Anda di halaman 1dari 17

METABOLISME VITAMIN C

Mata Kuliah: Metabolisme Zat Gizi Mikro


Dosen Pengampuh: Dr. Rostika Flora, S.Kep., AIF

Kelompok 2
Jihan Diadara 10021181722020
Wulan Salsabillah Putri 10021381722056
Muhammad Aldy Nurdin 10021381722057
Karmila Tri Setianingrum 10021381722061
Tiona Berlian A Bee 10021381722063
Ghina Raniya Suha 10021381722076
Nadira Eldyana 10021381722081

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYAKARAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah

Metabolisme Vitamin C sebagai tugas mata kuliah metabolisme zat gizi mikro ini dapat

tersusun. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah

berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah Metabolisme Vitamin

C ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami

sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Inderalaya, 24 Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………... ii


DAFTAR ISI …………………………………………………………….……..... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...…....... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………..……… 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………....….….. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Vitamin C……………………………..……………………………….………. 3
2.2 Fungsi Vitamin C ……….…………………………………………...………… 5
2.3 Metabolisme Vitamin C …….…………………………………………………. 5
2.4 Transportasi Vitamin C ……………………………………………………….. 7
2.5 Sumber Vitamin C …………………………………………………………….. 8
2.6 Angka Kecukupan Vitamin C …………………………………………………. 8
2.7 Dampak Dari Kekurangan atau Kelebihan Vitamin C .……………………..… 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………… 12

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagian besar vitamin larut air merupakan komponen sistem enzim yang banyak
terlibat dalam membantu metabolisme energi. Vitamin larut air biasanya tidak disimpan
di dalam tubuh dan akan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah kecil. Oleh sebab itu,
dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin larut air setiap hari untuk mencegah
kekurangan yang dapat mengganggu fungsi normal tubuh.
Salah satu contoh vitamin larut air ialah vitamin C. Vitamin C ialah kristal putih
yang mudah larut di dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi
dalam keadaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara
(oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan ada nya tembaga dan
besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam.
Vitamin C adalah vitamin yang paling labil.
Vitamin C adalah derivat heksana dan digolongkan sebagai suatu karbohidrat asam
askorbat yang mudah teroksidasi dan berubah menjadi dehidroaskorbat yang mudah
pula tereduksi kembali menjadi asam askorbat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu vitamin C?
2. Apa saja fungsi dari vitamin C?
3. Bagaimana metabolisme dari vitamin C?
4. Bagaimana transport vitamin C di tubuh?
5. Apa saja sumber vitamin C?
6. Berapakah AKG vitamin C?
7. Apa saja dampak apabila kelebihan maupun kekurangan vitamin C?

1.3 Tujuan
1. Untuk lebih dapat memahami apa itu vitamin C.

1
2. Untuk lebih mengetahui dan memahami berbagai macam fungsi dari vitamin C.
3. Untuk mengetahui bagaimana metabolisme vitamin C.
4. Untuk mengetahui bagaimana transport vitamin C di dalam tubuh.
5. Untuk lebih mengetahui apa saja sumber makanan yang mengandung vitamin C.
6. Untuk mengetahui berapa anjuran vitamin C perharinya.
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja dampak kelebihan dan kekurangan
vitamin C.

2
BAB II
ISI

2.1 Vitamin C
Vitamin C adalah derivat heksana dan digolongkan sebagai suatu karbohidrat
asam askorbat yang mudah teroksidasi dan berubah menjadi dehidroaskorbat yang
mudah pula tereduksi kembali menjadi asam askorbat. Struktur vitamin C sangat mirip
dengan glukosa dan sebagian besar mamalia, sumber vitamin C sebagian besar berasal
dari sayuran dan buah-buahan segar. Vitamin C atau sering disebut sebagai asam
askorbat penting bagi banyak reaksi oksidasi di dalam tubuh, misalnya oksidasi tirosin
dan fenilalanin memerlukan suplai asam askorbat yang adekuat.
Secara fisiologis, fungsi utama vitamin C atau asam askorbat mempertahankan
zat intersel normal di seluruh tubuh. Hal ini termasuk dalam pembentukan kolagen
karena kerja perangsangan vitamin C dalam sintesis hidrosiprolin, suatu unsur kolagen.
Vitamin C juga memungkinkan untuk meningkatkan zat semen intersel antar sel-sel,
pembentukan matriks tulang, dan pembentukan dentin gigi.
vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan
alkali. Kehilangan vitamin C pada makanan dapat terjadi pada saat pengolahan makanan
tersebut. Pangandapat kehilangan vitamin C sejak dipanen hingga sampai di meja
makan. Keadaan yang menyebabkan hilangnya vitamin C adalah :

- Lama disimpan dalam suhu panas.


