Kelompok 2
Jihan Diadara 10021181722020
Wulan Salsabillah Putri 10021381722056
Muhammad Aldy Nurdin 10021381722057
Karmila Tri Setianingrum 10021381722061
Tiona Berlian A Bee 10021381722063
Ghina Raniya Suha 10021381722076
Nadira Eldyana 10021381722081
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
Metabolisme Vitamin C sebagai tugas mata kuliah metabolisme zat gizi mikro ini dapat
tersusun. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah Metabolisme Vitamin
C ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami
sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………...…....... 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………..……… 1
1.3 Tujuan ………………………………………………………………....….….. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Vitamin C……………………………..……………………………….………. 3
2.2 Fungsi Vitamin C ……….…………………………………………...………… 5
2.3 Metabolisme Vitamin C …….…………………………………………………. 5
2.4 Transportasi Vitamin C ……………………………………………………….. 7
2.5 Sumber Vitamin C …………………………………………………………….. 8
2.6 Angka Kecukupan Vitamin C …………………………………………………. 8
2.7 Dampak Dari Kekurangan atau Kelebihan Vitamin C .……………………..… 9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk lebih dapat memahami apa itu vitamin C.
1
2. Untuk lebih mengetahui dan memahami berbagai macam fungsi dari vitamin C.
3. Untuk mengetahui bagaimana metabolisme vitamin C.
4. Untuk mengetahui bagaimana transport vitamin C di dalam tubuh.
5. Untuk lebih mengetahui apa saja sumber makanan yang mengandung vitamin C.
6. Untuk mengetahui berapa anjuran vitamin C perharinya.
7. Untuk mengetahui dan memahami apa saja dampak kelebihan dan kekurangan
vitamin C.
2
BAB II
ISI
2.1 Vitamin C
Vitamin C adalah derivat heksana dan digolongkan sebagai suatu karbohidrat
asam askorbat yang mudah teroksidasi dan berubah menjadi dehidroaskorbat yang
mudah pula tereduksi kembali menjadi asam askorbat. Struktur vitamin C sangat mirip
dengan glukosa dan sebagian besar mamalia, sumber vitamin C sebagian besar berasal
dari sayuran dan buah-buahan segar. Vitamin C atau sering disebut sebagai asam
askorbat penting bagi banyak reaksi oksidasi di dalam tubuh, misalnya oksidasi tirosin
dan fenilalanin memerlukan suplai asam askorbat yang adekuat.
Secara fisiologis, fungsi utama vitamin C atau asam askorbat mempertahankan
zat intersel normal di seluruh tubuh. Hal ini termasuk dalam pembentukan kolagen
karena kerja perangsangan vitamin C dalam sintesis hidrosiprolin, suatu unsur kolagen.
Vitamin C juga memungkinkan untuk meningkatkan zat semen intersel antar sel-sel,
pembentukan matriks tulang, dan pembentukan dentin gigi.
vitamin C mudah larut dalam air dan mudah rusak oleh oksidasi, panas, dan
alkali. Kehilangan vitamin C pada makanan dapat terjadi pada saat pengolahan makanan
tersebut. Pangandapat kehilangan vitamin C sejak dipanen hingga sampai di meja
makan. Keadaan yang menyebabkan hilangnya vitamin C adalah :
3
2.2 Fungsi Vitamin C
Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh, sebagai koenzim atau
kofaktor. Asam askorbat adalah bahan yang kuat kemampuan reduksinya dan bertindak
sebagai antioksidan dalam reaksi-reaksi hidroksilasi. Beberapa turunan vitamin C
seperti asam eritrobik, dan askorbik palmitat digunakan sebagai antioksidan di dalam
industri pangan untuk mencegah proses menjadi tengik, perubahan warna (browning)
pada buah-buahan dan untuk mengawetkan daging.
Banyak proses metabolisme ng dipengaruhi oleh asam askorbat tetapi
mekanisme nya belum diketahui pasti. Selain itu, terdapat beberapa fungsi lain dari
vitamin C, yaitu:
Sintesis Kolagen
Fungsi vitamin C banyak berkaitan dengn pembentukan kolagen.
Vitamin C diperlukan untuk hidroksilasis prolin dan lisin menjadi hidrosiprolin,
bahan penting untuk pembentukan kolagen. Kolagen merupakan senyawa
protein yang mempengaruhi integritas struktur sel disemua jaringan ikat seperti
pada tulang rawan, matriks tulang, dentin gigi, membran kapiler, kulit dan
tendon (urat otot). Dengan demikian, vitamin C berperan dalam penyembuhan
luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi.
4
meningkat. Vitamin C diperlukan untuk oksidasi fenilalanin dan tirosin dan
perubahan folasin menjadi asam tetrahidrofolat.
