Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG

MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR


TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI

Disusun Oleh:
Vitrya takunamah 1831B0050
Riza Tsalasatul Mufida 13.07.12.145

PROGRAM STUDI KEBIDANAN FAKULTAS KEPERAWATAN


DAN KEBIDANAN INSTITUT ILMU KESEHATAN (IIK)
STRADA INDONESIA
2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN
ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI

Diajukan Oleh:
Vitrya takunamah
NIM. 1831B0050

TELAH DISETUJUI UNTUK DILAKUKAN UJIAN

Kediri, …………………………….
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Dhita Kurnia Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kep Alfian Fawzi, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIK 13.07.12.137 NIK 13.07.10.98

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0707037901
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI

Diajukan Oleh:
Vitrya Takunamah
NIM. 1831B0050

Literatur ini telah diuji dan dinilai


oleh Panitia penguji
Pada Program Studi Keperawatan Fakultas Keperawatan
Pada hari ........tanggal ................................

DOSEN PENGUJI
Ketua Penguji
..........................................

Anggota Penguji
..........................................

MENGETAHUI,
Dekan Fakultas Keperawatan
Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Dr. byba Melda Suhita, S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIDN. 0707037901

ABSTRAK
ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
MANDI RENDAM PADA BAYI BARU LAHIR
TERHADAP KEJADIAN HIPOTERMI
Vitrya takunama1, Dhita Kurnia Sari 2, Alvian Fawzi3
1
Fakultas Keperawatan, IIK STRADA Indonesia,
E-mail :Vitrhyatakunamah@gmail.com
2
Dosen Institut Ilmu Kesehatan Indonesia,
E-mail :Rizamufida@gmail.com-

Hipotermi menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan kematian


pada bayi. Bayi yang terkena hipotermi dan tidak mendapatkan penanganan yang
memadai akan mengalami kerusakan pada bagian organ yang lain sebelum
mengalami kematian, World Health Organization (WHO) (2018), memperkirakan
hampir sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara
berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal
dini dan 42% kematian neonatal.Permasalahan yang sering dihadapi ibu setelah
melahirkan dimana rendahnya pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (2018), menjelaskan bahwa hipotermia
merupakan salah satu penyebab utama kematian BBL, dimana setiap penurunan
1ºC suhu aksila meningkatkan risiko kematian 75%.Sehingga penulisan ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang mandi
rendam pada bayi baru lahirterhadap kejadian hipotermi.

Kata Kunci :Tingkat pengetahuan, Bayi baru lahir, Hipotermi.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan yang sering dihadapi ibu setelah melahirkan dimana

rendahnya pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir. Rendahnya

pengetahuan ibu ditandai dengan perilaku ibu yang tidak melakukan atau

menjaga bayi baru lahir tetap hangat sehingga menimbulkan kejadian

hipotermi. Perilaku ibu yang selalu bersikap biasa saja jika bayi mengalami

kedinginanmerupakan masalah utama yang dapat mengakibatkan bayi

mengalami hipotermi. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi

sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,

gangguan nafas, dan minum. Sehingga bayi usia 0 sampai 28 hari yang

mengalami hipotermi mempunyai resiko lebih tinggi dalam mendapatkan

penyakit yang lebih berat dan dimungkinkan kematian (Purwaningsih,

2017).

World Health Organization (WHO) (2018), memperkirakan hampir

sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang.

Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan

42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus

neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (WHO, 2018).

Berdasarkan hasil SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)

tahun 2018, AKN (Angka Kematian Neonatus) pada tahun 2018 sebesar 19

per 1000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018),

menjelaskan bahwa hipotermi menjadi salah satu penyebab kematian

neonates di Indonesia dengan angka kejadian 6,8%. Kematian akibat


hipotermi berkaitan denganrendahnya pengetahuan dan sikap dalam

perawatan neonates (Riskesdas, (2018).

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (2018), menjelaskan

bahwa hipotermia merupakan salah satu penyebab utama kematian BBL,

dimana setiap penurunan 1ºC suhu aksila meningkatkan risiko kematian75%

(BPS, 2018). Data Dinas Kesehatan Kota Kediri (2018), menunjukan bahwa

kematian bayi 0-6 hari didominasi oleh gangguan kelainan pernapasan

(35,9%), prematuritas (32,4%) dan sepsis (12%) (Dinas Kesehatan Kota

Kediri, 2018).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 03Februari 2020

di BPM Sukatmi, S.ST Grogol Kabupaten Kediri dengan wawancara

terhadap 10ibu nifas diketahui bahwa 5 ibu mengatakan tidak mengetahui

tentang faktor penyebab kejadian hipotermi dan cara pencegahan yang tepat.

Salah satu ibu mengatakan bahwa bersikap biasa saja jika bayi mengalami

kedinginan dimana perilaku ibu hanya mengendong bayi tanpa

menggunakan pakaian yang tebal untuk dapat menghangatkan bayi. 3 ibu

mengatakan bahwa tidak mengetahui tentang mandi rendam pada bayi baru

lahir. Perilaku ibu hanya memandikan bayi seperti biasa sesuai dengan

pengalaman melahirkan sebelumnya. Anggota keluarga juga tidak

memberikan informasi kepada ibu tentang mandi rendam pada bayi. 2 ibu

mengatakan bahwa hanya berkonsultasi dengan Bidan setempat apabila bayi

sakit (Hasil Wawancara Dengan Responden Di BPM Sukatmi, S.ST Grogol

Kabupaten Kediri, 2020).


Hipotermi menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan

kematian pada bayi. Bayi yang terkena hipotermi dan tidak mendapatkan

penanganan yang memadai akan mengalami kerusakan pada bagian organ

yang lain sebelum mengalami kematian. Ketidakstabilan suhu tersebut

disebabkan karenaproseskehilangan panastubuh, pusat pengaturan suhu di

hipotalamus belum sempurna, jumlahlemak subkutansedikit, rasio luas

permukaan terhadap berat badan yang besar, responsvasomotortidak stabil

sehingga tidakdapat berkonstriksi secara optimaluntuk

memperlambatkehilangan panas, produksi panas berkurang akibat lemak

coklat yang sedikit, sertaketidakmampuan untuk menggigil (Kosim, 2016).

Hipotermi sendiri merupakan suatu kondisi saat tubuh mengalami

penurunan suhu yang dikarenakan oleh terjadinya peningkatan kebutuhan

oksigen serta suhu ruangan yang menurun dan dapat mengancam keadaan

bayi. Hipotermi pada bayi usia 0 sampai 28 hari merupakan kondisi saat

bayi memiliki suhu tubuh di bawah 36,5ºC (Saifuddin, 2018).

Pencegahan yang dapat dilakukan pada hipotermi adalah seperti

mengeringkan bayi menggunakan handuk sebagai upaya pencegahan

hilangnya panas tubuh bayi karena adanya penguapan cairan ketuban, bayi

diselimuti dengan kain bersih serta hangat, jika handuk ataupun kain sudah

basah maka segera diganti, pada bagian kepala diselimuti dan ditutup setiap

waktu. Kepala bayi mempunyai luas permukaan yang lebih lebar sehingga

panas dapat menghilang lebih cepat, penutupan kepala akan mengurangi

keadaan tersebut, bayi dikondisikan pada tempat dengan suhu ruangan yang
hangat sekitar 28oC-30oC, ibu diberi pengarahan untuk lebih sering dalam

memeluk bayi untuk menjaga kehangatan pada bayi (Muslihatun, 2017).

Oleh karena itu solusi untuk dapat mengatasi masalah ini dimana bayi

yang mengalami hipotermia mempunyai risiko tinggi terhadap kematian

sehingga memerlukan pengawasan dan perawatan yang intensif dan ketat

dari tenaga kesehatan yang berpengalaman dan berkualitas tinggi. Peran

bidan sangat diperlukan untuk mencengah terjadinya risiko hipotermia pada

bayi. Seorang bidan itu harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap dan

keterampilan dalam melakukan asuhan untuk mencegah terjadinya hal yang

tidak diinginkan. Pentingnya pengetahuan dari seorang bidan tersebut dalam

pemberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir melatarbelakangi penulis

dalam pembuatan makalah ini.

Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk

melaksanakan penelitian dengan judul “Analisis Tingkat Pengetahuan Ibu

Tentang Mandi Rendam Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kejadian

Hipotermi Di BPM Sukatmi, S.ST Grogol Kabupaten Kediri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka masalah yang dapat

dirumuskan adalah adakah “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Mandi Rendam Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kejadian Hipotermi Di

BPM Sukatmi, S.ST Grogol Kabupaten Kediri”.


C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang

Mandi Rendam Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kejadian Hipotermi Di

BPM Sukatmi, S.ST Grogol Kabupaten Kediri”.

2. Tujuan Khusus

a) MengidentifikasiTingkat Pengetahuan Ibu Tentang Mandi Rendam

Pada Bayi Baru Lahir Di BPM Sukatmi, S.ST Grogol Kabupaten

Kediri.

b) MengidentifikasiKejadian Hipotermi Di BPM Sukatmi, S.ST

Grogol Kabupaten Kediri.

c) MenganalisisHubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Mandi

Rendam Pada Bayi Baru Lahir Terhadap Kejadian Hipotermi Di

BPM Sukatmi, S.ST Grogol Kabupaten Kediri.


TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang

sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa

manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmodjo,

2017).Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu

penglihatan, pendengaran, penciuman rasa dan raba (Azwar, 2016).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua

aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang

akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif

dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin

positif terhadap objek tertentu (Budiman, 2017).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, pengetahuan adalah sesuatu

yang diketahui berkaitan dengan proses pembelajaran.30 Proses

belajar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari dalam seperti

motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang diketahui

dan disadari oleh seseorang (Alex, 2017).

b. Kategori Pengetahuan

9
Menurut Ardana (2017), Kategori pengetahuan adalah sebagai

berikut :

1) Kurang : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 40%-

55% dari seluruh pertanyaan.

2) Cukup : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 56%-

75% dari seluruh pertanyaan.

3) Baik : Bila subjek mampu menjawab dengan benar 76%-

100% dari seluruh pertanyaan.

c. Jenis-Jenis Pengetahuan

Menurut Budiman (2017), Jenis-jenis pengetahuan adalah

sebagai berikut :

1) Pengetahuan implisit

Pengetahuan yang tertanam dalam bentuk pengalaman

seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat nyata,

seperti perspektif, keyakinan pribadi, dan prinsip. Contohnya :

seseorang yang mengetahui bahaya suatu zat bagi kesehatan,

namun tetap menggunakan zat tersebut.

2) Pengetahuan eksplisit

Pengetahuan yang disimpan dalam wujud nyata, bisa

dalam wujud perilaku kesehatan. Pengetahuan nyata

dideskripsikan dalam tindakan-tindakan yang berhubungan

dengan kesehatan.

d. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2017), Tingkat pengetahuan di dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan

tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu

yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan

dapat menginterpretasikan materi tersebut harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari, pada situasi atau

kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat juga diartikan sebagai

aplikasi atau penggunaan hukum - hukum, rumus, metode,

prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu objek ke dalam komponen, tetapi masih

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu komponen untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi

yang ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri

atau menggunakan kriteria yang ada.

e. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Alex (2017), Cara Memperoleh Pengetahuan adalah

sebagai berikut :

1) Cara tradisional

(a) Cara coba - salah (trial  and error)

(b) Cara kekuasaan atau otoritas

(c) Berdasarkan pengalaman pribadi

(d) Melalui jalan pikiran

2) Cara modern
(a) Metode berfikir induktif

(b) Metode berfikir deduktif

f. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Purwanto (2016), Faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah sebagai berikut :

1) Faktor Internal

(a) Umur

Setiap manusia akan selalu berkembang seiring

dengan bertambahnya umur. Perkembangan ini juga

berdampak pada perkembangan kognitifnya, sehingga

semakin tua usia seseorang maka semakin banyak

pengalamannya dan berarti semakin baik pengetahuannya.

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai

saat berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang

dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan

masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih

dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi

kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman

dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka

makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap

masalah yang dihadapi.

(b) Jenis kelamin


Jenis kelamin membawa dampak pada perbedaan

perlakuan dari lingkungannya sehingga berakibat pada

perbedaan kesempatan untuk memperoleh stimulasi. Pada

lingkungan masyarakat yang masih membedakan gender

cenderung lebih mengutamakan anak laki - laki dalam

memperoleh kesempatan untuk memperoleh pengetahuan

secara luas akibatnya pada masyarakat tersebut terdapat

perbedaan pengetahuan antar gender.

(c) Pendidikan

Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh,

perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak

yang tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN

Indonesia mendefinisikan lain, bahwa pendidikan sebagai

suatu usaha dasar untuk menjadi kepribadian dan

kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung

seumur hidup.

(d) Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau

keinginan yang tinggi terhadap sesuatu dengan adanya

pengetahuan yang tinggi didukung minat yang cukup dari

seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut akan

berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.

(e) Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami

seseorang. Suatu objek psikologis cenderung akan

bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi

dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah

meninggalkan kesan yang kuat.Karena itu sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut

dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan,

pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.

(f) IQ (Intelegecy Quation)

IQ merupakan ukuran dari intejensi atau kecerdasaran

yang dipercaya sebagai sebuah kemampuan individu untuk

memberikan respon yang tepat (baik) terhadap stimulasi

yang diterima. IQ merupakan gambaran dari kemampuan

untuk berpikir abstrak, kemampuan untuk menangkap

hubungan - hubungan dan belajar serta kemampuan untuk

menyesuaikan diri terhadap sesuatu yang baru.

2) Faktor eksternal

(a) Sosial ekonomi atau penghasilan

Dalam memenuhi kebutuahan primer ataupun

sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik lebih

mudah tercukupi dibanding dengan keluarga dengan status

ekonomi rendah, hal ini akan mempengaruhi kebutuhan

akan informai termasuk kebutuhan sekunder. Jadi dapat

disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi


pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.Status sosial

ekonomi seseorang memiliki dampak pada kemampuan

seseorang untuk mendapatkan kesempatan mengakses

sumber - sumber informasi sesuai dengan pendapatan

yang dimilikinya.

(b) Informasi

Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan

sebagai pemberitahuan seseorang adanya informasi baru

mengenai suatu hal memberikan landasan kognitif baru

bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan -

pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah

sikap tertentu.Pendekatan ini biasanya digunakan untuk

menggunakan kesadaran masyarakat terhadap suatu

inovasi yang berpengaruh perubahan perilaku, biasanya

digunakan melalui media masa. Pengetahuan juga bisa

didapat dari media masa seperti majalah, surat kabar,

televisi, radio ataupun lainnya.

(c) Kebudayaan Dan Lingkungan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan kita.

Apabila dalam suatu wilayah mempunyai budaya untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan maka sangat

mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi

atau sikap seseorang.


(d) Pelayanan Kesehatan

Macam dari pelayanan kesehatan ini bisa berupa

Posyandu, rumah sakit, dokter praktek ataupun klinik

pengobatan. Adapun masing - masing pelayanan

kesehatan ini memiliki tugas pokok yang meliputi :

promotif dan preventif ini biasanya diwujudkan dalam

bentuk pendidikan atau penyuluhan kesehatan tersebut

adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat atau

seseorang mengenai sesuatu tersebut diharapkan akan

menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup

mereka yang pada akhirnya bisa meningkatkan kualitas

hidup mereka.

(e) Petugas Kesehatan

Peran petugas kesehatan dalam hal ini adalah sebagai

seorang yang bertugas memberikan pendidikan atau

penyuluhan kesehatan sering mengalami hambatan bahasa,

bahan penyuluhan yang kurang sesuai dengan karakteristik

klien, dan kerjasama yang kurang baik antar petugas

kesehatan, hal ini dapat menyebabkan tujuan dan

penyuluhan kesehatan tersebut kurang sesuai dengan apa

yang diharapkan sehingga pengetahuan yang diharapkan

klien pun tidak memuaskan.

