Anda di halaman 1dari 49

Keperawatan

komunitas 2

ANALISIS JURNAL TENTANG ASKEP AGREGAT DALAM


KOMUNITAS : KESEHATAN LANSIA MENGGUNAKAN METODE
PICO
Rivaldo Da Costa Dos Reis ( KP1901387 )
Salsabilla Putri Roserina ( KP1901390 )
Siti Sri Wahyuningsih ( KP1901392 )
Stevania Naru ( KP1901393 )
Sumiati ( KP1901394 )
Suzana Noiva C. Amaral ( KP1901395 )
JUDUL JURNAL

“PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO


HIPERTENSI PADA AGREGAT LANSIA
MELALUI KUNJUNGAN RUMAH”
ANALISA JURNAL PICO

POPULATION/PROBLEM/PATIENT

Populasi atau Population : sebanyak 176 Lansia

Problem atau Masalah : Pengendalian Faktor Risiko


Hipertensi pada Agregat Lansia

Patient/Pasien : Lansia berusia 60 tahun keatas, tidak


mengalami tuna rungu dan wicara, lansia dengan
hipertensi primer, tidak mengalami dimensia, tidak
mengalami gangguan jiwa, tidak mengalami penurunan
kesadaran.
INTERVENTION
Pelayanan kesehatan melalui kunjungan rumah yang diberikan
antara lain pendidikan kesehatan, coaching, dan konseling,
pembentukan kelompok swabantu dan pemberian terapi
keperawatan yang ditujukan kepada masyarakat khususnya
agregat lansia dengan hipertensi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dialami. Pengendalian faktor risiko hipertensi
yang mencakup pengaturan diet, pembatasan perilaku
merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah dan
pengaturan olahraga bagi lansia sangat penting dilakukan
untuk meningkatkan kesehatan lansia terutama lansia yang
tinggal di masyarakat.
COMPARASION/PERBANDINGAN JURNAL

Jurnal 1 : PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA AGREGAT


LANSIA MELALUI KUNJUNGAN RUMAH
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan
pendekatan cross sectional. Melalui teknik cluster random sampling
diperoleh 176 lansia yang terbagi dalam kelompok yang mendapatkan
kunjungan rumah dan yang tidak. Data dianalisis dengan chi square,
independent t-test dan Mann Withney test.
Adapun hasil pembahasan dari jurnal 1 :
Perbedaan pembatasan perilaku merokok pada agregat lansia yang sudah
dan belum mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil riset menunjukkan adanya perbedaan perilaku membatasi merokok
yang signifikan pada agregat lansia dengan hipertensi antara yang sudah
dengan yang belum mendapatkan kunjungan rumah, pembatasan perilaku
merokok lebih banyak dilakukan oleh lansia dengan hipertensi yang sudah
mendapatkan kunjungan rumah dari pada lansia yang belum mendapatkan
kunjungan rumah.
Perbedaan tingkat stres pada agregat lansia yang sudah dan
belum mendapatkan kunjungan rumah.
Rata-rata tingkat stres lansia yang belum mendapatkan
kunjungan rumah lebih tinggi dari pada lansia yang sudah
mendapatkan kunjungan rumah.

Perbedaan tekanan darah pada agregat lansia yang sudah dan


belum mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada perbedaan
tekanan darah baik sistolik maupun diastolik pada agregat lansia
dengan hipertensi antara yang sudah dengan yang belum
mendapatkan kunjungan rumah
Perbedaan pengaturan perilaku berolahraga pada agregat lansia yang
sudah dan belum mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil riset menggambarkan bahwa pada lansia yang sudah mendapatkan
kunjungan

Perbedaan pengaturan diet pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
pengaturan diet pada agregat lansia dengan hipertensi antara yang sudah
dengan yang belum mendapatkan kunjungan rumah

Perbedaan status gizi pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapat kunjungan rumah.
Rata-rata status gizi lansia menggambarkan bahwa baik pada lansia yang
sudah maupun yang belum mendapatkan kunjungan rumah rata-rata
status gizinya adalah normal.
Perbedaan manajemen stres pada agregat lansia yang sudah dan belum
mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil riset menggambarkan bahwa lansia yang mampu melakukan
manajemen stress dalam upaya mengendalikan hipertensi lebih banyak
dapat dilakukan oleh lansia yang sudah mendapatkan kunjungan rumah
dari pada lansia yang belum mendapatkan kunjungan rumah.

Perbedaan pengendalian tekanan darah pada agregat lansia yang sudah


dan belum mendapatkan kunjungan rumah.
Hasil riset yang diperoleh menggambarkan bahwa pada lansia yang sudah
mendapatkan kunjungan rumah lebih banyak yang rutin melakukan
pengendalian tekanan darah dibandingkan lansia yang belum
mendapatkan kunjungan rumah.
Jurnal 2 : “GAMBARAN PENERAPAN NEUMAN SYSTEM MODEL PADA AGREGAT
LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA WANAJAYA WILAYAH KERJA PUSKESMAS
WANARAJA KABUPATEN GARUT”

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi


dalam penelitian ini adalah lansia di Desa Wanajaya pada bulan
November 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara
cluster sampling, sehingga didapatkan 94 lansia yang tinggal di
Desa Wanajaya wilayah kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten
Garut. Hasil penerapan Neuman System Model dalam pengkajian
agregat lansia dengan masalah hipertensi meliputi lima aspek
yaitu aspek perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial-kultural
dan spiritual.
Pada aspek fisiologis, peneliti melihat hal yang berkaitan dengan kondisi
fisiologis lansia dengan masalah hipertensi

Pada aspek psikologis, peneliti melihat koping dan dukungan lansia

Pada aspek sosial kultural, peneliti melihat hubungan sosial lansia dengan
keluarga dan dengan tetangga sekitar, keaktifan lansia dalam kegiatan di
masyarakat, kunjungan lansia ke posbindu, pemanfaatan pelayanan
kesehatan, jenis pelayanan kesehatan, cakupan informasi mengenai
hipertensi, sumber informasi, budaya konsumsi asin pada lansia, budaya
yang bertentangan dengan upaya penanggulangan hipertensi, dan
kepercayaan lansia terhadap obat tradisional.
Pada aspek perkembangan lansia, peneliti melihat seluruh hal yang
berkaitan dengan perkembangan lansia yang meliputi usia, jenis kelamin,
pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia terhadap hipertensi, penghasilan
lansia, dukungan ekonomi keluarga, riwayat hipertensi pada keluarga,
dukungan psikologis pada keluarga, aktivitas olahraga lansia.

Pada aspek spiritual. Pada aspek ini peneliti melihat spiritual lansia cukup
baik dibuktikan dengan sebanyak 99% rutin melakukan ibadah, 90% lansia
aktif mengikuti kegiatan keagamaan, dan 72% lansia terbiasa berdoa
sebagai salah satu upaya penyelesaian masalah. Spiritualitas yang baik
pada lansia mampu memberikan ketenangan batin dalam menghadapai
berbagai permasalahan yang ada. Kondisi spiritual lansia semakin
membaik seriring bertambahnya usia lansia sesuai dengan tahap
perkembangan lansia yang merupakan tahap akhir dari kehidupan
manusia.
OUTCOME

Pengendalian faktor risiko hipertensi yang dilakukan oleh lansia yang


sudah mendapatkan kunjungan rumah secara umum lebih baik dari pada
lansia yang belum mendapatkan kunjungan rumah. Upaya promotif dan
preventif yang dilakukan melalui kunjungan rumah dapat mengendalikan
faktor risiko hipertensi pada agregat lansia. Hal ini disebabkan karena
pada kegiatan Posbindu dan pelaksanaan kunjungan rumah telah
diberikan pendidikan kesehatan dan pemantauan terkait pengaturan
perilaku merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan darah, tingkat
stres, tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik bagi lansia.
Pengendalian faktor risiko hipertensi terkait pengaturan diet dan status gizi
masih kurang dilaksanakan oleh lansia.
AQY QUASTION ?
SEKIAN DAN
TERIMAKASIH
LAPORANANALI
SISJURNALTENTANGASKEPAGREGAT
DALAM KOMUNI
TAS:KESEHATANLANSI
AMENGGUNAKAN
METODEPI
CO

DosenPengampu:Ant
okNur
widiAnt
araS.
Kep.
,Ns.
,M.
Kep

Di
susunOl
ehKel
ompok3:

1
. Ri
val
doDaCost
aDosRei
s(KP1
901
387)
2.Sal
sabi
l
laPut
riRoser
ina(KP1
901
390)
3.Si
tiSr
iWahyuni
ngsi
h(KP1
901
392)
4.St
evani
aNar
u(KP1
901
393)
5.Sumi
ati(KP1
901
394)
6.SuzanaNoi
vaC.Amar
al(KP1
901
395)

PRODIS1KEPERAWATAN

STI
KESWI
RAHUSADAYOGYAKARTA

TAHUNAJARAN2022
KATAPENGANTAR

Dengan mengucapkan puj


idan syukurkehadi
rat
Al
l
ah SWT kar
ena ber
katpet
unj
uk dan hi
dayah-Nya
l
apor
ant
ent
ang“AsuhanKeper
awat
anAgr
egatdal
am
Komuni
tas :Kesehat
an Lansi
a” dapat di
sel
esai
kan
sesuaidenganj
adwal
yangdi
tent
ukan.

Akhi
rnyadengansegal
aker
endahanhat
iizi
nkanl
ah
penul
i
sunt
ukmenyampai
kanr
asaucapanTer
imakasi
hdan
penghar
gaanyangset
inggit
inggi
nyakepadasemuapi
hak
yangt
elahber
jasamember
ikanmot
ivasidal
am r
angka
menyel
esai
kanl
apor
ani
ni.Penul
i
sjugaBer
ter
imakasi
h
kepadasemuapi
hakyangt
elahmembant
udal
am
menyel
esai
kanl
apor
ani
nidengansebai
kbai
knyadandal
am
wakt
uyangt
elahdi
tent
ukan.Kamiber
har
apl
apor
ani
nidapat
menambahwawasanbel
ajarbagisemuamahasi
swa.

Akhi
rkat
apenul
i
smenyadar
ibahwamasi
hter
dapat
kekur
angan dal
am l
apor
an i
ni,unt
uk i
tu sar
an dan kr
it
ik
yangsi
fat
nyamembangunsangatpenul
i
shar
apkan.

