Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH DIET RENDAH PROTEIN DAN KADAR NATRIUM,

KALIUM TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL


GINJAL KRONIK

Disusun Oleh:
Yerimat Dethan 1611B0274
Sutrisno, S.Kep.,Ns.,M.Kes 13.07.11.119
Eva Agustina Y,S, S.Kep.,Ns.,M.Kep 13.07.14.017

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK) STRADA INDONESIA
TAHUN 2020
LEMBAR PERSETUJUAN
PENGARUH DIET RENDAH PROTEIN DAN KADAR NATRIUM, KALIUM
TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK

Diajukan Oleh:
Yerminat Dethan
NIM. 1611B027

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Kediri, …………………………….
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Sutrisno, S.Kep.,Ns.,M.Kep Eva Agustina Y,S.S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK 13.07.11.119 NIK 13.07.14.017

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0707037901
HALAMAN PENGESAHAN
PENGARUH DIET RENDAH PROTEIN DAN KADAR NATRIUM, KALIUM
TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK

Diajukan Oleh:
Yerimat Dethan
NIM. 1611B0274ss

Literatur ini telah diuji dan dinilai


oleh Panitia penguji
Pada Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan
Pada hari .......tanggal ................................

DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji
Anggrawati Wulandari,SST.,M.Keb ..........................................

Anggota Penguji
Anita Restu Korbaffo, S,Kep.,Ns.,M.Kes ..........................................
Sutrisno, S.Kep.,Ns.,M.Kep ..........................................
Eva Agustina, S.Kep.,Ns.,M.Kep ..........................................

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0707037901
PENGARUH DIET RENDAH PROTEIN DAN KADAR NATRIUM, KALIUM
TERHADAP KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

(the effect of low protein diet and natrium, potassium on the quality of life of chronic )

Yerimat Dethan1, Sutrisno2, Eva Agustina Y,S3

1
Fakultas Keperawatan, IIK STRADA Indonesia,
E-mail : rihandethan0@gmail.com
2
Dosen Institut Ilmu Kesehatan Indonesia,
E-mail : sutrisno250214@gmail.com
3
Dosen Institut Ilmu Kesehatan Indonesia ,
E-mail : -

ABSTRAK
Salah satu permasalahan kesehatan yang sering kali terjadi pada pasien dengan gagal ginjal
kronik (GGK). Pada pasien penyakit ginjal kronik juga akan mengalami perubahan sosial, seperti
pembatasan kegiatan bermasyarakat dan disfungsi seksual, kehilangan pekerjaan, serta perubahan
lingkungan seperti, tidak dapat melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti sebelum menderita
penyakit ginjal kronik. Tujuan penulisan adalah untuk mengetahui pengaruh Diet Rendah Protein Dan
Kadar Natrium, Kalium Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik. Desain penelitian
menggunakan sistematik dari beberapa artikel jurnal penelitian yang dipublikasi pada basis Kesehatan.
adapun basis data kesehatan yang digunakan antara lain: Google Scholar, dan Pubmed dengan rentang
waktu tahun 2012 sampai dengan tahun 2020. Hasil penulisan ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antra Diet Rendah Protein Dan Kadar Natrium, Kalium Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik. Tidak ada pengaruh diet protein, natruim dan kalium terhadap kulitas hidup dikarenakan pasien
memiliki kulitas hidup yanhg baik dikarenakan lingkungan dan dukungan dari kelurga.

Kata Kunci : Diet rendah protein, Kalium, Natrium, Kualitas hidup, GGK.
THE EFFECT OF LOW PROTEIN DIET AND NATRIUM, POTASSIUM ON THE
QUALITY OF LIFE OF CHRONIC

ABSTRACT

One of the health problems that often occurs in patients with chronic renal failure (CRF).
Patients with chronic kidney disease will also experience social changes, such as restrictions on social
activities and sexual dysfunction, loss of work, and changes in the environment such as being unable to
do fun activities such as before suffering from chronic kidney disease. The purpose of writing is to
determine the effect of a diet low in protein and levels of sodium and potassium on the quality of life of
patients with chronic kidney failure. The research design uses a systematic research from several journal
articles published on the basis of Health. As for the health database used, among others: Google Scholar,
and Pubmed with a time span of 2012 to 2020. The results of this study indicate that there is no
relationship between Low Protein Diet and Levels of Sodium and Potassium on the Quality of Life of
Patients with Chronic Kidney Failure. There is no effect of dietary protein, sodium and potassium on
quality of life because the patient has a good quality of life due to the environment and support from the
family.

Key words: Low protein diet, potassium, sodium, quality of life, GGK.
PENDAHULUAN

Salah satu permasalahan kesehatan yang sering kali terjadi pada pasien dengan
gagal ginjal kronik (GGK) dimana terjadi perubahan fisik seperti edema ekstremitas,
hipertensi, dan anemia. Perubahan psikologi, respon psikologis pasien terhadap
penyakit dapat bervariasi seperti cemas, stress hingga depresi. Pada pasien penyakit
ginjal kronik juga akan mengalami perubahan sosial, seperti pembatasan kegiatan
bermasyarakat dan disfungsi seksual, kehilangan pekerjaan, serta perubahan
lingkungan seperti, tidak dapat melakukan aktivitas yang menyenangkan seperti
sebelum menderita penyakit ginjal kronik. Manifestasi yang terjadi jika penderita
GGK tidak teratur menjalankan diet diantaranya bengkak mata, kaki, nyeri pinggang
hebat, kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing merah/darah, sering kencing.
Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya gagal ginjal kronik
antara lain lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan kurang, mual, muntah, gatal, sesak
napas, pucat/anemia sehingga dengan demikian akan menurunkan kualitas hidup
pasien tersebut (Price dan Wilson, 2016).
WHO (2018) memperkirakan setiap 1 juta jiwa terdapat 23-30 orang yang
mengalami ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal di dunia per tahun
meningkat lebih 50%. Angka kejadian penyakit gagal ginjal di Amerika Serikat
meningkat tajam dalam 10 tahun. Tahun 2010 terjadi 166.000 kasus GGK (Gagal
Ginjal Kronik) dan pada tahun 2015 menjadi 372.000 kasus. Angka ini diperkirakan,
masih akan terus naik. Pada tahun 2020 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000
kasus. Selain itu, sekitar 6 juta hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan
mengalami penyakit ginjal kronik tahap awal (WHO, 2018).
Data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2018), menunjukkan bahwa
prevalensi penyakit gagal ginjal kronis tahun 2010 sebanyak 2,786,000 orang, tahun
2011 sebanyak 3.018.860 orang, tahun 2012 sebanyak 3.200.000 orang, tahun 2013
sebanyak 11689 orang, tahun 2014 sebanyak 9396 orang, tahun 2015 sebanyak 17193
orang, tahun 2016 berjumlah 78.281 jiwa, tahun 2017 berjumlah 108.723 jiwa, tahun
2018 berjumlah 499.800 jiwa (RISKESDAS, 2018).
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di tahun 2017
menunjukkan bahwa jumlah pasien aktif yang menjalani hemodialisis sebanyak
77,892 orang, sementara pasien baru adalah 30,843 orang, 59% diantaranya mengenai
usia produktif 45-64 tahun. Data pesien dengan GGK di Rumah Sakit Gambiran Kota
Kediri tahun 2016 yaitu sebanyak 56 orang, tahun 2017 yaitu sebanyak 63 orang dan
tahun 2018 yaitu sebanyak 70 orang. Sedangkan tahun 2019 sebanyak 50 pasien
gagal ginjal kronik.
Faktor penyebab terjadinya gagal ginjal kronik diantaranya disebabkan oleh
konsumsi tinggi protein. Pada pasien penyakit ginjal kronik dirawat di rumah sakit,
mereka diberi terapi pola makan rendah protein guna memberi istirahat pada ginjal
karena sebelumnya telah dinyatakan bahwa ginjal harus bekerja lembur untuk
membebaskan aliran darah dari kelebihan asam amino oleh karena apabila nilai
Glomerular Filtration Rate (GFR) atau Tes Kliren Kreatinin (TKK) < 25 ml/menit
maka pasien harus diberikan diet rendah protein. Disamping itu pula terjadinya
penurunan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan kalium sehingga akan terjadi
hiperkalemia biasanya terjadi ketika Glomerular Filtration Rate (GFR) turun menjadi
kurang dari 20-25 ml/menit (Lumenta, 2017).
Kemampuan untuk mempertahankan kalium ekskresi pada tingkat normal di
dekat umumnya dipertahankan pada pasien penyakit ginjal kronis selama kedua
sekresi aldosteron dan aliran distal diselenggarakan. Lain pertahanan terhadap retensi
kalium pada pasien dengan penyakit ginjal kronis meningkat ekskresi kalium dalam
saluran pencernaan, yang juga berada di bawah kendali aldosteron. Dengan
berkurangnya Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang progresif pada pasien gagal
ginjal kronik, ginjal akan mempertahankan keseimbangan natrium dengan
meningkatkan ekskresi natrium oleh nefron yang masih baik. Sebaliknya pasien ginjal
kronik tidak mampu menurunkan ekskresi natrium pada saat diberikan diet dengan
restriksi natrium. Konsentrasi minimum natrium urin pada pasien ginjal kronik ringan
sampai sedang adalah 25-50 mEq/L. Hal ini disebabkan karena ketidakmampuan
nefron distal meningkatkan reabsorbsi natrium. Bila diberikan restriksi garam secara
tiba-tiba pada pasien ginjal kronik akan menimbulkan penurunan volume cairan
ekstraseluler, perfusi ginjal dan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) (Cahyaningsih,
2018).

