Anda di halaman 1dari 20

Patologi 1 ( Penyakit Menular )

Proses Peradangan dan Infeksi

Kelompok 4

Aulia Dwi Maharani (10021181722002)

Mifta Rostian Saputri (10021181722003)

Ismi Noer Azizah A.B (10021181722006)

Fitria Soleha (10021181722008)

Sinta Novita Sari (10021181722010)

Muhammad Aldy Nurdin (10021381722057)

Tita Priyanka Putri (10021381722073)

Dosen Pengampuh : Dr. Rostika Flora, S. Kep.,M.Kes.,AIF

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI GIZI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2018/2019
1
Kata Pengantar

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya lah kami dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah Proses Peradangan dan Infeksi ini. Penyusunan
Makalah Proses Peradangan dan Infeksi ini melewati proses yang panjang dan terisi dengan
berbagai materi yang berasal dari berbagai sumber.
Begitu pun penyusunan Makalah Reproduksi Pria ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh sebab itu, saya haturkan banyak terima kasih kepada :
1. Dosen Patologi 1 (PM), Ibu Dr. Rostika Flora, S.Kep. M.Kes.AIF yang telah
membimbing kelompok kami dalam penyusunan dan pemilihan materi.
2. Orang tua tercinta yang telah mendukung kami dalam proses pembelajaran kami.
3. Teman-teman atas dukungan dalam proses penyusunan Makalah Proses Peradangan
dan Infeksi ini.
Dalam proses pembelajaran Proses Peradangan dan Infeksi akan di dapat banyak sekali
manfaat seperti bagaimana Proses Peradangan dan Infeksi itu sendiri, tingkatan-tingkatan
peradangan dan infeksi dan proses pemulihan peradangan dan infeksi itu sendiri.
Kami harap makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca. Segala sesuatu pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

Inderalaya, Januari 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................4
I.1 Latar Belakang ..............................................................................................4
I.2 Rumusan Masalah .........................................................................................4
I.3Tujuan ..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................5
II.1Radang ...........................................................................................................5

1. Pengertian Radang ................................................................................... 5

2. Pengaruh Radang ..................................................................................... 5

3. Jenis Radang ............................................................................................. 6

4. Akibat Reaksi Radang ............................................................................. 11

II.2 Infeksi .......................................................................................................... 12

1. Pengertian Infeksi ..................................................................................... 12

2. Sifat-Sifat Penyakit Infeksi ....................................................................... 13

3. Tanda-Tanda Infeksi ................................................................................. 13

4. Rantai Proses Infeksi ................................................................................ 15

5. Jenis-Jenis Infeksi...................................................................................... 15

6. Upaya Pencegahan Penularan Penyakit Infeksi ..................................... 17

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 18


III.1 Kesimpulan ................................................................................................. 18
III.2 Saran ........................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

3
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Patologi merupakan ilmu yang mempelajari penyakit, meliputi pengetahuan dan


pemahaman dari perubahan fungsi dan struktur pada penyakit, mulai tingkat molekuler
sampai pengaruhnya pada setiap individu. Patologi merupakan subjek yang selalu mengalami
perubahan, penyempurnaan dan perluasan dalam memahami pengetahuan tentang penyakit.
Patologi bertujuan utama untuk mengidentifikasi sebab suatu penyakit, untuk program
pencegahan suatu penyakit. Patologi secara harfiah adalah biologi abnormal, studi mengenai
proses-proses biologic yang tidak sesuai, atau studi mengenai individu yang sakit atau yang
terganggu. Dalam konteks kedokteran manusia, patologi tidak hanya merupakan ilmu dasar
atau teoritik, tetapi juga merupakan spesialis kedokteran klinis.

Patologi sangat berkaitan dengan kehidupan manusia karena patologi sendiri ialah
ilmu yang mempelajari tentang penyakit. Salah satu penyakit yang paling sering dialami
manusia adalah peradangan dan infeksi pada organ-organ tubuh tertentu atau jaringan tubuh
lainnya,

Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai proses peradangan dan infeksi,
tingkatan-tingkatan peradangan dan infeksi dan proses pemulihan peradangan dan infeksi.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu proses peradangan dan infeksi
2. Apa saja pengaruh peradangan dan infeksi
3. Apa saja jenis dan sifat peradangan dan infeksi
4. Apa saja tanda-tanda dan akibat reaksi peradangan dan infeksi
5. Bagaimana rantai proses dan pencegahan peradangan dan infeksi

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses peradangan dan infeksi
2. Untuk mengetahui pengaruh peradangan dan infeksi
3. Untuk mengetahui jenis dan sifat peradangan dan infeksi
4. Untuk mengetahui tanda-tanda dan akibat reaksi peradangan dan infeksi
5. Untuk mengetahui rantai proses dan pencegahan peradangan dan infeksi

4
BAB II

PEMBAHASAN
II.1 Radang
1. Pengertian Radang

Radang ialah reaksi lokal jaringan tubuh terhadap jejas. Keadaan ini bukanlah
suatu penyakit namun merupakan manifestasi adanya penyakit. Reaksi ini merupakan upaya
mempertahankan tubuh baik untuk menghilangkan penyebab jejas maupun akibat jejas,
misalnya sel atau jaringan yang nekrotik. Tanpa reaksi radang maka penyebab jejas
misalnya kuman akan menyebar ke seluruh tubuh atau suatu luka tidak akan sembuh.

2. Pengaruh Radang

Adanya reaksi radang yang bertujuan menghilangkan penyebab jejas selain dapat
menguntungkan namun dapat pula merugikan.

Hal yang menguntungkan apabila :

 Terjadi pengenceran toksin yang dihasilkan oleh bakteri sehingga dapat dialirkan ke
saluran limfatik,

 Masuknya zat anti akibat permiabilitas vaskuler meningkat, sehingga dapat terjadi lisis
kuman,

 Ada transportasi obat misalnya antibiotik ke tempat bakteri,

 Terjadi pembentukan fibrin dari fibrinogen yang menahan gerakan kuman,

 Ada transportasi nutrien dan oksigen,

 Terjadi stimulasi respon imun melalui aliran eksudat radang ke kelenjar limfe sehingga
reaksi imun dimulai,

Hal yang merugikan jika :

 Terjadi pencairan jaringan normal,

 Menyebabkan reaksi hipesensivitas

 Ada pembengkakan.

5
Contohnya : edema pada radan akut epiglottis pada anak dapat mengakibatkan
kematian karna tersumbatnya saluran nafas. Contoh lain : radang pada rongga yang tertutup
akan mengakibatkan meningkatnya tekanan, sehingga terjadi penekanan pada organ,
misalnya abses otak akan mengakibatkan tekanan intrakranial meningkat dan dapat
mengakibatkan iskemia otak.

 Reaksi radang tidak tepat. Misalnya terjadi reaksi hipersensitifitas.

3. Jenis Radang

Jenis Radang dapat dibagi atas radang akut dan radang kronik.

A. Pada radang akut proses berlangsung singkat beberapa menit hingga beberapa hari,
dengan gambaran utama eksudasi cairan dan protein plasma serta emigrasi sel lekosit
terutama netrofil.

B. Radang kronik berlangsung lebih lama dan ditandai dengan adanya sel limfosit dan
makrofag serta profilerasi pembulih darah dan jaringan ikat.

4 pokok radang (tanda kranial) yaitu :


1. RUBOR : Merah, terjadi karena pelebaran pembuluh darah pada jaringan yang
mengalami gangguan.
2. KALOR : Panas, terjadi pada daerah yang cedera akibat bertambahnya pembuluh
darah, sehingga darah tersebut memperoleh darah lebih banyak.
3. TUMOR : Bengkak atau tonjolan, terjadi akibat edema yaitu terkumpulnya cairan
ekstravaskular sebagai bagian dari eksudat radang serta sel-sel radang yang
bermigrasi ke tempat tersebut.
4. DOLOR : Sakit, terjadi akibat penekanan jaringan karena edema serta adanya
mediator kimia pada radang akut diantaranya bradikinin, prostaglandin

Radang Akut

Perubahan vaskuler pada radang akut

Urutan peristiwa yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Mula-mula akan terjadi vasonkontriksi yaitu penyempitan pembuluh darah terutama


pembuluh darah kecil (arteriol). proses ini hanya berlangsung beberapa detik sampai
beberapa menit bergantung kepada kerasnya jejas

6
2. Kemudian akan terjadi vasodilitasi yang dimulai dari pembuluh arteriol yang tadinya
menyempit lalu diikuti oleh bagian lain pembuluh darah itu. Akibat dilatasi ini, maka aliran
darah akan bertambah sehingga pembuluh darah itu penih berisi darah dan tekanan
hidrostatiknya meningkat, yang selanjutnya dapat menyebabkan keluarnya cairan plasma dari
pembuluh darah itu.

3. Aliran darah menjadi lambat. Karena permiabilitas kapiler juga bertambah, maka cairan
darah dan protein akan keluar dari pembuluh darah dan mengakibatkan darah menjadi kental.
Pembuluh darah yang melebar itu tampak penuh dengan sel darah (hiperemia).

4. Marginasi lekosit. Lekosit bergerak mendekati dinding pembuluh darah dan akhirnya
melekat pada sel endotel. Kemudian akan terjadi emograsi yaitu lekosit keluar dari pembuluh
darah.

Reaksi seluler pada radang akut

Salah satu tanda terpenting radang akut ialah terjadi emigrasi sel radang yang berasal
dari darah. Pada fase awal yaitu dalam 24 jam pertama, sel yang paling banyak bereaksi ialah
sel netrofil atau lekosit polimornukleus (pmn).

Sesudah fase awal yang bisa berlangsung sampai 48 jam, mulailah sel makrofag dan
sel yang berperanan dalam sistem kkebalan tubuh seperti limfosit dan sel plasma bereaksi.

Lekosit polimornukleus berfungsi menelan dan merusak bakteri, kompleks imun dan
debris yang berasal dari jaringan yang nekrotik. Selain itu lekosit juga dapat mengeluarkan
enzim dan radiakal beracun yang dapat menyebabkan makin luasnya reaksi radang atau
makin banyaknya kerusakan jaringan.

Urutan kejadian yang dialami lekosit ialah sebagai berikut :

1. Penepian, lekosit bergerak ke tepi pembuluh (margination).

2. Pelekatan, lekosit melekat pada dinding pmbuluh darah (sticking).

3. Diapedesis, lekosit keluar dari pembuluh darah (emigration).

4. Fagositosis, lekosit menelan bakteri dan debris jaringan.

Jenis sel yang terlibat dalam radang

1. Netrofil

7
Merupakan primadona pada radang akut , dijumpai pada abses dan empiema serta
akan mengakibatkan lekositosis. Fungsi utama netrofil adalah fagositosis bakteri dan
dekstruksi sel dengan enzim lisosomal.

2. Basofil

Sel basofil mengandung granula. Granula ini mengandung histamin dan heparin. Sel
basofil ini berperan juga pada reaksi hipersensifitas.

3. Eosinofil

Menghasilkan antihistamin dan berperan untuk mencegah reaksi hipersensitifitas.


Jumlah eosinofil akan meningkat pada keadaan alergi atau infeksi parasit. Eosinofil
mempunyai sifat fagositosis walaupun ringan.

4. Sel mast

Mempunyai fungsi mirip basofil dan merupakan sel jaringan ikat yang terletak dekat
pembuluh darah kecil. Sel mast menghasilkan histamin, heparin.

5. Makrofag

Makrofag berasal dari sumsum tulang belakang yang dilepas dalam pembuluh darah
dan kemudian menyebar ke berbagai organ.

Fungsi imunologik makrofag :

Makrofag merupakan unsur penting sistem imun . keterlibatan awal dilakukan dengan
memulai respon imun dan reinteraksi dengan sel limfosit T.

a. Mengaktifkan sel T

b. Mengaktifkan makrofag.

c. Aktifasi sel B

6. Limfosit.

Limfosit dijumpai pada berbagai jenis radang khususnya setelah berkurangnya


netrofil. Limfosit berasal dari stem cell sumsum tulang belakang.

Jenis eksudat yang terjadi pada radang

8
Jenis cairan eksudat dipengaruhi oleh beratnya reaksi, penyebab dan lokasi lesi.

1. Eksudat serosa, merupakan eksudat jernih, mengandung sedikit protein akibat radang
yang ringan. Eksudat serosa berasal dari serum atau hasil sekresi sel mesotel yang melapisi
peritoneum, pleura, perikardium. Contoh : luka bakar, efusi pleura.

2. Eksudat supuratifa / purulenta, merupakan eksudat yang mengandung nanah/pus, yaitu


campuran lekosit yang rusak, jaringan nekrotik serta mikroorganisme yang musnah.

3. Eksudat fibrinosa, merupakan eksudat yang mengandung banyak fibrinsehingga mudah


membeku.

4. Eksudat hemoragika, ialah eksudat yang mengandung darah.

Bentuk radang akut

1. Radang kataral, ditandai dengan pembentukan mukus yang berlebihan, pada mukosa
misalnya hidung atau mata.

2. Radang supuratifa, ditandai dengan pembentukan eksudat purulenta, biasanya terjadi pada
infeksi kuman piogenik. Pada rongga tubuh dapat menyebabkan empiema misalnya akibat
pleuritis, supuratifa, peritonitis supuratifa.

3. Radang fibrinosa, biasanya terjadi pada permukaan yang dilapisi lapisan serosa (pleura,
perikardium dan peritoneum), ditandai dengan pembentukan eksudat fibrinosa ; contohnya :
pneumonia, karditis rheumatika.

4. Radang pseudomembranosa, ditandai dengan pembentukan pesudomembran pada


permukaan mukosa yaitu nekrosis epitl permukaan mukosa disertai endapan fibrin dan
lekosit. Contoh : radang akibat difteri.

5. Radang serosa, ditandai dengan pembentukan eksudat serosa.

Radang Kronik

Radang kronik terjadi bila penyembuhan pada radang akut tidak sempurna, bila
penyebab jejas menetap, atau bila penyebab jejas ringan dan timbul berulang-ulang. Dapat
pua diakibatkan oleh reaksi imunologik.

Radang berlangsung lama (berminggu-minggu, berbulan-bulan) sedangkan proses


peradangan, kerusakan jaringan serta penyembuhan terjadi serentak.

9
Proses pada radang kronik

Berbeda dengan radang akut, radang kronik ditandai dengan :

1. Infiltrasi sel mononuklear, yaitu makrofag monosit, limfosit dan sel plasma.

2. Kerusakan jaringan, dan

3. Terbentuk jaringan granulasidengan profilerasi fibroblas dan pengendapan kolagen.

Bila sel utama pada radang akut ialah netrofil maka pada radang kronik ialah sel
makrofag. Sel makrofag dapat berasal dari pembuluh darah dan mnosit yang mengalami
prolifrasi setelah keluar pembuluh darah atau sel monosit yang menetap pada tempat radang.
Sebagai diketahui netrofil pada radang akut hanya mampu memfagositosis
mikroorganisme dan mengakibatkan kematian sel akibat krusakan selnya sendiri serta
umur netrofil hanya 3 hari. Sedangkan makrofag mampu melakukan fagositosis benda lebih
banyak dari netrofil disamping mikroorganisme, misalnya sisa sel yang nekrotik,
mikroorganisme yang masih viabel dimasukkan ke dalam sel. Umurnya lebih lama dari
netrofil.

Sel makrofag menghasilkan zat aktif yang merupakan zat toksis untuk sel ,
misalnya protease, sitokin. Limfosit menghasilkan limfokin. Sel plasma menghasilkan zat
anti untuk antigen yang persisten.

Berbagai radang kronik granulamatosa

Radang ini merupakan reaksi radang kronik yang khusus dimana sel yang menyolok
ialah sel makrofag yang mengalami modifikasi berubah menyerupai sel epitel dan disebut sel
epiteloid. Granuloma merupakan suatu daerah pada radang granulomatosa yang menunjukkan
kumpulan sel epiteloid, sel datia dikelilingi oleh limfosit dan kadang-kadang sel plasma.

Beberapa sel epiteloid dapat bergabung membentuk sel datia, berupa sebuah sel
dengan sitoplasma banyak serta mengandung inti sejumlah 20 atau lebih. Radang
granulomatosa yang disebabkan oleh infeksi

A. Infeksi mikobakteri : tbc, lepra, virus.

B. Gambaran khas granulomatosa tuberkulosa ialah tuberkel yang mengalami nekrosis


perkijuan.

C. Infeksi treponema : sifilis, patek.

10
D. Infeksi jamur : cryptococcus, histoplasma.

E. Infeksi parasit : skistosomiasis.

4. Akibat reaksi radang

A. Penyembuhan luka dan pemulihan jaringan

Jaringan yang rusak segera akan dipulihkan.Pemulihan jaringanyang cedera dilakukan


dengan cara pemusnahan dan pembuangan jaringan yang rusak,regenerasi sel atau
pembentukan jaringan granulasi.

1. Pemulihan melalui regenerasi sel parenkim yang rusak

Sel labil: sel ini mempunyai kemamampuan regenerasi yang tinggi,terjadi pada penggantian
terus menerus,mengganti sel yang rusak pada proses fifiologi.

Sel stabil: Mempunyai kapasitas regenerasi terbatas,mengganti sel yang mati.

Sel permanen: sel ini tidak dapat di ganti jika sudah rusak. Sel permanen tidak mempunyai
kemampuan membelah setelah kehidupan post natal.

2. Pemulihan jaringan dengan pembentukan jaringan granulasi jaringan yang rusak akan
terganti oleh jaringan granulasi.

Penyembuhan luka, akibat suatu radang tergantung pada kuatnya reaksi radang,lamanya dan
luasnya serta organ yang terlibat. Luka akibat pisau,operasi kecil yang steril akan sembuh
segera dan disebut penyembuhan per primam,sedangkan luka yang luas akibat trauma
memerlukan waktu lebih lama dan tidak akan sembuh dengan sempurna (penyembuhan per
sekundam).

11
II.2 Infeksi

1. Pengertian Infeksi

Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat
dinamis. Mikroba sebagai mahluk hidup tentunya ingin bertahan hidup dengan cara
berkembang biak pada satu reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir baru dengan
cara berpindah atau menyebar. Penyebaran mikroba patogen seperti ini tentunya sangat
merugikan bagi orang-orang yang dalam kondisi sehat,dan lebih-lebih bagi orang-orang yang
sedang dalam keadaan sakit. Bagi penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan
akan lebih mudah tertular oleh mikroba patogen yang menyebar,proses penyebaran infeksi ini
disebut dengan infeksi Nosokomial.

Dalam garis besarnya,mekanisme transmisi mikroba patogen pada pejamu yang


rentan yaitu melalui 2 cara:

A. Transmisi langsung (direct transmission)


Penularan langsung oleh mikroba patogen ke pintu masuk yang sesuai dari pejamu.
Sebagai contoh adalah adanya gigitan,ciuman,batuk atau saat transfusi darah.
B. Transmisi tidak langsung (indirect transmissions)
Penularan mikroba patogen yang memerlukan adanya “media perantara”,baik berupa
barang/bahan,air,udara,makanan/minuman,maupun vektor. Dalam riwayat perjalanan
penyakit,pejamu yang peka(suscetable host) akan beriteraksi dengan mikroba patogen,yang
secara alamiah akan melewati 4 tahap.
1. Tahap Rentan
Pada tahap ini pejamu masih dalam kondisi relatif sehat,namun peka atau
labil,disertai faktor predisposisi yang mempermudah terkena penyakit seperti
faktor umur,keadaan fisik ,perilaku keadaan hidup,sosial-ekonomi,dan lain-lain.
Faktor-faktor predisposisi tersebut mempercepat masuknya agen penyebab
penyakit (mikroba patogen) untuk berintraksi oleh pejamu.
2. Tahap Inkubasi
Setelah masuk ketubuh pejamu,mikroba patogen mulai beraksi,namun tanda dan
gejala penyakit belum tampak (subklinis). Saat masuknya mikroba patogen ke
tubuh pejamu hingga saat munculnya tanda dan gejala penyakit yang sering
disebut dengan masa inkubasi.

12
3. Tahap Klinis
Merupakan tahap tergangunya fungsi organ yang dapat memunculkan tanda dan
gejala (signs and symptoms) penyakit. Dalam perkembangan nya,penyakit akan
berjalan secara bertahap.
4. Tahap Akhir Penyakit
Perjalanan penyakit pada suatu saat akan berakhir pula. Perjalanan penyakit
berakhir dengan 5 cara. Sebagai berikut:
 Sembuh sempurna
 Sembuh dengan cacat
 Pembawa (carier)
 Kronis
 Meninggal Dunia.
2. Sifat-sifat Penyakit Infeksi

Sebagai agen penyebab penyakit (biotis), mikroba patogen memiliki sifat-sifat khusus
yang sangat berbeda dengan agen penyembab agen lainya (abiotis). Sebagai mahluk hidup,
mikroba patogen memiliki ciri-ciri kehidupan yaitu:

 Mempertahankan kelangsungan hidupnya dengan cara berkembang biak;


 Memerlukan tempat tinggal yang cocok bagi kelangsungan hidupnya (habitat-
reservoir)
 Bergerak dan berpindah tempat.
3. Tanda-tanda infeksi :

Tanda infeksi lokal

A. Rubor adalah kemerahan ,ini terjadi pada area yang mengalami infeksi karena peningkatan
aliran darah ke area tersebut,sehingga menimbulkan warna kemerahan.
B. Kalor adalah rasa panas , pada daerah yang mengalami infeksi akan terasa panas. Ini
terjadi karena tubuh mengkompensasi aliran darah lebih banyak ke area yang mengalami
infeksi untuk mengirim lebih banyak antibody dalam memerangi antigen akibat infeksi.
C. Dolor adalah rasa nyeri,nyeri akan terasa pada jaringan yang mengalami infeksi. Hal ini
terjadi karena sel yang mengalami infeksi bereaksi mengeluarkan zat tertentu sehingga
menimbulkan rasa nyeri.

13
D. Tumor adalah konteks gejala infeksi , bukanlah sel kanker yang umum dibicarakan,tapi
pembengkakan. Pada area yang mengalami infeksi akan mengalami pembengkakan karena
peningkatan permeabilitas sel dan peningkatan aliran darah.
E. Fungsio laesa adalah perubahan fungsi dari jaringan yang mengalami infeksi. Contohnya
jika luka di kaki mengalami infeksi maka kaki tidak akan berfungsi dengan baik seperti sulit
berjalan atau tidak bias berjalan.
Macam-macam infeksi lainnya :
1. Reinfeksi
Penyakit yang mula-mula sudah sembuh tapi kemudian muncul lagi. Disebut juga “Residif”.
2. Super Infeksi
Proses penyakit belum sembuh akan tetapi sudah disusul oleh infeksi yang lain. Disebut juga
“infeksi Ganda”.
3. Infeksious
Penyakit infeksi yang mudah menular dari seorang kepada orang lain. Disebut juga
“Infeksiosa”.
4. Epidemi
Penyakit infeksi yang bersifat menular, kadang–kadang dapat menyerang orang bayak dalam
waktu singkat.
5. Pandemi
Merupakan Epidemi yang menyebar ke Negara lain.
6. Endemi
Suatu penyakit yang terus–menerus secara menetap terdapat dalam daerah tertentu.

Tanda infeksi sistematik

1. Demam adalah suatu keadaan suhu badan melebihi 370C yang disebabkan oleh
penyakit atau peradangan. Demam juga pertahanan bahwa sel antibody manusia sedang
melawan virus atau bakteri.
2. Malaise adalah istilah medis untuk menggambarkan kondisi umum yang lemas
tidak nyaman kurang fit atau merasa sedang sakit.melaise ini bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu gejala suatu penyakit. oleh karna itu tetap harus dicari sumber penyebab
timbulnya malaise.
3. Mual adalah rasa tidak nyaman pada perut bagian atas yang disertai dengan
dorongan untuk muntah.

14
4. Sakit kepala adalah rasa nyeri pada daerah kepala dan leher yang disebabkan oleh
berbagai macam penyebab.
5. Diare adalah suatu keadaan dimana feses berubah menjadi lember atau cair yang
biasanya terjadi paling sedikit 3x dalam 24 jam.

4. Rantai proses infeksi:

Agen infeksius, yaitu : Kemampuan mikro organisme menimbulkan infeksi


tergantung pada jumlah mikroorganisme yang masuk,potensi menyebabkan penyakit,
kemampuan mikroorganisme masuk kedalam tubuh hospes,kerentanan hopes,kemampuan
untuk hidup dalam tubuh hopes.
Sumber Infeksi (reservoir), yaitu: Habitat pertumbuhan dan perkembangan mikro
organisme, antara lain, manusia, hewan, tumbuhan dan lingkungan setempat.
Pintu Keluar(portal of exit),yaitu: Tempat mikroorganisme dapat meninggalkan
reservoir,misalnya: saluran pernapasan (saat bersin,batuk), saluran pencernaaan (feses),darah
dari luka terbuka.

5. Jenis-jenis infeksi

A. Infeksi virus

Virus adalah organisme pathogen terkecil,20-300 nm yang mengandung rna atau dna
serta memiliki selubung protein atau capsid. Organisme ini tidak mampu bermetabolisme
atau bereplikasi mandiri ,memerlukan organel sel terinfeksi untuk berkembang baik.Oleh
karena itu virus dikelompokkan ke dalam organism intra sel memerlukan sel hidup untuk
bereplikasi.

