Anda di halaman 1dari 93

KONSEP SEHAT SAKIT

1. sakit ( nyeri) secara umum dibedakan menjadi akut dan kronik.


2. kronik terbagi menjadi maligna kronik dan non - maligna kronik.
3. setiap individu akan merasakan sakit/nyeri dengan tingkatan tertentu dan berbeda
4. sakit/nyeri akut dan kronik adalah dua jenis sakit/nyeri yang memiliki perbedaan yang
banyak.

SAKIT /NYERI AKUT

1. sakit/nyeri akut bersifat mendadak dan cepat hilang


2. waktu dapat mencapai 6 bulan
3. daerah nyeri tidak diketahui dengan pasti
4. intensitas bervariasi dari ringan sampai berat
5. akan sembuh dengan sendirinya ( self-limiting)
6. perhatian pasien berfokus pada sakit/nyeri yang dirasakan dan upaya untuk mengatasi
7. fungsi sakit/nyeri akut adalah peringatan akan cedera/penyakit yang akan datang
8. efek pada petugas kesehatan menjadi lebih agresif untuk menangani sakit/nyeri yang
dirasakan

 SAKIT/NYERI KRONIK

 perbedaan sakit/nyeri kronik maligna dan non-maligna :

1. nyeri maligidak/membandel adalah nyeri kronik yang disebabkan oleh kanker yang
tidak terkontrol/pengobatan kanker tsbt
2. nyeri non-maligna merupakan akibat dari cedera jaringan yang tidak sembuh
3. nyeri non-maligna bersifat lama,tidak merespon pada pengobatan dan daerah yang sakit
tidak di ketahui dengan pasti.

SAKIT/NYERI KRONIK

 sifat dari sakit/nyeri kronik :

1. sakit/nyeri kronik berlangsung lama


2. waktu lebih dari 6 bulan sampai bertahun-tahun
3. nyeri yang timbul secara perlahan-lahan
4. daerah nyeri sulit dibedakan intesitasnya,sehingga sulit di evaluasi perubahan
perasaannya
5. sakit /nyeri sering tidak di perhatikan gejala yang berlebihan
6. gejala sakit/nyeri kronik adalah keletihan,insomnia,anoreksia,penurunan
BB,depresi,marah/putus asa
7. Efek pada petugas kesehatan menjadi tidak terlalu termotivasi untuk menanganinya.

SAKIT/NYERI KRONIK

 periode pada sakit/nyeri kronik :  

1. periode Remisi 

           gejala hilang sebagian atau keseluruhan


    2.   periode Eksaserbasi
            keparahan yang meningkat
nyeri kronik merupakan penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologi yang akan
memunculkan masalah :
PHK,ketidakmampuan melakukan aktivitas sederhana,disfungsi seksual,isolasi sosial
PERAN SAKIT

1. peran adalah satu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, dan sikap yang di harapkan oleh
masyarakat  
2. pada kondisi tertentu seseorang dapat mengalami sakit yang menyebabkan dirinya
tidak dapay melakukan kegiatan sosial dalam kondisi ini seseorang tersebut dikatakan
sedang melakukan peran sakit
3. sebagian orang memanfaatkan peran sakit untuk mengurangu konflik antara kebutuhan
pribadi dan tuntutan peran sosial,contoh orang sakit akan diberi makan yang enak
tanpa harus bekerja
4. peran sakit dikatakan sebagai bentuk penyimpangan terhadap ketengangan dalam
sistem sosial yang dapat di terima masyarakat.

 PERAN SAKIT

 Empat peran sakit menurut Talcott parsons adalah :

1. orang sakit dibebaskan dari peran,sosial normatif,pembebasan ini sebenarnya


relatif,tergantung pada sifat dan tingkat keparahan keadaan sakit tersebut.
2. orang sakit tidak bertanggung jawab atas keadaannya.keadaan sakit seseorang dianggap
di luar kendali.
3. orang sakit harus berusaha untuk sembuh
4. orang sakit harus mencari pengobatan dan pekerja sama dengannya( NAKES) selama
proses penyembuhan.

PERAN SAKIT

 Enam peran sakit menurut sudibyo supardi adalah :

1. sakit sebagai upaya untuk menghindari tekanan,kondisi sakit dapat menghindarkan


konflik atau ketegangan
2. sakit sebagai upaya untuk mendapakan perhatian anggapan masyarakat bahwa sakit
harus mendapatkan perhatian khusus.
3. sakit sebagai kesempatan untuk istirahat sakit dapat mengurangi ketegangan dalam
pekerjaan
4. sakit sebagai alasan kegagalan pribadi sakit dapat dijadikan pembenaran diri dari
tanggung jawab sehingga mendapat pemakluman
5. sakit sebagai penghapus dosa anggapan bahwa sakit merupakan hukuman tuhan dan
penghapus dosa
6. sakit untuk mendapatkan alat tukar seseorang yang memiliki asuransi kesehatan akan
memilih dirawat lebih lama.

 TAHAPAN SAKIT

 tahapan-tahapan menurut suchman meliputi : 

1. tahap mengalami gejala/transisiasi

 seseorang akan merasakan ada kelainan dalam


 tubuh,merasa dirinya tidak sehat,merasa
 timbulnya berbagai gejala adanya bahaya. 
    mempunyai 3 aspek :  
    secara fisik : nyeri, panas tinggi
     kgnitif :interprestasi terhadap gejala
     respon emosi terhadap ketakutan/kecemasan
  2. tahap asumsi terhadap peran sakit seseorang mencari kepastiaan sakitnya
 dari keluarga atau teman,dia akan meneerima peran sakitnyadan mencari
 pertolongan dari profesi kesehatan,mengobati sendiri,dan mengikuti.
pada tahap ini seseorang akan mengkofirmasi bahwa dirinya benar-benar sakit dan harus
beristirahat dari kewajiban dan harapan terhadap perannya  asumsi terhadap peran sakit dapat
menyebabkan  perubahan emosional,seperti menarik diri,depresi,perubahan fisik.
 pada tahap ini kadang akan memunculkan rangkaian
 terhadap  penyakit dan berakibat
 pada penundaan kontak dengan pelayanan kesehatan. 
penundaan dengan kontak pelayanan kesehatan.
 memutuskan mendatangi pelayanan kesehatan
 setelah menerima sifat gejala yang  menetap dan mungkin akan membayangkan dirinya. 
   3.tahap kontak dengan pelayanan kesehatan
 orang yang sakit meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
ada 3 tipe informasi : 
valid sakit 
penjelasan gejala yang tidak dimengerti
keyakinan bahwa mereka akan baik
   4. tahap ketergantungan
        jika profesi kesehatan memvalidasi ( menetapkan ) bahwa seseorang sakit maka yang
menjadi
        pasien akan ketergantungan untuk memperoleh bantuan.
   5. tahap pemulihan/rehabilitasi
        pasien melepaskan diri peran sakitnya dan kembali pada peran sehat dan fungsi
normalnya/sebelum sakit.

DAMPAK SAKIT

1. Perubahan perilaku dan emosi setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap
sakitnya.reaksi inibergantung pada asal penyakit,sikap klien dalam menghadapi
penyakit tersebut,reaksi orang lain pada penyakit yang dideritanya.penyakit dengan
jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupan akan menimbulkan
sedikik perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga.penyakit yang berat
terutama yang dapat mengancam kehidupan akan menimbulkan perubahan emosi dan
perilaku,seperti kecemasan,syok,penolakan,marah menarik diri.hal ini merupakan
respon umum terhadap stres yang disebabkan penyakit.NAKES bertugas memberikan
asuhan dan membantu klien serta keluarga membentuk koping untuk mengurangi
stres yang di alami.
2. dampak sakit pada peran keluarga setiap orang memiliki peran dalam
kehidupannya,seperti pencari nafkah,pengambilan keputusan,sebagai orang tua.ketika
dalam kondisi sakit peran klien dan keluarganya akan berubah.perubahan dapat
bersifat sementara dan tidak terlihat atau dapat bersifat drastis dan dalam waktu yang
lama.umumnya klien dan keluarga akan lebih mudah menyesuaikan diri dari
perubahan yang bersifat sementara dan tidak terlihat.umumnya klien keluarga akan
membebaskan klien dari kewajiban mereka,namun apabila dilakukan dengan cara
yang salah dapat menyebabkan klien merasa terisolasi dan menarik diri.NAKES harus
melibatkan klien dan keluarga dalam membuat.
3. dampak sakit dalam citra tubuh beberapa penyakit dapat mengakibatkan perubahan
penampilan fisik.klien dan keluarganya akan dapat bereaksi berbeda -beda reaksi ini
bergantung pada : jenis perubahan( kehilangan anggota tubuh) kapasitas
adaptasi,kecepatan perubahan dukungan yang tersedia.
4. dampak pada konsep diri konsep diri adalah citra mental seseorang terhadap
dirinya,mencakup bagaimana melihat kekuatan dan kelemahan pada pribadi.konsep
diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan keluarganya.klien yang
mengalami perubahan konsep diri karna sakit mungkin lagi tidak mampu memenuhi
harapan keluarganya yang akhirnya dapat menimbulkan ketegangan dan
konflik.contoh : klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan dalam
keluarga.klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.
5. dampak pada dinamika keluarga dinamika keluaga sering kali mengalami perubahan
karna adanya anggota keluarga yang sakit.dinamika keluarga merupakan proses
dimana keluarga melakukan fungsi,mengambil keputusan,saling mendukung dalam
keluarga,melakukan koping keluarga terhadap perubahan.apabila ada anggota
keluarga yang sakit(kepala keluarga)sering kali proses pengambilan keputusan akan di
tunda kadand sampai terhenti menunggu sakitnya sembuh.apabila kondisi ini
berlangsung berkempanjangan keluarga harus membuat pola fungsi  yang terbaru  dan
dapat menimbulkan stres.apabila orang tua sakit,maka anak yang dewasa sering kali
menggantikan posisi orang tuanya dan akhirnya peran menjadi orang tua dari
orangnya sendiri hal ini dapat menimbulkan stres.

Diposting oleh haerun nissa di 08.28 


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Popular Posts
 CONTOH FORMAT ASKEB YANG BENAR

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NORMAL   PADA NY. N UMUR 27 TAHUN G1P1A0AH0
UMUR KEHAMILAN 31+1 MINGGU DIBPM AMANAH JL.ANYELIR NO 243 PER...

 MAKALAH MANAJEMEN KAMAR OPERASI

                                            BAB I                                   PENDAHULUAN A.Latar belakang Dalam


fenomena...

 MATERI KONSEP SEHAT SAKIT ( KDK II)

KONSEP SEHAT SAKIT Definisi sehat menurut WHO sehat yaitu suatu keadaan yang sempurna
baik fisik,mental, maupun sosial serta tidak hanya ...

konseling ketidaknyamanan
SIKAP DAN PERILAKU  memberi salam kepada ibu dan keluarga dengan sopan dan ramah
memperkenalkan diri menjelaskan maksud dan tujuan sert...

contoh kasus dan percakapan bidan yang melanggar kewenangannya


kalimantan timur. pulang dan melihat buah hait umumnya menjaddi ssaat yang
menggembirakan bagi seorang ibu. tapi tidak bagi wanda ibu berum...

MATERI BAGAIMANA MENCEGAH KEGUGURAN KANDUNGAN


BAGAIMANAN MENCEGAH KEGUGURAN KANDUNGAN keguguran adalah kehilangan
kandungan pada saat janin beerusia di bawah 20 minggu.(bila lebih...

 konseling persiapan perslainan

KONSELING PERSIAPAN PERSALINAN A. SIKAP :  1.menyambut dan memperkenalkan diri


kepada pasien   dan keluarga dengan sopan dan ramah ...

 makalah tentang ketahanan nasional

BAB I PENDAHULUAN Terbentuknya negara Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan


seluruh bangsa. Sudah sejak lama Indonesia menjadi ...

 materi wawasan nusantara

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah     Wawasan nusantara terdiri dari


kata ”wawasan”, “nusa”, dan “antara”. Dari kata-kat...

 CONTOH ASKEB BAYI BARU LAHIR

     ASUHAN KEBIDANAN   BAYI BARU LAHIR   PADA BAYI   Ny. M UMUR 0 HARI
DENGANCEPHAL HEMATUM No Register                            ...

Blogger templates

Blog Archive
 ▼  2014 (12)

o ▼  Juni (12)

 CONTOH ASKEB BAYI BARU LAHIR

 CARA MENGANGKAT JAHITAN

 teori Ramona Mercer

 materi wawasan nusantara

 makalah tentang ketahanan nasional

 MAKALAH MANAJEMEN KAMAR OPERASI

 MATERI KONSEP SEHAT SAKIT ( KDK II)

 MATERI BAGAIMANA MENCEGAH KEGUGURAN KANDUNGAN

 contoh kasus dan percakapan bidan yang melanggar ...

 CONTOH FORMAT ASKEB YANG BENAR

 konseling ketidaknyamanan

 konseling persiapan perslainan

 
Blogger news
Blogroll
About
 
Copyright © 2018 Haerunnissa. Designed for Tenthon Aligen
Audit - dedenpunya.blogspot.com, dedenpunya.blogspot.com, dedenpunya.blogspot.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat menyadari bahwa klien
adalah manusia utuh dan unik yang terdiri dari aspek bio, psiko, sosial, dan spritual
tuntutan masyarakat akan kwalitas pelayanan perawatan cenderung semakin
meningkat. Hal ini membawa dampak yang positif terhadap peran dan fungsi
perawat untuk mengantisipasi tuntutan masyarakat mutu pelayanan perawatan.
Pada pengkajian seringkali perawat hanya memusatkan perhatian pada aspek
biologis atau fisiknya saja, sehingga asuhan keperawatan secara konprensif tidak
tercapai. Maka dari itu perlunya perawat untuk membekali baik ilmu maupun
pengalaman-pengalaman. Sehingga respon klien dapat terkaji lebih dalam dengan
tujuan mengenal dan menentukan masalahnya atau kebutuhannya
BAB II
KONSEP SAKIT

A. DEFENISI SAKIT
Defenisi Sakit menurut para ahli, antara lain :
 Sakit menurut Pepkin’s adalah : Keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga yang menimbulkan gangguan dalam aktifitas sehari-
hari baik aktifitas jasmani, ronani, maupun social.
 Sakit menurut Webster’s adalah : Suatu kondisi dimana keadaan tubuh melemah.

 Sakit menurut parson yaitu gangguan dalam fungsi normal individu sebagai
totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai system biologis dan penyesuaian
sosialnya.

B. RENTANG SEHAT SAKIT

      Menurut neuman (1990) sehat dalam suatu rentang merupakan.

Tingkat kesejahtraan klien pada waktu tertentu yang terdapat dalam rentan gdan kondisi
sejahtera yang optimal dengan energi yang paling maksimum, sampai kondisi kematian yang
menandakan habisnya energi total.

      Zaidin Ali

Keadaan yang mengganggua keseimbangan status kesehtan biologis (jasmani). Psikososial


(mental). Social dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh secara keseluruhan
maupun sebagian.

MODEL RENTANG SEHAT-SAKIT MENURUT (NEUMAN)

A)    Sehat

Keadaan dinamis yang berubah secara terus-menerus dengan adaptasi individu


terhadap berbagai perubhan pada lingkunga internal dan eksternalnya untuk mempertahankan
keadaan fisik emosional intlektual social perkembangan dan spiritual yang sehat.

B)    Sakit

Merupakan proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih yang megalami
perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.

C)    Kekurangan dari model (neuman)


Sulitnya menentukan tingkat kesehatan klien sesui dengan titik tertentu yang ada
diantaranya dua titik ekstrim pada rentang itu.

Misalnya : seseorang yang mengalami amputansi kakinya karena kecelakaan tapi dia
mampu melakukan adaptasi dengan keterbatasan mobilitas, dianggap kurang sehat atau lebih
sehat dibandingkan orang yang mempunyai fisik sehat, tetapi mengalami depresi berat setelah
kematian anak yang paling Ia sayangi.

Model kesejahtraan tingkat tinggi

a.       Model ini berorientasi pada cara memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui
perubahan prilaku.

b.      Pada pendekatan ini perawat melakukan intervensi keperawatan yang dapat membantu klien
mengubah prilaku tertentu yang mengandung resiko tinggi terhadap kesehatan.

Dikatakan sehat bukan berarti bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi aspek
kehidupanmanusia ayng meliputi asfek fisik emosi, social dan spiritual berdasarkan pengertian
di atas dapat diketahui karakteristik sehat yaitu:

-          Memiliki kemampuan merefleksikan kemampuan perhatian pada individu sebagai manusia.

-          Memiliki pandangna terhadap sehat dalam konteks lingkungan,baik secara internan dan
eksternal.

-          Memiliki hidup yang kreatif dan produktif.

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS KESEHATAN.

