Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BIOKIMIA I

“UJI ANTIOKSIDAN DAN PENENTUAN KADAR VITAMIN C”

KELOMPOK 6

ANGGOTA KELOMPOK : 1. FRANSISKA ADELLA

2. HILMI RAHMADINA

3. NUREZTITI AZWAR

4. RAFIKA KHAIRA

DOSEN : 1. Drs. ISWENDI, M.Si

2. FAIZAH QURRATU AINI, S.Pd., M.Pd

ASISTEN DOSEN : 1. FAUZAN SETIAWAN

2. LASMI YUNITA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2018
PRAKTIKUM 3

UJI ANTIOKSIDAN DAN PENENTUAN KADAR VITAMIN C

A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat menguji antioksidaan vitamin C
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar vitamin C dari berbagai jenis bahan
makanan/buah buahan

B. WAKTU DAN TEMPAT


Hari / tanggaL : kamis, 13 september 2018
Jam : 07.00 – 09.40 WIB
Tempat : Laboratorium Biokimia FMIPA UNP

C. TEORI DASAR

Vitamin dapat digolongkaan atas kelarutannya yaitu vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam lemak/minyak. Vitamin yang dapat larut dalam air adalah vitamin B
dan vitamin C. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K.
Vitamin yang larut dalam air bila dikonsumsi berlebihan akan dibuang keluar tubuh bersama
urine dan keringat. Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
titrasi dan spektrofotometri. Vitamin C sangat mudah teroksidasi sehingga vitamin C ini
mudah rusak.

Proses oksidasi

Proses oksidasi berperan dalam metabolisme tubuh makhluk hidup untuk berbagai
tujuan. Salah satunya tujuan oksidasi dalam metabolisme adalah untuk mendapatkan energi
contohnya proses oksidasi glukosa menjadi H2O, CO2 dan energi. Proses oksidasi di dalam
tubuh terjadi dalam dua bentuj yaitu secara enzimatik dan non enzimatik.

Proses secara enzimatik berlangsung secara bertahap dengan melibatkan sejumlah


enzim sedangkan proses non enzimatik berlangsung secara spontan dan memerlukan logam
logam transisi sepertu Fe dan Cu. Proses oksidasi secara non enzimatik memiliki sisi negatuif
yaitu dapat membentuk reactive oxygen species (ROS). ROS yang terbentuk dapat bereaksi
dengan makromolekul. Radikal bebas yang bereaksi dengan protein dapat menghasilkan
peroksida lipid dan dengan asam nukleat dapat membentuk dimer timin yang menyebabkan
mutasi.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat adanya radikal bebas. Maka tubuh
dilengkapi dengan sistem penangkal (antioksidan) yang bersifat enzimatik dan non enzimatik.
Antioksidan enzimatik contohnya adalah superoksida dismutase (SOD), katale, glutanin
peroksidase sedangkan antioksidan non enzimatik contohnya adalah vitamin C, vitamin E,
glutation, B-karoten, flavonoid dan lain sebagainya.

Pengaruh vitamin C dalam aktivitas antioksidan pada kentang

Fenol yang terdapat di dalam kentang akan di oksidasi oleh PPO menjadi katekol yang
keemudian menjadi kinon dan selanjutnya melalui kondensasi membentuk senyawa berwarna
cokelat. Penambahan vitamin C (asam askorbat) dapat menghambat oksidasi fenol oleh PPO
karena asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidro askorbat (Penuntun praktikum
biokimia, 2018 : 7-8).

Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air. Sumber
Vitamin C sebagian besar tergolong dari sayur-sayuran dan buah-buahan terutama buah-
buahan segar. Asupan gizi rata-rata sehari sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang
dianjurkan untuk orang dewasa. Namun, terdapat variasi kebutuhan dalam individu yang
berbeda (Sweetman, 2005).

