Anda di halaman 1dari 33

GANGGUAN PSIKOLOGOS

DLM MASA NIFAS

By. Nike Sari Oktavia, S.ST., M. Kes


Secara umum sebagian besar wanita
mengalami gangguan emosional setelah
melahirkan. Bentuk gangguan postpartum
yang umum adalah depresi, mudah marah dan
terutama mudah frustasi serta emosional.
Gangguan mood selama periode postpartum
merupakan salah satu gangguan yang paling
sering terjadi pada wanita baik primipara
maupun multipara.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masa–
masa setelah melahirkan adalah masa–masa sulit
yang akan menyebabkan mereka mengalami
tekanan secara emosional.
Gangguan–gangguan psikologis yang muncul
akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan,
dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak
dan ibu dikemudian hari.
Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat
singkat atau berupa serangan yang sangat berat
selama berbulan–bulan atau bertahun – tahun
lamanya.
Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin,
diantaranya adalah maternity blues,
postpartum depression dan postpartum
psychosis.
POST PARTUM BLUES
Sering disebut juga sebagai maternity blues yaitu
kesedihan pasca persalinan yang bersifat
sementara. Postpartum depression yaitu depresi
pasca persalinan yang berlangsung saat masa nifas,
dimana para wanita yang mengalami hal ini kadang
tidak menyadari bahwa yang sedang dialaminya
merupakan penyakit. Postpartum psychosis, dalam
kondisi seperti ini terjadi tekanan jiwa yang sangat
berat karena bisa menetap sampai setahun dan bisa
juga selalu kambuh gangguan kejiwaannya setiap
pasca melahirkan.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt
pada tahun 1988.
Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi
dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan,
mudah marah, gangguan nafsu makan, dan
kehilangan libido (kehilangan selera untuk
berhubungan intim dengan suami).
Tingkat keparahan depresi postpartum
bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan
yaitu saat ibu mengalami “kesedihan sementara”
yang berlangsung sangat cepat pada masa awal
postpartum, ini disebut dengan the blues atau
maternity blues. Gangguan postpartum yang
paling berat disebut psikosis postpartum atau
melankolia. Diantara 2 keadaan ekstrem
tersebut terdapat kedaan yang relatif
mempunyai tingkat keparahan sedang yang
disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.
Depresi postpartum terjadi dalam 10-15% wanita
pada populasi umum. Depresi postpartum paling
sering terjadi dalam 4 bulan pertama setelah
melahirkan, tetapi dapat terjadi kapan pun pada
tahun pertama. Depresi postpartum tidak berbeda
dari depresi yang dapat terjadi setiap saat lainnya
dalam kehidupan wanita. Masa pasca-melahirkan
adalah waktu yang paling rentan bagi wanita untuk
mengembangkan penyakit kejiwaan. Wanita yang
menderita 1 episode depresi mayor setelah
melahirkan memiliki risiko kekambuhan sekitar
25%.
Perempuan resiko tertinggi adalah mereka
dengan sejarah pribadi depresi, episode
sebelumnya depresi pasca melahirkan, atau
depresi selama kehamilan. Selain memiliki
riwayat depresi, kehidupan yang penuh stress
akhir-akhir ini, stres sehari-hari seperti
perawatan anak, kurangnya dukungan sosial
(terutama dari pasangan), kehamilan yang tidak
diinginkan, dan status asuransi telah divalidasi
sebagai faktor risiko.
Biasanya, depresi pasca melahirkan
berkembang secara diam-diam selama 3 bulan
pertama pasca melahirkan, meskipun
gangguan tersebut mungkin memiliki onset
yang lebih akut. Depresi postpartum lebih
persistent dan melemahkan daripada
postpartum blues.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN
DEPRESI POST PARTUM
1. Biologis.
Faktor biologis dijelaskan bahwa depresi
postpartum sebagai akibat kadar hormon
seperti estrogen, progesteron dan prolaktin
yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam
masa nifas atau mungkin perubahan hormon
tersebut terlalu cepat atau terlalu lambat.
2. Karakteristik ibu, yang meliputi :
a. Faktor umur.
Sebagian besar masyarakat percaya bahwa saat
yang tepat bagi seseorang perempuan untuk
melahirkan pada usia antara 20–30 tahun, dan hal
ini mendukung masalah periode yang optimal
bagi perawatan bayi oleh seorang ibu. Faktor usia
perempuan yang bersangkutan saat kehamilan
dan persalinan seringkali dikaitkan dengan
kesiapan mental perempuan tersebut untuk
menjadi seorang ibu.
b. Faktor pengalaman.
Depresi pascasalin ini lebih banyak ditemukan
pada perempuan primipara, mengingat bahwa
peran seorang ibu dan segala yang berkaitan
dengan bayinya merupakan situasi yang sama
sekali baru bagi dirinya dan dapat
menimbulkan stres.
c. Faktor pendidikan.
Perempuan yang berpendidikan tinggi
menghadapi tekanan sosial dan konflik peran,
antara tuntutan sebagai perempuan yang
memiliki dorongan untuk bekerja atau
melakukan aktivitasnya diluar rumah, dengan
peran mereka sebagai ibu rumah tangga dan
orang tua dari anak–anak mereka.
d. Faktor selama proses persalinan.
Hal ini mencakup lamanya persalinan, serta
intervensi medis yang digunakan selama
proses persalinan. Diduga semakin besar
trauma fisik yang ditimbulkan pada saat
persalinan, maka akan semakin besar pula
trauma psikis yang muncul dan kemungkinan
perempuan yang bersangkutan akan
menghadapi depresi pascasalin.
e. Faktor dukungan sosial.
Banyaknya kerabat yang membantu pada saat
kehamilan, persalinan dan pascasalin, beban
seorang ibu karena kehamilannya sedikit
banyak berkurang.
Gangguan Psikologis Postpartum
mempunyai karakteristik :
1. Mimpi buruk.
Biasanya terjadi sewaktu tidur REM. Karena
mimpi – mimpi yang menakutkan, individu itu
sering terbangun sehingga dapat mengakibatkan
insomnia.
2. Insomnia.
Biasanya timbul sebagai gejala suatu gangguan
lain yang mendasarinya seperti kecemasan dan
depresi atau gangguan emosi lain yang terjadi
dalam hidup manusia.
3. Fobia.
Rasa takut yang irasional terhadap sesuatu
benda atau keadaan yang tidak dapat
dihilangkan atau ditekan oleh pasien, biarpun
diketahuinya bahwa hal itu irasional adanya.
Ibu yang melahirkan dengan bedah Caesar
sering merasakan kembali dan mengingat
kelahiran yang dijalaninya. Ibu yang menjalani
bedah Caesar akan merasakan emosi yang
bermacam–macam.
Lanjutan ………
Keadaan ini dimulai dengan perasaan syok
dan tidak percaya terhadap apa yang telah
terjadi. Wanita yang pernah mengalami
bedah Caesar akan melahirkan dengan bedah
Caesar pula untuk kehamilan berikutnya.
Hal ini bisa membuat rasa takut terhadap
peralatan peralatan operasi dan jarum.
4. Kecemasan.
Ketegangan, rasa tidak aman dan
kekhawatiran yang timbul karena
dirasakan akan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan, tetapi sumbernya sebagian
besar tidak diketahuinya.
5. Meningkatnya sensitivitas.
Periode pasca kelahiran meliputi banyak sekali
penyesuaian diri dan pembiasaan diri. Bayi
harus diurus, ibu harus pulih kembali dari
persalinan anak, ibu harus belajar bagaimana
merawat bayi, ibu perlu belajar merasa puas
atau bahagia terhadap dirinya sendiri sebagai
seorang ibu. Kurangnya pengalaman atau
kurangnya rasa percaya diri dengan bayi yang
lahir, atau waktu dan tuntutan yang ekstensif
akan meningkatkan sensitivitas ibu.
6. Perubahan mood.
Gangguan Psko. postpartum muncul dengan gejala
sebagai berikut :
kurang nafsu makan, sedih – murung, perasaan tidak
berharga, mudah marah, kelelahan, insomnia,
anorexia, merasa terganggu dengan perubahan fisik,
sulit konsentrasi, melukai diri, anhedonia,
menyalahkan diri, lemah dalam kehendak, tidak
mempunyai harapan untuk masa depan, tidak mau
berhubungan dengan orang lain. Di sisi lain kadang
ibu jengkel dan sulit untuk mencintai bayinya yang
tidak mau tidur dan menangis terus serta mengotori
kain yang baru diganti.