1.      Perkembangan

Perubahan status kesehatan yang dapat dipengaruhi oleh perkembangna adalah pada bayi atau
anak-anak yang tahap perkembangannya belum mencapai kematangan maka status
perkembannya sangat rentang terhadap berbagai penyakit.

2.      Social dan kultura

Social dan kultur dapat juga mempengaruhi proses perubahan status kesehatan seseorang
karna akan menimbulkan perubahan dan prilaku kesehatan.

3.      Pengalaman masa lalu

Pengalaman masa lalu bisa mempengaruhi status kesehatan. Hal ini dapat diketahui jika ada
pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga
berdampak besar dalam status kesehatan selanjutnya.

4.      Harapan seseorang terhadap dirinya.

Harapan merupakan salah satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubhan status
kesehatan kearah yang opimal harapan dapat menghasilkan status kesehatan ketingkat yang
lebih baik secara fisik maupuan psikologi Karen harapan akan timbul bergaya hidup sehat dan
selalu menghindari hal-hal yang dapat mempengaruhi status kesehatan diri.

5.      Keturunaan

Keturunan juga meberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang.

6.      Lingkungan

Tentang kebersihan diri, tempat pembuangan air limbah bisa mempengaruhi status kesehatan.

7.      Pelayanan kesehatan.

Jauhnya tempat pelanyanan kesehatan bisa mempengaruhi status kesehatan.

            TAHAP PROSES SAKIT

1.      Tahap gejala

Tahap awal seseorng mengalami pro9ses sakit yang ditandai dengan perasaan yang tidak
nyaman terhadap dirinya.

2.      Tahap asumsi terhadap sakit

Seseorang akan meninterprentasikan terhadap apa yang dialaminya dan proses ini dapat
dipengaruhi oleh pengetahuan atau pengalaman masa lalu.

3.      Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

4.      Tahap ini seseorang yang sakit akan meminta nasehat kepada kokter atau perawat yang ada
dipuskesmas terdekat.

5.      Tahap ketergantungan

Tahap ini terjadi setelah seseorang mengalami suatu penyakit dan ketergantunan dengan
peruses pengobatan yagn dialaminya.

Tahap penyembuhan

Tahap terakhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi.

Perubahan prilaku yang terjadi selama sakit

1.      Adanya perasaan takut

2.      Menarik diri

3.      Egosentris

4.      Sensitive terhadap persoalan kecil

5.      Reaksi emosional tinggi

6.      Perubhan persepsi

7.      Berkurangnya minat
DAMPAK HOSPITALISASI PADA KLIEN DAN KELUARGA

1.      Terjadinya perubhan peran dalam keluarga.

Selama sakit peran dalam keluarga akan mengalami gangguan mengingat terjadi pergantian
peran dari salah saru anggota keluarga yang mengalami sakit.

2.      Terjadinya gangguan psikologis.

Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya stress (ketegangan) sampai mengalami kecemasan
ayng berat, apabila psikologisnya tidak disiapkan dena baik. Proses terjadinya gangguan
psikologis diawali dengan adanya konflik terhadap dirinya seperti ketakutan.

3.      Masalah keuangan

Dampak ini jelas akan tejadi pada seseorang karena adanya pengeluaran keuangan yang
sebelumnya tidak diduga selama sakit mengingat biaya perawatan dan obat-obatan yang cukup
mahal.

4.      Kesepian akibat perpisahan

Dampak ini dapat terjadi pada seseorang yang sebelumnya selalu berkumpul dengan keluarga,
namun ketika sakit orang tersebut haru dirawat dan berpisah dari keluargnya.

5.      Terjadinya perubahan kebiasaan social

Ini jelas terjadi mengingat selama di rumah interaksi denan lingkungan masyarakat selalu
terjadi, ketika orang sakit seluruh aktifitas socialnya akan mengalami perubahan.

6.      Terganggunya peribadi seseorang.

Terganggunya pribadi seseorang dapat ditunjukan dengan perasaan menyenangkan dan tingkat
penghargaan seseorang yang mengalami gangguan karena aktifitasnya terbataas dengan
kehidupan

Pribadi seseorang dapat ditunjukan dengan perasaan menyenagkan yang tingkat penghargaan
seseorng menyenangkan ini akan mengalami gangguan karena aktifitasnya terbatas dengan
kehidupan di rumah sakit sehingga kebutuhan teganggu, sehingga membuat perasaannya
menjadi tidak menyenangkan yang mengakibtkan pengarhaan social sulit dicapai.

OTONOMI

Setelah disediakan segala kebutuhan pasien dirumah sakit mengakibtkan mengurunnya


kemampuan rumah sakit mengakibatkan menutunkan kempuan untuk mandiri dan mengalami
sendiri sulit dicapai sehingga pasien akan selalu ketergantungan.

Terjadinya perubahan gaya hidup


Adanya peraturan dan ketentuan dari rumah sakit khusunya prilaku sehat serta anjuran
dalam makanan obat dari aktifitas agar seseorang mengalami perubahan dalam gaya hidup
yakni selalu hait-hati dan menghindari hal-hal yang dilarang sesuai dengan ketentuan peruses
pengobatan dan perawatan.

 
BAB III
PENUTUP
A.Saran:
Kami berharap agar bapak/ibu dosen lebih banyak menjelaskan agar kami
bisa             lebih baik lagi dalam menyelesaikan tugas kami
B.Kesimpulan:
Setelah kami menyelesaikan makalah ini,kami jadi tahu  apa itu mekanika,macam-
macam mekanika dan rumus fisika mekanika

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2002. Dasar- Dasar Keperawatan Profesional . Jakarta : Widya Medika.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2002.Pengantar Kosep Dasar Keperawatan.Jakarta :Salemba Medika.

George, JB (1995), Nursing Theories, 4 Ed, Appleton & Lange, USA.

www.nursepoint.blogspot.com

www.perawattegal.wordpress.com

www.scribd.com
Diposting oleh Denia Huzan di 12.38 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
1 komentar:

beni doank mengatakan...
makasih atas artikelnya bro,,,bermanfaat bagi banyak orang, di baca
juga Artikel kesehatan terbarudan berbagai tips kesehatan
4 Maret 2016 07.28

Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Posting Komentar (Atom)
profil lengkapku Arsip Blog
 ►  2014 (5)
 ▼  2013 (25)
o ►  Desember (4)
o ►  November (4)
Denia Huzan  o ▼  Oktober (16)
Lihat profil lengkapku  ETIKA PEMBERIAN
OBAT TOPIKAL PADA
KULIT
 Membangun Manusia
yang Berbudi Luhur di
Lingkungan...
 Vitamin Larut Lemak
 Karya Tulis Ilmiah
Pengaruh Tanaman
Herbal bagi Ke...
 Tetralogi of Fallot
 Demokrasi Liberal
 Sterilisasi
 Konsep Sehat Sakit
 Asidosis Metabolik dan
Asidosis Respiratorik
 Tranfusi
 Keperawatan
Profesional
 Agama Islam
 Abortus
 Pengambilan Sampel
Urine
 Farmakologi Saluran
Pencernaan
 RHEUMATIK HEART
DISEASE
o ►  Juli (1)
massage

Langganan

 Postingan
 Komentar
Langganan

 Postingan
 Komentar
Google+ Followers
Translate Google+ Badge

Powered by  Translate


Tema Sederhana. Gambar tema oleh minimil. Diberdayakan oleh Blogger.
Cari Blog Ini

SEHAT DAN SAKIT SERTA BAGAIMANA KONSEP SAKIT MENURUT ANAK

Disusun untuk memenuhi


tugas UTS semester 2 mata
kuliah Psikologi Kesehatan
Disusun oleh:
Lutfi
Muzaqi (25010110141130)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
TAHUN 2010 / 2011
i

Kata Pengantar
            Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua sehingga kita tetap senantiasa berada di dalam lindunganny,
shalat serta salam tetap kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW , Terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu selesainya makah dengan judul “ SEHAT DAN SAKIT SERTA
BAGAIMANA KONSEP SAKIT MENURUT ANAK-ANAK” tepat pada waktunya
            Makalh ini berisi tentang bagaimana konsep sakit dan sehat serta konsep sakit menurut
anak, semoga apa yang akan dibahas dalam makalah ini dapat memberikan manfaat baik secara
langsung maupun tidak langsung sehingga kita lebih memahami tentang arti sehat, sakit serta
factor-faktonya. Kami mohon saran kepada para pembaca agar kedepan kami dapat membuat
makalah yang lebih bermanfaat dan lebih baik dari makah ini. Atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih
                                                                                                                        Penyusun,

ii
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar……………………………………………………………………………...ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………………iii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………………………...1
Latar Belakang……………………………………………………………………………...1
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………..3
Tujuan………………………………………………………………………………………4
BAB II Pembahasan………………………………………………………………………..5
Definisi Sehat………………………………………………………………………………5
Konsep Sehat………………………………………………………………………………8
Definisi Sakit………………………………………………………………………………9
Konsep Sakit Menurut Anak………………………………………………………………10
BAB III Penutup…………………………………………………………………………..12
Kesimpulan………………………………………………………………………………...12
Saran……………………………………………………………………………………….12
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………..13
Lampiran

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang
demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit
merupakan hal yang tidak bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau
dihindari. Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada
faktor-faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan
atauketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya. Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social
bukan hanya bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. (WHO, 1947) kesehatan adalah suatu
keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis. (UU N0. 23, 1992). Masalah sehat dan
sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia
beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya.
(DepkesRI)
 Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi
sehat harus dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum
merupakan suatu kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam
rentang yang selalu berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan
hidup dari keadaan sehat yang sempurna. Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins
mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan dan fungsi-
fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang cenderung
menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri agar tetap
sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan. Ketika keadaan keseimbangan yang
dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap
kekuatan-kekuatan terganggu, maka hal inilah yang disebut dengan sakit. Masalah sakit
merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan dan paling ditakuti oleh banyak orang. Seseorang
dikatakan sakit apabila ia menderita
1
penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk
angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap
tidak sakit.Sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai tatalitas termasuk
keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. (Pemons, 1972). Untuk
mengetahui lebih banyak tentang konsep sehat sakit, maka dalam makalah ini penulis akan
membahas tentang konsep sehat sakit.
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan
guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.Dan kesehatan yang
demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit
merupakan hal yang tidak bias ditolak meskipun kadang –kadang bias dicegah atau dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena   ada
faktor–faktor lain diluar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor social
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat
dipahami dalam konteks pengertian yang lain.
Banyak ahli      filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang
lmu pengetahuan   telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit
ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang
berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap -tasi dengan lingkungan
baik secara biologis, psikologis maupun sosio budaya .
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social
budaya, perilaku, populasi penduduk, g enetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat
yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4
Faktor yaitu: lingkungan, Behaviour atau perilaku,Heredity atau keturunan dan Health care
service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
2
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -
faktor seperti kelas social,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang
sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-variabel tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.
Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina,
menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila
unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang.
Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors, ayurveda dosha,
yin dan yang.Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru berdasarkan
paradigma sehat.
Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu
disebut sehat pula dalam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian
atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.

1.2  Rumusan Masalah
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Tingkah laku sakit, peranan sakit dan
peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial, perbedaan suku
bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis),
bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan
pasien. Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan
sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh
gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi
klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang
dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam
keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors,
ayurveda dosha, yin dan yang.Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakanbaru
berdasarkan paradigma sehat.
3
1.3  Tujuan
1.      Mengetahui Definisi Sehat Dan Sakit Yang Berkaitan Dengan Kondisi Anak
2.      Mengetahui Konsep Sakit Menurut Anak
3.      Mengetahui Kondisi Kesehatan dalam Perspektif Anak
4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sehat


            Istilah sehat dalam kehidupan sehari-hari sering dipakai untuk menyatakan bahwa
sesuatu dapat bekerja secara normal. Bahkan benda mati pun seperti kendaraan bermotor
atau mesin, jika dapat berfungsi secara normal, maka seringkali oleh pemiliknya dikatakan
bahwa kendaraannya dalam kondisi sehat. Kebanyakan orang mengatakan sehat jika
badannya merasa segar dan nyaman. Bahkan seorang dokterpun akan menyatakan pasiennya
sehat manakala menurut hasil pemeriksaan yang dilakukannya mendapatkan seluruh tubuh
pasien berfungsi secara normal. Namun demikian, pengertian sehat yang sebenarnya tidaklah
demikian. Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I Pasal 2
adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta
bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Pengertian sehat tersebut
sejalan dengan pengertian sehat menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1975
sebagai berikut: Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik,
mental, dan sosial.
Batasan kesehatan tersebut di atas sekarang telah diperbaharui bila batasan kesehatan
yang terdahulu itu hanya mencakup tiga dimensi atau aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial,
maka dalam Undang- Undang N0. 23 Tahun 1992, kesehatan mencakup 4 aspek, yakni: fisik
(badan), mental (jiwa), sosial, dan ekonomi. Batasan kesehatan tersebut diilhami oleh batasan
kesehatan menurut WHO yang paling baru. Pengertian kesehatan saat ini memang lebih luas
dan dinamis, dibandingkan dengan batasan sebelumnya. Hal ini berarti
bahwa kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi
juga diukur dari produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu
secara ekonomi.

5
Bagi yang belum memasuki dunia kerja, anak danremaja, atau bagi yang sudah tidak
bekerja (pensiun) atau usia lanjut, berlaku arti produktif secara sosial. Misalnya produktif
secara sosial-ekonomi bagi siswa sekolah ataumahasiswa adalah mencapai prestasi yang
baik, sedang produktif secara sosial-ekonomi bagi usia lanjut atau para pensiunan adalah
mempunyai kegiatan sosial dan keagamaan yang bermanfat, bukan saja bagi dirinya, tetapi juga
bagiorang lain atau masyarakat.
Keempat dimensi kesehatan tersebut saling mempengaruhi dalam mewujudkan
tingkat kesehatanseseorang, kelompok atau masyarakat. Itulah sebabnya, maka kesehatan
bersifat menyeluruh mengandung keempat aspek. Perwujudan dari masing-masing aspek
tersebut dalam kesehatan seseorang antara lain sebagai berikut:
1. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak
adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi
normal atau tidak mengalami gangguan.
2. Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.  Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.Emosional sehat
tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya, misalnya takut,
gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam
mengekspresikan rasa syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar
alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat
spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
Dengan perkataan lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang menjalankan ibadah
dan semua aturan-aturan agama yang dianutnya.
3. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status
sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
6
4. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya
sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh
sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi
siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan
lainnya bagi usia lanjut.
DEFINISI SEHAT (WHO) 1947 sehat : Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental
dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemhan. Mengandung 3 karakteristik :
1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia.
2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan ektersnal.
3. Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapai merupakan penyesesuaian, bukan
merupakan suatu keadaan tapi merupakan ptoses. Proses disini adalah adaptasi individu yang
tidak hanya terhadap fisik mereka tetapai terhadap lingkungan sosialnya.
Sehat menurut kamus besar bahasa indonesia adalah keadaan baik seluruh badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari rasa sakit); waras. Sedangkan menurut menurut UU 23 tahun
1992, kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (bab 1 ketentuan umum pasal 1 butir
1). WHO dalam memberikan definisi sehat adalah a state of completely physical, mental, and
social well being and not merly the absent of disease or infirmity (Suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan).
7

              Jadi sehat itu bukan hanya tidak adanya penyakit atau rasa sakit pada diri kita tapi juga
seorang dapat dikatakan benar-benar sehat apabila ia itu terlihat sehat bukan hanya pada
fisiknya tapi juga aspek kejiwaannya atau psikologisnya, bahkan UU no.23 tahun 1992
menambahkan definisi sehat menjadi lebih sukar lagi yaitu selain sehat secara fisik, psikis, dan
sosial tapi juga seseorang itu baru dapat dikatakan sehat apabila ia produktif.       
2.2 Konsep Sehat
Tubuh sehat ideal secara fisik dapat dilihat dan dinilai dari penampilan luar. Penilaian
setiap orang tentunya berbeda, antara orang awam dengan orang yang mempunyai latar
belakang medis sangat berbeda. Namun secara umum orangbiasanya menilai tubuh sehat ideal,
dilihat dari postur tubuh, sikap dan tutur kata serta interaksi orang tersebut dengan orang lain.
Namun pengertian tubuh sehat ideal dari segi kesehatan mencakup hal yang lebih luas, yang
tidak cukup hanya penilaian secara lahiriah, tetapi memerlukan pemeriksaan medis
meliputi pemeriksaan antropometri, fisiologi, biokimia dan patologi anatomi. Bila mengacu dari
definisi WHO diatas, untuk menyatakan seseorang mempunyai tubuh sehat ideal, memerlukan
juga penilaian secara psikologi dan psikiatri, apakah orang tersebut mengalami kelainan
kepribadian dan penyimpangan perilaku. Meskipun secara fisik orang tersebut sehat, namun
bila ada kelainan jiwa yang dapat mengganggu kehidupan orang dilingkungannya, orang
tersebut tidak sehat. Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai
apakah
komponen tubuh tersebut sesuai dengan standard normal atau ideal. Pengukuran antropometri
yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dantinggi badan (m) kuadrat,
yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT yang normal antara 18 – 25. Seorang dikatakan
kurus bila IMT nya < 18 dan gemuk bila IMT nya > 25. Bila IMT > 30 orang tersebut menderita
obesitas dan perlu diwaspadai karena biasanya orang tesebut juga menderita
penyakit degeneratif seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol dan
kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau
laboratorium Untuk mengetahui Berat Badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca
sebagaiberikut : BB ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100)

