saja pada
pembentukan tulang dan gigi, namun juga memegang peranan penting pada berbagai proses
fisiologik dan biokhemik di dalam tubuh, seperti pada pembekuan darah, eksitabilitas saraf
otot, kerekatan seluler, memelihara dan meningkatkan fungsi membran sel, mengaktifkan
reaksi enzim dan sekresi hormon.
Bahan makanan yang kaya akan kalsium : susu, keju, ikan laut, udang, sumber nabati
yang banyak mengandung kalsium adalah daun singkong, kacang panjang, dan berbagai
sayuran lain. Kalsium dan fosfor dalam bentuk hidrosiapati adalah komponen terpenting pada
struktur keras dari tulang dan gigi. Kalsium berperan dalam perangsangan saraf dan otot,
penggumpalan darah, perantara dalam tanggap hormonal dan beberapa aktivitas enzim.
Absorbsi kalsium dibantu oleh vitamin D, vitamin C dan laktosa. Kekurangan kalsium
pada seseorang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tulang dan gigi, riketsia pada anak-
anak dan dapat mengakibatkan osteoporosis (tulang rapuh) pada orang dewasa.
Tubuh manusia mengandung sekitar 12 gram fosfor per kilogram jaringan tanpa lemak.
Fosfor adalah bagian dari senyawa tinggi energi ATP yang diperlukan dalam suplai energi
untuk kegiatan seluler. Selain itu senyawa kreatin fosfat, koenzim dari golongan vitamin B,
protein konjugasi, fosfolipid, merupakan contoh senyawa fosfat yang penting dalam tubuh
kita.
Penyerapan fosfor dibantu oleh vitamin D dan dieksresi melalui urin. Kekurangan fosfor
mengakibatkan demineralisasi tulang dan terjadi pertumbuhan yang kurang baik. makanan
sumber fosfor antara lain : susu, keju, daging, kacang-kacangan dan padi-padian.
- Magnesium
Sumber dari magnesium di antaranya adalah : sayur-sayuran hijau, kedelai, dan kecipir.
Sedangkan fungsi dari magnesium adalah :
1. Sebagai aktifator enzim peptidase dan enzim lain yang memecah gugus Phospat
2. Meningkatkan tekanan osmotic
3. Membantu mengurangi getaran otot
4. Pengiriman pesan melalui sistem syaraf, membuat otot-otot tetap lentur dan rileks
serta memelihara kekuatan tulang dan gigi.

xx
5. Menjaga konsistensi detak / ritme jantung serta membuat tekanan darah tetap
normal.
Orang dewasa pria membutuhkan magnesium sebanyak 350mg/hari dan untuk dewasa wanita
membutuhkan magnesium sebanyak 300mg/hari. Jika terjadi defisiensi, maka akan
menimbulkan gangguan metabolic, insomania, kejang kaki serta telapak kaki dan tangan
gemetar.
- Fe (Besi)
Jumlah seluruh besi di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3.5 g, di mana 70
persennya terdapat dalam hemoglobin, 25 persennya merupakan besi cadangan (iron storage)
yang terdiri dari feritin edan homossiderin terdapat dalam hati, limfa dan sum-sum tulang.
Besi simpanan berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi homoglobin dan ikatan-
ikatan besi lainnya yang mempunyai fungsi fisiologis.
Unsur besi diserap melalui dinding usus dalam bentuk ion fero. Ion ini tidak langsung
diserap oleh tubuh, melainkan lebih dahulu disimpan dalam hati, limpa dan sumsum tulang
belakang. Kemudian dibawa oleh plasma darah ke seluruh jaringan tubuh dalam bentuk
kompleks besi protein.
Sumber besi di antaranya adalah: telur, daging, ikan, tepung, gandum,roti sayuran hijau,
hati, bayam, kacang-kacangan, kentang dan jagung.
Fungsi besi di antaranya adalah :
1. Untuk pembentukan hemoglobin baru.
2. Untuk mengembalikan hemoglobin kepada nilai normalnya setelah terjadi pendarahan.
3. Untuk mengimbangi sejumlah kecil zat besi yang secara konstan dikeluarkan tubuh,
terutama lewat urine, feses dan keringat.
4. Untuk menggantikan kehilangan zat besi lewat darah tubuh.

Zat besi yang tidak mencukupi bagi pembentukan sel darah, akan mengakibatkan anemia,
menurunkan kekebalan individu, sehingga sangat peka terhadap serangan bibit penyakit.

