Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DEPRESI POST PARTUM

DISUSUN OLEH
Indah Septiani
154011429

POLITEKNIK KARYA HUSADA


D3 KEBIDANAN
2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan
terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum
merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara
maupun multipara.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–masa setelah melahirkan adalah
masa–masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional.
Gangguan–gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang
dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari.
Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat
berat selama berbulan–bulan atau bertahun – tahun lamanya.

Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues,


postpartum depression dan postpartum psychosis.

Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi
postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan
kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan
selera untuk berhubungan intim dengan suami). Tingkat keparahan depresi postpartum
bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan
sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut
dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut
psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat
kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi
atau depresi postpartum.

2
B. Rumusan masalah
yang kami angkat yaitu Bagaimana Penanganan pada depresi postpartum.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana cara penanganan pada depresi postpartum
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui apa itu pengertian depresi postpartum
b. Mengetahui apa saja Faktor penyebab depresi post partum
c. Mengetahui Gejala – gejala depresi postpartum
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mahasiswa,
sehingga dapat mengaplikasikannya dalam memberikan asuhan kebidanan.
2. Bagi Petugas Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petugas kesehatan
khususnya bidan dalam memberikan asuhan kebidanan.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Depresi Postpartum


a. Kartono (2002), menyatakan bahwa depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang
disertai dengan melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik
maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan bahwa
gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan, perasaan bersalah,
perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri.
b. Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih
yang biasanya disertai dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan
murung sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa pun
untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan
berpengaruh pada hasil yang muncul.Individu yang mengalami depresi sering merasa dirinya
tidak berharga dan merasa bersalah.
c. Depresi menurut Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–masa setelah melahirkan adalah masa–
masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional.
Gangguan–gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan,
dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa
muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama
berbulan–bulan atau bertahun – tahun lamanya.
Secara umum sebagaian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Clydde (Regina dkk, 2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah
depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional.gangguan mood selama
periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita
baik primipara maupun multipara.

4
Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset
gejala adalah dalam 4 minggu pascapersalinan. ada 3 tipe gangguan mood pascasalin,
diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis (Ling dan
Duff, 2001).Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Paltiel (Koblinsky dkk, 1997), bahwa
ada 3 golongan gangguan psikis pascasalin yaitu postpartum blues atau sering disebut juga
sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara postpartum
depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung sampai berminggu – minggu atau
bulan dan kadang ada diantara mereka yang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya
merupakan penyakit.
Menurut Pitt (Regina dkk, 2001) tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi.
Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang
berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau
maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau
melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat
keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi postpartum adalah
gangguan emosional pasca persalinan yang bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah
melahirkan dan berlangsung terus – menerus sampai 6 bulan bahkan sampai satu tahun.
2. Faktor penyebab depresi post partum
Cycde (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa depresi postpartum tidak berbeda secara
mencolok dengan gangguan mental atau gangguan emosional. Suasana sekitar kehamilan dan
kelahiran dapat dikatakan bukan penyebab tapi pencetus timbulnya gangguan emosional.
Nadesul (1992), penyebab nyata terjadinya gangguan pasca melahirkan adalah adanya
ketidakseimbangan hormonal ibu, yang merupakan efek sampingan kehamilan dan persalinan.
Sarafino (Yanita dan Zamralita, 2001), faktor lain yang dianggap sebagai penyebab munculnya
gejala ini adalah masa lalu ibu tersebut, yang mungkin mengalami penolakan dari orang tuanya
atau orang tua yang overprotective, kecemasan yang tinggi terhadap perpisahan, dan
ketidakpuasaan dalam pernikahan. Perempuan yang memiliki sejarah masalah emosional rentan
terhadap gejala depresi ini, kepribadian dan variabel sikap selama masa kehamilan seperti
kecemasan, kekerasan dan kontrol eksternal berhubungan dengan munculnya gejala depresi.

5
 Pitt (Regina dkk, 2001), mengemukakan 4 faktor penyebab depresi postpartum sebagai
berikut          :
a. Faktor konstitusional.
Gangguan post partum berkaitan dengan status paritas adalah riwayat obstetri pasien yang
meliputi riwayat hamil sampai bersalin serta apakah ada komplikasi dari kehamilan dan
persalinan sebelumnya dan terjadi lebih banyak pada wanita primipara. Wanita primipara lebih
umum menderita blues karena setelah melahirkan wanita primipara berada dalam proses
adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham
perannya ia akan menjadi bingung sementara bayinya harus tetap dirawat.
b. Faktor fisik.
Perubahan fisik setelah proses kelahiran dan memuncaknya gangguan mental selama 2
minggu pertama menunjukkan bahwa faktor fisik dihubungkan dengan kelahiran pertama
merupakan faktor penting. Perubahan hormon secara drastis setelah melahirkan dan periode
laten selama dua hari diantara kelahiran dan munculnya gejala. Perubahan ini sangat
berpengaruh pada keseimbangan. Kadang progesteron naik dan estrogen yang menurun secara
cepat setelah melahirkan merupakan faktor penyebab yang sudah pasti.
c. Faktor psikologis.
Peralihan yang cepat dari keadaan “dua dalam satu” pada akhir kehamilan menjadi dua
individu yaitu ibu dan anak bergantung pada penyesuaian psikologis individu. Klaus dan
Kennel (Regina dkk, 2001), mengindikasikan pentingnya cinta dalam menanggulangi masa
peralihan ini untuk memulai hubungan baik antara ibu dan anak.
d. Faktor sosial.
Paykel (Regina dkk, 2001) mengemukakan bahwa pemukiman yang tidak memadai lebih
sering menimbulkan depresi pada ibu – ibu, selain kurangnya dukungan dalam perkawinan.

Menurut Kruckman (Yanita dan zamralita, 2001), menyatakan terjadinya depresi


pascasalin dipengaruhi oleh faktor :
1) Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon
seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam
masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.

6
2) Faktor pengalaman
3) Faktor pendidikan.
4) Faktor selama proses persalinan.
5) Faktor dukungan sosial.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin,
beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang.
3. Gejala depresi postpartum
Depresi merupakan gangguan yang betul–betul dipertimbangkan sebagai psikopatologi yang
paling sering mendahului bunuh diri, sehingga tidak jarang berakhir dengan kematian. Gejala
depresi seringkali timbul bersamaan dengan gejala kecemasan. Manifestasi dari kedua gangguan
ini lebih lanjut sering timbul sebagai keluhan umum seperti : sukar tidur, merasa bersalah,
kelelahan, sukar konsentrasi, hingga pikiran mau bunuh diri.
Menurut Vandenberg (dalam Cunningham dkk, 1995), menyatakan bahwa keluhan dan
gejala depresi postpartum tidak berbeda dengan yang terdapat pada kelainan depresi lainnya. Hal
yang terutama mengkhawatirkan adalah pikiran – pikiran ingin bunuh diri, waham–waham
paranoid dan ancaman kekerasan terhadap anak–anaknya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ling dan Duff (2001), bahwa gejala depresi postpartum
yang dialami 60 % wanita hampir sama dengan gejala depresi pada umumnya. Tetapi
dibandingkan dengan gangguan depresi yang umum, depresi postpartum mempunyai
karakteristik yang spesifik antara lain :
a. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang
menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia.
b. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti
kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia.
c. Phobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya.
Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat
kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang
bermacam–macam. Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap
apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan

7
dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut
terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum (Duffet-Smith, 1995).
d. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan
akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahuinya.
e. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri
dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu
harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap
dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya
diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan
sensitivitas ibu (Santrock, 2002).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa gejala–gejala depresi postpartum
antara lain adalah trauma terhadap intervensi medis yang dialami, kelelahan, perubahan
mood, gangguan nafsu makan, gangguan tidur, tidak mau berhubungan dengan orang lain,
tidak mencintai bayinya, ingin menyakiti bayi atau dirinya sendiri atau keduanya.

8
BAB III
KASUS

Tanggal 8 Januari 2018 yang baru lalu, seorang ibu tega mengajak bayinya yang baru
berusia 10 bulan terjun dari lantai 11 sebuah hotel di Pati, Jawa Tengah. Penyebab pasti, hingga
saat ini tak diungkap oleh pihak kepolisian, namun kuat dugaan, hal ini terjadi karena si ibu
menderita depresi postpartum. Ia sudah beberapa kali mencoba untuk bunuh diri, namun
sebelumnya selalu bisa digagalkan oleh keluarga. Kali ini, ia berhasil.

Kasus si ibu di Pati tersebut bukan yang pertama kalinya terjadi.

BAB IV

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

Perasaan tidak berdaya dan putus asa akan sirna ketika seseorang merasakan dukungan dan
bantuan nyata yang tulus baginya.

Demikian halnya pada ibu saat pasca persalinan. Setidaknya, ada 3 bentuk dukungan yang
dapat kita berikan untuk membantunya melewati masa-masa penyesuaian dengan lebih tenang,
terhindar dari gangguan emosi pasca persalinan.

1. Dukungan informasi
Dukungan informasi dapat kita berikan berupa bimbingan dan pengetahuan mengenai proses
penyesuaian pasca persalinan, yang biasanya akan diberikan oleh tenaga medis pada sang ibu,
dan sekaligus juga pada keluarga yang mendampinginya.

Sejauh ini, pengetahuan mengenai hal-hal seputar pasca persalinan yang berbeda antara ibu
dengan keluargalah yang menimbulkan masalah baru.

Jika hanya ibu yang dibekali pengetahuan medis tentang bayi, sementara keluarganya teguh
memercayai mitos seputar perawatan bayi, maka biasanya akan timbul gesekan dalam interaksi
ibu dan keluarga.