8
Untuk berada dalam kondisi Tubuh Sehat Ideal selain postur tubuh yang ideal
juga harus dilengkapi dengan keadaan tubuh yang sehat fisik atau jasmani. Untukmewujudkan
hal tersebut, diperlukan zat gizi yang berasal dari konsumsi makanan sehari-hari. Zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh terdiri dari Hidrat-arang, protein,lemak, vitamin, mineral, air dan serat.
Hidrat-arang, protein dan lemak disebut zat gizi makro dan vitamin serta mineral disebut
sebagai zat gizi mikro. Kebutuhan zat gizi sehari tergantung dari umur, jenis kelamin, jenis
pekerjaan/aktivitas, suhu linggkungan dan kondisi tertentu. Misalnya pada ibu hamil/meneteki
atau sedang sakit, membutuhkan zat gizi lebih banyak. Triguna makanan adalah sebagai
1) sumber zat tenaga atau energi, 2) sumber zat pembangun dan 3) sumber zatpengatur.
Hidrat-arang, lemak dan protein merupakan komponen utama sebagai sumber energi yang
dibutuhkan untuk aktivitas, sedangkan protein dibutuhkan sebagai sumber zat pembangun
yaitu untuk pembentukan sel-sel tubuh. Dan vitamin mineral sibutuhkan sebagai sumber zat
pengatur yang diperlukan sebagai enzym, co-enzym atau hormon untuk membantu proses
metabolisme dalam tubuh.
2.3 Definisi Sakit
            Sakit merupakan suatu fenomena kompleks yangberpengaruh negatif terhadap
kehidupan manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-
macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju
peradaban dan kebudayaannya. Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan
berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap
sebagai penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat
disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat
disebabkan oleh kelainan emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor
emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari lingkungan hidup atau
ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia atau kebudayaan. Konsep kejadian penyakit
menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit.

9
2.4 Konsep Sakit Menurut Anak
Banyak yang memberikan pengertian atau definisi tentang sakit, diantaranya yaitu:
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang
menimpa seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari baik
aktivitas jasmani, rohani dan social.
2. R. Susan mendefinisikan sakit adalah tidak adanya keserasian antara lingkungan dan
individu.
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian
dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.
4. Pemons (1972) mendefinisikan sakit sebagai gangguan dalam fungsi normal individu sebagai
tatalitas termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sakit merupakan suatu keadaan dimana
terjadi gangguan aktivitas sehari-hari baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial.
Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang
berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan Leukemia yang
sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya, sedangkan
klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk menjalanaio operasi
mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau
tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya
penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.Seorang individu yang merasa
dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping.

1). Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami Klien akan segera mencari
pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.
10
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang
yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak
mau mencari bantuan.
2). Asal atau Jenis penyakit. Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta
mungkin mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera
mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit
kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh
dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan
hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi
untuk memenuhi rencana terapi yang ada.

11
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwaSehat adalah suatu keadaan dimana sehat
itu tidak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan fisik, tetapi juga terbebas dari gangguan
psikologis, social dan spiritual yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif sedangkan sakit merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aktivitas sehari-
hari baik aktivitas jasmani, rohani dan sosial. Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional,
intelektual, sosial, perkembangan, atau seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya
keadaan terjadinya proses penyakit.
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional
yang beragam.Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit.Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari
berbagai aspek.WHO melihat sehat dari berbagai aspek (6).
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well -being,
and not merely the absence of disease or infirmity.

3.2  Saran
1. Lakukan pencegahan sebelum penyakit menyerang tubuh kita.
2. Bersikap yang dan berperilaku sehat dalam setiap kegiatan
3. Pahami arti sehat dan sakit lebih dalam sehingga dapat mencegah suatu penyakit
12
Daftar Pustaka
Budioro, B. 2006. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Rakhmat, Jalaluddin. 2009. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

13
Diposting oleh Lutfi Muzaqi  di 08.17 
TIDAK ADA KOMENTAR:
POSTING KOMENTAR
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


Pengikut
Arsip Blog
 ►  2013 (3)
 ►  2012 (1)
 ▼  2011 (6)
o ▼  Desember (4)
 Pramuka Universitas
 Pestsida Kesehatan Lingkungan
 SEHAT DAN SAKIT SERTA BAGAIMANA KONSEP SAKIT MENUR...
 Safemotherhood, FKM ,UNDIP
o ►  Juli (1)
o ►  Mei (1)

Mengenai Saya
Lutfi Muzaqi
I love football
Lihat profil lengkapku
 

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang banyak
membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal perubahan pola
hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan yang sering dihadapkan
dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan norma dan budaya yang dianut
oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu tempat tertentu.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Perkembangan sosial budaya
dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat dalam suatu daerah
tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan
budaya bisa memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya, sebagai
salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara
pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka. Kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respons terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala
masyarakat tanpa memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga
kesehatan untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka
mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.

Jadi dapat dikatakan bahwa aspek budaya dapat mempengaruhi bagaimana budaya
meningkatkan aspek kesehatan bagi individu ataupun masyarakat, atau bahkan dapat
menurunkannya.

1.     RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian sehat dan sakit?

2. Bagaimana pengaruh budaya, baik pengaruh positif atau negatif terhadap


kesehatan?

3.   TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian sehat dan sakit.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya, baik pengaruh positif atau


negatif terhadap kesehatan.

 
 

 
BAB II

PEMBAHASAN

 
2. PENGERTIAN SEHAT dan SAKIT

Pengertian Sehat

Hidup sehat adalah hidup yang mengikuti hukum alam atau cara-cara alamiah baik dari
segi fisik, kejiwaan, dan lingkungan. Ada beberapa definisi sehat:

1. Menurut model rentang sehat-sakit (Neuman), Sehat adalah sebuah keadaan


dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu
terhadap berbagai perubahan pada lingkungan internal dan eksternalnya untuk
mempertahankan keadaan fisik, emosional, inteletual, sosial, perkembangan, dan
spiritual yang sehat.

2. Sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

3. Sedang menurut WHO, sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal  (lingkungan fisik, social,
dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan


kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk
kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang,
dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat
keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan
pribadinya dan orang lain.

Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya
yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif
bagi kesehatan. Saat ini banyak sekali dari rakyat Indonesia yang tidak mampu
mendapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan
kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek. Golongan masyarakat yang dianggap
‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat
kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik,
berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa
kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan


sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial
dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan
yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan
jiwa merupakanbagian integral kesehatan.

Sehat fisik, diartikan sebagai kondisi badan yang serasi dengan tanda-tanda utama:

 kulit bersih

 mata bersinar

 rambut yang subur

 otot-otot yang kuat

 tidak terlalu gemuk

 nafas segar

 nafsu makan yang baik


 tidur yang nyenyak

 buang air besar dan kecil teratur

 gerakan badan yang supel, mudah, dan terkoordinasi

 semua organ yang sebanding dan berfungsi normal

 semua alat indera berfungsi lengkap dengan denyut nadi dan tekanan
darah dalam keadaan istirahat dan dalam gerakan ada dalam batas-
batas normal menurut umur dan jenis kelamin.

Adapun macam-macam sehat yang lain:

1. sehat mental

2. sehat sosial

3. sehat spiritual

Pengertian sakit

Sakit adalah  proses dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami
perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya. Atau suatu
keadaan dimana fisik mengalami penurunan daya imun. Sakit juga didefinisikan sebagai tidak
adanya keserasian antara lingkungan dan individu (R. Susan). Sedangkan menurut Oxford
English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian dari
organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.

Beberapa definisi lain mengenai sakit,

 suatu keadaan yang tidak menyenangkanyang menimpa seseorang


sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivitas jasmani, rohani, dan
sosial (Perkins).
 Suatu keadaan dari badan atau sebagian dari organ badan dimana
fungsinya terganggu atau menyimpang (Oxford English Dictionary).

Secara umum, sakit merupakan penyimpangan atau deviasi dari status sehat. Sedangkan
definisi sakit menurut Pemons (1979) adalah gangguan fungsi normal individu sebagai tatalitas
termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya. Menurut
Bauman (1965) seseorang menggunakan 3 kriteria untuk menentukan apakah mereka sakit,
yaitu :

1.     Adanya gejala, misalnya naiknya temperatur, nyeri, dll.

2.     Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan, misalnya baik, buruk, sakit.

3.     Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari, misalnya bekerja,


sekolah, dll.

Penyakit adalah istilah medis yang digambarkan sebagai gangguan dalam fungsi tubuh yang
menghasilkan berkurangnya kapasitas. Penyakit dipengaruhi dengan faktor sebab dan
penyebabnya (multiple factor causation). Menurut  Webster, penyakit mnerupakan kondisi
yang tidak nyaman ( discomfort . sedangkan dalam Oxford English Dictionary, disebutkan
bahwa penyakit ( Illness ) merupakan kondisi badan dengan fungsi-fungsinya terganggu ( a
condition or body or some part or organ of the body in which its functions are disturbed or
derenged ). Secara ekologi penyakit merupakan akibat dari kegagalan penyesuaian ( mal
ajusment ) dari organisme manusia thd lingkungannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai
batasan sakit dan penyakit.

1.     Disease adalah gangguan & penyimpangan dari  struktur dan fungsi organ-organ


tubuh.

2.     Illness adalah bagaimana seseorang mengartikan dan menerima arti tentang


penyakit yg di deritanya.
3.     Sickness adalah perilaku yg muncul dari diri org tersebut sbg tanggapan
pengetiannya thd penyakitnya (illness).

2.2 PENGARUH BUDAYA, BAIK PENGARUH POSITIF ATAU NEGATIF TERHADAP


KESEHATAN

A. konsep sehat dan sakit menurut budaya masyarakat

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Arti sehat menurut UU kesehatan RI no. 23 th. 1992, Sehat merupakan kondisi yang
sempurna baik fisik maupun psikis dan berkemampuan untuk melakukan kegiatan produktif.
Kesehatan Sosial Penjelasan Pasal 3 UU No.9 th 1960 tentang Pokok-pokok Kesehatan
(Tambahan Lembaran Negara RINo.2068): Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam
masyarakat, sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan
untuk memelihara dan memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam
masyakarat, yang memungkinkannya bekerja dan menikmati hiburan pada waktunya.

Sehat secara sosial dinyatakan sebagai kondisi pada seseorang yang memungkinkan ia
menunaikan tugas perikehidupannya di tengah-tengah masyarakat, tanpa merasa cemas dalam
memelihara dan memajukan dirinya sendiri maupun keluarganya sehari-hari. Dulu dari sudut
pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam
kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat
sehat dari berbagai aspek. Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental
and social well-being, and not merely the absence of disease or infirmity.

WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani,
maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna
jasmaninya? Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin
biobudaya yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah
laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah
kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan
oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat
menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan
fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil
berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit.

Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik
dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat
pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam
tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan.
Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau
kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu
keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan
dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.

Konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi


suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau roh jahat),
atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). Sudarti (1987) menggambarkan secara
deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit;
masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian
gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah
laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu,
tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “Kanker= kantong kering” (tidak punya
uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :

DAFTAR PUSTAKA
 

http://911medical.blogspot.com/2007/06/konsep-sehat-sakit.html, diakses pada hari selasa,


19 November 2013, pukul. 20:13 WIB

http://umitrastikes.blogspot.com/2010/01/konsep-sehat-sakit.html, diakses
pada hari selasa, 19 November 2013, pukul. 20:25 WIB

eprints.undip.ac.id/10596/1/ARTIKEL.doc, diakses pada hari selasa, 19 November 2013, pukul.


22:36 WIB

http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-sehat-sakit-dan-penyakit-dalam-
konteks-sosial-budaya/, diakses pada hari jum’at, 22 November 2013, pukul. 15:52 WIB

http://christinedethan.wordpress.com/2013/04/13/konsep-sehat-sakit-dan-penyakit-dalam-
konteks-sosial-budaya/, diakses pada hari jum’at, 22 November 2013, pukul. 16:37 WIB

http://apapunituzar.blogspot.com/2013/09/perilaku-sehat-dan-perilaku-sakit.html , diakses
pada hari jum’at, 22 November 2013, pukul 17:17 WIB


Berikut ada beberapa definisi sakit atau penyakit:

1. Menurut Webster, penyakit adalah kondisi tidak nyaman, perubahan dari badan manusia
yang mengganggu penampilan fungsi-fungsi vitalnya.

2. Menurut Oxford English Dictionary, peyakit merupakan kondisi dari badan atau sebagian dari
organ-organnya dimana fungsi-fungsinya terganggu atau menyimpang.

3. Secara ekologis, penyakit dapat dianggap sebagai kegagalan penyesuaian dari organisme
manusia terhadap lingkungannya.

4. Menurut Zaidin Ali, keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis,
psikologis, sosial dan spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktivitas dan
kemandirian individu baik secara keseluruhan maupun sebagian.
Dari beberapa definisi diatas sebenarnya tidak menentukan kriteria kapan penyakit mulai dan
kapan penyakit berakhir karena dianggap sifatnya dinamis tidak tetap atau statis.

Seseorang tidak akan selalu dalam keadaan sehat karena menurut WHO konsep sehat
dan sakit itu sering kali dianggap komplementer satu dengan lainnya. Misalnya kondisi
seseorang 60% sehat berarti 40% kondisinya adalah sakit. Hubungan sehat, sakit dan penyakit
seperti :

– Hasil interaksi seseorang dengan lingkungan

-Sebagai manifestasi keberhasilan/kegagalan dalam berdaptasi dengan lingkungan

-Gangguan kesehatan : ketidakseimbangan antara faktor : Host-Agent-Environment.


 

Sakit dan Perilaku Sakit


 

Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, dan perkembangannya
terganggu. Bukan hanya keadaan dimana terjadi proses penyakit. Oleh karena itu sakit tidak
sama dengan penyakit, sebagai contoh :

– Seseorang dengan penyakit leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan
mampu berfungsi seperti biasanya.

– Sedangkan dengan seseorang dengan penyakit kanker payudara yang sedangmempersiapkan


diri untuk menjalani operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain
dimensi fisik.

Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau
tubuhnya ; mendefinisikan dan mengintrerprestasikan ; gejala yang dialami; melakukan upaya
penyembuhan dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.

Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah


di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah
keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau
“kantong kering” (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit
ke dalam 3 bagian yaitu :

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia

2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.

3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.). Untuk mengobati sakit yang termasuk
dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat,
kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga
harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain.

Beberapa hal yang menjadi latar belakang atu penyebab faktor terjadinya penyakit yaitu
diantaranya adalah sebagai berikut :

1.Faktor Internal
a.Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas
kegiatan sehari-hari.

Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang
yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak
mau mencari bantuan.

b.Asal atau Jenis penyakit


Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu
fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan
mematuhi program terapi yang diberikan.

Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat
mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat
disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada,  maka
klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
2. Faktor Eksternal
a. Gejala yang Dapat Dilihat
Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku
Sakit.

Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat
mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar
orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.

b. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.

Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal
dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya
saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-
masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan  untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu
hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.

c. Latar Belakang Budaya


Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar 
belakang budaya yang dimiliki klien.

d. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika
merasa ada gangguan pada kesehatannya.

e. Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan


Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar  dan
mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang
rumit.

f. Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar
kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll).

Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket, Lapangan
Sepak Bola, dll.