- Natrium
Tubuh manusia mengandung 1.8 gram natrium 1.8 gram natrium (Na) perkilo gram berat
badan bebas lemak, dimana sebagian besar terdapat dalam cairan ekstraseluler. Kandungan
natrium dalam plasma sekitar 300-355 mg/100 ml.Karena natrium merupakan kation utama
dari cairan ekstraseluler, pengontrolan osmolaritas dan volume cairan tubuh sangat
tergantung pada ion natrium dan risio natrium terhadap ion lainnya.

xxi
Natrium mampu membuat membran sel menjadi permeabel, sementara itu transmisi
syaraf dan kontraksi otot melibatkan pertukaran natrium ekstraseluler dan kalium
ekstraseluler. Hanya sejumlah kecil natrium berada dalam intraseluler. Dalam tulang, natrium
dalam tulang kira-kira sebanyak 30-45% dari total natrium tubuh. Pangan nabati mengandung
natrium lebih sedikit di bandingkan dengan pangan hewani
- Iodium
Iodium merupakan bagian dari hormon kelenjar tiroid, yaitu tirosin dan triodotirosin.
Biasanya tubuh mengandung 20-30 mg iodium. Kira-kira 60% berada dalam kelenjar tiroid
dan selebihnya tersebar di jaringan-jaringan tubuh terutama di ovarium, otot dan darah.
Iodium dalam bentuk ion iodida mudah diserap melalui dinding usus dan diekskresi
terutama melalui urin. Hasil serapan dibawa oleh darah ke kelenjar tiroid untuk pembentukan
hormon dan lain-lain.
Defisiensi iodium dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid yang mengakibatkan
pembangkakan pada bagian leher. Kekurangan iodium yang kronis menyebabkan terjadinya
kretinisme dan terganggunya kecerdasan.
Sumber iodium di antaranya adalah : sayur-sayuran, ikan laut, dan rumput laut.
Sedangkan funsi dari iodium di antaranya adalah sebagai komponen esensial tiroksin dan
kelenjar tiroid.
- Flour
Flour terutama terdapat pada gigi dan tulang. Sumber flour di antaranya adalah air,
makanan laut, tanaman, ikan dan makanan hasil ternak. Sedangkan fungsi flour di antaranya
adalah
1. Untuk pertumbuhan dan pembentukkan struktur gigi
2. Untuk mencegah karies gigi

Kekurangan fluor akan mengakibatkan keadaan gigi yang lemah dan mudah berlubang
(caries) , karena keadaan email gigi yang kurang baik.

- Klor
Sumber dari klor di antaranya adalah garam, keju, ikan, udang, bayam dan seledri.
Sedangkan fungsi dari klor diantaranya adalah :
1. Aktivator amilase dan pembentukan HCl lambung
2. Mengaktifkan enzim amylase dalam mulut untuk memecah pati.
3. Membantu menjaga tekanan osmotik.
- Zinc

xxii
Sumber utama Zinc adalah daging, unggas, telur, ikan, susu, keju, hati, lembaga
gandum, ragi, selada, roti dan kacang-kacangan. Sedangkan fungsi Zinc di antaranya adalah :
1. Meningkatkan keaktifan enzim
2. Meningkatkan pertumbuhan
Jika terjadi defisiensi maka menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan gangguan
kesembuhan luka.
- Tembaga
Meskipun tembaga tidak merupakan bagian dari hemoglobin, unsur ini berperan dalam
proses maturasi sel-sel darah merah dan proses pembentukan hemoglobin dan berpengaruh
atau membermudah absorbsi besi. Sumber utama dari tembaga adalah susu dan sereal.
Sedangkan fungsi dari tembaga adalah berperan dalam kegiatan enzim pernafasan sebagai
kofaktor bagi enzim tironase dan sitokromokdiase.
- Kobalt
Merupakan komponen dari vitamin B12 yang diperlukan bagi perkembangan normal sel-
sel darah merah. Vitamin ini penting untuk maturasi sel-sel darah merah dan untuk menjaga
normalitas kerja semua sel.
Defisiensi kobalt menyebabkan anemia pernisiosa yang sebenarnya disebabkan oleh
gangguan penyerapan vitamin B12. Ada pun gangguan penyerapan vitamin B12 biasanya
diakibatkan oleh kelainan individual yaitu ketidak mampuan mukosa lambung memproduksi
mukoprotein yang penting untuk penyerapan vitamin B12 tersebut.
Sumber utamanya adalah vitamin B12, B1, dan sayuran berdaun hijau. Kobalt
mempunyai fungsi untuk keseimbangan tubuh ruminansia. (Colby,1999)

2.3 Hormon dan jenis-jenisnya


A. Penegrtian Hormon
Berikut ini adalah definisi dan pemaparan tentang apa itu Hormon :
 Hormon di sintesis dan di sekresikan oleh sel khusus yang mempunyai pengaruh pada sel
target atau sel sasaran. Dimana hormon yang disekresikan oleh sel di sebut dengan
hormon endokrin. Biasanya hormon mempengaruhi atau memberi efek pada sel di
dekatnya. (McKee, Trudy dan James McKee. 1996 : 5410 )
 Hormon merupakan senyawa kimia, ada dalam darah dengan kadar yang sangat rendah,
yang mempunyai pengaruh pengatur pada metabolisme alat atau jaringan spesifik.
Hormon di sekresikan lansung ke dalam darah dengan jumlah yang sangat kecil oleh sel
khusus, sering dikelompokkan bersama dalam struktur anatomik berbeda yang di sebut