Oleh karena itu diharapkan agar selalu menjaga kesehatan ginjal dengan cara
memulai pola hidup sehat. Di antaranya, berlatih fisik secara rutin, berhenti merokok,
periksa kadar kolesterol, menjaga berat badan, pemeriksaan fisik tiap tahun, makan
dengan komposisi berimbang, turunkan tekanan darah, serta kurangi makan garam.
Pertahankan kadar gula darah yang normal bila menderita diabetes, hindari memakai
obat antinyeri nonsteroid, makan protein dalam jumlah sedang, mengurangi minum
jamu-jamuan, dan menghindari minuman beralkohol. Minum air putih yang cukup
(dalam sehari 2-2,5 liter). Sehingga dengan beberapa perilaku diatas dapat
meminimalisir terjadinya penyakit ginjal kronik (Sapri, 2018).
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk melaksanakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Diet Rendah Protein Dan Kadar Natrium, Kalium
Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik’.
KONSEP TEORI

1. Konsep Kualitas Hidup (Quality Of Life)


a. Definisi
Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality of Life
(WHOQOL) Group didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi
individu dalam hidup dalam konteks budaya dan sistem nilai dimana
individu hidup dan hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang
ditetapkan dan perhatian seseorang (WHO, 2018).
Berdasarkan beberapa pendapat peneliti diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kualitas hidup merupakan persepsi individu terhadap
posisi mereka dalam kehidupannya baik dilihat dari konteks budaya maupun
sistem nilai dimana mereka tinggal dan hidup yang ada hubungannya dengan
tujuan hidup, harapan, standart dan fokus hidup mereka yang mencakup
beberapa aspek sekaligus, diantaranya aspek kondisi fisik, psikologis, sosial
dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Aspek-Aspek Kualitas Hidup (Quality Of Life)
Menurut WHO (2018), Aspek-aspek kualitas hidup (Quality Of Life)
adalah sebagai berikut :
1) Kesehatan fisik.
2) Kesejahteraan psikologi.
3) Hubungan sosial.
4) Hubungan dengan lingkungan,.
c. Pengukuran Kualitas Hidup
Menurut Duli (2016), Pengukuran kualitas hidup oleh para ahli belum
mencapai suatu pemahaman pada suatu standar atau metoda yang terbaik.
Fokus pengukuran QoL dibagi menurut pengukuran kesehatan diri sendiri
dan aspek lain dari kehidupan seseorang seperti spiritual atau keyakinan dan
pekerjaan, yang menjadi lebih komprehensif. Secara umum pengukuran QoL
dapat dengan cara kuantitatif maupun pengukuran kualitatif (Farida, 2018).
Dalam penelitian ini akan digunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan daftar pertanyaan yang distandarisasi, pertanyaan yang
diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Keuntungan dari alat yang
distandarisasi adalah bahwa alat ini dapat dipercaya dan dibenarkan, dapat
dipastikan setiap partisipan ditanya dengan satuan item yang sama, lebih
mudah untuk mengolah data, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan
penelitian lain yang menggunakan instrumen yang sama. Sedangkan
kerugiannya adalah jawaban yang terbatas meskipun yang banyak aspek dari
QoL yang harusnya dinilai diabaikan (Febriyantara, 2016).
d. Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
Dalam penelitian terdahulu telah menguji kualitas kehidupan, penilaian
dengan wawancara, data obyektif dan tes psikologis. Secara umum
dilaporkan bahwa terdapat ketakutan pada kualitas kehidupan yang rendah
untuk mayoritas pasien hemodialisis, dimana pasien yang lebih muda
memiliki kualitas kehidupan yang tinggi dibandingkan pasien yang lebih tua
(Anees, 2017).
Beberapa peneliti lain juga telah meneliti pengaruh latar belakang
karakteristik tingkat kualitas hidup pasien hemodialisi. Mereka menemukan
bahwa secara umum lama perawatan dialisis tidak memiliki pengaruh
terhadap kualitas hidup tetapi disisi lain pendidikan, ras, status, perkawinan
secara signifikan mempengaruhi kualitas kehidupan. Aguswina (2016)
melaporkan bahwa pasien hemodialisis merasa tingkat aktifitas fisik,
aktifitas sosial, kemampuan hidup umumnya dibawah rata-rata.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Hidup (Quality Of Life)
Menurut Lase (2016), Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
hidup (Quality Of Life) adalah sebagai berikut :
1) Kontrol.
2) Kesempatan yang potensial.
3) Keterampilan.
4) Sistem dukungan.
5) Kejadian dalam hidup.
6) Sumber daya.
7) Perubahan lingkungan.
8) Perubahan politik,
2. Konsep Gagal Ginjal Kronik
a. Definisi
Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau penyakit ginjal tahap akhir adalah
gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel.
Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain dalam darah) (Cahyaningsih, 2018).
Gagal Ginjal Kronis adalah kemunduran perlahan dari fungsi ginjal
yang menyebabkan penimbunan limbah metabolik di dalam darah
(azotemia) dan bersifat menahun (Lumenta, 2017).
Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa gagal
ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang irreversible dan
berlangsung lambat sehingga ginjal tidak mampu mempertahankan
metabolisme tubuh dan keseimbangan cairan dan elektrolit dan
menyebabkan uremia.
b. Etiologi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Price dan Wilson (2016), Klasifikasi penyebab gagal ginjal
kronik adalah sebagai berikut :
1) Penyakit infeksi tubulointerstitial : Pielonefritis kronik atau refluks
nefropati.
2) Penyakit peradangan : Glomerulonefritis
3) Penyakit vaskuler hipertensif : Nefrosklerosis benigna, Nefrosklerosis
maligna, Stenosis arteria renalis.
4) Gangguan jaringan ikat : Lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa, sklerosis sistemik progresif.
5) Gangguan congenital dan herediter : Penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal.
6) Penyakit metabolik : Diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme
amiloidosis.
7) Nefropati toksik : Penyalahgunaan analgesi, nefropati timah
8) Nefropati obstruktif : Traktus urinarius bagian atas (batu/calculi,
neoplasma, fibrosis, retroperitineal), traktus urinarius bawah (hipertropi
prostat, striktur uretra, anomaly congenital leher vesika urinaria dan
uretra).
c. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Smletzer (2016), Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Klasifikasi penyakit gagal ginjal kronik
Derajat Keterangan Nilai LFG
(ml/menit/1.73m²)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG ≥ 90
normal/↑
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ 60-89
ringan
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ 30-59
sedang
4 Kerusakan ginjal dengan LFG ↓ 15-29
berat
5 Gagal ginjal ≤ 15

d. Stadium Gagal Ginjal Kronik (GGK)


Menurut Smletzer (2016), Stadium gagal ginjal kronik adalah sebagai
berikut :
1) Stadium I
2) Stadium II
3) Stadium III
e. Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronik
Menurut Price dan Wilson (2016), Manifestasi klinis gagal ginjal
kronik adalah sebagai berikut :
1) Manifestasi kardiovaskuler
2) Gejala dermatologis/system integumen
3) Manifestasi pada pulmoner yaitu krekels, edema pulmoner, sputum
kental dan liat, nafas dangkal, pernapasan kusmaul, pneumonitis.
4) Gejala gastrointestinal
5) Perubahan musculoskeletal.
6) Manifestasi pada neurologi.
7) Manifestasi pada system repoduktif.
8) Manifestasi pada hematologic.
9) Manifestasi pada sistem imun yaitu penurunan jumlah leukosit,
peningkatan resiko infeksi.
10) Manifestasi pada system urinaria yaitu perubahan frekuensi berkemih
hematuria, proteinuria, nocturia, aliguria.
11) Manifestasi pada sisitem endokrin yaitun hiperparatiroid dan intoleran
glukosa.
12) Manifestasi pada proses metabolic yaitu peningkatan urea dan serum
kreatinin (azotemia), kehilangan sodium sehingga terjadi : dehidrasi,
asidosis, hiperkalemia, hipermagnesemia dan hipokalsemia.
13) Fungsi psikologis yaitu perubahan kepribadian dan perilaku serta
gangguan proses kognitif.
f. Komplikasi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Smletzer (2016), Kompilkasi penyakit gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1) Hiperkalemia akibat penurunan eksresi, asidosis metabolic, katabolisme
dan masukan diet berlebihan.
2) Perikarditis, efusi pericardial dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat.
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiostensin-aldosteron
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinalakibat iritasi oleh toksin dan
kehilangan darah selama hemodialisis.
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatic akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal dan
peningkatan kadar alumunium.
g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gagal Ginjal Kronik
Menurut Smletzer (2016), Faktor-faktor yang mempengaruhi gagal
ginjal kronik adalah sebagai berikut :gagal ginjal kronik adalah sebagai
berikut :
1) Dehidrasi
2) Diabetes
3) Hipertensi
4) Penyakit Ginjal Polikistik
5) Glomerulonefritis
6) Refluks Nefropati
7) Konsumsi Obat Berlebihan
8) Serangan Jantung
9) Gangguan Fungsi Hati
10) Gaya Hidup
11) Gangguan keseimbangan elektrolit
(a) Natrium
(b) Kalium
h. Penatalaksanaan Medis Gagal Ginjal Kronik
Menurut Smletzer (2016), Penatalaksanaan medis untuk mengatasi
penyakit gagal ginjal kronik adalah sebagai berikut :
1) Penatalaksanaan untuk mengatasi komplikasi
(a) Hipertensi diberikan antihipertensi yaitu Metildopa (Aldomet),
Propanolol (Inderal), Minoksidil (Loniten), Klonidin (Catapses),
Beta Blocker, Prazonin (Minipress), Metrapolol Tartrate
(Lopressor).
(b) Kelebihan cairan diberikan diuretic diantaranya adalah Furosemid
(Lasix), Bumetanid (Bumex), Torsemid, Metolazone (Zaroxolon),
Chlorothiazide (Diuril).
(c) Peningkatan trigliserida diatasi dengan Gemfibrozil.
(d) Hiperkalemia diatasi dengan Kayexalate, Natrium Polisteren
Sulfanat.
(e) Hiperurisemia diatasi dengan Allopurinol.
(f) Osteodistoofi diatasi dengan Dihidroksiklkalsiferol, alumunium
hidroksida.
(g) Kelebihan fosfat dalam darah diatasi dengan kalsium karbonat,
kalsium asetat, alumunium hidroksida.
(h) Mudah terjadi perdarahan diatasi dengan desmopresin, estrogen.
(i) Ulserasi oral diatasi dengan antibiotik.
2) Intervensi diet yaitu diet rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), vitamin B
dan C, diet tinggi lemak dan karbohirat
3) Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natrium karbonat.
4) Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium), fenitonin
(dilantin).
5) Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen IV
atau SC 3x seminggu), kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan
dekarnoat/deca durobilin) untuk perempuan, androgen (depo-
testoteron) untuk pria, transfuse Packet Red Cell/PRC.
6) Cuci darah (dialisis) yaitu dengan hemodialisa maupun peritoneal
dialisa.
7) Transplantasi ginjal.
i. Pencegahan Gagal Ginjal Kronik
Menurut Lumenta (2017), Pencegahan gagal ginjal kronik adalah
sebagai berikut :
1) Mengontrol tekanan darah
2) Berhenti merokok
3) Pemeriksaan x-ray
4) Berhenti minum alkohol
5) Pemeriksaan darah dan urin
6) Olah Raga
7) Kurangi Makanan Berlemak
8) Konsumsi Air Putih
9) General Checkup
10) Tidak sembarangan mengkonsumsi obat-obatan
11) Suplemen bawang putih
j. Pengobatan Gagal Ginjal Kronik
Menurut Price dan Wilson (2016), Pengobatan penyakit gagal ginjal
kronik adalah sebagai berikut :
1) Diet rendah protein (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat
perkembangan gagal ginjal kronis.
2) Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat
atau menjalani dialisa.
3) Memberikan gemfibrozil untuk menurunkan kadar trigliserida dalam
darah
4) Membatasi asupan cairan untuk mencegah terlalu rendahnya kadar
garam (natrium) dalam darah
5) Menghentikan obat-obatan yang menyebabkan penyakit atau yang dapat
merusak ginjal
6) Mengobati infeksi dan masalah-masalah lain seperti diabetes dan
tekanan darah tinggi
7) Pengobatan lain seperti steroid
8) Dialisis (pencucian darah)
9) Removal
10) Transplantasi
11) Pemberian diuretik (meningkatkan jumlah cairan yang dibuang melalui
ginjal)
3. Konsep Diet Rendah Protein
a. Definisi
Diet rendah protein adalah pola makan yang membatasi protein dari
makanan atau  konsumsi sehari-hari. Pada diet ini, asupan proteinnya lebih
rendah dari kebutuhan normal (Sapri, 2018). Diet rendah protein diberikan
kepada seseorang yang mengalami penurunan fungsi ginjal menahun atau
penyakit gagal ginjal kronis. Diet dengan makanan rendah protein ini
diberikan biasanya diberikan pada seseorang yang mengalami masalah gagal
ginjal. Dengan cara mengurangi asupan protein di dalam tubuh. Diet protein
ini dilakukan agar ginjal tidak bekerja terlalu keras yang akan menyebabkan
memburuknya kondisi gagal ginjal tersebut. Protein yang dikonsumsi pada
orang yang mengalami gagal ginjal disesuaikan takaran dengan kemampuan
ginjalnya yang dapat dinilai dan dilihat dari pemeriksaan kreatinins klirens
(Desitasari, 2017).

Tujuan diet ini menurut Kementerian Kesehatan adalah mencukupi


kebutuhan zat gizi agar sesuai dengan fungsi ginjal, mengatur keseimbangan
cairan dan elektrolit,  memperlambat penurunan fungsi ginjal lebih lanjut,
serta menjaga stamina agar pasien dapat beraktivitas normal (Price dan
Wilson, 2016).
b. Cara Diet Rendah Protein
Menurut Annisa (2016), Cara diet rendah protein adalah sebagai
berikut :
1) Menghidangkan makanan dengan baik sehingga menimbulkan selera
makan.
2) Porsi kecil akan tetapi makanan yang mengandung kalori dan diberikan
sering misalnya 6 kali sehari dengan pembagian 3 kali makan besar dan
3 kali makan kecil (selingan).
3) Memilih makanan yang mengandung protein dari protein hewani.
4) Cairan diberikan dalam bentuk minuman segar seperti jus , selain itu
juga dapat berupa sup.
5) Untuk mengurangi asupan sebaiknya dalam hidangan makanan,
makanan yang dikonsumsi tidak yang berkuah.
6) Jika harus mengurangi garam maka gunakan bumbu-bumbu daur , gula
atau pun asam untuk menambah rasa pada makanan
7) Memilih buah-buahan yang mengandung kalium rendah seperti apel,
jeruk, anggur usahakan mengkonsumsi hanya 2 kali sehari.