2. Konsep Bayi Baru Lahir

a. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram

sampai dengan 4000 gram (Prawiroharjo, 2017).

Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh

dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat

melakukan penyesuaian diri dari kehidupan kehidupan intra uterin

ke kehidupan ekstra uterin (Wiknjosastro, 2016).

Bayi baru lahir adalah bayi baru lahir selama satu jam pertama

kelahiran (Saifuddin, 2016). Bayi baru lahir adalah bayi dari lahir

sampai usia4 minggu, lahirnya biasanya dengan usia gestasi 38-42

minggu. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan

umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500

gram sampai 4000 gram (Muslihatun, 2017).

Kesimpulannya adalah bayi baru lahir merupakan bayi lahir

yang dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin

kekehidupan ekstrauterin.

b. Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir

Menurut Saifudin (2016), Ciri-ciri bayi baru lahir adalah

sebagai berikut :

1) Berat badan 2500-4000 gram.

2) Panjang badan 48-52 cm.

3) Lingkar dada 30-38 cm.

4) Lingkar kepala 33-35 cm.

5) Frekwensi jantung 120-160 kali/menit.


6) Pernafasan 40-60kali/menit.

7) Kulit kemerah-merahan dan licin karna jaringan subkutan

8) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya lebih

sempurna

9) Kuku agak panjang dan lemas.

10) Genetalia

11) Perempuan labiya mayora sudah menutupi labia minora.

12) Laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.

13) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

14) Reflek morrow atau gerak memeluk bila di gerakan sudah

baik.

15) Reflek grapsatau menggenggam sudah baik.

16) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

mekonium berwarna hitam kecoklatan.

c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Menurut Wiknjosastro (2016), Klasifikasi bayi baru lahir

adalah sebagai berikut :

1) Pre term: kurang dari 37 lengkap (kurang dari 259 hari).

2) Term: mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu

lengkap (259-293 hari).

3) Post term: 42 mg lengkap atau lebih (294 hari atatu lebih).

d. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir


Menurut Muslihatun (2017), Perubahan-perubahan yang terjadi

pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

1) Pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi

dalam waktu 30 detik setelah lahir, pada menit-menit pertama

kurang lebih 80 x/menit disertai pernafasan cuping hidung

rintihan 10 berlangsung 10-15 menit. Pada pernafasan normal

perut dan dada bergerak hampir bersamaan tanpa adanya

retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun

ekspirasi. Respirasi kurang lebih 30-50 x/menit (Saifuddin,

2002).

2) Suhu

Sesaat sesudah bayi lahir ia akan berada di tempat yang

suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam

keadaan basah. Bila dibiarkan saja dalam suhu kamar 250C

maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi, konveksi

dan radiasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit. Sedangkan

pembentukan panas yang dapat diproduksi hanya seper

sepuluh daripada yang tersebut diatas, dalam waktu yang

bersamaan. Hal ini akan menyebabkan penurunan suhu tubuh

sebanyak 2 C dalam waktu15 menit.

3) Perubahan sistem sirkulasi


Dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen di

dalam alveoli meningkat. Sebaliknya, tekanan karbon dioksida

turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi

pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah ke alat

tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah dari arteri

pulmonalis mengalir ke paru-paru vena umbilicus dan

kemudian dipotongnya tali pusat, aliran darah dari plasenta

melalui vena inferior dan foramen di atrium kanan, ini

menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi janin

sekarangberubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup di luar

badan ibu.

4) Faeces

Faeces berbentuk mekoneum berwarna hijau tua yang

telah berada di saluran pencernaan sejak janin berumur 16

minggu, akan mulai keluar dalam waktu 24 jam, pengeluaran

ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3. Pada hari ke-4 sampai

hari ke-5 warna tinja menjadi coklat kehijau-hijauan.

Selanjutnya warna faeces akan tergantung dari jenis susu yang

diminumnya. Misalnya bayi yang mendapat ASI, faecesnya

akan berwarna kuning dan lembek. Defekasi mungkin 3

sampai 8 kali sehari. Bayi yang mendapat susu buatan

faecesnya berwarna keabu-abuan dengan bau yang sedikit

menusuk.
5) Perubahan lain; Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat

lain berfungsi.

e. Asuhan Segera Bayi Baru Lahir

Menurut Prawiroharjo (2017), Asuhan segera bayi baru lahir

adalah sebagai berikut :

1) Pencegahan kehilangan panas seperti mengeringkan bayi baru

lahir, melepaskan handuk yang basah, mendorong kontak kulit

dari ibu ke bayi, membedong bayi dengan handuk yang kering.

2) Membersihkan jalan nafas.

3) Memotong tali pusat.

4) Identifikasi dengan cara bayi diberikan identitas baik berupa

gelang nama maupun kartu identitas.

5) Pengkajian kondisi bayi seperti pada menit pertama dan kelima

setelah lahir, pengkajian tentang kondisi umum bayi dilakukan

dengan menggunakan nilai Apgar.

f. Asuhan Bayi Baru Lahir

Menurut Saifuddin (2016), Asuhan bayi baru lahir adalah

sebagai berikut :

1) Pertahankan suhu tubuh bayi 36,5ºC.

2) Pemeriksaaan fisik bayi.

3) Pemberian vitamin K pada bayi baru lahir dengan dosis 0,5-1

mg I.M.

4) Mengidentifikasi bayi dengan alat pengenal seperti gelang.

5) Lakukan perawatan tali pusat.


6) Dalam waktu 24 jam sebelum ibudan bayi dipulangkan

kerumah diberikan imunisasi.

7) Mengajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada ibu seperti

pernafasan bayi tidak teratur, bayi berwarna kuning, bayi

berwarna pucat, suhu meningkat, dll.

8) mengajarkan orang tua cara merawat bayi

g. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Asuhan Pada Bayi

Baru Lahir

Menurut Wiknjosastro (2016), Hal-hal yang harus diperhatikan

dalam asuhan pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :

1) Persiapan kebutuhan resusitasi untuk setiap bayi dan siapkan

rencana untuk meminta bantuan, khususnya bila ibu tersebut

memiliki riwayat eklamsia, perdarahan, persalinan lama atau

macet, persalinan dini atau infeksi.

2) Jangan mengoleskan salepapapun atau zat lain ketali pusat.

Hindari pembungkusan tali pusat. tali pusat yang tidak tertutup

akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang

lebih sedikit.

3) Bila memungkinkan jangan pisahkan ibu dengan bayidan

biarkan bayi bersama ibunya paling sedikit 1 jam setelah

persalinan.

4) Jangan tinggalkan ibu dan bayi seorang diri dan kapanpun.


h. Penanganan Bayi Baru Lahir

Menurut Prawirohardjo (2017), Penanganan bayi baru lahir

adalah sebagai berikut :

1) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 menit), kemudian

meletakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi

sedikit lebih rendah dari tubuhnya, bila bayi mengalami

asfiksia lakukan resusitasi.

2) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk

dan biarkan kontak kulit ibu-bayi lakukan penyuntikan

oksitosin.

3) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari

pusat bayi dan memasang klem kedua 2cm dari klem pertama.

4) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari

gunting dan memotong tali pusat diantara klem.

5) Mengeringkan bayi, mengganti handukyang basah dan

menyelimuti bayi dengan kain yang bersih dan kering,

menutupi bagian kepala.

6) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk

memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI.


3. Konsep Hipotermi

a. Definisi

Hipotermia adalah penurunan suhu inti tubuh menjadi < 35ºC

(atau 95ºF) secara involunter. Lokasi pengukuran suhu inti tubuh

mencakup rektal, esofageal, atau membran timpani, yang dilakukan

secara benar (Pratiwi, 2017). Menurut Kosim (2016), hipotermia

didefinisikan bila suhu inti tubuh menurun hingga 35ºC (95ºF) atau

dapat lebih rendah lagi.

Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di

bawah rentang normal tubuh (Wiknjosastro, 2016). Saifuddin

(2016) menjelaskan bahwa hipotermia adalah suatu kondisi

turunnya suhu sampai di bawah 30ºC.

b. Etiologi

Menurut Ristianingsih (2017), berdasarkan etiologinya,

hipotermia dapat dibagi menjadi :

1) Hipotermia primer, apabila produksi panas dalam tubuh tidak

dapat mengimbangi adanya stres dingin, terutama bila

cadangan energi dalam tubuh sedang berkurang. Kelainan

panas dapat terjadi melalui mekanisme radiasi (55-65%),

konduksi (10-15%), konveksi, respirasi dan evaporasi.

Pemahaman ini membedakan istilah hipotermia dengan frost

bite (cedera jaringan akibat kontak fisik dengan benda/zat

dingin, biasanya <0ºC).


2) Hipotermia sekunder, adanya penyakit atau pengobatan

tertentu yang menyebabkan penurunan suhu tubuh. Berbagai

kondisi yang dapat mengakibatkan hipotermia seperti :

(a) Penyakit endokrin (hipoglikemi, hipotiroid, penyakit

Addison, diabetes melitus, dan lain-lain)

(b) Penyakit kardiovaskuler (infark miokard, gagal jantung

kongestif, insufisiensi vascular, dan lain-lain)

(c) Penyakit neurologis (cedera kepala, tumor, cedera tulang

belakang, penyakit Alzheimer, dan lain-lain)

(d) Obat-obatanalkohol, sedatif, klonidin, neuroleptik)

c. Patofisiologis

Menurut Ningratrin (2018), tubuh menghasilkan panas melalui

metabolisme makanan dan minuman, metabolisme otot, dan reaksi

kimia. Panas tubuh hilang melalui beberapa cara, seperti :

1) Radiasi: berpengaruh hingga 65% terhadap kehilangan panas

tubuh. Kepala yang tidak terlindungi dapat menghilangkan

50% panas tubuh.

2) Konduksi: pindahnya panas ke objek terdekat dengan suhu

lebih rendah. Hanya sedikit panas tubuh yanghilang melalui

konduksi, tetapi pakaian basah menghilangkan panas tubuh 20

kali lipat lebih besar. Berendam di air dingin menghilangkan

panas 32 kali lebih besar.


3) Konveksi: hilangnya panas melalui aliran udara, kecepatan

hilangnya panas dipengaruhi oleh kecepatan angin. Contohnya,

angin dengan kecepatan 12 mil/jam menghilangkan panas 5

kali lebih cepat.

4) Evaporasi: hilangnya panas saat cairan berubah menjadi gas.

Keringat dan pernapasan berperan menghilangkan panas tubuh

sebesar 20%.

d. Kategori Hipotermi

Menurut Muslihatun (2017), Kategori hipotermi adalah

sebagai berikut :

1) Hipotermia ringan (32-35ºC) : takikardi, takipnea,

hiperventilasi, sulit berjalan dan berbicara, mengigil, dan

sering berkemih karena “cold diuresis”.

2) Hipotermia sedang (28-32ºC): nadi berkurang, pernapasan

dangkal dan pelan, berhenti menggigil, refleks melambat,

pasien menjadi disorientasi, sering terjadi aritmia.

3) Hipotermia berat (di bawah 28ºC) : hipotensi, nadi lemah,

edema paru, koma, aritmia ventrikel, henti jantung.

e. Manifestasi Klinis

Menurut Wiknjosastro (2016), Manifestasi klinis hipotermi

adalah sebagai berikut :

1) Mayor

(a) Kulit teraba dingin

(b) Menggigil
(c) Suhu tubuh di bawah nilai normal (Normal 36,5ºC 37,5ºC)

2) Minor

(a) Akrosianosis

(b) Bradikardi (Normal 120-160 x/menit)

(c) Dasar kuku sianotik

(d) Hipoglikemia

(e) Hipoksia

(f) Pengisian kapiler >3 detik

(g) Konsumsi oksigen meningkat

(h) Ventilasi menurun

(i) Piloereksi

(j) Takikardi

(k) Vasokontriksi perifer

(l) Kutis memorata (pada neonatus)

f. Komplikasi

Hipotermia memberikan berbagai akibat pada seluruh sistem

dalam tubuh seperti diantaranya peningkatan kebutuhan akan

oksigen, meningkatnya produksi asam laktat, kondisi apneu,

terjadinya penurunan kemampuan pembekuan darah dan kondisi

yang paling sering adalah hipoglikemia. Pada bayi yang lahir

dengan prematur, kondisi dingin dapat menyebabkan terjadinya

penurunan sekresi dan sintesis surfaktan, bahkan membiarkan bayi

dingin dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas

(Prawiroharjo, 2017).
g. Penanganan Bayi Hipotermi

Menurut Purwaningsih (2017), Penanganan bayi hipotermi

adalah sebagai berikut :

1) Bayi yang telah mengalami hipotermi memiliki risiko besar

untuk terjadi kematian,sehingga ketika terjadi hipotermi maka

tindakan yang harus dilakukan pertama adalah hangatkan bayi

dengan penyinaran atau inkubator.

2) Selanjutnya cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh setiap

orang yaitu dengan metode kanguru, yaitu metode dengan

memanfaatkanpanas tubuh dari ibu. Bayi ditelungkupkan di

dada ibu sehingga terjadi kontak langsung dengan kulit ibu.

Untuk menjaga kehangatan maka bayi dan ibu harus berada

dalam satu pakaian atau bahkan selimut, sehingga suhu bayi

tetap hangat di dekapan ibu.

3) Apabila setelah dilakukan tindakan tersebut, bayi tetap masih

dingin, maka selimuti bayi dan ibu dengan pakaian atau

selimut yang telah disetrika terlebih dahulu, dilakukan secara

berulang sampai suhu tubuh bayi kembali hangat.

4) Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami

hipoglikemia, sehingga ibu harus memberikan bayinya ASI

sedikit-sedikit tetapi sering. Bila bayi tidak mau menghisap

atau reflek hisapnya lemah, maka diberikan infus glukosa

10%sebanyak 60-80 ml/kg per hari.


h. Penatalaksanaan

Menurut Rika(2017), Penatalaksanaan hipotermi adalah

sebagai berikut :

1) Pengkajian secara cepat tentang ABCDE

(a) Airway: menilai kelancaran jalan napas meliputi

pemeriksaanadanya obstruksi jalan napas yang dapat

disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur

mandibula atau maksila, fraktur larinks atau trachea.

(b) Breathing: jalan napas yang baik tidak menjamin ventilasi

yang baik, pertukaran gas yang terjadi pada saat bernapas

mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan

karbon dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi

fungsi yang baik dari paru, dinding dada dan diafragma.

(c) Circulation: menilai keadaan hemodinamik dengan

observasi tingkat kesadaran, warna kulit, nadi dan tekanan

darah. Mengontrol perdarahan segera bila terjadi

perdarahan misalnya eksternal, internal,rongga thoraks,

rongga abdomen, fraktur pelvis dan fraktur tulang

panjang.

(d) Disability: menilai kesadaran, ukuran dan reaksi pupil.

(e) Exposure: membuka seluruh pakaian untuk evaluasi

penderita, tetap menjaga korbanuntuk tidak

kedinginandengan memberikan selimut dan ruangan

cukup hangat.
2) Pasien dengan hipotermia sedang dapat diatasi dengan cara

memindahkannya dari lingkungan dingin dan menggunakan

selimut.

3) Pasien dengan hipotermiaberat, sebaiknya dipantau dengan

pulse oxymetri.

4) Perhatikan jalan napas, pernapasan dan jantung. Bila tidak ada

gangguan kardiovaskular, penghangatan aktif eksternal dapat

diterapkan (radiasi panas, selimut hangat, immersi air hangat,

dan objek yang dipanaskan) dengan cairan hangat intravena

dan oksigen yang dihangatkan.