xxiii
kelenjar endoktrin. Hormon-hormon di angkut lewat darah ke jaringan spesifik yang di
sebut jaringan sasaran, dimana mereka melakukan pengaruh pengaturannya.
(Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1139 )
 Hormon adalah zat organik yang di perlukan untuk kelanjutan hidup dan fungsi normal
tubuh, dimana zat itu dapat di buat oleh tubuh kita. Hormon hanya di butuhkan dalam
jumlah kecil, sehingga dapat di anggap sebagai pengatur kimiawi untuk proses-proses
vital yang berlansung dalam tubuh manusia. Hormon di keluarkan oleh kelenjar-kelenjar
endoktrin. (Gultom, Togu. 2001 : 119 )
 Hormon di definisikan secara klasik sebagai zat yang di sintesa pada berbagai kelenjar
tanpa saluran yang di sekresikan ke berbagai jaringan tubuh tertentu. Hormon berfungsi
mengatur proses metabolisme tubuh. Hormon di sekresikan ke dalam darah sebelum di
gunakan, maka kadar hormon ini dapat merupakan indikasi aktivitas saat kontak dengan
organ sasaran. (Azmi, Johny. 1999 : 110)
 Hormon adalah molekul yang di hasilkan oleh jaringan tertentu (kelenjar) dan hormon di
keluarkan lansung ke dalam darah yang membawanya ke tempat tujuan dan hormon
secara khas mengubah kegiatan suatu jaringan tertentu yang menerimanya. ( Poedjiadi,
Anna dan Titin. 2009 : 345)
 Hormon adalah suatu pesan kimia yang di sintesis pada sel-sel khusus dan di transpor ke
sel sasaran yang jauh letaknya melalui peredaran darah. Kebanyakan hormon di sekresi
lansung ke dalam sirkulasi darah. ( Colby, S Diane. 1988 : 263)
 Hormon adalah senyawa organik yang di produksi oleh tubuh organisme multiseluler
yang berperan sebagai pembawa informasi kimia dan mereka bergerak pada aliran darah
untuk menuju jaringan atau organ sasaran. ( Bakar, Usman dan Iswendi. 2010 : 141)

B. Jenis-Jenis Hormon

Berdasarkan fungsinya

Hormon dapat di klasifikasikan berdasarkan fungsi hormon itu sendiri di dalam tubuh
manusia. Terdapat 7 ( tujuh ) klasifikasi hormon jika kita lihat berdasarkan fungsinya. Klasifikasi
tersebut adalah :

Hormon Singkatan Nama Tambahan Jaringan Fungsi


Sasaran Utama

xxiv
Somatotropin SH Hormon Banyak Sintesis
pertumbuhan protein.

Prolaktin PRL Hormon laktogen Kelenjar Produksi


payudara susu.

Hormon FSH -- Pada wanita, Folikel yang


stimulasifolikel folikel matang.
Pada laki, Spermatogen
testes esis.
Hormon LH Hormon stimulasi Pada wanita, Pembuahan,
luteinisasi sel folikel formasi dari
Intestinal (ICSH) corpus
Pada laki, progesteron
testes luteum.
Produksi
testosteron.
Tirotropin TSH Hormon Tiroid Memproduksi
stimulasitiroid T4 dan T3.

Adrenokortikotr ACTH -- Korteks Melepaskan


opin adrenal dan
mensintesis
kortikosteroi
d.
Melanotropin Β-MSH Hormon Melanosit Pigmentasi.
stimulasimelanosit

(Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1163 )

Berikut adalah uraian masing-masing hormon tersebut :

 Somatotropin (SH)

