Anda di halaman 1dari 101

1

SKRIPSI

PENGARUH LAMA SAKIT DAN STRES TERHADAP KUALITAS HIDUP


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK) YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RS.SILOAM LIPO CIKARANG KOTA BEKASI

Di Susun Oleh:
SALMA WIJAYANTI M.Z NIM. 1911B0053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERATAWATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA
INDONESIA 2021
1

PENGARUH LAMA SAKIT DAN STRES TERHADAP KUALITAS HIDUP


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK) YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RS.SILOAM LIPO CIKARANG KOTA BEKASI

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Dalam Program Studi S1 Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia

Di Susun Oleh:

SALMA WIJAYANTI M.Z


NIM. 1911B0053

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS


KEPERAWATAN INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA
INDONESIA 2021
i
MOTTO
“Kehidupan dengan Ikhlas menjadi sebuah komitmen yang harus selalu
ditancapkan pada setiap diri Kita. Dengan menerapkan KeIkhlasan, kamu
akan lebih 'Ringan' dalam menjalani Hidup”.

“ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu apa pun, dan Dia memberimu pendengaran,
penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur."
(Q.S An-Nahl: 78)
2

SURAT PERNYATAAN
3

LEMBAR PENGESAHAN

UCAPAN TERIMAKASIH

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT, karena kehendak dan ridha-
Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Peneliti sadari skripsi ini tidak akan
4

selesai tanpa doa, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Adapun dalam
kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan banyak terimakasih kehadirat Tuhan

Yang Maha Esa, atas karunia-Nya sehingga Skripsi yang berjudul “PENGARUH

LAMA SAKIT DAN STRES TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN

GAGAL

GINJAL KRONIS (GGK) YANG MENJALANI HEMODIALISA DI RS.SILOAM


LIPO CIKARANG KOTA BEKASI” dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan
Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh Sarjana

Keperawatan pada Program Studi S1 Keperawatan di Institut Ilmu Kesehatan

STRADA Indonesia.

Dalam penyusunan Skripsi ini, Peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu Peneliti mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dr. Sandu Siyoto, SKM., M.Kes., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan
STRADA Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan.
2. Dr. Byba Melda Suhita, S.Kep.Ns., M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan.
3. Aprin Rusmawati, S.Kep.,NS.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan.
4. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan,
pengarahan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Orang Tua tercinta Bapak Moch Zaini dan Ibu larmi yang saya sayangi juga
saya banggakan, yang telah memberikan dukungan do’a serta semangat
juang yang tak henti- hentinya dalam penyusunan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta dan saudara tersayang Kakak Syauqi Qodri Zaka M.Z,
Kaka Syafiq Hilmi M.Z,Kakak Karim Sanggore yang telah memberikan
5

dukungan do’a dan semangat juang yang tak henti- hentinya dalam
penyusunan skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat terbaik dan tersayang, Rahma, Suhasni, Chika, Anggy,
Wulan, Zahro, petrus, dan semua teman-teman IPN angkatan 2019 yang
telah memberikan dukungan do'a serta semangat dalam penyusunan skripsi
ini.
9. Dan terlebih kepada Keluarga Besar Almh. Prof. Dr. dr. Hjh. Aisyah
Girindra beserta anaknya Bapak Ir.S.Yuyung Girindra yang membantu,
mendukung baik financial maupuan Doa-doanya yang mendoakan saya kelak
bisa mewarisi ilmu-ilmu Almh.Andung Prof.Dr.dr.Hjh.Aisyah Girindra
sebagai penerus ilmunya kelak.Allahuma Amin.
10. Responden Gagal Ginjal Kronis di Ruang Hemodialisa RS.SILOAM LIPO
CIKARANG KOTA BEKASI yang sudah bersedia menjadi responden dalam
penelitian saya yang sudah saya alami dan rencanakan dari lama ketika
pengalaman saya bekerja Home Care.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan dan berkah Nya. Harapan

peneliti semoga skripsi ini berguna bagi peneliti, maupun pihak yang

berkepentingan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran

mohon bantuannya yang sejujur-jujurnya, dalam peneliti harapkan demi

kesempurnaan usulan penelitian ini.

Sekian terimakasih.

Jakarta Utara,25 Agustus 2021


Peneliti
6

ABSTRAK

PENGARUH LAMA SAKIT DAN STRES TERHADAP KUALITAS HIDUP


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS (GGK) YANG MENJALANI
HEMODIALISA DI RS.LIPO CIKARANG KOTA BEKASI

Oleh :
SALMA WIJAYANTI M.Z

Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang progresif


dan irreversible, sehingga penderita gagal ginjal kronik akan kehilangan fungsi
ginjal secara bertahap dan tidak dapat ubah. Penderita gagal ginjal kronik harus
melakukan terapi dialisis sepanjang hidupnya. Ketidakberdayaan serta
kurangnya penerimaan diri pasien menjadi faktor psikologis yang mampu
mengarahksn pasien pada tingkat stress, cemas bahkan depresi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh lama sakit dan stres terhadap
kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang menjalani hemodialisa di
RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi
Desain penelitian ini adalah corelasi dengan pendekatan cross sectiona.
Besaran sampel 92 responden. Sampling penelitian menggunakan random
sampling, Pengumpulan data menggunakan kuisioner dan proses perhitungan
menggunakan uji regresi linear dengan menggunakan SPSS 18.0 kesalahan α
0.05.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Lebih dari setengah responden
(59,8%) dengan lama sakit < 12 bulan yaitu 55 responden, Lebih dari setengah
responden (66,3%), dengan kondisi stress sedang yaitu 61 responden, dan Lebih
dari setengah responden (68,5%), dengan kualitas hidup yang cukup yaitu 63
responden dari total 92 responden. Berdasarkan hasil analisa data diatas
menggunakan uji regresi linear diperoleh p value = 0,000 yang berarti lebih
kecil dari α = 0,05 dengan demikian dapat dikatakan H0 ditolak dan H1
Diterima.
Kesimpulan yang diambil oleh peneliti yaitu ketika seseorang penderita
GGK dengan lama sakitnya kurang dari 12 bulan dengan tingkat stres cukup
maka penderita tersebut memiliki kualitas hidup yang cukup pula. Sehingga
saling ada pengaruh antara variabel satu dengan yang lain. Untuk itu ketika
menemukan penderita dengan GGK alangkah baiknya melakukan menejemen
stress dan juga mengajarkan teknik relaksasi agar penderita dapat mengatasi
tekanan stress yang berasal dari penyakitnya dan penderita dapat memiliki pola
piker positif.

Kata Kunci : Lama Sakit, Stres, kualitas hidup, penderita GGK.


7

lack of patient self-acceptance are psychological factors that can lead


patients to stress, anxiety and even depression. The purpose of this study was to
determine the effect of duration of illness and stress on the quality of life of
patients with Chronic Kidney Failure (CKF) Underwent Hemodialysis at Lipo
Cikarang City Hospital in Bekasi.
The design of this study is the correlationsection with theapproach cross.
The sample size was 92 respondents. Sampling research using random sampling,
data collection using questionnaires and the calculation process usingtest linear
regression using SPSS 18.0 error α 0.05.
The results of this study indicate that More than half of respondents
(59.8%) with duration of illness <12 months is 55 respondents, More than half
of respondents (66.3%), with moderate stress conditions ie 61 respondents, and
More than half of respondents ( 68.5%), with sufficient quality of life, 63
respondents from a total of 92 respondents. Based on the results of data analysis
above using thetest linear regression pobtained value = 0,000which means it is
smaller than α = 0.05 thus it can be said that H0 is rejected and H1 is accepted.
The conclusion drawn by researchers is that when a person with CKD
with less than 12 months of illness with sufficient stress levels then the patient
has an adequate quality of life as well. So there is mutual influence between
variables with one another. For that reason, when finding a patient with CRF it
is good to do good stress management to the sufferer.

Keywords: Duration of Pain, Stress, quality of life, people with chronic renal
failure

DAFTAR ISI
8

HALAMAN JUDUL DAN PRASYARAT GELAR .................................... i


MOTTO......................................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
UCAPAN TERIMAKASIH .......................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 7


D. Manfaat Penelitian ................................................................... 8
E. Keaslian Penelitian ................................................................... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori ......................................................................... 11

B. Kerangka Konseptual ............................................................... 51

C. Hipotesis ................................................................................... 52

BAB III METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian ..................................................................... 53

B. Kerangka Kerja ....................................................................... 54

C. Populasi,Sampel,Sampling ...................................................... 55

D. Variabel Penelitian .................................................................. 57

E. Definisi Operasional ................................................................ 58


F. Metode Pengumpulan dan Pengelolaan Data .......................... 59

G. Etika Penelitian ....................................................................... 66


9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gagal Ginjal Kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang

progresif dan irreversible, sehingga penderita gagal ginjal kronik akan

kehilangan fungsi ginjal secara bertahap dan tidak dapat ubah. Penderita

gagal ginjal kronik (GGK) melakukan terapi yang bertujuan untuk

menunjang kehidupannya yaitu terapi hemodialisa (HD) atau cangkok


10

ginjal. Bagi pasien gagal ginjal kronik, terapi hemodialisa harus dilakukan

seumur hidupnya (Muhammad, 2012).

Terapi HD dapat memperpanjang usia tanpa batas yang jelas,

namun tindakan ini tidak akan merubah perjalanan alami penyakit ginjal

yang mendasari, dan juga tidak akan mengembalikan seluruh fungsi ginjal.

Pasien tetap akan mengalami sejumlah permasalahan dan komplikasi dari

penyakitnya (Brunner & Suddarth, 2002). Terapi HD juga akan

mempengaruhi keadaan psikologis, sosial dan ekonomi pasien. Pasien

akan mengalami gangguan proses berpikir serta gangguan dalam

berhubungan sosial. Belum lagi maslah kehilangan pekerjaan, perubahan

peran di keluarga, perubahan hubungan dan waktu yang terbuang untuk

dialisis serta biaya yang dikeluarkan rutin untuk rutin menjalani

hemodialisis. Semua kondisi tersebut akan menyebabkan menurunnya

kualitas hidup pasien GGK yang menjalani terapi HD (Mailani, 2015)

Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia atau World health

organization (WHO) memperlihatkan yang menderita gagal ginjal baik

akut maupun kronik mencapai 50% sedangkan yang diketahui dan

mendapatkan pengobatan hanya 25% dan 12,5% yang terobati dengan

baik (Indrasari, 2015).

Berdasarkan Riskesdas (2013), prevalensi gagal ginjal kronis

besdasar diagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,2%. Prevalensi tertinggi

di Sulawesi Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi

Utara masing-masing 0,4%. Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi


11

Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Di Yogyakarata, dan Jawa

Timur masing-masing 0,3%. Provinsi Sumatera Utara sebesar 0,2%

(Riskesdas, 2013).

Gagal Ginjal Kronis (GGK).

Penderita gagal ginjal kronik harus melakukan terapi dialisis

sepanjang hidupnya (biasanya tiap seminggu selama paling sedikit 3-4 jam

per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi

pencangkokan yang berhasil (Muttaqin & Kumala,2011). Pasien yang

melakukan hemodialisa mengalami berbagai masalah yang timbul akibat

tidak berfungsinya ginjal. Hal itu timbul setiap waktu sampai akhir

kehidupannya. Hal ini menjadi stressor fisik yang berpengaruh pada

berbagai dimensi kehidupan pasien yang meliputi biologis, psikologis,

sosiologis dan spiritual. Kelemahan fisik yang dirasakan seperti mual,

muntah, nyeri, lemah otot, oedema adalah sebagian dari manifestasi klinik

dari pasien yang melakukan hemodialisa. Ketidakberdayaan serta

kurangnya penerimaan diri pasien menjadi faktor psikologis yang mampu

mengarahksn pasien pada tingkat stress, cemas bahkan depresi (Ratnawati,

2011).

Pasien yang baru beberapa kali melakukan cuci darah

(hemodialisa) cenderung memiliki tingkat kecemasan dan stres yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pasien yang sudah berkali-kali melakukan

terapi hemodialisa (Irmawati, 2009). Kecemasan dan ketakutan adalah

reaksi umum terhadap stress penyakit. Perasaan hilang kendali, bersalah

dan frustrasi juga turut berperan dalam reaksi emosional pasien. Penyakit

membuat pasien merasa tidak berdaya, menyadari akan terjadinya

kematian tubuh membuat pasien merasa cemas sekali, (Mark, 1995).


12

Semakin lama seorang pasien menjalani HD berbanding terbalik

dengan kualitas hidup pasien. Hal ini dikarenakan tingkat kekhawatiran

serta stres pasien yang semakin meningkat karena berpikir seharusnya HD

dapat menyembuhkan penyakitnya. Penelitian Nurchayati (2010)

menyebutkan semakin lama pasien menjalani HD, maka pasien semakin

patuh untuk menjalani HD karena biasanya pasien telah mencapai tahap

menerima dan kemungkinan pasien telah banyak mendapatkan pendidikan

kesehatan dari perawat dan juga dokter tentang penyakit dan pentingnya

menjalani HD secara teratur.

Terjadinya stres karena adanya stressor yang dipresepsikan

individu merupakan suatu ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan.

Pasien GGK menjalani terapi hemodialisis 2-3 kali setiap minggunya dan

menghabiskan waktu beberapa jam akan membuat mereka mengalami

ketegangan, kecemasan, stress serta depresi yang berbeda-beda setiap

individu yang berdampak negatif terhadap kualitas hidup dan

kesehatannya (Saputra,2010).

Stres pasien GGK juga dapat dicetus juga oleh karena harus

menjalani HD seumur hidup, belum lagi harus menghadapi masalah

komplikasi dari penyakit GGK itu sendiri serta gangguan sistem jantung

dan pembuluh darah, anemia, hipertensi, gangguan kesuburan baik pria

maupun wanita, gangguan kulit serta tulang dan masih banyak lagi

masalah yang ditimbulkan oleh penyakit GGK sehingga membuat pasien

merasa cemas dan stress menghadapi kenyataan yang harus mereka hadapi

(Colvy,2010).

Hawari (2008), mengatakan bahwa keadaan stres dapat

menimbulkan perubahan secara fisiologis, psikologis dan perilaku pada

individu yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit. Perilaku


13

lain yang sering terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa adalah

ketidakpatuhan terhadap modifikasi diet, pengobatan, uji diagnostik dan

pembatasan asupan cairan (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009). Hal ini

jelas menunjukkan, bahwa dampak stres lainnya pada pasien yang

menjalani hemodialisa adalah dapat memperburuk kesehatan pasien dan

menurunkan kualitas hidupnya.

Kualitas pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi

hemodialisa masih merupakan masalah yang menarik perhatian para

profesional kesehatan. Hemodialisis bertujuan untuk mempertahankan

kualitas hidup penderita (Burnner & Suddart, 2002). Mencapai kualitas

hidup perlu perubahan secara fundamental atas cara pandang pasien

terhadap penyakit gagal ginajal kronik itu sendiri (Togatorop,2011).

World Health Organization Quality 0f Life (WHOQoL)

mengemukakan kualitas hidup adalah presepsi individu dalam

kemampuan, keterbatasan, gejala serta sikap psikososial hidupnya dalam

konteks budaya dan sistem nilai untuk menjalankan peran dan fungsinya

(WHOQoL dikutip dalam Nurchayati,2010).

Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pada pasien yang

menjalani hemodialisis antara lain faktor demografi seperti umur, jenis

kelamin, pendidikan dan pekerjaan serta faktor lain yaitu lama menjalani

hemodialisis dan status fungsional kesehatanya (Satvik et al, 2008;

Nurchayati 2011). Kualitas hidup merupakan penilaian dan kepuasan klien

terhadap tingkat dan fungsi kehidupan mereka dibandingkan dengan

keadaan ideal yang seharusnya bisa dicapai menurut klien (Farida, 2010).

Pasien yang menjalani hemodialisis memiliki kondisi yang sama

ketika mereka didiagnosis gagal ginjal kronis. Lamanya pengobatan

hemodialisis memainkan peranan penting bagi pasien gagal ginjal kronis.


14

Pasien yang melakukan cuci darah dua kali/minggu memiliki kualitas

hidup yang baik dibandingkan pasien yang melakukan dialisis tiga

kali/minggu (Bohlke et al, 2008). Hemodialisa dua kali seminggu

membantu pasien meningkatkan kualitas hidup mereka, karena kurangnya

komplikasi, tingkat uremia menurun dari waktu ke waktu, dan kurangnya

diuresis residual (Guerrero et al, 2012).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat masalah pengaruh lama sakit dan stres terhadap kualitas hidup

pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang menjalani hemodialisa di

RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah Apakah Ada Pengaruh Lama Sakit dan Stres terhadap

Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani

Hemodialisa di RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh lama sakit dan stres terhadap kualitas

hidup pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani Hemodialisa

di RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi lama sakit pada pasien Gagal Ginjal Kronis

(GGK) yang Menjalani Hemodialisa di RS.Cikarang Kota Bekasi

b. Mengidentifikasi kondisi stres pada pasien Gagal Ginjal Kronis


15

(GGK) yang Menjalani Hemodialisa di RS.Siloam Lipo Cikarang Kota


Bekasi

c. Mengidentifikasi kualitas hidup pada pasien Gagal Ginjal Kronis

(GGK) yang Menjalani Hemodialisa di RS.Siloam Lipo Cikarang Kota


Bekasi

d. Menganalisis pengaruh lama sakit dan stres terhadap kualitas hidup

pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani Hemodialisa di

RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi tempat penelitian (RS. Lipo Cikarang Kota Bekasi)

Dapat menambah informa

si tentang kualitas hidup pasien Gagal

Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani Hemodialisa di RS.Siloam Lipo


Cikarang Kota Bekasi ditinjau dari pengaruh lama sakit dan stres.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dasar

tentang pengaruh lama sakit dan stres terhadap kualitas hidup

pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani Hemodialisa,

dan bagi peneliti lain dapat dijadikan referensi dalam penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan kualitas hidup pasien GGK

dengan variabel yang berbeda.

c. Bagi Institut

Memberikan kontribusi tentang pengaruh lama sakit dan stres

terhadap kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang

Menjalani Hemodialisa dan pemecahan masalah dalam bidang atau

profesi keperawatan.
16

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai proses

pembelajaran berkaitan dengan pengaruh lama sakit dan stres tehadap

kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani

Hemodialisa, sehingga dapat digunakan sebagai tambahan wawasan

tentang kualitas hidup pasien GGK.

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Penelitian sebelumya yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan:


No Peneltian Judul Penelitian Variabel Metode Perbedaan
(tahun) Penelitian Penelitian
1 Ina Ardila Hubungan Variabel Penelitian Lokasi
(2014) Tingkat Stres Independent: Kuantitatif Penelitian,
dengan Kualitas Hubungan waktu
Hidup dengan Tingkat Stres Teknik penelitian,
pasien Penyakit sampling: variabel
Ginjal Kronik Variabel Porposive Independen.
yang menjalani Dependent: Sampling
Hemodialisa di Kualitas Hidup
Rumah Sakit dengan pasien Uji statistik:
Umum Daerah Penyakit Ginjal Cross
Kota Semarang Kronik yang Sectional
menjalani
Hemodialisa
2 Hikmatul Hubungan antara Variabel Penelitian Lokasi
Husna Lamanya Independent: Kuantitatif Penelitian,
(2015) Hemodialisis Hubungan antara waktu
dengan Kualitas Lamanya Teknik penelitian.
Hidup Pasien Hemodialisis sampling:
Penyakit Ginjal Total
Kronik di Rumah Variabel sampling
Sakit Cut Meutia Dependent:
Kabupaten Aceh Kualitas Hidup Uji statistik:
Utara Tahun Pasien Penyakit Chi Square
2015 Ginjal Kronik
17

3 Yati Dukungan Variabel Penelitian Lokasi


Oktarina Keluarga dan Independent: Kuantitatif Penelitian,
(2017) Lamanya Dukungan waktu
Hemodialisa Keluarga dan Teknik penelitian,
terhadap Tingkat Lamanya sampling: variabel.
Depresi pasien Hemodialisa Simple
Gagal Ginjal Rendom
Kronis (GGK) Variabel sampling
yang Rutin Dependent:
Menjalani Tingkat Depresi Uji statistik:
Hemodialisa di Pasien Gagal Regresi
RSM Ahmad Ginjal Kronis Ordinal
Dahlan Kota (GGK) yang
Kediri Rutin Menjalani
Hemodialisa
4 Penelitian Pengaruh Lama Variabel Penelitian Lokasi
Sekarang Sakit dan Stres independent: Kuantitatif Penelitian,
Terhadap Lama Sakit dan waktu
Kualitas Hidup Stres Teknik penelitian,
Pasien Gagal Variabel Sampling: variabel
Ginjal Kronis Dependent: Simple
Kualitas hidup Rendom
(GGK) yang
pasien Gagal Sampling
Menjalani Ginjal Kronis Uji statistik
Hemodialisa di (GGK) yang
RS.Siloam Lipo : Regresi
Menjalani
Cikarang Kota Linear
Hemodialisa
Bekasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Konsep Gagal Ginjal Kronik


18

a. Pengertian Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronik adalah suatu proses patofisiologis dengan

etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang

progresif dan pada umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal

ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan menurunnya

fungsi ginjal yang bersifat irreversible dan memerlukan terapi

pengganti ginjal yaitu berupa dialisis atau transplantasi ginjal. Selain

itu gagal ginjal kronik juga dapat diartikan dengan terjadinya

kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa

kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan Laju

Filtrasi Glomerulus (LFG), dengan manifestasi adanya kelainan

patologis, adanya kelainan ginjal seperti kelainan dalam komposisi

darah atau urin serta adanya kelainan pada tes pencitraan (imaging

tests) serta Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) kurang dari 60 ml/mnt/1.73

m2 (Nurchayati, 2013).

Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi ginjal yang

progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk

mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

menyebabkan uremia atau terjadi retensi urea dan sampah nitrogen lain

11
dalam darah (Smeltzer & Bare, 2014). Penyakit gagal ginjal kronik

terjadi bila kedua ginjal sudatidak mampu mempertahankan

lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup. Penyebab

gagal ginjal kronik antara lain penyakit infeksi, penyakit peradangan,

penyakit vaskuler hipertensif, gangguan jaringan ikat, gangguan


19

kongenital dan herediter, penyakit metabolik, nefropati toksik,

nefropati obstruktif (Prince & Wilson, 2015).

Gagal ginjal kronik juga didefinisikan sebagai penurunan dari

fungsi jaringan ginjal secara progresif di mana massa di ginjal yang

masih ada tidak mampu lagi mempertahankan lingkungan internal

tubuh. Gagal ginjal kronis juga diartikan sebagai bentuk kegagalan

fungsi ginjal terutama di unit nefron yang berlangsung perlahan-lahan

karena penyebab yang berlangsung lama, menetap dan mengakibatkan

penumpukan sisa metabolit atau toksik uremik, hal ini menyebabkan

ginjal tidak dapat memenuhi kebutuhan seperti biasanya sehingga

menimbulkan gejala sakit (Black & Hawks, 2013).

b. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik

Klasifikasi penyakit ginjal kronik di dasarkan atas dua hal yaitu,

atas derajat (stage) penyakit dan atas dasar diagnosis etiologis. (Ketut

2015).

Klasifikasi berdasarkan derajat (stage) penyakit, ditetapkan atas

dasar perhitungan nilai dari GFR. Pedoman K/DOQI

merekomendasikan perhitungan GFR dengan rumus Cockroft-Gault untuk orang

dewasa, yaitu:

Klirens Kreatinin = (140 – Usia) x berat badan x (0,86 jika wanita)

72 x kreatinin serum

Klasifikasi penyakit ginjal kronis berdasarkan derajat penyakit adalah

sebagai berikut (Black & Hawks, 2013; Brown & Edwards, 2014):

a) Kerusakan ginjal dengan LFG normal (LFG>90 ml/menit/1.73 m2)

b) Kerusakan ginjal dengan LFG ringan (LFG>60-89 ml/menit/1.73 m2)

c) Kerusakan ginjal dengan LFG sedang (LFG>30-59 ml/menit/1.73 m2)


20

d) Kerusakan ginjal dengan LFG berat (LFG>15-29 ml/menit/1.73 m2)

e) Gagal ginjal (LFG < 15 ml/menit/1.73 m2 atau dialisis)

c. Etiologi

Penyebab utama gagal ginjal ginjal kronik sangat bervariasi antara

satu negara dengan negara lain. Penyebab utama gagal ginjal kronik di

Amerika Serikat diantaranya yaitu Diabetes Mellitus (DM) tipe 2

merupakan penyebab terbesar gagal ginjal kronik sebesar 37%

sedangkan tipe 1 7%. Hipertensi menempati urutan kedua sebesar 27%.

Urutan ketiga penyebab gagal ginjal kronik adalah

glomerulonefrtitis sebesar 10%, nefrtitis interstisialis 4%, dilanjutkan

dengan nefritis interstisialis, kista, neoplasma serta penyakit lain yang

masing-masing sebesar 2%.

Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri, 2014) menyebutkan

bahwa penyebab gagal ginjal di Indonesia diantaranya adalah

glomerulonefritis 46.39%, DM 18.65% sedangkan obstruksi dan

infeksi sebesar 12.85% dan hipertensi 8.46% sedangkan penyebab

lainnya 13,65% (Drakbar, 2014). Dikelompokkan pada sebab lain

diantaranya, nefritis lupus, nefropati urat, intoksikasi obat, penyakit

ginjal bawaan, tumor ginjal, dan penyebab yang tidak diketahui.

Etiologi gagal ginjal kronik dapat disebabkan oleh penyakit sistemik

seperti diabetes mellitus, glomerulonefritis kronis, pielonefritis,

hipertensi yang tidak dapat dikontrol, obstruksi traktus urinarius, lesi

herediter seperti penyakit ginjal polikistik (Brunner & Suddarth, 2014).

d. Patofisiologi

Patofisiologi penyakit ginjal kronik pada awalnya tergantung pada

penyakit yang mendasarinya, tapi dalam perkembangannya proses

yang terjadi sama. Pengurangan massa ginjal mengakibatkan hipertrofi


21

struktural dan fungsional nefron yang masih tersisa (surviving

nephrons) sebagai upaya kompensasi, yang diperantarai oleh molekul

vasoaktif seperti sitokin dan growth factors. Hal ini mengakibatkan

terjadinya hiperfiltrasi, yang diikuti oleh peningkatan tekanan kapiler

dan aliran darah glomerulus.

Pada stadium paling dini pada penyakit ginjal kronik, terjadi

kehilangan daya cadang ginjal (renal reserve), dimana basal Laju

Filtrasi Glomerulus (LFG) masih normal atau dapat meningkat.

Kemudian secara perlahan tapi pasti, akan terjadi penurunan fungsi

nefron yang progresif,yang ditandai dengan peningkatan kadar urea

dan kreatinin serum. Sampai pada laju filtrasi glomerulus sebesar 60%,

pasien masih belum merasakan keluhan (asimtomatik), tapi sudah

terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum sampai pada laju

filtrasi glomerulus sebesar 30%. Kerusakan ginjal dapat menyebabkan

terjadinya penurunan fungsi ginjal, produk akhir metabolik yang

seharusnya dieksresikan ke dalam urin, menjadi tertimbun dalam

darah. Kondisi seperti ini dinamakan sindrom uremia. Terjadinya

uremia dapat mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak

timbunan produk metabolik (sampah), maka gejala akan semakin berat

(Brunner & Suddarth, 2014).

Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan

seperti hipovolemi atau hipervolemi, gangguan keseimbangan

elektrolit antara lain natrium dan kalium. Laju Filtrasi Glomerulus

(LFG) di bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang lebih

serius, dan pasien memerlukan terapi pengganti ginjal (renal

replacement therapy) antara lain dialisis atau transplantasi ginjal, pada

keadaan ini pasien dikatakan sampai pada stadium gagal ginjal


22

(Suharyanto dalam Hidayati, 2012).

e. Gambaran Klinis Gagal Ginjal Kronik

Gambaran klinis pada pasien dengan gagal ginjal kronik, yaitu (Sudoyo,

2014):

a) Sesuai dengan penyakit yang mendasari seperti diabetes

mellitus, infeksi traktus urinarius, batu traktus urinarius,

hipertensi, hiperuremia, Lupus Erimatosus Sistemik (LES) dan

lain sebagainya.

b) Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah, letargi, anoreksia, mual

muntah, nokturia, kelebihan volume cairan (volume overload),

neuropati perifer, pruritus, uremic frost, perikarditis,

kejangkejang sampai koma.

c) Gejala komplikasinya antara lain, hipertensi, anemia,

osteodstrofi renal, payah jantung, asidosis metabolik, gangguan

keseimbangan elektrolit (sodium, kalium dan klorida).

f. Stadium Gagal Ginjal Kronik

Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 (tiga)

stadium, yaitu ( Brunner & Suddarth, 2014) :

a) Stadium I, dinamakan penurunan cadangan ginjal. Pada stadium ini

kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita

asimptomatik. Gangguan fungsi ginjal hanya dapat diketahui

dengan test pemekatan kemih dan test Laju Filtrasi Glomerulus

(LFG) secara seksama.


b) Stadium II, dinamakan insufisiensi ginjal, pada stadium ini, 75%

lebih jaringan yang berfungsi telah rusak, LFG besarnya 25% dari

normal, kadar BUN dan kreatinin serum mulai meningkat dari


23

normal, gejala-gejala nokturia atau sering berkemih di malam hari

sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan).

c) Stadium III, dinamakan gagal ginjal stadium akhir atau uremia,

sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya

sekitar 200.000 nefron saja yang masih utuh dan nilai LFG hanya

10% dari keadaan normal.

g. Penatalaksanaan Gagal Ginjal Kronik

Pengobatan gagal ginjal kronik dapat dibagi menjadi 2 (dua) tahap,

yaitu tindakan konservatif dan dialisis atau transplantasi ginjal.

1) Tindakan Konservatif

Tujuan pengobatan pada tahap ini adalah untuk meredakan atau

memperlambat gangguan fungsi ginjal progresif, pengobatan antara

lain :

• Pengaturan diet protein, kalium, natrium, dan cairan,

• Pencegahan dan pengobatan komplikasi; hipertensi,

hiperkalemia, anemia, asidosis.

• Diet rendah fosfat

2) Pengobatan hiperurisemia

Adapun jenis obat pilihan yang dapat mengobati hiperuremia pada

penyakit gagal ginjal lanjut adalah alopurinol. Efek kerja obat ini

mengurangi kadar asam urat dengan menghambat biosintesis

sebagai asam urat total yang dihasilkan oleh tubuh (Guyton, 2016).

3) Dialisis

a) Hemodialisa
24

Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada

pasien dalam keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis

jangka pendek (beberapa hari sampai beberapa minggu) atau

pada pasien dengan gagal ginjal kronik stadium akhir atau End

Stage Renal Desease (ESRD) yang memerlukan terapi jangka

panjang atau permanen. Sehelai membran sintetik yang

semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus renal

dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya

itu.

Pada penderita gagal ginjal kronik, hemodialisa akan

mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisa

tidakmenyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan

tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau

endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal

ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien

dengan gagal ginjal kronik yang mendapatkan replacement

therapy harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya atau

biasanya tiga kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam

per kali terapi atau sampai mendapat ginjal pengganti atau baru

melalui operasi pencangkokan yang berhasil. Pasien

memerlukan terapi dialisis yang kronis kalau terapi ini

diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan

mengendalikan gejala uremia (Price & Wilson, 2014).

b) Tujuan

Tujuan dilakukan hemodialisa adalah untuk mengeluarkan

zat-zat nitrogen yang bersifat toksik atau racun dari dalam


25

darah dan mengeluarkan air yang berlebihan. Terdapat tiga

prinsip yang mendasari kerja hemodialisis, yaitu difusi,

osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah di dalam darah

dikeluarkan melalui proses difusi dengan cara bergerak dari

darah yang memiliki konsentrasi tinggi, ke cairan dialisat

dengan konsentrasi yang lebih rendah. Cairan dialisat tersusun

dari semua elektrolit yang penting dengan konsentrasi ekstrasel

yang ideal (Hudak & Gallo, 2012).

c) Komplikasi hemodialisis

Adapun komplikasi dialisis secara umum dapat mencakup hal-hal

sebagai berikut (Price & Wilson, 2014) :

(1) Hipotensi, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika cairan

dikeluarkan.

(2) Emboli udara, merupakan komplikasi yang jarangterjadi tetapi

dapat terjadi jika udara memasuki sistem vaskuler pasien.

(3) Nyeri dada dapat terjadi karena PCO2 menurun bersamaan

dengan terjadinya sirkulasi darah di luar tubuh.

(4) Pruritus, dapat terjadi selama terapi dialisis ketika produk akhir

metabolisme meninggalkan kulit.

(5) Gangguan keseimbangan dialisis, terjadi karena perpindahan

cairan serebral dan muncul sebagai serangan kejang.

(6) Kram otot, terjadi ketika cairan dan elektrolit dengan cepat

meninggalkan ruang ekstrasel.

(7) Mual, muntah, merupakan peristiwa yang paling sering

terjadi.

d) Transplantasi Ginjal (TPG)


26

Tranplantasi ginjal telah menjadi terapi pilihan bagi

mayoritas pasien dengan penyakit renal tahap akhir hampir di

seluruh dunia. Manfaat transplantasi ginjal sudah jelas terbukti

lebih baik dibandingkan dengan dialisis terutama dalam hal

perbaikan kualitas hidup. Salah satu diantaranya adalah

tercapainya tingkat kesegaran jasmani yang lebih baik.

h. Komplikasi

Komplikasi yang umumnya dialami oleh penderita CKD adalah

anemia. Anemia terjadi pada 80-90% pasien CKD. Anemia ini

disebabkan karena defisiensi dari eritropoietin. Defisiensi besi,

kehilangan darah atau masa hidup darah yang pendek sehingga

mengakibatkan hemolisisi, defisiensi asam folat, penekanan sumsum

tulang oleh substansi uremik dan proses inflamasi yang akut maupun

kronik merupakan pencetus terjadinya anemia. Evaluasi terhadap

anemia dilakukan saat kadar hemoglobin ≤ 10g% atau hematocrit ≤

30%, dengan mengevaluasi serum iron, total iron binding capacity,

mencari apabila ada usmber perdarahan, melihat morfologi eritrosit

dan mencari kemungkinan penyebab hemodialysis lainnya.

Penatalaksanaan untuk anemia selain dari mencari factor penyebabnya

adlaah dengan pemberian Eritropoeitin (EPO). Transfusi darah dapat

dilakukan dengan indikasi yang tepat dan pada pasien CKD harus

dilakukan secara hati-hati dengan pemantauan yang cermat. Karena

transfusi darah yang dilakukan dengan tidak cermat dapat

menyebabkan kelebihan cairan tubuh, hyperkalemia sehingga

memperburuk fungsi ginjal.


27

2. Konsep Stres

a. Definisi Stres

Stres adalah reaksi non-spesifik manusia terhadap rangsangan atau

tekanan (stimulus stressor). Stres merupakan suatu reaksi adaptif,

bersifat sangat individual, sehingga suatu stres bagi seseorang belum

tentu sama tanggapannya bagi orang lain. Hal ini sangat dipengaruhi

oleh tingkat kematangan berpikir, tingkat pendidikan, dan kemampuan

adaptasi seseorang terhadap lingkungannya. Tekanan stres (stressor)

akan membebani individu dan mengakibatkan gangguan keseimbangan

fisik ataupun psikis. Batas kritis tekanan yang menimbulkan stres

sangat bervariasi antar individu (hartono, 2015).

b. Faktor Penyebab Stres

Secara umum faktor penyebab stres menurut Hartono (2015),

digolongkan menjadi beberapa kelompok berikut :

1) Tekanan fisik: kerja otot/olahraga yang berat, kerja otak yang

terlalu lama, dan sebagainya.

2) Tekanan psikologis: hubungan suami istri/orang tua-anak,

persaingan antar saudara/teman kerja, hubungan sosial lainnya,

etika moral, dan sebagainya.

3) Tekanan sosial ekonomi: kesulitan ekonomi, rasialisme, dan

sebagainya. Selama manusia hidup, setiap saat akan menemui

kesulitan atau tantangan yang oleh masyarakat umum disebut

problem kehidupan.

Sangat banyak bentuk problem kehidupan yang dapat

menyebabkan stres, antara lain adalah problem keluarga,

problem lingkungan, situasi, problem pekerjaan/pelajaran,

problem keuangan, problem kesehatan, dan sebagainya.


28

c. Jenis Stres

Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respons

yang saling terkait, baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada

individu yang mengalaminya (Nasir & Muhith, 2011).

Terdapat empat jenis stres, antara lain sebagai berikut:

1) Frustasi

Kondisi dimana seseorang merasa jalan yang akan ditempuh untuk

meraih tujuan terhambat. Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih

perilaku saling berbenturan, di mana masing-masing perilaku

tersebut butuh untuk diekspresikan atau malah saling

memberatkan.

2) Perubahan

Kondisi yang dijumpai ternyata merupakan kondisi yang tidak

semestinya serta membutuhkan adanya suatu penyesuaian.

3) Tekanan

Kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat besar

terhadap seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.

d. Respon Stres

Konsep stres pada masa modern dipengaruhi oleh penelitian Hans

Selye dan publikasi teorinya sindrom adaptasi umum General Adaption

Syndrome (GAS) pada tahun 1930-an. Selye

mengidentifikasi tiga tahap respons manusia terhadapt stresor.

Pertama, tahap alarm, seorang individu menyadari stress atau stressor

tersebut dan sistem saraf simpatis menghasilkan reaksi ”melawan atau

menghindar”. Pada tahap kedua, resistensi, tubuh berupaya beradaptasi

terhadap respon stres dan pada banyak kasus terjadi adaptasi. Jika
29

homeostasis tidak pulih maka tahap ketiga adalah kelelahan, yakni

tubuh tidak dapat merespons stres dan setelah beberapa lama dapat

menderita penyakit atau meninggal. Selye menyebutnya sebagai

respons nonspesifik dengan kata lain, respons yang sama tanpa melihat

tipe stressor atau individu. (O'Brien, Kennedy, & Ballard, 2014).

Stres adalah reaksi dari tubuh (respon) terhadap lingkungan yang dapat

memproteksi diri kita yang juga merupakan bagian dari sistem

pertahanan yang membuat kita tetap hidup. Stres yang dialami

seseorang akan menghasilkan reaksi fisiologis, psikologis dan

perubahan perilaku (Nasir & Muhith, 2011). Respon stres tersebut

dapat terlihat dalam berbagai aspek sebagai berikut :

1) Respon fisiologis

Dapat ditandai dengan meningkatnya tekanan darah, detak jantung,

nadi, dan sistem pernapasan.

2) Respn kognitif

Dapat terlihat melalui terganggunya proses kognitif individu,

seperti pikiran menjadi kacau, menurunya daya konsentrasi ,

pikiran berulang, dan pikiran tidak wajar.

3) Respon emosi

Dapat muncul sangat luas, menyangkut emosi yang mungkin

dialami individu, seperti takut, cemas, malu, marah, dan

sebagainya.

4) Respon tingkah laku


Dapat dibedakan menjadi flight, yaitu melawan situasi yang menekan

dan flight yaitu menghindari situasi yang menekan.


30

e. Dampak Stres

Pada umumnya, individu yang mengalami ketegangan akan

mengalami kesulitan dalam memanajemen kehidupannya, sebab stress

akan memunculkan kecemasan (anxiety) dan sistem syaraf menjadi

kurang terkendali. Pusat syaraf otak akan mengaktifkan saraf simpatis,

sehingga mendorong sekresi hormon adrenalin dan kortisol yang

akhirnya akan memobilisir hormon-hormon lainnya. Individu yang

berada dalam kondisi stres, kondisi fisiologisnya akan mendorong

pelepasan gula darihati dan pemecahan lemak tubuh, dan

bertambahnya kandungan lemak dalam darah (Waitz, Stromme, Railo,

1983 dalam Sukadiyanto, 2010). Kondisi tersebut akan mengakibatkan

tekanan darah meningkat dan darah lebih banyak dialihkan dari sistem

pencernaan ke dalam otot-otot, sehingga produksi asam lambung

meningkat dan perut terasa kembung serta mual. Oleh karena itu, stres

yang berkepanjangan akan berdampak pada depresi yang selanjutnya

juga berdampak pada fungsi fisiologis manusia, di antaranya gagal

ginjal dan stroke (Sukadiyanto, 2010).

Stres ini juga dapat menimpa baik, pada diri pribadi maupun

organisasi yang dapat menimbulkan dampak pada berbagai segi

kehidupan (Nasir & Muhith, 2011). Dampak yang dialami antara lain

sebagai berikut:

a. Dampak fisiologis, misalnya: sakit jantung, darah tinggi, sakit kepala,

kanker, asma, diabetes, dan sebagainya.

b. Dampak psikologis, misalnya: depresi, ketergantungan obat, fobia, dan

sebagainya.

c. Dampak terhadap kehidupan berorganisasi, misalnya: ketidakpuasan

kerja, produktivitas menurun, turn over yang tinggi, dan sebagainya.


31

f. Mengelola Stres

Kemampuan untuk mengatur/mengelola diri sendiri merupakan

suatu proses berkesinambungan yang memerlukan adanya kemauan

dan awareness untuk mengubah, baik perilaku ataupun kebiasaan

sehingga pada akhirnya kita mampu menjadi orang yang efektif.

Kemampuan mengelola waktu dan stres biasa disebut dengan self

management. Mengelola stres juga dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk mengelola/mengatur hal yang telah menjadi

tanggung jawab kita dengan menyesuaikan pada situasi yang terjadi

pada kehidupan sehari-hari (Nasir & Muhith,2011). Ada beberapa

strategi dalam mengatasi stres. Kita tidak dapat menghapus stres

namun kita dapat menangani dan mengelola stres. Berikut beberapa

cara diantaranya:

1) Pola makan yang sehat dan bergizi

Pada umumnya pola makan yang sehat adalah minimal makan 3

kali dalam sehari, dan menunya 4 sehat 5 sempurna.

Untuk itu, yang perlu diperhatikan adalah jenis asupan makanan

komposisinya harus seimbang antara karbohidrat, lemak, dan

protein. Oleh karena asupan makanan juga dapat menyebabkan

timbulnya stress pada individu, terutama jenis makanan yang

mengandung lemak. Sebagai contoh kaum wanita yang banyak

mengkonsumsi lemak cenderung akan mengalami kegemukan,

dan kegemukan adalah momok bagi kaum wantia. Selain itu,

orang yang mengalami stress akan terjadi pemecahan lemak

tubuh sehingga menambah kandungan lemak dalam darah.

Kondisi seperti itu akan mengganggu sistem peredaran darah

dan mengakibatkan penyumbatan dalam pembuluh darah. Untuk


32

itu, pola makan 4 sehat 5 sempurna perlu terus dilakukan, agar

individu dapat terhindar dari stress. Budaya makan makanan

yang bersifat instant harus segera dikikis guna menjamin asupan

gizi yang sehat bagi jiwa dan raga (Sukadiyanto, 2010).

2) Berlibur atau rekreasi

Aktivitas ini bertujuan untuk melepaskan segala kelelahan

(kepenatan) baik fisik maupun psikis dengan cara mengubah

suasana yang menjadi rutinitas. Terutama bagi yang sudah

berkeluarga berlibur sangat diperlukan guna menjalin hubungan

yang harmonis antar anggota keluarga agar terjadi komunikasi

yang harmonis pula. Selain itu, dengan perubahan suasana mampu

menggairahkan kinerja individu yang mengalami kepenatan karena

rutinitas pekerjaan atau beban pikiran yang terlalu berat

(Sukadiyanto, 2010).

3) Relaksasi

Banyak orang menemukan bakwa teknik relaksasi

berpengaruh pada terhadap tingkat stres, seperti menghirup napas

dalam-dalam, sekali atau lebih secara perlahan. Dengan

menyediakan sedikit waktu dan mengambil napas dalam-dalam,

secara otomatis menenangkan tubuh dan pikiran sehingga dapat

berkonsentrasi (Nasir & Muhith, 2011).

4) Distraksi

Distraksi merupakan suatu metode atau teknik yang dapat

digunakan untuk mengurangi kecemasan, nyeri, stres dengan cara

mengalihkan perhatian seseorang seperti mendengarkan musik


33

klasik, menonton video animasi dll (Nastiti, Natalia & Lestiawati,

2016; Asmadi, 2008 dalam, Sarfika, Yanti & Winda, 2015).

g. Cara Mengukur Stres

Alat ukur untuk menentukan tingkat stres yaitu dengan


menggunakan Depression Anxiety Stress Scale (DAAS) yang telah
teruji reliabilitas dan validitasnya (Damanik, 2011). DAAS merupakan
3 skala yang dirancang untuk mengukur keadaan emosional negatif
yaitu depresi, cemas, dan stres. Alat ukur ini berisi 42 pertanyaan
dengan 4 pilihan jawaban pada setiap pertanyaan dengan menggunakan
skala likert yaitu 0 (tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak
pernah), 1 (sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-
kadang), 2 (sesuai dengan saya sampai batas yang dapat
dipertimbangkan, atau lumayan sering), 3 (sangat sesuai dengan saya,
atau sering sekali). Alat ukur DAAS-42 untuk skala stres terletak pada
soal nomor 1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35,
39 yang telah diuji reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha
Formula. Total skor dalam kuesioner ini terbagi menjadi 5
tingkatanyaitu, normal, ringan, sedang, berat, sangat berat (Nursalam,
2008; Daminik, 2011; Psychology Foundation of Australia, 2014).
Dengan pengukuran Depression Anxiety Stress Scale (DAAS) sebagai
berikut ;

Tabel 2.1 Alternative Jawaban


No Alternative Jawaban Skor

1 Tidak Pernah Merasakan 0

2 Kadang-Kadang Merasakan 1

3 Sering Merasakan 2

4 Sangat Merasakan Atau Hampir Setiap Saat 3

Tabel 2.2 Cara Pengukuran Stress

Alhamdulillah puji syukur Indikator Stres


kepada Allah swt, karena
kehendak dan ridha-
34

Nya peneliti dapat


menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti sadari skripsi ini
tidak akan
selesai tanpa doa, dukungan
dan dorongan dari berbagai
pihak. Adapun dalam
kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan banyak
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Eddy
Yusuf, SP, M.Si.,M.Kom,
selaku Rektor Universitas
Normal 0-14
Ringan 15-18
Sedang 19-25
Parah 26-33
Sangat parah >34

3. Konsep Kualitas Hidup

a. Pengertian Kualitas Hidup

Pengertian kualitas hidup masih menjadi suatu permasalahan,

belum ada suatu pengertian yang tepat yang dapat digunakan sebagai

acuan untuk mengukur kualitas hidup seseorang. Kualitas hidup

merupakan suatu ide yang abstrak, yang tidak terikat oleh waktu atau

tempat: bersifat situasional dan meliputi berbagai konsep yang saling

tumpang tindih (Kinghorn & Gamlin, 2015). Menurut WHO (2015)

kualitas hidup merupakan persepsi individu sebagai laki-laki ataupun

perempuan dalam hidup, ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai

tempat mereka tinggal, dan hubungan dengan standar hidup, harapan,

kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini terangkum secara kompleks

mencakup kesehatan fisik, status psikologis, tingkat kebebasan,


35

hubungan sosial, dan hubungan kepada karakteristik lingkungan

mereka.

Farquahar (2013) menjelaskan bahwa kualitas hidup merupakan

suatu model konseptual, yang bertujuan untuk menggambarkan

perspektif pasien dengan berbagai macam istilah. Pengertian kualitas

hidup ini akan berbeda bagi orang sakit dan orang sehat. Cella (1992,

dalam Kinghorn & Gamlin, 2015) menyebutkan bahwa kualitas hidup

seseorang tidak dapat didefinisikan dengan pasti, hanya orang tersebut

yang dapat mendefinisikannya, karena kualitas hidup merupakan

sesuatu yang bersifat subyektif.

Terdapat dua komponen dasar dari kualitas hidup yaitu

subyektivitas dan multidimensi. Subyektivitas mengandung arti bahwa

kualitas hidup hanya dapat ditentukan dari sudut pandang pasien itu

sendiri dan ini dapat diketahui hanya dengan bertanya langsung pada

pasien sedangkan multidimensi bermakna bahwa kualitas hidup

dipandang dari seluruh aspek kehidupan seseorang secara holistik

meliputi aspek biologis/fisik, psikologis, sosiokultural dan spiritual.

Polonsky (2011) mengatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana kualitas


hidup seseorang maka dapat diukur dengan mempertimbangkan 2 hal,
yaitu keseluruhan dari status fisik, psikososial dan sosial dan kondisi penyakit
yang meliputi 2 kategori yaitu kelemahan yang dirasakan (bagaimana pasien
merasakan beberapa kelemahan dari penyakit yang dialaminya atau bagaimana
penyakitnya itu dirasakan sendiri oleh pasien menggangu atau membebani
kehidupan) dan kelemahan yang lainnya seperti dampak distress yang dirasakan
dari penyakit yang dirasakannya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

Avis (2015) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi

kualitas hidup dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah sosio

demografi yaitu jenis kelamin, usia, suku atau etnik, pendidikan,

pekerjaan dan status perkawinan. Kedua adalah medik yaitu lama


36

menjalani hemodialisis, stadium penyakit dan penatalaksanaan medis

yang dijalani.

1) Faktor sosio demografi.

a) Kesehatan fisik (physical health)

Hal-hal yang terkait didalamnya meliputi: aktivitas sehari-hari,

ketergantungan pada bahan-bahan medis atau pertolongan

medis, tenaga dan kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan

ketidaknyamanan, tidur dan istirahat serta kapasitas bekerja.

b) Kesehatan psikologis (psychological health)

Seperti body image dan penampilan, perasaan-perasaan negatif

dan positif, kepercayadirian, spiritualitas/kepercayaan personal,

pikiran, belajar, memori dan konsentrasi.

c) Hubungan sosial (social relationship)

Meliputi hubungan personal, hubungan sosial serta

dukungan sosial dan aktivitas seksual. Dukungan sosial adalah keberadaan,

kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat diandalkan, menghargai, dan

menyayangi kita. Dukungan sosial yang diterima seseorang dalam

lingkungannya, baik berupa dorongan semangat, perhatian,

penghargaan, bantuan maupun kasih sayang membuatnya akan

memiliki pandangan positif teradap diri dan lingkungannya.

d) Lingkungan (environment)

Berhubungan dengan sumber-sumber finansial; kebabasan,

keamanan dan keselamatan fisik; perawatan kesehatan dan sosial

(aksesibilitas dan kualitas); lingkungan rumah; kesempatan untuk

memperoleh informasi dan belajar keterampilan baru; berpartisipasi

dan kesempatan untuk rekreasi atau memiliki waktu luang;


37

lingkungan fisik (polusi, kebisingan, lalu lintas, iklim); serta

transportasi.

e) Jenis kelamin.

Komposisi tubuh yang dimiliki perempuan dan laki-laki

sangat berbeda, laki-laki lebih banyak memiliki jaringan otot

sedangkan perempuan lebih banyak jaringan lemak. Semakin

banyak lemak semakin sekikit persentasi air yang ada pada

badan dan mengakibatkan persentasi air dalam tubuh juga

kecil (Price & Wilson, 2015). Banyaknya air dalam tubuh akan

berdampak pada peningkatan berat badan dan mempengaruhi

aktifitas dan kegiatan seseorang yang menderita CKD dengan

terapi hemodialisis. Igbokwe & Obika (2016) mengungkapkan

bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai perbedaaan

ambang haus, Ambang haus laki-laki lebih rendah dibanding

dengan perempuan yang menyebabkan laki-laki lebih banyak

mengalami peningkatan berat badan diantara dua waktu

hemodialisis.

f) Usia

Usia berpengaruh terhadap cara pandang seseorang dalam

kehidupan, masa depan dan pengambilan keputusan. Penderita

CKD usia 35 tahun dengan 2 orang anak balita dibandingkan

dengan penderita lain yang berusia 78 tahun dimana semua

anaknya sudah mandiri tentu saja berbeda dalam menentukan

pilihan untuk mendapatkan kesehatan. Penderita yang dalam


38

usia produktif merasa terpacu untuk sembuh mengingat dia

masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi, sebagai

tulang punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan

keputusan pada keluarga atau anak-anaknya tidak sedikit dari

mereka merasa sudah tua, capek, hanya menunggu waktu,

akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi

haemodialisis. Usia juga erat kaitannya dengan prognose

penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55

tahun kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang

memperberat fungsi ginjal sangat besar bila dibandingkan

dengan yang berusia dibawah 40 tahun.

Peningkatan usia mempengaruhi tingkat kematangan sesorang

untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya. Orang

dewasa cenderung mampu mempertahankan peningkatan

kepatuhan terhadap program terapi yang diberikan terkait

pembatasan cairan terutama pada pasien CKD. Sarkar et al

(2006), mengungkapkan bahwa usia memiliki korelasi terbalik

dengan penambahan berat badan diantara dua waktu dialisis.

Artinya bahwa semakin bertambah usia pasien maka semakin

sedikit penambahan berat badan diantara dua

dialisisnya. Hal ini disebabkan karena terjadi penurunan sensasi

haus akibat proses bertambahnya usia sehingga cairan yang

dikonsumsi menurun dan berimplikasi terhadap peningkatan

berat badan yang minimal.

g) Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam

kehidupan manusia dan sebagai wahana pengembang sumber


39

daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan

diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu

menanamkan kapasitas baru bagi manusia dalam mempelajari

pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga dapat diperoleh

manusia yang produktif.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam

kehidupan manusia dan sebagai wahana pengembang sumber

daya manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan

diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu

menanamkan kapasitas baru bagi manusia dalam mempelajari

pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga dapat diperoleh

manusia yang produktif. Tilaar (2014). Semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang maka dia akan cenderung untuk

berperilaku positif karena pendidikan yang diperoleh dapat

meletakkan dasar-dasar pengertian dalam diri seseorang

(Azwar, 2015).

h) Pekerjaan

Memiliki pekerjaan pada usia dewasa muda akan

mempengaruhi kualitas hidup serta mempengaruhi kebahagiaan

individu. Bekerja sebagai salah satu faktor demografi yang

penting mempengaruhi kebahagiaan dibandingkan faktor

demografi lain. Pekerjaan menjadi hal yang utama karena

pekerjaan memberikan aktivitas yang menghabiskan sepertiga

waktu individu (8 jam perhari), dimana waktu ini setara dengan

waktu yang dihabiskan individu untuk tidur danmelakukan

berbagai aktivitas lainnya. Selain itu, bila dikaitkan dengan


40

fenomena pengangguran, berbagai dampak negatif dan positif

dari kondisi tidak bekerja tentu juga akan berpengaruh terhadap

kebahagiaan yang ia rasakan dan lebih jauh lagi dapat

mempengaruhi kualitas hidupnya.

Penelitian yang dilakukan di negara-negara Eropa

menunjukkan bahwa seseorang yang tidak bekerja memiliki

tingkat kebahagiaan dan kualitas hidup yang paling rendah

dibandingkan dengan kelompok yang lain (pegawai swasta,

wirausaha, pedagang, petani, dan lain-lain) dan pekerja full

time memiliki tingkat kebahagiaan yang paling tinggi. Clark

dan Oswald (2011), dalam Dowling (2014) mengemukakan

bahwa kehilangan pekerjaan memiliki dampak yang lebih

buruk pada kesejahteraan dan kebahagiaan daripada peristiwa

lain, seperti perceraian dan perpisahan.

i) Status perkawinan

Manusia senantiasa hidup, berkembang sesuai dengan

pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam

hidupnya. Manusia tercipta sebagai makhluk individu dan

makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa

membutuhkan orang lain, selalu berinteraksi, saling

bersosialisasi maupun bertukar pengalaman serta untuk

meneruskan keturunan. Meneruskan keturunan dapat ditempuh

melalui proses pernikahan, yang kemudian terbentuklah

sebuah keluarga. Pada dasarnya manusia terpanggil untuk

hidup berpasang-pasangan. Manusia dapat menemukan makna

hidupnya dalam pernikahan. Sebagian orang menganggap

bahwa pernikahan membatasi kebebasannya, tetapi


41

bagaimanapun juga sebagian besar dari masyarakat mengakui

bahwa pernikahan memberikan jaminan ketentraman hidup,

meningkatkan kualitas hidup. Bagi mereka yang telah

menyandang status nikah Ia merasa hidupnya lebih berarti dan

lebih lengkap dibandingkan dengan sebelumnya.

2) Faktor Medik

a) Lama menjalani hemodialisa

Semakin lama pasien menjalani hemodialisis adaptasi pasien

semakin baik karena pasien telah mendapat pendidikan

kesehatan atau informasi yangdiperlukan semakin banyak dari

petugas kesehatan. Hal ini didukung oleh pernyataan bahwa

semakin lama pasien menjalani hemodialisis, semakin patuh

dan pasien yang tidak patuh cenderung merupakan pasien yang

belum lama menjalani hemodialisis, karena pasien sudah

mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya

pendidikan kesehatan dari petugas kesehatan. Tahap accepted

memungkinkan sesorang menjalani program hemodialisis

dengan penuh pemahanan pentingnya pembatasan cairan dan

dampak dari peningkatan berat badan diantara dua hemodialisa

terhadap kesehatan dan kualitas hidupnya.

b) Stadium penyakit

Pada penderita gagal ginjal grade 2 dan grade 3 yang tanpa

disertai dengan berbagai komplikasi yang memperburuk fungsi

ginjal sehingga jatuh dalam kondisi gagal ginjal terminal tentu

saja memiliki angka keberhasilan atau kualitas hidup dan

harapan hidup lebih baik dibandingkan yang sudah gagal ginjal

terminal dengan komplikasi yang berat. Terapi haemodialisis


42

akan sangat dirasakan manfaatnya bagi mereka yang dari awal

sudah diketahui, ada indikasi dan langsung dirujuk untuk

menjalani terapi hemodialisis. Hal ini tentu saja sangat

memotivasi penderita terutama yang masih muda untuk

berusaha patuh menjalankan terapi sehingga didapatkan hasil

yang optimal. Semakin terlambat perlakuan yang diberikan

semakin memperburuk fungsi ginjal, apalagi bila tidak ada

motivasi dan dukungan keluarga, niscaya keberhasilan terapi

haemodialisis melalui ketaatan pasien untuk menjalaninya

secara teratur sulit diupayakan.

c. Teori Kualitas Hidup

Menurut Ventegodt, Merrick, & Andersen (2003) kualitas hidup

berarti hidup yang baik, hidup yang baik sama seperti hidup dengan

kehidupan yang berkualitas tinggi. Hal ini dapat dikelompokkan dalam

3 bagian yang berpusat pada aspek hidup yang baik yaitu :

1) Kualitas hidup subjektif yaitu suatu hidup yang baik yang

dirasakan oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-

masing individu secara personal mengevaluasi bagaimana mereka

menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka.

2) Kualitas hidup eksistensial yaitu seberapa baik hidup seseorang

merupakan level yang berhak untuk dihormati dan dimana individu

dapat hidup dalam keharmonisan.

3) Kualitas objektif yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh

dunia luar. Kualitas objektif dinyatakan dalam kemampuan

seseorang untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan

menyatakan tentang kehidupannya.


43

Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan

dengan pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat

ditempatkan dalam suatu rentang spectrum dari subjektif ke

objektif, elemen eksistensial berada diantarannya yang merupakan

teori kualitas hidup meliputi kesejahteraan, kepuasan hidup,

kebahagiaan, makna dalam hidup, pemenuhan kebutuhan dan

gambaran biologis.

a) Kesejahteraan.

Kesejahteraan berhubungan dengan bagaimana sesuatu

berfungsi dalam suatu dunia objektif dan dengan faktor

eksternal hidup. Ketika kita membicarakan tentang perasaan

baik, maka kesejahteraan merupakan pemenuhan kebutuhan

dan realisasi diri.

b) Kepuasan hidup

Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya,

ketika pengharapan pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup

telah diperoleh.

c) Kebahagiaan

Kebahagiaan merupakan perasaan yang spesial yang berharga

dan sangat diinginkan tetapi sulit diperoleh. Tidak banyak

orang percaya bahwa kebahagiaan diperoleh dari adaptasi

terhadap budaya seseorang. Kebahagiaan diasosiasikan dengan

dimensi-dimensi non rasional, seperti: cinta, ikatan erat

perkawinan dengan sifat dasar kasih sayang.

d) Makna dalam hidup


44

Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat

penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup

melibatkan suatu penerimaan dari ketidakberartian dan

kesangatberartian dari hidup.

e) Pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup, ketika

kebutuhan seseorang terpenuhi maka kualitas hidupnya tinggi.

Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang pada

umumnya dimiliki oleh makhluk hidup.

f) Gambaran biologis kualitas hidup

Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi

biologis dan tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi

kesehatan fisik. Kesehatan fisik mencerminkan tingkat sistem

informasi biologi seperti sel-sel dalam tubuh membutuhkan

informasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dalam

menjaga kesehatan dan keseimbangan tubuh. Kesadaran kita

dan pengalaman hidup juga terkondisi secara biologis.

Pengalaman dimana hidup bermakna atau tidak, dapat dilihat

sebagai kondisi dari sistem informasi biologis.

d. Komponen Kualitas Hidup

University of Toronto (2014) dalam (Kurtus, 2015) menyebutkan

kualitas hidup dikelompokan dalam 3 bagian yaitu kesehatan,

kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungan) dan harapan

(prestasi dan aspirasi individu).

1) Kesehatan

Kesehatan dalam kualitas hidup dibagi dalam 3 kelompok yaitu :


45

secara fisik, psikologis dan spiritual. Secara fisik yang terdiri dari

kesehatan fisik, personal higiene, nutrisi, olah raga, pakaian dan

penampilan fisik secara umum. Secara psikologis yang terdiri dari

kesehatan dan penyesuaian psikologis, kesadaran, perasaan, harga

diri, ketentraman, konsep diri, kontrol diri dan aktualisasi diri

dalam lingkungan. Secara spiritual terdiri dari nilai-nilai pribadi

yang dikembangkan, standar-standar pribadi yang diyakini dan

kepercayaan spiritual yang diyakinnya.

2) Kepemilikan

Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya) dalam

kualitas hidup di bagi menjadi 2 bagian yaitu secara fisik dan

sosial. Secara fisik terdiri dari rumah, kendaraan, tempat kerja,

sekolah, tetangga/lingkungan dan masyarakat. Secara sosial dekat

dengan orang lain, keluarga, teman, lingkungan dan masyarakat.

3) Harapan
Merupakan impian atau angan-angan yang akan dicapai sebagai

perwujudan dari individu seperti terpenuhinya nilai (prestasi dan

aspirasi individu) sehingga individu tersebut merasa berharga atau

dihargai di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat

sekitarnya melalui suatu hasil karya dan tindakan nyata yang

bermanfaat bagi orang lain dan lingkungannya.

e. Pengukuran Kualitas Hidup

Terdapat beberapa instrumen untuk menganalisis kualitas hidup yang

meliputi persepsi fisik, psikologi dan hubungan sosial pasien antara

lain Karnofsky Scales, Kidney Disease Quality of Life(KDQL)

kuesioner, WHOQoL-BREF, dan Medical outcomes study 36-Item

Short-Form Healt Survey (SF-36) yang telah banyakdigunakan dalam


46

mengevaluasi kualitas hidup pasien penderita penyakit- penyakit

kronik.

WHOQoL-BREF yang berisi 26 buah pertanyaan, terdiri dari 5 skala

poin. Pada setiap pertanyaan dijawaban terendah 1 yang berarti tidak

memuaskan, sampai dengan 5 yang berarti sangat memuaskan, kecuali

untuk pertanyaan nomer 3,4, dan 26 karena pertanyaan bersifat negatif

maka memilih jawaban mulai skor 5 yang berarti sangat sangat

memuaskan, sampai dengan 1 yang berarti sangat tidak memuaskan.

Tabel 2.3 Domain dan aspek yang dinilai dalam WHOQoL-BREF

Domain Aspek yang dinilai


Seluruh Keseluruhan kualitas hidup Kepuasan
kualitas hidup terhadap keseatan
dan kesehatan
umum
Kesehatan fisik Nyeri dan kertidak nyamanan
Ketergantunga pada perawatan medis Energi dalam
kelelahan
MobilitasTidur dan istirahat
Aktivitas sehari – hari
Kapasitas kerja
Kesehatan Aspek positif, Spiritual, Berpikir, belajar, memori
psikologis dan konsentrasi, Harga diri, Efek negatif

Hubungan Hubungan personal


social Aktivitas seksual
Dukungan social
Keamanan fisik
Lingkungan Lingkungan fisik (polusi, suara, lalu lintas, iklim)
Sumber keuangan
Peluang untuk mendapatkan informasi
dan ketrampilan
Partisipasi dan kesempatan untuk
rekreasi/ aktivitas yang menyenangkan
Lingkungan rumah
Perawatan kesehatan dan sosial; kemampuan akses
dan kualitas
Transportasi
47

Tabel 2.4 Nilai terendah, tertinggi skor domain WHOQoL BREF


No Domain Nilai terendah Nilai tertinggi
1. Fisik 7 35
2. Psikologis 6 30
3. Hubungan social 3 15
4. Lingkungan 8 40

Tabel 2.5 ķPenghitungan skor kualitas hidup WHOQoL-BREF

Domain Perhitungan

Fisik (6-Q3)+(6-Q4)+Q10+Q15+Q16+Q17+Q18

Psikologis Q5+Q6+Q7+Q11+Q19+(6-Q26)

Hubungan social Q20+Q21+Q22

Lingkungan Q8+Q9+Q12+Q13+Q14+Q23+Q24+Q25

Untuk mendapatkan nilai kualitas hidup dari masing-

masing domain, setiap domain ditransform kedalam lembar

transform. Didapatkan nilai minimal 0 dan maksimal 100.

f. Aspek-Aspek Kualitas Hidup

Berawal dari pemikiran mengenai aspek kualitas hidup yang dapat

berbeda antara individu satu dengan individu lainnya, berbagai studi

kualitas hidup meneliti aspek-aspek kehidupan yang penting bagi

individu dalam hubungannya dengan kualitas hidup. Ada banyak aspek

kualitas hidup menurut para ahli.


48

Tabel 2.6 Aspek-Aspek Kualitas Hidup Menurut Para Ahli (Galloway, 2005)

Felce (1996) Schalock (2000) WHO-QOL Hagerty et al Cummins


Definition (2001) (1997)
(1993)
Cacat/ Cacat / Psikologi Indikator Penelitian Cacat
Psikologi Kesehatan
Sosial
6 kemungkinan 8 domain inti: 6 domain: 7 domain inti: 7 domain
inti:
domain:
Kesejahteraan Kesejahteraan Fisik Kesehatan Kesehatan
Fisik Fisik
Kesejahteraan Kesejahteraan Lingkungan Kesejahteraan Kesejahteraa
n
Material Material material Material
Kesejahteraan Keterlibatan Hubungan Merasa satu Kesejahteraa
n
Social Social Sosial bagian dari masyarakat.
masyarakat
setempat.
Pekerjaan/ak
Kesejahteraan - - Pekerjaan & ti vi
Produktif aktivitas tas produktif.
produktif
Kesejahteraan Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan Kesejahteraa
n
Emosional Emosional emosional emosional.
Hak atau Hak
Kesejateraan - - -
warga negara
Hubungan antar Hubungan Hubungan
sosial/keluar
- Pribadi - Dengan g a
keluarga dan
teman-teman.
- Pengembangan - - -
Pribadi
- Penentuan nasib Tingkat - -
Sendiri kemandirian
- - Spiritual - -
- - - Keselamatan Rasa aman
Pribadi
49

Berdasarkan perbandingan aspek-aspek kualitas hidup oleh

beberapa ahli, maka aspek kualitas hidup yang digunakan dalam

penelitian ini mengacu pada aspek-aspek kualitas hidup yang

terdapat pada World Heath Organization Quality of Life Bref

version (WHOQoL-BREF) karena sudah mencakup keseluruhan

kualitas hidup. Menurut WHOQOL Group (Power dalam Lopers

dan Snyder,2004), kualitas hidup memiliki enam aspek yaitu

kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, tingkat kemandirian,

hubungan sosial, hubungan dengan lingkungan dan keadaan

spiritual. WHOQoL ini kemudian dibuat lagi menjadi insturment

WHOQoL–BREF dimana enam aspek tersebut dipersempit

menjadi empat aspek yaitu kesehatan fisik, kesejahteraan

psikologis, hubungan sosial dan hubungan dengan lingkungan

(Power, dalam Lopez dan Snyder, 2004).

1) Aspek Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk

melakukan aktivitas. Aktivitas yang dilakukan individu

akan memberikan pengalaman-pengalaman baru yang

merupakan modal perkembangan ke tahap selanjutnya.

Kesehatan fisik mencakup aktivitas sehari-hari, ketergantungan

pada obat-obatan dan bantuan medis, energi dan kelelahan,

mobilitas (keadaan mudah bergerak), sakit dan

ketidaknyamanan, tidur dan istirahat, kapasitas kerja.


2) Aspek psikologis

Aspek psikologis yaitu terkait dengan keadaan mental

individu. Keadaan mental mengarah pada mampu atau tidaknya

individu menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan


50

perkembangan sesuai dengan kemampuannya, baik tuntutan

dari dalam diri maupun dari luar dirinya. Aspek psikologis juga

terkait dengan aspek fisik, dimana individu dapat melakukan

suatu aktivitas dengan baik bila individu tersebut sehat secara

mental. Kesejahteraan psikologis mencakup bodily image dan

appearance, perasaan positif, perasaan negatif, self esteem,

spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori

dan konsentrasi.

3) Aspek hubungan sosial

Aspek hubungan sosial yaitu hubungan antara dua individu

atau lebih dimana tingkah laku individu tersebut akan saling

mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki tingkah laku

individu lainnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial

maka dalam hubungan sosial ini, manusia dapat merealisasikan

kehidupan serta dapat berkembang menjadi manusia seutuhnya.

Hubungan sosial mencakup hubungan pribadi, dukungan

sosial, aktivitas seksual.

4) Aspek lingkungan

Aspek lingkungan yaitu tempat tinggal individu, termasuk

di dalamnya keadaan, ketersediaan tempat tinggal untuk

melakukan segala aktivitas kehidupan, termasuk di dalamnya

adalah saran dan prasarana yang dapat menunjang kehidupan.

Hubungan dengan lingkungan mencakup sumber financial,

kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan

kesehatan dan social care termasuk aksesbilitas dan kualitas;


51

lingkungan rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai

informasi baru maupun keterampilan (skill), partisipasi dan

mendapat kesempatan untuk melakukan rekreasi dan kegiatan

yang menyenangkan di waktu luang, lingkungan fisik termasuk

polusi, kebisingan, keadaan air, iklim serta transportasi.

• Faktor ekonomi
• Faktor kognitif
• Faktor sosial budaya
B. Kerangka Konseptual
Faktor penyebab gagal
Faktor yang mempengaruhi kualitas hidup yaitu: ginjalkronik yaitu Gangguan
klirens ginjal,
* Faktor sosio demografi • Penurunan laju filtrasi
glomelurus,
• Kesehatan fisik • Retensi cairan dan natrium,
• Asidosis,
• Kesehatan psikologis (Stres) • Anemia
• Ketidak seimbangan kalsium
• Hubungan sosial dan fosfat
• Lingkungan • Penyakit tulang uremik

* Pasien dengan Gagal Ginjal Kronis


Kerusakan Ginjal dapat menyebabkan penurunan
fungsi ginjal ,sindrom uremia, gangguan
keseimbangan cairan seperti hipovolemi atau

hipervolemi, gangguan keseimbangan elektrolit seperti


natrium dan kalium.L aju filtrasi glomerulus di
bawah 15% akan terjadi gejala dan komplikasi yang
lebih serius. Untuk itu pasien memerlukan terapi
pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi
ginjal, (Suharyanto dalamHidayati, 2012).

* Faktor penyebab stress: digolongkan menjadi


beberapa kelompok berikut, Tekanan fisik :
• Tekanan psikologis
• Tekanan sosial (Hartono, 2015)

Faktor yang mempengaruhi lama sakit:


• Lingkungan
• Kepribadian pola tingkah laku
52

C. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat

pertanyaan, (Sugiyono, 2013).

Hipotesis pada penelitian ini adalah ada hubungan pengaruh lama sakit dan stres terhadap kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis

(GGK) yang menjalani hemodialisa di RS.Lipo Cikarang Kota Bekasi


53

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah suatu urutan langkah dalam melakukan penelitian. Pada bagian ini akan diuraikan tentang metode yang

digunakan dalam penelitian, meliputi desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan sampling, identifikasi variabel, definisi

operasional, lokasi dan waktu penelitian, prosedur pengambilan dan pengumpulan data, cara analisis data, masalah etika serta keterbatasan

penelitian (Hidayat, 2011).

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan

yang mungkin timbul selama proses penelitian, hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan data yang
54

dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel

yang berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2014). Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian dalam penelitian ini menggunakan

desain penelitian cross sectional yaitu penelitian yang variable bebas dan variable terikatnya diukur secara bersamaan dan dilakukan sesaat

atau sekali (Nursalam, 2015). Dalam penelitian ini disain penelitian pada penelitian ini adalah observasional.

53
B. Kerangka Kerja

Kerangka kerja merupakan langkah – langkah yang akan dilakukan dalam penelitian yang ditulis dalam bentuk kerangka atau alur

penelitian (Hidayah, 2015). Kerangka kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
55

Populasi :Semua Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani


Hemodialisa d
R
Teknik Sampling : Simple
Random Sampling

Sampel Penelitian, Sebagian Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani


hemodialisa di

Variabel Independen: Variabel Dependen:


L ama Sakit (X1) : Rekam Medik Kualitas Hidup: Kuisioner
Stres (X2) : Kuisioner DASS WHOQoL

Pengolahan data:
Editing, Koding, Scoring, Tabulasi

Analisa data :
Regresi Linear

Penyajian hasil

Kesimpulan
56

Gambar 3.1 Kerangka Kerja Pada Penelitian Pengaruh Lama Sakit dan Stres Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa

C. Populasi, Sampel, Sampling

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan sumber data yang di perlukan dalam suatu penelitian (Sastroasmoro & Ismael, 2010). Populasi

adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

gagal ginjal kronik yang berobat di

RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representatif (mewakili). Pengambilan jumlah sampel sendiri harusnya memenuhi persyaratan, jumlah sampel yang

diharapkan 100% mewakili populasi (Sugiyono, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani terapi hemodialisa.

3. Besar sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi

harus betul-betul representatif atau mewakili, (Sugiyono, 2017).


57

Dengan perhitungan sampel menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan : n : Besar sampel N : Besar populasi

4. Teknik Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik merupakan cara – cara yang

ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian

(Nursalam, 2013).

Teknik sampling yang digunakan yaitu Simple Random Sampling. Simple Random Sampling adalah pengambilan anggota sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, (Sugiyono, 2017).

D. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kuantitatif. Variabel penelitian adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan

nilai beda terhadap sesuatu, (benda, manusia, dan lain - lain) (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel

bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) yang digunakan adalah :


58

1. Variabe Variabel Bebas (Independen)

Variabel Independent adalah variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2008). Dalam

penelitian ini variabel bebasnya adalah lama sakit dan stres.

2. Variabel Variabel Terikat (Dependen)

Variabel Dependen adalah Variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2008).

Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kualitas hidup.

E. Definisi Operasional

Definisi Oerasional adalah penjelasan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian, (Setiadi,2013).

Definisi Operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat Skala Kategori


Operasional Ukur
Varabel Pasien penyakit Melihat lama R I Nilai Lama
independen; ginjal kronik sakit pada buku ek n Sakit
membutuhkan rekam medis a te dengan
Lama sakit waktu yang lama, dan m r satuan bulan
memiliki memberikan v
komplikasi dan pertanyaan M al
membutuhkan pada pasien e
kepatuhan pasien. GGK d
Hal ini akan i
59

memberikan k
stressor fisiologis
dan psikologis
pasien yang
kemudian akan
mempengaruhi
kualitas hidup
pasien
Varabel Perasaan tertekan Mengetahui K I Nilai
independen; yang dialami oleh stress melalui: u n Pengukuran
semua orang • Fisik e t Stres sesuai
Stress khususnya pada • Psikologis/ si e dengan
pasien yang sakit Emosi o r instrumen
• Perilaku n v Depression
e a Anxiety
r l Stress
Scales
(D (DASS)
A
S
S)
Variable Persepsi individu Mengetahui K I Nilai
DependenK sebagai laki-laki Kualitas Hidup u nt Kualitas
ualitas Hidup ataupun pasien Gagal e er Hidup sesuai
pasien gagal perempuan dalam Ginjal Kronis si v dengan
ginjal kronik hidup, ditinjau dengan o al Instrumen
menggunakan n WHOQoL
dari konteks
er
budaya, sistem
• Domain
nilai tempat
Fisik (W
mereka tinggal,
• Domain H
hubungan dengan
Psikologis O
60

standar hidup, • Domain Q


harapan, Hubungan o
kesenangan, dan sosial L)
perhatian mereka • Domain
yang mencakup Lingkunga
kesehatan fisik, n.
psikologis,
hubungan sosial
dan lingkungan

F. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Bahan dan Instrumen Penelitian

Instrument merupakan alat bantu yang digunakan peneliti pada saat penelitian menggunakan suatu metode. Instrument yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu lembar kuesioner. Kuisioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk mendapat informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya, asstau hal-hal yang dia ketahui (Arikunto, 2010). Kuisioner dalam penelitian ini

terdapat tiga kuisioner yaitu kuisioner lama sakit, kuisioner stress dan kuisioner kualitas hidup.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian
61

Penelitan dilakukan di ruang hemodialisa RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi.

b. Waktu Penelitian

Penelitian yang akan di lakukan

3. Prosedur Rencana Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilaukan dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Mengajukan surat ijin pengambilan data awal di Institut Ilmu

Kesehatan STRADA Indonesia

b. Mengantarkan surat ijin pengambilan data awal dari Institut Ilmu

Kesehatan STRADA Indonesia

c. kepada RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi

d. Setelah disetujui dan mendapat surat izin, dilakukuan pengambilan data awal di RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi

e. Melakukan studi pendahuluan di RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi dengan observasi dan wawancara kepada pasien gagal ginjal

kronik di RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi

f. Menentukan jumlah responden sesuai dengan teknik pengambilan sampel dan besar sampel yang diperoleh

g. Peneliti merencanakan penelitian sesuai dengan waktu yang ditentukan


h. Peneliti memberi penjelasan dan informed consent kepada calon responden tentang tujuan dan maksut penelitian yang akan

dilakukan
62

i. Peneliti mempersilahkan responden untuk menandatangani informed consent jika bersedia menjadi responden dan diteliti

j. Peneliti memberikan kuisioner kepada pasien Gagal Ginjal Kronis yang sedang berada di Rumah Sakit sesuai kriteria dan sampel

k. Peneliti menjelaskan dan mremberi petunjuk pengisian kuisioner jika responden mengalami kebingungan saat mengisi kuisioner

l. Responden mengisi kuisioner sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh peneliti

m. Setelah responden mengisi kuisioner tentang lama sakit dan kualitas hidup, responden mengumpulkan kuisioner kepada peneliti

n. Setelah responden mengumpulkan kuisioner kepada peneliti, lalu peneliti mengecek kelengkapan jawaban resonden, jika kurang

lengkap peneliti mengembalikan kuisioner kepada responden dan meminta untuk melengkapi

o. Setelah pengisian kuisioner dilengkapi, peneliti meminta responden mengumpulkan kuisioner dan melakukan penilaian pada

kuisioner.

4. Rencana Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian akan diolah menggunakan computer dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah proses pengecekan atau memeriksa data yang telah berhasil dikumpulkan dari lapangan, karena ada kemungkinan data

yang telah masuk tidak dibutuhkan atau memenuhi syarat,

(Siregar,2014).

Editing dilakukan untuk memeriksa ada tidaknya kesalahan dalam pengisian lembaran kuesioner, memeriksa kembali semua data

yang telah terkumpul dengan tujuan mencetak kembali apakah hasilnya sesuai dengan rencana.
63

b. Coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban responden dan menurut macamnya dengan memberi kode pada masing-masing jawaban

untuk memudahkan dalam tabulasi dan analisis (Arikunto, 2010). Pemberian kode dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikut:

1) Variabel Independen : Lama Sakit (X1)

Nilai Lama Sakit dengan satuan bulan

2) Variabel Independen : Stres (X2)

Nilai Pengukuran Stres sesuai dengan Instrumen Depression

Anxiety Stress Scales (DASS)

3) Variabel Dependen : Kualitas Hidup

Nilai Pengukuran Kualitas hidup sesuai dengan instrumen

WHOQoL

c. Scoring

Scoring adalah memberikan skor terhadap item – item yang perlu diberikan skor (Arikunto, 2010).

1. Data Umum

Usia

a) < 40 tahun
64

b) 40- 50 tahun

c) > 50 tahun

Pendidikan

a) Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

b) SD

c) SMP

d) SMA

e) Diploma

f) S1 Pekerjaan

a) Tidak Bekerja

b) Petani

c) Pegawai Negeri

d) Karyawan Swasta

e) Pensiunan

f) Pedagang
2. Data Khusus

a) Lama Sakit
65

Baru <12 bulan

Sedang 12 - 24 bulan

Lama > 24 bulan

b) Stres

Tidak pernah

Kadang-kadang

Sering Sangat sering

Kriteria :
0-14 : Normal
: Stress
15-18
ringan
: Stress
19-25
sedang
26-33 : Stress parah
: Sangat
>34 parah
c) Kualitas Hidup

Sangat Buruk

Buruk

Cukup
66

Baik

Sangat Baik Kriteria : 0-25 : Kurang

26-50 : Cukup

51-75 : Baik

76-100 : Sangat baik

d. Tabulating

Tabulasi adalah proses penempatan data ke dalam bentuk tabel yang telah diberi kode sesuai dengan kebutuhan analisis. Tabel-

tabel yang di buat sebaiknya mampu meringkas agar memudahkan dalam

proses analisa data (Siregar, 2014).

e. Interprestasting

Untuk analisa data atau hasil penelitian jumlah responden di interprestasting dengan menggunakan skala kuantitatif sebagai

berikut:

1. Seluruhnya = 100%

2. Hampir seluruhnya = 76-99%

3. Sebagian besar = 51-75%

4. Setengah = 50%

5. Hampir setengah = 26-49%


67

6. Sebagian kecil = 1-25%

7. Tidak satupun =0

5. Analisa Data

Analisa data adalah proses yang dilakukan secara sistematis terhadap data yang telah dikumpulkan dengan tujuan supaya mudah

dikoreksi (Nursalam, 2008). Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Regresi Linear. Derajat

kemakmuran ditentukan nilai α = 0,05 artinya jika hasil uji statistik menunjukan α ≤ 0,05 maka maka ada hubungan yang signifikan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Dengan nilai analitik p ≤ α maka H0 ditolak sehingga ada hubungan yang

signifikan antara kedua variabel dan jika p ≤ α maka Ho diterima sehingga tidak ada hubungan.

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini menekankan masalah etika yang meliputi :

1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed Consent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan

informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang diteliti selama pengumpulan

data jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Tanpa Nama (Anonym)


68

Memberikan jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah – masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Nursalam,

2008).

H. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan Penelitian merupakan bagian dari riset yang menjelaskan tentang kelemahan / keterbatasan dalam penulisan riset (Hidayat,

2010). Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:

1. Dalam proses pengambilan data ada beberapa responden yang masih bingung dalam pengisian kuisioner sehingga peneliti harus sering

kali menjelaskan makna dari masing-masing pertanyaan pada kuisioner secara berulang.

2. Kurangnya teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi lamanya sakit karena lama sakit adalah menggunakan data demografi dan

rekam medis dimana ada keterbatasan dari pihak tempat penelitian sehingga peneliti tidak dapat mengetahui secara pasti faktor-faktor

yang mempengaruhi lama sakit pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani Hemodialisa di

RS.Siloam Lipo Cikarang Kota Bekasi.


69

D 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 1 1 1
at 0 2 3 4
a
1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 sed 3
70

0 an
g
2 1 1 1 1 0 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 sed 3
9 an
g
3 1 1 1 1 0 1 1 2 2 2 1 Khusus 2 1 1 1 rin 2
7 gan
1. Stres
no res No Soal
4 1 1 1 1 1 0 1 2 2 2 1 1 2 2 1 rin 2
8 gan

5 1 1 1 1 0 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 rin 2
8 gan

6 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 0 1 2 par 4
6 ah

7 1 1 1 1 0 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 rin 2
7 gan

8 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 rin 2
8 gan

9 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 rin 2
8 gan

1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 sed 3
0 9 an
g
71

1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 sed 3
1 1 an
g
1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 rin 2
2 8 gan

1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 sed 3
3 9 an
g
1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 rin 2
4 8 gan

1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 sed 3
5 3 an
g
1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 sed 3
6 0 an
g
1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 0 1 2 1 rin 2
7 7 gan

1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 0 2 2 sed 3
8 1 an
g
1 2 1 1 2 1 2 3 3 3 1 1 2 0 3 2 sed 3
9 5 an
g
2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 sed 3
0 5 an
g
2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 1 0 1 2 1 2 sed 3
72

1 1 an
g
2 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2 2 sed 3
2 3 an
g
2 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 1 1 1 3 2 par 4
3 8 ah

24 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 2 1 1 2 25 sedang 3
25 2 2 3 3 2 2 3 3 1 1 2 1 1 3 29 parah 4
26 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 0 1 1 2 22 sedang 3
27 1 1 2 2 1 2 2 3 1 0 0 1 1 2 19 sedang 3
28 1 1 1 1 2 1 0 1 1 2 1 1 2 2 17 ringan 2
29 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 21 sedang 3
30 3 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 22 sedang 3
31 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 0 0 3 19 sedang 3
32 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2 23 sedang 3
33 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 20 sedang 3
34 1 1 1 1 1 1 2 2 0 1 1 2 2 1 17 ringan 2
35 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 0 2 19 sedang 3
36 2 2 2 2 3 1 3 2 2 0 0 1 2 2 24 sedang 3
37 1 1 2 2 1 2 1 3 2 1 0 2 0 2 20 sedang 3
38 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 0 2 1 24 sedang 3
39 0 3 3 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1 2 24 sedang 3
40 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 23 sedang 3
41 1 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 20 sedang 3
42 1 1 1 1 0 1 2 2 2 1 2 2 1 2 19 sedang 3
43 1 1 1 1 0 1 1 2 2 2 1 2 1 1 17 ringan 2
44 1 1 1 1 1 0 1 2 2 2 1 1 2 2 18 ringan 2
73

45 1 1 1 1 0 1 2 2 1 2 1 1 2 2 18 ringan 2
46 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 0 1 26 parah 4
47 1 1 1 1 0 1 2 1 1 1 1 2 2 2 17 ringan 2
48 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 18 ringan 2
49 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 18 ringan 2
50 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 19 sedang 3
51 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 21 sedang 3

52 1 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 1 18 ringan 2
53 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 19 sedang 3
54 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 18 ringan 2
55 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 23 sedang 3
56 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 20 sedang 3
57 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 0 1 2 17 ringan 2
58 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 0 2 21 sedang 3
59 2 1 1 2 1 2 3 3 3 1 1 2 0 3 25 sedang 3
60 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 25 sedang 3
61 2 1 2 2 1 1 3 2 2 1 0 1 2 1 21 sedang 3
62 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2 23 sedang 3
63 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 1 1 1 3 28 parah 4
64 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 2 1 1 2 25 sedang 3
65 2 2 3 3 2 2 3 3 1 1 2 1 1 3 29 parah 4
66 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 0 1 1 2 22 sedang 3
67 1 1 2 2 1 2 2 3 1 0 0 1 1 2 19 sedang 3
68 1 1 1 1 2 1 0 1 1 2 1 1 2 2 17 ringan 2
69 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 21 sedang 3
70 3 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 22 sedang 3
71 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 0 0 3 19 sedang 3
72 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2 23 sedang 3
73 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 20 sedang 3
74

74 1 1 1 1 1 1 2 2 0 1 1 2 2 1 17 ringan 2
75 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 0 2 19 sedang 3
76 2 2 2 2 3 1 3 2 2 0 0 1 2 2 24 sedang 3
77 1 1 2 2 1 2 1 3 2 1 0 2 0 2 20 sedang 3
78 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 0 2 1 24 sedang 3
79 0 3 3 2 1 1 2 2 3 2 1 1 1 2 24 sedang 3
80 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 3 23 sedang 3
81 2 1 2 2 1 1 3 2 2 1 0 1 2 1 21 sedang 3
82 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 2 1 2 23 sedang 3
83 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 1 1 1 3 28 parah 4
84 2 2 3 2 2 1 3 2 1 1 2 1 1 2 25 sedang 3
85 2 2 3 3 2 2 3 3 1 1 2 1 1 3 29 parah 4
86 2 2 2 1 1 2 2 3 2 1 0 1 1 2 22 sedang 3
87 1 1 2 2 1 2 2 3 1 0 0 1 1 2 19 sedang 3
88 1 1 1 1 2 1 0 1 1 2 1 1 2 2 17 ringan 2
89 2 2 1 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 2 21 sedang 3
90 3 3 1 1 1 2 1 3 1 1 1 1 1 2 22 sedang 3
91 2 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 0 0 3 19 sedang 3
92 1 2 2 1 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2 23 sedang 3

2. Kualitas Hidup
domain skor
no res kategori code
1 2 3 4
1 8 8 8 8 32 cukup 2
2 8 9 9 10 36 cukup 2
3 12 12 12 15 51 baik 3
75

4 12 14 14 15 55 baik 3
5 14 14 14 14 56 baik 3
6 5 4 5 6 20 kurang 1
7 14 14 16 20 64 baik 3
8 14 16 16 16 62 baik 3
9 16 14 14 16 60 baik 3
10 6 6 8 8 28 cukup 2
11 6 8 8 8 30 cukup 2

12 16 16 20 12 64 baik 3
13 8 8 8 5 29 cukup 2
14 16 16 16 20 68 baik 3
15 8 8 8 3 27 cukup 2
16 12 5 5 6 28 cukup 2
17 12 12 20 16 60 baik 3
18 8 5 5 8 26 cukup 2
19 8 5 5 8 26 cukup 2
20 12 6 6 6 30 cukup 2
21 5 6 14 12 37 cukup 2
22 6 8 8 12 34 cukup 2
23 5 6 4 5 20 kurang 1
24 8 8 12 6 34 cukup 2
25 4 4 5 6 19 kurang 1
26 6 6 6 12 30 cukup 2
27 12 6 8 8 34 cukup 2
28 12 20 16 16 64 baik 3
29 8 8 9 12 37 cukup 2
30 12 8 8 8 36 cukup 2
76

