0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan33 halaman
1. Gangguan psikologis seperti depresi, kemarahan, dan frustrasi umum terjadi pada wanita setelah melahirkan.
2. Faktor risiko termasuk riwayat depresi, stres kehidupan, dan kurangnya dukungan sosial.
3. Pengobatan meliputi psikoterapi, dukungan sosial, dan obat seperti SSRI untuk mengurangi gejala depresi.
1. Gangguan psikologis seperti depresi, kemarahan, dan frustrasi umum terjadi pada wanita setelah melahirkan.
2. Faktor risiko termasuk riwayat depresi, stres kehidupan, dan kurangnya dukungan sosial.
3. Pengobatan meliputi psikoterapi, dukungan sosial, dan obat seperti SSRI untuk mengurangi gejala depresi.
1. Gangguan psikologis seperti depresi, kemarahan, dan frustrasi umum terjadi pada wanita setelah melahirkan.
2. Faktor risiko termasuk riwayat depresi, stres kehidupan, dan kurangnya dukungan sosial.
3. Pengobatan meliputi psikoterapi, dukungan sosial, dan obat seperti SSRI untuk mengurangi gejala depresi.
Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita baik primipara maupun multipara. Sebagian perempuan menganggap bahwa masa– masa setelah melahirkan adalah masa–masa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguan–gangguan psikologis yang muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama berbulan–bulan atau bertahun – tahun lamanya. Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues, postpartum depression dan postpartum psychosis. POST PARTUM BLUES Sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu kesedihan pasca persalinan yang bersifat sementara. Postpartum depression yaitu depresi pasca persalinan yang berlangsung saat masa nifas, dimana para wanita yang mengalami hal ini kadang tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya merupakan penyakit. Postpartum psychosis, dalam kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang sangat berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap pasca melahirkan. Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988. Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido (kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Tingkat keparahan depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara” yang berlangsung sangat cepat pada masa awal postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum. Depresi postpartum terjadi dalam 10-15% wanita pada populasi umum. Depresi postpartum paling sering terjadi dalam 4 bulan pertama setelah melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada tahun pertama. Depresi postpartum tidak berbeda dari depresi yang dapat terjadi setiap saat lainnya dalam kehidupan wanita. Masa pasca-melahirkan adalah waktu yang paling rentan bagi wanita untuk mengembangkan penyakit kejiwaan. Wanita yang menderita 1 episode depresi mayor setelah melahirkan memiliki risiko kekambuhan sekitar 25%. Perempuan resiko tertinggi adalah mereka dengan sejarah pribadi depresi, episode sebelumnya depresi pasca melahirkan, atau depresi selama kehamilan. Selain memiliki riwayat depresi, kehidupan yang penuh stress akhir-akhir ini, stres sehari-hari seperti perawatan anak, kurangnya dukungan sosial (terutama dari pasangan), kehamilan yang tidak diinginkan, dan status asuransi telah divalidasi sebagai faktor risiko. Biasanya, depresi pasca melahirkan berkembang secara diam-diam selama 3 bulan pertama pasca melahirkan, meskipun gangguan tersebut mungkin memiliki onset yang lebih akut. Depresi postpartum lebih persistent dan melemahkan daripada postpartum blues. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN DEPRESI POST PARTUM 1. Biologis. Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi postpartum sebagai akibat kadar hormon seperti estrogen, progesteron dan prolaktin yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam masa nifas atau mungkin perubahan hormon tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat. 2. Karakteristik ibu, yang meliputi : a. Faktor umur. Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat yang tepat bagi seseorang perempuan untuk melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal ini mendukung masalah periode yang optimal bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia perempuan yang bersangkutan saat kehamilan dan persalinan seringkali dikaitkan dengan kesiapan mental perempuan tersebut untuk menjadi seorang ibu. b. Faktor pengalaman. Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan pada perempuan primipara, mengingat bahwa peran seorang ibu dan segala yang berkaitan dengan bayinya merupakan situasi yang sama sekali baru bagi dirinya dan dapat menimbulkan stres. c. Faktor pendidikan. Perempuan yang berpendidikan tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran, antara tuntutan sebagai perempuan yang memiliki dorongan untuk bekerja atau melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan orang tua dari anak–anak mereka. d. Faktor selama proses persalinan. Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta intervensi medis yang digunakan selama proses persalinan. Diduga semakin besar trauma fisik yang ditimbulkan pada saat persalinan, maka akan semakin besar pula trauma psikis yang muncul dan kemungkinan perempuan yang bersangkutan akan menghadapi depresi pascasalin. e. Faktor dukungan sosial. Banyaknya kerabat yang membantu pada saat kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban seorang ibu karena kehamilannya sedikit banyak berkurang. Gangguan Psikologis Postpartum mempunyai karakteristik : 1. Mimpi buruk. Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena mimpi – mimpi yang menakutkan, individu itu sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan insomnia. 2. Insomnia. Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi dalam hidup manusia. 3. Fobia. Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya. Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar sering merasakan kembali dan mengingat kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani bedah Caesar akan merasakan emosi yang bermacam–macam. Lanjutan ……… Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok dan tidak percaya terhadap apa yang telah terjadi. Wanita yang pernah mengalami bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah Caesar pula untuk kehamilan berikutnya. Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap peralatan peralatan operasi dan jarum. 4. Kecemasan. Ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahuinya. 5. Meningkatnya sensitivitas. Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi harus diurus, ibu harus pulih kembali dari persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif akan meningkatkan sensitivitas ibu. 6. Perubahan mood. Gangguan Psko. postpartum muncul dengan gejala sebagai berikut : kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia, anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik, sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia, menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori kain yang baru diganti. Lanjutan ……………… Hal tsb menimbulkan kecemasan dan perasaan bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu yang benar–benar memusuhi bayinya. Depresi postpartum sering disertai gangguan nafsu makan dan gangguan tidur, rendahnya harga diri dan kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi atau perhatian. PENATALAKSANAAN Singkirkan penyebab fisik untuk gangguan mood (misalnya, disfungsi tiroid, anemia). Evaluasi awal termasuk riwayat kesehatan menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium rutin. Tingkat keparahan penyakit akan menentukan terapi yang tepat. Lanjutan …………… Strategi pengobatan non-farmakologis berguna untuk wanita dengan gejala depresi ringan sampai sedang. Psikoterapi individu atau kelompok (kognitif-perilaku dan terapi interpersonal) adalah sangat efektif. Psychoeducational atau dukungan kelompok juga dapat membantu. Modalitas ini dapat sangat menarik bagi ibu yang menyusui dan yang ingin menghindari minum obat. Lanjutan ……… Strategi farmakologis yang diindikasikan untuk gejala depresi sedang sampai berat atau ketika seorang wanita tidak merespon pengobatan non-farmakologis. Obat juga dapat digunakan dalam hubungannya dengan terapi non-farmakologis. Lanjutan ………. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) adalah agen lini pertama dan efektif pada wanita dengan depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis antidepresan standar, misalnya, fluoxetine (Prozac) 10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200 mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari, citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari , atau escitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek samping obat kategori ini termasuk insomnia, mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan disfungsi seksual. Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), seperti venlafaxine (Effexor) 75- 300 mg/hari atau duloxetine (Cymbalta) 40-60 mg/hari, juga sangat efektif untuk depresi dan kecemasan. Antidepresan trisiklik (misalnya, Nortriptilin 50-150 mg/hari) mungkin berguna bagi wanita dengan gangguan tidur, walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan lebih merespon obat kategori SSRI. Efek samping dari antidepresan trisiklik termasuk mengantuk, berat badan bertambah, mulut kering, sembelit, dan disfungsi seksual Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4 minggu. Dan penyembuhan total dapat berlangsung beberapa bulan. Pada sebagian responden, meningkatkan dosis dapat membantu. Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan selama 6-12 bulan dianjurkan. Untuk wanita dengan depresi mayor berulang, diindikasikan perawatan pengobatan jangka panjang dengan antidepresan. Kegagalan untuk mengobati atau pengobatan yang tidak adekuat dapat mengakibatkan memburuknya hubungan antara ibu dan bayi atau pasangan. Hal ini juga dapat meningkatkan risiko morbiditas pada ibu dan bayi, serta kompromi sosial dan pengembangan pendidikan sang bayi. Semakin cepat pengobatan maka semakin baik prognosisnya. Rawat Inap mungkin diperlukan untuk depresi pascamelahirkan yang parah. PROGNOSIS Identifikasi dan intervensi secara dini prognosenya pada wanita yang mengalami gangguan psikologis postpartum adalah baik. Beberapa kasus yang pernah dilaporkan tertangani dengan baik jika efek depresi post partum ini diketahui sejak awal. Pencegahan yang paling utama adalah informasi tentang faktor resiko terjadinya depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai penting untuk mencegah terjadinya depresi ini. Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini dapat diketahui saat ibu membawa bayinya pada tempat pelayanan kesehatan untuk dilakukan imunisasi sehingga pencegahan terjadinya depresi postpartum dan depresi secara umum dapat dihindari. TERIMA KASIH