Absropsi Kalsium
Vitamin C juga membantu absorpsi kalsium dengan menjaga agar
kalsium berada dalam bentuk larutan.
5
oleh usus menurun dengan meningkatnya jumlah vitamin C yang dikonsumsi. Vitamin
C diserap oleh usus melalui mekanisme :
- Difusi pasif.
- Mekanisme transpor Na-dependent.
Kemudian bersirkulasi di dalam darah dan mempunyai aktivitas sebagai antioksidan.
Penyerapan vitamin C tergantung pada dosis konsumsi. Semakin tinggi dosis
maka akan semakin rendah penyerapan vitamin C (tabel 3.1). vitamin C yang tidak
terserap akan masuk ke dalam usus besarmenyebabkan perubahan tekanan osmotik
sehingga feses berair dan dapat menyebabkan diare. Vitamin C dieskresikan melalui
urine apabila kadarnya di dalam plasma darah lebih dari 1,2-1,5 mg/dl (body pool = 1,5
g/dl).
Tubuh dapat menyimpan hingga 1500 mg vitamin C bila konsumsi mencapai
100 mg sehari. Jumlah ni dapat mencegah terjadinya skorbut selama tiga bulan. Tanda-
tanda skorbt akan terjadi bila persediaan tinggal 300 mg. Apabila konsumsi vitamin C
melebihi taraf kejenuhan berbagai jaringan maka dikeluarkan melalui urine dalam
bentuk asam oksalat. Pada konsumsi melebihi 100 mg sehari kelebihan akan
dikeluarkan sebagai asam askorbat atau sebagai karbondioksida melalui pernapasan.
Makanan yang mengandung tinggi seng atau pektin dapat mengurangi absorbsi
vitamin C sedangkan zat-zat di dalam ekstrak jeruk dapat meningkatkan absorbsi. Status
vitamin C tubuh ditetapkan melalui tanda-tanda klinik, seperti :
Pendarahan gusi.
Pendarahan kapiler di bawah kulit.
Tanda dini kekurangan vitamin C dapat diketahui bila kadar vitamin C darah di bawah
0,20 mg/dl.
6
2.4 Transportasi Vitamin C
Asam askorbat diserap dalam tubuh melalui transportasi aktif dan difusi
sederhana. Sodium-Dependent Active Transport-Sodium-Ascorbate Co-Transporter
(SVCTs) dan Hexose transporter (GLUTs) - adalah dua protein transporter yang
diperlukan untuk penyerapan aktif. SVCT1 dan SVCT2 mengimpor bentuk askorbat
tereduksi melintasi membran plasma. GLUT1 dan GLUT3 adalah pengangkut glukosa,
dan hanya mentransfer bentuk vitamin C dehydroascorbic acid (DHA). Meskipun asam
dehydroascorbic diserap dalam tingkat yang lebih tinggi daripada askorbat, jumlah asam
dehydroascorbic yang ditemukan dalam plasma dan jaringan dalam kondisi normal
rendah, karena sel-sel cepat mengurangi asam dehydroascorbic menjadi askorbat.
SVCTs tampaknya menjadi sistem utama untuk transportasi vitamin C dalam
tubuh, pengecualian yang menonjol adalah sel darah merah, yang kehilangan protein
SVCT selama pematangan. Dalam synthesizer vitamin C (contoh: tikus) dan non-
synthesizer (contoh: manusia) sel dengan beberapa pengecualian mempertahankan
konsentrasi asam askorbat jauh lebih tinggi dari perkiraan sekitar 50 mikromol / liter
(μmol / L) yang ditemukan dalam plasma. Misalnya, kandungan asam askorbat kelenjar
hipofisis dan adrenal dapat melebihi 2.000 μmol / L, dan otot berada pada 200-300
μmol / L. Fungsi koenzimatik asam askorbat yang diketahui tidak memerlukan
konsentrasi tinggi, sehingga mungkin ada fungsi lainnya yang belum diketahui.
Konsekuensi dari semua kandungan organ ini adalah bahwa vitamin C plasma bukan
indikator yang baik untuk status seluruh tubuh, dan orang-orang mungkin berbeda
dalam jumlah waktu yang diperlukan untuk menunjukkan gejala defisiensi ketika
mengonsumsi makanan yang sangat rendah vitamin C.