Yogyakar
ta,1
7Mar
et
2022

Penul
i
s
JUDULJURNAL:“PENGENDALI
ANFAKTORRI
SIKOHI
PERTENSI
PADAAGREGATLANSI
AMELALUIKUNJUNGANRUMAH”

A.Pat
ient
,popul
ati
on,pr
obl
em
Popul
asiat
auPopul
ati
on:sebanyak1
76Lansi
a
Pr
obl
em at
auMasal
ah:Pengendal
i
anFakt
orRi
si
koHi
per
tensi
padaAgr
egatLansi
a
Pasi
en:Lansi
aber
usi
a60t
ahunkeat
as,t
idakmengal
amit
una
r
ungu dan wi
car
a,l
ansi
a dengan hi
per
tensipr
imer
,ti
dak
mengal
amidi
mensi
a,t
idakmengal
amigangguanj
i
wa,t
idak
mengal
amipenur
unankesadar
an.

B.I
nter
vent
ionat
auI
nter
vensi
Per
awat komuni
tas mer
upakan t
enaga kesehat
an yang
ber
per
an ut
ama dal
am pember
ian pel
ayanan per
awat
an
kesehat
andir
umah.Bent
ukpel
ayananyangdi
gunakandal
am
member
ikanasuhankeper
awat
ansesuaikebut
uhanagr
egat
l
ansi
a dir
umah adal
ah kunj
ungan r
umah (
Rice, 2001
).
Pel
ayanan kesehat
an mel
alui kunj
ungan r
umah yang
di
ber
ikan ant
aral
ain pendi
dikan kesehat
an,coachi
ng,dan
konsel
i
ng,pembent
ukankel
ompokswabant
udanpember
ian
t
erapi keper
awat
an yang di
tuj
ukan kepada masyar
akat
khususnya agr
egatl
ansi
a dengan hi
per
tensisesuaidengan
masal
ahkesehat
anyangdi
alami
.
Pengendal
i
an f
akt
or r
isi
ko hi
per
tensi yang mencakup
pengat
urandi
et,pembat
asanper
il
akumer
okok,manaj
emen
st
res,pengendal
i
ant
ekanandar
ahdanpengat
uranol
ahr
aga
bagil
ansi
a sangatpent
ing di
l
akukan unt
uk meni
ngkat
kan
kesehat
anl
ansi
ater
utamal
ansi
ayangt
inggal
dimasyar
akat
Pengendal
i
anf
akt
orr
isi
kopenyaki
thi
per
tensipadal
ansi
atel
ah
di
l
akukan ol
eh pet
ugas kesehat
an mel
aluiupaya pr
omot
if
,
pr
event
if
,kur
ati
fdanr
ehabi
l
itat
if
.Upayai
nidi
l
akukandisel
uruh
t
atanan pel
ayanan kesehat
an,bai
kinst
it
usi
onalmaupun non
i
nst
it
usi
onal
.Fat
ima(
2008)menyebut
kanbahwapengendal
i
an
f
akt
or r
isi
ko hi
per
tensi mencakup l
i
ma hal ut
ama yai
tu
menyei
mbangkangi
zi
,menghi
ndar
irokok,menghi
ndar
ist
res,
mengawasit
ekanan dar
ah dan ber
olahr
aga secar
ater
atur
.
Padmawi
nat
a(2001
)jugamenj
elaskani
ndi
kat
orut
amaunt
uk
meni
l
ai keber
hasi
l
an pengendal
i
an f
akt
or r
isi
ko hi
per
tensi
mencakup adanya pengat
uran di
et yang t
epat
, mampu
memi
nimal
i
sir st
resor yang t
erj
adi dal
am hi
dup dan
menunj
ukkan t
ekanan dar
ah yang nor
mal pada saat
pemer
iksaankesehat
an.

C.Compar
asi
on/
Per
bandi
ngan
Jur
nal1 : PENGENDALI
AN FAKTOR RI
SIKO HI
PERTENSI PADA
AGREGATLANSI
AMELALUIKUNJUNGANRUMAH
Penel
i
tian i
ni menggunakan desai
n deskr
ipt
if kompar
ati
f
dengan pendekat
an cr
oss sect
ional
.Mel
aluit
ekni
k cl
ust
er
r
andom sampl
i
ng di
per
oleh 1
76 l
ansi
a yang t
erbagidal
am
kel
ompokyangmendapat
kankunj
unganr
umahdanyangt
idak.
Dat
a di
anal
i
sis dengan chisquar
e,i
ndependentt
-testdan
MannWi
thneyt
est
Adapunpembahasandal
am j
urnal
1

Per
bedaan pembat
asan per
il
aku mer
okok pada agr
egat
l
ansi
ayangsudahdanbel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.

Hasi
l r
iset menunj
ukkan adanya per
bedaan per
il
aku
membat
asimer
okok yang si
gni
fi
kan pada agr
egat l
ansi
a
dengan hi
per
tensiant
ara yang sudah dengan yang bel
um
mendapat
kan kunj
ungan r
umah, pembat
asan per
il
aku
mer
okokl
ebi
hbanyakdi
l
akukanol
ehl
ansi
adenganhi
per
tensi
yangsudahmendapat
kankunj
unganr
umahdar
ipadal
ansi
a
yangbel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.
Per
bedaant
ingkatst
respadaagr
egatl
ansi
ayangsudahdan
bel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.
Rat
a-r
atat
ingkatst
resl
ansi
ayangbel
um mendapat
kan
kunj
unganr
umahl
ebi
hti
nggidar
ipadal
ansi
ayangsudah
mendapat
kankunj
unganr
umah.

Per
bedaant
ekanandar
ahpadaagr
egatl
ansi
ayangsudahdan
bel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.

Hasi
lanal
i
sis bi
var
iat menunj
ukkan bahwa ada per
bedaan
t
ekanandar
ahbai
ksi
stol
i
kmaupundi
ast
oli
kpadaagr
egatl
ansi
a
dengan hi
per
tensiant
ara yang sudah dengan yang bel
um
mendapat
kankunj
unganr
umah.

Per
bedaanmanaj
emenst
respadaagr
egatl
ansi
ayangsudah
danbel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.

Hasi
lri
set menggambar
kan bahwa l
ansi
a yang mampu
mel
akukan manaj
emen st
ress dal
am upaya mengendal
i
kan
hi
per
tensil
ebi
hbanyakdapatdi
l
akukanol
ehl
ansi
ayangsudah
mendapat
kankunj
ungan r
umahdar
ipadal
ansi
ayang bel
um
mendapat
kankunj
unganr
umah.

Per
bedaanpengendal
i
ant
ekanandar
ahpadaagr
egatl
ansi
a
yangsudahdanbel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.
Hasi
lri
setyangdi
per
olehmenggambar
kanbahwapadal
ansi
a
yangsudahmendapat
kankunj
unganr
umahl
ebi
hbanyakyang
r
uti
n mel
akukan pengendal
i
an t
ekanan dar
ah di
bandi
ngkan
l
ansi
ayangbel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.

Per
bedaan pengat
uran per
il
aku ber
olahr
aga pada agr
egat
l
ansi
ayangsudahdanbel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.
Hasi
lri
setmenggambar
kan bahwa pada l
ansi
a yang sudah
mendapat
kankunj
ungan.

Per
bedaan pengat
uran di
etpada agr
egatl
ansi
a yang sudah
danbel
um mendapat
kankunj
unganr
umah.
Hasi
l anal
i
sis bi
var
iat menunj
ukkan bahwa t
idak ada
per
bedaan pengat
uran di
etpada agr
egatl
ansi
a dengan
hi
per
tensi ant
ara yang sudah dengan yang bel
um
mendapat
kankunj
unganr
umah.Hasi
linidapatdi
sebabkan
kar
ena pada saatpencat
atan f
ood r
ecor
d sel
ama 2 har
i
penel
i
tit
idakmel
akukankont
roll
angsungt
erhadappengi
si
an
f
oodr
ecor
dsehi
nggamemungki
nkant
idaksemuamakanan
danmi
numanyangdi
konsumsil
ansi
adapatt
ercat
atsecar
a
l
engkap.

Per
bedaan st
atusgi
zipada agr
egatl
ansi
a yang sudah dan
bel
um mendapatkunj
unganr
umah.

Rat
a-r
atast
atusgi
zil
ansi
amenggambar
kanbahwabai
kpada
l
ansi
ayangsudahmaupunyangbel
um mendapat
kankunj
ungan
r
umahr
ata-r
atast
atusgi
zi
nyaadal
ahnor
mal
.memungki
nkan
t
idak semua makanan dan mi
numan yang di
konsumsil
ansi
a
dapatt
ercat
atsecar
alengkap.

Per
bedaan st
atusgi
zipada agr
egatl
ansi
a yang sudah dan
bel
um mendapatkunj
unganr
umah.

Rat
a-r
atast
atusgi
zil
ansi
amenggambar
kanbahwabai
kpada
l
ansi
ayangsudahmaupunyangbel
um mendapat
kankunj
ungan
r
umahr
ata-r
atast
atusgi
zi
nyaadal
ahnor
mal
.

Jur
nal2:“GAMBARANPENERAPANNEUMANSYSTEM MODEL
PADAAGREGATLANSI
ADENGANHI
PERTENSIDIDESAWANAJAYA
WI
LAYAHKERJAPUSKESMASWANARAJAKABUPATENGARUT”
Penel
i
tian i
ni mer
upakan penel
i
tian kuant
it
ati
f deskr
ipt
if
.
Popul
asidal
am penel
i
ti
ani
niadal
ahl
ansi
adiDesaWanaj
aya
pada bul
an November201
4.Pengambi
l
an sampeldi
l
akukan
dengancar
acl
ust
ersampl
i
ng,sehi
nggadi
dapat
kan94l
ansi
a
yang t
inggaldiDesa Wanaj
aya wi
l
ayah ker
ja Puskesmas
Wanar
ajaKabupat
enGar
ut.Hasi
lpener
apanNeumanSyst
em
Modeldal
am pengkaj
i
an agr
egat l
ansi
a dengan masal
ah
hi
per
tensimel
i
put
ili
ma aspek yai
tu aspek per
kembangan,
f
isi
ologi
s,psi
kol
ogi
s,sosi
al-kul
tur
aldanspi
ri
tual
.
Kesi
mpul
andar
ipenel
i
ti
ani
niadal
ahNeumanSyst
em Model
i
nisangatmemungki
nkanunt
ukdi
gunakandal
am pengkaj
i
an
pr
akt
ek keper
awat
an komuni
tas khususnya pada agr
egat
l
ansi
a dengan masal
ah hi
per
tensi
, kar
ena aspek
pengkaj
i
annya ber
sif
at hol
i
sti
k yang mel
i
put
ipengkaj
i
an
f
isi
ologi
s,psi
kol
ogi
s,sosi
alkul
tur
al,per
kembangan,dan
spi
ri
tual
.
Adapunpembahasanj
urnal
2

Pada aspek f
isi
ologi
s,penel
i
timel
i
hathalyang ber
kai
tan
dengan kondi
sif
isi
ologi
slansi
a dengan masal
ah hi
per
tensi
.
Sebagi
anbesarl
ansi
amer
asakant
andadangej
alahi
per
tensi
yang pal
i
ng umum seper
tipusi
ng dan kaku pada t
engkuk.
Sebanyak35% l
ansi
amengal
amihi
per
tensipadader
ajatI
,26%
l
ansi
a mengal
amihi
per
tensider
ajatI
I,21
% l
ansi
a mengal
ami
hi
per
tensider
ajatI
II
,dan 1
0% l
ansi
a memi
l
ikit
ekanan dar
ah
nor
mal
.Tekanan dar
ah pada l
ansi
a akan meni
ngkatsecar
a
f
isi
ologi
s sei
ri
ng ber
tambahnya usi
a l
ansi
a, akan t
etapi
menur
unkan t
ekanan dar
ah l
ansi
a hi
ngga pada 1
40/
85-90
mmHg pent
ing bagil
ansi
a unt
uk mencegah kompl
i
kasidar
i
hi
per
tensi
.

Padaaspekpsi
kol
ogi
s,penel
i
timel
i
hatkopi
ng dandukungan
l
ansi
a. Pada aspek i
ni penel
i
ti mendapat
kan kopi
ng dan
dukunganyangcukupbai
kbagil
ansi
a.
Kopi
ng dan dukungan yang cukup bai
k sangatber
per
an
pent
ing bagi l
ansi
a dal
am memper
bai
ki kesehat
annya
khususnyadal
am upayapenanggul
anganhi
per
tensi
.Kondi
si
psi
kol
ogi
s yang bai
k dapatmeni
ngkat
kan kesehat
an f
isi
k
l
ansi
a.

Pada aspek sosi


alkul
tur
al,penel
i
timel
i
hathubungan sosi
al
l
ansi
adengankel
uar
gadandengant
etanggaseki
tar
,keakt
if
an
l
ansi
a dal
am kegi
atan dimasyar
akat
,kunj
ungan l
ansi
a ke
posbi
ndu,pemanf
aat
anpel
ayanankesehat
an,j
eni
spel
ayanan
kesehat
an,cakupan i
nfor
masimengenaihi
per
tensi
,sumber
i
nfor
masi
,budaya konsumsiasi
n pada l
ansi
a,budaya yang
ber
tent
angan dengan upaya penanggul
angan hi
per
tensi
,dan
keper
cayaanl
ansi
ater
hadapobatt
radi
si
onal
.

Padaaspekper
kembanganl
ansi
a,penel
i
timel
i
hatsel
uruhhal
yangber
kai
tandenganper
kembanganl
ansi
ayangmel
i
put
iusi
a,
j
eni
skel
ami
n,penget
ahuan,si
kap,danper
il
akul
ansi
ater
hadap
hi
per
tensi
,penghasi
l
an l
ansi
a,dukungan ekonomikel
uar
ga,
r
iwayathi
per
tensipada kel
uar
ga,dukungan psi
kol
ogi
spada
kel
uar
ga,akt
ivi
tasol
ahr
agal
ansi
a.

Padaaspekspi
ri
tual
.Padaaspeki
nipenel
i
timel
i
hatspi
ri
tual
l
ansi
a cukup bai
k di
bukt
ikan dengan sebanyak 99% r
uti
n
mel
akukan i
badah, 90% l
ansi
a akt
if mengi
kut
ikegi
atan
keagamaan,dan 72% l
ansi
ater
biasaber
doasebagaisal
ah
sat
u upaya penyel
esai
an masal
ah.Spi
ri
tual
i
tas yang bai
k
pada l
ansi
a mampu member
ikan ket
enangan bat
in dal
am
menghadapaiber
bagaiper
masal
ahan yang ada. Kondi
si
spi
ri
tuall
ansi
asemaki
nmembai
kser
ir
ingber
tambahnyausi
a
l
ansi
a sesuaidengan t
ahap per
kembangan l
ansi
a yang
mer
upakant
ahapakhi
rdar
ikehi
dupanmanusi
a.
D.Out
come/
Hasi
l

Pengendal
i
anf
akt
orr
isi
kohi
per
tensiyangdi
l
akukanol
ehl
ansi
a
yangsudahmendapat
kankunj
unganr
umahsecar
aumum l
ebi
h
bai
k dar
ipada l
ansi
a yang bel
um mendapat
kan kunj
ungan
r
umah.Upaya pr
omot
ifdan pr
event
ifyang di
l
akukan mel
alui
kunj
unganr
umahdapatmengendal
i
kanf
akt
orr
isi
kohi
per
tensi
padaagr
egatl
ansi
a.Hali
nidi
sebabkankar
enapadakegi
atan
Posbi
ndu dan pel
aksanaan kunj
ungan r
umah t
elah di
ber
ikan
pendi
dikan kesehat
an dan pemant
auan t
erkai
t pengat
uran
per
il
aku mer
okok,manaj
emen st
res,pengendal
i
an t
ekanan
dar
ah,t
ingkatst
res,t
ekanandar
ahsi
stol
i
kdant
ekanandar
ah
di
ast
oli
kbagil
ansi
a.Pengendal
i
anf
akt
orr
isi
kohi
per
tensit
erkai
t
pengat
urandi
etdanst
atusgi
zimasi
hkur
angdi
l
aksanakanol
eh
l
ansi
a.

DAFTARPUSTAKA

DepkesRI.(
2022).Pr
ofi
lKesehat
anI
ndonesi
a2001
.Jur
nal
Kesehat
an.Jakar
ta
:
Depkes
Soal
Per
tanyaanpr
esent
asi

1
.Tahunber
apaj
urnal
ter
bit?
Mar
et201
3

2.Masal
ahkeper
awat
anyangmuncul
?

Def
ici
tkesehat
ankomuni
tasber
hubungandenganhambat
an
akseskepember
ipel
ayanankesehat
an

3.I
nter
vensi

EdukasiKesehat
an

Obser
vasi

-I
dent
if
ikasikesi
apandankemampuanmener
imai
nfor
masi

-I
dent
if
ikasif
act
or-f
akt
or yang dapat meni
ngkat
kan dan
menur
unkanmot
ivasiper
il
akuhi
dupber
sihdansehat

Ter
apeut
ik

- Sedi
akanmat
eridanmedi
apendi
dikankesehat
an

- Jadwal
kanpendi
dikankesehat
ansesuaikesepakat
an

- Ber
ikankesempat
anunt
ukber
tanya

Edukasi

- Jel
askanf
act
orr
esi
koyangdapatmempengar
uhikesehat
an

- Aj
arkanper
il
akuhi
dupber
sihdansehat

- Aj
arkanst
rat
egiyangdapatdi
gunakanunt
ukmeni
ngkat
kan
per
il
akuhi
dupber
sihdansehat
Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 16 No.1, Maret 2013, hal 11-17
pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

PENGENDALIAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA AGREGAT


LANSIA MELALUI KUNJUNGAN RUMAH

Putu Ayu Sani Utami1,2*, Junaiti Sahar3, Widyatuti3

1. PSIK, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, Denpasar 80232, Indonesia


2. Program Studi Magister, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
3. Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

*E-mail: putuayusani@yahoo.com

Abstrak

Kunjungan rumah yang merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang dilakukan di rumah lansia, berfungsi untuk
mengendalikan faktor risiko hipertensi pada agregat lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
pengendalian faktor risiko hipertensi pada agregat lansia yang sudah dan belum mendapatkan kunjungan rumah di
sebuah Kelurahan di Depok. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross
sectional. Melalui teknik cluster random sampling diperoleh 176 lansia yang terbagi dalam kelompok yang
mendapatkan kunjungan rumah dan yang tidak. Data dianalisis dengan chi square, independent t-test dan Mann Withney
test. Hasil penelitian membuktikan bahwa pengaturan diet, pembatasan perilaku merokok, manajemen stres,
pengendalian tekanan darah, pengaturan perilaku berolahraga dan status gizi lansia yang mendapatkan kunjungan
rumah lebih baik dibandingkan lansia yang tidak. Tingkat stress, tekanan darah sistolik dan diastolik pada agregat lansia
dengan hipertensi yang belum mendapatkan kunjungan rumah lebih tinggi dibandingkan lansia yang mendapatkan
kunjungan rumah. Upaya promotif dan preventif yang dilakukan perawat komunitas melalui kunjungan rumah dapat
mengendalikan faktor risiko hipertensi pada agregat lansia.

Kata kunci: faktor risiko, hipertensi, pengendalian, perawat komunitas, status kesehatan

Abstract

Control of Hypertension Risk Factors among High Risk Elderly People through Home Visits. Home visit is a home
health nursing service that might reduce the incidence of hypertension among the elderly aggregate. The aims of this
study was to determine differences in risk factors for hypertension control in the elderly aggregate who have and have
not received home visits at a Village in Depok. This research employed a descriptive comparative design with cross-
sectional approach. Total sample of 176 elderly were randomized into 2 groups; among others were 88 elderly people
who have been visited and 88 elderly people who have not been visited. Data were analyzed using a statistical test chi
square, independent t-test and Mann Withney test. The results showed that diet, restriction of smoking behavior, stress
management, blood pressure control, and arrangement of exercise behavior and nutritional status of elderly who have
received a home visit was better than the elderly who have not received home visits. The stress level, and the systolic
and diastolic blood pressure in the elderly aggregate with hypertension who have not received a home visit was higher
than the elderly who have received home visits. Promotive and preventive efforts undertaken by the community nurses
through home visits could control the risk factors of hypertension among the elderly aggregate.