31 12 8 8 6 34 cukup 2
32 12 12 8 8 40 cukup 2
33 8 8 12 12 40 cukup 2
34 20 12 16 12 60 baik 3
35 12 14 12 8 46 cukup 2
36 12 15 8 8 43 cukup 2
37 14 20 8 6 48 cukup 2
38 14 16 6 6 42 cukup 2
39 15 12 8 8 43 cukup 2
40 12 16 6 6 40 cukup 2
41 8 8 8 8 32 cukup 2
42 8 9 9 10 36 cukup 2

43 12 12 12 15 51 baik 3
44 12 14 14 15 55 baik 3
45 14 14 14 14 56 baik 3
46 5 4 5 6 20 kurang 1
47 14 14 16 20 64 baik 3
48 14 16 16 16 62 baik 3
49 16 14 14 16 60 baik 3
50 6 6 8 8 28 cukup 2
51 6 8 8 8 30 cukup 2
52 16 16 20 12 64 baik 3
53 8 8 8 5 29 cukup 2
54 16 16 16 20 68 baik 3
55 8 8 8 3 27 cukup 2
56 12 5 5 6 28 cukup 2
57 12 12 20 16 60 baik 3
58 8 5 5 8 26 cukup 2
59 8 5 5 8 26 cukup 2
60 12 6 6 6 30 cukup 2
61 5 6 14 12 37 cukup 2
77

62 6 8 8 12 34 cukup 2
63 5 6 4 5 20 kurang 1
64 8 8 12 6 34 cukup 2
65 4 4 5 6 19 kurang 1
66 6 6 6 12 30 cukup 2
67 12 6 8 8 34 cukup 2
68 12 20 16 16 64 baik 3
69 8 8 9 12 37 cukup 2
70 12 8 8 8 36 cukup 2
71 12 8 8 6 34 cukup 2
72 12 12 8 8 40 cukup 2
73 8 8 12 12 40 cukup 2
74 20 12 16 12 60 baik 3
75 12 14 12 8 46 cukup 2
76 12 15 8 8 43 cukup 2
77 14 20 8 6 48 cukup 2
78 14 16 6 6 42 cukup 2
79 15 12 8 8 43 cukup 2
80 12 16 6 6 40 cukup 2
81 5 6 14 12 37 cukup 2
82 6 8 8 12 34 cukup 2
83 5 6 4 5 20 kurang 1
84 8 8 12 6 34 cukup 2
85 4 4 5 6 19 kurang 1
86 6 6 6 12 30 cukup 2
87 12 6 8 8 34 cukup 2
88 12 20 16 16 64 baik 3
89 8 8 9 12 37 cukup 2
90 12 8 8 8 36 cukup 2
91 12 8 8 6 34 cukup 2
92 12 12 8 8 40 cukup 2
78
79

Lampiran 11 Tabulasi silang


1. Lama sakit usia * lama_sakit Crosstabulation
lama_sakit

<12 bulan 12-24 bulan > 24 bulan Total


Usia < 40 Tahun Count 34 4 7 45
Expected Count 26.9 10.8 7.3 45.0
% within usia 75.6% 8.9% 15.6% 100.0%
% within lama_sakit 61.8% 18.2% 46.7% 48.9%
% of Total 37.0% 4.3% 7.6% 48.9%
40-50 Tahun Count 13 2 4 19
Expected Count 11.4 4.5 3.1 19.0
% within usia 68.4% 10.5% 21.1% 100.0%
% within lama_sakit 23.6% 9.1% 26.7% 20.7%
% of Total 14.1% 2.2% 4.3% 20.7%
> 50 Tahun Count 8 16 4 28
Expected Count 16.7 6.7 4.6 28.0
% within usia 28.6% 57.1% 14.3% 100.0%
% within lama_sakit 14.5% 72.7% 26.7% 30.4%
% of Total 8.7% 17.4% 4.3% 30.4%
Total Count 55 22 15 92
Expected Count 55.0 22.0 15.0 92.0
% within usia 59.8% 23.9% 16.3% 100.0%
% within lama_sakit 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 59.8% 23.9% 16.3% 100.0%
80

jenis_kelamin * lama_sakit Crosstabulation


lama_sakit Total
<12 12-24 > 24
bulan bulan bulan
jenis_ke laki-laki Count 30 10 8 48
lamin Expected Count 28.7 11.5 7.8 48.0
% within jenis_kelamin 62.5% 20.8% 16.7% 100.0%
% within lama_sakit 54.5% 45.5% 53.3% 52.2%
% of Total 32.6% 10.9% 8.7% 52.2%
perempuan Count 25 12 7 44
Expected Count 26.3 10.5 7.2 44.0
% within jenis_kelamin 56.8% 27.3% 15.9% 100.0%
% within lama_sakit 45.5% 54.5% 46.7% 47.8%
% of Total 27.2% 13.0% 7.6% 47.8%
Total Count 55 22 15 92
Expected Count 55.0 22.0 15.0 92.0
% within jenis_kelamin 59.8% 23.9% 16.3% 100.0%
% within lama_sakit 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 59.8% 23.9% 16.3% 100.0%

pendidikan * lama_sakit Crosstabulation


lama_sakit Total
81

<12 bulan 12-24 > 24


bulan bulan
pendidikan Tidak tamat Count 2 8 0 10
SD Expected Count 6.0 2.4 1.6 10.0
% within pendidikan 20.0% 80.0% .0% 100.0
%
% within lama_sakit 3.6% 36.4% .0% 10.9%
% of Total 2.2% 8.7% .0% 10.9%
SD Count 13 3 2 18
Expected Count 10.8 4.3 2.9 18.0
% within pendidikan 72.2% 16.7% 11.1% 100.0
%
% within lama_sakit 23.6% 13.6% 13.3% 19.6%
% of Total 14.1% 3.3% 2.2% 19.6%
SMP Count 7 4 2 13
Expected Count 7.8 3.1 2.1 13.0
% within pendidikan 53.8% 30.8% 15.4% 100.0
%
% within lama_sakit 12.7% 18.2% 13.3% 14.1%
% of Total 7.6% 4.3% 2.2% 14.1%
SMA Count 13 3 5 21
Expected Count 12.6 5.0 3.4 21.0
% within pendidikan 61.9% 14.3% 23.8% 100.0
%
% within lama_sakit 23.6% 13.6% 33.3% 22.8%
% of Total 14.1% 3.3% 5.4% 22.8%
Diploma Count 12 4 0 16
Expected Count 9.6 3.8 2.6 16.0
% within pendidikan 75.0% 25.0% .0% 100.0
%
% within lama_sakit 21.8% 18.2% .0% 17.4%
% of Total 13.0% 4.3% .0% 17.4%
S1 Count 8 0 6 14
Expected Count 8.4 3.3 2.3 14.0
% within pendidikan 57.1% .0% 42.9% 100.0
%
% within lama_sakit 14.5% .0% 40.0% 15.2%
% of Total 8.7% .0% 6.5% 15.2%
Total Count 55 22 15 92
Expected Count 55.0 22.0 15.0 92.0
% within pendidikan 59.8% 23.9% 16.3% 100.0
%
% within lama_sakit 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
%
82

% of Total 59.8% 23.9% 16.3% 100.0


%

pekerjaan * lama_sakit Crosstabulation


lama_sakit
<12 12-24 > 24
bulan bulan bulan Total
pekerjaan Tidak Count 10 8 0 18
Bekerja Expected Count 10.8 4.3 2.9 18.0
% within pekerjaan 55.6% 44.4% .0% 100.0%
% within lama_sakit 18.2% 36.4% .0% 19.6%
% of Total 10.9% 8.7% .0% 19.6%
Petani Count 10 7 0 17
Expected Count 10.2 4.1 2.8 17.0
% within pekerjaan 58.8% 41.2% .0% 100.0%
% within lama_sakit 18.2% 31.8% .0% 18.5%
% of Total 10.9% 7.6% .0% 18.5%
Pegawai Count 6 2 2 10
Negeri Expected Count 6.0 2.4 1.6 10.0
% within pekerjaan 60.0% 20.0% 20.0% 100.0%
% within lama_sakit 10.9% 9.1% 13.3% 10.9%
% of Total 6.5% 2.2% 2.2% 10.9%
Karyawan Count 20 0 3 23
Swasta Expected Count 13.8 5.5 3.8 23.0
% within pekerjaan 87.0% .0% 13.0% 100.0%
% within lama_sakit 36.4% .0% 20.0% 25.0%
% of Total 21.7% .0% 3.3% 25.0%
pensiunan Count 0 2 4 6
Expected Count 3.6 1.4 1.0 6.0
% within pekerjaan .0% 33.3% 66.7% 100.0%
% within lama_sakit .0% 9.1% 26.7% 6.5%
% of Total .0% 2.2% 4.3% 6.5%
pedagang Count 9 3 6 18
Expected Count 10.8 4.3 2.9 18.0
% within pekerjaan 50.0% 16.7% 33.3% 100.0%
% within lama_sakit 16.4% 13.6% 40.0% 19.6%
% of Total 9.8% 3.3% 6.5% 19.6%
Total Count 55 22 15 92
Expected Count 55.0 22.0 15.0 92.0
% within pekerjaan 59.8% 23.9% 16.3% 100.0%
% within lama_sakit 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 59.8% 23.9% 16.3% 100.0%
83

Penyakit_kronis_diderita * lama_sakit Crosstabulation


lama_sakit
<12 bulan 12-24 > 24
bulan bulan Total
Penyakit_kro Diabetes Count 21 10 6 37
nis_diderita Militus Expected Count 22.1 8.8 6.0 37.0
% within 56.8% 27.0% 16.2% 100.0
Penyakit_kronis_diderita %
% within lama_sakit 38.2% 45.5% 40.0% 40.2%
% of Total 22.8% 10.9% 6.5% 40.2%
penyakit Count 34 12 9 55
Jantung Expected Count 32.9 13.2 9.0 55.0
% within 61.8% 21.8% 16.4% 100.0
Penyakit_kronis_diderita %
% within lama_sakit 61.8% 54.5% 60.0% 59.8%
% of Total 37.0% 13.0% 9.8% 59.8%
Total Count 55 22 15 92
Expected Count 55.0 22.0 15.0 92.0
% within 59.8% 23.9% 16.3% 100.0
Penyakit_kronis_diderita %
% within lama_sakit 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
%
% of Total 59.8% 23.9% 16.3% 100.0
%

2. Tabulasi silang stress


usia * stres Crosstabulation
stres
Stres ringan stres sedang stres
parah Total
Usia < 40 Tahun Count 19 26 0 45
Expected Count 11.3 29.8 3.9 45.0
% within usia 42.2% 57.8% .0% 100.0%
% within stres 82.6% 42.6% .0% 48.9%
% of Total 20.7% 28.3% .0% 48.9%
40-50 Tahun Count 2 15 2 19
Expected Count 4.8 12.6 1.7 19.0
% within usia 10.5% 78.9% 10.5% 100.0%
% within stres 8.7% 24.6% 25.0% 20.7%
% of Total 2.2% 16.3% 2.2% 20.7%
84

> 50 Tahun Count 2 20 6 28


Expected Count 7.0 18.6 2.4 28.0
% within usia 7.1% 71.4% 21.4% 100.0%
% within stres 8.7% 32.8% 75.0% 30.4%
% of Total 2.2% 21.7% 6.5% 30.4%
Total Count 23 61 8 92
Expected Count 23.0 61.0 8.0 92.0
% within usia 25.0% 66.3% 8.7% 100.0%
% within stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.0% 66.3% 8.7% 100.0%

jenis_kelamin * stres Crosstabulation


stres

Stres stres sedang stres parah


ringan Total
jenis_ laki-laki Count 11 34 3 48
kelamin Expected Count 12.0 31.8 4.2 48.0
% within jenis_kelamin 22.9% 70.8% 6.3% 100.0
%
% within stres 47.8% 55.7% 37.5% 52.2%
% of Total 12.0% 37.0% 3.3% 52.2%
perempuan Count 12 27 5 44
Expected Count 11.0 29.2 3.8 44.0
% within jenis_kelamin 27.3% 61.4% 11.4% 100.0
%
% within stres 52.2% 44.3% 62.5% 47.8%
% of Total 13.0% 29.3% 5.4% 47.8%
Total Count 23 61 8 92
Expected Count 23.0 61.0 8.0 92.0
% within jenis_kelamin 25.0% 66.3% 8.7% 100.0
%
% within stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
%
% of Total 25.0% 66.3% 8.7% 100.0
%

pendidikan * stres Crosstabulation


stres

Stres stres sedang stres


ringan parah Total
pendidikan Tidak tamat Count 2 3 5 10
SD Expected Count 2.5 6.6 .9 10.0
85

% within pendidikan 20.0% 30.0% 50.0% 100.0%


% within stres 8.7% 4.9% 62.5% 10.9%
% of Total 2.2% 3.3% 5.4% 10.9%
SD Count 2 16 0 18
Expected Count 4.5 11.9 1.6 18.0
% within pendidikan 11.1% 88.9% .0% 100.0%
% within stres 8.7% 26.2% .0% 19.6%
% of Total 2.2% 17.4% .0% 19.6%
SMP Count 4 9 0 13
Expected Count 3.3 8.6 1.1 13.0
% within pendidikan 30.8% 69.2% .0% 100.0%
% within stres 17.4% 14.8% .0% 14.1%
% of Total 4.3% 9.8% .0% 14.1%
SMA Count 2 16 3 21
Expected Count 5.3 13.9 1.8 21.0
% within pendidikan 9.5% 76.2% 14.3% 100.0%
% within stres 8.7% 26.2% 37.5% 22.8%
% of Total 2.2% 17.4% 3.3% 22.8%
Diploma Count 9 7 0 16
Expected Count 4.0 10.6 1.4 16.0
% within pendidikan 56.3% 43.8% .0% 100.0%
% within stres 39.1% 11.5% .0% 17.4%
% of Total 9.8% 7.6% .0% 17.4%
S1 Count 4 10 0 14
Expected Count 3.5 9.3 1.2 14.0
% within pendidikan 28.6% 71.4% .0% 100.0%
% within stres 17.4% 16.4% .0% 15.2%
% of Total 4.3% 10.9% .0% 15.2%
Total Count 23 61 8 92
Expected Count 23.0 61.0 8.0 92.0
% within pendidikan 25.0% 66.3% 8.7% 100.0%
% within stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 25.0% 66.3% 8.7% 100.0%

pekerjaan * stres Crosstabulation


stres
Stres stres sedang stres
ringan parah Total
pekerjaan Tidak Bekerja Count 6 10 2 18
86

