Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION II

KEPERAWATAN MATERNITAS II

DEPRESI POSTPARTUM

Disusun oleh :

Luluk Nafisah (11141040000006)


Rizki Fitri (11141040000008)
Iin Silawati (11141040000012)
Fatrichia Nur Rahma (11141040000018)
Dita Retno Wulandari (11141040000041)
Resha Pahlevi (11141040000046)

KELOMPOK 6

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

NOVEMBER/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami mengucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan kuasa-Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah SGD II
– Depresi Postpartum dengan baik. Makalah ini dibuat agar dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang serta hal hal yang terkait dengannya.
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca
dalam memperdalam atau menambah wawasan dan pengetahuan tentang
“Depresi Postpartum”. Jika terdapat kata maupun penulisan yang salah, kami
mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan agar
makalah selanjutnya dapat kami kerjakan lebih baik lagi.

Ciputat, November 2016

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
1.4 Metode Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
DEPRESI POSTPARTUM .............................................................................. 3
2.1 Definisi Depresi Postpartum ..................................................................... 3
2.2 Etiologi Depresi Postpartum ..................................................................... 3
2.3 Manifestasi Klinis Depresi Postpartum .................................................... 4
2.4 Jenis-Jenis Depresi Postpartum................................................................. 6
2.5 Faktor Resiko Depresi Postpartum ........................................................... 8
2.6 Gangguan Psikologis Postpartum ............................................................. 9
2.7 Proses Keperawatan Depresi Postpartum ............................................... 11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
3.2 Saran ....................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terdapat tiga gangguan mood yang biasanya terjadi setelah kelahiran
bayi, antara lain : (1) postpartum blues ; (2) depresi postpartum ; (3) psikosis
postpartum. Mood yang berfluktuasi cepat, perasaan yang penuh dengan
kesedihan, mudah tersinggung, dan cemas merupakan gejala yang sering
terjadi. Puncak gejala terjadi pada hari keempat dan kelima setelah persalinan
dan bertahan selama beberapa hari, tetapi secara umum waktunya terbatas dan
dengan spontan mengalami remisi pada 2 minggu pertama postpartum. Gejala-
gejala baby blues tidak mempengaruhi kemampuan fungsional ibu dan
menjaga bayinya. Wanita dengan gejala mudah marah dan bertahan lebih dari
2 minggu harus dilakukan skrining terjadinya depresi postpartum.
Depresi postpartum mepengaruhi sekitar 10-15% dari seluruh ibu
baru, namun dapat lebih tinggi hingga 35% pada kelompok demografi
(Thurgood, 2012). Pada negara berkembang, prevalensinya berkisar antara 5-
4
25%. Satu studi menemukan 19,2% ibu baru yang didiagnosa dengan depresi
mayor atau minor dalam tiga bulan pertama postpartum, 7,1% diantaranya
mengaalami depresi mayor. Pada studi lain dari 214 wanita, 86 diantaranya
memiliki gejala depresi (40,2%), tetapi hanya 25 (11,7%) yang secara nyata
didiagnosa sebagai suatu depresi. Survey lainnya menyebutkan sepertiga wanita
yang dinilai dengan batas resiko depresi pada delapan bulan postpartum, tetap
mengalami depresi 12-18 bulan kemudian, dan hanya 15% yang meminta
pertolongan atau dirujuk ke ahli kesehatan mental. Depresi postpartum jarang
terdiagnosa dan menjadi komplikasi paska kelahiran bayi serta gangguan psikiatri
perinatal tersering, dengan resiko tertinggi pada wanita postpartum tahun pertama
(Thurgood, 2009). Satu penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga kali lipat
peningkatan resiko utuk menjadi depresi pada 3 sampai 6 bulan setelah kelahiran
bayi (Mancini, 2007)

1.2 Rumusan Masalah


1) Definisi depresi postpartum

1
2) Etiologi depresi postpartum
3) Jenis-Jenis depresi postpartum
4) Faktor resiko depresi postpartum
5) Gangguan Psikologis depresi postpartum
6) Proses Keperawatan pada depresi postpartum

1.3 Tujuan
1) Dapat menjelaskan dan memahami definisi depresi postpartum
2) Dapat menjelaskan dan memahami etiologi depresi postpartum
3) Dapat menjelaskan dan memahami jenis-Jenis depresi postpartum
4) Dapat menjelaskan dan memahami faktor resiko depresi postpartum
5) Dapat menjelaskan dan memahami gangguan Psikologis depresi
postpartum
6) Dapat menjelaskan dan memahami proses Keperawatan pada depresi
postpartum

1.4 Metode Penulisan


Pembuatan makalah ini menggunakan metode studi pustaka, yaitu
mengumpulkan materi-materi dan informasi melalui buku-buku, jurnal, artikel
ilmiah , dan sebagainya.
BAB II
PEMBAHASAN

DEPRESI POSTPARTUM

2.1 Definisi Depresi Postpartum


Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat
yang terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi . Depresi postpartum
mungkin muncul terlambat 30 minggu dari postpartum, bahkan sebagian
mengatakan kurang dari 12 bulan pertama postpartum. Manifestasinya berupa
menangis, insomnia, depresi, kelemahan, cemas, tidak bergairah dan
konsentrasi yang buruk. bisa saja mengalami gejala yang ringan, sedang
ataupun berat. Berdasarkan atas Diagnostic and Statistic Manual of Mental
Disorders, Fourth Edition (DSM-IV), depresi postpartum bukan merupakan
wujud yang terpisah, melainkan bagian dari spektrum depresi mayor, yang
terkode dengan suatu modifikasi terhadap onset postpartum. DSM-IV
memutuskan bahwa onsetnya harus sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi
(Gjedingen, 2003)

2.2 Etiologi Depresi Postpartum


Penurunan cepat tingkat reproduksi hormon yang terjadi setelah
melahirkan dikatakan dapat berkembang menjadi depresi pada wanita dengan
depresi postpartum. Penurunan kadar estrogen hingga 100-1000 x selama 3-4
hari postppartum diduga memiliki hubungan dengan densitas Monoamine
Oxidase A (MAO-A), yaitu suatu enzim yang primer berlokasi di membran
mitokondria luar yang terdeteksi di neuron dan glia dan peningkatannya
diduga berperan dalam episode depresif mayor. (Zonana, 2005)
Penurunan hormon progesteron signifikan berhubungan dengan
perubahan suasana hati dengan sebuah pengaruh tambahan pada pola makan.
Pada studi lainnya, didapatkan peningkatan serum Cu yang sejalan dengan
terjadinya inflamasi atau disregulasi auto-imun. Ketika tingkat inflamasi
tinggi, penderita akan mengalami gejala depresi seperti lemas, dan lesu.

3
Kedua, inflamasi akan meningkatkan level kortisol, dan akhirnya akan
menurunkan serotonin dengan menurunkan prekursornya,yaitu trypthopan.
(Zonana, 2005)
Walaupun penyebab depresi cenderung pada tingkat penurunan
hormon, beberapa faktor lain mungkin menjadi penyebab terjadinya depresi
post partum. Kejadian stress dalam hidup, riwayat depresi sebelumnya, dan
riwayat keluarga yang mengalami gangguan mood, semua dikenal sebagai
prediktor depresi mayor pada wanita. (Zonana, 2005)
Sedikitnya 5 studi sejak tahun 1968 telah menduga bahwa gangguan
tidur dapat menyebabkan depresi postpartum. Ibu baru tidak selalu dapat tidur
ketika mereka membutuhkannya, karena mereka harus menjaga bayinya.
Kecenderungan wanita tersebut untuk menjadi depresi mungkin disebabkan
oleh kelelahan atau fatique. (Bozoky, 2002)

2.3 Manifestasi Klinis Depresi Postpartum


Ciri khas wanita yang mengalami depresi post partum bervariasi dari
hari ke hari,bahkan terkadang ibu tidak menyadari bahwa dirinya
telahmengalami gangguan depresi post partum. Gejala depresi post
partummemiliki karakteristik yang spesifik dibandingkan dengan depresi
padaumumnya, antara lain (Marmi,2011):
1. Ibu dapat mengalami mimpi buruk yang biasa terjadi pada waktutidur
REM (Rapid Eye Movement), sehingga menyebabkan ibuterbangun tengah
malam dan cenderung mengalami insomnia.
2. Munculnya rasa phobia, yaitu ketakutan yang irasional terhadapsuatu
benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekanoleh pasien
walaupun hal tersebut diketahui bahwa hal tersebutirasional. Salah satu
phobia yang dapat dialami ibu post partum yaitu ketakutan dengan
peralatan operasi dan jarum akibat ibumengalami operasi bedah Caesar
ketika bersalin.
3. Munculnya rasa kecemasan, ketegangan, rasa tidak aman,
dankekhawatiran yang dirasakan karena mengalami hal yang
tidakmenyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui.
4. Ibu cenderung lebih sensitif, yang diakibatkan karena perubahanperan
menjadi orang tua, kurangnya pengalaman, kurang rasapercaya diri dalam
perawatan bayi, dan merasa tidak bahagia danpuas menjadi seorang ibu.
5. Ibu mengalami perubahan mood, diantaranya munculnya gejalakurang
nafsu makan, sedih, murung, gangguan tidur, perasaan tidakberharga,
mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasaterganggu dengan
perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri,menyalahkan diri sendiri,
lemah dalam kehendak, tidak mempunyaiharapan untuk masa depan, tidak
mencintai bayi, ingin menyakitibayi, serta tidak mau berhubungan dengan
orang lain.

Gejala-Gejala Depresi
Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang
secaraspesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi. Dapat dilihat dari segi
fisik, segi psikisdan segi sosial.
1. Gejala Fisik
1) Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit
tidur)
2) Menurunnya tingkat aktivitas. Orang yang mengalami depresi
menunjukkanperilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak
melibatkan orang lain.
3) Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang depresi akan sulit
mengfokuskanperhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan.
Kebanyakan yangdilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak
berguna.
4) Menurunnya produktifitas kerja.
5) Mudah merasa letih dan sakit.
2. Gejala Psikis
1) Kehilangan rasa percaya diri.
2) Sensitif
3) Merasa diri tidak berguna
4) Perasaan bersalah
5) Perasaan terbebani

5
3. Gejala Sosial (Lubis, 2009)

Menurut Soejono,dkk (2007), penggolongan depresi dibagi menjadi


berikut:
1. Gejala Utama
1) Perasaan depresif
2) Hilangnya minat dan semangat
3) Mudah lelah dan tenaga hilang
2. Gejala Lain
1) Konsentrasi dan perhatian menurun
2) Harga diri dan kepercayaan diri menurun
3) Perasaan bersalah dan tidak berguna
4) Pesimis terhadap masa depan
5) Gagasan membahayakan diri atau bunuh diri
6) Gangguan tidur
7) Gangguan nafsu makan
8) Menurunnya libido

2.4 Jenis-Jenis Depresi Postpartum


Menurut klasifikasi WHO, berdasarkan tingkat penyakitnya depresi
dapat dibagi menjadi: (Lubis, 2009)
1. Mild depresian/minor depression dan dysthymic disorder
Pada depresi ringan, mood yang rendah datang dan pergi dan penyakit
datangsetelah kejadian stressful yang spesifik. Individu akan merasa cemas dan
jugatidak bersemangat. Perubahan gaya hidup biasanya dibutuhkan untuk
mengurangidepresi jenis ini. Minor depression ditandai dengan adanya dua
gejala padadepressive episode.
1) Moderate depression
Pada depresi sedang mood yang rendah berlangsung terus dan
individumengalami simtom fisik juga walaupun berbeda-beda tiap individu.
Perubahangaya hidup saja tidak cukup dan bantuan diperlukan untuk
mengatasinya.
2) Severe depression/major depression
Depresi berat adalah penyakit yang tingkat depresinya parah. Individu
akanmengalami gangguan dalam kemampuan untuk bekerja, tidur, makan
danmenikmati hal yang menyenangkan dan penting untuk mendapatkan
bantuanmedis secepat mungkin. Major depression ditandai dengan adanya
lima atau lebihsimptom yang ditunjukkan dalam major depression episode dan
berlangsungselama 2 minggu berturut-turut.

Menurut Yulianti (2010), depresi postpartum dibagi menjadi tiga jenis,


yaitu depresi ringan, sedang dan berat.
1. Depresi Ringan
Depresi ini biasanya singkat dan tidak terlalu mengganggu kegiatan-
kegiatan normal. Peristiwa-peristiwa signifikan seperti hari liburan, ulang
tahunpernikahan, pekerjaan baru, demikian juga kebosanan dan frustasi
bisamenghasilkan suatu keadaan hati yang murung. Pada depresi tipe ini
tidakdibutuhkan penanganan khusus, perubahan situasi dan suasana hati yang
membaikbiasanya segera bisa mengubah kemurungan itu kembali ke fase
normal kembali.
2. Depresi Sedang
Gejalanya hampir sama dengan depresi ringan, tetapi lebih kuat dan
lamaberakhirnya. Suatu peristiwa yang tidak membahagiakan seperti
meninggalnyaseorang kekasih, hilangnya karier, kemunduran dan lain-lain
biasanya merupakanpenyebab dari depresi tipe ini. Orang memang sadar akan
perasaan tidak bahagiaitu, namun tidak dapat mencegahnya. Pada tipe ini
bunuh diri merupakan hal yangpaling berbahaya, karena bunuh diri
merupakan hal satu-satunya pemecahan masalah ketika kepedihan itu menjadi
lebih buruk. Dalam hal ini pertolonganyang profesional dibutuhkan.
3. Depresi Berat
Kehilangan interes dengan dunia luar dan perubahan tingkat laku
yangserius dan berkepanjangan merupakan karakteristik dari depresi tipe ini.
Kadanggangguan yang lain seperti schizophrenia, alkoholisme atau kecanduan
obat seringberkaitan dengan depresi ini. Demikian juga gejala fisik akan

7
menjadi nyatadirasakan. Dalam keadaan ini, penanganan secara profesional
sangat diperlukan

2.5 Faktor Resiko Depresi Postpartum


Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum tidak
berbeda secara mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional.
Suasana sekitar kehamilan dan kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi
pencetus timbulnya gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah
adanya ketidak seimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan
kehamilan dan persalinan. Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang
dianggap sebagai penyebab munculnya gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut,
yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya atau orang tua yang
overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan ketidakpuasaan
dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan
terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan
seperti kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan
munculnya gejala depresi.
Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post
partum:
a. Faktor konstitusional.
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat
obstetri pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada
komplikasi dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak
pada wanita primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena
setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu
hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia
akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental
selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan
kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis
setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara kelahiran dan
munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada keseimbangan.
Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara cepat setelah
melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan
pentingnya cinta dalam menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai
hubungan baik antara ibu dan anak.
a. Faktor sosial.
Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak
memadai lebih sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya
dukungan dalam perkawinan.

Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya


depresi pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1) Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai
akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang
terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin
perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2) Faktor pengalaman
3) Faktor pendidikan.
4) Faktor selama proses persalinan.
5) Faktor dukungan sosial.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan
dan pascasalin,

2.6 Gangguan Psikologis Postpartum


Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mentaldisorder
(American Psychiatric Association, 2000) tentang petunjuk resmi untuk
pengkajian dan diagnosis penyakit psikiater, bahwa gangguan yang dikenali
selama postpartum adalah

9
1. Postpartum Blues
Fenomena pasca postpartum awal atau baby blues merupakan sekuel
umum kelahiran bayi, terjadi hingga 70% wanita. Postpartum blues, maternity
blues atau baby blues merupakan gangguan mood /efek ringan sementara
yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10 setelah persalinan ditandai
dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung,
gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur (Pillitteri, 2003). Bobak (2005)
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan postpartum blues adalah
perubahan mood pada ibu postpartum yang terjadi setiap waktu setelah ibu
melahirkan tetapi seringkali terjadi pada hari ketiga atau keempat postpartum
dan memuncak antara hari kelima dan ke-14 postpartum yang ditandai
dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas, bingung,
gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur. Ibu postpartum yang mengalami
postpartum blues mempunyai gejala antara lain rasa marah, murung, cemas,
kurang konsentrasi, mudah menangis (tearfulness), sedih (sadness), nafsu
makan menurun (appetite), sulit tidur (Lynn dan Pierre, 2007). Keadaan ini
akan terjadi beberapa hari saja setelah melahirkan dan biasanya akan
berangsur-angsur menghilang dalam beberapa hari dan masih dianggap
sebagai suatu kondisi yang normal terkait dengan adaptasi psikologis
postpartum. Apabila memiliki faktor predisposisi dan pemicu lainnya maka
dapat berlanjut menjadi depresi postpartum.
2. Depresi Postpartum
Gejala yang ditimbulkan antara lain kehilangan harapan
(hopelessness), kesedihan, mudah menangis, tersinggung, mudah marah,
menyalahkan diri sendiri, kehilangan energi, nafsu makan menurun (appetite),
berat badan menurun, insomnia, selalu dalam keadaan cemas, sulit
berkonsentrasi, sakit kepala yang hebat, kehilangan minat untuk melakukan
hubungan seksual dan ada ide untuk bunuh diri (Lynn dan Pierre, 2007).
3. Postpartum Psikosis
Mengalami depresi berat seperti gangguan yang dialami penderita
depresi postpartum ditambah adanya gejala proses pikir (delusion,
hallucinations and incoherence of association) yang dapat mengancam dan
membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya sehingga sangat
memerlukan pertolongan dari tenaga professional yaitu psikiater dan
pemberian obat (Lynn dan Pierre, 2007).

2.7 Proses Keperawatan Depresi Postpartum


1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 )
dapat dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1) Identitas klien.
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat,
medical record dan lain-lain
2) Keluhan Utama
Mudah marah, cemas, melukai diri
3) Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada Ibu dengan depresi postpartum biasanya terjadi kurang nafsu
makan, sedih – murung, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia,
merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Berhubungan dengan kejadian pada persalinan masa lalu serta
kesehatan pasien
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berhubungan dengan dukungan keluarga terhadap keadaan pasien

4) Riwayat Persalinan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses
kelahiran itu sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam
upaya retrospeksi diri (Konrad, 1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya
mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran anak
mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi
medis. Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari
yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar),

11
orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa mencapai yang telah
direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman
melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi
orang tua.

5) Citra Diri Ibu


Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan
seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya
selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam
menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi
seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan dengan penyesuaian
perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan kekhawatiran
pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk
memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa
hubungan seksual akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.

6) Interaksi Orang Tua-Bayi


Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah
menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset hanya
berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk
menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas
keibuan atau kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan
perlindungan anak. Tanda-tanda yang menunjukkan ada atau tidaknya
kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat orang tua bereaksi
terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan hubungan
mereka.

7) Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif


Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang
tua terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua
menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan
bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui
ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan
bayinya, dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa
tingkat kelelahan bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua
tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan
kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi-bayi ini cenderung
akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,
dipandang sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu
membedakan cara berespon terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi,
seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk berbicara dan kebutuhan untuk
dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi mereka untuk
menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.

8) Struktur dan Fungsi Keluarga


Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum
blues ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang
wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya
dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain.
Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota
keluarga dan membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah
tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.

9) Perubahan Mood.
Kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah
marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan
fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah
dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit
untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta
mengotori kain yang baru diganti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan

13
perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar
memusuhi bayinya.
2. Diagnosa KeperawatanDeprsesi PostPartum

Diagnosa Kriteria hasil Intervensi


1. Koping individu tidak Anxiety Control: Counseling
efektifberhubungan
dengan stress Indikasi : Aktivitas :
kelahiran, konsep diri - Kontrol instensitas - Beri dorongan
negative, system cemas kepada pasien untuk
pendukung, yang tidak - Eliminasi tanda cemas mengungkapkan
adekuat - Menggunakan strategi pikiran dan perasaan
koping efektif untuk
- Menggunakan teknik mengeksternalisasik
Dd: relaksasi untuk an kecemasan.
Mengeluh menekan kecemasan - Bantu pasien untuk
ketidakmampuan koping menfokuskan pada
atau ketidak mampuan situasi saat ini,
untuk meminta bantuan, sebagai alat untuk
gangguan tidur, mengidentifikasi
konsentrasi yang buruk. mekanisme koping
yang dibutuhkan
untuk mengurangi
kecemasan.
- Sediakan pengalihan
melalui televisi,
radio, permainan
serta terapi okupasi
untuk mengurangi
kecemasan dan
memperluas focus.
- Sediakan penguatan
yang positif ketika
pasien mampu
meneruskan aktivitas
sehari-hari dan
lainnnya meskipun
mengalami
Kecemasan.

2. Kecemasanberhubun Anxiety Control Counseling


gan dengan stress
psikologi Indikasi : Aktivitas :
- Kontrol instensitas - Beri dorongan
DD: cemas kepada pasien untuk
- Eliminasi tanda cemas mengungkapkan
1) Gelisah, Insomnia, - Menggunakan strategi pikiran dan perasaan
Kesedihan yang koping efektif untuk
mendalam, cemas, - Menggunakan teknik mengeksternalisasik
takut, khawatir, relaksasi untuk an kecemasan.
Peningkatan keringat menekankecemasan - Bantu pasien untuk
2) Wajahtegang, menfokuskan pada
Ketakutan terhadap situasi saat ini,
hal yang tidak jelas. sebagai alat untuk
3) Sulitberkonsentrasi mengidentifikasi
mekanisme koping
yang dibutuhkan
untuk mengurangi
kecemasan.
- Sediakan pengalihan
melalui televise,
radio, permainan
serta terapi okupasi
untuk mengurangi
kecemasan dan
memperluas focus.
- Sediakan penguatan
yang positif ketika
apsien mampu
meneruskan aktivitas
sehari-hari dan
lainnnya meskipun
mengalami
Kecemasan.

3. Hambatan interaksi Social Interaction Skill - mendorong


soial berhubungan - Pengungkapan, keterlibatan
dengan depresi berat - Kesiapan ditingkatkan dalam
DD: - Kerjasama hubungan yang
1) mengungkapkan - Kepekaan sudah ditetapkan
/menunjukan - Konfrontasi - mendorong pasien
ketidakmampuan - Pertimbangan dalam
untuk menerima atau - Kehangatan pengembangan
mengkomunikasikan - Ketenangan hubungan
rasa kepuasan, rasa - Relaksasi - mendorong untuk
memiliki, - Keterlibatan berhubungan dengan
menyayangi, - Kepercayaaan dan orang lain
ketertarikan atau Kompromi - mendorong untuk
membagi beraktivitas dalam
pengalaman. masyarakat / social
2) Mengungkapkan / - mendorong untuk
menunjukan berbagi masalah

15
ketidaknyamanan dengan orang lain
dalam situasi sosial

4. Gangguan polatidur REST SLEEP


berhubungan ENHACEMENT
dengan kelelahan, Indikasi : (1850)
kekhawatiran - Banyaknya tidur
financial - Pola tidur Aktivitas :
- Kualitas tidur 1) Pantau pola tidur
DD: - Tidurfisik dan catat hubungan
1) Terbangun dalam (ketenangan) faktor-faktor fisik
waktu lama 2) Hindari suara keras
2) Insomnia dalam dan penggunaan
waktu lama, tidak lampu saat tidur
puas tidur malam
3) Cari teman
sekamar yang
cocok bagi pasien,
jika
memungkinkan.
4) Ajarkan pada
pasien untuk
menghindari
makanan dan
minuman pada jam
tidur yang dapat
mengganggu tidur
5) Berikan tidur siang
jika diperlukan
untuk memenuhi
kebutuhan tidur.

5. Risiko prilaku - Interaksi social BANTUAN


kekerasan terhadap - Tanda-tanda akan KONTROL MARAH
diri melakukan kekerasan - Prinsip komunikasi
sendiriberhubungan seperti ingin terapeutik
dengan status marah, jengkel, ingin - Pertahankan
emosional post partum merusak, memukul,dll konsistensi sikap
- Mengenal penanganan (terbuka,tepati janji,
DD: klien dengan perilaku hindari kesan
1) Putus asa kekerasan negatif)
2) Penolakan - Penanganan klien - Gunakan tahap-tahap
3) Cemas dengan perilaku interaksi
4) Panic kekerasan dengantepat
5) Mudah marah - Bantuan yang adaptif - Observasi tanda-
pada klien dengan tanda perilaku
perilaku kekerasan kekerasan padaklien
- Cara yang dipilih - Bantu klien
untuk membantu mengidentifikasi
merubah perilaku tanda-tanda
klien perilakukekerasan :
- Tingkat kemarahan (emosi, fisik, social,
spiritual,)
- Jelaskan pada klien
tentang respon
marah
- Dukung dan
fasilitasi klien untuk
mencari bantuansaat
muncul marah
- Diskusikan bersama
klien pangaruh
negatif perilaku
kekerasan terhadap
dirinya, orang
laindan lingkungan
- Libatkan keluarga
dalam perawatan
klien
- Identifikasi kultur,
peran, dan
situasikeluarga
dalam pengaruhnya
terhadap perilaku
klien
- Berikan informasi
yang tepat
tentang penanganan
klien dengan
perilaku
marahkekerasan
- Ajarkan ketrampilan
koping efektif
yangdigunakan
untuk penangannan
klien
perilakukekerasand.b
erikan konseling
pada keluarga
- Bantu keluarga
memilih untuk
menentukan dalam

17
penanganan klien
dengan
perilakukekerasan
- Fasilitasi pertemuan
keluarga
dengan pemberi
perawatan
- Beri kesempatan
pada keluarga
untuk mendiskusikan
cara yang dipilih
- Anjurkan pada
keluarga untuk
menerapkancara
yang dipilih
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 Depresi postpartum adalah suatu kondisi mood depresi yang berat yang
terjadinya sekitar 4 minggu setelah kelahiran bayi (Gjedingen, 2003)
 Etiologi depresi postpartum:
1. Penurunan cepat tingkat reproduksi hormon yang terjadi setelah
melahirkan
2. Penurunan hormon progesteron signifikan berhubungan dengan
perubahan suasana hati
3. Kejadian stress dalam hidup, riwayat depresi sebelumnya, dan
riwayat keluarga yang mengalami gangguan mood (Zonana, 2005)
4. Kelelahan atau fatique (Bozoky, 2002)
 Manifestasi depresi postpartum:
1. Ibu dapat mengalami mimpi buruk yang biasa terjadi pada
waktutidur REM (Rapid Eye Movement)
2. Munculnya rasa phobia
3. Munculnya rasa kecemasan, ketegangan, rasa tidak aman,
dankekhawatiran
4. Ibu cenderung lebih sensitif
5. Ibu mengalami perubahan mood, diantaranya munculnya
gejalakurang nafsu makan, sedih, murung, gangguan tidur, perasaan
tidakberharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia,
merasaterganggu dengan perubahan fisik (Marmi,2011)
 Jenis-jenis depresi postpartum:
1. Depresi Ringan
2. Depresi sedang
3. Depresi berat (Yulianti, 2010)

19
3.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat
meningkatkan pemahaman tentang Depresi Postpartum. Dan apabila terdapat
kekurangan dalam penulisan makalah kami harapkan kritik dan saran.

3.3 kesimpulan

Depresi menurut Kaplan dan Sadock, merupakan suatu masa


terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang
sedih dan gejala penyertanya adalah juga termasuk perubahan pada pola tidur
dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus
asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor
fisik yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor
psikologi, faktor sosial dan karakteristik ibu.
DAFTAR PUSTAKA

 Lubis, Namora Lumongga. (2009). Depresi Tinjauan Psikologis. Jakarta:


KencanaPrenada Media Group.
 Soejono, CH., Probosuseno, Kemala, N., 2006. Depresi pada Pasien Usia
Lanjut.Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ( Jilid 3 ). Jakarta :
PusatPenerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
 Yulianti, Ai Yeyeh Rukiyah. (2010). Asuhan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita.Jakarta : TIM
 Herdman, t. Heather INC. 2015. Nanda internasional inc. Diagnosis
keperawatan definisi dan klasifikasi. Alih bahasa budi ana (etc all).
Jakarta: EGC
 Morhead, sue. Jhonson marion, dkk. 2013. Nursing Out Come clasification
(NOC) fifth edition. United State of Amerika: Elsevier
 Lynn, C. E. and Pierre, C. M. 2007. The Taboo of Motherhood:
Postpartum depression. International Journal for Human Caring, Volume
11 No2 , 22-31.
 Zonana J. Gorman JM. The Neurobiology of Postpartum Depression.
CNS Spectr. 2005;10(10):792-799,805
 Bozoky I, Corwin J. Fatique asa Predictor of Postpartum
Depression.JOGNN Clinical Studies. Vol.31.No.4. 2002. p 436-43.

21

Anda mungkin juga menyukai