Keywords: community nurses, controlling, health status, hypertension, risk factors

Pendahuluan rentan sebagai kelompok yang memiliki pening-


katan risiko mengalami masalah kesehatan
Agregat lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang akibat berkurangnya kemampuan untuk
yang termasuk dalam ketegori rentan. Stanhope menghindarkan diri dari penyakit dan tingginya
dan Lancaster (1996) mendefinisikan kelompok paparan faktor risiko. Sebagai kelompok rentan,
12 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 1, Maret 2013, hal 11-17

lansia memiliki karakteristik terjadinya berbagai Perawat komunitas merupakan tenaga kesehatan
perubahan pada seluruh aspek kehidupan yang yang berperan utama dalam pemberian pe-
mencakup perubahan fisiologis, psikologis, sosial layanan perawatan kesehatan di rumah. Bentuk
dan spiritual. Perubahan ini dapat menimbulkan pelayanan yang digunakan dalam memberikan
masalah kesehatan pada semua sistem organ asuhan keperawatan sesuai kebutuhan agregat
tubuh, utamanya pada sistem kardiovaskuler lansia di rumah adalah kunjungan rumah (Rice,
yang memegang peranan penting dalam ke- 2001). Pelayanan kesehatan melalui kunjungan
langsungan hidup manusia. rumah yang diberikan antara lain pendidikan
kesehatan, coaching, dan konseling, pembentuk-
Salah satu penyakit pada sistem kardiovaskuler an kelompok swabantu dan pemberian terapi
yang paling banyak terjadi pada lansia akibat keperawatan yang ditujukan kepada masyarakat
dari proses penuaan dan dampak kumulatif dari khususnya agregat lansia dengan hipertensi
gaya hidup lansia ketika muda adalah hipertensi. sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami.
Aziza (2007) menjelaskan berdasarkan info Hasil akhir pelayanan kunjungan rumah yang
dasar kardiovaskular global dari World Health diharapkan adalah angka kesakitan pada lansia
Organization (WHO) menunjukkan bahwa meng-alami penurunan sehingga beban negara
26,4% penduduk lansia pada tahun 2000 untuk pembiayaan kesehatan lansia berkurang.
mengalami hipertensi. Tingginya prevalensi
kejadian hipertensi pada lansia, menuntut Pengendalian faktor risiko hipertensi yang
perhatian masyarakat terhadap pengendalian mencakup pengaturan diet, pembatasan perilaku
faktor risiko hipertensi. Fatima (2008) menye- merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan
butkan bahwa pengendalian faktor risiko hiper- darah dan pengaturan olahraga bagi lansia
tensi mencakup lima hal utama yaitu menyeim- sangat penting dilakukan untuk meningkatkan
bangkan gizi, menghindari rokok, menghindari kesehatan lansia terutama lansia yang tinggal
stres, mengawasi tekanan darah dan berolah- di masyarakat. Hasil dari pengen-dalian faktor
raga secara teratur. Padmawinata (2001) juga risiko hipertensi ini dapat terlihat dari tingkat
menjelaskan indikator utama untuk menilai stres, status gizi dan tekanan darah. Penelitian
keberhasilan pengendalian faktor risiko hipertensi yang dilakukan oleh Sjattar, Nurrahmah, Bahar
mencakup adanya pengaturan diet yang tepat, dan Wahyuni (2011) menyatakan sampai saat
mampu meminimalisir stresor yang terjadi ini, kunjungan rumah secara rutin belum
dalam hidup dan menunjukkan tekanan darah banyak dilakukan tenaga kesehatan khususnya
yang normal pada saat pemeriksaan kesehatan. perawat karena keterbatasan sumber daya
manusia yang dimiliki oleh institusi pelayanan
Pengendalian faktor risiko penyakit hipertensi kesehatan. Kondisi ini tidak menunjang hasil
pada lansia telah dilakukan oleh petugas kajian Departemen Kesehatan RI tahun 2000
kesehatan melalui upaya promotif, preventif, yang menemukann bahwa sebanyak 97,7 %
kuratif dan rehabilitatif. Upaya ini dilakukan di menyatakan perlu dikembangkan pelayanan ke-
seluruh tatanan pelayanan kesehatan, baik sehatan di rumah (Depkes RI, 2002). Penelitian
institusional maupun non institusional. Lansia ini bertujuan mengetahui perbedaan pengendalian
yang mengalami hipertensi dan melaku-kan faktor risiko hipertensi pada agregat lansia
perawatan di institusi pelayanan kesehatan yang sudah dan belum mendapatkan kunjungan
tidak semuanya mendapatkan perawatan inap, rumah di sebuah Kelurahan di Depok, Jawa
ada juga yang dilakukan perawatan jalan. Barat.
Perawatan jalan dilakukan pada lansia karena
tingkat keparahan hipertensi yang diderita masih Metode
ringan atau karena permintaan lansia sendiri
untuk dirawat di rumah dengan alasan Penelitian ini menggunakan desain deskriptif
kenyamanan (Kowalski, 2010). komparatif dengan pendekatan cross sectional.
Utami, et al., Pengendalian Faktor Risiko Hipertensi pada Agregat 13

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 176 pengukuran kemampuan mengatur perilaku
responden dengan rincian 88 responden pada berolahraga, pengukuran tingkat stres lansia dan
kelompok lansia yang sudah mendapatkan food record harian lansia yang direkam selama
kunjungan rumah dan 88 responden pada 2 hari.
kelompok lansia yang belum mendapatkan
kunjungan rumah. Teknik pengambilan sampel Hasil
adalah probability sampling dengan metode
Cluster Random Sampling. Sampel dipilih Secara umum penelitian ini menunjukkan
bedasarkan kriteria inklusi yaitu lansia yang terdapat perbedaan pengendalian tekanan darah
berusia 60 tahun ke atas, tidak mengalami tuna pada agregat lansia antara yang sudah dengan
rungu ataupun tuna wicara, lansia dengan yang belum mendapatkan kunjungan rumah.
hipertensi primer, tidak mengalami penyakit Hasil uji statistik pada Tabel 1 menunjukkan
akibat komplikasi hipertensi, berkunjung ke bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada
Posbindu, tidak mengalami demensia, tidak pembatasan perilaku merokok, manajemen stres,
mengalami gangguan jiwa, tidak mengalami pengendalian tekanan darah dan pengaturan
penurunan kesadaran, bagi lansia yang sudah perilaku berolahraga antara agregat lansia
mendapatkan kunjungan rumah telah mem- yang sudah dengan yang belum mendapatkan
peroleh informasi mengenai pengendalian faktor kunjungan rumah.
risiko hipertensi dari perawat komunitas.
Hasil uji statistik pada Tabel 2 mengartikan
Alat pengumpulan data yang digunakan adalah bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
kuesioner yang dikembangkan dan dimodifikasi pada tingkat stres dan tekanan darah sistolik
peneliti berdasarkan penelitian sebelumnya dan antara agregat lansia yang sudah dengan yang
sumber teoritis yang terdiri dari 7 (tujuh) bagian belum mendapatkan kunjungan rumah dan
yaitu karakteristik lansia, pengukuran kemam- tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
puan pembatasan perilaku merokok, pengukuran status gizi antara agregat lansia yang sudah
kemampuan manajemen stres, pengukuran dengan yang belum mendapatkan kunjungan
kemampuan mengendalikan tekanan darah, rumah.
Tabel 1. Perbedaan Pembatasan Perilaku Merokok, Manajemen Stres, Pengendalian Tekanan Darah, dan Pengaturan
Perilaku Berolahraga Lansia dengan Hipertensi yang Sudah dan Belum Mendapatkan Kunjungan Rumah

Pelaksanaan
Kunjungan Rumah
OR
Variabel Belum Sudah p
(95% CI)
(n=88) (n=88)
n % n %
Pembatasan Perilaku Merokok
Membatasi 58 65,9 77 87,5 0,28 0,001
Tidak Membatasi 30 34,1 11 12,5 (0,13-0,59)
Manajemen Stress
Mampu 65 73,9 79 89,8 0,32 0,011
Kurang Mampu 23 26,1 9 10,2 (0,14-0,74)
Pengendalian Tekanan Darah
Rutin 13 14,8 50 56,8 7,59 0,000
Tidak Rutin 75 85,2 38 43,2 (3,68-15,66)
Pengaturan Perilaku Berolahraga
Rutin 23 26,1 65 73,9 7,99 0,000
Tidak Rutin 65 73,9 23 26,1 (4,08-15,65)
14 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 1, Maret 2013, hal 11-17

Tabel 2. Perbedaan Status Gizi, Tingkat Stres dan Tekanan Darah Sistolik Lansia dengan Hipertensi yang Sudah dan
Belum Mendapatkan Kunjungan Rumah

Variabel Mean SD SE p value n


Status gizi
Belum Kunjungan 24,22 4,39 0,47 88
Sudah Kunjungan 23,71 3,59 0,38 0,398 88
Selisih 0,71 0,78

Tingkat stres
Belum Kunjungan 25,45 11,37 1,21 88
Sudah Kunjungan 15,99 7,12 0,76 0,000 88
Selisih 9,62 3,98

Tekanan Darah Sistolik


Belum Kunjungan 165,72 17,70 1,89 88
Sudah Kunjungan 158,25 15,21 1,62 0,003 88
Selisih 7,81 2,96

