MAKALAH
Oleh :
Kelompok 2 – 2018B
Alhamdulillahirrabbil alamin, dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih
lagi Maha Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Metode
Analisis Vitamin K”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dengan kerjasama antar anggota dan
pihak lainnya yang terlibat dalam memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan terima kasih atas kontribusi antar tim dan semua pihak yang telah
berkontribusi.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini, memiliki berbagai kekurangan baik dalam segi
materi maupun tatabahasanya. Oleh karena itu, kami juga membutuhkan kritik serta saran
dari pembaca agar dapat memperbaiki makalah ini.
Sekian dari kami, semoga makalah penelitian “Metode Analisis Vitamin K” bini bisa
memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Vitamin merupakan salah satu zat senyawa kompleks yang sangat diperlukan oleh tubuh
kita yang berfungsi sebagai pembantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa adanya
vitamin, manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas
hidup sehari-hari dengan baik (Khusnul K, Maria Ulfah, Nurul Anam. 2011).
Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang
sedikit (mikronutrien). Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit, vitamin
berperan penting dalam fungsi-fungsi tubuh seperti pertumbuhan, pertahanan tubuh, dan
metabolisme. Sebuah vitamin dapat mempunyai beberapa fungsi. Vitamin didapatkan dari
suplemen dan diet sehari-hari. (Zile, 2003).
Secara garis besar, vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu
vitamin yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak. Hanya terdapat 2 vitamin
yang larut dalam air, yaitu B dan C, sedangkan vitamin lainnya, yaitu vitamin A, D, E, dan
K bersifat larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam
jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati. Vitamin ini kemudian akan dikeluarkan dan
diedarkan ke seluruh tubuh saat dibutuhkan. Beberapa jenis vitamin hanya dapat disimpan
beberapa hari saja di dalam tubuh, sedangkan jenis vitamin lain dapat bertahan hingga 6
bulan lamanya di dalam tubuh. (Yuniastuti, Ari. 2008).
Terdapat beberapa metode untuk mengetahui kadar vitamin pada suatu bahan pangan.
Diantaranya adalah metode titrasi, metode spektrofotometri, metode titrasi iodium metode
DPPH dan metode High Performance Liquid Chromatography (HPLC). Dari uraian-uraian
di atas, maka ulasan makalah ini dilakukan untuk membahas salah satu metode yang
digunakan untuk menganalisis kadar vitamin K dalam suatu sampel.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana cara menentukan kadar vitamin K pada sumber pangan dengan menggunakan
metode HPLC?
1.3 Tujuan
Diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang cara menentukan vitamin
K pada sumber pangan dengan menggunakan metode HPLC.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Vitamin
Kata vitamin berasal dari bahasa Latin, yaitu gabungan dari kata “vital” artinya hidup
dan “amina”(amin) yang mengacu pada suatu gugus organic yang memiliki atom nitrogen
(N). pengertian ini didasarkan pada konsep awal penemuan vitamin, yaitu semua vitamin
dianggap mengandung vitamin N. akan tetapi, pada akhirnya diketahui bahwa banyak
vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N (Bender, 2003).
Terdapat 13 jenis atau kelompok zat gizi yang diakui sebagai vitamin. Empat jenis
vitamin bersifat larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K, sedangkan dua jenis
vitamin larut dalam air, yaitu vitamin B dan C. vitamin sering dikelompokkan berdasarkan
kelarutannya, yaitu vitamin larut lemak (fat soluble vitamin) dan vitamin larut air (water
soluble vitamin).
2.1.2 Vitamin K
Vitamin K disebut juga vitamin koagulasi. Dikenal dua jenis vitamin K alam yaitu
vitamin K1 (filokuinon=fitonadion) dan vitamin K2 ( senyawa menakuinon ), dan satu jenis
vitamin K sintetik vitamin K1, yang digunakan untuk pengobatan , terdapat pada kloroplas
sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin K 2 disintesis oleh bakteri usus terutama
oleh bakteri Gram-positif. Vitamin K sintetik yaitu K3 ( manadion ) merupakan derivat
naftokuinon, dengan aktivitas yang mendekati vitamin K alam. Derivatnya yang larut dalam
air, menadion natrium diposfat, didalam tubuh diubahnya menjadi manadion.
Kebanyakan sumber vitamin K didalam tubuh adalah hasil sintesis oleh bakteri di dalam
sistem pencernaan. Sistem pencernaan dari manusia mengandung bakteri yang dapat
mensintesis vitamin K, yang sebagian diserap dan disimpan didalam hati. Tubuh perlu
mendapat tambahan vitamin K dari makanan. Sumber vitamin K dalam makanan adalah
hati, sayur-sayuran berwarna hijau yang berdaun banyak, sayuran sejenis kubis (kol) dan
susu.
Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas, tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam dan
alkali. Vitamin K sangat penting bagi pembentukan protrombin. Kadar protrombin yang
tinggi di dalam darah mengindikasikan baiknya daya penggumpalan darah. Vitamin K juga
dibutuhkan untuk pembentukan tulang. Jika vitamin K tidak terdapat dalam tubuh, darah
tidak dapat membeku. Hal ini dapat menyebabkan penyakit hemoragik. Bagaimanapun,
jarang terjadi kekurangan vitamin K: hanya bayi yang mudah mengalami hal tersebut. Hal
ini karena sistem pencernaan bayi yang baru lahir masih steril dan tidak mengandung bakteri
yang dapat mensintesis vitamin K, air susu ibu mengandung hanya sejumlah kecil vitamin
K. Untuk itu bayi diberi sejumlah vitamin K saat lahir (winarno, 2002).
Keracunan vitamin K terjadi hanya pada orang yang menerima pengganti vitamin K larut
air. Gejala-gejalanya adalah hemolisis sel darah merah, penyakit kuning dan kerusakan otak.
b. Bahan
Sampel sayuran hijau 5 macam
Air 5 liter
Larutan asam asetat 70 ml
Larutan kalium-sianida 0,2 ml
Larutan methanol 20 ml
Tambahan reagen diperlukan sebagai persiapan di fase gerak untuk metode HPLC. Pada
uji kadar vitamin K, reagen yang ditambahkan adalah larutan buffer asam asetat guna
mempertahankan pH pada daerah asam yaitu (pH < 7), karena pada keadaan asam adalah kondisi
optimum bagi fasa gerak dan memberikan hasil yang lebih baik untuk pemisahan. Agar
menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam asetat maka perlu adanya
percampuran dengan basa kuat yaitu kalium-sianida. Masing – masing diberi tambahan aquades
untuk pengenceran antara asam asetat dan kalium-sianida hingga tanda tera.
5.1 Kesimpulan
HPLC sebagai suatu metode pemisahan memiliki beberapa keuntungan yaitu
menghasilkan pemisahan yang sangat cepat, dapat memisahkan zat-zat yang tidak mudah
menguap ataupun tak tahan panas, banyak pilihan fasa geraknya, mudah untuk
mendapatkan kembali cuplikan, karena detector pada KCKT tidak merusak komponen zat
yang dianalisis, dan dapat dirangkai dengan instrumen lain untuk meningkatkan efisiensi
pemisahan. Sedangkan kekurangannya adalah larutan harus dicari fase diamnya terlebih
dahulu, hanya bisa digunakan untuk asam organic, harus mengetahui kombinasi yang
optimum antara pelarut, analit, dan gradient elusi, harganya mahal sehingga
penggunaannya dalam lingkup penelitian yang terbatas.
Spektrofotometri UV memang lebih simpel dan mudah, terutama pada bagian
preparasi sample. Namun harus hati-hati juga, karena banyak kemungkinan terjadi
interferensi dari senyawa lain selain analat yang juga menyerap pada panjang gelombang
UV. Hal ini berpotensi menimbulkan bias pada hasil analisa.
Dalam analisis vitamin K, penggunaan metode HPLC lebih dianggap efisien dan
memiliki spesifitas tinggi untuk mendapatkan data dibandingkan spektofotometri yang
dianggap memiliki efisiensi dan spesifitas rendah dalam analisis Vitamin K.
5.2 Saran
Dalam melakukan analisis vitamin K dengan metode instrument HPLC maupun
spektrofotometri diperlukan ketelitian dalam penyiapan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Bender. AD. 2003. Nutritional Biochemistry of The Vitamins. 2th Ed. Cambridge
University Press, New York.
Gul Wajiha, dkk. 2015. Methods of Analysis of Vitamin K : A Review. ISSN 2311-4673:
Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science, volume 3, issue 1, 2015). Pakistan.
Kadek Suciari, Puri Ni Putu, dkk. 2015. Analisis Vitamin. Jurusan Analis
Kesehatan:Politeknik Kesehatan Denpasar.
Khusnul K, Maria Ulfah, Nurul Anam. 2011. Analisis Kekurangan Vitamin pada
Manusia. Pekalongan: STMIK Widya Pratama.
MS, Hardiansyah. MPS, I Dewa Nyoman Supariasa. 2016. Ilmu Gizi Teori & Aplikasi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Simone Aparecida, dkk. 2017. Vitamin K: Content in Food Consumed in Sao Paulo,
Brazil. ISSN 2175-9790, Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences, Sci, 2017:53(2):e15197).
Brazil.
Zile M. 2003. Vitamin A deficiencies and excess, Dalam: Behrman, R.E., Kliegman,
R.M., Jenson, H.B., Stanton, B.F. (eds.), Nelson textbook of Pediatrics Edisi 18, W.B. Saunders
Inc., Philadelphia:177-180.