5) Luka di kaki ditangani dengan pengangkatan, penghangatan,

dan pembalutan jari yang terluka.Nifedipin 20 mg per oral 3

kali sehari, kortikosteroid topikal prednison, dan prostaglandin

E1 (limaprost 20 mg per oral 3 kali sehari) dapat membantu.

6) Pemanasan cepat dengan air yang mengalir pada suhu 42ºC

selama 10-30 menit pada ekstremitas yang mengalami

frostbite.Pasien bisa diberi narkotik, ibuprofen, dan aloevera.

Pemberian penicillin E 500.000 U setiap 6 jam selama 48 –72

jam memperlihatkan hasil yang baik.

7) Luka bersih banyak mengandung prostaglandin dan

tromboksan dapat dibersihkan atau diaspirasi. Luka yang

berdarah seharusnya dibersihkan dan dirapikan kembali.


8) Jika ada ketidakstabilan kardiovaskular dibutuhkan pemanasan

yang lebih agresif (bilas lambung, kandung kemih, lavase

peritoneal, dan pleural). Temperatur cairan bilas bisa sampai

42 ̊C.

9) Pasien dengan kecurigaan kekurangan tiamin dan alkoholisme

bisa diberikan tiamin 100 mg intravena (intra-muskular) dan

50% glukosa sebanyak 50ml-100ml intravena jika kadar

glukosa sewaktu rendah.

10) Pasien dengan kecurigaan hipotiroidisme atau insufisiensi

adrenal dapat diberikan tiroksin intravena dan hidrokortison

100 mg.

11) Pada fibrilasi ventrikular dilakukan defibrilasi sampai

temperatur 30 ̊C, meskipun 3 countershockharus dilakukan.

12) Pemanasan kembali melalui sirkuit ekstrakorporal merupakan

metode pilihan dari pada pasien hipotermiaberat dalam henti

jantung. Jikaperlengkapan tidak tersedia, resusitasi trakeostomi

dan pijat jantung dalam dan bilas mediastinal merupakan

alternatif yang dapat diterima.

13) Semua pasien denganfrostbite superfisial terlokalisir atau

hipotermia sedang dapat dirujuk ke RS. Pasien yang tidak

dirawat, mereka bisa kembali ke lingkungan yang hangat.


METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan cara kerja yang digunakaan dalam
melakukan suatu penelitian (Fathoni, 2011). Pada bab ini akan membahas
tentang : 1) Strategi Pencarian Literatur, 2) Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3)
Seleksi Hasil dan Seleksi Studi.
1. Strategi Pencarian Literatur
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi dari hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Sumber data sekunder yang
didapat berupa artikel atau jurnal yang relevan dengan topik dilakukan
menggunakan database melalui Google Scholar, Google Cendekia, dan
Pubmed Central (PMC)
Pencarian literatur dilakukan dengan menampilkan 3 kata kunci
berdasarkan Medical Subject Heading (MeSH) dan dikombinasikan dengan
Boolean operators DAN, ATAU and TIDAK. Strategi pencarian ditetapkan
sebagai (“Kejadian Hipotermi ” ATAU “Wagner) DAN (“ Tingkat
Pengetahuan Ibu Tentang Mandi Rendam Pada Bayi Baru Lahir”).
a. Framework yang digunakan
Strategi yang digunakan untuk mencari artikel menggunakan PICOS
framework.
1) Population/problem , populasi atau masalah yang akan di analisis
2) Intervention , suatu tindakan penatalaksanan terhadap kasus
perorangan atau masyarakat serta pemaparan tentang penatalaksanaan
3) Comparation , penatalaksanaan lain yang digunakan sebagai
pembanding
4) Outcome, hasil atau luaran yang diperolah pada penelitian
5) Study design, desain penelitian yang digunakan oleh jurnal yang akan
direview
b. Kata kunci
Pencarian artikel atau jurnal menggunakan keyword dan boolean
operator (AND, OR NOT or AND NOT) yang digunakan untuk
memperluas atau menspesifikkan pencarian, sehingga mempermudah
dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunakan. Kata kunci yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu “Kejadian Hipotermi ” AND
“Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Mandi Rendam Pada Bayi Baru
Lahir”.
c. Database atau Search Engine
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh bukan dari pengamatan langsung, akan tetapi diperoleh dari
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu.
Sumber data sekunder yang didapat berupa artikel atau jurnal yang
relevan dengan topik dilakukan menggunakan database melalui google
cendekia, google scholar dan Pumbed Central (PMC).
2. Seleksi Studi dan penilaian kualitas
Berdasarkan hasil pencarian literature melalui publikasi Google Schoolar
dan Wiley online Library menggunakan kata kunci “Kejadian Hipotermi”
AND “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Mandi Rendam Pada Bayi Baru
Lahir”, jurnal yang telah ditemukan kemudian diskrining berdasarkan
topik yang sesuai dan tahun penerbitan jurnal, sehingga didapatkan 10
jurnal yang dilakukan review.
3. Hasil pencarian jurnal
N Author Ta Vo Judul Metode Hasil Databa
(desain, Penelitian
o hu l, se
sampel,
n an variabel,
instrument
gk
, analisis)
a
1 Riska 20 Vo Gambaran D.Peneliti Hasil Scolar
Putri pengetahu an dengan penelitian
17 l4
Pratama an ibu metode menunjuka
Sari No nifas kuantitatif n bahwa
tentang Gambaran
2
hipotermi S.Samplin pengetahua
pada bayi g jenuh n ibu nifas
di Bidan tentang
Praktek V. hipotermi
Mandiri Independe pada bayi
Ulik n :Tingkat di Bidan
Budiarti pengetahu Praktek
Gayam, an ibu Mandiri
Sukoharjo, nifas Ulik
Budiarti
Dependen Gayam,
:hipotermi Sukoharjo
pada bayi adalah
kurang
I. baik.
Kuisioner

A.
Univariat
variabel
tunggal
2 Rika 20 Vo hubungan D. Hasil Scolar
Masitoh antara Penelitian Penelitian
17 l 3
pengetahu observatio ini analisis
No an nal Spearman’
ibu tentang analitik s Rank
1
hipotermi dengan diperoleh
dengan rancangan nilai ρ
sikap ibu cross value
dalam sectional sebesar
mencegah 0,000 (ρ <
hipotermi S.total 0,05).
pada sampling Nilai
neonatus korelasi (r)
di wilayah V. sebesar
kerja Independe 0,806.
puskesmas n :Simpulan:
ngoresan hubungan Terdapat
kota pengetahu hubungan
surakarta an ibu antara
pengetahua
Dependen n
:Sikap ibu ibu tentang
dalam hipotermi
mencegah dengan
hipotermi sikap ibu
dalam
I. mencegah
Kuesioner hipotermi
pada
A.uji neonatus di
statistik wilayah
Spearman kerja
’s Rank puskesmas
ngoresan
kota
surakarta
3 Sumiati 20 Vo Pengaruh D. Berdasarka Scolar
Malik Perawatan penelitan n hasil
20 l2
Nurhaya Metode quasi analisis
ti No Kanguru experimen bivariat
(PMK) t dengan
2
terhadap mengguna
Pencegaha S. totaling kan uji
n sampling paired t
Hipotermi test
pada Bayi V. menunjukk
Baru Lahir Independe an nilai
di RSUD n : p<0,001,
Morowali Pengaruh artinya ada
Perawatan perubahan
Metode suhu tubuh
Kanguru bayi sesaat
(PMK) setelah
bayi
Dependen diberikan
:Pencegah treatment
an PMK.
Hipotermi
pada Bayi
Baru Lahir
I.
observasi

