Anda di halaman 1dari 18

ISOLASI SOSIAL

Disusun Oleh :

1. Andi Kurniawan (202073004)


2. Tri Sunu Probolaksono (202073011)
3. Yeni Retnowati (202073037)
4. Ficus Rahmawati (202073038)
5. Lirtaw Utra

PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKes BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

Kasus (masalah utama) : Menarik diri

Proses terjadinya masalah


A. Definisi
- Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
(Rawlins,1993). Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari
interaksi dengan orang lain. (DEPKES RI,1998).
- Isolasi sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan oleh individu dan
dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang lain dan sebagai suatu keadaan
negatif yang mengancam. Dengan karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan,
ketidak mampuan untuk berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata.
- Isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,
tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir,berperasaan,berprestasi,atau selalu
dalam kegagalan. (Rawlins,R.P & HEACOCK,P.E 1988)

B. Rentang Respon Sosial


Manusia sebagai makhluk sosial adalah memenuhi kebutuhan sehari-hari,tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa ada hubungan dengan lingkungan
sosialnya. Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya menimbulkan
respon-respon sosial pada individu. Rentang respon sosial individu berada dalam
rentang adaptif sampai dengan maladaptif.
Adaptif Maladaptif
- Solitude - Aloness - Loneliness
(menyendiri) (kesepian) (kesepian)
- Autonomy - Manipulation - Exploitation
(kebebasan) (manipulasi) (pemerasan)
- Mutuality - Dependence - Withdrawl
- Interdependence (ketergantungan) (menarik diri)
(saling - Paranoid
ketergantungan) (curiga)

Mekanisme koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping
yang sering digunakan pada menarik diri adalah regresi,represi dan isolasi.

C. Penyebab terjadinya menarik diri


Isoalasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa percaya
pada orang lain. Perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya,waham,sukar berinteraksi dimasa lampau,perkembangan ego yang
lemah serta rasa takut (Townsend,M.C,1988:152). Menurut stuart,
GW&Sundeen,S,J (1998:345). Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep dari
harga diri rendah.

D. Faktor prediposisi dan faktor presipitasi


Faktor prediposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan
yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang
lain,ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar
dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.
Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas
keluarga dan berpisah karena meninggal dari faktor psikologis seperti berpisah
dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa
tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar
dengan menarik diri dari lingkungan (stuart and sundeen,1995).
1. Faktor prediposisi
a. Teori biologikal dan hubungannya dengan menarik diri
1) Genetik. Transmisi gangguan alam perasaan yang membuat perasaan sedih
dan individu merasa tak pantas berada di tengah lingkungan sosialnya.
Keadaan ini diteruskan malalui gari keturunan. Frekuensi gangguan dalam
perasaan meningkat pada kembar monozigot dibanding dizigot walaupun
diasuh secara terpisah.
2) Neurotransmitter. Katekolamin : penurunan relatif dari katekolamin otak atau
aktifitas sistem katekolamin menyebabkan timbulnya depresi dan berusaha
menghindari lingkungan social. Asetilkolin ; suatu peningkatan aktivitas
kolinergik dapat menjadi faktor penyebab dan berusaha menghindari
lingkungan sosial. Serotonin : suatu defisit pada sistem serotoninergik dapat
merupakan faktor penyebab dari depresi dan berusaha menghindari
lingkungan sosial.
3) Endokrin. Keadaan sedih berkaitan dengan gangguan hormon seperti pada
hipotiroidisme dan hipertiroidisme, terapi estrogen eksogen,dan post partum.
4) Kronobiologi. Gangguan dari ritme sirkadian.

b. Teori psikologikal dan hubungannya dengan menarik diri yang dipaparkan disini
lebih spesifik berdasarkan teori perkembangan Erik H.Erikson. menurut
Erikson ,dalam menuju maturasi psikososial, manusia perlu menjankan 8 tugas
perkembangan (development task) sesuai dengan proses perkembangan usia.
Faktor stimulasi menjadi sangat penting melalui proses belajar menuju maturasi.
Untuk mengembangkan hubungan sosial yang positif, setiap tugas
perkembangan sepanjang daur kehidupan diharapkan dilalui dengan sukses
sehingga kemampuan membina hubungan sosial dapat menghasilkan kepuasan
bagi individu. Sebaliknya tugas perkembangan yang tidak dijalankan dengan
baik memberikan implikasi masalah psikososial di kemudian hari.
c. Teori sosiokultural dan hubungannya dengan menarik diri. Menurut kartini
kartono (1999, dikutip oleh sunaryo, 2004) menyebutkan bahwa timbulnya
gangguan mental/gangguan jiwa ditinjau dari factor sosial-budaya/sosiokultural
sebagai berikut : Konflik dengan standar social dan norma etis, Overproteksi
orang tua, Anak yang ditolak/tidak diterima dalam kelahirannya (rejected child),
Kondisi broken home, Konflik budaya, Lingkungan sekolah yang tidak
kondusif, Cacat jasmani

2. Stresor Presipitasi
a. Faktor Nature (alamiah). Secara alamiah, manusia merupakan makhluk
holistic yang terdri dari dimensi biopsiko-sosial dan spiritual (Dadang
Hawari,2002). Oleh karena itu meskipun stressor presipitasi yang sama tetapi
apakah berdampak pada gangguan jiwa atau kondisi psikososial tertentu yang
maladaptive dari individu, sangat bergantung pada ketahanan holistic individu
tersebut (W,F. Maramis,1998).
b. Faktor Origin (sumber presipitasi). Demikian juga dengan factor sumber
presipitasi, baik internal maupun eksternal yang berdampak pada psikososial
seseorang. Hal ini karena manusia bersifat unik.
c. Faktor Timing. Setiap stressor yang berdampak pada trauma psikologis
seseorang yang berimplikasi pada gangguan jiwa sangatv ditentukan oleh
kapan terjadinya stressor, berapa lama dan frekuensi stressor (PPDGJ-
III,2000).
d. Faktor Number (Banyaknya stressor). Demikian juga dengan stressor yang
berimplikasi pada kondisi gangguan jiwa sangat ditentukan oleh banyak
stressor pada kurun waktu tertentu. Misalnya , baru saja suami meninggal,
seminggu kemudian anak mengalami cacat permanen karena kecelakaan lalu
lintas, lalu sebulan kemudian ibu kena PHK dari tempat kerjanya (Luh Ketut
Suryani,2005).

E. Tanda dan Gejala


 Bicara, senyum dan tertawa sendiri
 Menarik diri dan menghindar dari orang lain
 Tidak dapat membedakan tidak nyata dan nyata
 Tidak dapat memusatkan perhatian
 Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri. Orang lain dan lingkungannya), takut.

F. Efek dari Menarik Diri/Isolasi Sosial.


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya gangguan sensori
persepsi halusinasi. Ganguaan sensori persepsi halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak
sesuai dengan realita/ kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan
suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Menurut Mramis (1998:119) halusinasi
adalah pencerapan tanpa adanya rangsangan apapun dari panca indera , dimana
orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh
psikotik, gangguan funsional, organik atau histerik.

G. Pohon Masalah
Resiko Perubahan Sensori –persepsi :
Halusinasi (Efek)

Isolasi sosial : menarik diri (CP)

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (Causa)

I. Masalah Keperawatan dan Data Yang Dikaji


Data subjektif :
- Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan.
- Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang memiliki
Data Objektif :
- Tampak menyendiri dalam ruangan.
- Tidak berkomunikasi, menarik diri.
- Tidak melakukan kontak mata
- Tampak sedih, afek datar
- Posisi meringkuk di tempat tidur dengan punggung menghadap ke pintu
- Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan perkembangan
usianya
- Kegagalan untuk berinteraksi dengan orang lain di dekatnya
- Kurang aktivitas fisik dan verbal
- Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi
- Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya.

Diagnosa Keperawatan
Kerusakan Interaksi Sosial : Menarik Diri

Rencana Tindakan Keperawatan


TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi Halusinasi.
TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria Hasil
Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat
tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan
dengan Perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi.
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai Klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap simpati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien.

TUK 2 : Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri.


Kriteria Hasil
Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri yang berasal dari :
 Diri sendiri
 Orang lain
 Lingkungan

Tindakan :
a. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya
b. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan lain dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Hasil
1. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Klien dapat menyebutkan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan
a. Kaji pengetahuan klien tentang keuntungan bila berhubungan dengan orang lain
b. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
d. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
e. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain.
TUK 4 : Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
Kriteria Hasil
Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap antara :
K – P, K – P – K, K – P – Kel, K – P – Klp
Tindakan
a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
- K–P
- K – P – P Lain
- K – P – P lain – K lain
- K – kel/ Klp / Masy
c. Beri reinforcement terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.

TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang


lain.
Kriteria Hasil
Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain untuk
 Diri sendiri
 Orang lain
Tindakan :
a. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
b. Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan,
manfaat berhubungan dengan orang lain.

TUK 6 : Klien dapat memberdayakan system pendukung atau keluarga mampu


mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.
Kriteria Hasil : Keluarga dapat :
 Menjelaskan prasaannya
 Menjelaskan cara merawat klien menarik diri
 Mendemonstrasikan cara perawatan klien menarik diri.
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Sampaikan tujuan
 Buat kontak
 Eksplorasi perasaan keluarga.
TUK 7 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat.
Kriteria Hasil
Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.
Tindakan :
a. Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu
b. Anjurkan klien melaporkan pada perawat / dokter jika merasakan efek yang tidak
menyenangkan
c. Beri pujian jika klien minum obat dengan benar.

STRATEGI PELAKSANAAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

1. Kondisi Klien
Klien dengan isolasi sosial menarik diri jarang bahkan tidak mampu melakukan
interaksi dengan orang lain. Klien sering menunjukkan tanda dan gejala seperti
kurang spontan, appatis, ekspresi wajah kurang berseri, afek datar, kontak mata
kurang, komunikasi verbal menurun, mengisolasi diri (menyendiri), posisi
(ceritakan kondisi klien, gambaran pasiennya seperti apa).

2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Tujuan
 Mampu membina hubungan saling percaya dengan klien
 Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial menarik diri
 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
 Klien mampu berkenalan dengan orang lain.

4. Tindakan
1. Membina hubungan saling percaya
Tindakan yang harus dilakukan adalah :
 Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
 Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama panggilan
yang saudara sukai, serta tanyakan nam dan nama panggilan pasien
 Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
 Buat kontrak asuhan : apa yang saudar akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
 Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
 Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
 Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.
2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial : menarik diri
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :
 Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
 Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
3. Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.
4. Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
Dilakukan dengan cara :
 Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak
bergaul dengan orang lain.
 Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien.
5. Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Kita tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu kita dapat melatih pasien
berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan kita
pada awalnya, tetaapi setelah itu kita harus membiasakan pasien untuk bisa
berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang di sekitarnya.

5. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


SPI Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal
penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
dan mengajarkan pasien berkenalan.

Orientasi (Perkenalan):
“selamat pagi”
“saya Dwi Yulianti, saya biasa dipanggil yuli, saya mahasiswa perawat yang akan
merawat ibu dari sekarang sampai dua minggu kedepan.
“siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“apa keluhan Ibu S... hari ini?” bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang
keluarga dan teman-teman Ibu S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana
kalau di ruang tamu? Mau berapa lama ibu S...? Bagaimana kalau 15 menit?”
Kerja:
(jika pasien baru)
“siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan Ibu S? Siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan ibu S? Apa yang membuat Ibu S jarang bercakap-
cakap dengannya?
(jika pasien sudah lama dirawat)
“apa yang Ibu S rasakan selama ibu S dirawat disini? Apakah Ibu S merasa
sendirian? Siapa saja yang Ibu S kenal di ruangan ini?
“apa saja kegiatan yang biasa ibu S lakukan dengan teman yang Ibu S kenal?”
“apa yang menghambat Ibu S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien
yang lain?”
“menurut Ibu S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman? Wah benar,
ada teman bercakap-cakap. Apa lagi? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
nah kalau kerugiannya tidak mempunyai teman apa ya Ibu S? Ya, apa lagi? (sampai
pasien dapat menyebutkan beberapa). Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman
ya. Kalau begitu inginkah Ibu S belajar bergaul dengan orang lain?
“bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain?”
“begini Ibu S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama mita dan
nama panggilan yang kita suka, asal kita dan hobi kita. Contoh; nama saya S,
senang dipanggil S. Asal saya dari Bierun, hobi memasak.”
“selanjutnya Ibu S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya
begini: nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ hobinya
apa?”
“ayo Ibu S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan Ibu S. Coba berkenalan
dengan saya!”
“ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah Ibu S berkenalan dengan orang tersebut Ibu S bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan Ibu S bicarakan. Misalnya tentang cuaca,
tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi
“bagaimana perasaan ibu S setelah kita latihan berkenalan?”
“Ibu S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
“selanjutnya Ibu S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya
tidak ada. Sehingga Ibu S lebih siap untuk berkenalan denga orang lain. Ibu S mau
mempraktekkan ke pasien lain? Mau jam berapa mencobanya? Mari kita masukkan
pada jadwal kegiatan hariannya.”
“besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak Ibu S berkenalan
dengan teman saya, perawat N. Bagaimana, Ibu S mau kan?”
“baiklah, sampai jumpa.”

SP2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan


dengan orang pertama- seorang perawat)
Orietasi
“Assalamualaikum Ibu S!”
“bagaimana perasaan Ibu S hari ini?”
Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan, coba sebutkan lagi
sambil bersalaman dengan suster!”
“bagus sekali Ibu S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak ibu S
mencoba berkenalan dengan teman saya perawat N, tidak lama kok, sekitar 10
menit”
“ayo kita temui perawat N disana.”
Kerja
(bersama pasien mendekati perawat N)
“selamat pagi perawat N, ini ada yang berkenalan dengan perawat N.”
“ibu S, silahkan berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan kemarin
ya..”
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan perawat N, coba tanyakan
tentang keluarga perawat N”
“kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu S bisa sudahi perkenalan ini, lalu
Ibu S bisa buat janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti.”
“baiklah perawat N, karena Ibu S sudah selesai berkenalan, saya dan Ibu S akan
kembali ke ruangan Ibu S, selamat pagi.”
(bersama sama pasien meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi dengan
Ibu S di tempat lain)
Terminasi
“bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan perawat N?”
“ibu S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi.”
“pertahankan terus apa yang Ibu S lakukan tadi, jangan lupa untuk menanyakan
topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi,
dan sebagainya. Bagaimana mau coba dengan perawat lain? Mari kita masukkan
pada jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti Ibu S
coba sendiri. Besok kita latihan lagi ya...mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

SP3 Pasien: melatih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan


kedua-seorang pasien)
Orientasi
“assalamualaikum Ibu S. Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“apakah Ibu S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang?”
(jika jawaban pasien iya, kita bisa lanjutkan komunikasi berikutya orang lain)
“bagaimana perasaan Ibu S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin
siang?”
“bagus sekali Ibu S menjadi senang karena punya teman lagi”
“kalau begitu Ibu S ingin punya banyak teman lagi?”
“bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”
“mari kita temui dia di ruang makan”
Kerja
(bersama-sama Ibu S mendekati pasien)
“selamat pagi, ini ada pasien saya yang ingin berkenalan”
“baiklah Ibu S, Ibu S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah Ibu S
lakukan sebelumnya”
(pasien mendemonstrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama,
nama panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama)
“ada lagi yang ingin Ibu S tanyakan pada O”
“kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, Ibu S bisa sudahi perkenalan ini, lalu
ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan O”
‘baiklah O, karena Ibu S sudah selesai berkenalan, saya dan Ibu S akan kembali ke
ruangan Ibu S, selamat pagi.”
(bersama-sama pasien meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan S
di tempat lain)

Terminasi
“bagaimana perasaan Ibu S setelah berkenalan dengan O?”
“dibandingkan kemarin pagi, Ibu S tampak lebih baik saat berkenalan dengan O”
“pertahankan apa yang sudah Ibu S lakukan tadi, jangan lupa untuk bertemu kembali
dengan O jam 4 sore nanti”
“Selanjutnya bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang
lain kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari ibu S dapat bercakap-cakap
dengan orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang, dan jam 8 malam,
Ibu S bisa bertemu dengan perawat N, dan tambah dengan pasien yang baru
dikenal, selanjutnya Ibu S bisa berkenalan dengan orang lain secara bertahap.
Bagaimana Ibu S setuju kan?”
“baiklah besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman Ibu S. Pada jam
yang sama dan tempat yang sama ya...” sampai besok, Assalamualaikum..”

Tindakan Perawatan Keluarga Dengan Isolasi Sosial


a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi sosial
b. Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-
sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah meliputi:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan tentang:
Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
Penyebab isolasi sosial.
Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:

- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap peduli
dan tidak ingkar janji.
Kerja:
- Memberikan
”Apa masalah yangsemangat dan dorongan
Bp/Ibu hadapi kepadaS? pasien
dalam merawat untuk
Apa yang bisa
sudah melakukan
dilakukan?”
kegiatan
“Masalah yangbersama-sama
dialami oleh dengan orang lain
anak S disebut yaitu
isolasi dengan
sosial. tidak mencela
Ini adalah kondisi
salah satu gejala
pasien
penyakit danjuga
yang memberikan pujian
dialami oleh yang wajar.gangguan jiwa yang lain”.
pasien-pasien
- Tidak membiarkan
” Tanda-tandanya pasien
antara lainsendiri di rumah.
tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
- Membuat
kalaupun rencana
berbicara atau sebentar
hanya jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
dengan wajah menunduk”
3)”Biasanya
Memperagakan caraini
masalah merawat
munculpasien
karenadengan isolasi
memiliki sosial yang mengecewakan  saat
pengalaman
4) Membantu keluargaorang
berhubungan dengan mempraktekkan cara ditolak,
lain, seperti sering merawattidak
yang telah atau
dihargai dipelajari,
berpisah
mendiskusikan
dengan yangterdekat”
orang–orang dihadapi.
5) Menyusun perencanaan
“Apabila masalah pulang
isolasi bersama
sosial keluarga
ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami
SPhalusinasi,
1 Keluarga : Memberikan
yaitu mendengar suara penyuluhan kepada keluarga
atau melihat bayangan tentangtidak
yang sebetulnya masalah
ada.”
isolasi sosial, penyebab keadaan
“Untuk menghadapi isolasi sosial,
yang dan cara merawat
demikian pasien
Bapak dan dengan isolasi
anggota keluarga sosial
lainnya
harus sabar menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa
Orientasi:
hal. Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang
“Assalamu’alaikum Pak”
caranya adalah bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga
”Perkenalkan saya perawat H, saya yang merawat, anak bapak, S, di ruang Mawar
perlu memberikan semangat dan dorongan kepada S untuk bisa melakukan kegiatan
ini”
bersama-sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
kondisi pasien.”
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”
« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
dengan S. Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan
perawatannya” ”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu?
kegiatan rumah tangga bersama.”
Bagaimana kalau setengah jam?”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
” Begini contoh komunikasinya, Pak:  S, bapak lihat sekarang kamu sudah
bisabercakap-cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak
senang sekali melihat perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan
saudara yang lain. Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah.
Kalau di rumah sakit ini, kamu sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat
bersana-sama keluarga atau di mushola kampung. Bagiamana S, kamu mau coba kan,
nak ?”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”
Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan
tadi?”
“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda
orang yang mengalami isolasi sosial »
« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang
mengalami masalah isolasi sosial »
« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »
«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua
keluarga agar mereka juga melakukan hal yang sama. »
« Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? »
« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »
« Assalamu’alaikum »
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien

Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita
pelajari berberapa hari yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke S! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba
30 menit.”
”Sekarang mari kita temui S”

Kerja:
”Assalamu’alaikum S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
”Bpk/Ibu S datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal
kegiatannya!”
(kemudianmengobservasi
(Saudara saudara berbicara kepada
keluarga keluarga sebagai
mempraktekkan berikut)
cara merawat pasien seperti yang
”Nahdilatihkan
telah Pak, sekarang Bapak bisa
pada pertemuan mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan
sebelumnya).
beberapa hari lalu” S setelah berbincang-bincang dengan Orang tua S?”
”Bagaimana perasaan
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan
keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada S »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti
sekarang Pak »
« Assalamu’alaikum »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena besok S sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
”Bpk/Ibu, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan di
rumah? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah,
baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
anak Bapak selama di rumah. Misalnya kalau S terus menerus tidak mau bergaul dengan
orang lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang
lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas
terdekat dari rumah Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S selama di rumah
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke
PKM sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan
DAFTAR PUSTAKA
administrasinya!”

Fitria, Nita. 2009.Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba
Medika
Herman, Ade. 2011.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta: Nuha Medika
Keliat, B.A, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHM (Basik
Course). Jakarta: EGC
Keliat, B.A, dkk. 2005.Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati F dan Hartono Y. 2010.Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:
Salemba Medika
Nurjanah, Intan Sari. 2005. Komunitas Keperawatan. Yogyakarta: Moco Medika
Rusman.2009.Keperawatan Kesehatan Mental Terintegrasi dengan Keluarga.Jakarta:
Sagung Seto
Riyardi S dan Purwanto T. 2013. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: GRAHA
ILMU
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.
Townsend, M.C. 1998.Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri
(terjemahan).Ed. 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai