Anda di halaman 1dari 6

ANALISA GAS DARAH (AGD)

Pembimbing: Chaterina JP., M.Kep

OLEH :
NAMA : LIRTAW UTRA
NIM : -

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
SOP TINDAKAN ANALISA GAS DARAH (AGD)

1. Pengertian

Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga keseimbangan


asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar bikarbonat, saturasi oksigen,
dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah juga dapat
menggambarkan hasil berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak
dapat menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan
keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya. Pemeriksaan analisa gas
darah penting untuk menilai keadaan fungsi paru- paru. Pemeriksaan dapat
dilakukan melalui pengambilan darah astrup dari arteri radialis, brakhialis, atau
femoralis.

2. Tujuan tindakan analisa gas darah adalah :


a. Menilai tingkat keseimbangan asam dan basa
b. Mengetahui kondisi fungsi pernafasan dan kardiovaskuler
c. Menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh

3. Indikasi tindakan anallisa gas darah :

a. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik


b. Pasien deangan edema pulmo
c. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
d. Infark miokard
e. Pneumonia
f. Klien syok
g. Post pembedahan coronary arteri baypass
h. Resusitasi cardiac arrest
i. Klien dengan perubahan status respiratori
j. Anestesi yang terlalu lama

4. Lokasi Fungsi arteri untuk tindakan analisa gas darah :

a. Arteri radialis dan arteri ulnaris (sebelumnya dilakukan allen’s test)


b. Arteri brakialis
c. Arteri femoralis
d. Arteri tibialis posterior
e. Arteri dorsalis pedis
Arteri femoralis atau brakialis sebaiknya tidak digunakan jika masih ada
alternatif lain, karena tidak mempunyai sirkulasi kolateral yang cukup untuk
mengatasi bila terjadi spasme atau trombosis. Sedangkan arteri temporalis atau
axillaris sebaiknya tidak digunakan karena adanya risiko emboli otak.

5. Pengambilan Analisa Gas Darah


A. Persiapan Pasien

a. Jelaskan prosedur dan tujuan dari tindakan yang dilakukan


b. Jelaskan bahwa dalam prosedur pengambilan akan menimbulkan rasa

sakit
c. Jelaskan komplikasi yang mungkin timbul
d. Jelaskan tentang allen’s test

B. Persiapan Alat
a. Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-

anak) dan nomor 20 atau 21 untuk dewasa


b. Heparin
c. Yodium-povidin
d. Penutup jarum (gabus atau karet)
e. Kasa steril
f. Kapas alkohol
 Plester dan gunting
 Pengalas
 Handuk kecil
 Sarung tangan sekali pakai
 Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
 Wadah berisi es
 Kertas label untuk nama
 Thermometer
 Bengkok
C. Prosedur kerja
1. Baca status dan data klien untuk memastikan pengambilan AGD
2. Cek alat-alat yang akan digunakan
3. Cuci tangan
4. Beri salam dan panggil klien sesuai dengan namanya
5. Perkenalkan nama perawat
6. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
7. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
8. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
9. Tanyakan keluhan klien saat ini
10. Jaga privasi klien
11. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
12. Posisikan klien dengan nyaman
13. Pakai sarung tangan sekali pakai
14. Palpasi arteri radialis
15. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras

dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.


16. Desinfeksi area yang akan difungsi menggunakan yodium-povidin,
kemudian diusap dengan kapas alkohol.
17. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan
kemudian kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan
spuit.
18. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 ° sambil

menstabilkan arteri klien dengan tangan yang lain.


19. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila

darah tidak bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena).


20. Ambil darah 1 sampai 2 ml
21. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa

5-10 menit.
22. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau

karet.
23. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
24. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
25. Beri label pada spesimen yang berisi nama.
26. Kirim segera darah ke laboratorium
27. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak
mengeluarkan darah (untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan,
penekanan membutuhkan waktu yang lama).
28. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
29. Cuci tangan
D. Nilai normal AGD
Komponen Nilai normal
pH 7,35-7,45
PaCO2 35-45 mmHg

PaO2 80 -100 mmHg

SaO2 95 % atau lebih


HCO3- 22-26 mEq/L
% Met Hb <2,0%

% CO Hb <3,0 %

Base Excess -2,0 s/d 2,0 mEq/L


CaO2 16-22 ml O2/dL

Interprestasi hasil :
1. Asidosis respiratori, disebabkan oleh retensi CO2 akibat hipoventilasi.
Pembentukkan H2CO3 meningkat, dan disosiasi asam ini akan
meningkatkan konsentrasi ion H.
2. Alkalosis metabolik, disebabkan oleh kehilangan CO2 yang berlebihan
akibat hiperventilasi. Pembentukan H2CO3 menurun sehingga
pembentukkan ion H menurun.
3. Asidosis metabolik, asidosis yang bukan disebabkan oleh gangguan
ventilasi paru, diare akut, diabetes melitus, olahraga yang terlalu berat
dan asidosis uremia akibat gagal ginjal akan menyebabkan penurunan
kadar bikarbonat sehingga kadar ion H bebas meningkat.
4. Alkalosis metabolik., terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma
karena defiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat
meningkat. Hal ini terjadi karena kehilangan ion H karena muntah-
muntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnyaion H akan
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir
bikarbonat, sehingga kadar bikarbonat plasma meningkat
DAFTAR PUSTAKA

Pagana KD and Pagana TJ. 2018. Mosby’s Manual Of Diagnostic and Laboratory Tests,
Sixth Edition. Elsevier Missouri.

Anda mungkin juga menyukai