Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEBIJAKAN NASIONAL TERKAIT PERAWATAN PALIATIF

MATA KULIAH KEPERAWATAN PALIATIF


DAN MENJELANG AJAL
Dosen Pengampuh : Ns. Nur Anisah S.Kep. M.Kep.Sp.KJ

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :

1. Patricia Paeri (KP1901383)


2. Penike Degei ( KP1901384)
3. Priwanti ( KP1901385 )
4. Priyanka Zenith Aqshal ( KP1901386)
5. Salsabila Putri Roserina ( KP1901390)
6. Siti Sri Wahyuningsih ( KP1901392)
7. Stevania Naru (KP1901393)

PRODI ILMU KEPERAWATAN


STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb, Syalom, Salam Sejahtera bagi kita semua, Om swastiastu,
Namo buddhaya, Salam kebajikan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “ Makalah Kebijakan Nasional Terkait
Perawatan Paliatif “ dengan baik meskipun masih banyak kekurangan didalamnya.
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Semoga
makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalah kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta, 19 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I.......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah........................................................................................................5
C. Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI.................................................................................................................6
A. Kebijakan Nasional dan Tujuan Program Perawatan Paliatif.......................................6
B. Prinsip Program Paliatif...............................................................................................6
C. Sasaran Program Perawatan Paliatif (Paliatif Care).....................................................6
D. Landasan Hukum Perawatan Paliatif (Paliatif Care)....................................................7
E. Kebijakan Perawatan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia............................................7
F. Pembinaan dan Pengawasan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia.................................8
G. Pengembangan dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif (Paliatif Care)....................8
H. Pendanaan Perawatan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia...........................................8
I. Parafrase Implikasi Kebijakan Nasional Terkait Paliatif Care......................................8
J. Analisa Jurnal Metode SWOT pada Pelatihan Manajemen Gizi dan Perawatan Paliatif
pada Relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan Semarang........................................12
BAB III..................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................14
Kesimpulan............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia, khususnya untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY), jumlah kasus penyakit terminal setiap tahunnya semakin meningkat. Angka
morbiditas penyakit menular pada kasus HIV tahun 2017 meningkat menjadi 2676
pada laki-laki dan 1261 pada perempuan, serta yang sudah positif AIDS adalah 985
pada laki-laki dan 490 pada perempuan. Sedangkan angka morbiditas penyakit
tidak menular pada tahun 2017 yaitu kasus hipertensi tercatat 20.309 kasus untuk
STP Puskesmas dan 12.962 kasus hipertensi baru untuk STP Rawat Jalan Rumah
Sakit, kasus penyakit jantung yaitu infark miokard akut sebanyak 1.650 kasus,
infark miokard subsequent 645 kasus, jantung hipertensi 3.505 kasus, serta jantung
dan ginjal hipertensi sebanyak 111 kasus, kasus diabetes melitus sebanyak 8.321
kasus untuk STP puskesmas, serta kasus neoplasma ganas payudara terlihat paling
tinggi jika dibandingkan dengan kasus baru neoplasma lainnya baik di rawat jalan
(1.564 kasus) maupun rawat inap (823 kasus). Sementara itu, kasus baru
Neoplasma Ganas Serviks Uteri di rawat jalan tercatat 486 kasus dan untuk rawat
inap sebanyak 194 kasus (Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta, 2017).
Penderita penyakit terminal selain memerlukan pengobatan untuk fisiknya,
juga memerlukan dukungan terhadap kebutuhan psikologis, social dan spiritualnya,
supaya penderita dapat tetap mempunyai kualitas hidup yang baik sehingga
kalaupun benar-benar tidak mengalami kesembuhan, penderita tetap dapat
melewati akhir kehidupannya dengan tenang, sejahtera, beriman dan bermartabat.
World Health Organization (WHO) mencanangkan program terapi holistik yang
menyentuh semua dimensi itu yang disebut sebagai perawatan paliatif (palliative
care). Perawatan paliatif adalah suatu pendekatan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa maupun anak-anak) dan keluarga
dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan
penderita dari rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan
penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau
spiritual (Connor dan Bermedo (ed), 2014).
4
Hingga saat ini, rumah sakit yang memiliki fasilitas pelayanan perawatan
paliatif terbatas pada 5 (lima) kota besar yaitu DKI Jakarta (RSCM dan RS Kanker
Dharmais), DIY (RS Dr. Sardjito), Surabaya (RSUD Dr. Soetomo), Denpasar (RS
Sanglah) dan Makassar (RS Wahidin Sudirohusodo). Jumlah tenaga kesehatan di
Indonesia yang mampu memberikan pelayanan paliatif pun masih sangat terbatas.
Hal ini disebabkan karena sikap yang kurang suportif, dan kurangnya antusiasme
dan persepsi mengenai perawatan paliatif dari para tenaga kesehatan professional,
serta rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman tenaga kesehatan dan
masyarakat terhadap pentingnya perawatan paliatif (Rochmawati, 2016; Putranto et
al, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Kebijakan Nasional dan tujuan dari Program
Perawatan Paliatif
2. Bagaimana kebijakan nasional perawatan paliatif ?
3. Bagaimana Analisa Jurnal Metode SWOT pada Pelatihan Manajemen Gizi dan
Perawatan Paliatif pada Relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan
Semarang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Kebijakan Nasional dan tujuan dari Program Perawatan
Paliatif
2. Untuk mengetahui kebijakan nasional perawatan paliatif
3. Untuk mengetahui Analisa Jurnal Metode SWOT pada Pelatihan Manajemen
Gizi dan Perawatan Paliatif pada Relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan
Semarang

