Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

KEPERAWATAN GERONTIK
GANGGUAN PSIKOSOSIAL ( POST POWER SYNDROM )

DISUSUN OLEH

1. Patricia Paeri ( KP1901383 )


2. Penike Degei ( KP1901384 )
3. Priwanti ( KP1901385 )
4. Priyanka Zenith Aqshal ( KP1901386 )
5. Rivaldo Da Costa Dois Reis ( KP1901387 )
6. Rizaldens Umbu Moto ( KP1901388 )
7. Salsabillah Putri Roserina ( KP1901390 )
8. Siti Sri Wahyuningsih ( KP1901392 )
9. Stevania Narru ( KP1901393 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN NERS


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala nikmat
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Gangguan Psikososial (post power syndrom)”. Makalah ini kami susun agar pembaca
dapat memahami tentang gangguan psikososial ( post power syndrom ).
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai akan saran dan kritik untuk membangun makalah ini
lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga melalui makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 21 Oktober 2021

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ada suatu penyakit kejiwaan yang terjadi dalam masyarakat yang sangat ditakuti
yaitu Post Power Syndrome. Fenomena ini biasanya muncul atau terjadi pada orang-orang
yang baru saja kehilangan kekuasaan maupun kelebihan-kelebihan lainnya, baik karena
pensiun, PHK, mutasi, kehilangan popularitas, atau karena sebab lainnya. Pada saat tidak
menjabat atau berkuasa dan tidak populer lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan
atau emosi yang kurang stabil yang biasanya bersifat negative. Mereka kecewa terhadap
hidup, karena yang bersangkutan tidak lagi dihormati dan dipuja-puji seperti ketika masih
berkuasa maupun saat memiliki kelebihan-kelebihan lainnya. Kondisi ini disebut sebagai
post power syndrome. Pada gejala post power syndrome ini, khususnya adalah adanya
gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalu
( kekuasaannya, karirnya,kecantikannya, ketampanannya, kepopulerannya,
kecerdasannya, dll), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang ada saat ini.
Ketika semua itu tidak dimilikinya, maka timbullah berbagai gangguan psikis dan phisik
yang semestinya tidak perlu. Mereka bereaksi dan mendadak menjadi sangat sensitive dan
merasa hidupnya akan segera berakhir hanya karena masa kejayaannya telah berlalu
(Kartono, 1997).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi Post Power Syndrom


Arti dari “syndrome” itu adalah kumpulan gejala. “Power” adalah kekuasaan. Jadi,
terjemahan dari post power syndrome kira-kira adalah gejala-gejala pasca kekuasaan.
Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau
menjabat satu jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlihat
gejala-gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil. Gejala-gejala itu biasanya bersifat
negatif, itulah yang diartikan post power syndrome.
Post power syndrome adalah gejala yang terjadi dimana ‘penderita’ hidup dalam
bayang-bayang kebesaran masa lalunya (entah jabatannya atau karirnya, kecerdasannya,
kepemimpinannya atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita
yang ada saat ini.
Post power sindrome adalah gejala kejiwaan yang kurang stabil yang muncul tatkala
seseorang turun dari kekuasaan atau jabatan tinggi yang dimilikinya sebelumnya.
Post-power syndrome, adalah gejala yang terjadi dimana penderita hidup dalam
bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya, ketampanannya,
kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa memandang realita yang
ada saat ini. post power syndrom merupakan sekumpulan gejala yang muncul ketika
seseorang tidak lagi menduduki posisi sosial yang biasanya dalam institusi tertentu.

B. Faktor penyebab post power syndrome


1. Faktor eksternal
Kejadian traumatik merupakan penyebab terjadinya post power syndrome, bila
seseorang tidak mampu menerima keadaan yang dialaminya, maka seseorang akan
menderita post power.
Pensiun dini dan PHK adalah salah satu faktor tersebut. Bila orang yang
mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah tidak
dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi yang
signifikan kepada perusahaan, post-power syndrome akan dengan mudah menyerang.
Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif dan ditolak ketika
melamar ke perusahaan lain, post-power syndrome yang menyerangnya akan semakin
parah. Kejadian traumatik juga menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya post-
power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang
menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima keadaan
yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika terus berlarut-
larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan dideritanya. Post-power
syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun
dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil melalui fase ini dengan
cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Tetapi pada kasus-
kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu menerima kenyataan yang ada,
ditambah dengan tuntutan hidup yang terus mendesak, dan dirinya adalah satu-
satunya penopang hidup keluarga, resiko terjadinya post-power syndrome yang berat
semakin besar. Beberapa kasus post-power syndrome yang berat diikuti oleh
gangguan jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu,
depresi yang berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik
(sakit yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.
2. Faktor Internal
a. Kehilangan harga diri karena dengan hilangnya jabatan seseorang merasa
kehilangan perasaan memiliki atau dimiliki, artinya dengan jabatan seseorang
akan menjadi bagian penting dari institusi, sehingga juga merasa dimiliki oleh
institusi dengan jabatan pula seseorang merasa lebih yakin diri, karena diakui
kemampuanya. Kecuali itu orang tersebut juga merasa puas akan kepemilikan
kekuasaan yang terkait dengan jabatan yang ia emban.
b. Kehilangan latar belakang kelompok eksklusif, misalnya kelompok manager,
kelompok kepala seksi, dan lain – lain yang memberikan perasaan kebanggaan
tersendiri.
c.  Kehilangan perasaan berarti dalam satu kelompok tertentu. Jabatan memberikan
perasaan berarti yang menunjang peningkatan kepercayaan diri seseorang.
d. Kehilangan orientasi kerja. Dengan jabatan yang jelas, maka seseorang memiliki
kerangka pelaksanaan tugas yang jelas dan powerful, yang berpengaruh terhadap
kontak sosial pula.
e. Kehilangan sebagian sumber penghasilan yang terkait dengan jabatan yang
dipegang.
C. Tipe kepribadian yang rentan terhadap post power syndrome
1. Seseorang yang pada dasarnya memiliki kepribadian yang ditandai kekurang
tangguhan mental sehingga jabatan tanpa disadarinya menjadi pegangan, penunjang
bagi ketidak tangguhan fungsi kepribadian secara menyeluruh.
2. Seseorang yang pada dasarnya sangat terpaku pada orientasi kerja dan menganggap
pekerjaan sebagai satu – satunya kegiatan yang dinikmati dan seolah menjadi “ istri
pertama “ nya. Orang seperti ini akan sangat mengabaikan pemanfaatan masa cuti
dengan cara kerja, kerja dan kerja terus.
3. seseorang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang permintaannya
selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.
4. seseorang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya harga
diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.
5. seseorang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada kemampuan
untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang lain. Istilahnya
orang yang menganggap kekuasaan itu segala-galanya atau merupakan hal yang
sangat berarti dalam hidupnya.

D. Gejala post power syndrome


1. Gejala fisik, misalnya menjadi jauh lebih cepat terlihat tua tampaknya dibandingkan
waktu ia bekerja. Rambutnya didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan
menjadipemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah
2. Gejala emosi, misalnya cepat tersinggung kemudian merasa tidak berharga, ingin
menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi, dan sebagainya.
3. Gejala perilaku, misalnya malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola
kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang lain.
Gejala lain yang cenderung muncul kepada orang yang mengalami Post Power
Syndrome, antara lain adalah:
1) Lunturnya antusias menghadapi hidup.
2) Mudah tesinggung dan marah, kendati untuk hal yang sepele.
3) Tidak mau menerima saran.
4) Menjadi pendiam.
5) Suka bemostalgia masa masa kejayaannya.
6) Rentan terhadap berbagai perubahan
E. Cara Penanganan pada penderita post power syndrome
1. Cara penanganan eksternal
a. Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu
penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya
memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidakmampuaanya
mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu
berfikir secara dingin. Hal itu akan mengembalikan kreatifitas dan
produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya
jika keluarga malah mengejek dan selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan
mengolok-oloknya.
b. Disamping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan
kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-
power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan
keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini disbanding
dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.
c. Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi diri
yang baru, hal itu sangat menolong baginya. Misalnya seorang manajer terkena
PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya (agrobisnis
misalnya), ia akan terhindar dari resiko post-power syndrome.
2. Cara penanganan internal
a. Sejak menerima jabatan, seseorang tetap menjaga jarak emosional yang wajar
antara diri dan jabatan tersebut, artinya memang karier setinggi mungkin tetap
harus kita jangkau dan menjadi cita – cita demi kepuasan batin, namun bila karier
telah dicapai melalui kesempatan menduduki jabatan tertinggi, tempatkanlah
jabatan tersebut dalam posisi wajar.
b. Cadangkanlah sisa energi psikis bagi alternatife fokus lain. Dengan demikian bila
setatus formal dalam bentuk jabatan hilang, masih ada focus lain bagi penyaluran
energi psikis yang sehat.
c. Tanamkanlah dlam diri bahwa jabatan hanya bersifat sementara. Memang dalam
pelaksanaan jabatan diperlukan sikap serius dan sungguh – sungguh, namun tetap
sadarilah bahwa sifat sementara dalam menjabat tetap berlaku. Tidak ada jabatan
yang dapat diemban seumur hidup. Pasti akan tiba saatnya beristirahat dan
menikmati masa istirahat tersebut dengan cara yang sehat baik mental maupun
fisik.

F. Usaha –usaha untuk melindungi diri dari ancaman post power syndrom
1. Usaha – usaha yang bersifat preventif adalah suatu usaha yang dilakukan dengan
mengembangakan sikap dan kebiasaan hidu yang positf baik dalam menjalankan
tugas – tugas hidup sehari – hari maupun dalam bergaul dengan orang lain. Dengan
sikap dan kebiasaan hidup positif yang sama manusia juga dapat mempertahankan
bahkan meningkatkan kebahagiaannya.
2. Usaha yang bersifat perseveratif atau developmental adalah suatu usaha yang
dilakukan dengan cara selalu membuka diri terhadap kesempatan dan ajakan untuk
semakin tumbuh dan berkembang. Jika terpaksa terjerumus ke dalam gangguan
tertentu , ia harus cukup terbuka untuk meminta dan menerima pertolongan dari orang
lain yang mampu menunjukannya jalan untuk keluar dari penderitaannya .
3. Usaha yang bersifat kuratif adalah suatu usaha dimana kita harus selalu bersikap
positif dan gembira menghadapi aneka tantangan hidup besar maupun kecil,berat
maupun ringan.

G. Fungsi keluarga dalam postpower syndrome


Keluarga mempunyai pengaruh yang paling besar ketika terjadinya Post Power
Syndrome yang terjadi pada seseorang, berikut ini merupakan alasan mengapa unit
keluarga harus menjadi fokus sentral dari perawatan pada seseorang yang menderita Post
Power Syndrome..
1. Dalam unit keluarga, disfungsi apa saja yang mempengaruhi satu atau lebih anggota
keluarga, dan dalam hal tertentu, seringkali akan mempengaruhi anggota keluarga
yang lain dan unit ini secara keseluruhan.
2. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya,
bahwa peran dari keluarga sangta penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan
anggota keluarga secara individu, mulai dari strategi- strategi hingga fase rehabilitasi.
3. Dapat mengangkat derajat kesehatan keluarga secara menyeluruh, yang mana secara
tidak langsung mengangkat derajat kesehatan dari setiap anggota keluarga.
4. Dapat menemukan faktor – faktor resiko.
5. Seseorang dapat mencapai sesuatu pemahaman yang lebih jelas terhadap individu –
individu dan berfungsinya mereka bila individu – individu tersebut dipandang dalam
konteks keluarga mereka.
6. Mengingat keluarga merupakan sistem pendukung yang vital bagi individu-individu,
sumber dari kebutuhan-kebutuhan ini perlu dinilai dan disatukan kedalam
perencanaan tindakan bagi individu-individu.

H. Bila Post Power Syndrome Sudah Terlanjur Menyerang ?


1. Arahkan kepada kegiatan yang membuatnya merasa nyaman, misalnya kegiatan
olah raga, kerohanian, dan peduli lingkungan, sebisa mungkin kegiatan yang
melibatkan orang banyak, dengan begitu akan meminimalisir pengaruh post power
syndrome.
2. Arahkan kepada kegiatan yang membuatnya merasa nyaman, misalnya kegiatan
olah raga, kerohanian, dan peduli lingkungan, sebisa mungkin kegiatan yang
melibatkan orang banyak, dengan begitu akan meminimalisir pengaruh post power
syndrome.
3. Tidak ada salahnya pula kita memahami penderita dengan menyimak setiap cerita
cerita heroiknya, dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dari pengalaman yang
dilaluinya, lebih bagus lagi mereka dijadikan narasumber pada setiap seminar atau
perkumpulan.
4. Yang terpenting dari kasus ini adalah peranan orang sekitar termasuk kita yang harus
memahami bahwa post power syndrome dapat menyerang siapa saja, dan kapan saja.
Oleh karena itu dengan menjadi pribadi yang banyak bersyukur dan berbagi kepada
sesama kita dapat terhindar dari penyakit tersebut.

I. Upaya Yang Dapat Dilakukan Untuk Mencegah Post Power Syndrome


Untuk mengeliminir permasalahan penyebab berkembangnya post power syndrome,
lebih lanjut Turner dan Helms mengemukakan kiat- kiat yang harus dilakukan, yaitu :
1. Perlu belajar memahami, bahwa jabatan atau kekuasaan itu adalah karunia atau
amanat dari Tuhan Yang maha Esa. Kita hanya sebagai alat dan tidak mengklaim itu
adalah atas kehebatan saya yang menjadi milik saya yang harus dipertahankan
sepenuhnya.Setinggi apapun jabatan kita itu adalah karunia dan kita hanya sebagai
alat untuk melakukan pekerjaan-Nya.
2. Harus ada kesadaran bahwa kekuasaan itu hanya bersifat sementara dan tidak bersifat
permanen atau mapan dan harus menyiapkan diri apabila suatu saat kekuasaan itu
akan lepas atau ditarik dari kita.
3. Selama berkuasa, sebaiknya tidak memikirkan bagaimana mempertahankan
kekuasaan, tetapi melakukan dan menjalankan kekuasaan itu sebaik- baiknya, dan
pikirkan untuk melakukan kaderisasi.
4. Perlu belajar rendah hati, hindarkan sikap mentang-mentang.
5. Tingkatkan hubungan baik atau relasi dengan teman sejawat, bawahan atau pihak
lain, dalam rangka meluaskan jaringan sebagai bekal selepas dari jabatan.
6. Menanamkan kebaikan selama berkuasa, jangan menyakiti hati dan menindas orang .
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA
DENGAN POST POWER SYNDROME

A. DATA BIOGRAFI
Nama :
TTL :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Agama :
Status Perkawinan :
TB/BB :
Penampilan :
Ciri-ciri Tubuh :
Alamat :
Orang Yang Dekat :
Hubungan :
Alamat/Telepon :

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Genogram

 
Keterangan:
X = Meninggal
V = Pasien
O = Tinggal Serumah

2. Riwayat Keluarga

C. RIWAYAT PEKERJAAN
Pekerjaan saat ini :
Alamat Pekerjaan :
Jarak Dari Rumah :
Alat Transportasi :
Pekerjaan Sebelumnya :
Jarak Dari Rumah :
Alat Transportasi :
Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :
Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari penghasilan anak-
anak klien terutama anak bungsu klien.

D. RIWAYAT LINGKUNGAN HIDUP


Tipe tempat tinggal
Jenis lantai rumah :
Kondisi lantai :
Tangga rumah :
Penerangan :
Tempat tidur :
Alat dapur :
WC :
Kebersihan lingkungan :
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah:
Derajat privasi :
Tetangga terdekat :
Alamat dan telepon :
E. RIWAYAT REKREASI
Hobbi/Minat :
Keanggotaan Organisasi ;
Liburan/Perjalanan :

F. SISTEM PENDUKUNG
Perawat :
Jarak dari rumah :
Rumah Sakit : Jarak
Klinik : Jarak
Pelayanan Kes. Dirumah :
Makanan yg dihantarkan :
Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah:
Lain-lain :

G. DISKRIPSI KEKHUSUSAN
Kebiasaan Ritual :
Yang Lainnya :

H. STATUS KESEHATAN
 Status Kesehatan Umum Selama Setahun Yang Lalu :
 Status Kesehatan Umum Selama 3Tahun Yang lalu :
 Keluhan Utama :
 Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :
 Obat-obatan:
Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)
Obat-obatan :
Makanan :
Faktor Lingkungan :
 Penyakit Yang Diderita

I. AKTIVITAS HIDUP SEHARI-HARI (ADL)


Indeks KATZ :
Oksigenisasi :
Cairan & Elektrolit :
Nutrisi :
Eliminasi :
Aktivitas :
Istirahat & Tidur :
Personal Hygiene :
Seksual :
Rekreasi :

J. PSIKOLOGI, KOGNITIF DAN PERSEPTUAL


Konsep Diri :
Emosi :
Adaptasi :
Mekanisme pertahanan diri :
Status mental
Tingkat kesadaran :
Afasia :
Demensia :
Orientasi :
Bicara :
Bahasa yang digunakan :
Kemampuan membaca :
Kemampuan interaksi :
Vertigo :
Short Portable Mental Status Quistionaire (SPMSQ) :
Mini-Mental State Exam (MMSE) :
Geriatrik Depression Scale :
APGAR :

K. TINJAUAN SISTEM
Keadaan umum :
Tingkat kesadaran :
Tanda-tanda vital :
L. PENGKAJIAN PERSISTEM
 PERNAFASAN (B1: BREATHING)
1. Bentuk Dada :
2. Sekresi dan Batuk :
3. Pola Nafas
a. Frekuensi nafas :
4. Bunyi Nafas
a. Normal :
b. Abnormal :
c. Resonen lokal :
5. Pergerakan dada :
6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal :
7. Alat Bantu Pernafasan :

 CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)


1. Nadi
Frekuensi :
2. Bunyi jantung :
3. Letak jantung :
4. Pembesaran jantung :
5. Nyeri dada :
6. Edema :
7. Clubbing finger :

 PERSARAFAN (B3: BRAIN)


Tingkat Kesadaran:
1. GCS :
2. Refleks :
3. Koordinasi gerak :
4. Kejang :
5. Lain-lain :
 PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk :
b. Visus :
c. Pupil :
d. Gerak bola mata :
e. Medan penglihatan :
f. Buta warna :
g. Tekanan Intra Okuler :

2. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk :
b. Gangguan Penciuman :

3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel :
b. Membran tympani :
c. Otorrhae :
d. Gangguan Pendengaran :
e. Tinitus :
f. Perasa :
g. Peraba :

 PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)


Masalah kandung kemih :
Produksi urine :
Frekuensi :
Warna :
Bau :

 PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)


1. Mulut dan Tenggorokan
a. Mulut :
b. Lidah :
c. Kebersihan Rongga Mulut :
d. Tenggorokan :
e. Abdomen :
f. Pembesaran Hepar :
g. Pembesaran Lien :
h. Asites :
2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus
BAB :
Obat pencahar :
Lavemen :

 OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)


1. Otot dan Tulang
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM):
Kemampuan kekuatan otot:
o Tidak ada fraktur
o Tidak ada dislokasi
o Tidak ada haematom
2. Integumen
Warna kulit :
Akral :
Turgor :
Tulang belakang :

 REPRODUKSI
Perempuan:
Payudara :
Kelamin :

 ENDOKRIN

 PENGETAHUAN
SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUESTIONNAIRE (SPMSQ)

Nama klien :

No.Reg :

Ruang :

MINI MENTAL SKORE

NO PERTANYAAN BENAR SALAH


1. Tanggal berapa hari ini? (dd/mm/hh)
2. Hari apa hari ini?
3. Apakah nama tempat ini?
4. Berapa no.telp bila tidak ada no. rumah
/jalan
5. Berapakah usia anda?
6. Kapan anda lahir? (tanggal/bulan/tahun)
7. Siapa nama presiden Indonesia sekarang?
8. Siapa nama presiden sebelumnya?
9. Siapa nama ibumu sebelum menikah?
10. 20 dikurang 3 dan seterunya?

JUMLAH KESALAHAN

0-2 Kesalahan : Baik

3-4 kesalahan :Gangguan Intelektual Ringan

5-7 kesalahan : Gangguan Intelektual Sedang

8-10 kesalahan : Gangguan Intelektual Berat


INDEKS KATZ ( AKS)

Katz A Mandiri dalam :


1. Mandi
2. Berpakaian
3. Ke Toilet,
4. Berpindah
5. Kontinen BAK/BAB
6. Makan
Katz B Mandiri, untuk 5 fungsi diatas
Katz C Mandiri,kecuali mandi
Katz D Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,& 1 fungsi diatas
Katz E Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet & 1
fungsi diatas
Katz F Mandri, kecuali mandi, Berpakaian,Ke Toilet,
Berpindah& 1 fungsi diatas
Katz G Ketergantungan untuk semua 6 fungsi diatas

GERIATRIC DEPRESSION SCALE (SKALA DEPRESI)

NO PERTANYAAN JAWABAN
1. APAKAH ANDA SEBENARNYA PUAS
DENGAN KEHIDUPAN ANDA?
2. APAKAH ANDA TELAH MENINGGALKAN
BANYAK KEGIATAN DAN MINAT /
KESENANGAN ANDA?
3. APAKAH ANDA MERASA KEHIDUPAN
ANDA KOSONG?
4. APAKAH ANDA MERASA SERING BOSAN?
5. APAKAH ANDA MEMPUNYAI SEMANGAT
YANG BAIK SETIAP SAAT?
6. APAKAH ANDA MERASA TAKUT
SESUATU YANG BURUK AKAN TERJADI
PADA ANDA?
7. APAKAH ANDA MERASA BAHAGIA
UNTUK SEBAGIAN BESAR HIDUP ANDA?
8. APAKAH ANDA MERASA SERING TIDAK
BERDAYA?
9. APAKAH ANDA LEBIH SERING DIRUMAH
DARI PADA PERGI KELUAR DAN
MENGERJAKAN SESUATU HAL YANG
BARU?
10. APAKAH ANDA MERASA MEMPUNYAI
BANYAK MASALAH DENGAN DAYA
INGAT ANDA DIBANDINGKAN
KEBANYAKAN ORANG?
11. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA HIDUP
ANDA SEKARANG MENYENANGKAN?
12. APAKAH ANDA ME RASA TIDAK
BERHARGA SEPERTI PERASAAN ANDA
SAAT INI?
13. APAKAH ANDA MERASA PENUH
SEMANGAT?
14. APAKAH ANDA MERASA BAHWA
KEADAAN ANDA TIDAK ADA HARAPAN?
15. APAKAH ANDA PIKIR BAHWA ORANG
LAIN LEBIH BAIK KEADAANNYA DARI
PADA ANDA?
*) SETIAP JAWABAN YANG SESUAI MERUPAKAN SKOR “ 1”
( SATU)KETERANGAN :

SKOR 5-9 : KEMUNGKINANA DEPRESI

SKOR 10 ATAU LEBIH : DEPRESI

NO KEADAAN PASIEN SKOR


1. KONDISI FISIK UMUM
         Baik
         Lumayan
         Buruk
         Sangat Buruk
2. KESADARAN
         Komposmentis
         Apatis
         Konfus/spoor
         Stupor/koma
3. AKTIVITAS
         Ambualan
         Ambualan dengan bantuan
         Hanya bisa duduk
         Tiduran
4. MOBILITAS
         Bergerak bebas
         Sedikit terbatas
         Sangat terbatas
         Tiduran
5. INKONTINENSIA
         Tida ada
         Kadang-kadang
         Sering inkontinensia urine
         Inkontinensia alvi dan urine

KATEORI SKOR

16-20 : kecil sekali /tidak terjadi

12-15 :kemungkinan terjadi kecil

< 12 :kemungkinan besar terjadi

Diagnosa Keperawatan yang muncul

1. Mencederai diri berhubungan dengan depresi.

2. Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.

