Anda di halaman 1dari 13

DEPRESI POSTPARTUM

MAKALAH KELOMPOK 3

KELAS F

DISUSUN OLEH :
Indriani Yusuf 202309094
Rani Zyarwani 202309154
Darmiati. M 202309144
Rahmi A 202309113
Darma 202309158
Rasmina 202309156

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS MUHAMMADIYAH SIDRAP
TAHUN AKADEMIK 2023/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kehidupannya tidak pernah terlepas dari berbagai permasalahan,
baik yang tergolong sederhana sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan
kesiapan mental untuk menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental
yang sangat mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi.
Gangguan mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok
mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu dibayangi
ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka sendiri.
Ibu yang baru saja mengalami proses reproduksi sangat membutuhkan dukungan
psikologis dari orang-orang terdekatnya. Kurangnya dukungan dari orang-orang
terdekat dapat menyebabkan penurunan psikologis yang akan menyebabkan ibu
menjadi depresi.
Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung
reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja
terjadi atau menimpa seseorang. Penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis
(seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan,
penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau
interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga).
Penyebab depresi dari faktor biologis salah satunya adalah depresi pasca-
melahirkan. Iskandar (2007) menerangkan bahwa depresi postpartum terjadi karena
kurangnya dukungan terhadap penyesuaian yang dibutuhkan oleh wanita dalam
menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai ibu setelah melahirkan. Depresi
Postpartum merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan
kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat
dianggap pemicu depresi ini. Diperkirakan sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan
gejala-gejala awal kemunculan depresi postpartum, walau demikian gejala tersebut
dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang
tepat.
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara
langsung depresi postpartum. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom
yang tampak dapat disimpulkan sebagai gangguan depresi postpartum bila memenuhi
kriteria gejala yang ada.
Angka kejadian depresi postpartum di Asia cukup tinggi dan sangat bervariasi
antara 26-85% (Iskandar, 2007), sedangkan di Indonesia angka kejadian depresi
postpartum antara 50-70% dari wanita pasca persalinan (Hidayat, 2007).
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa itu depresi post partum?
2. Apa etiologi depresi post partum?
3. Apa patofisiologi depresi post partum?
4. Bagaimana tanda dan gejala depresi post partum?
5. Bagaimana penatalaksanaan depresi post partum?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mampu mengetahui secara menyeluruh bagaimana cara penanganan pada
gangguan psikologi post partum.

1.3.2 Tujuan Khusus


Agar Mahasiswa mengetahui:
1. Mengetahui definisi depresi post partum.
2. Mengetahui etiologi depresi post partum
3. Mengetahui patofisiologi depresi post partum.
4. Mengetahui tanda dan gejala depresi post partum.
5. Mengetahui penatalaksanaan depresi post partum.
6. Sebagai salah satu tugas kelompok mata kuliah Psikologi Kebidanan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus
asa yang disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu,
pengurangan aktivitas fisik maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut
Kartono menjelaskan bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan
keresahan, perasaan bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau
kecenderungan bunuh diri.
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu
atau sedih yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai
dari perasaan murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak
melakukan apa pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang
dilakukan tidak akan berpengaruh pada hasil yang muncul.
Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia
yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia,
kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri. memberikan
dorongan perasaan dan emosi yang kuat, mulai dari kesenangan, kebahagiaan, hingga
ketakutan. Lonjakan berbagai macam emosi ini yang berperan dalam terjadinya depresi
postpartum.
Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.
Depresi postpartum adalah keadaan ketika seorang ibu merasakan rasa sedih,
bersalah, dan bentuk umum depresi lainnya dalam jangka waktu yang lama setelah
melahirkan. Hal ini sering dikarenakan karena kelahiran bayi itu sendiri.
Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan
yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-
IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam 3 tipe yaitu:
1. Baby blues
Merupakan bentuk yang paling ringan dan berlangsung hanya beberapa hari saja.
Gejala berupa perasaan sedih, gelisah, seringkali uring-uringan dan khawatir tanpa
alasan yang jelas. Tahapan baby blues ini hanya berlangsung dalam waktu beberapa
hari saja. Pelan-pelan si ibu dapat pulih kembali dan mulai bisa menyesuaikan diri
dengan kehidupan barunya.
2. Depresi post partum
Bentuk yang satu ini lumayan agak berat tingkat keparahannya yang
membedakan ibu tidak bisa tidur atau sulit untuk tidur. Dapat terjadi dua minggu
sampai setahun setelah melahirkan
3. Psychosis post partum
Jenis ini adalah yang paling parah. Ibu dapat mengalami halusinasi, memiliki
keinginan untuk bunuh diri. Tak saja psikis si ibu yang nantinya jadi tergantung
secara keseluruhan.
2.2 ETIOLOGI
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait dengan terjadinya
depresi post partum adalah prolaktin, steroid dan progesterone. Pitt
mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. Faktor konstitusional
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri
pasien yang meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi
dari kehamilan dan persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita
primipara. Wanita primipara lebih umum menderita blues karena setelah
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
2. Faktor fisik
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan
mental selama 2 minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan
dengan kelahiran pertama merupakan faktor penting. Perubahan hormon
secara drastis setelah melahirkan dan periode laten selama dua hari diantara
kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat berpengaruh pada
keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara
cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
3. Faktor psikologi
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan
menjadi dua individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian
psikologis individu. Klaus dan Kennel mengindikasikan pentingnya cinta dalam
menanggulangi masa peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu
dan anak.
4. Faktor sosial dan karateristik ibu
Paykel mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih sering
menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam
perkawinan.
2.3. PATOFISIOLOGI
Menurut Kruckman menyatakan terjadinya depresi pascasalin dipengaruhi oleh
faktor :
1. Biologis
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar
hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut
terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
· Faktor umur
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang
perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini
mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang
ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan
seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi
seorang ibu.