A. uji
paired t
test
4 Listyaw 20 Vo Hubungan D. Hasil cendek
ardhani Antara penelitan analisis ia
18 l2
Pengetahu cross menunjukk
No an dan sectional an
Sikap Ibu Responden
1
tentang S.total yang
Hipotermi sampling memiliki
dalam pengetahua
Mencegah V. n yang
Hipotermi Independe baik
pada Bayi n : tentang
Usia 0 Pengetahu hipotermi
sampai 28 an dan sebanyak
Hari di Sikap Ibu 32 orang
Wilayah tentang (68,2%)
Kerja Hipotermi dan 33
Puskesmas orang
Magersari Dependen (71,7%)
Kota :Mencega memiliki
Magelang h sikap
Hipotermi positif
pada Bayi dalam
pencegaha
I.kuisioner n hipotermi
pada bayi
A. Uji usia 0
statistic sampai 28
Spearman’ hari.
s Rank Analisis
Spearman’
s Rank
dihasilkan
nilai ρ
value
sebesar
0,001 (ρ <
0,05). Nilai
korelasi (r)
sebesar
0,850.Terd
apat
hubungan
antara
pengetahua
n ibu
tentang
hipotermi
dengan
sikap ibu
dalam
mencegah
hipotermi
pada bayi
5 Pattola 20 Vo Efektivitas D. Hasil Cendek
Arfan penatalaks deskriptif penelitian ia
20 l5
Nur anaan imd analitik didapatkan
No untuk dengan X2> X2α
mencegah rancangan dengan
1
terjadinya cross hasil
hipotermi sectional 97,34>
pada bayi contingen 3,841
baru lahir cy berarti H0
di upt ditolak da
puskesmas S. Ha.
ulaweng purposive Kesimpula
sampling n
penelitian
V. ini adalah
Independe terdapat
n : hubungan
Efektivitas antara
penatalaks penatalaks
anaan imd anaan IMD
dan
Dependen kejadian
:mencegah hipotermi
terjadinya pada bayi
hipotermi baru lahir
pada bayi di UPT
baru lahir Puskesmas
Ulaweng
I.
kuisioner

A. Chi
Square
6 Nuli 20 Vo Asuhan D. Observasi Perpust
Nuryanti bidan dan penelitan asuhan akaan
18 l
Zulala perawat dengan bidan dan Nasion
14 yang metode perawat al
tepat Penelitian mengguna
No
mengura kohort kan
1 ngi risiko prospektif checklist
kejadianh the warm
ipotermi S. chain dari
pada bayi concecutiv WHO.
baru lahir e sampling Pengukura
n suhu
V. axila
Independe dilakukan
n : Asuhan pada menit
bidan dan ke-30,
perawat menit ke-
yang tepat 60, jam ke-
6, jam ke-
Dependen 12, jam ke-
:kejadianh 24. Hasil
ipotermi penelitian
pada bayi menunjuka
baru lahir n asuhan
perawat
I. dan bidan
Observasi yang tepat
menurunka
A. Chi n risiko 1,4
Square kali
kejadian
hipotermi
pada bayi
baru lahir
7 Paula 20 Vo Pentingnya D. Dari hasil Perpust
Vivi Melakukan deskriptif penelitian akaan
17 l2
Fridely Pengukura kuantitatif kejadian Nasion
No n Suhu hipotermia al
pada Bayi S. yang
2
Baru Lahir acidental terjadi
untuk sampling pada
Menguran bayi yang
gi V. dirawat di
Angka Independe RSIA Budi
Kejadian n : Kemuliaan
Hipotermi Pentingny sebanyak
a 9 bayi
Melakuka (8%) dan
n kasus tidak
Pengukura hipotermia
n Suhu sebanyak
pada Bayi 99 bayi
(92%).
Dependen didapatkan
:Mengura dari 108
ngi bayi yang
Angka dirawat
Kejadian terdapat
Hipotermi 8%
bayi
I. dengan
observasi hipotermia

A. Chi
Square
8 Sri 20 Vo hubungan D. cross Terdapat Cendek
Banun 15 l4 tingkat sectional 0,638 > R ia
Titi No pengetahu tabel 0,439
Istiqoma 1 an ibu S. dan
h nifas Random signifikan
paritas i Sampling 0,002 <
tentang 0,05 yang
peranan V. berarti ada
perawatan Independe hubungan
bayi baru n: tingkat
lahir hubungan pengetahua
dengan tingkat n ibu nifas
kejadian pengetahu paritas I
hipotermi an ibu Tentang
peranan
Dependen perawatan
: kejadian bayi baru
hipotermi lahir
dengan
I. kejadian
kuesioner hipotermi
di RSAB
A. Muslimat
Spearman Jombang
Rho
9 Hilmy 20 Vo Pengaruh D. Cendek
Dzakiyy 15 l inisiasi penelitian Hasil ia
ah 11 menyusu ini penelitian
Wildan No dini mengguna menunjuka
1 terhadap kan n bahwa
kejadian Quasi Rata-rata
hipotermia experimen suhu bayi
Pada bayi t baru lahir
baru lahir sebelum
di S. total dilakukan
puskesmas sampling inisiasi
sumbersari menyusu
kabupaten V. dini
jember Independe sebesar
n: 36,539oC,
Pengaruh sedangkan
inisiasi rata-rata
menyusu suhu bayi
dini baru lahir
sesudah
Dependen dilakukan
: inisiasi
hipotermia menyusu
Pada bayi dini adalah
baru lahir sebesar
37,255oC.
I. Rata-rata
Kuisioner kenaikan
suhu,
A. Paired dengan ini
T-Test maka ada
pengaruh
oleh
karena
tindakan
inisiasi
menyusu
dini di
Puskesmas
Sumbersari
Kabupaten
Jember
adalah
sebesar
0,716oC
1 Nancy 20 Vo Hubungan D.observat Hasil Perpust
Febriana 19 l5 Antara ional analisis akaan
0
, Susihar No Pengetahu analitik Spearman’ Nasion
2 an Ibu dengan s Rank al
Tentang rancangan diperoleh
Hipotermi cross nilai ρ
Dengan sectional value
Sikap Ibu sebesar
Dalam S. total 0,000 (ρ <
Mencegah sampling 0,05). Nilai
Hipotermi V. korelasi (r)
Pada Independe sebesar
Neonatus n: 0,806.
Di Hubungan Simpulan:
Wilayah Antara Terdapat
Kerja Pengetahu hubungan
Puskesmas an Ibu antara
Ngoresan pengetahua
Kota Dependen n ibu
Surakarta : tentang
Mencegah hipotermi
Hipotermi dengan
Pada sikap ibu
Neonatus dalam
mencegah
I. hipotermi
Kuisioner pada
neonatus
A. uji
statistik
Spearman’
s Rank
PEMBAHASAN

A. Tingkat pengetahuan ibu

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan panca indera

manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga,

yaitu proses melihat dan mendengar.Konsep tentang Pengetahuan

(knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab

pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya

(Notoatmodjo, 2017).

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini


terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran,

penciuman rasa dan raba (Azwar, 2016).

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek

yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan

menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang

diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek

tertentu (Budiman, 2017)

Permasalahan yang sering dihadapi ibu setelah melahirkan dimana

rendahnya pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir. Rendahnya

pengetahuan ibu ditandai dengan perilaku ibu yang tidak melakukan atau

menjaga bayi baru lahir tetap hangat sehingga menimbulkan kejadian

hipotermi. Perilaku ibu yang selalu bersikap biasa saja jika bayi mengalami

kedinginanmerupakan masalah utama yang dapat mengakibatkan bayi

mengalami hipotermi. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi

sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,

gangguan nafas, dan minum. Sehingga bayi usia 0 sampai 28 hari yang

mengalami hipotermi mempunyai resiko lebih tinggi dalam mendapatkan

penyakit yang lebih berat dan dimungkinkan kematian (Purwaningsih,

2017).

Sejalan dengan hasil penelitian Riska Putri Pratama Sari(2017 ),

menunjukkan Gambaran pengetahuan ibu nifas tentanghipotermi pada bayi

di Bidan Praktek Mandiri Ulik Budiarti Gayam, Sukoharjo,meliputi

pengetahuan yang cukup terdapat 14 responden (56 %), yang

memilikipengetahuan kurang terdapat 9 responden (36 %), dan yang


memiliki pengetahuanbaik sebanyak 2 responden (8 %) Hasil penelitian

menunjukan bahwa Gambaran pengetahuan ibu nifas tentang hipotermi

pada bayi di Bidan Praktek Mandiri Ulik Budiarti Gayam, Sukoharjo adalah

kurang baik

Hasil penelitian dari Listyawardhani (2018 ), Ibu dari bayi usia 0

sampai 28 hari, sebagian besar memiliki pengetahuan mengenai hipotermi

dengan baik yakni terdapat 32 responden (68.2%). Sikap ibu dari bayi usia 0

sampai 28 hari di wilayah kerja Puskesmas Magersari ini memiliki sikap

yang positif dalam pencegahan terhadap hipotermi yakni terdapat 33

responden (71,7%), Adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan

ibu tentang hipotermi dengan sikap ibu dalam mencegah hipotermi pada

bayi usia 0 sampai 28 hari di wilayah kerja Puskesmas Magersari Kota

Magelang. Terbukti dari hasil uji Spearman Rank dengan diperolehnya nilai

dignifikan sebesar 0,001, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna anta variabel. Adanya korelasi positif yang ditunjukkan dengan

nilai korelasi yaitu 0.850, serta dengan kekuatan korelasi yang kuat. Dapat

dilihat bahwamayoritas responden memiliki tingkatpengetahuan baik 2

orang (8%), yangberpengetahuan cukup 14 orang (56%),dan yang

berpengetahuan kurang 9orang (36%).Faktor yang mempengaruhitingkat

pengetahuan dalam penelitian iniadalah faktor lingkungan.

Lingkunganmerupakan seluruh kondisi yang adadisekitar manusia dan

pengaruhnya yangdapat mempengaruhi perkembangan danperilaku orang

atau kelompokHal inimenyebabkan pola hidup yang berebedadan terjadi

interaksi antar manusiasehingga mempengaruhi pengetahuan


B. Kejadian Hipotermi
Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di bawah

rentang normal tubuh (Wiknjosastro, 2016). Saifuddin (2016) menjelaskan

bahwa hipotermia adalah suatu kondisi turunnya suhu sampai di bawah

30ºC.

Hipotermia memberikan berbagai akibat pada seluruh sistem dalam

tubuh seperti diantaranya peningkatan kebutuhan akan oksigen,

meningkatnya produksi asam laktat, kondisi apneu, terjadinya penurunan

kemampuan pembekuan darah dan kondisi yang paling sering adalah

hipoglikemia. Pada bayi yang lahir dengan prematur, kondisi dingin dapat

menyebabkan terjadinya penurunan sekresi dan sintesis surfaktan, bahkan

membiarkan bayi dingin dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas

(Prawiroharjo, 2017).

Menurut Purwaningsih (2017), Bayi yang telah mengalami hipotermi

memiliki risiko besar untuk terjadi kematian,sehingga ketika terjadi

hipotermi maka tindakan yang harus dilakukan pertama adalah hangatkan

bayi dengan penyinaran atau inkubator.Selanjutnya cara yang mudah dan

bisa dilakukan oleh setiap orang yaitu dengan metode kanguru, yaitu metode

dengan memanfaatkanpanas tubuh dari ibu. Bayi ditelungkupkan di dada

ibu sehingga terjadi kontak langsung dengan kulit ibu. Untuk menjaga

kehangatan maka bayi dan ibu harus berada dalam satu pakaian atau bahkan

selimut, sehingga suhu bayi tetap hangat di dekapan ibu.

Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami

hipoglikemia, sehingga ibu harus memberikan bayinya ASI sedikit-sedikit


tetapi sering. Bila bayi tidak mau menghisap atau reflek hisapnya lemah,

maka diberikan infus glukosa 10%sebanyak 60-80 ml/kg per hari.

Berdasarkan hasil penelitian Sumiati Malik (2020 ), dengan analisis

bivariat dengan menggunakan uji paired t test untukmelihat perubahan suhu

tubuh bayi sebelum dan sesudah dilakukan PMK, dari hasilanalisis

menunjukkan adanya peningkatan suhu tubuh bayi. Hasil uji paired t

testmenunjukkan nilai p<0,001, artinya ada perubahan suhu tubuh bayi

sesaat setelahbayi diberikan treatment PMK.

Suhu lingkungan bayi sewaktu didalam kandungan sebesar 36°C-37°C

dansegera setelah lahir bayi dihadapkan pada suhu lingkungan yang

umumnya lebihrendah.12 Segera setelah bayi dilahirkan suhu bayi baru

lahir akan turun. Bayi yangmasih basah bisa kehilangan panas cukup banyak

untuk membuat suhu tubuhnyaturun sampai sebanyak 2-4ºC.

Dalam keadaan basah maka bayi akankehilangan sebagian besar panas

tubuhnya melalui penguapan (evaporasi) daripermukaan kulit yang basah,

sentuhan tubuh bayi dengan benda-banda yang dingin(konduksi), terpapar

dengan udara disekitar lingkungan (konveksi) atau sentuhandengan benda-

benda yang bersuhu lebih rendah disekitarnya (radiasi). Jika bayi tidak

segera diberi penanganan agar dapat mempertahankan suhutubuhnya akan

mengalami hipotermi

C. Hubungan hipotermi dan Bayi baru lahir


Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan

4000 gram (Prawiroharjo, 2017).


Bayi baru lahir merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru

saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian

diri dari kehidupan kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin

(Wiknjosastro, 2016).

Permasalahan yang sering dihadapi ibu setelah melahirkan dimana

rendahnya pengetahuan ibu dalam perawatan bayi baru lahir. Rendahnya

pengetahuan ibu ditandai dengan perilaku ibu yang tidak melakukan atau

menjaga bayi baru lahir tetap hangat sehingga menimbulkan kejadian

hipotermi. Perilaku ibu yang selalu bersikap biasa saja jika bayi mengalami

kedinginanmerupakan masalah utama yang dapat mengakibatkan bayi

mengalami hipotermi. Masalah yang sering timbul sebagai komplikasi

sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi, hiperbilirubinemia,

gangguan nafas, dan minum. Sehingga bayi usia 0 sampai 28 hari yang

mengalami hipotermi mempunyai resiko lebih tinggi dalam mendapatkan

penyakit yang lebih berat dan dimungkinkan kematian (Purwaningsih,

2017).

Hipotermi menjadi salah satu faktor yang dapat menyebabkan

kematian pada bayi. Bayi yang terkena hipotermi dan tidak mendapatkan

penanganan yang memadai akan mengalami kerusakan pada bagian organ

yang lain sebelum mengalami kematian. Ketidakstabilan suhu tersebut

disebabkan karenaproseskehilangan panastubuh, pusat pengaturan suhu di

hipotalamus belum sempurna, jumlahlemak subkutansedikit, rasio luas

permukaan terhadap berat badan yang besar, responsvasomotortidak stabil

sehingga tidakdapat berkonstriksi secara optimaluntuk


memperlambatkehilangan panas, produksi panas berkurang akibat lemak

coklat yang sedikit, sertaketidakmampuan untuk menggigil (Kosim, 2016).

Hipotermi sendiri merupakan suatu kondisi saat tubuh mengalami

penurunan suhu yang dikarenakan oleh terjadinya peningkatan kebutuhan

oksigen serta suhu ruangan yang menurun dan dapat mengancam keadaan

bayi. Hipotermi pada bayi usia 0 sampai 28 hari merupakan kondisi saat

bayi memiliki suhu tubuh di bawah 36,5ºC (Saifuddin, 2018).

World Health Organization (WHO) (2018), memperkirakan hampir

sekitar 98% dari lima juta kematian neonatal terjadi di negara berkembang.

Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada periode neonatal dini dan

42% kematian neonatal disebabkan infeksi seperti: sepsis, tetanus

neonatorum, meningitis, pneumonia, dan diare (WHO, 2018).

Berdasarkan hasil SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia)

tahun 2018, AKN (Angka Kematian Neonatus) pada tahun 2018 sebesar 19

per 1000 kelahiran hidup. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018),

menjelaskan bahwa hipotermi menjadi salah satu penyebab kematian

neonates di Indonesia dengan angka kejadian 6,8%. Kematian akibat

hipotermi berkaitan denganrendahnya pengetahuan dan sikap dalam

perawatan neonates (Riskesdas, (2018).