xxv
SH di sekresika oleh sel asidofil adenohipofisis yang mempunyai efek anabolik yang banyak
pada jaringan. Dengan demikian SH biasa di sebut dengan hormon pertumbuhan. SH tersusun
atas rantai polipeptida tunggal terdiri dari 188 sisa asam amino. SH memicu pengambilan
asam amino oleh otot dan meningkatkan sintesis protein dalam beberapa jaringan. Di samping
itu, SH juga meningkatkan kadar glukosa dan kadar asam lemak bebas plasma. Karenanya, SH
mempunyai pengaruh anti-insulin. Pelepasan SH ke dalam plasma di pacu oleh kadar asam
amino plasma yang tinggi dan di tekan oleh kadar glukosa plasma yang tinggi. Hanya SH
manusia yang aktif pada manusia, sehingga terkadang terapi hormon tidak berdampak apa-apa.
 Prolaktin (PRL)
PRL berfungsi untuk memacu produksi air susu dalam kelenjar susu. Prolaktin mengimbas
sintesis dua protein dalam kelenjar susu yang membentuk sintase laktose, enzim yang
bertanggung jawab dalam sintesis laktosa atau gula susu. Salah satu protei tersebut adalah
transferase uridin difosfagalaktosil terikat membran. Protein yang lain α-laktalbumin, protein
yang memodifikasi spesifisitas transferase sehingga glukosa merupakan akseptor untuk bagian
galaktosil, dan dengan ini memungkinkan terjadinya sintesis laktose atau gula susu. Di
samping itu, PRL menyebabkan proliferase dan hipertropi aparatus golgi kelenjar susu.
Aparatus golgi merupakan organel tempat melepaskan laktosa, protein dan bulatan lemak
penyusun air susu dari sel alveoli kelenjar susu ke dalam saluran pengumpul. Sebelum PRL
dapat melakukan kerjanya, sel kelenjar susu harus di mulai dengan pemaparannya terhadap
insulin dan kortisol. Prolaktin terdapat pada pria dan wanita. Urutan asam amino prolaktin dan
SH sama, ini dapat menerangkan pengaruh tumpang tindih kedua hormon ini.
 Gonadotropin (FSH dan LH)
Mereka bekerja pada kelenjar kelamin. FSH menyebabkan maturasi folikel ovarium pada
wanita, dan menstimulasi spermatogenesis pada pria. LH mempunyai beberapa kerja pada
wanita, termasuk memacu ovulasi, pembentukan korpus luteum, dan produksi progesteron
 Tirotropin (TSH)
TSH memacu pelepasan T3 dan T4, hormon tiroid. TSH merupakan glikoprotein yang
mengandung satu rantai α dan satu rantai β. Selain itu TSH juga bekerja pada adiposit untuk
memacu lipolisis. Kerja TSH paling sedikit di perantarai lewat mekanisme siklase adenilat
cAMP.
 Adrenokortikotropin (ACTH)
ACTH memacu produksi dan sekresi glukokortikoid dalam korteks adrenal. ACTH merupakan
polipeptida kecil, yang hanya mengandung 39 asam amino pertama. ACTH bekerja lewat
mekanisme cAMP untuk menstimulasi hidrolisis ester kolesterol yang di simpan dalam sel

xxvi
penghasil glukokortikoid korteks adrenal. Kemudian terjadi hidriksilasi dan pemecahan rantai
samping kolesterol pada C20-22 dan menghasilkan prognenolon. ACTH juga memicu lipolisis
dalam adiposit lewat mekanisme cAMP.
 Melanotropin (β-MSH)

β-MSH di sekresi oleh sel basofil adenohipofisisyang sama dengan yang mensekresi ACTH.
Pemberian β-MSH dalam jumlah banyak menyebabkan deposisi pigmen dalam kulit.
(Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1162 -1166 )

Berdasarkan tempat pembentukannya

Hormon dapat di klasifikasikan berdasarkan tempat pembentukannya atau berdasarkan


kelenjar endoktrin yang mengeksresikannya. Terdapat 7 klasifikasi hormon jika kita lihat
berdasarkan kelenjar endokrin yang mengeksresikannya :

xxvii
Sumber Hormon Fungsi
Hipotalamus Gonadotropin-releasing Merangsang sekresi LH dan FSH
hormon (GnRH) Merangsang sekresi ACTH
Kortikotropin-releasing Merangsang sekresi GH
hormon (CRH)
Hormon pertumbuhan- Menghalangi sekresi GH dan TSH
releasing hormon (GHRH) Merangsang sekresi TSH dan
Somatostatin prolaktin
Thyrotropin-releasing hormon
(TRH)
Pituitary Hormon liteunizing (LH) Merangsang sintesis hormon seks
pada ovarium dan testes.
Hormon perangsang folikel Persiapan ovulasi dan sintesis
(FSH) estrogen pada ovarium dan sperma
pada testes.
Merangsang sintesis steroid pada
Kortikotropin (ACTH) korteks adrenal.
Mempengaruhi proses anabolik
Hormon pertumbuhan ( GH) pada berbagai jaringan.
Merangsang hormon tiroid.
Thyrotropin (TSH) Merangsang produksi susu pada
Prolaktin reproduksi betina.
Mengatur kontraksi uterus dan
Oksitosin sekresi susu.
Mengatur tekanan darah dan air
Vasopressin tubuh.
Gonad Estrogen Pematangan fungsi sistem
Progesteron reproduksi laki.
Androgen Fertilisasi telur dan persiapan
kehamilan.
Pematangan fungsi sistem
reproduksi betina.
Korteks adrenal Glukokortikoid Mengurangi respons efek
Mineralokortikoid peradangan.
Metabolisme mineral.
Tiroid Triodotironin T3 Merangsang banyak reaksi seluler.
Troksin T4
Gastrointestinal Gastrin Merangsang sekresi asam lambung
dan enzi pankreas.
xxviii
Sekretin Mengatur sekresi eksokrin
Kolesitokinin pankreas.
Somatostatin Merangsang sekresi enzim
Biosintesa Hormon

Untuk hormon polipeptida, mereka di sintesis pada retikulum endoplasma dan di matangkan
di matangkan di aparatus golgi. Pada banyak hal, proses proteolitik berperan pada pembentukan
kematangan hormon. Salah satu contohnya adalah hormon insulin yang di hasilkan oleh sel B
pankreas, yang berfungsi mengatur gula darah. Kadar glukosa darah yang tinggi ,rangsang
pelepasan protein dari endokrin pankreas. Sebaliknya, insulin mempermudah penurunan glukosa
dalam sirkulasi dengan merangsang metabolisme glukosa. Jaringan sasaran utama hormon insulin
adalah jaringan adiposa, otot dan hati.