- Membiarkan lama terbuka pada udara sehingga terjadi oksidasi.
- Perendaman dan pencucian dalam air.
- Memasak dengan suhu yang tinggi dalam waktu yang lama.
- Memasak dalam panci besi atau tembaga.
- Membiarkan makanan sesudah dimasak dalam waktu yang lama pada suhu
kamar atau suhu panas sebelum dimakan.

3
2.2 Fungsi Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak
sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Beberapa turunan vitamin C
seperti asam eritrobik, dan askorbik palmitat digunakan sebagai antioksidan di dalam
industri pangan untuk mencegah proses menjadi tengik, perubahan warna (browning)
pada buah-buahan dan untuk mengawetkan daging.
Banyak proses metabolisme ng dipengaruhi oleh asam askorbat tetapi
mekanisme nya belum diketahui pasti. Selain itu, terdapat beberapa fungsi lain dari
vitamin C, yaitu:

 Sintesis Kolagen
Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengn pembentukan kolagen.
Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasis prolin dan lisin menjadi hidrosiprolin,
bahan penting untuk pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa
protein yang mempengaruhi integritas struktur sel disemua jaringan ikat seperti
pada tulang rawan, matriks tulang, dentin gigi, membran kapiler, kulit dan
tendon (urat otot). Dengan demikian, vitamin C berperan dalam penyembuhan
luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi.

 Sintesis Karnitin, Noradrenalin, Serotinin, dll.


Karnitin memegang peran dalam mengangkut asam lemak-rantai panjang
ke dalam mitokondria untuk dioksidasi, karnitin menurun pada defisiensi
vitamin yang disertai dengan rasa lemah dan lelah.
Perubahan dopamin menjadi noradrenalin membutuhkan vitamin C.
Vitamin C berperan dalam perubahan triptofan menjadi 5-hidroksitrifan dan
pembawa saraf serotonin. Asam askorbat juga berperan dalam hidroksilasi
berbagai streoid di dalam jaringan adrenal. Konsentrasi vitamin C di dalam
kelenjar adrenal menurun bila aktivitas hormon adrenal meningkat. Dalam
keadaan stres emosional, psikologis atau fisik, eksresi vitamin C melui urine

4
meningkat. Vitamin C diperlukan untuk oksidasi fenilalanin dan tirosin dan
perubahan folasin menjadi asam tetrahidrofolat.

 Absropsi dan Metabolisme Fe (besi)


Vitamin C mereduksi Fe3 (feri) menjadi Fe2 (fero) dalam usus halus
sehingga mudah diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin
yang sukar dimobilisasi untuk membebaskan Fe bila diperlukan. Absorpsi Fe
dalam bentuk nonheme meningkat empat kali lipat bila ada vitamin C. Vitamin
C berperan dalam memindahkan Fe dari transferin di dalam plasma ke feritin
hati.

 Absropsi Kalsium
Vitamin C juga membantu absorpsi kalsium dengan menjaga agar
kalsium berada dalam bentuk larutan.

 Mencegah Kanker dan Penyakit Jantung


Vitamin C dapat mencegah pembentukan nitrosamin yang bersifat
karsinogenik. Vitamin C juga dapat menjadi antioksidan yang diduga dapat
mempengaruhi pembentukan sel-sel tumor. Akan tetapi hal ini belum dapat
dibuktikan secara ilmiah. Vitamin C diduga dapat menurunkan taraf trigliserida
serum tinggi yang berperan dalam terjadinya penyakit jantung.