Mikro organisme ini merupakan penyebab tersering timbul nya penyakit pada
manusia sering tanpa gejala dan berkembang tanpa diketahui.Hal demikian menyebabkan
perbedaan antara infeksi virus (replikasi ditubuh penjamu) dan penyakit virus (replikasi
disertai kerusakan jaringan) sangat kritis.Contoh klasik misalnya ,virus herpes zoster
penyebab cacar air (varicella) dapat menetap dalam bentuk laten di ganglia dorsalis dab
secara periodic diaktifkan timbul sebagai vesikal di kulit yang dapat menyebabkan rasa sakit
yang amat sangat. Ciri-ciri sel yang terinfeksi virus yaitu :

A. Pembengkakan sel
Merupakan sitoplasma sel yang menggelembung seperti balon (ballooning cells),
terlihat pada sel hati dengan hepatitis virus akut.

15
1. Inclusion body
Merupakan materi hasil produksi hasil metobolisme virus ,mikroskopik tampak
sebagai materi harus merata berbatas tegas pada inti dan dijumpai pada virus rabies pada sel
neuron.
2. Koilosit, sel dengan inti sedikit membesar dan tampak keruh seperti berpasir,secara
elektron mikroba merupakan komponen virus ,serta sitoplasma memiliki rongga jernih (halo)
sekeliling inti dengan dinding sitoplasma tebal dan tegas.ciri sel koilosit ini tampak pada
infeksi papilloma virus manusia ( human papilloma virus – HPV)
3. Sel datia,sel yang berinti banyak dengan sitoplasma lebar biasanya terlihat pula inclusion
body,terlihat pada infeksi virus herpes simplex,atau dapat berupa sel dengan inti yang sangat
besar,dan mengandung inclusion body.
4. Ground glass, bangunan seperti dasar gelas yang terlihat di sitoplasma sel,mudah
ditemukan pada sel hati,terinfeksi virus hepatitis b, yang secara imunihisto kimia merupakan
komponen selubung virus.
Macam-macam infeksi virus
1. Virus influenza,virus ini tergolong dalam penyebab infeksi pernapasan ,yang dapat
menimbulkan influenza yaitu infeksi akut pernapasan atas yang sembuh sendiri. Virus ini
sangat menular dan sering menimbulkan epidermi. Penyebaran nya melalui secret dan
percikan pernapasan dan mengandun banyak sekali virus.
2. Virus morbili,virus ini termasuk kedalam kelompok yang menyebabkan kelainan kulit
disebut eksantema. Penyakit yang ditimbulkan bersifat akut dan mereda sendiri,sangat
menular,dengan kelainan khas berupa infeksi saluran napas atas,demam disertai dengan
timbulnya kemerahan kulit dimulai dari muka,dan dibelakang telinga.
3. Virus rubella,virus yang menimbulkan kelainan sistematik ringan ,mereda sendiri,dan
biasanya disertai kemerahan kulit. Infeksi virus ini pada wanita hamil sangat berbahaya,oleh
karna sifat patogen sangat berbahaya,oleh karena sifat pathogen.
4. Virus mumps,virus ini menyebabkan penyakit sistematik akut yang mereda sendiri,
ditandai dengan pembengkakan kelenjar parotis dan meningoensefalitis.
5. Virus herpes,termasuk family herpes viridae,virus DNA yang banyak menginfeksi
manusia.
6. Virus varicella-zozter,virus tersebut menyebabkan 2 penyakit yang sangat berbeda yaitu :
chicken pox atau cacar air dan herpes zozter.kontak pertama virus varicella zozter
menyebabkan chicken pox penyakit sistemik akut dengan gambaran erupsi kulit vesicular

16
yang menyeluruh. Infeksi virus ini kemudian menjadi laten,dan reaktivasi,virus menimbulkan
herpes zozter,dengan gambaran erupsi kulit vesikular lokal.
7. Virus hepatitis,kelompok virus ini merupakan agen infeksi penyebab tersering radang hati
yang dikenal sebagai hepatitis meskipun diketahui disebabkan oleh banyak virus seperti :
virus cytomegalo virus,virus rubella,demam kuning ,dll.
B. Infeksi bakteri
Bakteri merupakan sel hidup terkecil, berukuran antara 0.1 -10 um. Kebanyakan
bakteri diklarifikasikan menurut komposisi dinding sel, menjadi tipe positif Gram dan negatif
Gram. Bakteri bentuk bulat dan oval disebut coccus dan yang berbentuk panjang disebut
bacillus. Bakteri bentuk melengkung disebutvibrio dan yang berbentuk spiral disebut
sphirocheta.
Contohnya :
1. Anaerobik Gram–positif,Clostridium yang menyebabkan gangren
2. Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung
dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi pembuluh darah serta
seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
3. Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia coli, Proteus, Klebsiella,
Enterobacter. Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan penampungan air yang
menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang dirawat.Bakteri gram negatif ini
bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
4. Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan,paru dan
peritoneum.

6. Upaya pencegahan penularan penyakit infeksi

Tindakan atau upaya pencegahan penularan penyakit infeksi adalah tindakan yang
paling utama.Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan cara memutuskan rantai
penularannya. Rantai penularan adalah rentetan proses berpindah nya mikroba pathogen dari
sumber penularan (reservoir) ke pejamu dengan / tanpa media perantara jadi kunci untuk
mencegah dan mengendalikan penyakit infeksi adalah mengiliminasi mikroba pathogen yang
bersumber pada reservoir serta mengamati mekanisme trasmisinya,khususnya yang
menggunakan media perantara.

Sebagai sumber penularanatau reservoir adalah orang (penderita),hewan ,serangga


(athropoda)seperti lalat, nyamuk, kecoa yang sekaligus dapat berfungsi sebagai media

17
perantara ,contoh lain nya adalah sampah, limbah, ekskreta/sekreta dari penderita,sisa
makanan dan lain-lain. Apabila perilaku hidup sehat sudah menjadi budaya dan di
implementasi kan dalam kehidupan sehari-hari serta sanitasi lingkungan yang sudah terjamin,
diharapkan kejadian penularan penyakit infeksi dapat ditekan seminimal mungkin.

18
BAB III

PENUTUP
III. 1 Kesimpulan

Radang dalam bahasa medis dikenal dengan Inflammasi yaitu suatu respon jaringan
tubuh yang kompleks saat menerima rangsang yang kuat akibat pengrusakan sel, infeksi
mikro organisme pathogen dan iritasi. Radang juga merupakan proses tubuh
mempertahankan diri dari aneka rangsangan tadi agar tubuh dapat meminimalisir dampak
dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali dengan adanya beberapa tanda khas yang
sering menyertai,yaitu Rubor, Calor, Dolor, Tumor.Sementara Galen menambahkan dengan
Functiolaesa.

Infeksi merupakan adalah keadaan jaringan tubuh yang terpapar mikro organism baik
oleh bakteri, virus, jamur maupun parasit.Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di
permukaan luar tubuh maupun di permukaan ronggadalam tubuh.Dalam perjalanannya,
bagian tubuh yang terinfeksi akan mengalami proses peradangan. Paparan mikro organism
pada permukaan tubuh akan merangsang tubuh untuk melakukan penolakan terhadap agen
infeksi tersebut maka muncul lah tanda-tanda peradangan seperti di atas.

III. 2 Saran

1. Sebaiknya jika terjadi peradangan dan infeksi pada diri kita, kita segara
mengatasinya atau merawatnya dengan memberikan antibiotik, analgesik, dan antipiretik.

2. Dengan mengetahui gejala-gejala awal peradangan dan infeksi kita dapat


mengantisipasi dari awal jika terjadi peradangan dan infeksi pada pasien ataupun orang
terdekat kita.

3. Dengan mengetahui penyebab-penyebab pada peradangan dan infeksi maka kita


dapat mencegah lebih awal sebelum terjadinya penyakit yang lebih parah.

19
DAFTAR PUSTAKA

Price,Sylvia,dkk.2006.Patofisiologi konsepklinis Proses-proses penyakit.Jakarta:EGC

Pringgoutomo,sudarto,dkk.2002.Patologi(umum).Jakarta:SagungSeto

Darmadi.2008.infeksi nosocomial problematika dan pengendaliannya .Jakarta:Salemba Medika

http://akper-alikhlas.com/wp-content/uploads/2016/04/PROSES-PERADANGAN-PROSES-INFEKSI.pdf
Tanggal 19 januari 2018 pukul 15.30

http://fk.uii.ac.id/upload/Radang%20Inflamasi%20blok%20biomedis%202008%202009%20dr.%20ha
rijadi%20Sp.PA%20kedokteran%20UII%20dosen%20tamu.pdf Tanggal 19 januari 2018 pukul 15.30

20

Anda mungkin juga menyukai