Insulin ini terdiri dari 2 rantai polipeptida, dinamai rantai A dan rantai B yang di hubungkan
dengan jembatan disulfida. Insulin berasal dari prekursor polipeptida (preproinsulin) yang
mengandung dua rangkaian asam amino yang tidak di temukan dalam hormon yang matang; suatu
rangkaian sinyal pada N terminal dan peptida penghubung, peptida C, yang terletak pada rangkaian
primer prekursor antara rangkaian A dan rangkaian B. Preproisulin di sintesis oleh ribosom yang
melekat pada permukaan retikulum endoplasma kasar. Waktu polipeptida memanjang, polipeptida
ini terletak dalam lumen retikulum endoplasma kasar, dimana rangkaian sinyaldi buang. Langkah
proteolitik ini mengubah preproinsulin menjadi proinsulin. Pelipatan polipeptida dan pembentukan
ikatan disulfida terjadi dalam lumen retikulum endoplasma kasar. Pada langkah pematangan akhir,
dimana proinsulin di pecah menjadi insulin dan peptida C berlansung dalam aparatus golgi secara

xxix
serentak dengan pembentukan granula sekresi. Insulin dan peptida C di simpan sampai sekresinya
di rangsang oleh peningkatan kadar glukosa darah. Reseptor awal sintesis ini terdiri atas 4 rantai,
yang terdiri atas 2 rantai α dan 2 rantai β yang di hubungkan oleh jembatan peptida. ( Colby, S
Diane. 1985 : 264 )

Sekresi Hormon

(Soewoto, Hafiz. 2009. Hormon-Hormon yang Berperan pada Proses metabolisme.ppt . Depok :
FK UI)

Sekresi hormon dari kelenjar endokrin asalnya di kendalikan lewat mekanisme-pelayanan.


Dengan kata lain, kadar hormon dalam plasma itu sendiri ata suatu senyawa yang di produksi oleh
sel sasaran sebagai tanggapan terhadap hormon, mengatur pelepasan hormon selanjutnya dari
kelenjar. Lebih lagi, hormon yang di lepas dari kelenjar endokrin sering mengatur hormon lain dari
kelenjar kedua, yang selanjutnya mengendalikan produksi hormon di dalam dan pelepasannya dari
kelenjar pertama. Hal ini di gambarkan dengan pengaturan kadar hormon tiroid dalam sirkulasi.

+= TRH hipotalamus
+

+=
+
_=
+
xxx
TSH adenohipofisis

+=
+
Tiroid T4, T3

Gambar...Pengaturan sekresi hormon tiroid

Kelenjar tiroid memproduksi dua hormon, tiroksin (3,5, 3’,5’- terteyodotironin, yang biasa di
sebut T4) dan 3,5,3’-triyodotironin (T3). Hormon-hormon ini di lepaskan oleh kelenjar sebagai
tanggapan terhadap TSH, suatu glikoproteib yang di produksi dalam adenohipofisis dalam plasma
mempengaruhi adenohipofisis untuk menghambat pelepasan TSH, suatu kerja sesuai dengan
mekanisme hambatan- umpan balik. Pengendalian peringkat lain terdapat dalam sistem TSH-T4,
T3 ; pelepasan TSH di tingkatkan oleh hormon pelepas tirotropin (TRH), suatu tripeptida yang di
sintesis dalam hipotalamus. TRH mencapai adenohipofisis lewat sistem vena porta yang
menghubungkan kelenjar dengan hipotalamus. Pelepasan TRH di acu oleh rendahnya kadar T4 dan
T3 dalam sirkulasi. Bila kadarnya dalam sirkulasi tinggi , pelepasan TSH tertekan, dan rangsang
untuk meneruskan pelepasan hormon tiroid di hilangkan. Hal berlansung lewat hambatan terinduksi
T4 terhadap kerja TRH pada adenohipofisis. Sebaliknya, apabila kadar T4 dan T3 rendah,
pelepasan TRH dari hipotalamus di perlancar, yang selanjutnya menstimulasi pelepasan TSH dan
dengan demikian hormon tiroid terlepas.

