Anda di halaman 1dari 14

METODE ANALISIS VITAMIN K

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Analisis Gizi Pangan
Dosen : Dr. Nita Kusumawati, S.Si., M.Sc.

Oleh :
Kelompok 2 – 2018B

1. Isnu Adriansyah ` 18051334041


2. Danish Rafi Surendra 18051334051
3. Amalina Nadila 18051334065
4. Yoni Galih Gumelar Rahma C. 18051334069
5. Andin Putri Kumalajati 18051334074
6. Adinda Alfiani Nur Salsabila 18051334078

PROGRAM STUGI GIZI


JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirrabbil alamin, dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih
lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Metode
Analisis Vitamin K”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan kerjasama antar anggota dan
pihak lainnya yang terlibat dalam memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih atas kontribusi antar tim dan semua pihak yang telah
berkontribusi.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini, memiliki berbagai kekurangan baik dalam segi
materi maupun tatabahasanya. Oleh karena itu, kami juga membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Sekian dari kami, semoga makalah penelitian “Metode Analisis Vitamin K” bini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Surabaya, 22 Desember 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Vitamin merupakan salah satu zat senyawa kompleks yang sangat diperlukan oleh tubuh
kita yang berfungsi sebagai pembantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa adanya
vitamin, manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas
hidup sehari-hari dengan baik (Khusnul K, Maria Ulfah, Nurul Anam. 2011).

Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
sedikit (mikronutrien). Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, vitamin
berperan penting dalam fungsi-fungsi tubuh seperti pertumbuhan, pertahanan tubuh, dan
metabolisme. Sebuah vitamin dapat mempunyai beberapa fungsi. Vitamin didapatkan dari
suplemen dan diet sehari-hari. (Zile, 2003).

Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin
yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan
K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan
diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan
beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6
bulan lamanya di dalam tubuh. (Yuniastuti, Ari. 2008).

Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin pada suatu bahan pangan.
Diantaranya adalah metode titrasi, metode spektrofotometri, metode titrasi iodium metode
DPPH dan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Dari uraian-uraian
di atas, maka ulasan makalah ini dilakukan untuk membahas salah satu metode yang
digunakan untuk menganalisis kadar vitamin K dalam suatu sampel.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan kadar vitamin K pada sumber pangan dengan menggunakan
metode HPLC?

1.3 Tujuan
Diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang cara menentukan vitamin
K pada sumber pangan dengan menggunakan metode HPLC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Vitamin
Kata vitamin berasal dari bahasa Latin, yaitu gabungan dari kata “vital” artinya hidup
dan “amina”(amin) yang mengacu pada suatu gugus organic yang memiliki atom nitrogen
(N). pengertian ini didasarkan pada konsep awal penemuan vitamin, yaitu semua vitamin
dianggap mengandung vitamin N. akan tetapi, pada akhirnya diketahui bahwa banyak
vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N (Bender, 2003).

Terdapat 13 jenis atau kelompok zat gizi yang diakui sebagai vitamin. Empat jenis
vitamin bersifat larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K, sedangkan dua jenis
vitamin larut dalam air, yaitu vitamin B dan C. vitamin sering dikelompokkan berdasarkan
kelarutannya, yaitu vitamin larut lemak (fat soluble vitamin) dan vitamin larut air (water
soluble vitamin).

2.1.2 Vitamin K
Vitamin K disebut juga vitamin koagulasi. Dikenal dua jenis vitamin K alam yaitu
vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) dan vitamin K2 ( senyawa menakuinon ), dan satu jenis
vitamin K sintetik vitamin K1, yang digunakan untuk pengobatan , terdapat pada kloroplas
sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin K 2 disintesis oleh bakteri usus terutama
oleh bakteri Gram-positif. Vitamin K sintetik yaitu K3 ( manadion ) merupakan derivat
naftokuinon, dengan aktivitas yang mendekati vitamin K alam. Derivatnya yang larut dalam
air, menadion natrium diposfat, didalam tubuh diubahnya menjadi manadion.

Kebanyakan sumber vitamin K didalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam
sistem pencernaan. Sistem pencernaan dari manusia mengandung bakteri yang dapat
mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan didalam hati. Tubuh perlu
mendapat tambahan vitamin K dari makanan. Sumber vitamin K dalam makanan adalah
hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kubis (kol) dan
susu.
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam dan
alkali. Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protrombin. Kadar protrombin yang
tinggi di dalam darah mengindikasikan baiknya daya penggumpalan darah. Vitamin K juga
dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah
tidak dapat membeku. Hal ini dapat menyebabkan penyakit hemoragik. Bagaimanapun,
jarang terjadi kekurangan vitamin K: hanya bayi yang mudah mengalami hal tersebut. Hal
ini karena sistem pencernaan bayi yang baru lahir masih steril dan tidak mengandung bakteri
yang dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin
K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir (winarno, 2002).

Keracunan vitamin K terjadi hanya pada orang yang menerima pengganti vitamin K larut
air. Gejala-gejalanya adalah hemolisis sel darah merah, penyakit kuning dan kerusakan otak.

2.1.3 Metode Analisis Vitamin K


Beberapa metode analisis yang tersedia untuk penentuan vitamin K adalah :
a. Spektrofotometri (Metode UV Spektrofotometri)
Phylloquinone (vitamin K1) dapat ditentukan melalui metode ini pada kondisi 249 mm
dengan panjang gelombang 420. Pada penelitian lain, metode spektrofotometri telah
digunakan untuk penentuan vitamin K3 saja pada produk penguraian yang didasarkan
pada reaksi menadione dengan piperidin dan malonitril.
b. Fluoriemetric,
Menggunakan vitamin ekstraksi kromatografi konvensional K1 yang dikuantifikasi dan
terdeteksi dengan fluorimetri setelah pengurangan pasca-kolom untuk hydroquinone
dengan logam seng.
c. HPLC (High Performance Liquid Chromatography),
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-komponen campuran
yang berdasarkan distribusi diferensial dari komponen-komponen sampel diantara dua
fasa, yaitu fasa gerak dan fasa diam. Salah satu teknik kromatografi yang dimana fasa
gerak dan fasa diamnya menggunakan zat cair adalah HPLC (High Performance Liquid
Chromatography) atau didalam bahasa Indonesia disebut KCKT (Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi).
Prinsip kerja alat HPLC adalah pertama fasa gerak dialirkan melalui kolom kedetektor
dengan bantuan pompa. Kemudian cuplikan dimasukan ke dalam aliran fasa gerak
dengan cara penyuntikan. Didalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen
campuran karena perbedan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap fasa diam.
Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam akan keluar dari kolom
terlebih dahulu. Sebaliknya solut-solut yang interaksinya kuat dengan fasa diam akan
keluar dari kolom lebih lama. Setiap komponen yang campuran yang keluar kolom
dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk kromatogram.
d. Elektrokimia
Sebuah electrode kaca karbon planar telah digunakan untuk memplejarai pengurangan
phylloquinone oleh voltametri siklis.
e. Metode mikrobiologi
Sebuah metode mikrobiologi didasarkan pada kenyataan bahwa staphylococci,
micrococci, dan strain dalam guanin berisi menaquinone yang dikategorikan normal dan
hydrogenated.