· Faktor pengalaman
Beberapa penelitian diantaranya adalah pnelitian yang dilakukan oleh Paykel
dan Inwood (Regina dkk, 2001) mengatakan bahwa depresi pascasalin ini lebih
banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran
seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang
sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh Le Masters yang melibatkan suami istri muda
dari kelas sosial menengah mengajukan hipotesis bahwa 83% dari mereka
mengalami krisis setelah kelahiran bayi pertama.
· Faktor pendidikan
Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik
peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk
bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka
sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka.
· Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan
selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan
pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang
muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi
depresi pascasalin.
· Faktor dukungan social
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan
pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Gejala depresi setelah melahirkan bervariasi, dan mereka dapat berkisar dari ringan
sampai berat.
1. Gejala baby blues
Gejala baby blues – yang berlangsung hanya beberapa hari sampai satu atau
dua minggu setelah bayi Anda lahir – mungkin termasuk:
 Perubahan suasana hati
 Kecemasan
 Pilu
 Iritabilitas
 Merasa kewalahan
 Menangis
 Konsentrasi berkurang
 Masalah nafsu makan
 Sulit tidur
2. Gejala depresi postpartum
Depresi postpartum mungkin keliru untuk baby blues pada awalnya – tetapi
gejalanya lebih intens dan bertahan lebih lama. Ini pada akhirnya dapat
mengganggu kemampuan Anda untuk merawat bayi Anda dan menangani tugas
sehari-hari lainnya. Gejala biasanya berkembang dalam beberapa minggu
pertama setelah melahirkan. Tetapi mereka mungkin mulai lebih awal – selama
kehamilan – atau lebih lambat – hingga satu tahun setelah kelahiran.
Gejala depresi postpartum mungkin termasuk:

 Suasana hati yang tertekan atau perubahan suasana hati yang parah
 Menangis terlalu banyak
 Kesulitan ikatan dengan bayi Anda
 Menarik diri dari keluarga dan teman
 Kehilangan nafsu makan atau makan lebih banyak dari biasanya
 Ketidakmampuan untuk tidur, disebut insomnia, atau tidur terlalu banyak
 Kelelahan yang luar biasa atau kehilangan energi
 Kurang minat dan kesenangan dalam kegiatan yang biasa Anda nikmati
 Lekas marah dan marah yang intens
 Takut bahwa Anda bukan ibu yang baik
 Keputusasaan
 Perasaan tidak berharga, malu, bersalah atau tidak mampu
 Berkurangnya kemampuan untuk berpikir jernih, berkonsentrasi atau
membuat keputusan
 Kegelisahan

 Kecemasan parah dan serangan panik


 Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bayi Anda
 Pikiran berulang tentang kematian atau bunuh diri
Tidak diobati, depresi postpartum dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau
lebih.