2.3 Metabolisme Vitamin C


Vitamin C mudah diabsorbsi dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas
usus halus lalu masuk ke peredaran darah melalui vena porta. Rata-rata absorbsi adalah
90% untuk konsumsi sekitar 20-120 mg sehari. Konsumsi vitamin C yang tinggi sampai
12 gram (sebagai pil) hanya diabsorbsi sebanyak 16%. Vitamin C kemudian dibawa ke
semua jaringan. Konsentrasi tertinggi adalah di dalam jaringan adrenal, pituitari, dan
retina.
Vitamin C dapat diserap oleh usus dengan cara difusi sederhana atau dengan
cara transpor aktif (Na-dependent active transpor mechanism). efisiensi penyerapan

5
oleh usus menurun dengan meningkatnya jumlah vitamin C yang dikonsumsi. Vitamin
C diserap oleh usus melalui mekanisme :
- Difusi pasif.
- Mekanisme transpor Na-dependent.
Kemudian bersirkulasi di dalam darah dan mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.
Penyerapan vitamin C tergantung pada dosis konsumsi. Semakin tinggi dosis
maka akan semakin rendah penyerapan vitamin C (tabel 3.1). vitamin C yang tidak
terserap akan masuk ke dalam usus besarmenyebabkan perubahan tekanan osmotik
sehingga feses berair dan dapat menyebabkan diare. Vitamin C dieskresikan melalui
urine apabila kadarnya di dalam plasma darah lebih dari 1,2-1,5 mg/dl (body pool = 1,5
g/dl).
Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila konsumsi mencapai
100 mg sehari. Jumlah ni dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan. Tanda-
tanda skorbt akan terjadi bila persediaan tinggal 300 mg. Apabila konsumsi vitamin C
melebihi taraf kejenuhan berbagai jaringan maka dikeluarkan melalui urine dalam
bentuk asam oksalat. Pada konsumsi melebihi 100 mg sehari kelebihan akan
dikeluarkan sebagai asam askorbat atau sebagai karbondioksida melalui pernapasan.
Makanan yang mengandung tinggi seng atau pektin dapat mengurangi absorbsi
vitamin C sedangkan zat-zat di dalam ekstrak jeruk dapat meningkatkan absorbsi. Status
vitamin C tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik, seperti :
 Pendarahan gusi.
 Pendarahan kapiler di bawah kulit.
Tanda dini kekurangan vitamin C dapat diketahui bila kadar vitamin C darah di bawah
0,20 mg/dl.

Dosis (mg) Penyerapan (%)


30-60 100
90 80
1500 49
3000 36
Tabel 3.1 Tingkat Penyerapan Vitamin C

6
2.4 Transportasi Vitamin C
Asam askorbat diserap dalam tubuh melalui transportasi aktif dan difusi
sederhana. Sodium-Dependent Active Transport-Sodium-Ascorbate Co-Transporter
(SVCTs) dan Hexose transporter (GLUTs) - adalah dua protein transporter yang
diperlukan untuk penyerapan aktif. SVCT1 dan SVCT2 mengimpor bentuk askorbat
tereduksi melintasi membran plasma. GLUT1 dan GLUT3 adalah pengangkut glukosa,
dan hanya mentransfer bentuk vitamin C dehydroascorbic acid (DHA). Meskipun asam
dehydroascorbic diserap dalam tingkat yang lebih tinggi daripada askorbat, jumlah asam
dehydroascorbic yang ditemukan dalam plasma dan jaringan dalam kondisi normal
rendah, karena sel-sel cepat mengurangi asam dehydroascorbic menjadi askorbat.
SVCTs tampaknya menjadi sistem utama untuk transportasi vitamin C dalam
tubuh, pengecualian yang menonjol adalah sel darah merah, yang kehilangan protein
SVCT selama pematangan. Dalam synthesizer vitamin C (contoh: tikus) dan non-
synthesizer (contoh: manusia) sel dengan beberapa pengecualian mempertahankan
konsentrasi asam askorbat jauh lebih tinggi dari perkiraan sekitar 50 mikromol / liter
(μmol / L) yang ditemukan dalam plasma. Misalnya, kandungan asam askorbat kelenjar
hipofisis dan adrenal dapat melebihi 2.000 μmol / L, dan otot berada pada 200-300
μmol / L. Fungsi koenzimatik asam askorbat yang diketahui tidak memerlukan
konsentrasi tinggi, sehingga mungkin ada fungsi lainnya yang belum diketahui.
Konsekuensi dari semua kandungan organ ini adalah bahwa vitamin C plasma bukan
indikator yang baik untuk status seluruh tubuh, dan orang-orang mungkin berbeda
dalam jumlah waktu yang diperlukan untuk menunjukkan gejala defisiensi ketika
mengonsumsi makanan yang sangat rendah vitamin C.
Ekskresi vitamin c dapat berupa asam askorbat, melalui urin. Pada manusia,
pada saat asupan makanan rendah, vitamin C diserap kembali oleh ginjal daripada
diekskresikan. Hanya ketika konsentrasi plasma 1,4 mg / dL atau lebih tinggi, re-
absorpsi menurun dan jumlah berlebih masuk ke urin dengan bebas. Proses
penyelamatan ini menunda timbulnya defisiensi. Asam askorbat juga diubah (reversibel)
menjadi dehydroascorbate (DHA) dan dari senyawa itu secara non-reversibel menjadi
2,3-diketogluonat dan kemudian oksalat. Ketiga senyawa ini juga diekskresikan melalui
urin. Manusia lebih baik daripada kelinci percobaan dalam mengubah DHA kembali