2.1.4 Penjelasan Sample


Mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin K dapat memberikan sejumlah
manfaat, diantaranya menjaga kesehatan tulang dan jantung. Selain itu, vitamin K juga
dibutuhkan tubuh karena berperan penting untuk mencegah perdarahan parak ketika
mengalami luka. Beberapa makanan yang memiliki kadar kandungan vitamin K tinggi
adalah sayuran berwarna hijau, satu diantaranya adalah bayam. Sekitar 145 mikrogram
vitamin K. selain bayam, sayuran hijau lain adalah brokoli, kubis, kol, buncis, dan lobak
hijau.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
 Neraca analitik 1 buah
 Gelas ukur 1 buah
 Labu ukur 50 ml 1 buah
 Pipet tetes 1 buah
 Penjepit tabung 1 buah
 Millipore filter0,45 µm 5 buah
 Sentrifugator 1 buah
 Ultrasonik 1 buah
 Instrumen HPLC 1 buah
 Spirtus 1 buah

b. Bahan
 Sampel sayuran hijau 5 macam
 Air 5 liter
 Larutan asam asetat 70 ml
 Larutan kalium-sianida 0,2 ml
 Larutan methanol 20 ml

3.2 Cara kerja :


a. Persiapan produk sampel
1. Terdapat 5 macam sampel, beberapa dilakukan pemasakan terlebuh dahulu dengan
berat masing – masing jenis 100 gram yang diletakkan dalam gelas ukur. Kemudian
dipanaskan
2. Penambahan reagen pada larutan sampel, asam asetat dan kalim-sianida
3. Dilakukan ultrasonic dengan Millipore filter 0,45 µm
4. Penambahan pelarut asam asetat dan methanol
5. Disentrifugasi
6. Dilakukan pengumpulan supernatant
7. Diuji dengan instrument HPLC
b. Persiapan standar
1. ditimbang, disesuaikan dengan ppm sampel dan diperlakukan sama dengan sampel
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan literature penelitian terkait analisis kandungan vitamin K dalam suatu


sumber bahan pangan, peneliti menggunakan sampel sayuran berdaun hijau untuk menentukan
tingkat phylloquinone dengan menggunakan fluoresensi HPLC kolom reduksi kimia pasca kolom
vitamin K derivative. Sebanyak lima macam sayuran berdaun yang berbeda jenis dikumpulkan
dan dianalisis. Ada beberapa sayuran yang perlu melalui tahapan pemasakan untuk mendapatkan
hasil analisiss yang relevan. Karakteristik pemasakan didasarkan, pada sayuran berdaun lebar
dimasak selama 10 menit, sampel bunga selama 20 menit. Sekitar 100 gram masing – masing
sampel ditimbang pada skala analitik. Yang kemudian ditempatkan dalam gelas ukur dengan
tambahan air sebanyak 1,5 liter. Api yang digunakan adalah api sedang, untuk tetap menjaga
kandungan kadar zat dalam sayuran dan mulai memasak saat air mendidih.

Tambahan reagen diperlukan sebagai persiapan di fase gerak untuk metode HPLC. Pada
uji kadar vitamin K, reagen yang ditambahkan adalah larutan buffer asam asetat guna
mempertahankan pH pada daerah asam yaitu (pH < 7), karena pada keadaan asam adalah kondisi
optimum bagi fasa gerak dan memberikan hasil yang lebih baik untuk pemisahan. Agar
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam asetat maka perlu adanya
percampuran dengan basa kuat yaitu kalium-sianida. Masing – masing diberi tambahan aquades
untuk pengenceran antara asam asetat dan kalium-sianida hingga tanda tera.

Langkah selanjutnya, sebelum diinjeksikan ke dalam sistem kromatografi, sampel dan


seluruh larutan standar disaring menggunakan Millipore 0,45 µm untuk mensterilisasi bahan
yang tidak yahan panas (termolabil) dan mudah rusak oleh bahan kimia. Kemudian cairan hasil
saringan melakukan tahap ultrasonic selama 5 menit untuk homogenisasi larutan. Penambahan
20 ml metanol dan ditepatkan sampai volume 50 ml dengan asam asetat 2%.

Kemudian ekstraksi dan konsentrasu phylloquinone didapatkan melalui kuantitatif pada


metode HPLC dengan penyesuaian tahap ekstrak pemurniaan, sentrifugasi pada 3000 rpm di
suhu 4◦C selama 5 menit. Sentrifugasi merupakan teknik untuk memisahkan campuran
berdasarkan berat molekul komponennya. Molekul yang mempunyai berat molekul besar akan
berada di bagian bawah tabung dan molekul ringan akan berada pada bagian atas tabung. Hasil
sentrifugasi akan menunjukkan dua macam fraksi yang terpisah, yaitu supernatan pada bagian
atas dan pelet pada bagian bawah. Supernatan dikumpulkan, disaring melalui membrane dan
dipindahkan pada penguapan labu ukur 50 ml di suhu 40◦C selama 15 menit dengan
menggunakan evaporator dan vakum sistem rotary. Residu dilarutkan dalam 200 µL dari fase
gerak dan 50 µL disuntikkan pada HPLC dengan panjang gelombang 254 nm, flow rate 1
mL/menit dan injeksi volume 20 µL. kemudian hasil akan ditangkap detector UV -Visible,
timbang sesuai dengan ppm sampel dan diperlakukan sama dengan sampel. Lalu dilakukan
perhitungan uji kadar :

area sample ppm standar


Kadar vitamin K dalam sampel : x x 100 %
area standar ppm sample
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
HPLC sebagai suatu metode pemisahan memiliki beberapa keuntungan yaitu
menghasilkan pemisahan yang sangat cepat, dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah
menguap ataupun tak tahan panas, banyak pilihan fasa geraknya, mudah untuk
mendapatkan kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak merusak komponen zat
yang dianalisis, dan dapat dirangkai dengan instrumen lain untuk meningkatkan efisiensi
pemisahan.  Sedangkan kekurangannya adalah larutan harus dicari fase diamnya terlebih
dahulu, hanya bisa digunakan untuk asam organic, harus mengetahui kombinasi yang
optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi, harganya mahal sehingga
penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas.
Spektrofotometri UV memang lebih simpel dan mudah, terutama pada bagian
preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi
interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang
UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
Dalam analisis vitamin K, penggunaan metode HPLC lebih dianggap efisien dan
memiliki spesifitas tinggi untuk mendapatkan data dibandingkan spektofotometri yang
dianggap memiliki efisiensi dan spesifitas rendah dalam analisis Vitamin K.

5.2 Saran
Dalam melakukan analisis vitamin K dengan metode instrument HPLC maupun
spektrofotometri diperlukan ketelitian dalam penyiapan sampel.
DAFTAR PUSTAKA

Bender. AD. 2003. Nutritional Biochemistry of The Vitamins. 2th Ed. Cambridge
University Press, New York.

Gul Wajiha, dkk. 2015. Methods of Analysis of Vitamin K : A Review. ISSN 2311-4673:
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, volume 3, issue 1, 2015). Pakistan.

Hendayana, S. 2006. Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern.


PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Kadek Suciari, Puri Ni Putu, dkk. 2015. Analisis Vitamin. Jurusan Analis
Kesehatan:Politeknik Kesehatan Denpasar.

Khusnul K, Maria Ulfah, Nurul Anam. 2011. Analisis Kekurangan Vitamin pada
Manusia. Pekalongan: STMIK Widya Pratama.

MS, Hardiansyah. MPS, I Dewa Nyoman Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Simone Aparecida, dkk. 2017. Vitamin K: Content in Food Consumed in Sao Paulo,
Brazil. ISSN 2175-9790, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Sci, 2017:53(2):e15197).
Brazil.

Tajuddin Kurniati, dkk. 2014. Metode Analisis Vitamin. Universitas Hasanuddin:


Makassar.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Edisi 9.Gramedia, Jakarta.

Yuniastuti, Ari. 2008. Gizi dan Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Zile M. 2003. Vitamin A deficiencies and excess, Dalam: Behrman, R.E., Kliegman,
R.M., Jenson, H.B., Stanton, B.F. (eds.), Nelson textbook of Pediatrics Edisi 18, W.B. Saunders
Inc., Philadelphia:177-180.

Anda mungkin juga menyukai