Menurut penelitian Nuli Nuryanti Zulala (2018 ), IMD (inisiasi

menyusui dini ) yang merupakan salah satu bagian dari pencegahan

hipotermi merupakan kunci kesuksesan menyusui yang dipengaruhi oleh

pengetahuan, motivasi dan sikap penolong persalinan serta dukungan suami,


keluarga, dan masyarakat. Keberhasilan melakukan IMD 17,5 kali lebih

besar pada ibu yang memperoleh dukungan dari bidan dan tenaga kesehatan.

Hasil penelitian selanjutnya yang membahas tentang kejadian

hipotermi yang dilakukan pada bulan mei dari total 40bayi baru lahir

terdapat 19 bayi tidak hipotermi dan 21 bayi yang hipotermi. Pada bulan

juni dari 35 bayibaru lahir terdapat 19 bayi tidak hipotermi dan 16 bayi

hipotermi. Pada bulan juli dari 108 bayi barulahir terdapat 99 bayi tidak

hipotermi dan 9 bayi hipotermi. Kesimpulan pengukuran suhu secara

berkalaterhadap bayi baru lahir sangat berpengaruh terhadap penurunan

angka kejadian hipotermi sehinggadapat menurunkan pula angka kesakitan

dan kematian pada bayi baru lahir (Paula, 2017).

PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Mandi Rendam Pada Bayi

Baru Lahir Terhadap Kejadian Hipotermi Di BPM Sukatmi, S.ST Grogol

Kabupaten Kediri. Semakin baik pengetahuan ibu tentang hipotermi pada

bayi maka akan mempegaruhi angka kejadian pada bayi bisa berkurang

atau tidak dapat terjadi sehingga perlu adanya minat baca yang bahkan

mencari berbagai informasi yang lebih untuk semakin lebih baik.

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut :Bagi pihak rumah sakit sebaiknya


memberikan berupa edukasi dini dan demontrasi pada ibu hamil ataupun

ibu nifas tentang kejadian hipotermi dan cara pencegahannya pada bayi

yang baru lahir. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan

penelitian lanjutan lebih jauh lagi serta menggunakan uji yang berbeda

sehingga didapatkan hasil yang lebih signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

A.Aziz, Alimul Hidayat. 2017. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik


Analisis Data. Jakarta : Penerbit. Salemba Medika.
Ajzen, I. 2017. Knowledge, Attitudes, Personality and Behavior. New York. USA:
Open University Press.
Alex, M.A. 2017. Definisi Pengetahuan, Sikap, Perilaku dalam Kamus Saku
Bahasa Indonesia. Jakarta: Tamer Press.
Ardana, K., Mujiati, N., Ayu Sriati, A.A. 2017. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku
Keorganisasian. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Azwar, S.2016. Pengetahuan, Sikap Manusia teori dan Pengukurannya.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2018. Hipotermia merupakan salah
satu penyebab utama kematian BBL.
Budiman, dan Riyanto, A. 2017. Pengetahuan dan Sikap Dalam Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.
Darwis, S. D. 2016. Metode Penelitian. Jakarta : EGC.
DepKes RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018 : Menuju Indonesia Sehat
2018. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Hilmy Dzakiyyah Wildan. 2015. Pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap
kejadian hipotermia Pada bayi baru lahir di puskesmas sumbersari. Jember
Kosim, M dkk., 2016. Buku Ajar Neonatologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia,
pp.89-103.
Listyawardhani. 2018.Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang
Hipotermi dalam Mencegah Hipotermi pada Bayi Usia 0 sampai 28 Hari di
Wilayah Kerja Puskesmas Magersari Kota Magelang. Semarang :poltekes
kemenkes semarang
Muslihatun, N., 2017.Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya,
pp.10-1.
Nancy Febriana, Susihar. 2019. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang
Hipotermi Dengan Sikap Ibu Dalam Mencegah Hipotermi Pada Neonatus
Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngoresan. Surakarta
Ningratrin, 2018. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hipotermi
pada Bayi di Puskesmas Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun 2011. Karya
Tulis Ilmiah.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Konsep Pengetahuan, Pendidikan dan Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2017. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Nuli Nuryanti Zulala. 2018. Asuhan bidan dan perawat yang tepat mengurangi
risiko kejadianhipotermi pada bayi baru lahir. Yogyakarta : Universitas
‘Aisyiyah. 2017
Nursalam, 2017. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Pattola. 2020. Efektivitas Penatalaksanaan Imd Untuk Mencegah Terjadinya
Hipotermi Pada Bayi Baru Lahir Di Upt Puskesmas Ulaweng. Jurnal
ilmiah kebidanan
Paula. 2017. Pentingnya Melakukan Pengukuran Suhu pada Bayi Baru Lahir
untuk Mengurangi Angka Kejadian Hipotermi. Jurnal ilmiah kebidanan
Prawiroharjo, Sarwono. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan BinaPustaka.
2017.
Pratiwi, F., 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Masalah yang Sering
Terjadi pada Neonatus dengan Sikap Ibu dalam Menangani Masalah yang
Terjadi pada Neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni.
STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan. Karya Tulis Ilmiah.
Purwaningsih, F., 2017. Hubungan Sikap Ibu Tentang Masalah yang Sering
Terjadi pada Neonatus dengan Sikap Ibu dalam Menangani Masalah yang
Terjadi pada Neonatus di Wilayah Kerja Puskesmas Parakan . Poltekkes
Kemenkes Semarang Prodi DIII Kebidanan Magelang. Karya Tulis Ilmiah.

Purwanto. H. 2016. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia Untuk


Keperawatan. Jakarta: EGC.

Ramdhani, N., 2018. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku: Dinamika Psikologi


Mengenai Perubahan Sikap dan Perilaku, Universitas Gajah Mada.
Availablefrom:http://neila.staff.ugm.ac.id/wordpress/wpcontent/uploads/200
8/03/definisi.pdf.
Rika Masitoh. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Tentang Hipotermi
Dengan Sikap Ibu Dalam Mencegah Hipotermi Pada Neonatus Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ngoresan Kota SURAKARTA. 2017;0

Riska. 2017.Tingkat pengetahuan ibu nifas tentang hipotermi pada bayi. Akademi
Kebidanan Citra Medika Surakarta. Jurnal Kebidanan dan Ilmu Kesehatan

Ristianingsih., 2017. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Hipotermi pada Bayi di Puskesmas Belik Kabupaten Pemalang Tahun 2017.
Karya Tulis Ilmiah.

Saifuddin, A., 2016. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta:YBPSSK,pp.56-8.

Sarwono, P. 2017. Ilmu Kebidanan. Jakarta.

Sumiati malik. 2020. Pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) terhadap


PencegahanHipotermi pada Bayi Baru Lahir. Palu : poltekes palu

Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D (Edisi


Revisi). Bandung : CV. Alfabeta.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2018. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Neonatal Esensial. Ser.618.9201. xvii, 2018. Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2018. Ser. 351.770.212,pp.20-31.

Sri Banun Titi Istiqomah. 2015. hubungan tingkat pengetahuan ibu nifas paritasi
tentang peranan perawatan bayi baru lahir dengan kejadian hipotermi

Wawan, A dan Dewi, M. 2017. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

WHO, 2018. Health Promotion Glossary, Geneva: WHO.2018.

Wiknjosastro, 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: YBPSP.


LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN SKRIPSI
“Analisis Tingkat pengetahuan Ibu Tentang Mandi Rendam pada bayi Baru lahir
Terhadap kedian hipotermi”

Nama Mahasiswa :Vitrya Takunamah

NIM :1831B0050

Nama Pembimbing :Riza Tsalasatul Mufida ,SST.,M,keb

No Hari/tanggal Saran Pembimbing Tandatangan

1 Senin 3
agustus 2020

Anda mungkin juga menyukai