c. Menu Makanan Diet Rendah Protein


Menurut Annisa (2016), Menu makanan diet rendah protein adalah
sebagai berikut :
1) Makanan yang dilarang untuk dikonsumsi saat diet rendah kalori
2) Makanan yang diperbolehkan untuk dikonsumsi saat diet rendah
kalori
d. Tujuan Diet Rendah Protein Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Price dan Wilson (2016), Tujuan diet rendah protein pada pasien gagal
ginjal kronik adalah sebagai berikut :
1) Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan
memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja
ginjal.
2) Mencegah dan menurunkan kadar ureum yang tinggi.
3) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
4) Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan
memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus.
e. Syarat Diet Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
Menurut Annisa (2016), Syarat diet pada pasien gagal ginjal kronik
adalah sebagai berikut :
1) Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
2) Protein rendah, yaitu 0,6-1,5 g/kgBB. Sebagian harus bernilai biologik
tinggi.
3) Lemak cukup, yaitu 20-30 % dari kebutuhan energi total. Diutamakan
lemak tidak jenuh ganda.
4) Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi jumlah energi
yang diperoleh dari protein dan lemak.
5) Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau
anuria. Banyaknya natrium yang diberikan antara 1-3 g.
6) Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah >
5,5 mEq), oliguria, atau anuria.
7) Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran
cairan melalui keringat dan pernafasan (± 500 ml).
8) Vitamin cukup, bila perlu diberikan tambahan suplemen asam folat,
vitamin B6, C, dan D.
f. Jenis Diet Dan Indikasi Pemberian
Menurut Annisa (2016), Jenis diet dan indikasi pemberian adalah
sebagai berikut :
1) Diet Protein Rendah I : 60 gram protein diberikan pada pasien dengan
berat badan 50-59 kg.
2) Diet Protein Rendah II : 65 gram protein diberikan pada pasien dengan
berat badan 60-64 kg.
3) Diet Protein Rendah III : 70 gram protein diberikan pada pasien dengan
berat badan ≥ 65 kg.
g. Hal-Hal Yang Harus Di Perhatikan Pasien Gagal Ginjal Kronik Dalam
Membatasi Asupan Protein
Menurut Annisa (2016), Membatasi asupan protein pada pasien gagal
ginjal bukan tanpa sebab. Protein yang Anda konsumsi akan dicerna dan
dipecah menjadi asam amino oleh tubuh dengan bantuan enzim. Pencernaan
protein ini akan dimulai dari lambung kemudian usus. Asam amino yang
dicerna oleh tubuh akan lantas dibawa oleh aliran darah dan dikirim ke
seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Tubuh sendiri membutuhkan
jumlah asam amino yang berbeda-beda, tergantung jenis asam aminonya.
Protein yang telah selesai dicerna akan diproses oleh ginjal dan dibuang jika
tidak diperlukan lagi.
Zat pembuangan hasil pencernaan protein yang dikeluarkan oleh ginjal
adalah urea pada urine (air kencing). Semakin banyak protein dicerna tubuh,
semakin banyak pula asam amino yang disaring oleh ginjal dan membuat
ginjal Anda bekerja lebih keras. Terutama jika Anda adalah pasien gagal
ginjal kronis yang ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Ini
alasannya kenapa pasien gagal ginjal harus membatasi asupan protein
(Sidabutar, 2016).
h. Diet Rendah Protein Bagi Pasien Gagal Ginjal
Menurut Annisa (2016), Diet rendah protein bagi pasien gagal ginjal
adalah sebagai berikut :
1) Pagi
(a) 100 gram nasi (¾ gelas)
(b) 75 gram telur balado (1 butir kecil)
(c) 40 gram madu (2 sachet)
(d) 20 gram susu (4 sdm)
(e) 13 gram gula (1 sdm)
Pukul 10.00
(a) 50 gram kue talam (1 porsi)
(b) Teh
(c) 13 gram gula (1 sdm)
2) Siang
(a) 150 gram nasi (1 gelas)
(b) 50 gram daging sapi (1 potong sedang)
(c) 50 gram setup buncis wortel (½ gelas)
(d) 100 gram setup nanas (1 potong)
Pukul 16.00
(a) 50 gram puding (1 potong sedang)
(b) 3 sdm fla
3) Sore
(a) 150 gram nasi (1 gelas)
(b) 40 gram ayam panggang (1 potong sedang)
(c) 50 gram cap cay goreng (½ gelas)
(d) 100 gram pepaya (1 potong)
4. Konsep Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14
mEq/L) berada dalam cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan
ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya dalam
bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3) sehingga
perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan perubahan
konsentrasi natrium (Annisa, 2016).
Kandungan natrium tubuh total seorang pria dengan berat rata-rata 70 kg
kira-kira sebesar 3.700 mmol, 75% diantaranya dapat tergantikan, seperempat
bagian dari natrium tubuh tersebut dikatakan tidak tergantikan, yang artinya
natrium tersebut tergabung di dalam jaringan, seperti tulang, dan memiliki laju
pergantian yang rendah. Sebagian besar natrium yang tergantikan berada dalam
cairan ekstrasel (Cahyani, 2016).
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini
dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan
untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di
glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama
dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di
lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes (4%).
Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk
mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada
sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas
(Chelliah, 2017).
5. Konsep Kalium
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita
terutama untuk membantu otot dan jantung bekerja dengan baik. Kalium dengan
kadar yang cukup tinggi banyak ditemukan pada sebagian besar makanan
seperti : Beberapa buah dan sayuran : pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang,
susu dan yoghurt. Makanan yang banyak mengandung protein yang tinggi seperti
daging sapi, daging babi, dan ikan. Terlalu banyak kalium atau terlalu sedikit
akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal ginjal mempunyai kebutuhan
kalium yang berbeda-beda, ada yang membutuhkan banyak kalium, sementara
ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat
kerusakan ginjal dari penderita (Febriyantara, 2016).
Kalium merupakan kation yang memiliki jumlah yang sangat besar dalam
tubuh dan terbanyak berada di intrasel. Kalium berfungsi dalam sintesis protein,
kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran hormon, transpot cairan, dan
perkembangan janin. Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam
cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi
kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang
dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah
kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita
25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa
lebih kecil 20% dibandingkan pada anak-anak (Fitriani, 2017).
Kalium sangat dibutuhkan tubuh manusia dalam jumlah sedikit, namun jika
kadar kalium dalam darah berkurang dapat menyebabkan beberapa gangguan
dalam tubuh, seperti gangguan gastrointestinal, gangguan sistim kardiovaskuler
dan gangguan metabolisme. Jika kadar kalium mengalami peningkatan dapat
menyebabkan beberapa gangguan seperti kelemahan otot, penurunan kesadaran
dan kelumpuhan otot atau sistem pernapasan (Annisa, 2016).
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang
masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari
jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi
60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi natrium). Kalium
difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi secara aktif
maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama dengan natrium dan
klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui traktus
gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90% (Cahyani, 2016).
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakaan dalam melakukan suatu penelitian
(Fathoni, 2011). Pada bab ini akan membahas tentang : 1) Strategi Pencarian Literatur, 2)
Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3) Seleksi Hasil dan Seleksi Studi.
1. Pertanyaan Penelitian
Clinical Question→apakah ada pengaruh diet protein, kadan natrium dan kalium terhadap
kualitas hidup pasien GGK dengan hemodialisa
Problem : kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik”
Intervention : melihat Asupan protein, natrium dan kalium
Comparison : Kualitas hidup Pasien GGK, Keyword
Outcome : Kualitas Hidup yang baik pada pasien GGK, Keyword
2. Inklusi dan Ekslusi
Penelitian ini berfokus pada manusia dan berfokus pada pasien GGK, dengan mengunakan
jurnal 5 tahun terakhir tentang diet protein, kadan natrium dan kalium terhadap kualitas
hidup pasien GGK dengan hemodialisa
3. Studi Literatur
Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi Google Schoolar menggunakan kata
kunci “pola aktivitas” AND “kualitas hidup pasien GGK dengan hemodialisa”, jurnal yang
telah ditemukan kemudian diskrining berdasarkan topik yang sesuai dan tahun penerbitan
jurnal, sehingga didapatkan 6 jurnal yang dilakukan review. Sedangkan pencarian melalui
Pubmed menggunakan kata kunci (the Quality Of life of patiens witch chronic kidney
Failure) jurnal yang telah ditemukan kemudian diskrining berdasarkan topik yang sesuai
dan tahun penerbitan jurnal, sehingga didapatkan 2 jurnal yang dilakukan review.
4. Algoritma Penelitian
Gogle scholar
PubMed (Diet Protein, kadar natrium, kalium pada
(the Quality Of life of patiens pasien GGK)
witch chronic kidney Failure )