Sedangkan menurut Suchman tahapan sakit terbagi menjadi 5 tahap yaitu :

a. Tahap Transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak
sehat / merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
– Fisik: nyeri, panas tinggi.
– Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
– Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
Konsultasi dengan orang terdekat : gejala perasaan, kadang-kadang mencoba pengobatan
dirumah.

b.Tahap asumsi terhadap peran sakit


Penerimaan terhadap sakit.
1. Individu mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.
2. Mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain, mengobati sendiri, mengikuti nasehat
teman / keluarga.
Akhir dari tahap ini dapat ditentukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih buruk.
Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana pengobatan
dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

c.Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan


– Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri
– 3 tipe informasi :
1. Validasi keadaan sakit.
2. Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti.
3. Keyakinan bahwa mereka akan baik.
– Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh, jika ada gejala kembali pada
posisi kesehatan.
d. Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan menvalidasi (menetapkan) bahwa seseorang sakit : menjadi pasien yany
tergantungan untuk memperoleh bantuan.
Setiap orang mempunyai ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.
*Mengkaji kebutuhan ketergantungan pasien di kaitkan dengan tahap perkembangan.
* Support terhadap perilaku pasien yang mengarah pada kemandirian.

e. Tahap Penyembuhan
1.Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada kondisi sebelum sakit
2. Kesiapan fungsi sosial

3. Member pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian

4. Memberikan harapan dan support.

 
Batasan Sakit dan Penyakit
Disease adalah gangguan dan penyimpangan dari struktur dan fungsi organ-organ
tubuh.

Illness adalah bagaimana seseorang mengartikan dan menerima arti tentang penyakit yang di
deritanya.

Sickness adalah perilaku yang muncul dari diri orang tersebut sebagai tanggapan pengetiannya
terhadappenyakitnya (illness ).

 
Proses Perjalanan Penyakit
a) Fase sebelum orang sakit/ Pre-patogenesis
Yang ditandai dengan adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan
berbahaya), host/tubuh orang dan lingkungan. Secara terus menerus berinteraksi dengan Agent
( penyebab ) dengan lingkungannya
b) Fase orang mulai sakit/ Patogenesis
Agent masuk tubuh manusia, agent mulai bersarang & berkembang biak secara evolusi (
inkubasi), penderita tampak sehat meskipun ada perubahan jaringan dan fungsi-fungsinya,
gejala klinis belum nyata, bisa terdeteksi dengan alat penunjang medis ( lab, serologis, dll),
perubahan jaringan dan fungsi secara nyata disebut Clinical Horison, kronis, kematian.

 
 
Daur Penyakit ( Disease Cycle )
 

Dalam konsep yang klasik pada umumnya penyakit menular ditandai dengan perjalanan
penyakit yang melalui tahap-tahap atau daur sebagai berikut :

1. Incubation perode atau masa inkubasi adalah rentang waktu antara masuknya agent penyakit
menular kedalam tubuh sampai munculnya tanda-tanda dan gejala yang nyata secara klinis dari
penyakit tersebut.

2. Prodromal periode adalah waktu yang relatif pendek yang dimulai dengan tanda-tanda dan
gejala yang idak terlalu khas seperti sakit kepala,demam dan sebagainya. Diagnosa secara klinis
belum dapat ditegakkan secara pasti karena tanda-tanda dan gejalanya belum khas.

3. Fastigium adalah keadaan dimana penderita sudah jelas penyakitnya. Tanda-tanda dan
gejalanya biasanya sudah jelas dan diagnosa klinisnya sudah dapat ditegakkan.

4. Defervescence adalah keadaan dimana badan sudah mulai merasa lebih baik.

5. Convalescence adalah masa pemulihan atau penyembuhan walaupun tubuh seseorang


mungkin masih mengandung bibit penyakit atau kuman yang bersangkutan.

6. Defection adalah keadaan dimana penderita sudah sembuh dari penyakitnya tapi seseorang
itu mengalami kelainan yang berbentuk cacat yang menetap dan mungkin memerlukan
tindakan rehabilitasi fisik,mental atau sosialnya.

Spektrum Penyakit
Merupakan kondisi berat ringannya penyakit yang dapat dialami seseorang maupun
kelompok masyarakat pada suatu waktu.
Dalam hal ini dapat ditemukan kasus-kasus penyakit yang samar-samar dan tidak jelas yang
dalam kondisi sub-klinis biasanya sukar dikenali atau didiagnosa, dapat ditemukan kasus-kasus
yang kondisi penyakitnya sudah berat sampai fatal.

 
Pola Penyakit
Pola penyakit biasanya diartikan untuk menggambarkan berbagai macam atau
kelompok penyakit yang dalam suatu waktu dominan sebagai penyebab kematian utama dalam
suatu masyarakat atau kelompok penduduk dalam wilayah tertentu.

Jenis penyakit atau penyebab kematian memang sangat banyak dimana diferensiasinya
telah mengalami perbaikan dan pembaharuan rata-rata tiap 10 tahun sekali yang dissesuaikan
juga dengan kemajuan teknologi kedokteran dan kesehatan yang semakin maju dari waktu ke
waktu. Pola penyakit yang dimaksud disini tidak untuk semua jenis penyakit tadi, tapi
umumnya hanya akan mengambil 5-10 jenis penyakit yang memegang peranan paling besar
sebagai penyebab kematian dalam suatu periode dari suatu kelompok masyarakat tertentu atau
wilayah tertentu.

Dampak Sakit
1.Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi
orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.

Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan
menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang
Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran
untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah
marah, dan lebih memilih menyendiri.

Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan


perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan
menarikd diri.
Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress, karena
stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
2.Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil
keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran
klien tersebut dapat mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis
dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan yang
berlangsung singkat dan tidak terlihat.

Perubahan jangka pendek à klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang berkepanjangan.
Akan tetapi pada perubahan jangka penjang à klien memerlukan proses penyesuaian yang sama
dengan ’Tahap Berduka’.

Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.

3.Terhadap Citra Tubuh


Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya.
Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan
klien/keluarga akan bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.

Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:

o    Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)

o    Kapasitas adaptasi

o    Kecepatan perubahan

o    Dukungan yang tersedia.

4.Terhadap Konsep Diri


Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup
bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.

Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya tetapi
juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi
dibandingkan perubahan peran.

Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya
yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri  karena sakitnya mungkin tidak mampu
lagi memenuhi harapan  keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik.
Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.

Misal: Klien tidak lagi terlibat  dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau
tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau
kepada teman-temannya à klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.

Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan


mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat
dan kondisi yang dialami klien.

5.Terhadap Dinamika Keluarga


Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil
keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap
perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.

Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan tertunda
sampai mereka sembuh.

Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru
sehingga bisa menimbulkan stress emosional.

Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya tidak
mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah
dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau
perlu sebagai pencari nafkah.

Iklan
Report this ad

Report this ad

Share this:
 Twitter
 Facebook
 Google

Terkait
Konsep Sehatdalam "Public Health"
Lembaga Kemasyarakatandalam "Public Health"
Kesehatan Lingkungandalam "environmental health"

fkm undip, konsep sakit, public health, sosio antropologi kesehatan, undipTinggalkan komentar


Navigasi tulisan
« Pengendalian Vector dengan Memperhatikan Sifat Dasar Organisme
Lembaga Kemasyarakatan »
Tinggalkan Balasan

 Facebook
 Twitter

Ca ri
Cari 
I.D.O.L

BEAST – AOE

S S R K J S M

« Mar   Jun »

  1 2 3 4 5 6
S S R K J S M

7 8 9 10 11 12 13

14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24 25 26 27

28 29 30  

April 2014

KATEGORI

 cerpen (4)
 DIARY MAGANG PIRC (5)
 environmental health (5)
 Life style (1)
 music (10)
 Public Health (14)
 puisi (1)
FOLLOW ME ON TWITTER

Iklan
Report this ad

Blog di WordPress.com. Tema: Adelle oleh BluChic.

 Ikuti

KONSEP SAKIT MENURUT WHO

KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT WHO


Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947).
Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan
konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :
1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

SEHAT MENURUT DEPKES RI


UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup
produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di
dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis
dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal
(psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal  (lingkungan fisik, social, dan
ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun


(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya
terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila
ia tidak terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan
sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh
gangguan terhadap sistem tubuh manusia

CIRI-CIRI SEHAT
                        Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau
tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan.
                        Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran, emosional, dan
spiritual.
1.      Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2.      Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya,
misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan sebagainya.
3.      Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian,
kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni Tuhan Yang Maha
Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam). Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik
keagamaan seseorang.
4.      Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status
sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan menghargai.
5.      Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif, dalam arti
mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya
sendiri atau keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau
mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh
sebab itu, bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya berprestasi bagi
siswa ataumahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan lainnya
bagi usia lanjut.

Paradigma sehat
paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang
dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang
berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per - lindungan terhadap penduduk agar
tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang
bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya
untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p mengupayakan yang sakit segera
sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan
kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit. Telah dikembangkan pengertian tentang
penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural.
Aspek-aspek pendukung kesehatan
            Banyak orang berpikir bahwa sehat adalah tidak sakit, maksudnya apabila tidak ada
gejala penyakit yg terasa berarti tubuh kita sehat. Padahal pendapat itu kurang tepat. Ada
kalanya penyakit baru terasa setelah cukup parah, seperti kanker yg baru diketahui setelah
stadium 4. Apakah berarti sebelumnya penyakit kanker itu tidak ada? Tentu saja ada, tetapi
tidak terasa. Berarti tidak adanya gejala penyakit bukan berarti sehat.
            Sesungguhnya sehat adalah suatu kondisi keseimbangan, di mana seluruh sistem organ di
tubuh kita bekerja dengan selaras. Faktor-faktor yg mempengaruhi keselarasan tersebut
berlangsung seterusnya adalah:
1.      Nutrisi yang lengkap dan seimbang
2.      Istirahat yang cukup
3.      Olah Raga yang teratur
4.      Kondisi mental, sosial dan rohani yang seimbang
5.      Lingkungan yang bersih

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEYAKINAN DAN TINDAKAN KESEHATAN


1. Faktor Internal
a.      Tahap Perkembangan
Artinya status kesehatan dapat ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan
dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki pemahaman
dan respon terhadap perubahan kesehatan yang berbeda-beda.
Untuk itulah seorang tenaga kesehatan (perawat) harus mempertimbangkan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan klien pada saat melakukan perncanaan tindakan. Contohnya:
secara umum seorang anak belum mampu untuk mengenal keseriusan penyakit sehingga perlu
dimotivasi untuk mendapatkan penanganan atau mengembangkan perilaku pencegahan
penyakit..
b.      Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap kesehatan terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan tentang berbagai fungsi tubuh dan penyakit , latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu.
Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memehami faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tentang kesehatan  untuk menjaga kesehatan sendirinya.
c.       Persepsi tentang fungsi
Cara seseorang merasakan fungsi fisiknya akan berakibat pada keyakinan terhadap kesehatan
dan cara melaksanakannya. Contoh, seseorang dengan kondisi jantung yang kronik merasa
bahwa tingkat kesehatan mereka berbeda dengan orang yang tidak pernah mempunyai masalah
kesehatan yang berarti. Akibatnya, keyakinan terhadap kesehatan dan cara melaksanakan
kesehatan pada masing-masing orang cenderung berbeda-beda. Selain itu, individu yang sudah
berhasil sembuh dari penyakit akut yang parah mungkin akan mengubah keyakinan mereka
terhadap kesehatan dan cara mereka melaksanakannya.
Untuk itulah perawat mengkaji tingkat kesehatan klien, baik data subjektif yiatu tentang cara
klien merasakan fungsi fisiknya (tingkat keletihan, sesak napas, atau nyeri), juga data objektif  
yang aktual (seperti, tekanan darah, tinggi badan, dan bunyi paru). Informasi ini memungkinkan
perawat merencanakan dan mengimplementasikan perawatan klien secara lebih berhasil.
d.      Faktor Emosi
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap kesehatan dan cara
melaksanakannya.
Seseorang yang mengalami respons stres dalam setiap perubahan hidupnya cenderung
berespons terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan dengan cara mengkhawatirkan
bahwa penyakit tersebut dapat mengancam kehidupannya.
Seseorang yang secara umum terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respons
emosional yang kecil selama ia sakit.
Seorang individu yang tidak mampu melakukan koping secara emosional terhadap
ancaman penyakit mungkin akan menyangkal adanya gejala penyakit pada dirinya dan tidak
mau menjalani pengobatan. Contoh: seseorang dengan napas yang terengah-engah dan sering
batuk mungkin akan menyalahkan cuaca dingin jika ia secara emosional tidak dapat menerima
kemungkinan menderita penyakit saluran pernapasan. Banyak orang yang memiliki reaksi
emosional yang berlebihan, yang berlawanan dengan kenyataan yang ada, sampai-sampai
mereka berpikir tentang risiko menderita kanker dan akan menyangkal adanya gejala dan
menolak untuk mencari pengobatan. Ada beberapa penyakit lain yang dapat lebih diterima
secara emosional, sehingga mereka akan mengakui gejala penyakit yang dialaminya dan mau
mencari pengobatan yang tepat.
e.       Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup
nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
Spiritual bertindak sebagai suatu tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual
seseorang akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif
yang luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap
kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan kemampuan untuk
mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai suatu kemampuan untuk
menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah agama merupakan suatu cara
seseorang berlatih secara spiritual.
Ada beberapa agama yang melarang penggunaan bentuk tindakan pengobatan tertentu,
sehingga perawat hams memahami dimensi spiritual klien sehingga mereka dapat dilibatkan
secara efektif dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
2. Faktor Eksternal
a.      Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga menggunakan pelayanan kesehatan biasanya mempengaruhi cara
klien dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya:
o   Jika seorang anak bersikap bahwa setiap virus dan penyakit dapat berpotensi mejadi penyakit
berat  dan mereka segera mencari pengobatan, maka bisasnya anak tersebut akan malakukan
hal yang sama ketika mereka dewasa.
o   Klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan jika keluarganya
melakukan hal yang sama. Misal: anak yang selalu diajak orang tuanya untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan  rutin, maka ketika punya anak dia akan melakukan hal yang sama.
b.      Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Variabel psikososial mencakup: stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.
Sesorang biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok sosialnya, hal ini
akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya.
c.       Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, termasuk sistem
pelayanan kesehatan dan cara pelaksanaan kesehatan pribadi.
Untuk perawat belum menyadari pola budaya yang berhubungan dengan perilaku dan bahasa
yang digunakan.
Rentang sehat –sakit
  Suatu skala ukur secara relative dalam mengukur keadaan sehat/kesehatan seseorang.
  Kedudukannya pada tingkat skala ukur : dinamis dan  bersifat individual.
  Jarak dalam skala ukur : keadaan sehat secara optimal pada satu titik dan kematian pada titik 
yang lain.

tahapan sakit menurut Suchman


1.                  terbagi menjadi 5 tahap yaitu Tahap mengalami gejala
   Tahap transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuhnya ; merasa dirinya tidak
sehat/merasa timbulnya berbagai gejala/merasa ada bahaya.
  Mempunyai 3 aspek :
  Secara fisik : nyeri, panas tinggi
  Kognitif : interprestasi terhadap gejala
  Respon emosi terhadap ketakutan/kecemasan
  Konsultasin dengan orang terdekat : gejala + perasaan, kadang-kadangh mencoba pengobatan di
rumah.
2.                  tahap asumsi terhadap peran sakit (sick Role)
  Penerimaan terhadap sakit
  Individu mencari kepastian sakitnya keluarga atau teman : menghasilkan peran sakit.
  Mencari pertolongan dari profesi kesehatan, yang lain mengobati sendiri, mengikuti nasehat
teman/keluarga.
  Akhir dari tahap ini dapat ditemukan bahwa gejala telah berubah dan merasa lebih baik. Invidu
masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana pengobatan
dipenuhi/dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman selanjutnya.
3.                  Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan.
  Individu yang sakit : meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.
  3 tipe informasi
  validasi keadaan sakit
  Penjelasan tentang gejala yang tidak dimengerti
  Keyakinan bahwa mereka akan baik
  Jika tidak ada gejala : individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada gejala kembali pada
profesi kesehatan.

Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang sakuit : menjadi pasien
yang tergantung untuk memperoleh bantuan.

Setiap orang mempunyai tingkat ketergantungan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

4.                  Tahap penyembuhan
  Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada peran sakit dan fungi sebelum
sakit.
  Kesiapan untuk fungsi social.

t – Membantu pasien untuk berfungsi dengan meningkatkan kemandirian


  -                   Memberi harapan dan support.

D. SAKIT DAN PERILAKU SAKIT


Sakit adalah keadaan dimana fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan, atau
seseorang berkurang atau terganggu, bukan hanya keadaan terjadinya proses penyakit.
Oleh karena itu sakit tidak sama dengan penyakit. Sebagai contoh klien dengan
Leukemia yang sedang menjalani pengobatan mungkin akan mampu berfungsi seperti biasanya,
sedangkan klien lain dengan kanker payudara yang sedang mempersiapkan diri untuk
menjalanaio operasi mungkin akan merasakan akibatnya pada dimensi lain, selain dimensi fisik.
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang memantau
tubuhnya; mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami; melakukan upaya
penyembuhan; dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit perilaku sakit bisa berfungsi sebagai
mekanisme koping.
Bauman (1965)
Seseorang menggunakan tiga criteria untuk menentukan apakah mereka sakit :
1.                  Adanya gejala : naiknya temperature, nyeri
2.Persepsi tentang bagaimana mereka merasakan : baik, buruk, sakit
3.Kemampuan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari : bekerja, sekolah.