5
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kebijakan Nasional dan Tujuan Program Perawatan Paliatif


Kebijaksanaan Nasional yaitu merupakan kebijaksanaan negara yang bersifat
fundamental dan strategis dalam mencapai tujuan nasionall negara sebagaimana
tertera dalam Undang Undang Dasar 1945. Tujuan Program Perawatan Paliatif
(Paliatif Care) terbagi 2 yaitu tujuan umum dan khusus.
a) Tujuan umum: Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di
Indonesia
b) Tujuan khusus:
1. Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku
di seluruh Indonesia
2. Tersusunnya pedoman-pedoman pelaksanaan juklak perawatan paliatif.
3. Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih.
4. Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan.

B. Prinsip Program Paliatif


Prinsip tersebut di bawah ini merupakan acuan dalam melaksanakan program
paliatif pasien kanker (Adaptasi WHO, 2007):
a. Menghilangkan nyeri dan gejala fisik lain.
b. Menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal.
c. Tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian.
d. Mengintegrasikan aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual.
e. Memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin.
f. Memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita.
g. Menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan
keluarganya.
h. Menghindari tindakan yang sia sia. I. Bersifat individual tergantung kebutuhan
pasien

C. Sasaran Program Perawatan Paliatif (Paliatif Care)


Menurut Pedoman Paliatif Care Kanker, Sasaran program paliatif meliputi tenaga
kesehatan termasuk perawat dan tenaga lain yang terlibat termasuk relawan, dan
keluarga pasien.Menurut Kepmenkes No. 812/Menkes SK VII 2007, Sasaran
program paliatif meliputi:
1. Seluruh pasien (dewasa dan anak) dan anggota keluarga, lingkungan yang
memerlukan perawatan paliatif di mana pun pasien berada di seluruh Indonesia.
2. Pelaksana perawatan paliatif: dokter, perawat, tenaga kesehatan lainnya dan
tenaga terkait lainnya.
3. Institusi-institusi terkait, misalnya:
a. Dinas kesehatan propinsi dan dinas kesehatan kabupaten kota

6
b. Rumah Sakit pemerintah dan swasta
c. Puskesmas
d. Rumah perawatan/hospis
e. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta lain.

D. Landasan Hukum Perawatan Paliatif (Paliatif Care)


1. Keputusan Menteri Kesehatan RI no 604/Menkes/SK/IX/1989 tentang Pokok-
Pokok Penanggulangan Penyakit Kanker di Indonesia;
2. Undang-undang nomor 23 tahun 2002, tentang Perlindungan Anak
3. Undang-undang nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan;
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1116/Menkes/SK//VIII/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1479/Menkes/SK/ /X/2003 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular
dan Penyakit Tidak Menular Terpadu;
6. Undang-undang nomor 29 tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 430/Menkes/SK/IV/ 2007 tentang
Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker
8. Keputusan Menteri Kesehatan nomor 812/Menkes/SK/VII 2007 tentang
Kebijakan Perawatan Paliatif,
9. Undang-undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
10. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 144tahun 2009, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia nomor 5063)
11. Undang-undang nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
12. Peraturan Presiden nomor 5 tahun 2010 tentang Rencana Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014
13. Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 1144/ Menkes/Per/VIII/2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kese-hatan;
14. Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK 03.01/160/1/2010
15. tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014; 16.
Undang-undang nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial;
16. Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2012 ter ng Sistem Kesehatan Nasional