Rencana Keperawatan

DIAGNOSA PERENCANAAN

NO KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA


1 Mencederai diri Setelah dilakukan tindakan Behavior Management : Self
berhubungan dengan keperawatan selama 1X24 Harm
depresi. 1. Dorong pasien untuk
jam lansia tidak mencederai mengungkapkan secara
verbal konsekuensi dari
diri dengan kriteria hasil:
perubahan fisik dan emosi
1. Lansia dapat yang mempengaruhi
konsep diri
mengungkapkan 2. Pertahankan lingkungan
perasaanya dalam tingkat stimulus
yang rendah
2. Lansia tampak lebih 3. Singkirkan semua benda
bahagia. berbahaya
4. Lindungi klien dan
3. Lansia sudah bisa keluarga dan bahaya
tersenyum ikhlas. halusinasi
5. Tingkatkan peran serta
keluarga pada tiap tahap
perawatan dan jelaskan
prinsip-prinsip tindakan
pada halusinasi
6. Salurkan perilaku merusak
pada kegiatan fisik
7. Berikan obat-obatan
antipsikotik sesuai dengan
yang dapat menurunkan
kecemasan dan
menstabilkan mood dan
menurunkan stimulasi
kekerasan terhadap diri
sendiri
Impulse Control Training
1. Ajarkan pasien
penggunaan tindakan
menenangkan diri (nafas
dalam)

DIAGNOSA PERENCANAAN

NO KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA


2 Gangguan alam Setelah dilakukan Impulse Control Training
1. Ajarkan pasien
perasaan: depresi tindakan keperawatan
penggunaan tindakan
berhubungan dengan selama 1X24 jam lansia menenangkan diri (nafas
koping maladaptif. merasa tidak stres dan dalam
depresi dengan kriiteria 2. Bantu untuk memahami
bahwa klien dapat
hasil : mengatasi
1. Klien dapat keputusasaannya.
3. Kaji dan kerahkan
meningkatkan harga
sumber-sumber internal
diri individu
2. Klien dapat 4. Bantu mengidentifikasi
sumber-sumber harapan
menggunakan
(misal: hubungan antar
dukungan sosial sesama, keyakinan, hal-
3. Klien dapat hal untuk diselesaikan).
menggunakan obat
dengan benar dan tepat

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Post Power Syndrome adalah gejala-gejala setelah berakhirnya kekuasaan.
Gejala ini umumnya terjadi pada orang-orang yang tadinya mempunyai kekuasaan,
namun ketika sudah tidak berkuasa lagi, seketika itu terlihat gejala-gejala kejiwaan
yang biasanya bersifat negatif atau emosi yang kurang stabil. Faktor-faktor penyebab
Post Power Syndrome :
Pensiun, PHK atau pudarnya ketenaran seorang artis adalah salah satu dari
faktor tersebut, kejadian traumatik juga misalnya kecelakaan yang dialami oleh
seorang pembalap, yang menyebabkan kakinya harus diamputasi, Post-power
syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah lanjut usia dan pensiun
dari pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI.

Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA

Depkes R.I. 2009. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi Media

Nugroho Wahyudi. 2010. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC

Muhibbinsyah. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Nursing Diagnose :Definitions and Classification 2015-2017.Nanda Internasional

Nursing Interventions Classification (NIC).six edition.elsevier mosby.2013

Nursing Outcomes Classification (NOC).Fifth Edition.Elsevier Mosby.2013

Anda mungkin juga menyukai