CIRI-CIRI SAKIT
1.         Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya tidak sehat / merasa
timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
2.         Asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).Penerimaan terhadap sakit.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit


1. Faktor Internal

a. Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami

Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas
kegiatan sehari-hari.
Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari bantuan.
Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat yang sebaliknya. Bisa saja
orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan
tidak mau mencari bantuan.
b. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu
fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan
mematuhi program terapi yang diberikan.
Sedangkan pada penyakit kronik biasany berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas
dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit kronik itu tidak dapat
disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian gejala yang ada,  maka
klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi yang ada.
2. Faktor Eksternal

a.       Gejala yang Dapat Dilihat


Gajala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku
Sakit.
Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih
cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin
komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
b.      Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau justru
meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.
Misalnya: Ada 2 orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal
dari dua kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya
saat melakukan SADARI. Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-
masing. Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan  untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu
hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
c.       Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami latar 
belakang budaya yang dimiliki klien.
d.      Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika
merasa ada gangguan pada kesehatannya.
e.       Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan.
Demikian pula beberapa klien enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar  dan
mereka lebih suka untuk mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang
rumit.
f.       Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat
peningkatan kesehatan. Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar
kesehatan, pendidikan dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam POCO-POCO dll).
Juga menyediakan fasilitas olehraga seperti, kolam renang, lapangan Bola Basket,
Lapangan Sepak Bola, dll.

Tahap-tahap Perilaku Sakit


1. Tahap I (Mengalami Gejala)

o   Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ”ada sesuatu yang salah ”
o   Mereka mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga adanya diagnosa
tertentu.
o   Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi: (a) kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri,
benjolan, dll); (b) evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal
tersebut merupakan suatu gejala penyakit; (c) respon emosional.
o   Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam kehidupannya
maka ia akan segera mencari pertolongan.
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)

o   Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat


o   Orang yang sakit akan melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok
sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya
dan dari harapan terhadap perannya.
o   Menimbulkan perubahan emosional spt : menarik diri/depresi, dan juga perubahan fisik.
Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana tergantung  beratnya
penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
o   Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan kesehatan, sehingga ia
menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan  akan tetapi jika gejala itu menetap dan
semakin memberat maka ia akan segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan
dan berubah menjadi seorang klien.
3. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
o   Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari seorang ahli, mencari
penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab  penyakit, dan implikasi penyakit
terhadap kesehatan dimasa yang akan datang
o   Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak menderita suatu penyakit
atau justru menyatakan jika mereka menderita penyakit yang bisa mengancam
kehidupannya.  klien bisa menerima atau menyangkal diagnosa tersebut.
o   Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencan pengobatan yang telah ditentukan,
akan tetapi jika menyangkal mereka mungkin akan mencari sistem pelayanan kesehatan lain,
atau berkonsultasi dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka
menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau sampai mereka
menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
o   Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan, mungkin ia akan
mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh diagnosa yang diinginkan
o   Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu, terutama yang mengancam kelangsungan
hidup, ia akan mencari profesi kesehatan lain  untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau
kehidupan mereka tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia
akan mengunjungi beberapa dokter  sebagai usaha klien menghindari diagnosa yang
sebenarnya.

4. Tahap IV (Peran Klien Dependen)

o   Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien bergantung pada pada pemberi
pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala yang ada.
o   Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari berbagai tuntutan dan stress
hidupnya.
o   Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya  semakin
parah sakitnya, semakin bebas.
o   Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikanny dengan perubahan jadwal sehari-hari.
Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah maupun
masyarakat.
5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)

o   Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba, misalnya
penurunan demam.
o   Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama
sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya
dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama.  Pemahaman terhadap tahapan perilaku sakit
akan membantu perawat  dalam mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan
bersama-sama klien membuat rencana perawatan yang efektif

E. DAMPAK SAKIT
1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal penyakit, reaksi
orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam kehidupannya akan
menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi klien dan keluarga. Misalnya seorang
Ayah yang mengalami demam, mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran
untuk menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan menjadi mudah
marah, dan lebih memilih menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam kehidupannya.dapat menimbulkan
perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan
menarikd diri.
Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap stress,
karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
2. Terhadap Peran Keluarga

Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari nafkah, pengambil
keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua. Saat mengalami penyakit, peran-peran
klien tersebut dapat mengalami perubahan.
Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara
drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaftasi dengan perubahan
yang berlangsung singkat dan tidak terlihat.
Perubahan jangka pendek  klien tidak mengalami tahap penyesuaian yang
berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang  klien memerlukan proses
penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’.
Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana keperawatan.
3. Terhadap Citra Tubuh

Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap penampilan fisiknya. Beberapa
penyakit dapat menimbulkan perubahan dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan
bereaksi dengan cara yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.
Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu tergantung pada:
 Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ
tertentu)

 Kapasitas adaptasi

 Kecepatan perubahan

 Dukungan yang tersedia.

4. Terhadap Konsep Diri

Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri, mencakup bagaimana
mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran yang dimilikinya
tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa
terobservasi dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota keluarganya
yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri  karena sakitnya mungkin tidak mampu
lagi memenuhi harapan  keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik.
Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.
Misal: Klien tidak lagi terlibat  dalam proses pengambilan keputusan dikeluarga atau tidak
akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada anggota keluarganya yang lain atau
kepada teman-temannya  klien akan merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri klien, dengan
mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka menyesuaikan diri dengan akibat
dan kondisi yang dialami klien.
5. Terhadap Dinamika Keluarga

Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan fungsi, mengambil


keputusan, memberi dukungan kepada anggota keluarganya, dan melakukan koping terhadap
perubahan dan tantangan hidup sehari-hari.
Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan keputusan akan
tertunda sampai mereka sembuh.
Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat pola fungsi yang baru
sehingga bisa menimbulkan stress emosional.
Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika salah satu orang tuanya
tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah
dewasa maka seringkali ia harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau
perlu sebagai pencari nafkah. 
F. PENINGKATAN KESEHATAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT
Peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit merupakan dua konsep yang
berhubungan erat dan pada pelaksanaannya ada beberapa hal yang menjadi saling tumpang
tindih satu sama lain.

Persamaannya
Keduanya berorientasi pada masa
depan.
Peningkatan kesehatan merupakan upaya memelihara atau memperbaiki tingkat kesehatan
klien saat ini. Sedangkan Pencegahan Penyakit merupakan upaya yang bertujuan untuk
melindungi klien dari ancaman kesehatan yang bersifat aktual maupun potensial.

Perbedaan
Terletak pada Motivasi dan Tujuan
Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bertindak secara
positif , untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang stabil

Pencegahan Penyakit memberi motivasi kepada masyarakat untuk menghindari penurunan


tingkat kesehatan atau fungsi
 

Kegiatan Peningkatan Kesehatan dapat bersifat Aktif maupun Pasif


a. Peningkatan Kesehatan Pasif
Merupakan strategi peningkatan kesehatan dimana individu akan memperoleh manfaat dari
kegiatan yang dilakukan oleh orang lain tanpa harus melakukannya sendiri.
Misal: Pemberian florida pada pusat suplai Air Minum (PAM); Portifikasi pada susu dengan
vitamin D.
b. Peningkatan Kesehatan Aktif
Pada strategi ini, setiap   individu diberikan motivasi untuk melakukan program kesehatan
tertentu.
Misal: Program Penurunan BB, dan Program pemberantasan rokok, menuntut keikutsertaan
klien secara aktif.

Sedangkan Pencegahan Penyakit terdiri dari beberapa tingkatan all:


a.Pencegahan Primer
o   Merupakan pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi penyakit dan gangguan fungsi, dan
diberikan kepada klien yang sehat secara fisik dan mental.
o   Tidak bersifat terapeutik, tidak menggunakan tindakan yang terapeutik, dan tidak menggunakan
identifikasi gejala penyakit
o   Terdiri dari :
                                           i.      Peningkatan Kesehatan: pendidikan kesehatan, standarisasi nutrisi, perhatian
terhadap perkembangan kepribadian, penyediaan perumahan sehat, skrining genetik dll
                                         ii.      Perlindungan Khusus: imunisasi, kebersihan pribadi (PHBS), sanitasi lingkungan,
perlindungan tempat kerja, perlindungan kecelakaan, perlindungan karsinoge dan alergen.
b. Pencegahan Sekunder
o   Merupakan tindakan pencegahan yang berfokus pada individu yang mengalami masalah
kesehatan atau penyakit, dan individu yang berisiko mengalami komplikasi atau kondisi yang
lebih buruk.
o   Pencegahan sekunder dilakukan melalui pembuatan diagnosa dan pemberian intervensi yang
tepat sehingga akan mengurangi keparahan kondisi dan memungkinkan klien kembali pada
kondisi kesehatan yang normal sedini mungkin.
o   Pencegahan komplikasi sebagian besar dilakukan di RS atau tempat pelayanan kesehatan lain
yang memiliki fasilitas memadai.
o   Pencegahan skunder terdiri dari teknik skrining dan pengobatan penyakit pada tahap dini untuk
membatasi kecacatan dengan cara menghindarkan atau menunda akibat yang ditimbulkan dari
perkembangan penyakit. 
c. Pencegahan Tersier
  Pencegahan ini dilakukan ketika terjadi kecacatan atau ketidakmampuan yang permanen dan
atau tidak dapat disembuhkan.
  Pencegahan ini terdiri dari cara meminimalkan akibat penyakit atau ketidakmampuan melalui
intervensi yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan penurunan kesehatan
  Kegiatannya lebih ditujukan untuk melaksanakan rehabilitasi, dari pada pembuatan diagnosa
dan tindakan penyakit.
  Perawatan pada tingkat ini ditujukan untuk membantu klien mencapai tingkat fungsi setinggi
mungkin, sesuai dengan keterbatasan yang ada akibat penyakit atau kecacatan.
  Tingkat perawatan ini bisa disebut juga perawatan preventive, karena didalamnya terdapat
tindak pencegahan terhadap kerusakan atau penurunan fungsi lebih jauh. Misal: dalam
merawat orang yang Buta, disamping memaksimalkan kemampuan klien dalam aktivitas sehari-
hari, juga mencegah terjadinya kecelakaan pada klien.

Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan pelayanan primer yang
komprehensif, kontinyu, menutamakan pencegahan, koordinatif, mempertimbangkan keluarga,
komunitas dan lingkungannya dilandasi keterampilan dan keilmuan yang mapan. Pelayanan
Dokter Keluarga melibatkan Dokter Keluarga (DK) sebagai penyaring di tingkat primer, dokter
Spesialis (DSp) di tingkat pelayanan sekunder, rumah sakit rujukan, dan pihak pendana yang
kesemuanya bekerja sama dibawah naungan peraturan dan perundangan. Pelayanan diberikan
kepada semua pasien tanpa memandang jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya.

7 area kompetensi dokter yaitu:


1.Komunikasi efektif
2.Keterampilan Klinis
3.Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
4.Pengelolaan Masalah Kesehatan
5.Pengelolaan Informasi
6.Mawas Diri dan Pengembangan Diri
7.Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien

Tugas Dokter Keluarga:


1) Menyelenggarakan pelayanan primer secara paripurna menyuruh, dan bermutu guna
penapisan untuk pelayanan spesialistik yang diperlukan, 2) Mendiagnosis secara cepat dan
memberikan terapi secara cepat dan tepat, 3) Memberikan pelayanan kedokteran secara aktif
kepada pasien pada saat sehat dan sakit, 4) Memberikan pelayanan kedokteran kepada individu
dan keluarganya, 5) Membina keluarga pasien untuk berpartisipasi dalam upaya peningkatan
taraf kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan dan rehabilitasi, 6) Menangani penyakit akut
dan kronik, 7) Melakukan tindakan tahap awal kasus berat agar siap dikirim ke RS, 8) Tetap
bertanggung-jawab atas pasien yang dirujukan ke Dokter Spesialis atau dirawat di RS, 9)
Memantau pasien yang telah dirujuk atau di konsultasikan, 10) Bertindak sebagai mitra,
penasihat dan konsultan bagi pasiennya, 11) Mengkordinasikan pelayanan yang diperlukan
untuk kepentingan pasien, 12) Menyelenggarakan rekam Medis yang memenuhi standar, 13)
Melakukan penelitian untuk mengembang ilmu kedokteran secara umum dan ilmu kedokteran
keluarga secara khusus.
Wewenang Dokter Keluarga:
1) Menyelenggarakan Rekam Medis yang memenuhi standar, 2) Melaksanakan pendidikan
kesehatan bagi masyarakat, 3) Melaksanakan tindak pencegahan penyakit, 4) Mengobati
penyakit akut dan kronik di tingkat primer, 5) Mengatasi keadaan gawat darurat pada tingkat
awal, 6) Melakukan tindak prabedah, beda minor, rawat pascabedah di unit pelayanan primer,
7) Melakukan perawatan sementara, 8) Menerbitkan surat keterangan medis, 9) Memberikan
masukan untuk keperluan pasien rawat inap, 10) Memberikan perawatan dirumah untuk
keadaan khusus.
Kompetensi Dokter Keluarga:
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada seorang lulusan
fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah yang perlu dilatihkan melalui
program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh
setiap Dokter Keluarga secara garis besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan
dalam bentuk tujuan pelatihan, akan tercantum dibawah judul setiap modul pelatihan yang
terpisah dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan dengan perkembangan
ilmu dan teknologi kedokteran.
a) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga, b) Menguasai
pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam pelayanan kedokteran
keluarga, c) Menguasai ketrampilan berkomunikasi,
menyelenggarakan hubungan profesional dokter- pasien untuk :
(a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga dengan perhatian
khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga, (b) Secara efektif memanfaatkan
kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan masalah kesehatan, peningkatan
kesehatan, pencegahan dan penyembuhan penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko
kesehatan keluarga, (c) Dapat bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim
pada penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
A. Memiliki keterampilan manajemen pelayanan kliniks.
a) Dapat memanfaatkan sumber pelayanan primer dengan memperhitungkan potensi yang
dimiliki pengguna jasa pelayanan untuk menyelesaikan. masalahnya, b) Menyelenggarakan
pelayan kedokteran keluarga yang bermutu sesuai dengan standar yang ditetapkan.
B. Memberikan pelayanan kedokteran berdasarkan etika moral dan spritual.
C. Memiliki pengetahuan dan ketrampilan di bidang pengelolaan pelayanan kesehatan termasuk
sistem pembiayaan (Asuransi Kesehatan/JPKM).

Tindakan medis
• adalah suatu tindakan yang hanya boleh
dilakukan oleh tenaga medik, karena ditujukan
terutama bagi pasien yang mengalami
gangguan kesehatan
• dr. atau drg yang telah mempunyai STR
yang berhak melakukan tindakan medis
Untuk itu seorang dokter haruslah :
• Seorang Dokter harus selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan sesuai
dengan bidang keahliannya .
• Seorang Dokter dituntut untuk selalu
membuat rekam medis yang lengkap sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
KODEKI
– Kewajiban Umum ( Pasal 1 – 9)
– Kewajiban Dokter terhadap teman pasien
( pasal 10 – 13 )
– Kewajiban Dokter terhadap teman sejawat (
Pasal 14 – 15 )
– Kewajiban Dokter terhadap diri sendiri
( Pasal 16 – 17 )

KEWAJIBAN – KEWAJIBAN DOKTER


• “AEGROTI SALUS LOX SUPREME ” keselamatan pasien
adalah hukum yang tertinggi ( utama ) .
Menurut Leenen :
1. Kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis dimana
dokter harus bertindak sesuai dengan standar profesi
medis atau menjalankan praktek kedokterannya secara lege
artis
2. Kewajiban untuk menghormati hak – hak pasien yang
bersumber dari hak - hak asasi dalam bidang kesehatan
3. Kewajiban yang berhubungan dengan fungsi sosial
pemeliharaan kesehatan

MENURUT Uu No.29 Th 2004


pasal 51
1. memberikan pelayanan medis sesuai dengan dengan
standar profesi profesi standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien;
2. merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang
mempunyai keahlian atau kemampuan lebih baik,
apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan ;
3. merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang
pasien, bahkan juga setelah pasien meninggal dunia;
4. melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan,kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
bertugas dan mampu melakukannya; dan ;
5. menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti
perkembangan ilmu kedokteran atau kedokteran gigi.
– Kewajiban dokter untuk memiliki pengetahuan
dan ketrampilan profesinya.
– Harus mempergunakan ilmu pengetahuan dan
ketrampilannya dengan hati – hati,
proporsional dan teliti .
– Dokter harus mempunyai pertimbangan yang
terbaik (to exercise the best judgment),
walapun sebagai manusia biasa tak pernah
lepas dari kesalahan , asalkan tidak tergolong
kesalahan yang kasar (gross negligence ) .
11
Sebuah evaluasi medis yang lengkap terdiri dari sebuah riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
hasil laboratorium atau citra medis, analisa data, dan penentuan diagnosis, dan perencanaan
perawatan atau pengobatan.[2]
Hal-hal yang termasuk dalam riwayat kesehatan:
 Keluhan utama (KU): alasan pasien datang kepada dokter. Hal ini disebut tanda atau
gejala. Dituliskan sesuai dengan yang diungkapkan oleh pasien dan sejak kapan hal tersebut
di keluhkan pasien.

