DISUSUN OLEH
KELOMPOK I
KELAS C
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya izin, rahmat, dan
kuasaNya kami masih diberikan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Vitamin larut air dan analisinya
Pada kesempatan ini tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak terutama kepada Dosen pengajar Mata Kuliah Nutrasetikal yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita, khususnya mengenai nutrasetikal. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan masih jauh dari
apa yang diharapkan.
Untuk itu, kami berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah ini di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa kritik dan saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi vitamin larut air
2. Untuk mengetahui jenis-jenis vitamin larut air
3. Untuk mengetahui analisis vitamin larut air
BAB II
PEMBAHASAN
B Vitamin B1 (Thiamin)
Vitamin ini bertindak sebagai koenzim dalam metabolisme
karbohidrat dan terdapat dalam semua jaringan makhluk hidup.
Vitamin ini bekerja dalam bentuk tiamin difosfat pada
dekarboksilasi asam α-keto dan disebut kokarboksilase. Tiamin
tersedia dalam bentuk klorida atau nitratnya.
Sumber yang baik ialah butir serealia utuh; daging organ hewan
seperti hati, jantung, dan ginjal, daging babi yang tidak berlemak,
telur, kacang, dan kentang. Kebutuhan harian manusia berkaitan
dengan aras karbohidrat makanan. Konsumsi minimum 1 mg per
2000 kkal dianggap suatu keharusan.
Thiamin adalah salah satu dari vitamin yang kurang
kestabilannya. Berbagai operasi pemrosesan makanan dapat sangan
mereduksi aras tiamin. Panas, oksigen, belerang dioksida, pelindian,
dan pH netral atau basa dapat mengakibatkan perusakan tiamin.
Cahaya tidak berpengaruh. Enzim stabil dalam kondisi asam; pada
nilai pH 3,5 atau dibawahnya, makanan dapat diautoklaf pada suhu
120° C dengan sedikit atau tanpa kehilangan tiamin. Pada pH netral
atau basa, vitamin rusak dengan pendidihan atau bahkan dengan
penyimpanan pada suhu kamar. Bahkan sedikit kebasaan air yang
dipakai untuk pemrosesan dapat mempunyai efek penting.
a. Sifat fisik
Kristal putih kekuningan
Larut dalam air
Keadaan kering Thiamin cukup stabil, di dalam keadaan
larut Thiamin hanya tahan panas bila berada dalam keadaan
asam. Dalam suasana alkali Thiamin mudah rusak oleh
panas dan oksidasi.
Thiamin tahan pada suhu beku.
b. Sifat Kimia
Thiamin menyatakan bahwa zat ini mengandung sulfur (tio)
dan nitrogen (amine). Molekul ini terdiri atas cincin piramida
yang terikat dengan cincin tiasol. Thiamin memiliki rumus
molekul C12H17N4OS, vitamin ini memiliki berat molekul
1265,36 gram/molekulnya.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerusakan Thiamin
Belerang dioksidan dapat merusak tiamin dengan cepat.
Karena alasan ini, belerang dioksida tidak diizinkan sebagai
tinambah dalam makanan yang mengandung tiamin dalam
jumlah yang lumayan. Pemasakan pada daging-dagingan dan
potongan juga mempengaruhi pengurangan thiamin. Proses
penggilingan pada butir serealia juga kurangnya thiamin karena
kandungan thiamin pada serealia paling besar pada lapisan kulit
terluarnya.
d. Fungsi Thiamin
Dalam bentuk pirofosfat (TPP) atau bifosfat (TDP), tiamin
berfungsi sebagai koenzim berbagai reaksi metabolisme energi.
Tiamin dibutuhkan untuk dekarboksilasi oksidatif piruvat
menjadi asetil koA dan memungkinkan masuknya substrat yang
dapat dioksidasi ke dalam siklus Krebs untuk pembentukan
energi. Asetil koA yang dihasilkan oleh enzim ini. Disamping
itu merupakan precursor penting lipida asetil kolin, yang berarti
adanya peranan TPP dalam fungsi normal sistem saraf. Di dalam
siklus Krebs, TPP merupakan kofaktor pada dekarboksilasi
oksidatif alfa-ketoglutarat dan 2-ketoglutarat-karboksilat yang
diperoleh dari asam-asam amino metionin, treonin, leusin,
isoleusin, dan valin. Tiamin juga merupakan koemzim reaksi
transketolase yang berfungsi dalam pentose fosfat shunt, jalur
alternatif oksidasi glukosa. Walaupun tiamin dibutuhkan dalam
metabolisme lemak, protein, dan asam nukleat, peranan
utamanya adalah dalam metabolisme karbohidrat.
Manfaat lainnya adalah mendorong pertumbuhan,
melindungi otot jantung, dan mengoptimalkan fungsi kerja otak.
Selain itu fungsinya dalam pencernaan juga baik, mengkonversi
karbohidrat serta meningkatkan pembentukan urine. Selain itu
bermanfaat sebagai pencegah sembelit pada pencernaan.
Dalam darah pun vitamin B1 sangat bermanfaat yaitu
menjaga jumlah sel darah merah, menjaga sirkulasinya dan juga
membantu kulit tetap sehat. Mengurangi kelelahan, mencegah
terjadinya gagal jantung, hingga mencegah penuaan dini dan
kepikunan. Sehingga manfaat thiamin atau vitamin B1 ini
sangat banyak sekali bagi manusia.
Fungsi lain dari Thiamin adalah menjaga kinerja sel-sel
otak pada tingkat terbaik. Kecukupan vitamin B1 bisa
mengoptimalkan kerja otak dan sebagian menyatakan cukup
vitamin B1 dapat menjaga tingkat mental positif, meningkatkan
kemampuan belajar, kemampuan menghadapi stress dan
tekanan, mencegah berkurangnya kemampuan mengingat
termasuk di dalamnya Sindrom Alzheimer.
Vitamin B1 juga dipergunakan dalam perawatan pasien
penderita HIV AIDS, meningkatkan kemampuan imun tubuh,
penderita diabetes, penderita penyakit hati, penuaan dan
gangguan penglihatan seperti katarak dan glukoma. Penyakit
ginjal yang disebabkan komplikasi dari gangguan diabetes tipe
2 juga memerlukan perawatan dan asupan vitamin B1.
Thiamina dalam jumlah yang mencukupi (kisaran 1,1 mg
untuk kondisi normal, 1,4 mg untuk wanita hamil dan
menyusui) dapat mencegah timbulnya penyakit beri-beri dan
sindrom Wernicke-Korsakoff. Sementara itu, pemanfaatan
vitamin B1 dalam fungsi perawatan sangat beragam. Beberapa
indikasi dan gejala penyakit dibawah ini dapat diatasi dengan
mencukupi asupan vitamin B1 atau terapi perawatan
menggunakan vitamin B1 :
b. Sifat Kimia
Struktur riboflavin terdiri dari atas cincin isoaloksazin
dengan rantai samping ribitil. Flavin mononukleotida (FMN)
dibentuk dengan diikatkannya ester fosfat pada rantai samping
ribital. Flavin Adenin Difosfat (FAD) dibentuk bila FMN pada
rantai samping diikatkan dengan adenine monofosfat.
c. Faktor-faktor kerusakan Riboflavin
Kepekaan riboflavin terhadap cahaya mengakibatkan
kehilangan 50 persen jika susu kena sinar matahari selama 2
jam. sifat bahan pengemas mempengaruhi derajat kerusakan
riboflavin secara bermakna, tampaknya panjang gelombang
cahaya yang terlibat pada kerusakan riboflavin terdapat di
daerah spectrum tampak di bawah 500 sampai 520 nm.
d. Fungsi Riboflavin
1. Diperlukan untuk berbagai proses selular
2. Riboflavin sangat pentung untuk konversi protein, lemak
dan karbohidrat menjadi gula, yaitu dibakar untuk
menghasilkan energi
3. Membantu dalam proses dan perbaikan jaringan tubuh, yang
efisien penggunaan oksigen oleh sel
4. Riboflavin membantu pertumbuhan normal dan
pengembangan, produksi dan regulasi hormon tertentu,
pembentukan sel darah merah dan antibodi
5. Mendorong kulit yang sehat, kuku dan rambut, dan
memperkuat selaput ;llendir mulut, bibir, dan lidah
6. Riboflavin juga memainkan petanan penting dalam
kesehatan mata, dan mata dapat mengurangi ketegangan.
Vitamin ini sangat membantu dalam menangkal
kecenderungan terhadap glukoma
7. Riboflavin yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga selaput
lendir yang terletak diseluruh saluran pencernaan untuk
menjaga otot disepanjang lapisan saluran pencernaan
8. Riboflavin membantu pencernaan dan membantu dalam
fungsi sistem saraf
9. Bekerja sebagai antioksidan yang menetralkan partikel
merusak dalam tubuh yang dikenal sebagai radikal bebas
10. Riboflavin juga dibutuhkan aktivitas dan dukungan aktivitas
vitamin B6, folat, niasin, dan vitamin K
11. Vitamin B2 memberikan semangat dan membantu untuk
menjaga penampilan dan perasaan pemuda
Berikut ini adalah beberapa manfaat vitamin B2, yaitu :
C. Vitamin B6 (Piridoksin)
Piridoksin stabil terhadap panas dan basa kuat atau asam; juga
peka terhadap cahaya, terutama sinar ultraviolet dan jika terdapat
dalam larutan basa. Karena suka menentukan vitamin ini dalam
makanan, maka informasi mengenai keberadaannya sangat langka.
Data akhir-akhir ini menyatakan aras dalam susu 0,54 mg per liter.
Sumber-sumber lain ialah biji-bijian, daging, hati, sayur, butir utuh
serealia, dan kuning telur.
Konsumsi Vitamin B6 harus sebanding dengan konsumsi
protein. Kebutuhan untuk vitamin B6 adalah 0,016 mg/g protein.
Rata-rata konsumsi adalah 2 mg/hari untuk pria dan 1,6 mg/ hari
untuk wanita.
a. Sifat Fisik
Berbentuk Kristal putih
Tidak berbau
Larut dalam air dan alcohol
Piridoksin tahan panas dalam keadaan asam
Tidak begitu stabil dalam larutan alkali
Tidak tahan pada cahaya.
b. Sifat Kimia
D. Niasin
Niasin dikenal juga sebagai faktor pencegah pellagra. Triptofan
dapat diubah oleh tubuh menjadi niasin. Banyak diet yang
menyebabkan pellagra karena kandungan proteinnya yang
berkualitas baik rendah begitu juga vitamin.
Kebutuhan manusia akan niasin berkaitan dengan pemasukan
triptofan. Protein hewan mengandung kira-kira 1,4 persen triptofan,
protein sayur sekitar 1 persen. Pemasukan 60 mg triptofan melalui
makanan dianggap setara dengan 1 mg niasin. Sumber makanan
yang mengandung niasin ialah hati, ginjal, daging, tidak berlemak,
ayam, ikan, gandum, barli, gandum hitam, polong hijau, ragi, kacang
tanah, sayur dedaunan.
Niasin adalah vitamin B yang paling stabil. Senyawa ni tidak
terpengaruh oleh cahaya, panas, oksigen, asam atau basa.
a. Sifat fisik
Kristal putih
Lebih stabil daripada thiamin dan riboflavin
Niasin tahan terhadap suhu tinggi, cahaya, asam, akali, dan
oksidasi.
Bisa hilang jika dimasak dengan air yang dibuang.
b. Sifat Kimia
Niasin adalah istilah generic untuk nikotinat dalam turunan
alaminya nikotinamida (niasin amisa)
c. Faktor-faktor kerusakan niasin
Kehilangan utama Niasin ini biasanya terjadi karena
pelarutan dalam air pemrosesan. Proses yang menggunakan air
garam dapat menghilangkan sekitar 30%. .
d. Fungsi Niasin
Dua koenzim yang dibentuk oleh niasin, NAD dan NADP
dibutuhkan untuk beberapa aktivitas metabolisme, terutama
metabolisme glukosa, lemak dan alcohol. Niasin memiliki
keunikan diantara vitamin B karena tubuh dapat membentuknya
dari asam amino tryptophan. Niasin membantu kesehatan kulit,
sistem syaraf dan sistem pencernaan.
G. Asam Pantotenat
Asam Pantotenat terdapat dalam semua sel dan jaringan
makhluk hidup, karena itu, terdapat dalam kebanyakan produk
makanan. Sumber makanan yang baik termaksud daging, hati,
ginjal, buah, sayur, susu, kuning telur, ragi, butir utuh serealia dan
buah batu. Tidak ada dosis harian yang dianjurkan untuk vitamin
ini karena tidak ada bukti yang cukup sebagai dasarnya.
Diperkirakan konsumsi yang aman dan cukup adalah antara 4
sampai 7 mg perhari. Vitamin ini stabil di udara, dan labil oleh panas
yang kering. Senyawa ini stabil dalam larutan dengan rentang pH 5-
7 dan di luar rentang ini kurang stabil.
a. Sifat fisik
Berbentuk Kristal putih
Larut pada air
Rasa pahit
Lebih stabil dalam keadaan larut
Mudah terurai dengan asam, alkali, dan panas kering
Dalam larutan netral asam pantotenat tahan terhadap panas
basah.
b. Sifat Kimia
H. Biotin
Biotin terdapat dalam beberapa produk dalam bentuk bebas
(sayur, susu, dan buah) dan di dalam produk lain terikat pada protein
(daging organ, biji, dan ragi) sumber vitamin yang baik ialah daging,
hati, ginjal, susum kuning telur, ragi, sayur, dan jamur. Vitamin ini
rupanya sangat stabil. Perlakuan panas hanya mengakibatkan
kehilangan nisbi kecil. Vitamin ini stabil diudara dan stabil pada pH
netral dan asam.
a. Sifat Fisik
Larut air dan alcohol
Mudah dioksidasi
Vitamin ini stabil di udara dan stabil pada pH netral dan
asam.
b. Sifat Kimia
Reaksi
Prosedur
Blangko
1. Menambahkan 5 ml H2SO4 2 N dalam 10 ml H2O
pada labu erlenmeyer.
2. Menambahkan 10 ml larutan iod 0,1 N.
3. Menambahkan beberapa tetes indikator amilum.
4. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan
5. Na2S2O3 0,1 N hingga larutan bening.
6. Mengulangi langkah 1-4 sebanyak 3 kali.
Sampel
1. Menghaluskan beberapa butir vitamin C
2. Menimbang 0,3 g vitamin C yang halus
3. Melarutkan vitamin C tersebut dengan 10 ml aquadest
dan segera menambahkannya dengan 5 ml H2SO4 2 N
4. Menambahkan 10 ml larutab iod 0,1 N dengan
beberapa tetes amilum.
5. Menitrasi larutan tersebut dengan larutan Na2S2O3 0,1
N hingga larutan menjadi warna kuning kembali
(warna larutan menjadi kuning).
6. Melakukan langkah 2-5 sebanyak 3 kali.
B. Vitamin B1 (Thiamin)
a. Flourometer
Prinsip
oksidasi thiamin menjadi thiokrom (turunan thiamin yang
dapat berpendar dengan sinar UV)
Bila senyawa yg dapat berfluoresen lain dapat dipisahkan,
maka tingkat fluoresensi thiamin akan proporsional dng
kadarnya
b. Kolorimetri
Prinsip
Reaksi antara tiamin yang telah didiazotasi dengan 6-
aminotimol yang akan memperpanjang kromofor sehingga
menimbulkan warna. Intensitas warna ini diukur dengan
melihat serapannya pada λ tertentu. Intensitas serapan ini akan
sebanding dengan kadar tiamin.
Reaksi
Thiamin + garam reinecke endapan
Endapan + aseton larut diukur kadarnya pada λ 525 nm
c. Mikrobiologis
Prinsip
Menggunakan mikrobia yang sangat peka thd vit. B1
Tingkat pertumbuhan sebanding dengan tingkat
kekeruhan
Diperlukan larutan thiamin standar sebagai
pembanding
o Ochrodomonas danica (ketelitian 1 x 10 -10 gr)
o Lactobacillus fermenti
o Kloechera brevis
C. Vitamin B2 (Riboflavin)
a. Spektoflourometri
Prinsip
Riboflavin dapat diperoleh dng penyerapan menggunakan
fuller’s earth dari extrak hati segar atau extrak lain yg
mengandung laktoflavin dlm larutan netral atau asam
kuat.
Adsorpsi umumnya selesai dalam 10 menit.
Selanjutnya dilakukan elusi dng lart dietilamina 10-15%
atau lart NaOH 0.2% .
Kadar vit. B2 dapat dianalisis secara fluorimetrik.
D. Vitamin B6 (Piridoksin)
a. Metoda Hochberg, Melnick, dan Oser
Prinsip
Piridoksin yang terikat dibebaskan melalui hidrolisis
dengan HCl dan pemanasan
Setelah diasamkan (pH 3,0), piridoksin bebas diserap oleh
absorben Lloyd
Setelah pencucian dengan HCl, dilakukan elusi terhadap
piridoksin yang terserap dalam absorben, dengan larutan
NaOH
Eluat dijernihkan dengan isopropil alkohol
III.2 Saran
Sebaiknya mahasiswa farmasi dapat mengetahui dan memahami
tentang vitamin-vitamin yang larut dalam air serta metode analisisnya
sehingga dapat digunakan dalam menentukan kandungan vitamin apa yang
terdapat dalam makanan maupun minuman serta bahan-bahan lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, F.G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
deMan, John M., 1997. Kimia Makanan : Edisi Kedua, ITB, Bandung.
Prayitno, dkk. Serial Buku Ajar Gizi : Kimia Makanan, Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta II, Jakarta.
Coultate, T.P., 1996. FOOD The Chemistry od Its Components : THIRD EDITION,
School of Applied Science, South Bank University, London.