Tabel 3. Perbedaan Pengaturan Diet dan Tekanan rumah, pembatasan perilaku merokok lebih
Darah Diastolik Lansia dengan Hipertensi banyak dilakukan oleh lansia dengan
yang Sudah dan Belum Mendapatkan
Kunjungan Rumah
hipertensi yang sudah mendapatkan kunjungan
rumah dari pada lansia yang belum mendapatkan
Pengaturan Tekanan kunjungan rumah. Pada saat pelaksanaan
Mann Withney Test
Diet Darah Diastolik kunjungan rumah, lansia diberikan informasi
Mean edukasi bahwa merokok merupakan faktor
Belum Kunjungan 1430,14 101,86
risiko terjadinya hipertensi dan dijelaskan
Sudah Kunjungan 1475,72 99,08
mengenai cara-cara untuk mengalihkan perhati-
p value 0,492 0,017 an apabila lansia memiliki keinginan untuk
merokok. Oleh karena itu, lansia yang sudah
Hasil uji statistik pada Tabel 3 mengartikan mendapatkan kunjungan rumah lebih dapat
bahwa tidak terdapat perbedaan yang sig- memahami bahwa rokok dapat menjadi penye-
nifikan pada pengaturan diet antara agregat bab hipertesi yang dialaminya dan melakukan
lansia yang sudah dengan yang belum pembatasan perilaku merokok.
mendapatkan kunjungan rumah dan terdapat
perbedaan yang signifikan pada tekanan darah Perbedaan manajemen stres pada agregat
diastolik antara agregat lansia yang sudah lansia yang sudah dan belum mendapatkan
dengan yang belum mendapatkan kunjungan kunjungan rumah. Hasil riset menggambarkan
rumah. bahwa lansia yang mampu melakukan mana-
jemen stress dalam upaya mengendalikan
Pembahasan hipertensi lebih banyak dapat dilakukan oleh
lansia yang sudah mendapatkan kunjungan
Perbedaan pembatasan perilaku merokok rumah dari pada lansia yang belum mendapat-
pada agregat lansia yang sudah dan belum kan kunjungan rumah. Pada saat pelaksanaan
mendapatkan kunjungan rumah. Hasil riset kunjungan rumah yang dilakukan oleh maha-
menunjukkan adanya perbedaan perilaku mem- siswa keperawatan lansia diberikan informasi
batasi merokok yang signifikan pada agregat mengenai dampak stres terhadap tekanan darah
lansia dengan hipertensi antara yang sudah dan pengelolaan yang dapat dilakukan apabila
dengan yang belum mendapatkan kunjungan lansia mengalami stres. Selain itu mahasiswa
Utami, et al., Pengendalian Faktor Risiko Hipertensi pada Agregat 15

mengajarkan mengenai cara-cara mengatasi stres kunjungan rumah yang dilakukan oleh perawat
yang dialami lansia dengan cara mengobrol dimana lansia menjadi tahu dan paham mengenai
dengan teman atau saudara yang dapat diper- pentingnya berolahraga teratur dalam menurun-
cayai dan melakukan teknik relaksasi baik itu kan tekanan darah bagi penderita hipertensi.
teknik relaksasi nafas dalam maupun relaksai Olahraga dapat dilakukan secara mandiri
otot progresif. Kowalski (2010) menjelaskan maupun dengan mengikuti senam lansia yang
salah satu cara untuk menurunkan stres adalah diadakan oleh Posbindu. Aziza (2007) menjelas-
dengan membicarakan masalah yang dialami kan berolahraga yang teratur seperti aerobik
dengan orang yang dipercaya. Pada saat dapat menurunkan tekanan darah pada
seseorang mengalami tekanan, orang tersebut penderita hipertensi. Lansia yang melakukan
cenderung untuk tidak dapat mencari solusi olahraga intensitas ringan-sedang kira-kira 20
untuk memecahkan masalah yang dialaminya. menit berisiko kematian 30% lebih rendah dari
Dengan membicarakan masalah yang dialami pada individu yang memiliki pola hidup santai.
maka lansia dapat merasa lega dan teman atau
keluarga dapat membantu untuk memberikan Perbedaan pengaturan diet pada agregat
solusi terhadap masalah yang terjadi. lansia yang sudah dan belum mendapatkan
kunjungan rumah. Hasil analisis bivariat
Perbedaan pengendalian tekanan darah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
pada agregat lansia yang sudah dan belum pengaturan diet pada agregat lansia dengan
mendapatkan kunjungan rumah. Hasil riset hipertensi antara yang sudah dengan yang
yang diperoleh menggambarkan bahwa pada belum mendapatkan kunjungan rumah. Hasil
lansia yang sudah mendapatkan kunjungan ini dapat disebabkan karena pada saat pencatatan
rumah lebih banyak yang rutin melakukan food record selama 2 hari peneliti tidak
pengendalian tekanan darah dibandingkan lansia melakukan kontrol langsung terhadap pengisian
yang belum mendapatkan kunjungan rumah. food record sehingga memungkinkan tidak
Upaya yang dilakukan mahasiswa keperawatan semua makanan dan minuman yang dikonsumsi
saat kunjungan rumah dalam mendorong lansia lansia dapat tercatat secara lengkap. Meskipun
untuk lebih rutin melakukan pengendalian begitu, metode food record sebenarnya memiliki
tekanan darah salah satunya adalah dengan kelebihan yaitu dapat memberikan informasi
membentuk dan melaksanakan kegiatan self konsumsi yang mendekati sebenarnya (true
help group dan support group. Kegiatan self intake) tentang jumlah energi dan zat gizi yang
help group dan support group merupakan salah dikonsumsi oleh individu. Supariasa (2001)
satu wujud nyata dari pelaksanaan pemberdayaan menjelaskan bahwa kelebihan metode food
yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan record ini adalah dapat menjangkau sampel
dalam meningkatkan status kesehatan lansia. dalam jumlah besar, dapat diketahui konsumsi
Pemberdayaan dilakukan agar keluarga dan zat gizi sehari, metode ini relatif murah dan
kader dapat lebih aktif dan secara mandiri dapat cepat, dan hasil dari pengukuran metode ini
mengatasi permasalahan kesehatan hipertensi relatif lebih akurat.
pada lansia.
Perbedaan status gizi pada agregat lansia
Perbedaan pengaturan perilaku berolahraga yang sudah dan belum mendapat kunjungan
pada agregat lansia yang sudah dan belum rumah. Rata-rata status gizi lansia menggambar-
mendapatkan kunjungan rumah. Hasil riset kan bahwa baik pada lansia yang sudah maupun
menggambarkan bahwa pada lansia yang sudah yang belum mendapatkan kunjungan rumah
mendapatkan kunjungan rumah lebih banyak rata-rata status gizinya adalah normal. Namun,
yang rutin melakukan olahraga dibandingkan pada lansia yang belum mendapatkan kunjungan
lansia yang belum mendapatkan kunjungan rumah lebih berisiko untuk mengalami kegemu-
rumah. Hasil ini sesuai dengan manfaat kan karena nilai rata-rata status gizinya paling
16 Jurnal Keperawatan Indonesia, Vol. 16, No. 1, Maret 2013, hal 11-17

dekat mendekati batas status gizi lebih Pengukuran tekanan darah yang dilakukan
dibandingkan lansia yang sudah mendapatkan secara rutin guna memantau perkembangan dari
kunjungan rumah. Hipertensi dan obesitas status kesehatan lansia dengan hipertensi juga
memiliki hubungan yang dekat. Suparto (2000) dapat memberikan gambaran tentang adanya
menjelaskan bahwa menurunan berat badan perubahan status kesehatan yang menyebabkan
sebanyak 10 kg yang dipertahankan selama lansia menjadi lebih tanggap terhadap adanya
dua tahun menurunkan tekanan darah kurang bahaya yang mengancam kesehatan sehingga
lebih 6,0/4,6 mmHg. Pada orang dengan lansia dapat mencari solusi lebih dini dalam
kelebihan berat badan, seluruh organ tubuh mengatasi permasalahan kesehatannya.
dipacu untuk bekerja lebih keras guna
memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar Kesimpulan
dan mendorong jantung bekerja lebih berat
sehingga tekanan darah menjadi tinggi. Pengendalian faktor risiko hipertensi yang
dilakukan oleh lansia yang sudah mendapatkan
kunjungan rumah secara umum lebih baik dari
Perbedaan tingkat stres pada agregat lansia
pada lansia yang belum mendapatkan kunjungan
yang sudah dan belum mendapatkan kun-
rumah. Upaya promotif dan preventif yang
jungan rumah. Rata-rata tingkat stres lansia
dilakukan melalui kunjungan rumah dapat
yang belum mendapatkan kunjungan rumah
mengendalikan faktor risiko hipertensi pada
lebih tinggi dari pada lansia yang sudah
agregat lansia. Hal ini disebabkan karena pada
mendapatkan kunjungan rumah. Tingkat stres
kegiatan Posbindu dan pelaksanaan kunjungan
yang dialami lansia dipengaruhi oleh tekanan
rumah telah diberikan pendidikan kesehatan
atau stresor yang diperoleh baik dari dalam
dan pemantauan terkait pengaturan perilaku
maupun luar lingkungan lansia tersebut dan
merokok, manajemen stres, pengendalian tekanan
mekanisme koping yang dimiliki oleh lansia
darah, tingkat stres, tekanan darah sistolik dan
untuk mengatasi stresor tersebut. Mekanisme
tekanan darah diastolik bagi lansia.
koping untuk mengatasi masalah dapat dibentuk
melalui pemberian informasi mengenai cara Pengendalian faktor risiko hipertensi terkait
mengatasi permasalahan yang adaptif yaitu pengaturan diet dan status gizi masih kurang
tidak membahayakan kesehatan lansia sendiri. dilaksanakan oleh lansia. Hal ini disebabkan
Kowalski (2010) menjelaskan bahwa stres karena kegiatan Posbindu dan kegiatan kun-
berat dapat menyebabkan kenaikan tekanan jungan rumah masih terbatas pada pemberian
darah yang bersifat sementara dan sangat tinggi. informasi mengenai kecukupan asupan makanan
dan pembatasan makanan pada lansia dengan
Perbedaan tekanan darah pada agregat hipertensi dan belum mencakup mengenai
lansia yang sudah dan belum mendapatkan pengawasan pengolahan bahan bakanan dan
kunjungan rumah. Hasil analisis bivariat pemantauan asupan makan (MR, JS, ENN).
menunjukkan bahwa ada perbedaan tekanan
darah baik sistolik maupun diastolik pada Referensi
agregat lansia dengan hipertensi antara yang
sudah dengan yang belum mendapatkan Aziza, L. (2007). Hipertensi: The silent killer. Jakarta:
kunjungan rumah. Berdasarkan kriteria hiper- Yayasan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.
tensi dari JNC 7, rata-rata tekanan darah lansia
Depkes RI. (2002). Profil Kesehatan Indonesia
yang sudah mendapatkan kunjungan rumah 2001. Jumal Kesehatan. Jakarta: Depkes RI.
termasuk dalam kriteria hipertensi stadium 1 dan
rata-rata tekanan darah lansia yang belum Fatima, F. (2008). Perempuan waspadalah
mendapatkan kunjungan rumah termasuk terhadap penyakit jantung dan pembuluh
dalam kriteria hipertensi stadium 2. darah. Diperolehdari http://medicastore.com.
Utami, et al., Pengendalian Faktor Risiko Hipertensi pada Agregat 17

Kowalski, R.E. (2010). Terapi hipertensi program model keluarga untuk keluarga terhadap
8 minggu: Menurunkan tekanan darah tinggi kemandirian keluarga merawat penderita TB
dan mengurangi risiko serangan jantung dan Paru peserta DOTS di Makasar. JST
stroke secara alami. Bandung: Qanita. Kesehatan, 1 (1), 1–9 .

Padmawinata. (2001). Laporan Komisi Pakar Stanhope, M. & Lancaster, J. (1996). Community
WHO: Pengendalian Hipertensi. Bandung: health nursing: promoting health of
Penerbit ITB. aggregates, families, and individuals (4th
Ed.). St. Louis: Mosby.
Rice, R. (2001). Home care nursing practice:
Concept and application. St. Louis: Mosby Supariasa, I.D.N. (2001). Penilaian status gizi.
Year Book. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sjattar, E.L., Nurrahmah, E., Bahar, B., & Suparto. (2000). Sehat menjelang usia senja.
Wahyuni, S. (2011). Pengaruh penerapan Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

GAMBARAN PENERAPAN NEUMAN SYSTEM MODEL


PADA AGREGAT LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI DESA WANAJAYA
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WANARAJA KABUPATEN GARUT

Rahmita Nuril Amalia1, Citra Windani, M. S2


Instansi

Asbtrak
Hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat pola dan gaya hidup modern dan banyak menyerang
penduduk terutama diatas usia 40 tahun. Hipertensi di Kabupaten Garut tahun 2014, termasuk dalam 10
besar penyakit dengan jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak 111.601 kunjungan (4,5%) dari
keseluruhan jumlah penduduk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan Neuman System
Model pada agregat lansia dengan hipertensi di Desa Wanajaya wiiayah kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten
Garut.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia di Desa
Wanajaya pada bulan November 2014. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster sampling, sehingga
didapatkan 94 lansia yang tinggal di Desa Wanajaya wilayah kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut.
Hasil penerapan Neuman System Model dalam pengkajian agregat lansia dengan masalah hipertensi meliputi
lima aspek yaitu aspek perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial-kultural dan spiritual
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Neuman System Model ini sangat memungkinkan untuk digunakan
dalam pengkajian praktek keperawatan komunitas khususnya pada agregat lansia dengan masalah hipertensi,
karena aspek pengkajiannya bersifat holistik yang meliputi pengkajian fisiologis, psikologis, sosial kultural,
perkembangan, dan spiritual. Dalam intervensinya pun Neuman telah membagi intervensi dalam tiga tingkatan
yaitu primer, sekunder, dan tersier dengan melihat tiga garis pertahanan yaitu flexible line defense, normal
line defense, dan resisten line defense.

Kata kunci: Wanajaya, lansia, hipertensi, Neuman System Mode

Abstract
Hypertension ia a disease who caused by the pattern and style of modern life and attacking people, especially
over the age of 40 years. Hypertension in Garut regency in 2014, including the top 10 diseases with the number
of outpatient health clinic visits as many as 111 601 visits (4.5%) of the total population. The purpose of this
study was to determine the application of the Neuman System Model in aggregate elderly with hypertension
in the Wanajaya village, Wanaraja, Garut.
This study is descriptive quatitative research. The population in this study were elderly in Wanajaya village in
November 2014. Sampling was done by cluster sampling, so we get 94 elderly people who live in Wanajaya
village, Wanaraja, Garut.
The results of the application of the Neuman System Model in aggregate assessment of elderly with
hypertension problems include five aspects: developmental, physiological, psychological, socio-cultural
and spiritual.
The conclusion of this study is the Neuman Systems Model is very possible to be used in the assessment
of community nursing practice, especially in the elderly aggregate with hypertension problems, because the
review is holistic aspect which includes assessment of physiological, psychological, social, cultural,
developmental, and spiritual. In any intervention intervention Neuman has been split into three levels,
namely primary, secondary, and tertiary to see three lines of defense that is flexible line defense, the normal
line defense, and the resistant line defense.

Keywords: Wanajaya, elderly, hypertension, Neuman Systems Model

1
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

PENDAHULUAN Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%)


dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di
Perubahan pola dan gaya hidup modern
Indonesia yang didapat melalui kuesioner
menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh
terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, yang
darah banyak menyerang, terutama penduduk usia
didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum
di atas 40 tahun. Salah satunya yaitu timbulnya
obat sebesar 9,5%. Jadi, ada 0,1% yang minum obat
penyakit darah tinggi atau yang sering disebut
sendiri. Responden yang mempunyai tekanan darah
dengan hipertensi (Agrina, 2011). Hipertensi
normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar
menjadi masalah pada usia lanjut karena sering
ditemukan menjadi faktor utama payah jantung 0.7%. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar
dan penyakit koroner. Lebih dari separuh kematian 26,5% (25,8% + 0,7%).
diatas usia 60 tahun disebabkan oleh penyakit Hipertensi di Kabupaten Garut berdasarkan
jantung dan serebrovaskuler (Nugroho, 2009). data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut tahun
Berdasarkan profil penduduk lansia tahun 2009, 2014 termasuk dalam 10 besar penyakit dengan
jenis keluhan yang paling banyak dialami oleh jumlah kunjungan rawat jalan puskesmas sebanyak
lansia adalah keluhan yang merupakan efek dari 111.601 kunjungan (4,5%) dari keseluruhan
penyakit kronis seperti asam urat, hipertensi, jumlah penduduk.
rematik, darah rendah, dan diabetes yaitu 32,30% Hipertensi akan berjalan terus menerus
( Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010). seumur hidup dalam tubuh seseorang dan sering
Secara global penyakit kardiovaskuler tanpa disertai keluhan yang khas selama sebelum
menyebabkan 17 juta kematian pertahun. Dari terjadi komplikasi pada organ tubuh. Bila tidak
jumlah tersebut 9,4 juta diantaranya disebabkan diatasi, hipertensi dapat menyebabkan jantung
oleh komplikasi hipertensi. Pada tahun 2008, di bekerja lebih keras sehingga menyebabkan serangan
seluruh dunia, sekitar 40% dari orang dewasa jantung, pembesaran jantung dan akhirnya gagal
berusia 25 keatas telah didiagnosis hipertensi, jantung. Hipertensi yang tidak segera ditangani
jumlah ini meningkat dari 600 juta pada tahun juga dapat menyebabkan pecahnya pembuluh
1980 menjadi 1 miliar pada tahun 2008. WHO darah di otak yang dapat menjadi penyebab stroke,
memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan dapat juga menyebabkan gagal ginjal, kebutaan,
terus meningkat seiring dengan peningkatan dan gangguan kognitif. Hipertensi menyebabkan
jumlah penduduk. Pada tahun 2025 mendatang, 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51%
diperkirakan sekitar 29% penduduk di dunia kematian akibat penyakit stroke (WHO, 2013).
terkena hipertensi (WHO, 2013). Hipertensi pada lansia dapat dikontrol
Prevalensi Hipertensi atau tekanan darah di guna mencegah kompl ikasi dengan cara
Indonesia cukup tinggi yaitu mencapai angka 32% memperbaiki sistem intrapersonal, interpersonal,
dari seluruh populasi. Jumlah ini terus meningkat dan ekstrapersonal dari lansia dengan pendekatan
sesuai data WHO tahun 1995 jumlah penderita Neuman System Model. Fokus perhatian Neuman
hipertensi di Indonesia hanya 12% dari populasi, System Model adalah sistem respon klien aktual
kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 32% atau potensial pengaruh lingkungan dengan
(Depkes RI, 2012). Berdasarkan data RISKESDAS menggunakan prevensi perawatan primer,
(2013), prevalensi hipertensi di Indonesia yang sekunder, dan tersier sebagai intervensi.
didapat pada usia ≥18 tahun sebesar 25,8%, tertinggi Neuman menggunakan pendekatan manusia
di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan dengan memasukkan konsep holistik, pendekatan

2
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

sistem terbuka, dan konsep “stressor”. meliputi masalah dari penelitian ini adalah bagaimana
aspek fisiologis, psikologis, sosiokultural, gambaran penerapan Neuman System Model pada
perkembangan dan spiritual yang berhubungan pelaksanaan asuhan keperawatan pada agregat
secara dinamis seiring dengan adanya respon- lansia dengan hipertensi di Desa Wanajaya wilayah
respon sistem terhadap stressor baik dari lingkungan kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut.
internal maupun eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk
Komponen utama dari model ini adalah menggambarkan penerapan Neuman System
adanya stress dan reaksi terhadap stress. Stressor Model pada pelaksanaan asuhan keperawatan
lingkungan ini terdiri dari 3 tipe kekuatan pada agregat lansia dengan hipertensi di Desa
intrapersonal, interpersonal, dan ekstrapersonal. Wanajaya wilayah kerja Puskesmas Wanaraja
Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka Kabupaten Garut.
yang memiliki siklus input, proses, output dan
feedback sebagai suatu pola organisasi yang METODE PENELITIAN
dinamis. Dengan menggunakan perspektif
Penelitian ini dilaksanakan di Desa
sistem ini, maka kliennya bisa meliputi individu,
Wanajaya wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja
kelompok, keluarga, komunitas atau kumpulan
Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut pada bulan
agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai
November 2014. Penelitian ini menggunakan
disiplin keilmuan.
metode kuantitatif deskriptif. Pengambilan sampel
Tujuan ideal dari model ini adalah untuk
dilakukan dengan cara cluster sampling, dengan
mencapai stabilitas sistem secara optimal. Apabila
jumlah sampel sebanyak 94 lansia yang berusia
stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi
antara 45-70 tahun yang tinggal di Desa Wanajaya
dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu
wilayah kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten
berupaya untuk memperoleh, meningkatkan, dan
Garut.
mempertahankan keseimbangan diantara berbagai
Data yang dikumpulkan berupa data primer
faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang
yang diperoleh dengan menggunakan alat yang
berupaya untuk mengusahakannya. Neuman
berupa daftar pertanyaan yang diajukan kepada
menyebut gangguan-gangguan tersebut sebagai
responden yaitu kuesioner dan wawancara dengan
stressor yang memiliki dampak negatif atau
kader kesehatan dan tokoh masyarakat, serta
positif. Reaksi terhadap stressor bisa potensial
analisis sumber data lansia pada bulan November
atau aktual melalui respon dan gejala yang dapat
2014 di Desa Wanajaya wilayah kerja Puskesmas
diidentifikasi.
Wanaraja Kabupaten Garut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
Data yang diperoleh dikumpulkan melalui
dirasa perlu untuk menelaah pengkajian komunitas
kuesioner yang diberikan kepada responden,
pada ageragat pada lansia dengan masalah
pengisian kuesioner yang diisi sendiri oleh
hipertensi dengan menggunakan pendekatan
responden dan dibantu oleh kader di masing-
Neuman System Model untuk pelaksanaan proses
masing RW. Pengumpulan data primer ini dilakukan
asuhan keperawatan yang dimulai dari pengkajian
pada bulan November 2014. Sebelum dilakukan
sampai evaluasi guna mewujudkan kesehatan
pengambilan data, responden diberikan penjelasan
lansia yang optimal.
mengenai maksud dan tujuan pengambilan data
Berdasarkan latar belakang masalah
serta responden diberikan kesempatan untuk
yang telah disampaikan diatas, maka rumusan