Expected Count 4.5 11.9 1.6 18.0


% within pekerjaan 33.3% 55.6% 11.1% 100.0
% within stres %
% of Total 26.1% 16.4% 25.0% 19.6%
6.5% 10.9% 2.2% 19.6%
Petani Count 4 10 3 17
Expected Count 4.3 11.3 1.5 17.0
% within pekerjaan 23.5% 58.8% 17.6% 100.0
% within stres %
% of Total 17.4% 16.4% 37.5% 18.5%
4.3% 10.9% 3.3% 18.5%
Pegawai Count 2 8 0 10
Negeri Expected Count 2.5 6.6 .9 10.0
% within pekerjaan 20.0% 80.0% .0% 100.0
% within stres %
% of Total 8.7% 13.1% .0% 10.9%
2.2% 8.7% .0% 10.9%
Karyawan Count 9 14 0 23
Swasta Expected Count 5.8 15.3 2.0 23.0
% within pekerjaan 39.1% 60.9% .0% 100.0
% within stres %
% of Total 39.1% 23.0% .0% 25.0%
9.8% 15.2% .0% 25.0%
pensiunan Count 2 4 0 6
Expected Count 1.5 4.0 .5 6.0
% within pekerjaan 33.3% 66.7% .0% 100.0
% within stres %
% of Total 8.7% 6.6% .0% 6.5%
2.2% 4.3% .0% 6.5%
pedagang Count 0 15 3 18
Expected Count 4.5 11.9 1.6 18.0
% within pekerjaan .0% 83.3% 16.7% 100.0
% within stres %
% of Total .0% 24.6% 37.5% 19.6%
.0% 16.3% 3.3% 19.6%
Total Count 23 61 8 92
Expected Count 23.0 61.0 8.0 92.0
% within pekerjaan 25.0% 66.3% 8.7% 100.0
% within stres %
% of Total 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
%
25.0% 66.3% 8.7% 100.0
%
87

Penyakit_kronis_diderita * stres Crosstabulation


stres
Stres ringan stres sedang stres
parah Total
Penyakit_ Diabetes Count 8 26 3 37
kronis_ Militus Expected Count 9.3 24.5 3.2 37.0
diderita % within 21.6% 70.3% 8.1% 100.
Penyakit_kronis_diderita 0
%

% within stres 34.8% 42.6% 37.5% 40.2


%
% of Total 8.7% 28.3% 3.3% 40.2
%
penyakit Count 15 35 5 55
Jantung Expected Count 13.8 36.5 4.8 55.0
% within 27.3% 63.6% 9.1% 100.
Penyakit_kronis_diderita 0
%

% within stres 65.2% 57.4% 62.5% 59.8


%
% of Total 16.3% 38.0% 5.4% 59.8
%
Total Count 23 61 8 92
Expected Count 23.0 61.0 8.0 92.0
% within 25.0% 66.3% 8.7% 100.
Penyakit_kronis_diderita 0
%

% within stres 100.0% 100.0% 100.0% 100.


0
%

% of Total 25.0% 66.3% 8.7% 100.


0
%

3. Kualitas hidup
usia * kualitas_hidup Crosstabulation
kualitas_hidup
kurang cukup baik Total
Usia < 40 Tahun Count 0 28 17 45
Expected Count 3.9 30.8 10.3 45.0
% within usia .0% 62.2% 37.8% 100.0
88

%
% within kualitas_hidup .0% 44.4% 81.0% 48.9%
% of Total .0% 30.4% 18.5% 48.9%
40-50 Tahun Count 2 15 2 19
Expected Count 1.7 13.0 4.3 19.0
% within usia 10.5% 78.9% 10.5% 100.0
%
% within kualitas_hidup 25.0% 23.8% 9.5% 20.7%
% of Total 2.2% 16.3% 2.2% 20.7%
> 50 Tahun Count 6 20 2 28
Expected Count 2.4 19.2 6.4 28.0
% within usia 21.4% 71.4% 7.1% 100.0
%
% within kualitas_hidup 75.0% 31.7% 9.5% 30.4%
% of Total 6.5% 21.7% 2.2% 30.4%
Total Count 8 63 21 92
Expected Count 8.0 63.0 21.0 92.0
% within usia 8.7% 68.5% 22.8% 100.0
%
% within kualitas_hidup 100.0% 100.0% 100.0% 100.0
%
% of Total 8.7% 68.5% 22.8% 100.0
%

jenis_kelamin * kualitas_hidup Crosstabulation


kualitas_hidup Total
kuran cukup baik
89

g
jenis_kela laki-laki Count 3 34 11 48
min Expected Count 4.2 32.9 11.0 48.0
% within 6.3% 70.8% 22.9% 100.0%
jenis_kelamin
% within 37.5% 54.0% 52.4% 52.2%
kualitas_hidup
% of Total 3.3% 37.0% 12.0% 52.2%
perempua Count 5 29 10 44
n Expected Count 3.8 30.1 10.0 44.0
% within 11.4% 65.9% 22.7% 100.0%
jenis_kelamin 62.5% 46.0% 47.6% 47.8%
% within
kualitas_hidup
% of Total 5.4% 31.5% 10.9% 47.8%
Total Count 8 63 21 92
Expected Count 8.0 63.0 21.0 92.0
% within 8.7% 68.5% 22.8% 100.0%
jenis_kelamin
% within 100.0 100.0% 100.0 100.0%
kualitas_hidup % %
% of Total 8.7% 68.5% 22.8% 100.0%
90

pendidikan * kualitas_hidup Crosstabulation


kualitas_hidup
kurang cukup baik Total
pendidikan Tidak tamat SD Count 5 3 2 10
Expected Count .9 6.8 2.3 10.0
% within pendidikan 50.0% 30.0% 20.0% 100.0%
% within kualitas_hidup 62.5% 4.8% 9.5% 10.9%
% of Total 5.4% 3.3% 2.2% 10.9%
SD Count 0 16 2 18
Expected Count 1.6 12.3 4.1 18.0
% within pendidikan .0% 88.9% 11.1% 100.0%
% within kualitas_hidup .0% 25.4% 9.5% 19.6%
% of Total .0% 17.4% 2.2% 19.6%
SMP Count 0 10 3 13
Expected Count 1.1 8.9 3.0 13.0
% within pendidikan .0% 76.9% 23.1% 100.0%
% within kualitas_hidup .0% 15.9% 14.3% 14.1%
% of Total .0% 10.9% 3.3% 14.1%
SMA Count 3 17 1 21
Expected Count 1.8 14.4 4.8 21.0
% within pendidikan 14.3% 81.0% 4.8% 100.0%
% within kualitas_hidup 37.5% 27.0% 4.8% 22.8%
% of Total 3.3% 18.5% 1.1% 22.8%
Diploma Count 0 7 9 16
Expected Count 1.4 11.0 3.7 16.0
% within pendidikan .0% 43.8% 56.3% 100.0%
% within kualitas_hidup .0% 11.1% 42.9% 17.4%
% of Total .0% 7.6% 9.8% 17.4%
S1 Count 0 10 4 14
Expected Count 1.2 9.6 3.2 14.0
% within pendidikan .0% 71.4% 28.6% 100.0%
% within kualitas_hidup .0% 15.9% 19.0% 15.2%
% of Total .0% 10.9% 4.3% 15.2%
Total Count 8 63 21 92
Expected Count 8.0 63.0 21.0 92.0
% within pendidikan 8.7% 68.5% 22.8% 100.0%
% within kualitas_hidup 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 8.7% 68.5% 22.8% 100.0%
91

pekerjaan * kualitas_hidup Crosstabulation


kualitas_hidup
kurang cukup baik Total
pekerjaan Tidak Count 2 11 5 18
Bekerja Expected Count 1.6 12.3 4.1 18.0
% within pekerjaan 11.1% 61.1% 27.8% 100.0%
% within kualitas_hidup 25.0% 17.5% 23.8% 19.6%
% of Total 2.2% 12.0% 5.4% 19.6%
Petani Count 3 11 3 17
Expected Count 1.5 11.6 3.9 17.0
% within pekerjaan 17.6% 64.7% 17.6% 100.0%
% within kualitas_hidup 37.5% 17.5% 14.3% 18.5%
% of Total 3.3% 12.0% 3.3% 18.5%
Pegawai Count 0 8 2 10
Negeri Expected Count .9 6.8 2.3 10.0
% within pekerjaan .0% 80.0% 20.0% 100.0%
% within kualitas_hidup .0% 12.7% 9.5% 10.9%
% of Total .0% 8.7% 2.2% 10.9%
Karyawan Count 0 14 9 23
Swasta Expected Count 2.0 15.8 5.3 23.0
% within pekerjaan .0% 60.9% 39.1% 100.0%
% within kualitas_hidup .0% 22.2% 42.9% 25.0%
% of Total .0% 15.2% 9.8% 25.0%
pensiunan Count 0 4 2 6
Expected Count .5 4.1 1.4 6.0
% within pekerjaan .0% 66.7% 33.3% 100.0%
% within kualitas_hidup .0% 6.3% 9.5% 6.5%
% of Total .0% 4.3% 2.2% 6.5%
pedagang Count 3 15 0 18
Expected Count 1.6 12.3 4.1 18.0
% within pekerjaan 16.7% 83.3% .0% 100.0%
% within kualitas_hidup 37.5% 23.8% .0% 19.6%
% of Total 3.3% 16.3% .0% 19.6%
Total Count 8 63 21 92
Expected Count 8.0 63.0 21.0 92.0
% within pekerjaan 8.7% 68.5% 22.8% 100.0%
% within kualitas_hidup 100.0 100.0 100.0 100.0%
% % %
% of Total 8.7% 68.5% 22.8% 100.0%
92

Penyakit_kronis_diderita * kualitas_hidup Crosstabulation


kualitas_hidup
kuran cukup baik
g Total
Penyakit_kroni Diabetes Count 3 28 6 37
s_diderita Militus Expected Count 3.2 25.3 8.4 37.0
% within Penyakit_kronis_diderita 8.1% 75.7 16.2 100.0
% % %
% within kualitas_hidup 37.5 44.4 28.6 40.2
% % % %
% of Total 3.3% 30.4 6.5% 40.2
% %
penyakit Count 5 35 15 55
Jantung Expected Count 4.8 37.7 12.6 55.0
% within Penyakit_kronis_diderita 9.1% 63.6 27.3 100.0
% % %
% within kualitas_hidup 62.5 55.6 71.4 59.8
% % % %
% of Total 5.4% 38.0 16.3 59.8
% % %
Total Count 8 63 21 92
Expected Count 8.0 63.0 21.0 92.0
% within Penyakit_kronis_diderita 8.7% 68.5 22.8 100.0
% % %
% within kualitas_hidup 100.0 100.0 100.0 100.0
% % % %
% of Total 8.7% 68.5 22.8 100.0
% % %
93

Lampiran 12
Hasil Uji linear

Notes
Output Created 19-Mar-2020 22:24:25
Comments
Input Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working 92
Data File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on cases with
no missing values for any variable
used.
Syntax REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R
ANOVA
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT
kualitas_hidup
/METHOD=ENTER stres
lama_sakit.

Processor Time 00:00:00.000


Elapsed Time 00:00:00.031
Memory Required 1796 bytes
Additional Memory 0 bytes
Required for Residual
Resources Plots

[DataSet0]

Variables Entered/Removedb
Mod Variables Variables
el Entered Removed Method
94

dime 1 nsion lama_saki . Enter


0 t, stresa

a. All requested variables entered.


b. Dependent Variable: kualitas_hidup

Model Summary
Model Std. Error
Adjusted R of the
R R Square Square Estimate
dimens 1 .929a .864 .861 .20
ion0 4
a. Predictors: (Constant), lama_sakit, stres

ANOVAb
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 23.458 2 11.729 281.749 .000a
Residual 3.705 89 .042
Total 27.163 91
a. Predictors: (Constant), lama_sakit, stres
b. Dependent Variable: kualitas_hidup

Coefficientsa
Model Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4.713 .110 42.670 .000
stres -.904 .041 -.927 -21.958 .000
lama_sakit -.005 .030 -.007 -.164 .870
a. Dependent Variable: kualitas_hidup
95

Lampiran 13 Dokumentasi

Gambar 1 memperkenalkan diri Gambar 2 menjelaskan Tuju


kepada responden penelitian dan pengisian kuisio kepada
responden

Gambar 3 Membantu respon Gambar 4 Mendampingi pasien


mengisi kuisioner mengisi kuisioner
96

FORM PENGAJUAN JUDUL PENELITIAN INSTITUT


ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
Jl. Manila No. 37 Sumberece. Telp. 081217924460 Fax.(0354)
695130 Kota Kediri Jawa Timur.
Web: www.stikessmhkediri.co.id
LEMBAR
KONSULTASI NAMA
MAHASISWA : Wenti
D. N Takubak NIM
: 1611B0319
PROGRAM STUDI :
S1 Keperawatan
JUDUL
: Pengaruh Lama Sakit
dan Stres terhadap
Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronis
(GGK) yang Menjalani
Hemodialisa di RSUD
Gambiran Kota Kediri
PEMBIMBING I
: Ema Mayasari, SKM.,
M.Kes
No Tanggal Uraian Tanda Tangan
1 12 April 2019 Konsul Judul dan ACC Judul

2 08 Juli 2019
BAB II
- Tambahkan Teori Kualitas Hidup
- Indikator WHOQoL- BREF

3 30 Juli 2019 BAB III


- Perbaiki Sampel dan Populasi
- DO
- Lanjut Kuisioner
4 15 Agustus 2019 ACC Lanjut Ujian Proposal
5 18 April 2020
Pada BAB IV, Tambahkan
- Tabulasi silang antar
karakteristik dengan Variabel
- Tabulasi silang antar
Variabel

Pada BAB V, Tambahkan


- Materi pada pembahasa
(variabel stres) berdasarkan hasil
penelitian - Tambahkan Hasil
97

Tabulasi silang antar Variabel pada


Pembahasan - Opini Peneliti
berdasarkan hasil penelitian

6 18 Mei 2020 - Tambahkan pendapat peneliti


berdasarkan tabulasi silang antar
karakteristik dengan masing-masing
variabel.
- Tambahkan opini
berdasarkan
tabulasi silang antar variable

06 Juni 2020 - Lengkapi Abstrak dan Lampiran


7.
8. 11 Juni 2020 ACC dan Lanjut Maju Ujian Skripsi.
98

FORM PENGAJUAN JUDUL PENELITIAN INSTITUT


ILMU KESEHATAN STRADA INDONESIA
Jl. Manila No. 37 Sumberece. Telp. 081217924460 Fax.(0354) 695130
Kota Kediri Jawa Timur.
Web: www.stikessmhkediri.co.id

LEMBAR KONSULTASI NAMA MAHASISWA : Wenti D. N Takubak


NIM : 1611B0319 PROGRAM STUDI : S1 Keperawatan
JUDUL : Pengaruh Lama Sakit dan Stres terhadap Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani Hemodialisa di RSUD
Gambiran Kota Kediri PEMBIMBING I : Sutrisno, S.Kep., Ns., M.Kep
No Tanggal Uraian Tanda Tangan

1. 13 April 2019 Konsul Judul dan ACC Judul


2. 10 Juli 2019 - Perbaiki latar belakang
- Perbaiki Kerangka Konsep
- Lanjut BAB 3
3. 01 Agustus 2019 BAB II
- Perbaiki kerangka konsep
BAB III
- Perbaiki DO, Populasi,
sampel, analisis
4. 05 Agustus 2019 Perbaiki BAB III

10 Agustus 2019
Lengkapi Lampiran
ACC dan Maju Sidang Proposal

5. 27-04-2020
Tambahkan teori di point A bab V
yaitu tiap poin minimal 3 teori.
6. 16-05-2020 ACC
Lanjut ujian

Anda mungkin juga menyukai