3. Psikosis postpartum
Dengan psikosis postpartum – suatu kondisi langka yang biasanya berkembang
dalam minggu pertama setelah melahirkan – gejalanya parah. Gejala mungkin
termasuk:

 Merasa bingung dan tersesat


 Memiliki pikiran obsesif tentang bayi Anda
 Berhalusinasi dan mengalami delusi
 Mengalami masalah tidur
 Memiliki terlalu banyak energi dan merasa kesal
 Merasa paranoid
 Melakukan upaya untuk menyakiti diri sendiri atau bayi Anda
Psikosis postpartum dapat menyebabkan pikiran atau perilaku yang mengancam
jiwa dan membutuhkan perawatan segera.

4. Depresi postpartum pada orang tua lainnya


Studi menunjukkan bahwa ayah baru dapat mengalami depresi pascamelahirkan
juga. Mereka mungkin merasa sedih, lelah, kewalahan, cemas, atau memiliki
perubahan dalam pola makan dan tidur mereka yang biasa. Ini adalah gejala
yang sama yang dialami ibu dengan depresi postpartum.

Ayah yang masih muda, memiliki riwayat depresi, mengalami masalah hubungan
atau sedang berjuang secara finansial paling berisiko mengalami depresi
pascapersalinan. Depresi postpartum pada ayah – kadang-kadang disebut
depresi postpartum ayah – dapat memiliki efek negatif yang sama pada
hubungan pasangan dan perkembangan anak seperti depresi postpartum pada
ibu.

2.5 PENATALAKSANAAN
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai anggota keluarga harus
memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan mengabaikan ibu bila
terlihat sedang sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. Beristirahat dengan baik
2. Berolahraga yang ringan
3. Berbagi cerita dengan orang lain
4. Bersikap fleksible
5. Bergabung dengan orang-oarang baru
6. Sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Ada cara-cara menghidari atau mengatasi depresi :
1. Batasi pengunjung jika kehadiran mereka ternyata malah mengganggu waktu
istirahat anda
2. Untuk sementara waktu hindari komsumsi coklat atau gula dalam jumlah yang
berlebihan karena dapat menjadi bahan pemicu depresi
3. Perbanyak mendengar musik favorit anda agar anda dapat merasa lebih rileks
disarankan musik-musik yang menenangkan
4. Lakukan olahraga atau latihan ringan, cara ini selain ampuh dalam mengurangi
depresi, tapi juga dapat membantu mengembalikan bentuk tubuh
5. Sesekali berpergianlah agar anda tak merasa bosan, karena berada di rumah
6. Dukungan yang suportif dari suami dan anggota keluarga lainnya sangat
berpengaruh bagi keadaan psikis ibu.

Ada dua macam perawatan depresi :


1. Terapi bicara
Adalah sesi bicara dengan terapi, psikologi atau pekerja sosial untuk mengubah
apa yang difikir, rasa dan lakukan oleh penderita akibat menderita depresi.
2. Obat medis
Obat anti depresi yang diresepkan oleh dokter, sebelum mengkonsumsi obat anti
depresi, sebaiknya didiskusikan benar obat mana yang tepat dan aman bagi bayi
untuk dikonsumsi oleh ibu hamil atau ibu menyusui.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Depresi postpartum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang
bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan berlangsung
terus - menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
Faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik
yang terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor
sosial dan karakteristik ibu, dengan gejala–gejalanya antara lain adalah trauma
terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan mood, gangguan
nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain, tidak
mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.
Untuk mengatasi depresi tersebut dibutuhkan pendekatan dalam pemecahan
masalah yang sistematis untuk memberikan asuhan keperawatan terhadap setiap
orang (ibu yang mengalami depresi).
DAFTAR PUSTAKA
Mughal S, Azhar Y, Siddiqui W. Postpartum Depression.Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2022 Jan. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519070/

Trigo, M. Postpartum depression: How it differs from the “baby blues”. European Psychiatry, 64(S1),
S694-S695. 2021. doi:10.1192/j.eurpsy.2021.1839

Adamu, A.F. dan Y.M. Adinew. 2018. Domestic Violence as a Risk Factor for Postpartum
Depression Among Ethiopian Women: Facility Based Study.Clinical Practice & Epidemiology in
Mental Health. 23(14):109-19

Anda mungkin juga menyukai