Pada keadaan lain, pelepasan hormon dari kelenjar endokrin di atur oleh produk pengaruh
hormon dan bukan oleh hormon kedua. Misalnya, hormon paratiroid bekerja meningkatkan kadar
kalsium plasma. Apabila kadar kalsium plasma rendah, pelepasan hormon paratiroid di pacu.
Sebaliknya, pelepasan hormon paratiroid di hambat bila kadar kalsium plasma meningkat.
(Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1143 – 1144 )

Mekanisme kerja hormon

Adanya ransangan dari luar maupun dari dalam menyebabkan kelenjar endokrin
memproduksi dan mengeluarkan hormon ke dalam plasma darah. Setelah sampai pada sel yang
menjadi tujuan, hormon bergabung dengan reseptor dan meningkatkan aktivitas adenil siklase yang
terdapat pada membran.Aktivitas adenil siklase yang meningkat ini menyebabkan peningkatan
pembentukan AMP siklik yang terdapat dalam plasma sel yang dapat mengubah proses di dalam

xxxi
sel tersebut, misalnya aktivitas enzim, permeabilitas membran dan sebagainya. Keseluruhan proses
yang berubah ini dapat terwujud dalam tindakan sebagai jawaban fisiologik atau usaha yang di
lakukan oleh manusia. Proses yang bersifat hormonal ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pertama
pembentuka hormon sampai tiba pada dinding sel atau plasma, sedangkan tahap kedua adalah
peningkatan jumlah AMP siklik hingga terjadinya pertumbuhan atas proses dalam sel. ( Poedjiadi,
Anna dan Titin. 2009 : 348 )

Secara umum ada lima macam kerja hormon yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup, yaitu :
a. Induksi sintesis enzim pada tingkat inti.
Hormon hidrofobik seperti tiroksin dan steroid beredar dalam plasma yang terikat pengemban
protein spesifik. Oleh karena itu, kosentrasi totalnya dalam plasma berubah lambat sekali
bergantung pada keseimbangan antara bentuk bebas dan terikatnya. Hormon-hormon ini
merangsang pembentukan RNA dalam inti sel target dan oleh karena itu menaikan sintesis
enzim tertentu. Hormon steroid mula-mula bekerja dengan mengikat protein reseptor tertentu
dalam sitosol. Kompleks yang terbentuk ini kemudian di transport ke dalam inti sel dan
bereaksi dengan kromatin DNA. Penggabungan ini selanjutnya mempengaruhi sintesis m-
RNA yang bertindak sebagai cetakan pada pembentukan protein enzim tertentu.
b. Perangsangan sintesis protein pada tingkat ribosom.
Aktivitas hormon terdapat pada tingkat “translasi informasi” yang di bawa oleh m-RNA ke
ribosom untuk pembentukan protein enzim. Ribosom yang di ambil dari binatang yang di beri
hormon pertumbuhan, misalnya, mempunyai kapasitas yang berubah meningkat untuk
mensintesis protein sesuai dengan adanya m-RNA normal.
c. Pengaktifan lansung pada tingkat enzim.
Walaupun pengaruh lansung hormon pada enzim murni sukar diperlihatkan, namun
pemberian beberapa hormon pada binatang atau jaringan terisolasi mengakibatkan
peningkatan aktivitas enzim. Biasanya pengaruh hormonal ini berlansung sangat cepat.
Karena membran sel biasanya di perlukan pada setiap pentransferan senyawa maka di duga
ada kemungkinan peristiwa hormonal permulaan adalah pengaktivan reseptor membran.
d. Kerja hormon pada tingkat membran.
Banyak hormon secara spesifik ikut serta pada transpor berbagai zat untuk melewati
membran sel, termasuk protein, karbohidrat, asam amino, kation, dan nukleotida. Pada
umumnya hormon ini secara spesifik bergabung dengan membran sel. Hormon ini
menyebabkan perubahan metabolik sekunder yang cepat dalam jaringan tetapi mempunyai

