Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA

“ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI”

Disusun Oleh :

TRI SURATNA DEWI, S.Kep


1426050038

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Ade Herman SD, S. Kep, MAN) (Ns. Arif Budi Hermawan, S. Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

I. KASUS ( MASALAH UTAMA )


ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
A. Definisi
1. Pengertian
Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk
meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu
untuk membuat kontak ( Carpenito, 2008 ).
Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu
dan dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang
negatif atau mengancam ( Nanda, 2006 ). Ditambahkan oleh
Towsend ( 2000 ), bahwa isolasi sosial adalah suatu keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain
menyatakan sikap yang negatif dan mengancam. Sedangkan isolasi
sosial menurut Standar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa
( 2006 ) merupakan suatu pengalaman menyendiri dari seseorang
dan perasaan segan terhadap orang lain sebagai sesuatu yang
negatif atau keadaan yang mengancam.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Nanda ( 2006 ), isolasi sosial memiliki batasan
karakteristik meliputi :
a. Obyektif
1) Tidak ada dukungan dari orang yang penting ( keluarga,
teman, kelompok )
2) Perilaku bermusuhan
3) Menarik diri
4) Tidak komunikatif
5) Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok
cultural dominant
6) Mencari kesendirian atau merasa diakui didalam sub-kultur
7) Senang dengan pikirannya sendiri
8) Aktivitas berulang atau aktivitas kurang beraktif
9) Kontak mata tidak ada
10) Aktivitas tidak sesuai dengan umur perkembangan
11) Keterbatasan fisik, mental,atau perubahan keadaan
sejahtera, dan
12) Sedih, efek tumpul.
b. Subyektif
1) Mengepresikan perasaan kesendirian.
2) Mengepresikan perasaan penolakan.
3) Minat tudak sesuai dengan umur perkembangan.
4) Tujuan hidup tidak ada atau tidak adekuat.
5) Tidak mampu memenuhi harapan orang lain.
6) Ekspresi permintaan tidak sesuai dengan umur
perkembangan.
7) Perubahan penampilan fisik.
8) Tidak merasa aman dimasyarakat.

3. Pohon Masalah
GPS: Halusinasi Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial Intoleransi Aktifitas

Harga Diri Rendah Kronis

Koping Keluarga Tidak Efektif


B. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Solitut Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan
Sumber : Gail W. Stuart, 2006

Gail W. Stuart ( 2006 ) menyatakan bahwa manusia makhluk


sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal yang positif. Hubungan intrpersonal
terjadi jika hubungan saling merasakan kedekatan sementara identitas
pribadi tetap dipertahankan. Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam suatu hubungan. Gail W. Stuart ( 2006 ) juga
menyatakan respon rentang sosial individu yang berada dalam rentang
respon maladaptif yaitu:
a. Respon Adaptif
Merupakan suatu respon individu dalam menyesuaikan
masalah yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan
budaya yang umum berlaku, respon ini meliputi:
1) Menyendiri ( Solitude )
Merupakan respons yang dibutuhkan seseorang untuk
menentukan apa yang telah dilakukan dilingkungan sosialnya
dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah
selanjutnya.
2) Kebebasan ( Otonom )
Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-
ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3) Berkerja sama ( Mutualisme )
Suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling member dan menerima
4) Saling tergantung ( Interdependen )
Merupakan kondisi saling tergantung antara individu dengan
orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
b. Respon Antara Adaptif dan Maladaptif
1) Kesepian ( Aloness )
Dimana individu mulai merasakan kesepian, terkucilkan dan
tersisihkan dari lingkungan.
2) Manipulasi ( Manipulation )
Hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri atau tujuan
bukan pada orang lain.
3) Ketergantungan ( Dependence )
cIndividu mulai tergantung kepada individu yang lain dan mulai
tidak memperhatikan kemampuan yang dimilikinya.
c. Respon Maladaptif
Merupakan respon individu dalam penyelesaian masalah
yang menyimpang dari norma – norma sosial dan budaya
lingkungannya, yaitu meliputi :
1) Kesepian ( Loneliness )
Gangguan yang terjadi apabila seseorang memutuskan untuk
tidak berhubungan dengan orang lain atau tanpa bersama orang
lain untuk mencari ketenangan waktu sementara.
2) Pemerasan ( Exploitation )
Gangguan yang terjadi dimana seseorang selalu mementingkan
keinginannya tanpa memperhatikan orang lain untuk mencari
ketenangan pribadi.
3) Menarik Diri ( Withdrawl )
Gangguan yang terjadi dimana seseorang menentukan kesulitan
dalam membina hubungan saling terbuka dengan orang lain,
dimana individu sengaja menghindari hubungan interpersonal
ataupun dengan lingkungannya.
4) Curiga ( Paranoid )
Gangguan yang terjadi apabila seseorang gagal dalam
mengembangkan rasa percaya pada orang lain.
C. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah
kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak
percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa
terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan. Sedangkan faktor
presipitasi dari faktor sosio – kultural karena menurunnya stabilitas
keluarga dan berpisah karena meninggal dan faktor psikologis seperti
berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk
bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan
klien berespons untuk menghindar dengan menarik diri dari lingkungan
( Stuart and Sundeen, 2004 ).
a. Faktor Predisposisi
1) Teori Biologikal dan hubungannya dengan menarik diri
a) Genetik
Transmisi gangguan alam perasaan yang membuat perasaan
sedih dan individu merasa tak pantas berada ditengah
lingkungan sosialnya. Keadaan ini diteruskan melalui garis
keturunan. Frekuensi gangguan alam perasaan meningkat
pada kembar monozigot dibanding dizigot walaupun diasuh
secara terpisah.
b) Neurotransmitter
 Katekolamin, merupakan “penurunan relatif dari
katekolamin otak atau aktifitas sistem katekolamin
 menyebabkan timbulnya depresi dan berusaha
menghindari lingkungan sosial”
 Asetilkolin, merupakan “suatu peningkatan aktifitas
kolinergik dapat menjadi faktor penyebab dan berusaha
menghindasi lingkungan sosial”
 Serotonin, merupakan ”suatu defisit pada sistem
serotoninergik dapat merupakan faktor penyebab dari
depresi dan berusaha menghindasi lingkungan sosial”
c) Endokrin
Keadaan sedih berkaitan dengan gannguan hormon seperti
pada hipotiroidisme dan hipertirodisme, terapi estrogen
eksogen, dan post partum.
d) Kronobiologi
Gangguan dari ritme sirkadian.
D. Faktor Presipitasi
Adapun empat sumber utama stessor yang dapat menentukan
gangguan alam perasaan.
1) Kehilangan keterikatan, yang nyata atau yang dilayangkan,
termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau
harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep
kehilangan, maka peresepsi pasien merupakan hal yang sangat
penting.
2) Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai
pendahulu episode defresi dan mempunyai dampak terhadap
masalah – masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan
menyelesaikan masalah.
3) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi
perkembangan defresi, terutama pada wanita.
4) Perubahan fisiologis diakibatkan oleh obat-obatan atau berbagai
penyakit fisik, seperti : infeksi, neoplasma, dan gangguan
keseimbangan metabolik, dapat mencetuskan gangguan alam
perasaan diantara obat-obatan tersebut terdapat obat antihipertensi
dan penyalah gunaan zat yang menyebabkan kecanduan.
Kebanyakan penyakit kronik yang melemahkan tubuh juga sering
disertai dengan defresi. Defresi yang terdapat pada usia lanjut
biasanya bersifat kompleks, karena untuk menegakkan diagnosisnya
sering melibatkan evaluasi dari kerusakan otak organik, dan defresi
klinik ( Stu art & Sundeen, 2004 ).
E. Mekanisme Koping
Menurut Tim keperawatan Jiwa FIK – UI ( 2002 ), klien
menarik diri cenderung menggunakan mekanisme koping : Regresi,
represi dan isolasi.
1. Regresi :
Menghindari stress kecemasan dan menampilkan perilaku kembali
setelah kembali pada perkembangan.
2. Represi :
Menekan perasaan atau pengalaman yang menyakitkan atau konflik
atau ingatan dari kesadaran yang cenderung memperkuat
mekanisme ego lainya.
3. Proyeksi :
Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada
orang lain karena kesalahan yang diakukan sendiri.

II. DATA YANG PERLU DIKAJI


Pengkajian merupakan tahap awal dan utama dari proses
keperawatan, pengkajian mereflesksikan isi, proses dan informasi yang
berhubungan dengan kondisi bilogis, psikologis, sosial dan spiritual klien
yang terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan masalah
pasien ( Keliat, 2006 ).
Untuk menyaring data di perlukan format pengkajian yang
didalamnya berisi: identitas pasien, alasan masuk rumah sakit, faktor
predisposisi, pemeriksaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial, lingkungan
pengetahuan, maupun aspek medik.
1) Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS ( Masuk Rumah Sakit ), informan, tangggal pengkajian,
No Rumah klien dan alamat klien.
2) Keluhan Utama
Keluhan biasanya berupa menyendiri ( menghindar dari orang lain )
komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar, menolak
interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,
dependen.
3) Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan/ frustasi berulang, tekanan dari kelompok
sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba
misalnya harus dioperasi, kecelakaan dicerai suami, putus sekolah,
PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan,
tituduh KKN, dipenjara tiba – tiba ) perlakuan orang lain yang tidak
menghargai klien atau perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
berlangsung lama.
4) Aspek fisik/ biologis
Hasil pengukuran tad a vital ( TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB )
dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5) Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
 Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang
berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh,
persepsi negatif tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh
yang hilang, mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan
ketakutan.
 Identitas diri : Ketidakpastian memandang diri, sukar
menetapkan kei/nginan dan tidak mampu mengambil keputusan.
 Peran : Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit, proses menua, putus sekolah, PHK.
 Ideal diri : Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya :
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
 Harga diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah
terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan
martabat, mencederai diri dan kurang percaya diri.
c) Klien mempunyai gangguan/ hambatan dalam melakukan hubungan
sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelompok yang
diikuti dalam masyarakat.
d) Keyakinan terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spiritual ).
6) Status Mental
Kontak mata klien kurang atau tidak dapat mepertahankan kontak mata,
kurang dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang
mampu berhubungan denga orang lain, Adanya perasaan keputusasaan
dan kurang berharga dalam hidup. Nilai penampilan klien rapi atau
tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik klien ( sedih, takut,
khawatir ), aspek klien, interaksi selama wawancara, persepsi klien,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan
berhitung.
7) Kebutuhan persiapan pulang.
a) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b) Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan
WC, membersikan dan merapikan pakaian.
c) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d) Klien dapat melakukan istirahat dan tidur, dapat beraktivitas
didalam dan diluar rumah.
e) Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar.
8) Mekanisme Koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya
pada orang orang lain ( lebih sering menggunakan koping menarik diri ).
9) Masalah Psikososial dan Lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok, lingkungan,
pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan kesehatan.
10) Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11) Aspek Medik
Diagnosa medis yang telahdirumuskan dokter.
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapi farmakologi ECT,
Psikomotor, therapi okopasional, TAK dan rehabilitas.

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Isolasi Sosial : Menarik Diri
IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosis Rencana Tindakan Keperawatan


Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan
Isolasi Sosial : Menarik Diri Pasien mampu: Setelah.....x pertemuan, pasien SP 1
- Menyadari penyebab mampu : - Identifikasi penyebab
isolasi sosial. -Membina hubungan saling  Siapa yang satu rumah
- Berinteraksi dengan orang percaya dengan pasien
lain. -Menyadari penyebab isolasi  Siapa yang dekat dengan
sosial, keuntungan dan pasien
kerugian berinteraksi  Siapa yang tidak dekat
dengan orang lain. dengan pasien
-Melakukan interaksi dengan - Tanyakan keuntungan dan
orang lain secara kerugian berinteraksi dengan
bertahap. orang lain
 Tanyakan pendapat pasien
tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang
lain.
 Tanyakan apa yang
menyebabkan pasien tidak
ingin berinteraksi dengan
orang lain
 Diskusikan keuntungan
bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka.
 Diskusikan kerugian bila
pasien hanya mengurung
diri dan tidak bergaul
dengan orang lain.
 Jelaskan pengaruh isolasi
sosial terhadap kesehatan
fisik pasien
- Latih berkenalan
 Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang
lain
 Berikan contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain
 Beri kesempatan pasien
mempraktekkan cara
berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan
dihadapan perawat.
 Mulailah bantu pasien
berinteraksi dengan satu
orang teman/ anggota
keluarga.
 Bila pasien sudah
menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,3,4
orang dan seterusnya.
 Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang
telah dilkukan oleh pasien
 Siap mendengarkan
ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi
dengan orang lain,
mungkin pasien akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus menerus
agar pasien tetap
semangat meningkatkan
interaksinya.
- Masukkan jadwal kegiatan
pasien
SP 2
- Evaluasi kegiatan yang lalu (
SP 1 )
- Latih berhubungan sosial
secara bertahap
- Masukan dalam jadwal
kegiatan pasien
SP 3
- Evaluasi kegiatan yang lalu
( SP1 dan 2 )
- Latih cara berkenalan dengan
2 orang atau lebih
- Masukkan dalam jadwal
kegiatan pasien
Keluarga mampu merawat Setelah ... x pertemuan, keluarga SP 1
pasien dengan isolasi sosial di mampu menjelaskan tentang : - Identifikasi masalah yang
rumah - Masalah isolasi sosial dihadapi dalam merawat
dan dampaknya bagi pasien
pasien - Penjelasan isolasi sosial
- Penyebab isolasi sosial - Cara merawat pasien isolasi
- Sikap keluarga untuk sosial
membantu pasien - Latih ( simulasi )
mengatsi isolasi - RTL keluarga/ jadwal
sosialnya keluarga untuk merawat
- Pengobatan yang pasien
berkelanjutan dan
mencegah putus obat
- Tempat rujukan dan
fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien.
SP 2
- Evaluasi kemampuan SP 1
- Latih ( langsung ke pasien )
- RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 3
- Evaluasi kemampuan SP 1
dan 2
- Latih ( langsung ke pasien )
- RTL keluarga/ jadwal
keluarga untuk merawat
pasien
SP 4
- Evaluasi kemampuan
keluarga
- Evaluasi kemampuan pasien
- Rencana tindak lanjut
 Follow up
 Rujukan
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, LJ. 2008. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi Praktek Klinik. EGC : Jakarta.

Keliat, Anna Budi. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC : Jakarta.

Stuart, GW. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Penerbit : Buku Kedokteran
EGC: Jakarta.

Stuart, GW dan Sundeen, S.J. 2004, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Penerbit : Buku
Kedokteran EGC: Jakarta.

Townsend C. Mary. 2000. Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai