KELOMPOK 6
2. HILMI RAHMADINA
3. NUREZTITI AZWAR
4. RAFIKA KHAIRA
2. LASMI YUNITA
JURUSAN KIMIA
2018
PRAKTIKUM 3
A. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat menguji antioksidaan vitamin C
2. Mahasiswa dapat menentukan kadar vitamin C dari berbagai jenis bahan
makanan/buah buahan
C. TEORI DASAR
Vitamin dapat digolongkaan atas kelarutannya yaitu vitamin yang larut dalam air dan
vitamin yang larut dalam lemak/minyak. Vitamin yang dapat larut dalam air adalah vitamin B
dan vitamin C. Sedangkan vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K.
Vitamin yang larut dalam air bila dikonsumsi berlebihan akan dibuang keluar tubuh bersama
urine dan keringat. Penentuan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara
titrasi dan spektrofotometri. Vitamin C sangat mudah teroksidasi sehingga vitamin C ini
mudah rusak.
Proses oksidasi
Proses oksidasi berperan dalam metabolisme tubuh makhluk hidup untuk berbagai
tujuan. Salah satunya tujuan oksidasi dalam metabolisme adalah untuk mendapatkan energi
contohnya proses oksidasi glukosa menjadi H2O, CO2 dan energi. Proses oksidasi di dalam
tubuh terjadi dalam dua bentuj yaitu secara enzimatik dan non enzimatik.
Fenol yang terdapat di dalam kentang akan di oksidasi oleh PPO menjadi katekol yang
keemudian menjadi kinon dan selanjutnya melalui kondensasi membentuk senyawa berwarna
cokelat. Penambahan vitamin C (asam askorbat) dapat menghambat oksidasi fenol oleh PPO
karena asam askorbat dioksidasi menjadi asam dehidro askorbat (Penuntun praktikum
biokimia, 2018 : 7-8).
Vitamin C adalah vitamin yang tergolong vitamin yang larut dalam air. Sumber
Vitamin C sebagian besar tergolong dari sayur-sayuran dan buah-buahan terutama buah-
buahan segar. Asupan gizi rata-rata sehari sekitar 30 sampai 100 mg vitamin C yang
dianjurkan untuk orang dewasa. Namun, terdapat variasi kebutuhan dalam individu yang
berbeda (Sweetman, 2005).
Jeruk (Citrus sp) adalah tanaman buah tahunan yang berasal dari Asia. Balai Pelitian
Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Badan litbang Pertanian di Malang telah
mengumpulkan lebih kurang 160 jenis jeruk yang dieksplorasi mulai dari Sabang sampai
Merauke serta beberapa jenis jeruk import. Beberapa jenis jeruk diantaranya adalah jeruk
keprok Tejakula, Sipirok, Kacang, Siam Banjar, Siompu, Simadu, Bali Merah, Crifta 01,
Jemari Taji, Pamelo Ratu, Raja, Magetan, Sri Nyonya, Nambangan, jeruk manis Pacitan dan
lain-lainnya dan dapat tumbuh dan berproduksi di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, baik dilahan sawah maupun tegalan. Dari semua jenis jeruk tersebut, jeruk
siam, jeruk baby, jeruk keprok, jeruk Bali, jeruk nipis dan jeruk purut merupakan jenis jeruk
lokal paling banyak dibudidayakan di Indonesia. Sedangkan jeruk yang diintroduksi paling
banyak adalah jenis Lemon dan Grapefruit. Sekitar 70-80% pertanaman jeruk di Indonesia
adalah jeruk siam, sedangkan jenis jeruk lainnya adalah jeruk keprok, dan pamelo (Badan
Litbang Pertanian, 2005).
Metode ini paling banyak digunakan, karena murah, sederhana, dan tidak memerlukan
peralatan laboratorium yang canggih. titrasi ini memakai Iodium sebagai oksidator yang
mengoksidasi vitamin C dan memakai amilum sebagai indikatornya (Wijanarko, 2002)
Metode titrasi iodometri langsung (iodimetri) mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar. Metode titrasi iodometri tak langsung (iodometri) adalah berkenaan
dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Larutan standar yang digunakan
dalam kebanyakan proses iodometri adalah natrium tiosulfat. Garam ini biasanya berbentuk
sebagai pentahidrat Na2S2O3.5H2O. Larutan tidak boleh distandarisasi dengan penimbangan
secara langsung, tetapi harus distandarisasi dengan standar primer. Larutan natrium thiosulfat
tidak stabil untuk waktu yang lama. Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer
untuk natrium thiosulfat dan dianjurkan apabila thiosulfat harus digunakan untuk penentuan
tembaga (Day, 1981).
Vitamin C disebut juga asam askorbat merupakan vitamin yang paling sederhana,
mudah berubah akibat oksidasi, tetapi amat berguna bagi manusia. Struktur kimianya terdiri
dari rantai 6 atom C dan kedudukannya tidak stabil (C6 H8 O6), karena mudah bereaksi
dengan O2 di udara menjadi asam dehidroaskorbat (Safaryani, 2007). Fungsi dari vitamin C
ialah antioksidan yang diperlukan oleh sekurang-kurangnya 300 fungsi metabolik dalam
badan, termasuklah pertumbuhan dan penggantian tisu, fungsi kilang adrenal, dan untuk gusi
yang sehat.Pendinginan pada buah atau sayuran yang mengandung vitamin C dapat
memperlambat kecepatan reaksi-reaksi metabolisme, dimana pada umumnya setiap
penurunan suhu 80C, kecepatan reaksi akan berkurang menjadi kira-kira setengahnya. Karena
itu penyimpanan dapat memperpanjang masa hidup jaringan-jaringan dalam bahan pangan,
karena keaktifan respirasi menurun (Winarno ,2002).
Sifat vitamin C adalah mudah berubah akibat oksidasi namun stabil jika erupakan
kristal (murni). Penyimpanan pada suhu rendah dapat mengurangi kegiatan respirasi dan
metabolisme, memperlambat proses penuaan, mencegah kehilangan air dan mencegah
kelayuan. Namun Linder (1992) menyebutkan bahwa walaupun dalam keadaan temperatur
rendah dan kelembaban terpelihara, 50% vitamin C akan hilang dalam 3-5 bulan. vitamin C
dalam bentuk murni merupakan kristal putih, tak berwarna, tidak bau dan mencair pada suhu
190-192° C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Sifat yang paling
utama vitamin C adalah kemampuan mereduksi yang kuat dan mudah teroksidasi yang
dikatalis oleh beberapa logam terutama (Pratama, 2007).
Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 178 dengan rumus molekul
C6H8O6. Dalam bentuk kristal tidak berwarna, titik cair 190 – 192oC. Bersifat larut dalam
air, sedikit larut dalam aseton atau alcohol yang mempunyai berat molekul rendah. Vitamin C
sukar larut dalam chloroform, ether, dan benzene. Dengan logam membentuk garam. Pada pH
rendah vitamin C lebih stabil daripada pH tinggi. Vitamin C mudah teroksidasi, lebih-lebih
apabila terdapat katalisator Fe, Cu, enzim askorbat aksidase, sinar, dan temperature yang
tinggi. Larutan encer vitamin C pada pH kurang dari 7,5 masih stabil apabila tidak ada
katalisator seperti di atas. Oksidasi vitamin C akan terbentuk asam dihidroaskorbat
(Sudarmadji, 1989).
Asam askorbat sangat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat yang masih
mempunyai keaktifan sebagai vitamin C. Asam dihidroaskorbat secara kimia sangat labil dan
dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi asam diketogulonat yang tidak memiliki
keaktifan sebagai vitamin C lagi.
Dalam larutan air vitamin C mudah dioksidasi, terutama apabila dipanaskan. Oksidasi
dipercepat apabila ada tembaga atau suasana alkalis. Kehilangan vitamin C sering terjadi pada
pengolahan, pengeringan, dan cahaya. Vitamin C penting dalam pembuatan zat-zat
interseluler, kolagen. Vitamin ini tersebar keseluruh tubuh dalam jaringan ikat, rangka,
matriks, dan lain-lain. Vitamin C berperan penting dalam hidroksilasi prolin dan lisin menjadi
hidroksiprolin dan hidroksilisin yang merupakan bahan pembentukan kalogen tersebut
(Poedjiadi, 1994).
Vitamin C mudah larut dalam air sehingga apabila vitamin C yang dikonsumsi
melebihi yang dibutuhkan, kelebihan tersebut akan dibuang dalam urine. Karena tidak
disimpan dalam tubuh, vitamin C sebaiknya dikonsumsi setiap hari. Dosis rata-rata yang
dibutuhkan bagi orang dewasa adalah 60-90 mg/hari. Tetapi masih bisa melebihi dosis yang
dianjurkan, tergantung pada kondisi tubuh dan daya tahan tubuh masing-masing orang yang
berbeda-beda (Sudarmadji, 1989).
Sumber vitamin C adalah sayuran berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C dapat
hilang karena hal-hal seperti :
4. Membuka tempat berisi vitamin C sebab oleh udara akan terjadi oksidasi yang tidak
reversible (Poedjiadi, 1994).
Harga vitamin C (asam askorbat) sering ditentukan kadarnya dengan titrasi ini.
Vitamin C dengan iod akan membentuk ikatan dengan atom C nomer 2 dan 3 sehingga ikatan
rangkap hilang (Harjadi,1990).
D. Alat dan Bahan
A. Alat
1) Tabung reaksi 2 buah
2) Erlenmeyer 100 ml 3 buah
3) Pipet takar 10 ml 1 buah
4) Labu ukur 100 ml 1 buah
5) Corong kaca 1 buah
6) Buret 50 ml 1 set
7) Botol semprot 1 buah
8) Neraca analitik 1 set
9) Lumpang dan alu 1 set
10) Kertas saring secukupnya
11) Kapas secukupnya
B. Bahan
1) Ekstrak kentang
2) Larutan fenol 1%
3) Larutan vitamin C (larutan asam askorbat)
4) Minyak tak jenuh
5) Larutan vitamin E (nature E)
6) H2O2
7) Sampel ( buah jeruk)
8) Larutan kanji 1%
9) Larutan yodium 0,01 N
10) Aquades
E. Prosedur Kerja dan pengamatan
No Prosedur Kerja Hasil pengamatan
Ekstrak 5 mL -
kentang
Lautan - 10 tetes
vitamin c
Larutan fenol 10 tetes 10 tetes
1%
Minyak 5 mL 5 mL 5 mL
Tabung 3
tak
Larutan kuning keruh,
jenuh
cair
Lautan - - 10 tetes
vitamin
E
H2O2 - 10 tetes 10 tetes
0,85 𝑚𝐿 . 0,88
= 0,1 𝑔
= 7,48 mg
Jadi kadar vit. C yang terkandung dalam setiap 0,1 gram tablet c ipi adalah
7,48 mg.
2) Buah jeruk
𝑚𝐿 𝐼𝑜𝑑 0,01 𝑁 . 0,88
A=
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,40 𝑚𝐿 . 0,88
= 10 𝑔
= 0,0352 mg
Jadi kadar vit C yang terkandung dalam setiap 10 gram jeruk adalah 0, 0352
mg.
G. PEMBAHASAN
Percobaan yang kami lakukan berjudul uji antioksidan dan penentuan kadar vitamin C.
Dimana tujuan dari percobaan ini adalah mahasiswa dapat menguji antioksidan vitamin C dan
mahasiswa dapat menentukan kadar vitamin C dari berbagai jenis bahan makanan / buah-
buahan. Sampel yang kami gunakan adalah kentang jeruk. Percobaan ini dilakukan 3 tahap,
yaitu uji antioksidan vitamin C, uji antioksidan vitamin E, dan penentuan kadar vitamin C.
Iod yang digunakan untuk pentitrasian CIPI adalah sekitar 0,85 ml. Setelah dilakukan
perhitungan kandungan vitamin C yang terdapat pada CIPI hanya sekitar 7,48 mg.
Seharusnya 0,1 g CIPI terdapat sekitar 0,1 mg vitamin C. Kekurang kandungan
vitamin C pada CIPI sekitar 2,52 mg. Ini semua mungkin terjadi selama melakukan
percobaan CIPI teroksidasi.
Untuk sampel jeruk langkah kerja yang dilakukan tidak jauh berbeda dari penentuan
kadar CIPI. Tapi pada sampel jeruk yang kami gunakan ini kami tidak mengetahui
secara pasti berapa kandungan Vitamin C yang terdapat pda 0,1 gram jeruk. Jadi
larutan Iod yang digunakan untuk pentitrasian sampel buah jeruk adalah sekitar 0,4
ml. Setelah didapatkan berapa Iod yang digunakan barulah dapat dihitung berapa
kandungan vitamin C yang terdapat pada sampel jeruk yang kami gunakan.
H. KESIMPULAN
1. Setelah kami melakukan percobaan yang bertindak sebagai antioksidan adalah vitamin
C dan Vitamin E.
2. Kadar vitamin C yang terdapat didalam 0,1 gram cipi adalah 10 mg, sedangkan
didalam percobaan yang telah kami lakukan kami mendapatkan kandungan vitamin C
yang terdapat pada CIPI hanyalah sekitar 7,48 mg.
3. Kekurangan kandungan vitamin C pada CIPI yang didapatkan setelah praktikum
dengan yang teori bisa terjadi karena CIPI telah teroksidasi selama melakukan
percobaan.
4. Kadar vitamin C yang terdapat pada sampel buah jeruk adalah sekitar 0,0352 mg.
I. JAWABAN PERTANYAAN
Sampel cipi yang dihaluskan Cipi di larutkan dengan air Sampel minyak tak jenuh
sampai tanda batas
Uji antioksidan vitamin C Minyak tak jenuh Minyak tak jenuh + tetesan
vitamin E
Uji antioksida vitamin E Hasil keseluruhan setelah Penentuan kadar vitamin C
didiamkan beberapa saat
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Badan Litbang Pertanian. 2005. Prospek dan arah Pengembangan Agribisnis Jeruk. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian.
Basset, J. Dkk. 1994. Buku Ajar Vogel – Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran.
Cahyono, Bambang. 2010. Sukses Budi Daya Jambu Biji di Pekarangan dan Perkebunan.
Yogyakarta: Lily Publisher Day.
R.A. dan A.L. Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat. Jakarta:
Penerbit Erlangga.