E. Kebijakan Perawatan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia


1. Kebijakan
Program Paliatif yang efektif akan tercapai jika didukung komitmen pemangku
kebijakan dengan pendekatan kesehatan masyarakat, melalui:
a. Integrasi layanan paliatif dalam sistem kesehatan nasional.
b. Ketersediaan layanan professional serta pemberdayaan masyarakat.
c. Ketersediaan sarana dan prasarana terutama untuk pengelolaan nyeri dan
gejala psikologis.
d. Aksesibilitas setiap pasien yang memerlukan program paliatif.
e. Program paliatif dilakukan mulai dari RS hingga masyarakat.
2. Strategi
7
a. Mendorong sistem pembiayaan kesehatan bagi progr paliatif.
b. Menjamin pelayanan paliatif pada institusi fasilitas pelayanan kesehatan.
c. Menyiapkan tenaga profesional pada program paliatif.
d. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program paliatif.
e. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran masyarakat
untuk menyebarluasan informasi kepada masya-rakat tentang program
paliatif
f. Menjamin aksesibilitas masyarakat terhadap program paliatif yang
berkualitas melalui peningkatan sumber daya manusia dan penguatan
institusi serta standarisasi pelayanan.

F. Pembinaan dan Pengawasan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia


Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang dengan
melibatkan perhimpunan profesi/keseminatan terkait. Pembinaan dan pengawasan
tertinggi dilakukan oleh Departemen Kesehatan.

G. Pengembangan dan Peningkatan Mutu Perawatan Paliatif (Paliatif Care)


Untuk pengembangan dan peningkatan mutu perawatan paliatif diperlukan:
1. Pemenuhan sarana, prasarana dan peralatan kesehatan dan non kesehatan.
2. Pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan/Continuing Professional
Development untuk perawatan paliatif (SDM) untuk jumlah, jenis dan kualitas
3. Menjalankan program keselamatan pasien patient safety.

H. Pendanaan Perawatan Paliatif (Paliatif Care) di Indonesia


Pendanaan yang diperlukan untuk:
1. Pengembangan sarana dan prasarana
2. Peningkatan kualitas SDM pelatihan
3. Pembinaan dan pengawasan
4. Peningkatan mutu pelayanan.
Sumber pendanaan dapat dibebankan pada APBN/APBD dan sumber-sumber lain
yang tidak mengikat. Untuk perawatan pasien miskin dan PNS dapat dimasukan
dalam skema Askeskin dan Askes.

I. Parafrase Implikasi Kebijakan Nasional Terkait Paliatif Care

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 2009

TENTANG RUMAH SAKIT

A. Pengertian Rumah Sakit

8
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelengarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat (Pasal 1)

B. Asas dan Tujuan

Rumah sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada nilai


kemanusiaan, etika, dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti
dikriminasi, pemerataan, perlindungan dan keslamatan pasien serta mempunyai
fungsi sosial (Pasal 2)

C. Tugas dan Fungsi

 Penyelengaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai


dengan standar pelayanan rumah sakit
 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
 Penyelengaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka
peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan
 Penyelangaraan penelitian dan pengembangan serta pencapaian teknologi
bidang kesehatan
Parafase dari UU tersebut :
Rumah Sakit adalah salah satu pelayanan kesehatan yang dibutuhkan. Fungsi
rumah sakit salah satunya yaitu membantu individu atau klien untuk
menyembuhkan penyakit. Rumah Sakit dibagi 3 sesuai untuk kebutuhan individun
nyaa yaitu Rawat Inap, Rawat Jalan dan Gawat Darurat.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 72 TAHUN 2012

TENTANG

SISTEM KESEHATAN NASIONAL

A. Pengertian Kesehatan

Dalam Peraturan Presiden ini yang dimaksud dengan:


9
1. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis (Pasal 1)

2. Pengelolaan kesehatan diselenggarakan melalui pengelolaan

administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya kesehatan,

upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta dan

pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang

kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan

saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan

yang setinggi-tingginya.