Ekskresi vitamin c dapat berupa asam askorbat, melalui urin. Pada manusia,
pada saat asupan makanan rendah, vitamin C diserap kembali oleh ginjal daripada
diekskresikan. Hanya ketika konsentrasi plasma 1,4 mg / dL atau lebih tinggi, re-
absorpsi menurun dan jumlah berlebih masuk ke urin dengan bebas. Proses
penyelamatan ini menunda timbulnya defisiensi. Asam askorbat juga diubah (reversibel)
menjadi dehydroascorbate (DHA) dan dari senyawa itu secara non-reversibel menjadi
2,3-diketogluonat dan kemudian oksalat. Ketiga senyawa ini juga diekskresikan melalui
urin. Manusia lebih baik daripada kelinci percobaan dalam mengubah DHA kembali
7
menjadi askorbat, dan karenanya membutuhkan waktu lebih lama untuk menjadi
kekurangan vitamin C.
8
Golongan Umur AKC Golongan Umur AKC
(mg) (mg)
0-6 bln 40 Hamil + 10
7-11 bln 40
1-3 th 40 Menyusui :
4-6 th 45 0-6 bln + 25
7-9 th 45 7-12 bln + 25
Pria : Wanita :
10-12 th 50 10-12 th 50
13-15 th 75 13-15 th 65
16-18 th 90 16-18 th 75
19-29 th 90 19-29 th 75
30-49 th 90 30-49 th 75
50-64 th 90 50-64 th 75
≥ 65 th 90 ≥ 65 th 75
9
Dinding pembuluh darah menjadi sangat rapuh karena adanya kegagalan
sel-sel endotel disemen satu sama lain dengan baik. Khususnya kapiler
cenderung pecah dan sebagai akibatnya banyak terjadi petekia hemoragik kecil-
kecil di seluruh tubuh. Pada scurvy yang ekstrim, sel-sel otot terdang
terfragmentasi, terjadi lesi-lesi pada gusi dan goyangnya gigi, timbul infeksi
pada mulut, muntah darah, feses berdarah, dan pendarahan otak yang semua nya
dapat terjadi dan terkadang diawali dengan demam tinggi sebelum seseorang
tersebut meninggal.
kekurangan vitamin C akan terjadi skorbut, akan tetapi skorbut dalam
bentuk berat saat ini jarang terjadi, karena sudah diketahui cara mencegah terjadi
dan mencegah skorbut. Terdapat tanda-tanda awal terjadi nya skorbut ialah :
Lelah, lemah.
Napas pendek.
Kejang otot.
Tulang, otot, dan persendian sakit.
Kurang nafsu makan.
Kulit menjadi kering, kasar, dan gatal.
Warna merah kebiruan di bawah kulit.
Pedarahan gusi dan kedudukan gigi menjadi longgar.
Mulut dan mata kering.
Rambut rontok.
Di samping itu luka sukar sembuh, terjadi anemia, dan terkadang jumlah
sel darah putih menurun, serta depresi dan timbul gangguan saraf. Gangguan
saraf dapat terjadi berupa histeria, depresi diikuti oleh gangguan psikomotor.
Gejala skorbut akan terlihat bila taraf dalam serum turun di bawah 0,2 ml/dl.
Gangguan tulang
Kekurangan asam askorbat menyebabkan penghentian pertubuhan
tulang. Sel-sel epifisis yang sedang tumbuh terus berpoliferasi, tetapi tidak ada
matriks yang baru diletakan antara sel-sel dan fraktur tulang mudah terjadi pada
tempat pertumbuhan karena kegagalan osifikasi. Apabila fraktur tulang telah
10
mengalami kalsifikasi pada orang dengan defisiensi asam askorbat, osteoblast
tidak dapat menyekresi matriks baru untuk pengendapan tulang baru. Akibatnya,
tulang yang patah tidak sembuh.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Vitamin c merupakan vitamin yang larut dalam air yang berfungsi sebagai
antioksidan. Konsentrasi tertinggi vitamin ini berada di dalam jaringan adrenal, pituitary
dan retina. Sumber dari vitamin c banyak terdapat pada buah-buahan seperti jeruk,
stroberi, dll. Vitamin c sendiri berfungsi sebagai sintesis kolagen, absorpsi dan
metabolisme besi, mencegah Infeksi, mencegah kanker dan penyakit jantung. Akibat
yang ditimbulkan jika kekurangan vitamin ini adalah penyakit skorbut dan jika
kelebihan mengkonsumsi suplemen vitamin c akan menderita penyakit batu ginjal,
selain itu apabila kelebihan dalam mengkonsumsi vitamin C maka akan berdampak
pada penyerapan vitamin C. Semakin banyak vitamin C yang dikonsumsi maka akan
semakin sedikit vitamin C yang akan terserap. Akibatnya, vitamin C yang tidak terserap
akan masuk ke dalam usus besar dan menyebabkan perubahan tekanan osmotik
sehingga feses berair dan dapat berdampak ke diare.
12
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Andrianto, Petrus (alih bahasa). 2012. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit.
Jakarta: Buku Kedoktern EGC.
Proerawati, Atikah. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawata & Gizi Kesehatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
13