7
menjadi askorbat, dan karenanya membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi
kekurangan vitamin C.

2.5 Sumber Vitamin C


Vitamin C pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan
buah terutama yang asam seperti jeruk, nanas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat.
Vitamin C juga banyat terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol.
Kandungan vitamin C beberapa bahan makanan, adalah sebagai berikut :

Bahan makanan Mg Bahan Makanan Mg


Daun singkong 275 Jambu monyet 197
Daun pepaya 140 Jambu biji 95
Sawi 102 Gandaria (masak) 110
Kol 50 Pepaya 78
Bayam 60 Jeruk nipis 27
Tomat masak 40 Nanas 24
Kangkung 30 Rambutan 58

2.6 Angka Kecukupan Vitamin C


Peningkatan konsumsi vitamin C dibutuhkan dalam keadaan stres psikologik
atau fisik, seperti luka, panas tinggi atau suhu lingkungan yang tinggi dan pada perokok.
Bila mengkonsumsi vitamin C melebihi kebutuhan dalam jumlah sedang, kelebihan
vitamin C akan dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Pada tingkat lebih tinggi (500
mg atau lebih) akan dimetabolisme menjadi asam oksalat. Dalam jumlah banyak asam
oksalat di dalam ginjal dapat diubah menjadi batu ginjal. Sehingga dalam
mengkonsumsi vitamin C dalam dosis yang tinggi tidak dianjurkan. Angka kecukupan
vitamin C sehari menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004), ialah :

8
Golongan Umur AKC Golongan Umur AKC
(mg) (mg)
0-6 bln 40 Hamil + 10
7-11 bln 40
1-3 th 40 Menyusui :
4-6 th 45 0-6 bln + 25
7-9 th 45 7-12 bln + 25

Pria : Wanita :
10-12 th 50 10-12 th 50

13-15 th 75 13-15 th 65
16-18 th 90 16-18 th 75
19-29 th 90 19-29 th 75
30-49 th 90 30-49 th 75
50-64 th 90 50-64 th 75
≥ 65 th 90 ≥ 65 th 75

2.7 Dampak Dari Kekurangan atau Kelebihan Vitamin C

Akibat kekurangan Vitamin C


Apabila tubuh mengalami defisiensi micronutrient terutama defisiensi vitamin C
maka akan terjadi beberapa gangguan pada tubuh, antara lain :
 Skorbut
Defisiensi asam askorbat selama 20 sampai 30 minggu dapat menyebab
skorbut atau scurvy. Salah satu efek terpenting skorbut adalah kegagalan dalam
penyembuhan luka. Hal ini disebabkan oleh kegagalan sel mengendapkan fibril-
fibril kolaen dan zat semen intersel. Sebagai akibatnya, penyembuhan luka dapat
memerlukan waktu yang lebih lama.