3. Pengelolaan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah dengan

memperhatikan otonomi daerah dan otonomi fungsional di bidang

kesehatan

Parafase dari UU tersebut : Menurut UU diatas kesehatan yang dimaksud yaitu


keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Individu berhak untuk dijamin tercapainya derajat kesehatan yang baik dan
setinggi tinggi nya.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 812/Menkes/SK/VII/2007

TENTANG KEBIJAKAN KEPERAWATAN PALIATIF

A. Pengertian

Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup


pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit
yang dapat mengancam jiwa melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi
10
dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah masalah lain : fisik,
psikososial, dan spiritual. (Sumber referensi WHO, 2002).

B. Tujuan dan Sasaran Kebijakan

1. Tujuan kebijakan secara umum


 Sebagai payung hukum dan arahan bagi perawatan paliatif di indonesia
2. Tujuan kebijakan secara khusus
 Terlaksananya perawatan paliatif yang bermutu sesuai standar yang berlaku di
seluruh indonesia
 Tersusunnya pedoman pedoman pelaksanaan atau juklak perawatan paliatif
 Tersedianya tenaga medis dan non medis yang terlatih
 Tersedianya sarana dan prasarana yang diperlukan

C. Tantangan dan Peluang dalam keperawatan paliatif

 Tantangan : Keadaan sarana pelayanan perawatan perawatan paliatif di


indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu, komperhensif dan hilistik maka
diperlukan kebijakan perawatan paliatif di indonesia yang memberikan arah
bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelengarakan pelayanan perawatan
paliatif.
 Pelayanan di indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit
yang sulit disembuhkan terutama pada stadium lanjut dimana prioritas
pelayanan tidak hanya pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai
kualitas hidup yang terbaik bagi pasien dan keluarga
 Peluang : Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui sistem berjenjang
dengan melibatkan perhimpunan profesi atau keseminatan terkait.

Parafase dari UU tersebut


Di Indonesia perawatan pada pasien paliatif masih belum memadai mulai dari sarana
dan prasana yang ada di Rs, tetapi dirumah sakit Indonesia sudah ada bebrapa sarana
yang menyediakan ruangan untuk pasien pasien paliatif. Tujuan kep paliatif yaitu
meningkatkan kualitas hidup pasien bukan hanya kualitas hidup pasien saja tetapi
kualitas hidup keluarga atau klien juga. Dimana kep paliatif ini mempelajari secara
11
holistik dan menyeluruh mulai dari kebutuhan biologis, psikologis, kultural, sosial dll
pasien.

J. Analisa Jurnal Metode SWOT pada Pelatihan Manajemen Gizi dan


Perawatan Paliatif pada Relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan
Semarang
1. Kekuatan (Strength) : Terdapat peningkatan pengetahuan kurir mengenai
perawatan paliatif dan manajemen gizi.. Kegiatan pelatihan dirasakan
banyak memberi manfaat bagi kurir (relawan) dan keluarga pasien yang
mengikuti pelatihan karena mereka belum pernah mengikuti kegiatan serupa
dengan materi yang sama
2. Kelemahan (Weakness) : Perawatan paliatif merupakan bagian penting dalam
perawatan pasien terminal yang dapat dilakukan secara sederhana dan
menjadi prioritas utama perawat untuk meningkatkan kualitas hidup baik
untuk pasien maupun keluarganya.Apabila ditinjau dari besarnya kebutuhan
dari pasien, jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan
paliatif juga masih terbatas.Keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di
Indonesia masih belum merata sedangkan pasien memiliki hak untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu, komprehensif dan holistic. Terdapat
beberapa relawan (biasanya disebut “kurir”) yang bertanggung jawab atas
pasien dampingan di Rumah Singgah tersebut, sehingga kurir inilah yang
berhubungan dekat dengan pasien dan keluarga pada saat itu.Sejauh ini,
pasien kanker beserta keluarga hanya mendapatkan arahan atau saran dari
dokter mengenai penyakitnya saat kunjungan pada kontrol, namun dalam
segi pengaturan asupan makan dan dukungan spiritual berupa perawatan
paliatif belum diberikan secara mendalam dan terperinci sesuai kondisi
individu masing-masing. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan intervensi baik
dari segi gizi maupun perawatan paliatif terhadap pasien kanker untuk
meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Kesempatan (Opportunity) : Kegiatan dengan bentuk pelatihan akan memberi
kesempatan kepada peserta untuk mengalami proses belajar secara lebih
lengkap dan komprehensif melalui kegiatan yang memfasilitasi pengembangan
ranah kognitif, afektif atau emosi, dan keterampilan (skill). Hal inisebagaimana
dinyatakan oleh Afiatin et al. (2013) bahwa pelatihan merupakan salah satu
carapengembangan sumber daya manusia. Pengembangan dilakukan untuk
mengembangkan individu pada saat ini dan masamendatang oleh pelatih
dengan memberikesempatan belajar untuk mereka. Seorangpelatih disebut
fasilitator yang berarti orang yang membantu orang lain untuk
belajarmeningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Melalui kegiatan
pelatihan Magizpare ini, kurir Rumah Singgah Sedekah Rombongan merasa
mendapat pengetahuan dan keterampilan baru yang sebelumnya belum pernah
diperoleh.Dengan adanya pengetahuan tentang gizi dan perawatan paliatif,
kurir dapat mengoptimalkan perannya sebagai kurir terhadap pasien
12
kanker.Berikut adalah kutipan pernyataan kurir terkait kegiatan yang telah
dilaksanakan.
4. Ancaman (Threat) : Pendidikan gizi yang bersifat langsung dapat
dilaksanakan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok,
sedangkan pendidikan gizi tidak langsung dapat melalui media massa, buku
bacaan, elektroknik, leaflet dan sebagainya. Menurut Nejad (2005)
keberhasilan pendidikan gizi secara langsung tergantung dari cara
penyampaian, penyampai pesan,penerima pesan dan tempat berlangsungnya
konseling. Menurut Klein (1996), komunikasi tatap muka dengan penerima
pesan lebih efektif digunakan untuk menyampaikan pesan perubahan. Sehingga
kami khawatir jika peserta tidak paham dengan apa yang kita sampaikan

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kebijaksanaan Nasional yaitu merupakan kebijaksanaan negara yang bersifat
fundamental dan strategis dalam mencapai tujuan nasionall negara sebagaimana tertera
dalam Undang Undang Dasar 1945. Tujuan Program Perawatan Paliatif (Paliatif Care)
terbagi 2 yaitu tujuan umum dan khusus. Landasan Hukum Perawatan Paliatif (Paliatif
Care) antara lain Keputusan Menteri Kesehatan RI no 604/Menkes/SK/IX/1989 tentang
Pokok-Pokok Penanggulangan Penyakit Kanker di Indonesia, Undang-undang nomor 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan. pada penelitian pelatihan manajemen gizi dan perawatan paliatif pada
relawan rumah singgah sedekah rombongan semarang Terdapat peningkatan
pengetahuan kurir mengenai perawatan paliatif dan manajemen gizi.. Kegiatan
pelatihan dirasakan banyak memberi manfaat bagi kurir (relawan) dan keluarga
pasien yang mengikuti pelatihan karena mereka belum pernah mengikuti kegiatan serupa
dengan materi yang sama.

14
DAFTAR PUSTAKA
Adhisty, Effendy, Setiyarini. (2016). Pelayanan Paliatif pada Pasien Kanker di RSUP Dr. Sadjito
Yogyakarta. Tesis. etd.repository.ugm.ac.id/.../95916/.../S2-2016-352965-
abstract.pdfUndang-undang nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
Bruera, E., & Yennurajalinggam, S. (2016). The palliative care team. Oxford American
Handbook of Hospice and Palliative Medicine and Supportive Care. USA: Oxford
University Press
Keputusan Menteri Kesehatan nomor 812/Menkes/SK/VII 2007 tentang Kebijakan
Perawatan Paliatif,
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 430/Menkes/SK/IV/ 2007 tentang Pedoman
Pengendalian Penyakit Kanker
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
Kesehatan Nasional

15

Anda mungkin juga menyukai