3
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

bertanya kepada peneliti jika ada pertanyaan yang c. Pengetahuan Lansia


kurang dimengerti atau kurang jelas. Diagram pie di bawah menunjukkan
Data yang diperoleh oleh peneliti, kemudian pengetahuan lansia mengenai hipertensi, sebanyak
dilakukan analisis dengan menggunakan SPSS 41% lansia memiliki tingkat pengetahuan rendah,
for Windows ver. 20.0. Analisis dilakukan dalam 37% lansia memiliki tingkat pengetahuan sedang,
bentuk analisis univariat. Analisis univariat 22% lansia memiliki pengetahuan sedang tentang
dilakukan untuk menghasilkan distribusi frekuensi hipertensi. Hal ini terkait pengertian, penyebab,
dari variable independen dan variable dependen. tanda dan gejala, pemeriksaan, batas normal
tekanan darah, komplikasi, dan penatalaksanaan
HASIL PENELITIAN hipertensi.

Hasil penelitian ini meliputi aspek


perkembangan, fisiologis, psikologis, sosial, dan
spiritual.

1. Perkembangan
a. Jenis Kelamin
Diagram pie di bawah menunjukkan
proporsi jenis kelamin lansia yang berdasarkan
pembagian kuesioner, yaitu sebanyak 85% jenis d. Sikap Lansia
kelamin perempuan dan 15% jenis kelamin laki- Diagram pie dibawah menunjukkan sikap
laki. lansia terhadap hipertensi, bahwa sebanyak 59%
lansia memiliki sikap yang kurang baik dan 41%
memiliki sikap yang baik terhadap hipertensi. Hal
ini terkait dengan keinginan dan niat lansia dalam
penanggulangan hipertensi.

b. Usia
Diagram pie di bawah menunjukkan
proporsi lansia berdasarkan usia, sebanyak 62%
lansia memasuki masa pra lansia (45-59 tahun)
dan sebanyak 38% lansia memasuki masa lansia
pertengahan (60-70 tahun)
e. Perilaku Lansia
Diagram pie dibawah menunjukkan perilaku
lansia yang berhubungan dengan hipertensi,
sebanyak 60% lansia memiliki perilaku yang baik
dan 40% lansia memiliki perilaku yang kurang
baik. Hal ini terkait dengan kontrol tekanan darah,
diet, aktivitas, dan konsumsi obat anti hipertensi.
4
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

keluarga), 34% tidak memiliki riwayat hipertensi


pada keluarga

f. Penghasilan Lansia
Diagram pie di bawah menunjukkan
sebanyak 68% lansia berpenghasilan kurang
dari Rp. 800.000, 00 dan sebanyak 32% lansia i. Dukungan Keluarga
berpenghasilan lebih dari Rp. 800.000,00 Dalam hal dukungan keluarga: sebanyak

91% lansia mendapatkan dukungan dari keluarga,


dan sebanyak 9% lansia tidak mendapatkan
dukungan dari keluarga. Dukungan keluarga
dalam bentuk perhatian sebanyak 64%, dukungan
dana sebanyak 21% dan 15% lansia mendapatkan
dukungan keduanya (perhatian dan dana).

g. Dukungan Ekonomi Keluarga


Diagram pie di bawah menunjukkan 54%
keluarga memberikan dukungan ekonomi kepada
lansia dan sebanyak 46% lansia tidak mendapatkan
dukungan ekonomi dari keluarga
j. Aktivitas olahraga
Diagram pie dibawah menunjukkan aktivitas
olahraga lansia, sebanyak 72% lansia mengatakan
tidak rutin melakukan olah raga dan sebanyak 28%
lansia melakukan olah raga secara rutin.

h. Riwayat Hipertensi pada Keluarga


Diagram pie di bawah menunjukkan
riwayat penyakit hipertensi pada keluarga: 66%
mengatakan ya (memiliki riwayat hipertensi pada

5
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

2. Fisiologis d. Kemandirian lansia


a. Keluhan pusing yang dirasakan lansia Diagram pie dibawah ini menunjukkan
Diagram pie dibawah menunjukkan 90% tingkat kemandirian lansia, sebanyak 63% lansia
lansia merasakan keluhan pusing dan 10% lansia mandiri dan 37% lansia membutuhkan bantuan
tidak mengeluh pusing dalam melakukan aktivitas hidup sehari-hari

b. Keluhan kaku pada tengkuk pada lansia


3. Psikologis
Diagram pie dibawah menunjukkan 91%
a. Koping lansia
lansia mengeluh kaku pada tengkuk dan 9% lansia
Diagram pie di bawah ini menunjukkan
tidak mengeluh kaku pada tengkuk
koping individu lansia, sebanyak 62% lansia
memiliki koping individu yang baik dan 38%
lansia memiliki koping individu yang kurang baik.
Koping individu lansia ini terdiri dari kecemasan
lansia terhadap penyakit yang dialaminya (90%
cemas dan 10% tidak cemas), memikirkan masalah
kesehatan (79% lansia memikirkan kondisi
kesehatannya dan 15% lansia tidak memikirkan
kondisi kesehatannya), lansia menangis akibat
c. Tekanan darah lansia saat ini masalah kesehatan yang dialaminya (52% lansia
Diagram pie dibawah ini menunjukkan tidak menangis dan 48% lansia menangis),
derajat hipertensi lansia, sebanyak 35% lansia penerimaan kondisi kesehatan lansia (81%
mengalami hipertensi derajat I, 26% lansia lansia menerima kondisi dan 19% lansia tidak
mengalami hipertensi derajat II, 21% lansia dapat menerima kondisi kesehatannya), upaya
mengalami hipertensi derajat III, dan 10% lansia penyelesaian masalah (64% lansia berupaya untuk
memiliki tekanan darah normal. memperbaiki kesehatannya dan 36% lansia belum
berupaya memperbaiki kesehatannnya.

6
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

b. Dukungan Lansia
Diagram pie dibawah ini menunjukkan
dukungan bagi lansia baik yaitu sebesar 84%
dan 16% lansia memiliki dukungan yang kurang
baik. Penilaian dukungan sosial lansia meliputi
keberadaan peran lansia di masyarakat (78% lansia
mengatakan masih dibutuhkan di masyarakat
dan 22% lansia mengatakan tidak dibutuhkan di
masyarakat), keberadaan keluarga dan tetangga
b. Hubungan lansia dengan tetangga sekitar
yang dapat diandalkan oleh lansia (81% lansia
tempat tinggal
mengatakan memiliki tetangga dan keluarga yang
Diagram pie di di bawah ini menunjukkan
dapat diandalkan dan 19% mengatakan tidak
hubungan lansia dengan tetangga sekitar tempat
memiliki keluarga maupun tetangga yang dapat
tinggal, 98% lansia memiliki hubungan yang
diandalkan), dukungan keluarga terhadap masalah
harmonis, dan 2% memiliki hubungan yang kurang
kesehatan lansia (91% memiliki dukungan yang
harmonis dengan tetangga sekitar tempat tinggal
baik dari keluarga dan 9% memiliki dukungan
yang kurang baik dari keluarga), wujud dukungan
keluarga (64% mendapat dukungan dana, 21%
mendapat dukungan dana, dan 15% mendapat
dukungan dana dan perhatian), keberadaan
dukungan masyarakat terhadap masalah kesehatan
lansia (71% mendapat dukungan yang baik dari
masyarakat dan 29% kurang mendapat dukungan
yang baik dari masyarakat).

c. Keaktifan lansia dalam kegiatan masyarakat


Diagram pie di bawah ini menunjukkan
bahwa 61% lansia tidak aktif ikut serta dalam
kegiatan masyarakat dan 39% lansia aktif serta
dalam kegiatan masyarakat.

4. Sosial Kultural
a. Hubungan lansia dengan keluarga
Diagram pie di bawah ini menunjukkan
hubungan keluarga dengan keluarga, sebanyak
92% lansia memiliki hubungan yang harmonis
dengan keluarganya, 5% tidak harmonis, dan 3% d. Kunjungan lansia ke Posbindu
kurang harmonis. Diagram di bawah ini menunjukkan 52%

lansia aktif mengikuti posbindu dan 48% tidak


aktif mengikuti kegiatan posbindu
7
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

g. Cakupan informasi mengenai hipertensi


Diagram pie dibawah ini menunjukkan
cakupan informasi yang didapat lansia mengenai
hipertensi. 78% lansia mengatakan telah
mendapatkan informasi mengenai hipertensi dan
22% mengatakan belum mendapatkan informasi
mengenai hipertensi.

e. Pemanfaatan pelayanan kesehatan


Diagram pie di bawah ini menunjukkan
bahwa 100% lansia pernah memanfaatkan pelayanan
kesehatan jika terjadi masalah kesehatan

h. Sumber informasi
Diagram pie dibawah ini menunjukkan
sumber informasi lansia tentang hipertensi. 62%
lansia memperoleh informasi tentang hipertensi
dari petugas kesehatan, 22% belum mendapat
informasi, 12% lain-lain (lansia menyebutkan
mantri dan bidan di daerah sekitar tempat tinggal),
f. Jenis pelayanan kesehatan dan 4% dari media elektronik.
Diagram pie di bawah ini menunjukkan

gambaran jenis pelayanan kesehatan yang


dimanfaatkan oleh lansia jika mengalami masalah
kesehatan. Sebanyak 68% lansia memanfaatkan
Puskesmas, 27% lain-lain (lansia menyebutkan
mantri dan bidan di daerah sekitar tempat tinggal),
4% memanfaatkan dokter praktek, dan 1%
memanfaatkan Rumah Sakit.

i. Budaya konsumsi makanan asin pada lansia


Diagram pie di bawah ini menunjukkan
budaya mengkonsumsi yang dilakukan oleh lansia.
71% mengatakan tidak selalu mengkonsumsi
makanan asin dan 29% lansia mengatakan selalu
mengkonsumsi makanan asin.

8
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

5. Spiritual
a. Agama yang dianut lansia
Diagram pie di bawah ini menunjukkan
gambaran agama yang dianut oleh lansia. 100%
lansia di Desa Wanajaya menganut agama Islam

j. Budaya/keyakinan yang bertentangan


dengan penanggulangan hipertensi
Diagram pie di bawah ini menunjukan
budaya/keyakinan lansia yang bertentangan
dengan penanggulangan hipertensi. 69% lansia
mengatakan tidak memiliki budaya/keyakinan yang
bertentangan dengan penanggulangan hipertensi
b. Rutinitas ibadah lansia
dan 31% mengatakan memiliki keyakinan yang
Diagram pie di bawah ini menunjukkan
bertentangan dengan penanggulangan hipertensi.
rutinitas ibadah lansia. 99% lansia mengatakan
rutin menjalankan ibadah sesuai ajaran agama
Islam seperti sholat 5 waktu, 1% lansia mengatakan
tidak rutin menjalankannya.

k. Kepercayaan lansia pada pengobatan


tradisional
Diagram pie dibawah ini menunjukkan
kepercayaan lansia pada pengobatan tradisional.
77% lansia mengatakan percaya pada pengobatan c. Partisipasi lansia dalam kegiatan keagamaan
tradisional dan 23% mengatakan tidak percaya Diagram pie di bawah ini menunjukkan
pada pengobatan tradisional. partisipasi lansia dalam kegiatan keagamaan.
90% lansia mengatakan selalu mengikuti kegiatan
keagamaan yang diadakan di Desa Wanajaya,
10% mengatakan tidak aktif berpartisipasi dalam
kegiatan keagamaan.

9
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

d. Perilaku berdoa sebagai upaya penyelesaian population (Stanhope & Lancaster, 2004).
masalah Vulnerable population adalah kelompok yang
Diagram pie di bawah ini menunjukkan memiliki kemungkinan dalam berkembangnya
perilaku berdoa pada lansia sebagai salah satu upaya masalah kesehatan, lebih sulit untuk mengakses
penyelesaian masalah. 72% lansia mengatakan pelayanan kesehatan untuk menyelesaikan masalah
selalu berdoa dan 28% lansia mengatakan tidak kesehatan, kemungkinan besar penghasilannya
selalu menggunakan doa sebagai salah satu upaya kurang, atau masa hidup lebih singkat akibat
penyelesaian masalah. kondisi kesehatan (Maurer & Smith, 2005).
Betty Neuman berpendapat bahwa ”Stressor
mempengaruhi keseimbangan homeostatis
jika keseimbangan ini terganggu maka energi
dikeluarkan untuk mengatasinya”. Untuk membuat
kehidupan menjadi seimbang, maka rangkaian
sistem tersebut harus menjadi interaksi antara
sesama manusia. Interaksi ini akan membuat
seseorang meningkatkan ketahanan dalam
kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari
PEMBAHASAN individu selalu berusaha mempertahankan
dan memenuhi kebutuhan biologi, psikologi
Lansia sebagai populasi beresiko (population
dan sosial kultural. Adanya stress sebagai
at risk) mempunyai karakteristik usia, biologik dan
penyakit menyebabkan seseorang bereaksi
usia, sosial, ekonomi, gaya hidup dan kejadian
untuk mempertahankan kesehatannya melalui
hidup. Faktor biologik yang terjadi pada lansia
mekanisme pemecahan masalah atau koping
menyebabkan perubahan fungsi organ diantaranya
tertentu. Penyebab stressor dapat berasal dari diri
jantung mengalami penebalan pada miokardial
sendiri, dari luar individu atau karena interaksi
dan pembuluh darah terjadi kekakuan. Secara
dengan orang lain, pada hubungan individu
sosial lansia juga mengalami kehilangan peran
dengan stres, reaksinya atas stres, dan faktor-faktor
dan produktivitas yang akan berdampak pada
pemulihan kembali yang dinamis secara alamiah.
psikologis. Faktor ekonomi cenderung umum
Pemulihan kembali (rekonstitusi) adalah kondisi
terjadi yaitu penurunan pendapatan dan gaya
adaptasi terhadap terhadap stressor.
hidup lansia yang cenderung kurang berolah raga
Pada aspek perkembangan lansia, peneliti
serta kurang memperhatikan diet. Selain itu lansia
melihat seluruh hal yang berkaitan dengan
juga mengalami kehilangan orang yang dicintai
perkembangan lansia yang meliputi usia, jenis
yang dapat memperkuat timbulnya berbagai
kelamin, pengetahuan, sikap, dan perilaku lansia
permasalahan kesehatan pada lansia (Stanhope &
terhadap hipertensi, penghasilan lansia, dukungan
Lancaster, 2004).
ekonomi keluarga, riwayat hipertensi pada
Peningkatan masalah kesehatan penting
keluarga, dukungan psikologis pada keluarga,
pada lansia karena lansia memiliki tingkat
aktivitas olahraga lansia. Pada aspek ini, perilaku
probabilitas yang tinggi terhadap penyakit
tidak berbanding lurus dengan pengetahuan dan
daripada kelompok lain menyebabkan lansia juga
sikap lansia terhadap hipertensi. Perilaku lansia
termasuk dalam kelompok rentan atau vulnerable
yang baik dipengaruhi oleh berbagai macam

10
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut

faktor diantaranya adalah pola kebiasaan yang kunjungan ke posbindu. Sebanyak 77% lansia
telah dilakukan lansia sejak dahulu, dan tidak mempercayai pengobatan tradisional, hal ini
selalu didasari oleh pengetahuan yang memadai perlu menjadi perhatian bagi pertugas kesehatan
khususnya tentang hipertensi. setempat untuk memantau konsumsi obat lansia
Pada aspek fisiologis, peneliti melihat hal agar sesuai dengan penanggulangan hipertensi dan
yang berkaitan dengan kondisi fisiologis lansia tidak menimbulkan efek samping.
dengan masalah hipertensi. Sebagian besar lansia Aspek spiritual. Pada aspek ini peneliti
merasakan tanda dan gejala hipertensi yang paling melihat spiritual lansia cukup baik dibuktikan
umum seperti pusing dan kaku pada tengkuk. dengan sebanyak 99% rutin melakukan ibadah,
Sebanyak 35% lansia mengalami hipertensi pada 90% lansia aktif mengikuti kegiatan keagamaan,
derajat I, 26% lansia mengalami hipertensi derajat dan 72% lansia terbiasa berdoa sebagai salah satu
II, 21% lansia mengalami hipertensi derajat III, upaya penyelesaian masalah. Spiritualitas yang
dan 10% lansia memiliki tekanan darah normal. baik pada lansia mampu memberikan ketenangan
Tekanan darah pada lansia akan meningkat secara batin dalam menghadapai berbagai permasalahan
fisiologis seiring bertambahnya usia lansia, akan yang ada. Kondisi spiritual lansia semakin
tetapi menurunkan tekanan darah lansia hingga membaik seriring bertambahnya usia lansia
pada 140/85-90 mmHg penting bagi lansia untuk sesuai dengan tahap perkembangan lansia yang
mencegah komplikasi dari hipertensi. merupakan tahap akhir dari kehidupan manusia.
Pada aspek psikologis, peneliti melihat
koping dan dukungan lansia. Pada aspek ini KESIMPULAN
peneliti mendapatkan koping dan dukungan yang
Te o r i B e t t y N e u m a n i n i s a n g a t
cukup baik bagi lansia. Koping dan dukungan yang
memungkinkan untuk digunakan dalam pengkajian
cukup baik sangat berperan penting bagi lansia
praktek keperawatan komunitas khususnya pada
dalam memperbaiki kesehatannya khususnya
agregat lansia dengan masalah hipertensi, karena
dalam upaya penanggulangan hipertensi. Kondisi
aspek pengkajiannya bersifat holistik yang meliputi
psikologis yang baik dapat meningkatkan kesehatan
pengkajian fisiologis, psikologis, sosial kultural,
fisik lansia.
perkembangan, dan spiritual. Dalam intervensinya
Pada aspek sosial kultural, peneliti melihat
pun Neuman telah membagi intervensi dalam
hubungan sosial lansia dengan keluarga dan
tiga tingkatan yaitu primer, sekunder, dan tersier
dengan tetangga sekitar, keaktifan lansia dalam
dengan melihat tiga garis pertahanan yaitu flexible
kegiatan di masyarakat, kunjungan lansia ke
line defense, normal line defense, dan resisten line
posbindu, pemanfaatan pelayanan kesehatan, jenis
defense.
pelayanan kesehatan, cakupan informasi mengenai
hipertensi, sumber informasi, budaya konsumsi
asin pada lansia, budaya yang bertentangan DAFTAR PUSTAKA
dengan upaya penanggulangan hipertensi, dan 1. Depkes RI. (2013). Masalah Hipertensi di
kepercayaan lansia terhadap obat tradisional. Pada Indonesia. Diakses dari http://depkes.go.id
aspek ini didapat hubungan sosial lansia cukup pada tanggal 15 Desember 2014.
baik, akan tetapi lansia enggan untuk mengikuti 2. Depkes RI. (2013). Riset Kesehatan Dasar.
kegiatan di masyarakat. Hal ini didukung dengan Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
sebanyak 48 % lansia tidak pernah melakukan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

11
Gambaran Penerapan Neuman System Model pada Agregat Lansia dengan Hipertensi
di Desa Wanajaya Wilayah Kerja Puskesmas Wanaraja Kabupaten Garut
3. Komisi Nasional Lanjt Usia. (2010c). Profil 6. Neuman, B. (1990). Health as a continuum
Penduduk Lanjut Usia. 2009. Jakarta: Komisi based on the Neuman system’s Model.
Nasional Nursing Science
Lanjut Usia Quarterly, 3, 129-135
4. Komisi Nasiona Lanjut Usia. (2010b). 7. Stanhope, M., & Lancaster, J.
Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut (2004).
Usia. Jakarta: Komisi Nasional Lanjut Community and Public Health Nursing.
Usia. St. Louis Missouri: Mosby.
5. Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan 8. WHO. (2013). AGlobal Brief on Hypertension:
Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta: Silent Killer Global Public Health Crisis
EGC

12

Anda mungkin juga menyukai