 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)(HPI: History of present illness): urutan kronologis dari


tanda-tanda dan klasifikasi dari setiap tanda.

 Aktivitas kini: hal-hal yang berkaitan aktivitas pasien sekarang seperti pekerjaan, hobi,
dan lainnya.

 Riwayat Pengobatan: obat apa yang digunakan pasien sebelum menemui dokter,
termasuk alergi.

 Riwayat Penyakit Dahulu/RPD(PMH: Past medical history): perawatan yang pernah


dijalani pasien sebelumnya, cedera, penyakit infeksi yang pernah diderita, vaksinasi, alergi
yang pernah diderita.

 Riwayat Sistemik (ROS: Review of systems): menanyakan pasien mengenai kondisi


sistem organ utamanya seperti jantung, paru-paru, sistem pencernaan (traktus digestivus),
dan lainnya.

 Riwayat sosial Ekonomi(SH: Social history): tempat lahir, tempat tinggal, status


perkawinan, status sosial ekonomi, kebiasaan (termasuk diet), penggunaan obat, tembakau,
dan alkohol.

 Riwayat keluarga (FH: Family history): membuat daftar penyakit apa saja yang pernah
diderita oleh keluarga pasien yang dapat diturunkan (penyakit genetik). Biasanya dibuat
dalam silsilah keluarga atau pohon keluarga.

Dalam pemeriksaan fisik, dokter berusaha mencari tanda yang dapat mendukung proses
pembuatan diagnosisnya. Dokter menggunakan indera penglihatan, pendengaran, sentuhan,
dan kadang-kadang juga dengan penciuman. Empat metode utama untuk pemeriksaan fisik:
melihat (inspeksi), merasakan/menyentuh (palpasi), mengetuk untuk membedakan
karakteristik resonansi (perkusi), mendengar (auskultasi); mencium kadang-kadang diperlukan
seperti untuk membaui urea pada penyakit uremia.
Pemeriksaan fisik mencakup:
 Tanda vital termasuk tinggi, berat badan, suhu tubuh, tekanan darah, denyut, kecepatan
bernapas, tingkat hemoglobin darah,

 Tampakan umum pasien dan penunjuk spesifik dari penyakit.

 Kulit, kepala, mata, telinga, hidung, tenggorok, dan kerongkongan.

 Kardiovaskular jantung dan pembuluh darah

 Saluran pernapasan (termasuk paru-paru)


 Tubuh (abdomen) dan rektum

 Organ genitalia (kelamin)

 Otot rangka (anggota gerak tubuh)

 Kondisi persarafan (kesadaran, orak, saraf kranial, saraf perifer)

 Psikiatrik atau kejiwaan (orientasi, mental)

Hasil laboratorium dan pencitraan medis dapat digunakan bila diperlukan.


Pemeriksaan ini dapat berlangsung hanya dalam beberapa menit bila masalahnya sederhana
maupun hingga berminggu-minggu bila pasien mengalami masalah pada beberapa sistem
tubuhnya sehingga diperlukan rujukan ke beberapa dokter spesialis.

HAK PASIEN
UU No. 23 Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak atas rahasia kedokteran
4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
12/30/2008
12
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1. Mendapat penjelasan secara lengkap ttg
tindakan medis
2. Meminta pendapat dr/drg lain
3. Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan
medis
4. Mendapat isi rekam medis
Fred Ameln
• Hak pasien
1. Menerima pengobatan dan perawatan
2. Menghentikan p’obatan & p’rawatan
3. Menolak p’obatan &p’rawatan
4. Memilih dr & sarana pelayanan kes…
5. Mendapat informasi ttg penyakitnya
6. Atas rahasia kedokteran
12/30/2008
7. Hak bantuan medis
8. Mendapat perawatan terbaik & berlanjut
9. Menerima pelayanan/perhatian atas suatu
pengobatan

Di dalam UURI no.23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya kesehatan
dilaksanakan melalui 15 kegiatan sebagai berikut:
a.       Kesehatan Keluarga
b.      Perbaikan gizi
c.       Pengamanan makanan dan minuman
d.      Kesehatan Lingkungan
e.       Kesehatan kerja
f.       Kesehatan jiwa
g.      Pemberantasan penyakit
h.      Penyebuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
i.        Penyuluhan kesehatan masyarakat
j.        Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
k.      Pengamanan zat aditif
l.        Kesehatan sekolah
m.    Kesehatan olahraga
n.      Pengobatan tradisional dan
o.      Kesehatan matra
Dalam pada itu pelaksanaan pembangunan di bidang kese-hatan dalam Repelita I dilakukan
dengan pola prioritas sebagai berikut :
1.    Peningkatan pembangunan kesehatan yang menunjang pelaksanaan program keluarga
berencana.
2.    Peningkatan pendidikan kesehatan masyarakat, terutama untuk mendorong turut sertanya
masyarakat secara aktif dalam usaha pembangunan di bidang kesehatan.
3.      Pencegahan dan penanggulangan wabah serta penyakit  rakyat lainnya.
4.      Peningkatan jumlah dan mutu tenaga kesehatan.
5.      Rehabilitasi/pembangunan sarana kesehatan (termasuk  obat-obatan dan alat-alat kesehatan).
6.      Peningkatan penelitian dan survey (kesehatan).

Tugas dokter puskesmas


Berikut ini kami paparkan peran utama sesuai fungsi profesi dari masing-masing petugas
puskesmas.
A. PETUGAS MEDIS :
1. Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel, pustu,
posyandu

2. Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel, pustu

3. Dokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga


ada kunjungan dokter spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli
anak, kandungan dan penyakit dalam

B. PETUGAS PARA MEDIS :


1. Bidan : pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan
kebidanan

2. Perawat Umum : pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan


keperawatan umum

3. Perawat Gigi : pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan


keperawatan gigi

4. Perawat Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah


gizi masyarakat

5. Sanitarian : pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi


lainnya

6. Sarjana Farmasi : pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan kesehatan

7. Sarjana Kesehatan Masyrakat : pelayanan administrasi, penyuluhan,


pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat

C. PETUGAS NON MEDIS :


1. Administrasi : pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan kegiatan
puskesmas

2. Petugas Dapur : menyiapkan menu masakan dan makanan


pasien puskesmas perawatan

3. Petugas Kebersihan : melakukan kegiatan kebersihan ruangan dan


lingkungan puskesmas

4. Petugas Keamanan : menjaga keamanan pelayanan khususnya ruangan rawat


inap

5. Sopir : mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskel di luar


gedung puskesmas
Konsep Promosi Kesehatan
• Proses untuk meningkatkan kemampuan orang dalam mengendalikan dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu
mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau
mengendalikan lingkungan (Piagam Ottawwa, 1986)

• Promosi Kesehatan merupakan program yang dirancang untuk memberikan perubahan


terhadap manusia, organisasi, masyarakat dan lingkungan.

Adapun visi dari promosi kesehatan adalah sebagai berikut :


1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya
dan bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok,
maupun masyarakat.

Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang harus
dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan merupakan upaya
yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam pencapaian suatu visi.

Misi Promosi Kesehatan


• Advokat (advocate)
Ditujukan kepada para pengambil keputusan atau pembuat kebijakan. Advokasi merupakan
perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan kepada para penentu kebijakan dalam
rangka mendukung suatu isyu kebijakan yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi
merupakan suatu upaya untuk mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar
dapat mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu mendapat
dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.

• Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan kesehatan.
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu kerjasama dengan
program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor yang terkait. Untuk itu perlu
adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan (partnership) dengan berbagai program
dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan
tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu
peduli terhadap masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran
yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.

• Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Masyarakat
diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan memelihara serta meningkatkan
kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari pemberian keterampilan kepada masyarakat
adalah dalam rangka meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan
peningkatan ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga akan meningkat.
PENDIDIKAN KESEHATAN
A. Prinsip pendidikan kesehatan
1. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi merupakan kumpulan
pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat mempengaruhi pengetahuan sikap
dan kebiasaan sasaran pendidikan.
2. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang kepada orang lain,
karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan
tingkah lakunya sendiri.
3. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri.
4. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran pendidikan (individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
B. Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat
Ruang lingkup pendidikan kesehatan masyarakat dapat dilihat dari 3 dimensi :
1. Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas.
2. Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran masyarakat atau pekerja.
3. Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan promosi kesehatan (Health Promotion), misal : peningkatan gizi, perbaikan
sanitasi lingkungan, gaya hidup dan sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection) misal : imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early diagnostic and prompt
treatment) misal : dengan pengobatan layak dan sempurna dapat menghindari dari resiko
kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan memulihkan kondisi
cacat melalui latihan-latihan tertentu.
C. Metode pendidikan kesehatan
1. Metode pendidikan Individual (perorangan)
Bentuk dari metode individual ada 2 (dua) bentuk :
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), yaitu ;
1) Kontak antara klien dengan petugas lebih intensif
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu penyelesaiannya.
3) Akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan berdasarkan kesadaran, penuh pengertian
akan menerima perilaku tersebut (mengubah perilaku)
b. Interview (wawancara)
1) Merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan
2) Menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan
kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.
2. Metode pendidikan Kelompok
Metode pendidikan Kelompok harus memperhatikan apakah kelompok itu besar atau kecil,
karena metodenya akan lain. Efektifitas metodenya pun akan tergantung pada besarnya sasaran
pendidikan.
a. Kelompok besar
1) Ceramah ; metode yang cocok untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah.
2) Seminar ; hanya cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah ke atas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli atau beberapa ahli tentang suatu
topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Dibuat sedemikian rupa sehingga saling berhadapan, pimpinan diskusi/penyuluh duduk
diantara peserta agar tidak ada kesan lebih tinggi, tiap kelompok punya kebebasan
mengeluarkan pendapat, pimpinan diskusi memberikan pancingan, mengarahkan, dan
mengatur sehingga diskusi berjalan hidup dan tak ada dominasi dari salah satu peserta.
2) Curah pendapat (Brain Storming) ;
Merupakan modifikasi diskusi kelompok, dimulai dengan memberikan satu masalah, kemudian
peserta memberikan jawaban/tanggapan, tanggapan/jawaban tersebut ditampung dan ditulis
dalam flipchart/papan tulis, sebelum semuanya mencurahkan pendapat tidak boleh ada
komentar dari siapa pun, baru setelah semuanya mengemukaan pendapat, tiap anggota
mengomentari, dan akhirnya terjadi diskusi.
3) Bola salju (Snow Balling)
Tiap orang dibagi menjadi pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang). Kemudian dilontarkan suatu
pertanyaan atau masalah, setelah lebih kurang 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu.
Mereka tetap mendiskusikan masalah tersebut, dan mencari kesimpulannya. Kemudian tiap 2
pasang yang sudah beranggotakan 4 orang ini bergabung lagi dengan pasangan lainnya dan
demikian seterusnya akhirnya terjadi diskusi seluruh kelas.
ok kecil-kecil (Buzz group)
Kelompok langsung dibagi menjadi kelompok kecil-kecil, kemudian dilontarkan suatu
permasalahan sama/tidak sama dengan kelompok lain, dan masing-masing kelompok
mendiskusikan masalah tersebut. Selanjutnya kesimpulan dari tiap kelompok tersebut dan
dicari kesimpulannya.
kan peranan (Role Play)
Beberapa anggota kelompok ditunjuk sebagai pemegang peranan tertentu untuk memainkan
peranan tertentu, misalnya sebagai dokter puskesmas, sebagai perawat atau bidan, dll,
sedangkan anggota lainnya sebagai pasien/anggota masyarakat. Mereka memperagakan
bagaimana interaksi/komunikasi sehari-hari dalam melaksanakan tugas.
an simulasi (Simulation Game)
Merupakan gambaran role play dan diskusi kelompok. Pesan-pesan disajikan dalam bentuk
permainan seperti permainan monopoli. Cara memainkannya persis seperti bermain monopoli
dengan menggunakan dadu, gaco (penunjuk arah), dan papan main. Beberapa orang menjadi
pemain, dan sebagian lagi berperan sebagai nara sumber.
3. Metode pendidikan Massa
Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) ini adalah tidak langsung. Biasanya menggunakan
atau melalui media massa. Contoh :
a. Ceramah umum (public speaking)
Dilakukan pada acara tertentu, misalnya Hari Kesehatan Nasional, misalnya oleh menteri atau
pejabat kesehatan lain.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV maupun radio, pada
hakikatnya adalah merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
c. Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan lainnya tentang suatu
penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio adalah juga merupakan pendidikan
kesehatan massa. Contoh : ”Praktek Dokter Herman Susilo” di Televisi.
d. Sinetron ”Dokter Sartika” di dalam acara TV juga merupakan bentuk pendekatan kesehatan
massa. Sinetron Jejak sang elang di Indosiar hari Sabtu siang (th 2006)
e. Tulisan-tulisan di majalah/koran, baik dalam bentuk artikel maupun tanya jawab /konsultasi
tentang kesehatan antara penyakit juga merupakan bentuk pendidikan kesehatan massa.
f. Bill Board, yang dipasang di pinggir jalan, spanduk poster dan sebagainya adalah juga bentuk
pendidikan kesehatan massa. Contoh : Billboard ”Ayo ke Posyandu”. Andalah yang dapat
mencegahnya (Pemberantasan Sarang Nyamuk).
TINGKAT PELAYANAN PK, BERDASARKAN FIVE LEVELS OF PREVENTION (LEAVEL & CLARK):

Health Promotion
PK dlm hal gizi, kebiasaan, sanitasi, hygiene perorangan 
Specific Protection
Imunisasi, pemberian obat prophylaxis
Early Diagnosis and Prompt Treatment
PK utk berobat sedini mgk, deteksi dini penyakit
Disability Limitation
PK agar jangan tjd komplikasi penyakit
Rehabilitation
PK utk pemulihan kecacatan
Sub Bidang keilmuan pendidikan kesehatan
Komunikasi
Dinamika kelompok
Pengembangan dan Pengorganisasian Masy.
Pengembangan Kesehatan Masy. Desa
Pemasaran Sosial
Pengembangan Organisasi
pendidikan dan Pelatihan
Pengembangan Media
Perencanaan dan Evaluasi PK
Antropologi Kesehatan
Sosiologi Kesehatn
Psikologi Sosial
Batasan
PENDIDIKAN:

INPUT  PROSES  OUT
PUT

Segala upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau
masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.

INPUT                        : sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat), pendidik.


PROSES         : upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain
OUT PUT       : melakukan apa yang diharapkan/perilaku

PENDIDIKAN KESEHATAN:
   merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.
   Adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsikan perilaku kesehatan dengan cara
persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi informasi, memberi kesadaran dan sebagainya.
   Upaya agara perilaku individu, kelompok dan masyarakat mempunyai pengaruh positif terhadap
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
   Secara konsep: penkes merupakan upaya mempengaruhi/mengajak orang lain (individu,
keompok, masyarakat) agar berperilaku hidup sehat.
Secara operasional: penkes adalah semua kegiatan untuk memberikan/ meningkatkan
pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meingkatkan kesehatannya.

(Blum, 1974) mengatakan bahwa status kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, berdasarkan
hirarkinya adalah sebagai berikut:
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho socio somatic health well
being , merupakan resultante dari 4 faktor(3)yaitu:
1. Environment atau lingkungan.

2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua d ihubungkan dengan
ecological balance.

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk,


dan sebagainya.

4. Health care service berupa program kesehatan yang

5. bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.


Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat

Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan:


1. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif

2. Pendidikan kesehatan pada aspek preventif

3. Pendidikan kesehatan pada aspek kuratif

4. Pendidikan kesehatan pada aspek rehabilitatif.

Tempat Pelaksanaan :
1. Pendidikan kesehatan pada keluarga

2. Pendidikan kesehatan pada sekolah

3. Pendidikan kesehatan pada tempat kerja

4. Pendidikan kesehatan pada tempat umum

5. Pendidikan kesehatan pada instansi pelayanan kesehatan.

Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku masyarakat yang tidak
sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan:
a.       Bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu
berubah untuk menyusuaikan diri terhadap perubahan lingkungan, dan
b.      Bahwa perubahan dapat diinduksikan
Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian menimbulkan keinginan ataupun
dorongan untuk berubah, yakni mengubah keadaannya yang jelek menjadi baik; keadaan inilah
yang menunjukkan motif pada diri seseorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan
terjadi perubahan perilaku. Pendidikan kesehatan ini sangat penting dan diperlukan oleh semua
kegiatan dasar kesehatan masyarakat, termasuk kesehatan lingkungan. Misalnya, tidak cukup
kiranya kalau hanya dibangun penyediaan air bersih, tetapinya harus yakin bahwa dengan
demikian masyarakat akan terlindung dari penyakit bawaan air. Hal ini tidak terjadi secara
otomatis, masyarakat harus berubah sesuai dengan teknologi yang kita perkenalkan pada
masyarakat. Misalnya, apabila tadinya masyarakat mengambil air dari sungai, maka setelah ada
Penyediaan Air Minum (PAM), diharapkan bahwa mereka akan menggunakan air PAM. Hal ini
hanya dapat terjadi apabila dilakukan penyuluhan tentang kegunaan dan manfaat air bersih.
Selain itu penyakit bawaan air hanya dapat menurun jumlahnya, apabila masyarakat mau hidup
lebih hiegenis. Inipun perlu dipelajari dengan demikian usaha kesehatan lingkunganpun perlu
didukung oleh usaha pendidikan kesehatan.  
Metode Pendidikan Kesehatan
1. individual

a. bimbingan dan konseling

b. wawancara

2. kelompok

a. kelompok besar: kegiatan cermah dan seminar

b. kelompok kecil: diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju,


kelompok2 kecil, bermain peran (role play), simulasi, dsb.

3. massa

a. ceramah umum

b. pidato

c. media (elektronik, cetak dan out door)

Media
Media pendidikan adalah alat (saluran) yang digunakan untuk penyampaian pesan. Manusia
menggunakan indra untuk berinteraksi dengan lingkungannya sehingga untuk mempengaruhi
interaksi tersebut digunakanlah berbagai media. Semakin banyak indra yang digunakan untuk
menerima suatu pesan maka akan semakin mudah pesan itu diterima/dipahami.

Televisi

Film
Tulisan
Elgar Dale, membagi media dalam 11 macam sesuai dengan tingkatan intensitasnya masing-
masing.

Kata-kata
Pamera
n
Fiel trip
Demonstrasi
Sandiwara
Benda
tiruan
Benda Asli
Rekaman radio
 

Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan paling bawah adalah benda asli dan yang
palinga atas adalah kata-kata. Hal ini berarti dalamproses pendidikan, benda asli memiliki
intensitas yang paling kuat/besar untuk mempersepsikan pesan yang disampaikan.
Jenis media yang sering digunakan:
a.       media cetak
booklet, leaftlet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik, poster, foto, spanduk, umbul-
umbul.
b.      media elektronik
TV, radio, video, slide, film strip, dll
c.       media papan (billboard)
poster, pamplet, baleho, dll
d.      media peraga
alat tiruan seperti pantom, boneka, dami, dan instrumen lainnya. Atau benda asli.
faktor2 yang mempengaruhi perilaku kes.
Lawrence Green (1980), perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor:
1. faktor pendukung (predisposing factors), mencakup:

pengetahuan, sikap, tradisi, kepercayaan/keyakinan, sistem nilai, pendidikan, sosial ekonomi,


dsb.
2. faktor pemungkin(enambling factors), mencakup:

fasilitas kesehatan, mis: spal, air bersih, pembuangan sampah, mck, makanan bergizi, dsb.
Termasuk juga tempat pelayanan kesehatan seperti RS, poliklinik, puskesmas, rs, posyandu,
polindes, bides, dokter, perawat dsb.
3. faktor penguat (reinforcing factors), mencakup:

sikap dan perilaku: toma, toga, petugas kes. Kebijakan/peraturan/UU, LSM.

Informasi tersebut dapat diperoleh melalui kegiatan :


1. Observasi

2. Wawancara
3. Angket/quesioner

4. Dokumentasi

. Gastritis
A. PENGERTIAN

1. Gastritis adalah inflamasi dari dinding lambung terutama pada mukosa gaster. (Hadi, 1995)
2. Gastritis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik, difus atau
lokal. (Price & Wilson, 1992)
3. Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila
mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. (Charlene J,
Reeves, 2001)
B. ETIOLOGI

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kerusakan lapisan pelindung lambung


(http://www.medicastore.com).
1) Gastritis Bakterialis
a. Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Diperkirakan ditularkan melalui jalur oral atau akibat memakan atau minuman ynag
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa kanak-kanan dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan.
akteri Campylobacter Pyloroides.
2) Gastritis Karena Stres Akut
berat atau trauma ( cedera ) yang terjadi tiba – tiba.
ahan
erat
d. Cederanya sendiri mungkin tidak mengenai lambung seperti terjadi pada luka bakar yang luas
atau cedera yang menyebabkan perdarahan hebat.
3) Gastritis Erosif Kronis
a. Pemakaian obat penghilang rasa nyeri secara terus – menerus. Obat analgesik anti inflamasi
nonsteroid (AINS) seperti Aspirin, Ibu Profen dan Naproxen dapat menyebabkan perdarahan
pada lambung dengan cara menurunkan Prostaglandin yang bertugas melindungi dinding
lambung.
b. Penyakit Crohn, gejalanya sakit perut dan diare dalam bentuk cairan. Bisa menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna namun, kadang – kadang dapat juga
menyebabkan peradangan pada dinding lambung.
c. Penggunaan Alkohol secara berlebihan , alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mucosa pada
dinding lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung
walaupun dalam kondisi normal.
4) Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang Eosinofil (sel darah
putih) terkumpul pada dinding lambung.
5) Gastritis Hipotropi dan Atropi
Terjadi karena kelainan Autoimmune, Autoimmune Atropic Gastritis terjadi ketika sistem
kekebalan tubuh menyerang sel – sel yang sehat yang berada dalam dinding lambung. Hal ini
mengakibatkan peradangan dan secara bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan
kelenjar –kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi faktor intrinsik (yaitu
sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin B12) kekurangan vitamin B12
akhirnya, dapat mengakibatkan Pernicious Anemia, sebuah kondisi yang serius bila tidak segera
dirawat dapat mempengaruhi seluruh sistem dalam tubuh. Autoimmune Atropic Gastritis
terutama terjadi pada orang tua.
6) Penyakit Meiner
Dinding lambung menjadi tebal, lipatannya melebar, kelenjarnya membesar dan memiliki kista
yang terisi cairan. Sekitar 10 % penderita ini menderita kanker lambung.
7) Gastritis Sel Plasma
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding lambung dan organ
lainnya.
8) Penyakit Bile Refluk
Bile ( empedu ) adalah cairan yang membantu mencerna lemak – lemak dalam tubuh. Cairan ini
diproduksi oleh hati. Ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju keusus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot Sphincteryang berbentuk seperti cincin
(Pyloric Valve) akan mencegah empedu mengalir balik kedalam lambung. Tetapi jika katub ini
tidak bekerja dengan benar, maka empedu akan masuk kedalam lambung dan mengakibatkan
peradangan dan Gastritis.
9) Radiasi dan Kemoterapi
Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan
pada dinding lambung dan selanjutnya dapat berkembang menjadi Gastritis dan Peptic Ulcer.
Ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi biasanya sementara, tapi
dalam dosis besar akan mengakibatkan kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat
mengikis dinding lambung serta merusak kelenjar – kelenjar penghasil asam lambung.
10) Faktor-faktor lain
Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan lainnya seperti HIV / AIDS, infeksi oleh
parasit, dan gagal hati atau ginjal.
C. PATOFISIOLOGI

Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas perut
tepat dibawah tulang iga. Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan
dapat mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti sebuah akordion. Ketika
lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut secara bertahap membuka.
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara bertahap melepaskannya
kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang berada
pada sambungan antara esofagus dan lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan membuka dan
membiarkan makanan masuk lewat lambung. Setelah masuk kelambung cincin ini menutup.
Dinding lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar –
kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
( termasuk enzim – enzim dan asam lambung ) untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam Hidroklorida. Asam ini sangat korosif
sehingga paku besipun dapat larut dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mucosa –
mucosa bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar dari sifat
korosif hidroklorida. Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini adalah agar cairan asam dalam
lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan pada lapisan pelindung menyebabkan
cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung dengan dinding lambung dan
menyebabkan peradangan atau inflamasi.Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung
ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
(http://google.com//Gastritis).
D. MANIFESTASI KLINIS

Gejalanya bermacam – macam, tergantung kepada penyebab Gastritisnya. Biasanya penderita


Gastritis mengalami gangguan pencernaan ( Indigesti ) dan rasa tidak nyaman diperut sebelah
atas.(http://www.medicastore.com)
1) Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2) Gastritis Karena Stres Akut
Penyebabnya (misalnya penyakit berat, luka bakar atau cedera) biasanya menutupi gejala –
gejala lambung : tetapi perut sebelah atas terasa tidak enak. Segera setelah cedera, timbul
memar kecil dalam lapisan lambung, dalam beberapa jam memar ini bisa berubah
menjadi ulkus. Ulkus dan Gastritis bisa menghilang bila penderita sembuh dengan cepat dari
cederanya. Bila penderita tetap sakit, ulkus bisa membesar dan mulai mengalami pendarahan,
biasanya dalam waktu 2 – 5 hari setelah terjadinya cedera. Perdarahan menyebabkan tinja
berwarna kehitaman seperti aspal, cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat,
tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal.
3) Gastritis Erosif Kronis
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi banyak penderita
( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak merasakan nyeri. Penderita lainnya
merasakan gejala yang mirip ulkus, yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan
perdarahan dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti aspal
( Melena ), muntah darah (Hematemesis ) atau makanan yang sudah dicerna yang menyerupai
endapan kopi.
4) Gastritis Eosinofilik
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa disebabkan penyempitan atau penyumbatan
ujung saluran lambung yang menuju keusus dua belas jari.
5) Penyakit Meniere
Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri lambung. Hilangnya nafsu makan, mual,
muntah dan penurunan berat badan, lebih jarang terjadi. Tidak pernah terjadi perdarahan
lambung. Penimbunan cairan dan pembengkakan jaringan (edema) bisa disebabkan karena
hilangnya protein dari lapisan lambung yang meradang. Protein yang hilang ini bercampur
dengan isi lambung dan dibuang dari tubuh.
6) Gastitis Sel Plasma
Gejalanya berupa nyeri perut dan muntah bisa terjadi bersamaan dengan timbulnya ruam
dikulit dan diare.
7) Gastritis Akibat Terapi Penyinaran
Menyebabkan nyeri, mual dan Heartburn (rasa hangat atau rasa terbakar dibelakang tulang
dada), yang terjadi karena adanya peradangan dan kadang karena adanya tukak dilambung.
Tukak bisa menembus dinding lambung sehingga isi lambung tumpah kedalam rongga perut,
menyebabkan peritonitis (peradangan lapisan perut) dan nyeri yang luar biasa. Perut kaku dan
keadaan ini memerlukan tindakan pembedahan darurat. Kadang setelah terapi penyinaran,
terbentuk jaringan parut yang menyebabkan menyempitnya saluran lambung yang menuju
keusus duabelas jari, sehingga terjadi nyeri perut dan muntah. Penyinaran bisa merusak lapisan
pelindung lambung, sehingga bakteri dapat masuk kedalam dinding lambung dan menyebabkan
nyeri hebat yang muncul secara tiba – tiba.
Gejala Gastritis secara umum (http://www.google.com//Gastritis)
a. Hilangnya nafsu makan.
b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan muntah.
c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau
lebih buruk ketika makan.
d. Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
e. Kehilangan berat badan.
E. KLASIFIKASI

Gastritis dibagi menjadi 2 jenis (Charlene.J.Reeves, 2001) yaitu:


1) Gastritis Akut
Gastritis akut adalah proses peradangan jangka pendek dengan konsumsi agen kimia atau
makanan yang mengganggu dan merusak mucosa gastrik. Agen semacam itu mencakup bumbu,
rempah-rempah, alkohol, obat-obatan, radiasi, chemoterapi dan mikroorganisme infektif.
2) Gastritis Kronis
Gastritis kronis dibagi dalam tipe A dan B. Gastritis tipe A mampu menghasilkan imun sendiri,
tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung dan penurunan mucosa. Penurunan pada
sekresi gastrik mempengaruhi produksi antibodi. Anemia Pernisiosa berkembang dengan
proses ini. Sedangkan Gastritis tipe B lebih lazim, tipe ini dikaitkan dengan infeksi bakteri
Helicobacter Pylori, yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Bila pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui secara jelas penyebabnya. (http://www.google.com//Gastritis)
Pemeriksaan ini meliputi :
1) Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah. Hasil test yang
positif menunjukan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam
hidupnya, tapi itu tidak menunjukan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat
juga dilakukan untuk memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat
Gastritis.
2) Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah dalam
feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
4) Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dengan sinar-X. Test ini dilakukan dengan cara memesukan sebuah
selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan masuk kedalam Esopagus, lambung
dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dimati-rasakan (anestesi)
sebelum endoskop dimasukan untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani test ini. Jika
ada jaringan dalam saluran cerna yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit
sampel (biopsi) dari jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa kelaboratorium untuk
diperiksa. Test ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak
langsung disuruh pulang ketika selesai test ini, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi
menghilang, kurang lebih satu atau dua jam. Hampir tidak ada resiko akibat test ini. Komplikasi
yang sering terjadi adalah rasa tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
5) Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum dilakukan Ronsen. Cairan
ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika dironsen.
G. PENCEGAHAN

Walaupun infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena Gastritis.
(http://www.Google.com//Gastritis)
1) Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan yang pedas, asam, gorengan, atau
berlemak. Yang sama pentingnya dengan pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan
adalah bagaimana cara memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
lakukan dengan santai.
2) Hindari Alkohol
Penggunaan Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
3) Jangan merokok
Merokok mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap Gastritis
dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda penyembuhan
lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
4) Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus secara lebih
cepat.
5) Kendalikan stres
Stres meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan tubuh
dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat meningkatkan produksi
asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan. Karena stres bagi sebagian orang
tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah dengan mengendalikannya secara efektif dengan
cara diet yang bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
6) Ganti obat penghilang nyeri
Jika memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah.
Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.
7) Ikuti rekomendasi dokter
H. PENATALAKSANAAN

Terapi Gastritis sangat bergantung pada penyebab spesifiknya dan mungkin memerlukan
perubahan dalam gaya hidup, pengobatan atau dalam kasus yang jarang pembedahan untuk
mengobatinya.
(http://www.google.com)
1) Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter Pylori, maka
diberikan Bismuth, Antibiotik (misalnya Amoxicillin &Claritromycin) dan obat anti-
tukak (misalnya Omeprazole).
2) Penderita Gastritis karena stres akut banyak mengalami penyembuhan (penyakit berat, cedera
atau perdarahan) berhasil diatasi. Tetapi sekitar 2 % penderita Gastritis karena stres akut
mengalami perdarahan yang sering berakibat fatal. Karena itu dilakukan pencegahan dengan
memberikan Antasid (untuk menetralkan asam lambung) dan obat anti-ulkus yang kuat (untuk
mengurangi atau menghentikan pembentukan asam lambung). Perdarahan hebat karena
Gastritis akibat stres akut bisa diatasi dengan menutup sumber perdarahan dengan
tindakan Endoskopi. Jika perdarahan masih berlanjut mungkin seluruh lambung harus diangkat.
3) Penderita Gastritis Erosif Kronis bisa diobati dengan Antasid. Penderita sebaikanya menghindari
obat tertentu (misalnya Aspirin atau obat anti peradangan non-steroid lainnya) dan makanan
yang menyebabkan iritasi lambung. Misoprostol mungkin bisa mengurangi resiko terbentuknya
Ulkus karena obat anti peradangan non-steroid.
4) Untuk meringankan penyumbatan disaluran keluar lambung pada Gastritis Eosinofilik, bisa
diberikan Kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
5) Gastritis Atrofik tidak dapat disembuhkan, sebagian besar penderita harus mendapatkan
suntikan tambahan vitamin B12.
6) Penyakit Meiner bisa disembuhkan dengan mengangkat sebagian atau seluruh lambung.
7) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang menghalangi pelepasan asam
lambung.
8) Pengaturan diet yaitu pemberian makanan lunak dengan jumlah sedikit tapi sering.
9) Makanan yang perlu dihindari adalah yang merangsang dan berlemak seperti sambal, bumbu
dapur dan gorengan.
10) Kedisiplinan dalam pemenuhan jam-jam makan juga sangat membantu pasien dengan gastritis.

