PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
2003).
Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari
suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit
itu bersifat objektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap
pengalaman menderita suatu penyakit. Menurut Von Mering, studi yang benar
mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup
dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental,
medikal dan sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit
terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun
eksternal baik spesifik maupun non spesifik (Anderson, 2009).
Ketika Perilaku sakit muncul, hal itu terjadi karena ada factor factor perilaku sakit,
dampak penyakit, dan penyebab perilaku sakit.
BAB II
PEMBAHASAN
Hadir (present)
2
Sakit (Illness)
Tak dirasa (not perceived)
Dirasakan (perceived)
namun
tidak
Contoh : depresi
Tingkat
Normally Well
Pessimistic
Socially ill
Hypochondriacal
Medically Ill
Martyr
Optimistic
Seriously Ill
Dimensi Sehat
Psikologis
Medis
Sosial
Baik
Sakit
Baik
Sakit
Baik
Sakit
Baik
Sakit
Baik
Baik
Baik
Baik
Sakit
Sakit
Sakit
Sakit
Baik
Baik
Sakit
Sakit
Baik
Baik
Sakit
Sakit
Sedangkan Menurut Mechanic perilaku sakit adalah reaksi optimal dari individu jika
dia terkena suatu penyakit. Perliaku sakit erat hubungannya dengan konsep diri,
penghayatan situasi yang dihadapi, pengaruh petugas kesehatan serta pengaruh birokrasi.
Ada dua faktor utama yang menentukan perilaku sakit:
1. Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit
2. Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut
Dalam menganalisa kondisi tubuh biasanya orang melalui dua tingkat analisa
1. Batasan sakit menurut orang lain
Orang orang disekitar individu yang sakit mengenali gejala sakit pada diri individu
tersebut dan mengatakan bahwa dia sakit dan perlu mendapatpengobatan. Penilaian
orang lain ini sangat besar artinya pada anak-anak dan pada orang dewasa yang
menolak dirinya sakit.
2. Batasan sakit menurut diri sendiri
Individu itu sendiri mengenali gejala penyakitnya dan menentukan apakah dia
akanmencari pengobatan atau tidak.
3
Dibawah ini proses pencarian pengobatan dari perilaku sakit yang dinilai dari segi
individu :
1. Shopping, adalah proses pencarian alternatif sumber pengobatan guna menemukan
seseorang yang dapat memberikan diagnosa dan pengobatan sesuai harapan si
penderita.
2. Fragmentation adalah proses pengobatan oleh beberapa fasilitas pada lokasi yang
sama. Contoh : berobat ke dokter.
3. Procrastination ialah proses penundaan pencarian pengobatan meskipun penyakitnya
sudah dirasakan.
4. Self medication ialah pengobatan sendiri dengn menggunakan berbagai ramuan atau
obat-obatan yang dinilai tepat baginya.
5. Dicontinuity adalah penghentian proses pengobatan.
2.3Penyebab Perilaku Sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa
penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut :
1. Dikenal dan dirasakan nyata tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal.
2. Anggapan dan gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya.
3. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan
keluarga,hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
4. Frekuensidanpersisten (terus-menerus, menetap) tandadangejala yang dapatdilihat.
5. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit.
6. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit.
7. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas ,tenaga, obatobatan, biaya, dan transportasi.
Menurut Sri KusmiyatidanDesmaniarti (1990), terdapat 6 perilaku orang sakit yang
dapatdiamati, yaitu:
1. Fearfullness (merasa ketakutan), umumnya individu yang sedang sakit memiliki
perasaan takut. Bentuk ketakutannya, meliputi takut penyakitnya tidak sembuh,
takut mati, takut mengalami kecacatan, dan takut tidak mendapat pengakuan dari
lingkungan sehingga merasa diisolasi.
2. Regresi, salah satu perasaan yang timbul pada orang sakit adalah ansietas
(kecemasan). Untuk mengatasi kecemasan tersebut, salah satu caranya adalah
dengan regresi (menarikdiri) dari lingkungannya.
3. Egosentris, mengandung arti bahwa perilaku individu yang sakit banyak
mempersoalkan tentang dirinya sendiri. Perilaku egosentris, ditandai dengan hal
hal berikut : Hanya ingin menceritakan penyakitnya yang sedang diderita, Tidak
ingin mendengarkan persoalan orang lain, hanya memikirkan penyakitnya sendiri,
Senang mengisolasi dirinya baik dari keluarga, lingkungan maupun kegiatan.
4. Terlalu memperhatikan persoalan kecil, yaitu perilaku individu yang sakit dengan
melebih lebihkan persoalan kecil. Akibatnya pasien menjadi cerewet, banyak
menuntut, dan banyak mengeluh tentang masalah sepele. Reaksi emosional tinggi,
yaitu perilaku individu yang sakit ditandai dengan sangat sensitive terhadap hal
hal remeh sehingga menyebabkan reaksi emosional tinggi.
5. Perubahan persepsi terhadap orang lain, karena beberapa factor diatas, seorang
penderita sering mengalami perubahan persepsi terhadap orang lain.
6. Berkurangnya minat, individu yang menderita sakit di samping memiliki rasa
cemas juga kadang kadang timbul stress. Faktor psikologis inilah salah satu sebab
berkurangnya minat sehingga ia tidak mempunyai perhatian terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungannya.
2.4Faktor Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
1. Faktor Internal
a. Persepsi
Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami.Klien akan segera
mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat mengganggu rutinitas kegiatan
sehari-hari.Misalnya: Tukang Kayu yang menderita sakit punggung, jika ia merasa
hal tersebut bisa membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan
segera mencari bantuan.Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai
akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang serius,
akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari bantuan.
b. Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsipada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya akan segera
mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang diberikan.Sedangkan pada
penyakit kronik biasanya berlangsung lama (>6 bulan) sehingga jelas dapat
mengganggu fungsi diseluruh dimensi yang ada.
2. Faktor Eksternal
a. Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh
danPerilaku Sakit.Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan pecah-pecah
mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada orang dengan serak
tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain terhadap gejala bibir pecahpecah yang dialaminya.
b. Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau
justrumeyangkal potensi terjadinya suatu penyakit.Misalnya: Ada 2 orang wanita,
sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua kelompok sosial
yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada Payudaranya saat melakukan
SADARI. Kemudian mereka mendiskusikannya dengan temannya masing-masing.
Teman Ny. A mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny.B mungkin akan mengatakan
itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke dokter.
c. Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana menjadi sehat,
mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian perawat perlu memahami
latar belakang budaya yang dimiliki klien.
d. Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat tanggap
terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan segera mencari
pertolongan ketika merasa ada gangguan pada kesehatannya.
e. Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain sering
mempengaruhi
kecepatan
mereka
dalam
memasuki
sistem
pelayanan
b.
c.
Respon emosional.
Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejal penyakit dan dapat mengancam
kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan.
2. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan melakukan
konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok sosialnya bahwa ia benarbenar sakit sehingga harus diistirahatkan dari kewajiban normalnya dan dari harapan
terhadap perannya.
Menimbulkan perubahan emosional seperti: menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau sederhana
tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan perkiraan lama sakit.
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas normalnya,
semakin parah sakitnya, semakin bebas.
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikan dengan perubahan jadwal sehari-hari.
Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia bekerja, rumah
maupun masyarakat.
5. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-tiba,
misalnya penurunan demam.
Penyembuhan yang tidak cepat, menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih
lama sebelum kembali ke fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien melewatinya
dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama.
penyakit
berat,
apalagi
jika
mengancam
kehidupannya.dapat
menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang lebih luas, seperti ansietas, syok,
penolakan, marah, dan menarikdiri.
Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga terhadap
stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau organ tertentu)
Kapasitas adaptasi
Kecepatan perubahan
10
konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan kurang bisa terobservasi
dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan anggota
keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep diri karena sakitnya
mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan
BAB III
KESIMPULAN
Dari beberapa materi materi yang kami paparkan dalam makalah yang kami buat,
kami menarik beberapa kesimpulan, yaitu : Perilaku sakit dapat diartikan sebagai segala
bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh
kesembuhan.Dalam hal ini seseoran harus mengethui factor faktoe yang mempengaruhi
11
perilaku sakit, dampak perilaku nya serta penyebab perilaku sakit. Ada dua faktor utama
yang menentukan perilaku sakit yakni ,
1. Persepsi atau definisi individu tentang suatu situasi atau penyakit
2. Kemampuan individu untuk melawan serangan penyakit tersebut
Persepsi merupakan perlakuan yang melibatkan penafsiran melalui proses
pemikiran tentang apa yang dilihat, dengar, alami atau dibaca, sehingga persepsi sering
mempengaruhi tingkah laku, percakapan serta perasaan seseorang. Persepsi yang positif
akan mempengaruhi rasa puas seseorang dalam bentuk sikap dan perilakunya terhadap
pelayanan kesehatan, begitu juga sebaliknya persepsi negatif akan ditunjukkan melalui
kinerjanya
DAFTAR PUSTAKA
12
13