xxxii
sedikit pengaruh terhadap aktivitas metabolik sediaai-sediaan bebas membran. Sebagian
besar “hormon protein” dan katekolamin mengaktifkan sistem enzim membran. Hormon
dalam hal ini menstimulasi reseptor membran agar enzim-enzim di dalam membran aktif,
yang lebih lanjut meningkatkan jumlah cAMP yang berfungsi mengaktifkan protein kinase.
Enzim ini di butuhkan untuk meningkatkan berlansungnya reaksi di dalam sel.
e. Kerja hormon dan hubungannnya dengan kadar siklik nukleotida.
Siklik nuklotida atau cAMP adalah suatu nukleotida yang mempunyai peranan unik dalam
fungsi banyak hormon. Kadarnya dapat di naikkan atau di turunkan melalui kerja hormon.
Pengaruhnya bermacam-macam tergantung pada jaringan. Glukagon dapat menyebabkan
kenaikan siklik AMP dalam hati, tetapi dalam otot naik dengan perbandingan yang seimbang.
Sebaliknya epinefrin menimbulkan kenaikan cAMP yang lebih besar dalam otot di
bandingkan dengan hati. Hormon insulin dapat menurunkan jumlah cAMP hati yang
berlawanan dengan kenaikan yang di sebabkan oleh glukagon. (Gultom, Togu. 2001 : 120 –
121 )
Transpor hormon
Untuk transpor atau pengangkutan oksitosin dan vasopresin di angkut melalui lintasan saraf
hipotalamik-neurohipofisis sebagai kompleks fisis dengan protein yang di sebut neurofisin.
Estrogen menyebabkan pelepasan oksitosin neurofisin; nikotin menyebabkan pelepasan vasopresin
neurofisin. Hormon kemudian di lepaskan dengan pemecahan proteolitik dan berikatan dengan
komponen protein yang tersisa. Tiap molekul neurofisin mengikat molekul hormon tunggal dan
membawanya turun dari hipotalamus ke hipofisis posterior, tempat di simpannya hormon sebagai
kompleks neurofisin.Kedua hormon dan neurofisinya dikeluarka waktu pelepasannya dari
neurohipofisis, tetapi lepas dari neurofisin dan bersirkulasi dalam plasma darah tanpa berikatan
dengan protein mana pun. (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1167 )
Sedangkan untuk T3 dan T4 dalam plasma darah di angkut oleh globulin pengikat tiroksin (TBG-
thyroxine binding globulin). Tetapi protein plasma lain, prealbumin dan albumin juga bertindak
sebagai pembawa untuk hormon ini. (Montgomery, Rex dkk. 1983 : 1169 )

2.4 Hubungan antara vitamin, mineral dan hormon dalam tubuh


Hubungan antara kerja hormon, vitamin dan mineral tergambarkan dalam mekanisme
kerja hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) dan Vitamin D dalam mengontrol mineral
Kalsium dalam darah. Karena ion kalsium (Ca 2+) esensial untuk fungsi normal semua sel, kontrol
homeostatik dari kadar kalsium darah sangatlah penting. Jika kadar Ca 2+ darah turun drastis, otot-
otot rangka mulai kejang-kejang, suatu kondisi yang berpotensi fatal, disebut tetanus. Jika kadar

xxxiii
Ca2+ darah naik secara tajam, endapan kalsium fosfat dapat terbentuk dalam jaringan tubuh,
menyebabkan kerusakan organ yang meluas.(Campbell, 2008)
Pada manusia, kelenjar paratiroid memainkan peran utama dalam regulasi Ca 2+ darah.
Ketika Ca2+ darah turun di bawah titik standar, sekitar 10 mg/100mL, kelenjar-kelenjar ini
melepaskan hormon paratiroid (PTH). PTH menaikkan kadar Ca 2+ darah melalui efek langsung
dan tak langsung. Pada tulang, PTH menyebabkan matriks yang ternineralisasi untuk
menguraikan dan melepaskan Ca2+ ke dalam darah. Di dalam ginjal, PTH merangsang reabsorpsi
Ca2+ secara langsung melalui tubulus renal. PTH juga memiliki efek tak langsung, mendorong
konversi vitamin D menjadi hormon aktif.
Bentuk inaktif dari vitamin D, suatu molekul derivat steroid, diperoleh dari makanan atau
disintesis di dalam kulit ketika terpapar ke sinar matahari. Aktivasi vitamin D bermula di hati dan
dituntaskan di ginjal, proses tersebut dirangsang oleh PTH. Bentuk aktif dari vitamin D bekerja
langsung pada usus halus, merangsang pegambilan Ca 2+ dari makanan sehingga memperbesar
efek PTH. Saat Ca2+ darah naik, lengkung umpan balik negatif menghambat pelepasan PTH lebih
lanjut dari kelenjar paratiroid.

(Campbell, 2008)
Hubungan kerja hormon, vitamin, dan mineral juga terdapat dalam pembentukan tulang.
Tidak hanya dipengaruhi oleh kalsium dan serat kolagen, namun paparan sinar matahari, sekresi
hormon, dan latihan fisik juga memainkan peranan penting dalam pembentukan tulang. Sebagai

xxxiv
contoh, paparan kulit dengan sinar ultraviolet matahari membantu perkembangan tulang, karena
kulit dapat memproduksi vitamin D apabila terkena radiasi tersebut. Vitamin D diperlukan untuk
penyerapan kalsiu di usus kecil. Dengan tidak adanya vitamin ini, kalsium kurang diserap,
matriks tulang kekurangan kalsium, dan tulang-tulang cenderung patah atau sangat lemah.
Vitamin A dan C juga dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang normal. (Ganong, 1983)
Hormon yang mempengaruhi pertumbuhan tulang disekresikan oleh kelenjar hipofisis,
kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, indung telur dan testis. Kelenjar hipofisis, mensekresikan
hormon pertumbuhan (GH) yang disebut juga somatotropin yang menstimulasi aktivitas di
lempeng epifisis. Somatotropin memainkan peranan yang penting dalam tubuh dengan
merangsang pertumbuhan otot, mempertahankan tingkat normal sintesis protein dalam semua sel
tubuh, serta membantu dalam pelepasan lemak sebagai sumber untuk hormon lain yang
berperanan dalam mempertahankan kekuatan matriks tulang. Ini adalah untuk mengkontrol
tingkat kalsium darah. Selain itu, kalsium juga diperlukan untuk sejumlah proses metabolisme
lain selain daripada pembentukan tulang seperti pembentukan bekuan darah, konduksi impuls
saraf, dan kontraksi sel otot. Bila kuantiti kalsium dalam darah adalah rendah, kelenjar paratiroid
berespon dengan mensekresikan hormon paratiroid (PTH). Hormon ini merangsang osteoblas
untuk memecah jaringan tulang, dan garam kalsium yang dilepaskan ke dalam darah. Di sisi lain,
jika tingkat kalsium darah terlalu tinggi, kelenjar tiroid merespon dengan mensekresi hormon
yang disebut kalsitonin. Efeknya adalah antagonis dengan hormon paratiroid; yaitu menghambat
aktivitas osteoblast dengan menstimulasi osteoblast untuk membentuk jaringan tulang. (Ganong,
1983).

xxxv
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi
vital dalam metabolisme organisme. Vitamin tersebut antara lain vitamin A, C, D, E, K,
dan B (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin, vitamin B6, vitamin B12, dan
folat)

 Mineral merupakan unsur esensial bagi fungsi normal sebagian enzim dan sangat penting
dalam pengendalian komposisi cairan tubuh, 65% bobot tubuh adalah air, jenis-jenisnya
antara lain : kalsium, Al, Mg, P, sodium (Na),sulfur, Fe, I 2, Flour, Mn, Zinc, Cuprum,
Cobalt dan Kromium
 Hormon adalah senyawa organik yang di produksi oleh tubuh organisme multiseluler yang
berperan sebagai pembawa informasi kimia dan mereka bergerak pada aliran darah untuk
menuju jaringan atau organ sasaran. Terdapat 7 ( tujuh ) klasifikasi hormon jika kita lihat
berdasarkan fungsinya (Somatotropin, Prolaktin, Gonadotropin, Tirotropin,
Adrenokortikotropin, Melanotropin), berdasarkan tempat pembentukannya antara lain
Gonadotropin-releasing hormon (GnRH), Kortikotropin-releasing hormon (CRH), Hormon
pertumbuhan-releasing hormon (GHRH), Somatostatin, Thyrotropin-releasing hormon

xxxvi
(TRH), Hormon liteunizing (LH), Hormon perangsang folikel (FSH), Kortikotropin
(ACTH), Hormon pertumbuhan ( GH), Thyrotropin (TSH), Prolaktin, Oksitosin, Estrogen,
Progesteron, Glukokortikoid, dll.
Hubungan antara kerja hormon, vitamin dan mineral tergambarkan dalam mekanisme kerja
hormon paratiroid (parathyroid hormone, PTH) dan Vitamin D dalam mengontrol mineral
Kalsium dalam darah, hubungan kerja hormon, vitamin, dan mineral juga terdapat dalam
pembentukan tulang.

B. Saran
Berdasarkan pembahasan di atas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya,
pada bagian ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi para
pembaca.
2. Mohon dimaklumi, jika dalam makalah saya ini masih terdapat banyak kekeliruan, baik
bahasa maupun pemahaman. Saya berharap kritik dan saran dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Azmi, Johny. 1999. Biokimia 1 (Biomolekul). Padang. UNP

Bakar, Usman dan Iswendi. 2010. Biochemistry 1. Padang : UNP

Campbell, Reece. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Colby, S Diane. 1988. Ringkasan Biokimia Harper. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Colby, Diane S. 1999. Ringkasan Biokimia Harper. Jakarta : EGC

Connel, D.W, Miller G.J. 1955. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Jakarta : UI Press.
Ganong W.F. 1983. Fisiologi Kedokteran Edisi 10. Jakarta : EGC.
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia.

Gultom, Togu. 2001. Biokimia Struktur dan Fungsi. Yogyakarta : JICA

Lehninger, A. L. 1998. Dasar-Dasar Biokimia I. Jakarta: Erlangga.

McKee, Trudy dan McKee James. 1996. Biochemistry : The Molecular Basis of Life 3rd Edition. New
York : University of the Sciences

Montgomery, Rex dkk. 1983. Biokimia : Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Yogyakarta : UGM Press

xxxvii
Mulyono, HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Poedjiadi, Anna dan Titin. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UIP

Soewoto, Hafiz. 2009. Hormon-Hormon yang Berperan pada Proses metabolisme.ppt . Depok : FK UI

Winarno, FG. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.

xxxviii

Anda mungkin juga menyukai