Di Arsipkan oleh UKKIE VAN DER BANYOLIEZ "SUPERSEVENDRUMER"  di Senin, Januari


16, 2012 

Reaksi: 
 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)


sms gratis kesini aja sob

mivo.tv

saiki jam piro ???

yang udah mampir di blog gue

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Ada kesalahan di dalam gadget ini

Feedjit
Lencana Facebook

Ukkie van der Banyoliez

Buat Lencana Anda

Pengikut

minta jempolmu Follow by Email


donk
Submit
My Great Web
page

Mengenai Saya

UKKIE VAN DER


BANYOLIEZ
"SUPERSEVENDR
UMER"
Lihat profil
lengkapku
Arsip Blog

 ▼  2012 (74)

o ►  April (4)

o ►  Maret (31)

o ►  Februari (10)
o ▼  Januari (29)

 eksotism place of indonesia

 FAKTA DIBALIK PERANG SALIB

 KARAKTER SANG PRESIDEN INDONESIA

 FAKTA UNIK TENTANG KUCING

 KOTA YANG TIDAK LAYAK DI HUNI

 DAFTAR 40 ORANG TERKAYA DI INDONESIA

 7 Tokoh yang Terbunuh oleh Karyanya Sendiri

 FAKTA UNIK INDONESIA

 10 Terowongan Kereta Api Terpanjang di Indonesia

 STASIUN KERETA API TERTUA DI INDONESIA

 SEJARAH BLACK BERRY

 SEJARAH MESIN ATM

 PAMALI - PANTANGAN YANG ADA DI INDONESIA

 presiden indonesia itu 8 ?

 Ayat Suci dalam Kromosom Manusia

 Kain Kafan Turin

 DAFTAR TEMPAT MAKAN ASIK DI SEMARANG NIH

 VENUE WISATA KULINER CIREBON

 CIRI KHAS ORANG SUNDA YEUH

 fakta unik dari orang indonesia yang bertentangan ...

 Pemandangan Cirebon Tempo Doeloe

 gombalan alfo edisi pancasila spesial tahun baru i...

 KING OF GOMBAL

 SURAT GOMBALAN ALFO JILID 5.1 MENGISAHKAN TENTANG...

 ROBOT DANCE - NO BODY (COVERING WONDER GIRLS)

 MARIO TEGUH STAND UP COMEDY ????

 PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

 Nuansa Pelayanan Kesehatan yang Islami di Rumah ...

 KONSEP SAKIT MENURUT WHO

 ►  2011 (27)
apa yang kalian lakukan disaat senggang

yang udah mampir

 43226

PALING SERING DICARI DI SINI apa yang an

 KONSEP SAKIT MENURUT WHO


KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT WHO Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan
bahwa suatu keadaan yang sempurna baik secara fisi...

CIRI KHAS ORANG SUNDA YEUH


0 Ciri Orang Sunda... Hei semua pembaca.... setelah lama enggak nulis, akhirnya gw coba mau
membongkar habis kebiasaan orang SUND...

 MODUL 6 LBM 4 HEMATOPOEITIN

STEP 1 Hepatosplenomegali :  pembesaran hepar dan lien Sel muda : sel yang belum matang , masih
punya inti STEP 2 1. Bagaimana fis...

Pemandangan Cirebon Tempo Doeloe


Bank Mandiri, cuma klalen Bank mandiri kang sing endi yah???? Gedung BAT, nampake masih tetep
bae wujude sampe sekien....

 MODUL 7 LBM 2 SISTEM IMUN KULIT

SKENARIO BERCAK MERAH MENYERUPAI GAMBARAN KUPU-KUPU STEP 1 1.       Rherumatoid


faktor + ·          antibodi abnormal yang berada...

 MODUL 7 LBM 1 IMUN DAN KULIT

LBM 1 Gatal Dan Bentol di Kulit Step 1 1.        Ekskoriasi : ©        Luka lecet yang tidak sampai robek
akibat ada perlukaan pad...
 MODUL 7 LBM 4 IMUN KULIT

LBM 4 Bercak Merah Dan Bersisik STEP 1 ·          Central healing: o    Pola bentuk luka yang pada
bagian tengahnya tenang/anti in...

ANATOMI - REPRODUKSI

 STRESS PADA MAHASISWA

Stress  telah menjadi mimpi buruk bagi banyak mahasiswa dari tahun ke tahun, bahkan tidak jarang
stress berkembang menjadi ‘mesin penghanc...

 MODUL 7 LBM 3 IMUN KULIT

LBM 3 Step 1 ·          Pemeriksaan p24 antigen o    Pemeriksaan antigen tingkat seluler o    Bagian
dari virus HIV o      ·  ...
Tema Tanda Air. Gambar tema oleh PLAINVIEW. Diberdayakan oleh Blogger.

yana's hope nama Saturday, 1 March 2014 makalah konsep sakit BAB I PENDAHULUAN A.  
Latar Belakang Ketika kita membicarakan mengenai arti sakit tentunya dalam benak kita
bahwasannya hal tersebut adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh bermacam-macam hal,
bisa suatu kejadian, kelainan yang dapat menimbulkan gangguan terhadap susunan jaringan
tubuh, dari fungsi jaringan itu sendiri maupun gangguan terhadap keseluruhan fungsi itu
sendiri. Konsep sakit adalah konsep yang kompleks dan multi interpretasi, banyak faktor yang
mempengaruhi kondisi sakit. Setiap individu, keluarga, masyarakat maupun profesi kesehatan
mengartikan sakit secara berbeda tergantung paradigmanya. Kemampuan kognitif akan
membentuk cara berpikir seseorang untuk memahami faktor-faktor yang berkaitan penyakit
dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan dan penyakit yang dimilikinya untuk
menjaga kesehatan sendiri. Konsep sakit ini penting diketahui agar ketika kita merasakan tanda
sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga kesehatan untuk
memeriksakan status kesehatan kita. Bila memang sakit, maka kita akan segera mendapatkan
pengobatan yang tepat dari ahlinya. Oleh karena itu, penulis membuat makalah dengan judul
“KONSEP SAKIT”. B.   Rumusan Masalah 1.      Apa pengertian sakit? 2.      Apa saja ciri-ciri orang
sakit? 3.      Bagaimana tahapan sakit? 4.      Apa penyebab sakit menurut masyarakat? C.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian sakit. 2.      Untuk mengetahui ciri – ciri orang sakit. 3.     
Untuk mengetahui tahapan sakit. 4.      Untuk mengetahui penyebab sakit. BAB II PEMBAHASAN
A.   Definisi Sakit Berikut beberapa konsep sakit maupun definisi dari sakit itu sendiri. 1.      Sakit
adalah suatu gangguan kesehatan yang menyebabkan aktivitas kerja (kegiatan) terganggu.  
2.      Definisi Sakit Menurut UU No.23, (1992) adalah jika seseorang menderita penyakit
menahun (kronis) atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja atau
kegiatan lainnya terganggu. 3.      Kriteria sakit menurut Bauman, 1985 terdiri dari 3 bagian
penting yaitu : adanya gejala, persepsi tentang keadaan yang dirasakan, kemampuan dalam
aktivitas sehari-hari. Beberapa definisi sakit ,antara lain: a.       Pepkin's Suatu kedaan yang tidak
menyenangkan yang menimpa seseorang sehingga menimbulkan gangguan dalam aktivitas
sehari-hari baik aktivitas jasmani, maupun rohani maupun sosial b.      Kleinman Gangguan
fungsi atau adaptasi dari proses biologi dan psikofisiologis pada   seseorang c.       Parson
Ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia termasuk sejumlah sistem biologis dan
kondisi penyesuaian d.      Oxford English Dictionary Sakit sebagai suatu keadaan dari badan
atau sebagian dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang. e.       Zaidin Ali
Keadaan yang mengganggu keseimbangan status kesehatan biologis, psikologis, sosial dan
spiritual yang mengakibatkan gangguan fungsi tubuh, produktivitas dan kemandirian indivisu
baik secara keseluruhan maupun sebagian. B.   Ciri-ciri Sakit             Ciri- ciri sakit:             1.  Suhu
abnormal yaitu > 38°C.       2.  Tubuhnya lemas, lunglai, letih, dan tidak semangat dalam
melakukan  segala aktifitas.             3.  Wajahnya pucat dan tubuh terasa nyeri.             4.  Adanya
gangguan fisik, psikis, maupun sosial.             5.  Selalu berfikir bahwa dirinya sakit (sugesti
dalam dirinya sendiri). Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di Provinsi
Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil diskusi kelompok di Kalimantan
Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan berkeringat, tidak
mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan
sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak badan, panas dingin, pusing,
lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare. Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa
Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah
lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah,
gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak. Seorang pengobat tradisional
yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik
mengenai masalah sakit. Baginya, arti sakit adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada
tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan lemah, tidak kuat bekerja,
sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi bisa diketahui dengan
menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu
badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah, tidak mengeluh
lesu, lemah, atau sakit-sakit badan. Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi
masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat
menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang
menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering
menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja,
kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat
menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu : 1. Karena pengaruh gejala alam
(panas, dingin) terhadap tubuh manusia 2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan
panas dan dingin. 3.  Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.). Untuk mengobati sakit
yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramuan-
ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. Untuk penyebab sakit
yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun,kyai dan lain-lain. Dengan demikian upaya
penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit. C.  
Tahapan Sakit 1.      Tahap gejala Merupakan tahap awal seseorang mengalami proses sakit
dengan ditandai adanyan perasaan tidak nyaman terhadap dirinya, seperti rasa nyeri, panas dll
sebagai manifestasi terjadinya ketidak seimbangan dalam tubuh. 2.      Tahap asumsi terhadap
sakit Tahap seseorang melakukan interprestasi terhadap sakitnya, kemudian berespon dalam
bentuk emosi terhadap gejala tersebut, seperti merasakan ketakutan, kecemasan – konsultasi
dengan orang yang dianggap lebih tahu atau pelayan kesehatan. 3.      Tahap kontak dengan
pelayan  kesehatan Tahap dimana seseorang telah mengadakan hubungan dengan yankes,
meminta nasihat dari profesi kesehatan seperti dokter, perawat yang dilakukan atas inisiatif
sendiri, untuk mencari pembenaran tentang sakitnya. Jika ternyata tidak lagi ditemukan gejala
yang ada, maka klien mengaggap dirinya sembuh, namun bila gejala tersebut muncul kembali,
maka dirinya akan datang ke yankes kembali. 4.      Tahap ketergantungan Tahap dimana
seseorang dianggap mengalami suatu penyakit yang akan mendapat bantuan pengobatan juga
kondisi seseorang sudah mulai tergantung, tetapi tidak semua orang mempunyai tingkat
katergantungan yang sama, melainkan berbeda berdasarkan tingkat kebutuhannya juga
penyakitnya. Tahapan ini dapat dilakukan dengan pengkajian kebutuhan terhadap
ketergantungan dan diberi support agar seseorang mengalami kemandirian. 5.      Tahap
penyembuhan Merupakan tahap akhir menuju proses kembalinya kemampuan untuk
beradaptasi kembali dengan lingkungan atau dari sakit-sehat, persiapan untuk berfungsi dalam
kehidupan social. Peran tenaga kesehatan disini adalah membantu klien untuk meningkatkan
kemandirian serta memberikan harapan dan kehidupan menuju kesejahteraan. D.   Penyebab
Sakit Menurut Masyarakat Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep
penyebab sakit, yaitu: Naturalistik danPersonalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu
seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan
hidup, ketidakseimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk
angin dan penyakit bawaan. Konsep sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama
dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan
keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sakit dianggap
sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya
orang yang sehat. Konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan
oleh intervensi suatu agen aktif  yang  dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh,
leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung). E.   Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit Perilaku sakit merupakan perilaku orang yang sedang sakit
meliputi cara seseorang memantau tubuhnya, memahami gejala yang dialami, dan melakukan
upaya penyembuhan dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Sakit meliputi : a. Faktor Internal 1.    Persepsi individu terhadap gejala
dan sifat sakit yang dialami Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misal: Tukang Kayu yang menderitas sakit
punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka
ia akan segera mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai akibat
yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius, akan bereaksi dengan
cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan. 2.    Asal atau Jenis penyakit Pada
penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin mengganggu fungsi pada
seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera mencari pertolongan dan mematuhi
program terapi yang diberikan. Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama
(>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada. Jika penyakit
kronik itu tidak dapat disembuhkan dan terapi yang diberikan hanya menghilangkan sebagian
gejala yang ada, maka klien mungkin tidak akan termotivasi untuk memenuhi rencana terapi
yang ada. b. Faktor Eksternal 1.    Gejala yang Dapat Dilihat Gejala yang terlihat dari suatu
penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami
bibir kering dan pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang
dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecah-
pecah yang dialaminya. 2.    Kelompok Sosial Kelompok sosial klien akan membantu mengenali
ancaman penyakit, atau justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2
orang wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial
yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan SADARI.
Kemudian mereka mendisukusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan apakah perlu dibiopsi atau
tidak; sedangkan teman Ny. B mungkin akan mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak
perlu diperiksakan ke dokter. 3.    Latar Belakang Budaya Latar belakang budaya dan etik
mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan
demikian perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien. 4.    Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala
penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada
gangguan pada kesehatannya. 5.    Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan kesehatan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering mempengaruhi
kecepatan mereka dalam memasuki sistem pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien
enggan mencari pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk mengunjungi
Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit. 6.    Dukungan sosial Dukungan
sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang bersifat peningkatan kesehatan.
Di institusi tersebut dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti seminar kesehatan, pendidikan
dan pelatihan kesehatan, latihan (aerobik, senam). Juga menyediakan fasilitas olahraga seperti,
kolam renang, lapangan bola basket, lapangan sepak bola, dll. BAB III PENUTUP A.   Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sakit adalah suatu gangguan kesehatan yang
menyebabkan aktivitas kerja (kegiatan) terganggu. Adapun ciri- ciri sakit antara lain: suhu
abnormal yaitu > 38°C, tubuhnya lemas, lunglai, letih, dan tidak semangat dalam melakukan
segala aktifitas, wajahnya pucat dan tubuh terasa nyeri, adanya gangguan fisik, psikis, maupun
social, dan selalu berfikir bahwa dirinya sakit (sugesti dalam dirinya sendiri). B.   Saran a.     Diri
Sendiri Untuk menjaga keadaan kita tetap sehat dan fit berfikirlah yang positif, karena keadaan
sakit dimulai dengan keadaan  jasmani, rohani dan sosial yang kurang baik. Sakit bukan saja
karena faktor alam tetapi faktor dari alam bawah sadar kita. b.     Tenaga Kesehatan Sebaiknya
tenaga kesehatan lebih menjaga kebersihan alat-alat medis agar tidak ada pasien yang tertular
penyakit dari pasien sebelumya. c.     Masyarakat Masyarakat sebaiknya menjaga lingkungan
tetap bersih karena lingkungan yang bersih saja belum tentu bebas dari penyakit apalagi
lingkungan yang kotor. Posted by sur yana at 21:18 Email This BlogThis! Share to Twitter Share
to Facebook Share to Pinterest Newer Post Older Post Home Subscribe to: Post Comments
(Atom) cinta proud religion visitors Visitor Jam Calender Powered by Calendar Labs About Me
sur yana my name is suryana, and i'm a moslem. my father name is subakri, my mother name is
marni. im twins, my twins name is suryani. i also have one brother, his name is teguh basuki.
View my complete profile Jangan Lupa kunjungi Blog ku yg lain ya
https://loveislamsite.wordpress.com/ SEO Follow me IBI plend cuaca There was an error in
this gadget hamster semangat remember green earth KUNJUNGI BLOG BARU KU JUGA: pengen
liat klik aja kunjungi mykomms kalau ingin tau Ahmad is Paracletos WE LOVE ISLAM Ingin
Handphone gratis!!! coba aja Xpango!!! Blog Archive ►  2016 (183) ►  2015 (96) ▼  2014 (95)
►  December (9) ►  November (33) ►  October (6) ►  September (11) ►  August (8) ►  April
(2) ▼  March (9) makalah Masalah-masalah Psikologi pada Anak yang S... makalah pelayanan
kolaborasi ciri jabatan profesional bidan Sistem Rawat Gabung makalah PERMASALAHAN
KESEHATAN WANITA DALAM DIMENS... makalah DPT+HB dan Campak Pap Smear makalah
PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS DAN MENYUS... makalah konsep sakit ►  February (16)
►  January (1) ►  2013 (14) Followers Arsip Translate Powered by Translate Google+ Badge
Lencana Facebook Sur Yana Buat Lencana Anda love benar true ikan 1 kata2 ikan 4 in my
opinion Subscribe To Posts Comments yana's hope Awesome Inc. theme. Theme images by
kellykellykelly. Powered by Blogger. Make Google view image button visible again:
https://goo.gl/DYGbub Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub
Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Anda mungkin juga menyukai