Dengan demikian, tak hanya ibu yang harus mendapatkan pengetahuan cukup seputar merawat
diri pasca persalinan dan merawat bayi, tetapi juga seluruh keluarga. Mulai dari suami, saudara
kandung, saudara ipar, orang tua si ibu, bapak dan ibu mertua, dan semua anggota keluarga pun
harus mendapatkan pengetahuan yang sama dengan ibu.

2. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental ini berupa pendampingan dan pertolongan langsung dalam merawat
bayi, serta penyediaan perlengkapan ibu dan bayi.

9
Kehadiran tenaga kesehatan yang datang untuk membantu merawat bayi telah menjadi standar
dalam penanganan kesehatan ibu bersalin di berbagai negara. Ada pula  negara-negara yang
memberi tunjangan finansial pasca melahirkan untuk memastikan ibu dan anak mendapatkan
kehidupan yang layak.

Bahkan di Swedia, seorang ayah juga berhak mendapatkan cuti melahirkan selama 2 tahun,
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Luar biasa ya.

Bentuk perhatian dari pemerintah dan masyarakat seperti ini sangat berarti bagi kondisi ibu bayi.

3. Dukungan emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan perhatian, penghargaan, dan penerimaan untuk sang
ibu.

Umumnya, selama ini, semua bentuk perhatian, pujian, dan sambutan manis hanya diberikan
pada sang bayi yang baru lahir saja, bukan?

Perjuangan dan kelelahan seorang ibu seringkali diabaikan. Jarang ada yang bertanya tentang
perasaannya, apalagi menunjukkan perhatian dengan memberinya hadiah khusus, bukan
berbentuk perlengkapan bayi.

Sebenarnya, mudah saja, yaitu menghindari sikap-sikap yang justru membuat si ibu semakin
depresi, di antaranya:

1. Membully dan menghakiminya


Sering secara tidak sadar, kita bukannya meringankan beban sang ibu yang baru dalam tahap
penyesuaian diri dengan bayi, tapi justru membully-nya.

Banyak hal negatif yang kita sampaikan pada mereka, mulai dari memberikan komentar miring
mengenai proses kelahirannya yang melalui operasi (bedah sesar), terjadinya komplikasi saat
lahir, ASI yang kurang lancar, hingga soal berat badan bayi yang belum berkembang.

Semua ‘ketidakberesan’ bayi ini dialamatkan pada ibu, seolah-olah ibu adalah penyebab setiap
hal buruk itu.

Inilah yang harus dihentikan. Mari kita mulai dari diri sendiri, dari hal paling remeh, dan
dilakukan saat ini juga. Jangan sampai kita menjadi bagian dari pemicu  depresi postpartum pada
seorang ibu.

2. Mengabaikan keluhannya
Saat seseorang merasa berat menjalani suatu hal biasanya ia akan mengeluh pada orang
terdekatnya. Jika si ibu sedang berusaha mengungkapkan perasaannya pada Anda, maka jangan
abaikan.

Dengarkanlah, dan perhatikan setiap curhatnya. Kadang ia juga tak menuntut ada solusi dari
Anda. Dengan mengeluarkan semua unek-unek, si ibu bisa saja sudah membaik kondisinya.

Namun, jika memang Anda punya solusi yang tepat, tak ada salahnya juga untuk disampaikan.

10
3. Tak memberinya waktu untuk istirahat
Layaknya seorang ibu, pasti mereka sayang pada anaknya. Cinta mati. Semua-mua kalau perlu
dikorbankan demi buah hati tercinta.

Di sinilah, kita sebagai keluarga dekat perlu mengeremnya. Ingatkan, bahwa si ibu juga wajib
untuk mencintai dirinya sendiri. Si bayi bisa berinteraksi dulu dengan ayahnya, dengan
kakeknya, dengan neneknya, dengan anggota keluarga yang lain.

Begitu semua kebutuhan bayi dipenuhi, maka itu waktunya ibu untuk rehat sejenak. Terlepas
dari bayi, ibu bisa tidur, mandi berlama-lama, membaca novel kesayangan, atau menonton
sinetron India favorit.

Hal-hal kecil yang membuatnya bahagia pasti akan membuatnya bisa memenuhi kewajibannya
sebagai ibu dengan bahagia pula.

11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Depresi menurut Kaplan dan Sadock (1998), merupakan suatu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
faktor penyebab depresi postpartum adalah faktor konstitusional, faktor fisik yang
terjadi karena adanya ketidakseimbangan hormonal, faktor psikologi, faktor sosial dan
karakteristik ibu.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan makalah ini dapat menambah pengetahuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan kebidanan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Bagi Petugas - petugas Kesehatan
Diharapkan dengan makalah ini dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya
dalam bidang kebidanan sehingga dapat memaksimalkan kita untuk memberikan
health education dalam perawatan luka perineum untuk mencegah infeksi.

12
Daftar Pustaka

http://masyarakatsehat.id/2018/04/09/setiap-orang-bisa-membantu-ibu-menghindari-
depresi-postpartum-mari-mulai-dari-hal-terkecil/

https://www.halodoc.com/kesehatan/depresi-postpartum

https://www.alodokter.com/postpartum-depression

13

Anda mungkin juga menyukai