9
Dinding pembuluh darah menjadi sangat rapuh karena adanya kegagalan
sel-sel endotel disemen satu sama lain dengan baik. Khususnya kapiler
cenderung pecah dan sebagai akibatnya banyak terjadi petekia hemoragik kecil-
kecil di seluruh tubuh. Pada scurvy yang ekstrim, sel-sel otot terdang
terfragmentasi, terjadi lesi-lesi pada gusi dan goyangnya gigi, timbul infeksi
pada mulut, muntah darah, feses berdarah, dan pendarahan otak yang semua nya
dapat terjadi dan terkadang diawali dengan demam tinggi sebelum seseorang
tersebut meninggal.
kekurangan vitamin C akan terjadi skorbut, akan tetapi skorbut dalam
bentuk berat saat ini jarang terjadi, karena sudah diketahui cara mencegah terjadi
dan mencegah skorbut. Terdapat tanda-tanda awal terjadi nya skorbut ialah :
 Lelah, lemah.
 Napas pendek.
 Kejang otot.
 Tulang, otot, dan persendian sakit.
 Kurang nafsu makan.
 Kulit menjadi kering, kasar, dan gatal.
 Warna merah kebiruan di bawah kulit.
 Pedarahan gusi dan kedudukan gigi menjadi longgar.
 Mulut dan mata kering.
 Rambut rontok.
Di samping itu luka sukar sembuh, terjadi anemia, dan terkadang jumlah
sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Gangguan
saraf dapat terjadi berupa histeria, depresi diikuti oleh gangguan psikomotor.
Gejala skorbut akan terlihat bila taraf dalam serum turun di bawah 0,2 ml/dl.

 Gangguan tulang
Kekurangan asam askorbat menyebabkan penghentian pertubuhan
tulang. Sel-sel epifisis yang sedang tumbuh terus berpoliferasi, tetapi tidak ada
matriks yang baru diletakan antara sel-sel dan fraktur tulang mudah terjadi pada
tempat pertumbuhan karena kegagalan osifikasi. Apabila fraktur tulang telah

10
mengalami kalsifikasi pada orang dengan defisiensi asam askorbat, osteoblast
tidak dapat menyekresi matriks baru untuk pengendapan tulang baru. Akibatnya,
tulang yang patah tidak sembuh.

Akibat Kelebihan Vitamin C


Kelebihan vitamin C berasal dari makanan tidak menimbulkan gejala. Tetapi
konsumsi vitamin C berupa suplemen secara berlebihan setiap hari dapat menimbulkan
hiperoksaluria dan risiko lebih tinggi terhadap batu ginjal. Dengan konsumsi 5-10 gram
vitamin C baru sedikit asam askorbat yang dikeluarkan melalui urine. Risiko batu
oksalat dengan suplemen vitamin C dosis tinggi dengan demikian rendah menjadi
berarti pada seseorang yang mempunyai kecenderungan untuk pembentukan batu ginjal.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Vitamin c merupakan vitamin yang larut dalam air yang berfungsi sebagai
antioksidan. Konsentrasi tertinggi vitamin ini berada di dalam jaringan adrenal, pituitary
dan retina. Sumber dari vitamin c banyak terdapat pada buah-buahan seperti jeruk,
stroberi, dll. Vitamin c sendiri berfungsi sebagai sintesis kolagen, absorpsi dan
metabolisme besi, mencegah Infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung. Akibat
yang ditimbulkan jika kekurangan vitamin ini adalah penyakit skorbut dan jika
kelebihan mengkonsumsi suplemen vitamin c akan menderita penyakit batu ginjal,
selain itu apabila kelebihan dalam mengkonsumsi vitamin C maka akan berdampak
pada penyerapan vitamin C. Semakin banyak vitamin C yang dikonsumsi maka akan
semakin sedikit vitamin C yang akan terserap. Akibatnya, vitamin C yang tidak terserap
akan masuk ke dalam usus besar dan menyebabkan perubahan tekanan osmotik
sehingga feses berair dan dapat berdampak ke diare.

12
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Andrianto, Petrus (alih bahasa). 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta: Buku Kedoktern EGC.

Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi. Bandung: Alfabeta.

Proerawati, Atikah. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawata & Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.

13

Anda mungkin juga menyukai