Asam askorbat (vitamin C) adalah turunan heksosa dan diklasifikasikan sebagai


karbohidrat yang erat kaitannya dengan monosakarida. Vitamin C dapat disintesis dari D-
glukosa dan D-galaktosa dalam tumbuh-tumbuhan dan sebagian besar hewan. Vitamin C
terdapat dalam dua bentuk di alam, yaitu L-asam askorbat (bentuk tereduksi) dan L-asam
dehidro askorbat (bentuk teroksidasi). Oksidasi bolak-balik L-asam askorbat menjadi L-asam
dehidro askorbat terjadi apabila bersentuhan dengan tembaga, panas, atau alkali (Akhilender,
2003).

Vitamin C mempunyai banyak fungsi di dalam tubuh. Pertama, fungsi vitamin C


adalah sebagai sintesis kolagen. Karena vitamin C mempunyai kaitan yang sangat penting
dalam pembentukan kolagen. Karena vitamin C diperlukan untuk hidroksilasi prolin dan lisin
menjadi hidroksiprolin yang merupakan bahan penting dalam pembentukan kolagen. Kolagen
merupakan senyawa protein yang mempengaruhi integritas struktur sel di semua jaringan ikat,
seperti pada tulang rawan, matriks tulang, gigi, membrane kapiler, kulit dan tendon. Dengan
demikian maka fungsi vitamin C dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam penyembuhan
luka, patah tulang, perdarahan di bawah kulit dan perdarahan gusi. Asam askorbat penting
untuk mengaktifkan enzim prolil hidroksilase, yang menunjang tahap hidroksilasi dalam
pembentukan hidroksipolin, suatu unsure integral kolagen. Tanpa asam askorbat, maka
serabut kolagen yang terbentuk di semua jaringan tubuh menjadi cacat dan lemah. Oleh sebab
itu, vitamin ini penting untuk pertumbuhan dan kekurangan serabut di jaringan subkutan,
kartilago, tulang, dan gigi (Guyton, 2007).

Jeruk (Citrus sp) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Balai Pelitian
Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Badan litbang Pertanian di Malang telah
mengumpulkan lebih kurang 160 jenis jeruk yang dieksplorasi mulai dari Sabang sampai
Merauke serta beberapa jenis jeruk import. Beberapa jenis jeruk diantaranya adalah jeruk
keprok Tejakula, Sipirok, Kacang, Siam Banjar, Siompu, Simadu, Bali Merah, Crifta 01,
Jemari Taji, Pamelo Ratu, Raja, Magetan, Sri Nyonya, Nambangan, jeruk manis Pacitan dan
lain-lainnya dan dapat tumbuh dan berproduksi di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, baik dilahan sawah maupun tegalan. Dari semua jenis jeruk tersebut, jeruk
siam, jeruk baby, jeruk keprok, jeruk Bali, jeruk nipis dan jeruk purut merupakan jenis jeruk
lokal paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Sedangkan jeruk yang diintroduksi paling
banyak adalah jenis Lemon dan Grapefruit. Sekitar 70-80% pertanaman jeruk di Indonesia
adalah jeruk siam, sedangkan jenis jeruk lainnya adalah jeruk keprok, dan pamelo (Badan
Litbang Pertanian, 2005).

Metode ini paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan
peralatan laboratorium yang canggih. titrasi ini memakai Iodium sebagai oksidator yang
mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya (Wijanarko, 2002)

Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Larutan standar yang digunakan
dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk
sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat
tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer
untuk natrium thiosulfat dan dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan
tembaga (Day, 1981).

Dalam menggunakan metode iodometrik kita menggunakan indikator kanji dimana


warna dari sebuah larutan iodin 0,1 N cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai
indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens
untuk zat-zat pelarut seperti karbon tetra korida dan kloroform. Namun demikan larutan dari
kanji lebih umum dipergunakan, karena warna biru gelap dari kompleks iodin–kanji bertindak
sebagai suatu tes yang amat sensitiv untuk iodine. Dalam beberapa proses tak langsung
banyak agen pengoksid yang kuat dapat dianalisis dengan menambahkan kalium iodida
berlebih dan mentitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen pengoksid yang
membutuhkan larutan asam untuk bereaksi dengan iodin, Natrium tiosulfat biasanya
digunakan sebagai titrannya (Day, 1981).

Vitamin C disebut juga asam askorbat merupakan vitamin yang paling sederhana,
mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia. Struktur kimianya terdiri
dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6 H8 O6), karena mudah bereaksi
dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat (Safaryani, 2007). Fungsi dari vitamin C
ialah antioksidan yang diperlukan oleh sekurang-kurangnya 300 fungsi metabolik dalam
badan, termasuklah pertumbuhan dan penggantian tisu, fungsi kilang adrenal, dan untuk gusi
yang sehat.Pendinginan pada buah atau sayuran yang mengandung vitamin C dapat
memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme, dimana pada umumnya setiap
penurunan suhu 80C, kecepatan reaksi akan berkurang menjadi kira-kira setengahnya. Karena
itu penyimpanan dapat memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan dalam bahan pangan,
karena keaktifan respirasi menurun (Winarno ,2002).

Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika erupakan
kristal (murni). Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi dan
metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan mencegah
kelayuan. Namun Linder (1992) menyebutkan bahwa walaupun dalam keadaan temperatur
rendah dan kelembaban terpelihara, 50% vitamin C akan hilang dalam 3-5 bulan. vitamin C
dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu
190-192° C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling
utama vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang
dikatalis oleh beberapa logam terutama (Pratama, 2007).

Vitamin adalah senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan dalam jumlah


kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme dalam sel dan
penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta memelihara kesehatan. Vitamin
dibagi ke dalam dua golongan. Golongan pertama oleh Kodicek (1971) disebut prakoenzim
(procoenzyme), dan bersifat larut dalam air, tidak disimpan oleh tubuh, tidak beracun,
diekskresi dalam urine. Yang termasuk golongan ini adalah tiamin, riboflavin, asam nikotinat,
piridoksin, asam kolat, biotin, asam pantotenat, vitamin B12 (disebut golongan vitamin B) dan
vitamin C. Golongan kedua yang larut dalam lemak disebutnya alosterin, dan dapat disimpan
dalam tubuh. Apabila vitamin ini terlalu banyak dimakan, akan tersimpan dalam tubuh, dan
memberikan gejala penyakit tertentu (hipervitaminosis), yang juga membahayakan.
Kekurangan vitamin mengakibatkan terjadinya penyakit difisiensi, tetapi biasanya gejala
penyakit akan hilang kembali apabila kecukupan vitamin tersebut sudah terpenuhi (Poedjiadi,
1994).

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul
C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 – 192oC. Bersifat larut dalam
air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C
sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Dengan logam membentuk garam. Pada pH
rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih
apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang
tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada
katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat
(Sudarmadji, 1989).

Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih
mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan
dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki
keaktifan sebagai vitamin C lagi.

Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan. Oksidasi
dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi pada
pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat
interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka,
matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam hidroksilasi prolin dan lisin menjadi
hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentukan kalogen tersebut
(Poedjiadi, 1994).
Vitamin C mudah larut dalam air sehingga apabila vitamin C yang dikonsumsi
melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Karena tidak
disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis rata-rata yang
dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90 mg/hari. Tetapi masih bisa melebihi dosis yang
dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh dan daya tahan tubuh masing-masing orang yang
berbeda-beda (Sudarmadji, 1989).

Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat
hilang karena hal-hal seperti :

1. Pemanasan, yang menyebabkan rusak/berbahayanya struktur,

2. Pencucian sayur setelah dipotong-potong terlebih dahulu,

3. Adanya alkali atau suasana basa selama pengolahan, dan

4. Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak
reversible (Poedjiadi, 1994).

Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini.
Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomer 2 dan 3 sehingga ikatan
rangkap hilang (Harjadi,1990).
D. Alat dan Bahan
A. Alat
1) Tabung reaksi 2 buah
2) Erlenmeyer 100 ml 3 buah
3) Pipet takar 10 ml 1 buah
4) Labu ukur 100 ml 1 buah
5) Corong kaca 1 buah
6) Buret 50 ml 1 set
7) Botol semprot 1 buah
8) Neraca analitik 1 set
9) Lumpang dan alu 1 set
10) Kertas saring secukupnya
11) Kapas secukupnya

B. Bahan
1) Ekstrak kentang
2) Larutan fenol 1%
3) Larutan vitamin C (larutan asam askorbat)
4) Minyak tak jenuh
5) Larutan vitamin E (nature E)
6) H2O2
7) Sampel ( buah jeruk)
8) Larutan kanji 1%
9) Larutan yodium 0,01 N
10) Aquades
E. Prosedur Kerja dan pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil pengamatan

1. Uji antioksidan vitamin C  Tabung 1


 Gerus 10 gram kentang Larutan berubah warna
 Larutkan dalam air menjadi coklat gelap
 Bagi kedalam 2 tabung reaksi, sesuai
dengan table berikut  Tabung 2
Bahan Tabung Tabung 2 Larutan berubah warna
1 menjadi coklat muda

Ekstrak 5 mL -
kentang
Lautan - 10 tetes
vitamin c
Larutan fenol 10 tetes 10 tetes
1%

 Kocok setiap penambahan reagen

Amati dan Catat hasil

2. Uji antioksidan vitamin E  Tabung 1


 (+) 5 ml minyak tak jenuh kedalam tabung Larutan bewarna kuning
reaksi jernih
 Bagi kedalam 3 tabung reaksi, sesuai
dengan table berikut  Tabung 2
Bahan Tabung Tabung Tabung Larutan kuning keruh,
1 2 3 kental

Minyak 5 mL 5 mL 5 mL
 Tabung 3
tak
Larutan kuning keruh,
jenuh
cair
Lautan - - 10 tetes
vitamin
E
H2O2 - 10 tetes 10 tetes

 Kocok setiap penambahan reagen

Amati dan Catat hasil

3. Penetapan kadar vitamin C  Tablet C ipi


 hancurkan jeruk sampai membentuk slury Kadar vit C yang
 Timbang 10 gram slury didapatkan dari
 Encerkan dalam labu ukur 100 ml perhitungan adalah 7,48
 Saring dengan kapas mg
 Filtrate yang didapatkan dimasukan kedalam
Erlenmeyer sebanyak 10 ml  Ekstrak buah jeruk
 (+) larutan kanji 1 % 3 tetes Kadar vit C yang
 Titrasi dengan cepat dengan larutan iodium didapatkan dari
0,01 N perhitungan adalah
 Titrasi hingga warna biru kehitaman 0,0352 mg
 Catat volume larutan iodium terpakai

Tentukan kadar vit C


F. Pengolahan data
A. Data
1) Sampel table C ipi
- Massa = 0,5 g
0,05
- Maka jika diubah ke 50 mg = 𝑋 100 = 10
0,5

0,1 g tablet c ipi vit c = 10 % X 0,1


= 0,01 g
= 10 mg
- Jadi 10 mg tablet dilarutkan kemudian akan ditentukan kadar vit C nya

2) Sampel buah jeruk


- 10 ml ekstrak buah jeruk
- Jadi 10 ml ekstrak jeruk yang akan ditentukan kadar vit c nya

B. Penentuan kadar vitamin C


1) Tablet c ipi
𝑚𝐿 𝐼𝑜𝑑 0,01 𝑁 . 0,88
A= 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,85 𝑚𝐿 . 0,88
= 0,1 𝑔

= 7,48 mg
Jadi kadar vit. C yang terkandung dalam setiap 0,1 gram tablet c ipi adalah
7,48 mg.

2) Buah jeruk
𝑚𝐿 𝐼𝑜𝑑 0,01 𝑁 . 0,88
A=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

0,40 𝑚𝐿 . 0,88
= 10 𝑔

= 0,0352 mg
Jadi kadar vit C yang terkandung dalam setiap 10 gram jeruk adalah 0, 0352
mg.
G. PEMBAHASAN

Percobaan yang kami lakukan berjudul uji antioksidan dan penentuan kadar vitamin C.
Dimana tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat menguji antioksidan vitamin C dan
mahasiswa dapat menentukan kadar vitamin C dari berbagai jenis bahan makanan / buah-
buahan. Sampel yang kami gunakan adalah kentang jeruk. Percobaan ini dilakukan 3 tahap,
yaitu uji antioksidan vitamin C, uji antioksidan vitamin E, dan penentuan kadar vitamin C.

A. Uji antioksidan vitamin C


Antioksidan adalah molekul atau senyawa yang mampu memperlambat atau mencegah
preses oksidasi dari molekul lain. Dimana dalam pervobaan ini yang berguna sebagai
pencegah terjadinya preses oksidasi adalah vitamin C. Sampel yang akan diuji adalah
kentang. Sebagai mana yang kita semua ketahui bahwa kentang yang telah dibersihkan
dari kulitnya dan dibiarkan beberapa saat di udara terbuka akan mengalami perubahan
warna (cokelat). Perubahan warna yang terjadi pada permukaan kentang ini bisa
terjadi karena adanya reaksi oksidasi dari senyawa fenol oleh enzim yang terdapat
pada kentang. Pada kentang terdapat enzim PPO (Polifenol Oksidase). Dimana enzim
PPO ini akan mengoksidasinya menjadi katekol yang kemudian diubah menjadi kinon
dan setelah itu melalui kondensasi akan membentuk senyawa yang berwarna cokelat.
Untuk pencegahan perubahan warna pada kentang ini kentang yang telah di tambah
dengan vitamin C. Teori ini terbukti pada saat kami melakukan percobaan. Dimana
pada tabung reaksi 1 yang hanya berisi ekstrak kentang dan tetesan fenol 1% dibiarkan
diudara beberapa saat, seketika berubah warna menjadi cokelat. Untuk tabung reaksi 2
berisi ekstrak kentang, beberapa tetes vitamin C dan fenol dibiarkan diudara beberapa
saat sedikit berwarna cokelat tapi tidak sepekat tabung reaksi 1. Disini terlihat bahwa
vitamin C mengerjakan perannya sebagai pencegah terjadinya oksidasi walaupun tidak
maksimal.

B. Uji antioksidan vitamin E


Vitamin E berguna sebagai antioksidan di dalam tubuh, pada bagian sel membran atau
lebih tepatnya lagi pada bagian lipid sel membran, sirkulasi LDL ( Low Density
Lipoprotein), paru-paru, hari, dan jaringan adrenalin. Vitamin E berguna sebagai
antioksidan karena mudah teroksidasi. Karena berperan sebagai antioksidan inilah
vitamin E merupakan pertahan pertama melawan oksigen perusak, lipid peroksida, dan
radikal bebas. Pada percobaan ini terdiri atas 3 tabung reaksi. Pada tabung 1 berisi
minyak tak jenuh, tabung reaksi 2 berisi minyak tak jenuh dan beberapa tetes H2O2,
dan tabung reaksi 3 berisi minyak tak jenuh, vitamin E, dan beberapa tetes H2O2.
Kemudian ketiga tabung reaksi ini dikocok dan dibiarkan beberapa saat. Kemudian
terlihat perbedaan diantara ketiga tabung reaksi tersebut. Pada tabung reaksi 1 larutan
atau minyak nya tidak melihatkan adanya perubahan yang terjadi karena tidak
tercamur dengan senyawa lain. Kemudian pada tabung 2 terlihat adanya perubahan.
Dimana awalnya minyak tak jenuhnya berwarna bening bersih berubah menjadi keruh.
Perubahan warna ini disebabkan karena H2O2 yang ditambahkan tadi bereaksi dengan
minyak tak jenuh. Penambahan H2O2 membuat minyak teroksidasi karena ini H2O2
adalah oksidator kuat. Seterlah itu pada tabung 3 terlihat adanya perubahan pada
larutannya yaitu larutan yang didalamnya encer dari pada tabung reaksi yang lainnya.
Dimana pada tabung 3 ini berisi minyak tak jenuh, vitamin E dan larutan H2O2 .
dimana vitamin E adalah antioksidan yang larut dalam lemak.

C. Penentuan kadar vitamin C


Vitamin C atau asam askorbat bersifat larut dalam air dan sedikit larut
dalam asetondan alkohol yang mempunyai berat molekul rendah. Akan tetapi
vitamin C sukar larut dalam pelarut organik yang pada umumnya dapat melarutkan
lemak. Sampel yang akab diuji pada percobaan bahagian ini adalah CIPI dan buah
jeruk. Prinsip percobaan yang digunakan adalah titrasi. Dimana I2 akan direduksi
menjadi I. larutan standar (pentitrasi) yang kami gunakan adalah Iodium. Karena
menggunakan larutan standar Iodium maka percobaan yang kami lakukan ini dapat
juga disebut sebagai percobaan yang menggunakan metode Iodometri. Iodometri
adalah pentitrasian yang dilakukan secara langsung dan merupakan metode penentuan
dan penetapan kuantitatif yang dasar penentuannya adalah berdasarkan jumlah Iod
yang digunakan selama pentitrasian sampel CIPI dan buah jeruk. Indikator yang kami
gunakan dalam percobaan ini adalah indikator kanji. Kanji sebagai indiktor
disebabkan karena kanji dapat membentuk kompleks Iod amilum yang berwarna biru
kehitaman atau biru pekat meskipun konsentrasi Iod yang kita gunakan kecil, dan
molekul Iod akan terikat kuat pada permukaan amilum. Penggunaan indikator kanji
disini harus dalam keadaan panas, kenapa? Agar mendapatkan hasil titrasi yang bagus
saat penggomplekannya, misalkan dalam keadaan dingin maka pengomplekan yang
dilakukan Iod tidak optimal.
Pertama yang kami lakukan adalah uji kadar vitamin C sampel CIPI. Dimana CIPI
dititrasi berlahan-lahan karena titrasi ini membutuhkan ketelitian yang sangat
maksimal. Ketika akan mencapai titik akhir titrasi CIPI terkadang menimbulkan warna
biru tetapi biru itu kemudian hilang. Ini semua ini terjadi karena masih ada kandungan
CIPI yang belum bereaksi dengan larutan Iod. setelah itu ditambahkan lagi setetes Iod
ke dalam erlenmeyer. Barulah didapatkan warna biru kehitaman yang tidak hilang.
Kalau biru kehitaman tidak hilang lagi ini menandakan CIPI telah sepenuhnya
bereaksi dengan Iod dan terdapat senyawa pati didalamnya. Senyawa pati ini terdapat
unit-unit glukosanya yang membentuk rantai heliks. Benntuk heliks ini menyebabkan
pati dapat membentuk kompleks dengan molekul Iod yang masuk ke dalam spiralnya.
Sehingga menyebabkan timbulnya warna biru kehitaman pada larutan. Dengan reaksi
yang terjadi sebagai berikut

C6H8O6 + I2 → C6H6O6 + 2I- +2H+

Iod yang digunakan untuk pentitrasian CIPI adalah sekitar 0,85 ml. Setelah dilakukan
perhitungan kandungan vitamin C yang terdapat pada CIPI hanya sekitar 7,48 mg.
Seharusnya 0,1 g CIPI terdapat sekitar 0,1 mg vitamin C. Kekurang kandungan
vitamin C pada CIPI sekitar 2,52 mg. Ini semua mungkin terjadi selama melakukan
percobaan CIPI teroksidasi.
Untuk sampel jeruk langkah kerja yang dilakukan tidak jauh berbeda dari penentuan
kadar CIPI. Tapi pada sampel jeruk yang kami gunakan ini kami tidak mengetahui
secara pasti berapa kandungan Vitamin C yang terdapat pda 0,1 gram jeruk. Jadi
larutan Iod yang digunakan untuk pentitrasian sampel buah jeruk adalah sekitar 0,4
ml. Setelah didapatkan berapa Iod yang digunakan barulah dapat dihitung berapa
kandungan vitamin C yang terdapat pada sampel jeruk yang kami gunakan.
H. KESIMPULAN
1. Setelah kami melakukan percobaan yang bertindak sebagai antioksidan adalah vitamin
C dan Vitamin E.
2. Kadar vitamin C yang terdapat didalam 0,1 gram cipi adalah 10 mg, sedangkan
didalam percobaan yang telah kami lakukan kami mendapatkan kandungan vitamin C
yang terdapat pada CIPI hanyalah sekitar 7,48 mg.
3. Kekurangan kandungan vitamin C pada CIPI yang didapatkan setelah praktikum
dengan yang teori bisa terjadi karena CIPI telah teroksidasi selama melakukan
percobaan.
4. Kadar vitamin C yang terdapat pada sampel buah jeruk adalah sekitar 0,0352 mg.
I. JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa tujuan penambahan larutan kanji pada percobaan ini?


Untuk penentu titik akhir titrasi yaitu sebagai indikator yang menandakan titik akhit
titrasi dari bening menjadi biru dan titik dimana tercapainya ekivalen larutan.
2. Apa kegunaan larutan yodium pada percobaan ini?
Sebagai zat pengoksidasi dari asam askorbatt (vitamin C).
3. Apakah larutan yodium dapat digantikan denga zat lain? Jelaskan jawaban anda?
Tidak, karena yodium merupakan larutan standar baku yang bermanfaat sebagai
pengoksidasi.
4. Bagaimana ketelitian penentuan vitamin C antara metoda titrasi dengan
spektrofotometri? Jelaskan jawaban anda?
Menurut saya lebih teliti spektofotometri dibandingkan dengan metode titrasi.
Dimana spektofotometri ini menggunakan alat dan tidak membutuhkan ketiliti yang
lebih dibandingkan menggunakan metode titrasi. Metoda titrasi ini membutuhkan
ketelitian praktika dalam melihat titik akhir titrasinya.
Lampiran

Sampel cipi yang dihaluskan Cipi di larutkan dengan air Sampel minyak tak jenuh
sampai tanda batas

Sampel kentang Sampel kentang yang Sampel kentang ditambah-


dihaluskan kan dengan sedikit air

Uji antioksidan vitamin C Minyak tak jenuh Minyak tak jenuh + tetesan
vitamin E
Uji antioksida vitamin E Hasil keseluruhan setelah Penentuan kadar vitamin C
didiamkan beberapa saat
DAFTAR PUSTAKA

Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga, Jakarta.

Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.

Basset, J. Dkk. 1994. Buku Ajar Vogel – Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran.

Cahyono, Bambang. 2010. Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan.
Yogyakarta: Lily Publisher Day.

Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Penerbit PT Gramedia

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar–Dasar Biokimia. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

Sudarmaji, Slamet. Dkk. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.


Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Tim Biokimia. 2018. Penuntun Praktikum Biokimia. Padang: UNP.

Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: gramedia.

Anda mungkin juga menyukai