Ekluasi :
>5 tahun bukan the Quality Ekluasi :
Artikel Artikel diidentifkasi >5 tahun bukan pola
diidentifkasi Of life of patiens witch
(n=1.050) aktifitas pasien GGk dan
(n=4.260) chronic kidney Failure
(n= 4.124) kualitas hidup
(n= 789)
Artikel diidentifkasi
Artikel Diidentifikas Ekluasi : (n=261)
n = 136 Artikel ganda Ekluasi :
(n=103) Artikel ganda
Hasil disaring (n=156)
Artikel ful teks (n=105)
yang layak = 33 Ekluasi :
Tidak menjawab
pertanyaan Ekluasi :
Artikel ful teks yang Tidak relevan (n=87)
penelitian (n=31)
layak = 18
(n=17) Ekluasi :
Artikel yang Tidak menjawab pertanyaan
inklusi Artikel yang inklusi penelitian (n=12)
(n=2) (n=6)

5. Hasil pencarian jurnal


N Author Tahu Vol, Judul Metode Hasil Databas
(desain, Penelitian
o n angka e
sampel,
variabel,
instrument,
analisis)
1 Eka Fauzia, 2017 Vol Hubungan D. Jenis Tidak ada Scholar
Nur Hidayat, antara asupan penelitian hubungan
No
protein dan deskriptif antara asupan
Nur
asupan analitik protein
Hidayat and I kalium dengan dengan kadar
sti Suryani, dengan kadar rancangan ureum
ureum dan cross- (p=0,695)
Isti Suryani 
kreatinin sectional. tidak ada
Pada pasien hubungan
gagal ginjal S. antara asupan
kronik Accidental kalium
Dengan sampling dengan kadar
ureum
hemodialisa
V. (p=0,688),
di rs pku independen tidak ada
: Asupan hubungan
muhammadiy
kalium dan antara asupan
ah yogyakarta asupan protein
protein, dengan kadar
Dependen : kreatinin
kadar ureum (p=0,253),
dan dan tidak ada
kreatinin hubungan
antara asupan
I. kalium
wawancara dengan kadar
untuk kreatinin
asupan, (p=0,810).
yaitu
menggunaka
n form SQ-
FFQ dengan
alat bantu
foto bahan
makanan.
A.spearmen
rho

2 Risda Sari, 2017 Vol.6 Hubungan D. Desain Tidak ada Scholar


Asupan penelitian hubungan
Sugiarto No.2,
Energi, ini cross asupan
Sugiarto, Ari Septemb Protein, sectional energi,
Vitamin B6, asupan
Probandari, er 2017
Natrium Dan S.Consecuti vitamin B6,
Diffah Kalium ve sampling dan natrium
Terhadap dengan status
Hanim Status Gizi V. gizi
Pada Pasien independen berdasarkan
Gagal Ginjal : Asupan SGA (p
Kronik energy, =0,273 ;
Dengan protein, p=0,734;
Hemodialisis vitamin b6, p=0,678),
natrium dan ada
kaliaum hubungan
Dependen : asupan
status gizi protein dan
pasien GGK kalium
dengan status
I.wawancar gizi
a dari berdasarkan
kuisioner SGA
SGA (p=0,000
OR= 0,140
A.Chi (0,062-
Square 0,313);
p=0,000 OR
=0,124
(0,054-0,284)

3 Afissa 2017 issn hubungan D. Desain Berdasarkan scholar


Rahma kepatuhan yang hasil uji
2581 -
Ayunda diet dan digunakan statistik
2270 kualitas hidup adalah diperoleh
pasien korelasi hasil ada
gagal ginjal dengan hubungan
kronik yang pendekatan kepatuhan
menjalani cross diet dan
hemodialisa sectional kualitas hidup
di pasien gagal
rumah sakit S.Purposive ginjal kronik
umum sampling dengan
tingkat
V. kemaknaan
independen ρ= 0.000 (α ≤
: kepatuhan = 0.05).
diet
Dependen :
kualitas
hidup pasien
GGK

I.kuisioner

A.Spearmen
Rho
A.
4 Irene Nety 2014 Vol Hubungan D. Desain scholar
Selviani1, Asupan yang rata – rata
No
Hapsari Protein Dan digunakan asupan
Sulistya Kalium dengan protein 36.48
Kusuma2, Dengan metode gr. Rata –
Kadar deskriptif rata asupan
Hemoglobin, kalium
Ureum Dan S.Purposive 951.58 mg.
Kreatinin sampling
Rata – rata
Pasien Gagal kadar
V.
Ginjal hemoglobin
independen
Dengan
: Hubungan 9.58 gr/dl.
Hemodialisa Rata – rata
Asupan
Di Rsui
Protein Dan kadar ureum
Harapan 64.03 gr/dl.
Anda Kota Kalium Rata – rata
Tegal kadar
Dependen : kreatinin 4.90
Kadar gr/dl. tidak
Hemoglobi ada hubungan
n, Ureum asupan
Dan protein
Kreatinin dengan kadar
Pasien hemoglobin
Gagal (p=0.409),
Ginjal tidak ada
hubungan
I.kuisioner asupan
protein
A.Spearmen dengan kadar
Rho ureum
(p=0.640),
tidak ada
hubungan
asupan
protein
dengan kadar
kreatinin
(p=0.233),
ada hubungan
asupan
kalium
dengan kadar
hemoglobin
(p=0.042),
ada hubungan
asupan
kalium
dengan kadar
ureum (p=
0.091) dan
tidak ada
hubungan
asupan
kalium
dengan kadar
kreatinin
(p=0.880)
5 Wahyu 2016 Vol 1 Analisa D. Desain Hasil Scholar
Nigsi lase, Faktor-faktor yang penelitian
No 1
Deddy yang digunakan menunjukkan
Sepadha Mempengaru deskriptif bahwa (1) uji
Putra Sagala hi Kualitas analitik korelasi
Hidup spearman
Pasien Gagal S.Purposive status nutrisi
Ginjal Kronik sampling dan kualitas
yang hidup
Menjalani V. diperoleh r =
Hemodialisa independen 0,382 dan p =
di Rumah : Faktor 0,031 artinya
Sakit Umum faktor terdapat
Pusat Haji Dependen : hubungan
Adam Malik kualitas yang
Medan hidup pasien signifikan tapi
GGK bersifat
lemah; (2) uji
I.kuisiner korelasi
dan lembar pearson
observasi kondisi
komorbid dan
A.person kualitas hidup
dan diperoleh r =
Spearmen 0,568 dan p =
Rho 0,001 artinya
terdapat
hubungan
yang
signifikan tapi
bersifat
sedang; (3) uji
korelasi
spearman
lama
menjalani
hemodialisa
dan kualitas
hidup
diperoleh r =
0,106 dan p =
0,291 artinya
tidak terdapat
hubungan
yang
signifikan tapi
bersifat
lemah; (4) uji
korelasi
spearman
penatalaksana
an medis dan
kualitas hidup
diperoleh r =
-0,078 dan p
= 0,671
artinya tidak
terdapat
hubungan
yang
signifikan dan
berlawanan
arah; (5) uji
regresi linear
diperoleh
persamaan Y
= 59,581 +
3,522 X.
6 D G A 2016 Vol 4 Gambaran D. Desain of this study scholar
Suryawan, A kadar ureum yang showed that
No 2
M S Arjani; I dan kreatinin digunakan all samples
G serum pada Studi (100%) had
Sudarmanto pasien analisa serum urea
Gagal ginjal and
kronis yang S.Purposive creatinine
menjalani sampling levels high or
terapi exceed the
hemodialisis V. normal limits.
Di rsud independen While of
sanjiwani : kadar urea/creatinin
gianyar ureum dan e levels as
kreatinin many as 20
serum patients
Dependen : (66,7%) had
pasien GGK low ratio, 7
patients
I. lembar (23,3%) had
observasi a normal
ratio, and 3
A.person patients
dan (10%) have a
Spearmen high ratio, so
Rho that it can be
concluded
that all
patients had
hyperuremic
7 Arah Murni 2015 Vol 15 Hubungan D. Desain Hasil untuk scholar
Adi Ullu status nutrisi yang uji
No 03
dengan digunakan kemaknaan
kualitas hidup Analitik hubungan
Pasien gagal observasion antara
ginjal kronik al variabel
yang tersebut
menjalani S.Acidental menggunakan
Hemodialisis sampling uji
di rsud prof. Pearson Chi-
Dr. W. Z. V. square dengan
Johannes independen angka
: status
kemaknaan =
nutrisi 0,05,
Dependen : diperoleh nilai
kualitas p=0,340 yang
hidup pasien berarti p
GGK > 0,05.
Kesimpulan
I. dari penelitian
Malnutrition ini tidak ada
inflammatio hubungan
n score dan antara status
pengukuran nutrisi dengan
kualitas kualitas hidup
hidup pasien gagal
menggunaka ginjal kronik
n quality of yang
Life index menjalani
dialysis hemodialisis
Version III di RSUD
Prof. Dr.
A.Chi W.Z.
square Johannes.

8 Denis 2018 Vol Use of a D. Desain While intention PubMe


Fouque1, No renal-specific penelitian to treat
analysis (ITT) d
Jane oral case control
supplement did not reveal
McKenzie2, strong
∗, Ren´ee by S.Total
statistically
de haemodialysis sampling significant
Mutsert3,∗, patients with changes in
Raymond low protein V. dietary intake
Azar4, intake does independen between
not increase : Use of a groups, per
Daniel
the need for renal- protocol (PP)
Teta5, analysis
phosphate specific oral
Mathias binders supplement showed that the
Plauth6 and may SUPP group
prevent a Dependen : increased
protein (P <
decline in low protein
0.01) and
nutritional intake does energy (P <
status and not increase 0.01) intakes.
quality of life the need In contrast,
protein and
A. analysis energy intakes
showed that further
the deteriorated in
SUPP group the CTRL
increased group (PP).
Although there
was
no difference in
serum albumin
and prealbumin
changes
between
groups, in the
total population
serum albumin
and
prealbumin
changes were
positively
associated with
the increment
in protein
intake (r =
0.29, P = 0.01
and r = 0.27,
P = 0.02,
respectively).
The SUPP
group did not
increase
phosphate
intake,
phosphataemia
remained
unaffected, and
the use of
phosphate
binders
remained stable
or decreased.
The SUPP
group exhibited
improved SGA
and QOL
(P < 0.05).
HASIL
Berdasarkan pencarian literature review didapatkan dalam 8 Artikel pencarian dengan
hasil peneltian menyatakan bahwa 2 artikel menjelaskan bahwa ada Pengaruh Diet Rendah
Protein Dan Kadar Natrium, Kalium Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Sedangkan 6 lainnya menjelaskan bahwa tidak ada Pengaruh Diet Rendah Protein Dan Kadar
Natrium, Kalium Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Penelitian yang dilakukan oleh Eka Fauzia, Nur Hidayat, Nur Hidayat and Isti Suryani,
Isti Suryani (2017), tentang Hubungan antara asupan protein dan asupan kalium dengan kadar
ureum dan kreatinin Pada pasien gagal ginjal kronik Dengan hemodialisa di rs pku
muhammadiyah, didapatkan hasil bahwa Tidak ada hubungan antara asupan protein dengan
kadar ureum (p=0,695) tidak ada hubungan antara asupan kalium dengan kadar ureum (p=0,688),
tidak ada hubungan antara asupan protein dengan kadar kreatinin (p=0,253), dan tidak ada
hubungan antara asupan kalium dengan kadar kreatinin (p=0,810).
Penelitian yang dilakukan oleh Risda Sari, Sugiarto Sugiarto, Ari Probandari, Diffah
Hanim (2017), tentang Hubungan Asupan Energi, Protein, Vitamin B6, Natrium Dan Kalium
Terhadap Status Gizi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis, didapatkan hasil
bahwa Tidak ada hubungan asupan energi, asupan vitamin B6, dan natrium dengan status gizi
berdasarkan SGA (p =0,273 ; p=0,734; p=0,678), ada hubungan asupan protein dan kalium
dengan status gizi berdasarkan SGA (p=0,000 OR= 0,140 (0,062-0,313); p=0,000 OR =0,124
(0,054-0,284).
Penelitian yang dilakukan oleh Afissa Rahma Ayunda (2017), tentang hubungan kepatuhan
diet dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di rumah sakit umum,
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh hasil ada hubungan kepatuhan diet dan kualitas hidup pasien
gagal ginjal kronik dengan tingkat kemaknaan ρ= 0.000 (α ≤ = 0.05).
Penelitian yang dilakukan oleh Irene Nety Selviani1, Hapsari Sulistya Kusuma (2014), tentang
Hubungan Asupan Protein Dan Kalium Dengan Kadar Hemoglobin, Ureum Dan Kreatinin Pasien
Gagal Ginjal Dengan Hemodialisa Di Rsui Harapan Anda Kota Tegal, didapatkan hasil bahwa rata –
rata asupan protein 36.48 gr. Rata – rata asupan kalium 951.58 mg. Rata – rata kadar hemoglobin
9.58 gr/dl. Rata – rata kadar ureum 64.03 gr/dl. Rata – rata kadar kreatinin 4.90 gr/dl. tidak ada
hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin (p=0.409), tidak ada hubungan asupan protein
dengan kadar ureum (p=0.640), tidak ada hubungan asupan protein dengan kadar kreatinin
(p=0.233), ada hubungan asupan kalium dengan kadar hemoglobin (p=0.042), ada hubungan asupan
kalium dengan kadar ureum (p=0.091) dan tidak ada hubungan asupan kalium dengan kadar kreatinin
(p=0.880).
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Nigsi lase, Deddy Sepadha Putra Sagala (2016), tentang
Analisa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani
Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Hasil penelitian menunjukkan
bahwa (1) uji korelasi spearman status nutrisi dan kualitas hidup diperoleh r = 0,382 dan p = 0,031 artinya
terdapat hubungan yang signifikan tapi bersifat lemah; (2) uji korelasi pearson kondisi komorbid dan
kualitas hidup diperoleh r = 0,568 dan p = 0,001 artinya terdapat hubungan yang signifikan tapi bersifat
sedang; (3) uji korelasi spearman lama menjalani hemodialisa dan kualitas hidup diperoleh r = 0,106 dan
p = 0,291 artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan tapi bersifat lemah; (4) uji korelasi spearman
penatalaksanaan medis dan kualitas hidup diperoleh r = -0,078 dan p = 0,671 artinya tidak terdapat
hubungan yang signifikan dan berlawanan arah; (5) uji regresi linear diperoleh persamaan Y = 59,581 +
3,522 X.
Penelitian yang dilakukan oleh D G A Suryawan, A M S Arjani; I G Sudarmanto (2016),
tentang Gambaran kadar ureum dan kreatinin serum pada pasien Gagal ginjal kronis yang
menjalani terapi hemodialisis Di rsud sanjiwani gianyar. of this study showed that all samples
(100%) had serum urea and creatinine levels high or exceed the normal limits. While of
urea/creatinine levels as many as 20 patients (66,7%) had low ratio, 7 patients (23,3%) had a
normal ratio, and 3 patients (10%) have a high ratio, so that it can be concluded that all patients
had hyperuremic.
Berdasarkan pencarian literature review didapatkan dalam 8 Artikel pencarian dengan
hasil peneltian menyatakan bahwa 2 artikel menjelaskan bahwa ada Pengaruh Diet Rendah
Protein Dan Kadar Natrium, Kalium Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik.
Sedangkan 6 lainnya menjelaskan bahwa tidak ada Pengaruh Diet Rendah Protein Dan Kadar
Natrium, Kalium Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik.
PEMBAHASAN
A. Kualitas Hidup Pasien
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arah Murni Adi Ullu9 (2018), tentang
Hubungan status nutrisi dengan kualitas hidupPasien gagal ginjal kronik yang menjalani
Hemodialisis di rsud prof. Dr. W. Z. Johannes, didapatkan hasil bahwa kualitas hidup baik
sebanyak 22 orang (50%) sama banyak dengan responden yang memiliki kualitas hidup
buruk sebanyak 22 orang (50%). Nilai tertinggi kualitas hidup responden adalah 134 dan
nilai terendah kualitas hidup responden adalah 75.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Afissa Rahma Ayunda (2017) tentang
Hubungan kepatuhan diet dan kualitas hidup pasienGagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa di Rumah sakit umum Daerah sidoarjo, didapatkan hasil bahwa dari 22
responden di ruang hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Sidoarjo memiliki kualitas
hidup baik 15pasien (68.2%) dan memiliki kualitas hidup kurang 7 pasien (31.8%).
Kualitas hidup menurut World Health Organization Quality of Life (WHOQOL)
Group didefinisikan sebagai persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam
konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan hubungannya dengan tujuan,
harapan, standar yang ditetapkan dan perhatian seseorang (WHO, 2018).
Menurut Duli (2016), Pengukuran kualitas hidup oleh para ahli belum mencapai
suatu pemahaman pada suatu standar atau metoda yang terbaik. Fokus pengukuran QoL
dibagi menurut pengukuran kesehatan diri sendiri dan aspek lain dari kehidupan seseorang
seperti spiritual atau keyakinan dan pekerjaan, yang menjadi lebih komprehensif. Secara
umum pengukuran QoL dapat dengan cara kuantitatif maupun pengukuran kualitatif
(Farida, 2018).
Dalam penelitian terdahulu telah menguji kualitas kehidupan, penilaian dengan
wawancara, data obyektif dan tes psikologis. Secara umum dilaporkan bahwa terdapat
ketakutan pada kualitas kehidupan yang rendah untuk mayoritas pasien hemodialisis,
dimana pasien yang lebih muda memiliki kualitas kehidupan yang tinggi dibandingkan
pasien yang lebih tua (Anees, 2017).
Beberapa peneliti lain juga telah meneliti pengaruh latar belakang karakteristik tingkat
kualitas hidup pasien hemodialisi. Mereka menemukan bahwa secara umum lama perawatan
dialisis tidak memiliki pengaruh terhadap kualitas hidup tetapi disisi lain pendidikan, ras,
status, perkawinan secara signifikan mempengaruhi kualitas kehidupan. Aguswina (2016)
melaporkan bahwa pasien hemodialisis merasa tingkat aktifitas fisik, aktifitas sosial,
kemampuan hidup umumnya dibawah rata-rata.
Sehingga penulis dapat berpendapat bahwa kulitas hidup yang baik haruslah dimiliki oleh
pasien GGK sehingga ketika kulitas hidup pasien baik maka akan membantu kesembuhan
pasien.

B. HUBUNGAN DIET RENDAH PROTEIN DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN


GGK
Hasil analisis hubungan asupan protein dengan menggunakan uji kolerasi Rank-
Spearmans nilai p= 0,695 (p>0,05), hasil analisis hubungan asupan protein nilai p=0,253
(p>0,05), Sehingga, tidak ada hubungan antara protein pada pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Hasil pemelitian yang dilakukan oleh eka fauzia anwar (2017) tentang Hubungan antara
asupan protein dan Asupan kalium dengan kadar ureum Dan kreatinin pada pasien gagal
ginjal kronik Dengan hemodialisa di RS PKU muhammadiyah Yogyakarta, didapatkan hasil
bahwa Frekuensi asupan protein sebagian besar pasien asupan tidak baik sebanyak 36orang
(90%). untuk kebutuhan asupan protein responden berada pada rata-rata 65,7g/hari, untuk
asupan protein terendah 6,8gram, asupan protein untuk terbesar 113gram, dan rata-rata
asupan protein 38,53 gram.
Diet rendah protein adalah pola makan yang membatasi protein dari makanan atau
konsumsi sehari-hari. Pada diet ini, asupan proteinnya lebih rendah dari kebutuhan normal
(Sapri, 2018). Diet protein ini dilakukan agar ginjal tidak bekerja terlalu keras yang akan
menyebabkan memburuknya kondisi gagal ginjal tersebut. Protein yang dikonsumsi pada
orang yang mengalami gagal ginjal disesuaikan takaran dengan kemampuan ginjalnya yang
dapat dinilai dan dilihat dari pemeriksaan kreatinins klirens (Desitasari, 2017).
Menurut Annisa (2016), Membatasi asupan protein pada pasien gagal ginjal bukan tanpa
sebab. Protein yang Anda konsumsi akan dicerna dan dipecah menjadi asam amino oleh
tubuh dengan bantuan enzim. Pencernaan protein ini akan dimulai dari lambung kemudian
usus. Asam amino yang dicerna oleh tubuh akan lantas dibawa oleh aliran darah dan dikirim
ke seluruh bagian tubuh yang membutuhkan. Tubuh sendiri membutuhkan jumlah asam
amino yang berbeda-beda, tergantung jenis asam aminonya. Protein yang telah selesai
dicerna akan diproses oleh ginjal dan dibuang jika tidak diperlukan lagi.Zat pembuangan
hasil pencernaan protein yang dikeluarkan oleh ginjal adalah urea pada urine (air kencing).
Semakin banyak protein dicerna tubuh, semakin banyak pula asam amino yang disaring oleh
ginjal dan membuat ginjal Anda bekerja lebih keras. Terutama jika Anda adalah pasien
gagal ginjal kronis yang ginjalnya sudah tidak bisa berfungsi dengan baik. Ini alasannya
kenapa pasien gagal ginjal harus membatasi asupan protein (Sidabutar, 2016).\
Sebagian besar asupan protein pada pasien adalah kurang baik dari anjuran kebutuhan
yaitu sebanyak 36 orang (90%), hal ini karena ada beberapa pasien yang asupan protein
rendah dari kebutuhan bahkan ada pasien yang asupan protein lebih dari yang dianjurkan
dari kebutuhan untuk pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa. Untuk pasien yang
asupan protein rendah karena pasien sudah lama terdiagnosa penyakit gagal ginjal kronik
sehingga takut untuk mengkonsumsi sumber protein. Selain dari rasa takut yaitu pasien
mual, muntah, dan adanya penurunan asupan makan. Responden yang asupan protein lebih
dikarenakan responden tidak mematuhi diet karena pasien beranggapan bahwa tidak perlu
adanya pembatasan asupan karena telah menjalani hemodialisa sehingga dapat membantu
kinerja ginjal.

C. HUBUNGAN KADAR NATRIUM DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GGK


Hasil penelitian yang dilakukan oleh Risda Sari (2017) Hubungan Asupan Energi,
Protein, Vitamin B6, Natrium Dan Kalium Terhadap Status Gizi Pada Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dengan Hemodialisis, didaptkan bahwa Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada
hubungan asupan natrium dengan status gizi. Asupan natrium selalu dikaitkan dengan
asupan garam. Asupan garam dan makanan yang tinggi kadar natrium pada masing-masing
subjek berbeda, tergantung kebiasaan konsumsi keluarga walaupun subjek semua
mengetahui untuk asupan garam mereka sudah terbatas. Anggapan subjek bahwa sehari
sebelum melakukan hemodialisis subjek bebas makan apa saja termasuk yang tinggi kadar
natrium seperti mie instan, krakers, biscuit, saus botol dalam jumlah cukup banyak. Subjek
beranggapan kalau setelah hemodialisis baru perlu memperhatikan makanannya lagi.
Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium adalah berat badan, kadar
natrium urin, serum dan laju fltrasi glomerulus. Estimasi terjadinya hipertensi pada pasien
GGK HD 72-90%. Dan berat badan yang dianjurkan tidak boleh naik lebih 5% atau sekitar
1,5 kg- 2 kg (14).
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa mencapai 60
mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14 mEq/L) berada dalam
cairan intrasel. Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung natrium, khususnya dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium
bikarbonat (NaHCO3) sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium (Annisa, 2016).
Kandungan natrium tubuh total seorang pria dengan berat rata-rata 70 kg kira-kira
sebesar 3.700 mmol, 75% diantaranya dapat tergantikan, seperempat bagian dari natrium
tubuh tersebut dikatakan tidak tergantikan, yang artinya natrium tersebut tergabung di dalam
jaringan, seperti tulang, dan memiliki laju pergantian yang rendah. Sebagian besar natrium
yang tergantikan berada dalam cairan ekstrasel (Cahyani, 2016).
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini dilakukan untuk
mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan untuk mempertahankan
volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-
65% di tubulus proksimal bersama dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif,
sisanya direabsorpsi di lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%) dan duktus koligentes
(4%). Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk
mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada sistem renin-
angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas (Chelliah, 2017).
Dari hasil penelitian di atas penulis dapat berpendapat bahwa kadar nuterum tidak
mempengaruhi kualitas hidup dikarenakan pasien GGK berfokus pada penyakiynya saja
tetapi untuk menilai keratinin tidak ada dalam pemikiran pasien sehingga tidak ada
hubungan antra kreatinin dengan kualitas hidup pasien.

D. HUBUNGAN KADAR KALIUM DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GGK


Hasil pemelitian yang dilakukan oleh eka fauzia anwar (2017) tentang Hubungan
antara asupan protein dan Asupan kalium dengan kadar ureum Dan kreatinin pada pasien
gagal ginjal kronik Dengan hemodialisa di RS PKU muhammadiyah Yogyakarta,
didapatkan hasil bahwa kebutuhan asupan kalium responden berada pada rata-rata
1013mg/hari, untuk asupan kalium terendah 53,2mg, asupan kalium terbesar 4495,6mg, dan
rata-rata asupan kalium 833,74mg. Hasil dari penelitian yang dilakukan pada pasien gagal
ginjal kronik dengan hemodialisa di Ruang Hemodialisa RS PKU Muhammadiyah
Yogyakarta di dapatkan rata-rata untuk kebutuhan pasien yaitu 1013mg/hari, asupan kalium
terendah 53,2mg, asupan kalium terbesar 4495,6mg, rata-rata asupan kalium 833,74mg, dan
standar deviasi 727,76 mg.
Hasil analisis hubungan kalium dengan menggunakan uji kolerasi Rank- Spearmans nilai
p= 0,695 (p>0,05), hasil analisis hubungan kalium nilai p=0,253 (p>0,05), Sehingga, tidak
ada hubungan antara kalium pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Kalium merupakan salah satu mineral yang penting bagi tubuh kita terutama untuk
membantu otot dan jantung bekerja dengan baik. Kalium dengan kadar yang cukup tinggi
banyak ditemukan pada sebagian besar makanan seperti : Beberapa buah dan sayuran :
pisang, alpukat, melon, jeruk, kentang, susu dan yoghurt. Makanan yang banyak
mengandung protein yang tinggi seperti daging sapi, daging babi, dan ikan. Terlalu banyak
kalium atau terlalu sedikit akan berbahaya bagi tubuh. Tiap penderita gagal ginjal
mempunyai kebutuhan kalium yang berbeda-beda, ada yang membutuhkan banyak kalium,
sementara ada juga yang harus membatasi kalium. Semua itu tergantung dari tingkat
kerusakan ginjal dari penderita (Febriyantara, 2016).
Kalium merupakan kation yang memiliki jumlah yang sangat besar dalam tubuh dan
terbanyak berada di intrasel. Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot,
konduksi saraf, pengeluaran hormon, transpot cairan, dan perkembangan janin. Sekitar 98%
jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi kalium intrasel
sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah
konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar 50-60 per kilogram berat badan (3000-4000
mEq). Jumlah kalium ini dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada
wanita 25% lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih
kecil 20% dibandingkan pada anak-anak (Fitriani, 2017).
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium yang masuk dan
keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung dari jumlah dan jenis makanan.
Orang dewasa pada keadaan normal mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir
sama dengan konsumsi natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%)
direabsorpsi secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama
dengan natrium dan klorida di lengkung henle. Kalium dikeluarkan dari tubuh melalui
traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit dan urine mencapai 90% (Cahyani, 2016).
Hasil wawancara dari responden untuk asupan kalium dapat dikelompokan sebagian
besar asupan kurang baik, karena asupan kalium dalam sehari >17mg/kg BB/hari. Pada saat
wawancara kepada pasien gagal ginjal kronik ada beberapa pasien yang mengeluhkan sesak
saat bernafas, karena hal ini dapat dipengaruhi oleh asupan kalium yang lebih sehingga
tubuh tidak dapat menyimpan kelebihan kalium di dalam darah yang diakibatkan oleh ginjal
yang sudah tidak dapat berfungsi.
Sehingga penulis berpendapat baahwa asupan kalium kurang baik karena sebagian besar
pasien gagal ginjal kronik sering mengkonsumsi buah pisang, buah semangka, dan olahan
dari kacang kedelai yaitu tahu dan tempe. Pasien lebih sering mengkonsumsi buah pisang,
hal ini karena setiap minum obat pasien selalu dibarengi dengan makan pisang. Selain itu,
sebagian besar pasien kurang mengetahui perlu adanya pembatasan asupan kalium untuk
pasien gagal ginjal kronik terutama untuk pasien dengan hemodialisa.
KESIMPULAN
Dari penulisan di atas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh diet rendah protein
terhadap kualitas hidup sedangkan tidak ada hubungan antara kadar natrium dankalium terhadap
kualitas hidup pasien GGK. Untuk itu disarankan agar perawat lebih lagi memperhatikan diet
rendah protein sehingga membuat kondisi pasien lebih baik dan kualitas hidup dapat meningkat.
Dan jelaskan lebih detail tentang penting menjaga protein, dankadar kalium dan natrium dalam
kondisi pasien sekarang ini.
REFERENSI

Anees, M. 2017. Demographic Factors Affecting Quality of Life of Hemodialysis Patients.


Diakses tanggal 25 mei 2020 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov

Annisa, 2016. Hubungan Kepatuhan Diet dan Asupan Kalium dengan Kadar Kalium pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD
Kabupaten Sukoharjo. Diakses tanggal 25 mei 2020 dari http://eprints.ums.ac.id
Arah Murni Adi Ullu9, 2018. Hubungan status nutrisi dengan kualitas hidupPasien gagal ginjal
kronik yang menjalani Hemodialisis di rsud prof. Dr. W. Z. Johannes. Cendana
medical journal. (diakses pada 26 mei 2020).

Cahyaningsih, Niken. 2018. Hemodialisis : Panduan Praktis Perawatan Gagal Ginjal.


Jogjakarta : Mitra Cendekia Press.

Desitasari, Tri Gamya U, Misrawati. 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap Dan
Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisa. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau. Riau. 29-
114.

Eka fauzia anwar, 2017. Hubungan antara asupan protein dan Asupan kalium dengan kadar
ureum Dan kreatinin pada pasien gagal ginjal kronik Dengan hemodialisa di RS PKU
muhammadiyah Yogyakarta. Naska Publikasi. (diakses pada 26 mei 2020).

Farida, A. 2018. Pengalaman Klien Hemodialisis Terhadap Kualitas Hidup Dalam konteks
Asuan Keperawatan di RSUP Fatmawati Jakarta. Tesis. Diakses tanggal 25 mei 2020
dari http://lib.ui.ac.id

Lumenta, Nico A. 2017. Penyakit Ginjal. Penerbit. Arcan, Jakarta.

Price dan Wilson. L Mc C. 2016. Gagal Ginjal Kronik. Dalam Patofisiologi Edisi 6 Bab 2.
Jakarta : EGC ; 912.

Price and Wilson, 2016. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol 2. Jakarta : EGC.
Risda Sari (2017) Hubungan Asupan Energi, Protein, Vitamin B6, Natrium Dan Kalium
Terhadap Status Gizi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis. Jurnal
Akademika Baiturrahim. (diakses pada 26 mei 2020).

Sidabutar, R. P. 2016. Gagal Ginjal Kronik dalam Sidabutar dan Suhardjono, Gizi pada Gagal
Ginjal Kronik: Beberapa Aspek Penatalaksanaan, Perhimpunan Nefrologi Indonesia.
Jakarta.

Sapri, Akhmad. 2018. Asuhan Gagal Ginjal Kronik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan dalam Mengurangi Asupan Cairan pada Gagal Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisa di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung.

World Health Organization (WHO). 2018. WHOQOL-Bref: Introduction, Administration,


Scoring And Generic Version Of The Assessment. Field Trial Version. Programme On
Mental Health. Geneva: World Health Organization.
LAMPIRAN
Summary Executive

Judul : Pola Aktifitas Fisik Terhadap Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal
Kronik Dengan Hemodialisis
Waktu Pengambilan data :-
Instansi yang terlibat :-
Kontribusi keilmuan : Diharapkan dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca
Hambatan Penelitian :-
Kelemahan Penelitian :-
Jurnal tujuan publikasi : Jurnal STRADA
Rencana luaran lainnya : Buku
Lampiran
IDENTITAS PENELITI

Nama :
Jenis Kelamin :
Kewarganegaraan :
Keturunan :
Agama :
Hobi :
Alamat Rumah :
Provinsi :
No. Telepon :
Alamat Email :

Pendidikan Formal
No Sekolah / Universitas Periode
1.
2.
3.
4.
5.

Pengalaman Organisasi
No Organisasi Periode

Motto : “ “

Anda mungkin juga menyukai