Lanjutan ………………
Hal tsb menimbulkan kecemasan dan perasaan
bersalah pada diri ibu walau jarang ditemui ibu
yang benar–benar memusuhi bayinya. Depresi
postpartum sering disertai gangguan nafsu
makan dan gangguan tidur, rendahnya harga
diri dan kesulitan untuk mempertahankan
konsentrasi atau perhatian.
PENATALAKSANAAN
Singkirkan penyebab fisik untuk gangguan
mood (misalnya, disfungsi tiroid, anemia).
Evaluasi awal termasuk riwayat kesehatan
menyeluruh, pemeriksaan fisik, dan tes
laboratorium rutin. Tingkat keparahan
penyakit akan menentukan terapi yang
tepat.
Lanjutan ……………
Strategi pengobatan non-farmakologis
berguna untuk wanita dengan gejala depresi
ringan sampai sedang. Psikoterapi individu
atau kelompok (kognitif-perilaku dan terapi
interpersonal) adalah sangat efektif.
Psychoeducational atau dukungan kelompok
juga dapat membantu. Modalitas ini dapat
sangat menarik bagi ibu yang menyusui dan
yang ingin menghindari minum obat.
Lanjutan ………
Strategi farmakologis yang diindikasikan
untuk gejala depresi sedang sampai berat
atau ketika seorang wanita tidak merespon
pengobatan non-farmakologis. Obat juga
dapat digunakan dalam hubungannya
dengan terapi non-farmakologis.
Lanjutan ……….
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI)
adalah agen lini pertama dan efektif pada wanita
dengan depresi pasca-melahirkan. Gunakan dosis
antidepresan standar, misalnya, fluoxetine
(Prozac) 10-60 mg/hari, sertraline (Zoloft) 50-200
mg/hari, paroxetine (Paxil) 20-60 mg/hari,
citalopram (Celexa) 20-60 mg/hari , atau
escitalopram (Lexapro) 10-20 mg/hari. Efek
samping obat kategori ini termasuk insomnia,
mual, penurunan nafsu makan, sakit kepala, dan
disfungsi seksual.
Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors
(SNRIs), seperti venlafaxine (Effexor) 75- 300
mg/hari atau duloxetine (Cymbalta) 40-60
mg/hari, juga sangat efektif untuk depresi dan
kecemasan. Antidepresan trisiklik (misalnya,
Nortriptilin 50-150 mg/hari) mungkin berguna
bagi wanita dengan gangguan tidur, walaupun
beberapa studi menunjukkan bahwa perempuan
lebih merespon obat kategori SSRI. Efek
samping dari antidepresan trisiklik termasuk
mengantuk, berat badan bertambah, mulut
kering, sembelit, dan disfungsi seksual
Biasanya, gejala mulai berkurang dalam 2-4
minggu. Dan penyembuhan total dapat
berlangsung beberapa bulan. Pada sebagian
responden, meningkatkan dosis dapat membantu.
Jika ini adalah episode pertama dari depresi, pengobatan
selama 6-12 bulan dianjurkan. Untuk wanita dengan
depresi mayor berulang, diindikasikan perawatan
pengobatan jangka panjang dengan antidepresan.
Kegagalan untuk mengobati atau pengobatan yang tidak
adekuat dapat mengakibatkan memburuknya hubungan
antara ibu dan bayi atau pasangan. Hal ini juga dapat
meningkatkan risiko morbiditas pada ibu dan bayi, serta
kompromi sosial dan pengembangan pendidikan sang
bayi. Semakin cepat pengobatan maka semakin baik
prognosisnya. Rawat Inap mungkin diperlukan untuk
depresi pascamelahirkan yang parah.
PROGNOSIS
Identifikasi dan intervensi secara dini
prognosenya pada wanita yang mengalami
gangguan psikologis postpartum adalah baik.
Beberapa kasus yang pernah dilaporkan
tertangani dengan baik jika efek depresi post
partum ini diketahui sejak awal.
Pencegahan yang paling utama adalah
informasi tentang faktor resiko terjadinya
depresi postpartum di masyarakat sebagai nilai
penting untuk mencegah terjadinya depresi ini.
Skrining awal terjadinya depresi postpartum ini
dapat diketahui saat ibu membawa bayinya
pada tempat pelayanan kesehatan untuk
dilakukan imunisasi sehingga pencegahan
terjadinya depresi postpartum dan depresi
secara umum dapat dihindari.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai