Anda di halaman 1dari 20

BAB 3

HASIL KEGIATAN

1.1 Tahap Persiapan


Dalam tahap ini mahasiswa melakukan orientasi di wilayah Dusun Centong
Rw 9 untuk menentukan keluarga sasarandengan selsksi keluarga yang kemudian
akan diberikan Asuhan Keperawatan Keluarga. Setelah itu mengadakan kunjungan
keluarga untuk yang pertama kalinya dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan
maksud dan tujuanatas kedatangan pada keluarga Tn. M yang beralamatkan di Dusun
Centong Rt 3 Rw 9 Desa Sawentar. Kemudian dilanjutkan kontrak dengan keluarga
mengenai waktu dan pelaksanaan Asuhan Keperawatan.

1.2 Tahap Pelaksanaan

1.2.1. Pengumpulan Data Keluarga (Tgl : 16 Juni 2006)

a) Identitas Keluarga

1) Identitas kepala keluarga :


 Nama : Tn. M
 Tempat/ tgl lahir : Blitar 1 Juli 1953
 Pendidikan : SLTA
 Pekerjaan : Swasta
 Alamat & telp : Dsn Centong Rt 3 Rw 9 Ds Sawentar
2) Komposisi keluarga

Nama Tempat/ tgl (L/P) Hubungan dg Pendidika Pekerjaan


No
lahir KK n
1 Mujahit Blitar, 1 L KK SLTA Swasta
Juli 1953
2 Sri Blitar, 30 P Istri SLTP Swasta
Muniati Agustus 59
3 M Basori Blitar, 15 L Anak SLTA Swasta
November
1979
4 M Yasin Blitar, 22 L Anak SLTP Swasta
Juni 1988
5 Septiana R Blitar, 11 P Anak Masih SD -
September
1993
6 Khoirun Blitar, 16 P Anak Masih SD -
Nisa Oktober
1995

3) Genogram

Keterangan :
: Laki - laki

: Perempuan

: Menikah

: Anak
: Klien

: Tinggal satu rumah

: Meninggal

4) Bentuk keluarga

Keluarga Tn. M merupakan keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-
anak.

5) Latar belakang budaya/etnis

Semua anggota keluarga Tn. M merupakan suku Jawa dan hidup di


lingkungan etnis Jawa. Bahasa yang yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa.

6) Identifikasi religius

Semua anggota keluarga Tn. M beragama Islam. Sholat biasa dilakukan


sendiri-sendiri atau berjamaah

7) Status sosial ekonomi keluarga

Penghasilan Tn. M± Rp 20.000,- per hari diperoleh dari hasil kerja Tn. M
sebagai montir sepeda dan sepeda motor di bengkel miliknya di rumah. Istrinya, Ny.
S bekerja sebagai sales barang kerajinan tali raffia (tampar) mempunyai penghasilan
± Rp 700.000,- per bulan. Keluarga juga mempunyai ladang atau pekarangan di
belakang rumah yang ditanami pohon kelapa, durian dan kopi. Keluarga juga
memiliki sebuah mobil tua, sepeda motor tua, TV berwarna, tiga buah sepeda dan
radio tape. Kedua anak Tn. M yang besar kadang-kadang bekerja, tetapi
penghasilannya digunakan untuk keperluannya sendiri.
8) Aktivitas rekreasi / waktu luang keluarga

Tn. M dan keluarga biasa mengisi waktu luang dengan menonton TV,
sedangkan yang biasa dilakukan oleh anak – anak adalah bermain di sekitar rumah.
Setelah pulang dari bekerja sebagai sales, Ny. S memanfaatkan waktunya untuk
beristirahat di rumah karena capek.

b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga usia pertengahan.

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Ny. S mengatakan saat ini yang terpentiang adalah mempertahankan


kesehatan Tn. M dan keluarga, serta memenuhi kebutuhan anak-anaknya yang masih
sekolah. Kedua anaknya yang besar juga harus dipersiapkan untuk membentuk
keluarga sendiri.

3) Riwayat kesehatan keluarga inti

Tn. M menderita kencing manis (Diabetus Millitus) sejak 6 th yang lalu. Sejak
saat itu klien sudah membawa berobat ke petugas kesehatan berkali-kali. Sejak 4
tahun yang lalu klien rutin mengkonsumsi Gliben Klamit 2x/hari dan pergi ke
Puskesmas atau petugas kesehatan hanya bila ada keluhan. Di saat keluhan timbul
seperti lemas, sering kencing, mudah lapar dan mudah haus, Tn. M biasanya
menambah dosis pemakaian Gliben Klamit hingga 5-6 x/hari. Tn. M mempunyai
kebiasaan merokok ± 20 batang per hari, anaknya yang pertama juga mempunyai
kebiasaan merokok Ny. S kadang mengeluhkan Maag, biasanya timbul 1 bulan sekali
selama 1 minggu, dengan keluhan muntah, seperti masuk angina dan perut melilit.
Anak-anak Tn. M dalam keadaan sehat. Jika ada anggota keluarga yang sakit
biasanya akan di obati sendiri dengan membeli obat bebas apabila tidak sembuh
segera di bawa ke Puskesmas atau Petugas Kesehatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Istri pertama Tn. M meninggal karena menderita tumor pada lehernya sekitar
4 tahun yang lalu.
c) Data lingkungan rumah

1) Karakteristik rumah

Rumah Tn. M merupakan rumah permanent. Luas rumah ± 132 m 2 dengan


bentuk “L”, terdiri dari 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 4 buah kamar tidur, 1 ruang
makan, 1 ruang sholat, 1 dapur, 1 kamar mandi dan 2 WC. Lantai terbuat dari
keramik, pencahayaan cukup. Jumlah jendela 9 buah dengan ukuran 1 x 2 m. Sumber
air dari sumur gali yang telah dipasang pompa air dengan kualitas air bersih.
Pembuangan limbah rumah tangga dialirkan ke peceren. Pembuangan sampah dengan
cara ditimbun kemudian dibakar. Kebiasaan memasak dengan kompor minyak.
Denah rumah

Kamar Dapur

Ruang wc wc
makan
Kamar
Ruang Ruang keluarga mandi
tamu
mushola
Kamar Kamar Kamar

bengke
l

2) Karakteristik lingkungan dan komunitasnya

Rumah Tn. M terletak di daerah yang mayoritas penduduknya bekerja swasta


dan petani. Tetangga sebelah kanan dan kiri masih termasuk family atau keluarga
besar. Sarana jalan belum diaspal dan kondisinya kurang baik karena banyak lubang
dan batu di tengah jalan. Tidak ada fasilitas umum seperti pasar, sekolah, warung,
mushola di sekitar rumah Tn. M. Puskesmas berjarak ± 3 km dari rumah Tn. M, tidak
ada dokter, bidan dan perawat di dekat rumah Tn. M. Tetangga Tn. M semua
beragama Islam. Yasinan dan tahlilan adalah kegiatan rutin keagamaan tiap minggu
selain kenduri atau selamatan yang diadakan oleh keluarga yang memiliki hajat. Ada
juga kegiatan gotong royong atau bersih desa, contohnya beberapa waktu yang lalu
masyarakat sekitar rumah Tn. M bergotong royong memperbaiki jembatan yang
rusak.
3) Mobilitas geografis keluarga

Keluarga Tn. M tidak pernah pindah tempat tinggal sejak menikah dengan
istri pertama. Tn. M bekerja di rumahnya sendiri sebagai montir sepeda dan sepeda
motor. Istrinya bekerja 2 hari sekali berkeliling desa Sawentar untuk menjual
dagangannya. Dari ke-8 anaknya, 3 diantaranya sudah berkeluarga dan sudah
mempunyai rumah sendiri dan satu anaknya bekerja sebagai TKI, 2 anaknya lebih
sering di rumah dan 2 anaknya lagi tiap pagi sekolah di SD yang berjarak ½ km.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan komunitas

Setiap sore setelah bekerja, keluarga sering mengobrol bersama di teras atau
samping rumah. Keluarga rutin mengikuti pengajian maupun selamatan. Apabila ada
kerja bakti, keluarga juga aktif ikut serta. Anaknya yang masih SD mengikuti
kegiatan mengaji di rumah seorang ustad dekat rumah setiap sore hari. Ny. S
berkeliling menjual dagangannya ke toko-toko di Desa Sawentar.

5) System pendukung / jaringan sosial keluarga

Penghasilan Tn. M dan Ny. S cukup untuk kebutuhan dasar sehari-hari, biaya
pendidikan anaknya, dan biaya berobat Tn. M dan keluarga. Yang merawat Tn. M
adalah istrinya sendiri. Keluarga mengatakan apabila ada keluarga yang sakit akan di
obati sendiri dulu dengan memberikan obat bebas dan bila tidak sembuh segera di
bawa ke puskesmas dengan biaya sendiri. Jarak rumah dengan Puskesmas ± 3 km .

d) Struktur Keluarga

1) Struktur peran
Tn. M sebagai kepala keluarga akan selalu berusaha untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya. Ny. S sebagai ibu rumah tangga selain bekerja sebagai sales.
Kedua anaknya yang besar belum memiliki pekerjaan tetap tapi sudah berusaha
memenuhi kebutuhannya sendiri. Anaknya yang sekolah SD sering bermain dengan
teman-temannya di sekitar rumah Tn. M atau bersepeda ke rumah teman-temannya.

2) Nilai atau norma keluarga

Tn. M mengatakan tidak ada peraturan khusus di dalam rumahnya. Tn. M


biasa menanamkan kepada istri dan anak-anaknya sikap saling menghormati,
menyayangi setiap anggota keluarga maupun orang lain. Setiap ada anggota keluarga
yang membuat kesalahan, anggota keluarga yangf lain selalu menasehati dan
mengingatkan. Apabila ada yang sakit, keluarga membelikan obat bebas atau di bawa
berobat ke Puskesmas atau perawat karena biaya yang lebih terjangkau. Tn. M
mempunyai kebiasaan merokok ± 20 batang perhari. Meski sedikit, kedua anaknya
yang besar juga mempunyai kebiasaan merokok. Kedua anaknya yang besar agak
malas bekerja, tiap hari jika bangun tidur selalu kesiangan. MCK menggunakan air
bersih dari sumur gali, kebiasaan BAB menggunakan jamban leher angsa, keluarga
tidak termasuk over crowded karena terdapat kesesuaian antara luas lantai dengan
jumlah penghuni. Keluarga kadang makan bersama, tetapi lebih sering makan sendiri-
sendiri sambil nonton TV.

3) Pola komunikasi keluarga

Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa Jawa. Antara Tn.
M dengan Ny. S biasa membicarakan soal pekerjaan, pendapatan keluarga atau
tentang anak-anaknya. Tn. M jarang berkomunikasi dengan kedua anaknya yang
besar. Tn. M memberikan kebebasan anaknya untuk melakukan apapun atau bekerja,
asalkan sesuai dengan norma yang berlaku di rumah. Namun terkadang Tn. M
menegur dengan keras bila anaknya melakukan kesalahan. Dengan anaknya yang
kecil, Ny. S lah yang sering berkomunikasi, bertanya tentang sekolah, menyuruh
mandi, makan, sholat, jangan lama-lama bermain dan menasehati jika berbuat
kesalahan. Saat ini waktu bertemu dengan keluarga cukup banyak karena Tn. M
bekerja di rumah sendiri.

4) Struktur kekuatan keluarga

Tn. M mengatakan bahwa sebenarnya dalam keluarga tidak ada yang paling
berpengaruh. Namun bila ada masalah yang sulit diselesaikan, Tn. M menentu kan
keputusan dengan persetujuan anggota keluarga.

e) Fungsi Keluarga

1) Fungsi ekonomi

Status ekonomi keluarga Tn. M dinamis atau tidak tetap, karena pendapatan
diperoleh dari hasil kerja Tn. M dan Ny. S yang tidak menentu. Namun demikian, Ny.
S mengakui penghasilan keluarganya cukup untuk kelangsungan hidup keluarganya.
Dari pekerjaannya sebagai montir, Tn. M memperoleh penghasilan ± Rp 20.000 per
hari. Istrinya memperoleh penghasilan ± Rp 700.000 per bulan dari pekerjaannya
sebagai sales. Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah Rp 30.000 untuk kebutuhan
makan seharinya, membayar tagihan listrik ± Rp 40.000 per bulan, biaya pendidikan
Rp 50.000 per bulan, uang saku anak-anaknya Rp 3000 per hari, Rp 30.000 per bulan
untuk keperluan mandi dan cuci, sisanya untuk keperluan yang lain.

2) Fungsi mendapatkan status social

Di tengah kesibukannya, Ny. S masih rutin mengikuti kegiatan seperti tahlilan


dan tibaan. Tn. M juga rutin mengikuti yasinan dan kenduri atau selamatan yang
diadakan di kampungnya. Dari pekerjaannya sebagai montir di bengkelnya di rumah,
Tn. M banyak di kenal sebagai orang yang ramah. Dalam memperbaiki sepeda atau
sepeda motornya, tetangga sering menggunakan jasa Tn. M. Kedua anaknya biasa
bangun siang, dan berkumpul dengan teman-temannya pada malam hari di
perempatan jalan sebelah timur rumah Tn. M.Kedua anaknya yang kecil masih duduk
di bangku SD, tiiap pulang sekolah mereka biasa bermain dengan teman-temannya di
sebelah rumah.

3) Fungsi pendidikan

Semua anggota keluarga Tn. M telah menempuh pendidikan baik lulusan


SLTP dan SLTA, tinggal dua anaknya yang masih masih duduk di bangku Sekolah
Dasar. Di rumah, Ny. S yang biasa mendidik anak-anaknya terutama kedua anaknya
yang kecil. Meskipun bukan ibu kandung, mereka sudah menjadikan Ny. S sebagai
panutan dalam keluarganya. Ny. S biasa ikut menemani belajar anak-anaknya yang
masih SD sebagai motivasi dalam belajar. Ny. S juga menanamkan untuk selalu
sholat lima waktu kepada anak-anaknya, mengajarkan untuk selalu bangun pagi dan
menghormati orang lain di sekolah maupun di masyarakat. Orang tua tidak terlalu
memperhatikan kedua anaknya yang besar, mereka setiap hari bangun pada siang
hari. Orang tua menganggap kedua anaknya yang besar sudah mengerti kebutuhan
hidupnya sewndiri.

4) Fungsi sosialisasi

Dari pekerjaannya, Tn. M telah banyak mengenal warga di kampungnya.


Sambil memperbaiki sepeda, Tn. M mengajak mengobrol tamunya, karena menurut
Tn. M hal itu dapat meningkatkan keakraban dalam bertetangga. Keikutsertaan
keluarga menjadi anggota yasinan membuat kerukunan keluarga dengan masyarakat
terjaga dengan baik. Anak-anak Tn. M juga biasa berkumpul bersama teman-
temannya, biasa pergi atau bermain bersama. Namun demikian, mereka tetap
menghormati dan berinteraksi dengan orang lain yang lebih tua seperti manyapa atau
mengobrol bersama.

5) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan

 Kemampuan mengenal masalah kesehatan


Keluarga mengetahui bahwa Tn. M menderita kencing manis dan Ny. S
sering mengeluhkan maagnya kambuh, tetapi mereka belum mengerti
tentang kencing manis dan maag, misal tentang makanan bagi penderita
kencing manis, penyebab maag. Tn. M juga belum tahu tentang bahaya
merokok.
 Kemampuan mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Apabila ada anggota keluarga yang sakit akan di belikan obat bebas dan
bila tidak sembuh akan di bawa ke Puskesmas atau perawat desa.
 Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Tn. M rutin mengkonsumsi Gliben Klamit 2 x/hari untuk menjaga gula
darahnya dalam batas normal. Istrinya melarang Tn. M terlalu banyak
mengkonsumsi gula. Ny. S belum tahu banyak tentang makanan yang
boleh dan tidak boleh dimakan Tn. M. Ny. S juga mengingatkan Tn. M
untuk mengurangi kebiasaan merokok, tetapi hasilnya sia-sia. Ny. S
berusaha menjaga pola makan tetap rutin 3x sehari untuk menghindari
maagnya kambuh.
 Kemampuan keluarga memelihara / memodifikasi lingkungan rumah yang
sehat
Lingkungan di luar rumah terlihat kurang bersih, sisa oli dan perlengkapan
bengkel kadang berserakan di teras rumah. Rumah kurang mendapat
cahaya matahari terlihat gelap. Debu-debu menempel di lantai, meja kursi
dan almari.
 Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Keluarga membawa anggota keluarga yang sakit ke petugas kesehatan
atau Puskesmas yang berjarak 3 km dari rumahnya.

6) Fungsi religius

Keluarga beragama Islam dan selalu menyempatkan untuk sholat berjamaah


bersama keluarga. Nilai-nilai agama senantiasa diterapkan dalam keluarga, misalkan
mengucapkan salam bila ingin pergi.
7) Fungsi rekreasi

Kegiatan yang biasa dilakukan keluarga saat luang adalah menonton TV,
sedangkan yang biasa dilakukan oleh anak – anak adalah bermain di sekitar rumah.
Keluarga kadang juga mengobrol bersama pada sore hari setelah bekerja. Kedua
anaknya yang besar biasa keluar malam hari dan berkumpul dengan teman-temannya.

8) Fungsi reproduksi

Ny. S mengatakan saat ini tidak menggunakan KB dan mengatakan bahwa


tidak menginginkan anak lagi karena umurnya terlalu tua untuk melahirkan.

9) Fungsi afeksi

Ny. S selalu berusaha membina hubungan antar anggota keluarga selalu


rukun. Sikap saling menghormati dan menyayangi antar anggota keluarga masih tetap
dijaga oleh keluarga. Tn. M kadang menegur dengan keras bila anaknya melakukan
kesalahan, tetapi hal ini dimaksudkan untuk kebaikan anaknya sendiri.

f) Stress dan koping

1) Stressor jangka pendek dan panjang


Sejak 6 tahun lalu kencing manis Tn. M kumat-kumatan tapi masih dapat
bekerja bila tidak ada keluhan. Maag yang kadang timbul pada Ny. S sangat
mengganggu pekerjaannya sebagai sales.
2) Kemampuan keluarga dalam berespon terhadap stressor
Tn. M mengatakan bahwa dia ikhlas menerima penyakitnya ini dan tetap
semangat bekerja untuk menghidupi keluarganya. Keluarga memantau kebiasaan Tn.
M dalam mengkonsumsi gula. Ny. S mengingatkan jika Tn. M harus membatasi
mengkonsumsi gula. Ny. S berusaha menjaga pola makan tetap rutin dan bekerja
tidak terlalu lelah untuk menghindari maagnya kambuh.
3) Strategi koping yang digunakan
Bila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga membeli obat bebas dari toko
atau membawa berobat ke Puskesmas atau petugas kesehatan. Tn. M mengecekkan
kadar gula nya di Puskesmas bila merasa gejala seperti lemas, sering kencing, sering
haus dan lapar mulai dirasakan.
4) Strategi adaptasi disfungsional
Tn. M mencicipi air kencingnya sendiri untuk mengetahui kadar gula dalam
tubuhnya naik, saat merasakan gejala-gejala kencing manis mulai dirasakan.

g) Pemeriksaan masing – masing anggota keluarga

 Tn. M
TD : 140/90 mmHg; N : 84 x/mnt; RR 24 x/mnt. BB : 73 kg , TB : 160 cm
GDA 1 bulan yang lalu 345. Saat pengkajian Tn. M tidak merasa gejala
kencing manisnya kambuh, misal lemas, sering kencing, sering haus dan
lapar.
 Ny. S
TD : 130/100 mmHg; N : 80 x /mnt; RR 20 x / mnt. BB : 59 kg, TB : 150cm
saat pengkajian Ny. S tidak merasakan gejala maagnya kambuh, misal
muntah dan perut terasa sakit.
 An. B
TD : 120/80 mmHg, N : 84 x/mnt, R : 20 x/mnt, BB : 70 kg, TB : 165 cm
 An. Y
TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/mnt, R : 20 x/mnt, BB : 65 kg, TB : 167 cm
 An. S
TD : 120/70 mmHg, N : 76 x/mnt, R : 20 x/mnt, BB : 35 kg, TB : 140 cm
 An. K
TD : - , N : 76 x/mnt, R : 20 x/mnt, BB : 28 kg, TB : 130 cm

h) Harapan Keluarga
Tn. M berharap bisa mempertahankan dan memperbaiki kesehatannya agar
tetap bisa bekerja untuk menghidupi keluarganya.

1.2.2. Analisa Dan Sintesa Data


No Data Masalah Penyebab
1 Data subyektif Kurang Kurang
Keluarga mengatakan tidak tahu pengetahuan terpaparnya
secara pasti tentang diet (nutrisi) tentang diet informasi
pada penderita diabetus mellitus (nutrisi) pada
atau pada Tn. M penderita diabetus
Keluarga bertanya tentang millitus
makanan yang boleh dan tidak
boleh di makan
Data obyektif
Tn. M TD : 140/90 mmHg; N :
84 x/mnt; RR 24 x/mnt. BB :
73 kg , TB : 160 cm GDA 1
bulan yang lalu 345.
Ny. S dalam memasak terkadang
juga memberikan kecap manis.

2 Data subyektif Resiko terjadinya Kurangnya


Ny. S mengatakan gejala sakit serangan ulang : pengetahuan
perut dan muntah-muntah timbul nyeri lambung tentang cara
jika kecapekan dan pikiran yang perawatan
penat atau stress. penderita gastritis
Ny. S mengatakan Tn B sering
telat makan karena terlalu sibuk
dengan pekerjaannya sebagai
sales
Data Obyektif
Ny. S TD : 130/100 mmHg; N :
80 x /mnt; RR 20 x / mnt.
BB : 59 kg, TB : 150cm
saat pengkajian Ny. S tidak
merasakan gejala maagnya
kambuh, misal muntah dan
perut terasa sakit.

3 Data subyektif Defisit Ketidakmampuan


Keluarga mengatakan Tn. M pengetahuan keluarga mengenal
biasanya sehari menghabiskan ± keluarga tentang masalah kesehatan
20 batang rokok bahaya merokok (merokok)
Keluarga mengatakan kurang
mengetahui tentang bahaya
merokok.
Tn. M tidak mengetahui tentang
cara berhenti dari kebiasaan
merokok.
Tn. M mengatakan rokoknya
hasil buatan sendiri
Data obyektif
Banyak sisa puntung rokok di
asbak
Saat pengkajian Tn. M selalu
merokok

1.2.3. Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga


no Diagnosa Keperawatan
1 Kurang pengetahuan tentang diet (nutrisi) pada penderita diabetus millitus
berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
2 Resiko terjadinya serangan ulang : nyeri lambung berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan penderita gastritis.
3 Defisit pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan (merokok).

1.2.4. Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

a) Teknik Skoring

1) Dx. keperawatan : Kurang pengetahuan tentang diet (nutrisi) pada penderita


diabetus millitus berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3 x 1 = Keluarga mengatakan belum tahu
(bobot 1) 2/3 jelas mengenai makanan yang boleh
3: actual dan tidak pada penderita DM atau
2: resiko kencing manis
1: sejahtera

2 Kemungkinan masalah 2/2 x 2 = 2 Kurang pengetahuan keluarga


dapat diubah. (bobot 2). mengenasi diet (nutrisi) pada
2: mudah penderita kencing manis. Sumber
1: sebagian dana ditanggung oleh keluarga.
0: tidak dapat

3 Potensial masalah untuk 2/3 x 1 = Keluarga memberikan makanan


diubah (bobot : 1) 2/3 yang rendah gula pada Tn. M
3: tinggi
2: cukup
1: rendah

4 Menonjolnya masalah. 0/2 x 1 = 0 Keluarga tidak berusaha untuk


(bobot: 1) mencari tahu bagaimana prinsip
2: berat, segera ditangani diet pada penderita DM yang benar
1: tidak perlu segera dan tepat
ditangani
0: tidak dirasakan
Total 3 1/3

2) Dx. keperawatan : Resiko terjadinya serangan ulang : nyeri lambung


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang cara perawatan
penderita gastritis.
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3 x 1=2/3 Ny.S mengatakan biasanya
(bobot 1) maagnya kambuh saat telat makan,
3: actual kerja terlalu capek dan pikiran yang
2: resiko penat.
1: sejahtera
2 Kemungkinan masalah ½ x 2 =1 Gastritis merupakan penyakit yang
dapat diubah. (bobot 2). dapat dicegah dengan mengubah
2: mudah pola makanan menjadi teratur dan
1: sebagian menghindari stress.
0: tidak dapat
3 Potensial masalah untuk 1/3 x 1 =1/3 Kesibukan Ny. S sebagai sales
diubah (bobot : 1) membuat pola makan Ny. S tidak
3: tinggi teratur.
2: cukup
1: rendah
4 Menonjolnya masalah. 2/2 x 1 =1 Setiap bulan sekali gejala maag
(bobot: 1) timbul pada Ny. S selama ± 1
2: berat, segera ditangani minggu
1: tidak perlu segera
ditangani
0: tidak dirasakan
Total 3

3) Dx. keperawatan : Defisit pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok


berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
(merokok)
No Kriteria Skor Pembenaran
1 Sifat masalah 2/3 x 1 = Tn. M merokok ± 20 batang sehari
(bobot 1) 2/3
3: actual
2: resiko
1: sejahtera
2 Kemungkinan masalah ½ x 2 = 1 Tn. M tetap menyediakan rokok 20
dapat diubah. (bobot 2). batang/hari dari buatannya sendiri
2: mudah karena tidak kuat menahan diri.
1: sebagian
0: tidak dapat
3 Potensial masalah untuk 1/3 x 1 = Tn. M mengatakan tidak bisa
diubah (bobot : 1) 1/3 menghentikan kebiasaan
3: tinggi merokoknya meskipun istrinya
2: cukup sudah memperingatkannya.
1: rendah
4 Menonjolnya masalah. 0/2 x 1 = 0 Tn. M merasa tidak ada masalah
(bobot: 1) yang disebabkan dari kebiasaan
2: berat, segera ditangani merokoknya.
1: tidak perlu segera
ditangani
0: tidak dirasakan
Total 2
b) Prioritas Diagnosa Keperawatan Keluarga

No Diagnosa Keperawatan Skore


1 Kurang pengetahuan tentang diet (nutrisi) pada penderita 3 1/3
diabetus millitus berhubungan dengan kurang
terpaparnya informasi.
2 Resiko terjadinya serangan ulang : nyeri lambung 3
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
cara perawatan penderita gastritis.
3 Defisit pengetahuan keluarga tentang bahaya merokok 2
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah kesehatan (merokok)

Anda mungkin juga menyukai