Anda di halaman 1dari 77

PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP TEKANAN

DARAH PENDERITA HPERTENSI

SKRIPSI

Oleh:

IBRAHIM
NIM. 22021109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO
BOYOLALI
SEPTEMBER 2022

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul :

PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP TEKANAN


DARAH PENDERITA HPERTENSI

disusun oleh:
IBRAHIM
NIM. 22021109

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ESTU UTOMO

telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan


telah diperkenankan untuk diujikan

.
Boyolali, November 2022
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Vina Asna Afifah, S.Kep., Ns., M.Kep Ahmad Syamsul B, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN.0609079201 NIDN. 0603038202

ii
HALAMAN PENGESAHAN
skripsi dengan judul

PENGARUH PEMBERIAN JUS MENTIMUN TERHADAP TEKANAN


DARAH PENDERITA HPERTENSI

disusun oleh:
IBRAHIM
NIM. 22021109

Telah diseminarkan dan disetujui oleh Tim Penguji Program Studi Sarjana
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo untuk dilanjutkan
pada tahap penelitian
Boyolali,Juli2023

Habib Al Hasbi, S.Kep., Ns., M.Kep.


NIDN. 0617049202 (Penguji Utama) ...........................................

Vina Asna Afifah,S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIDN. 0609079202 (Penguji I/Pembimbing I) ...........................................

Ahmad Syamsul B, S.Kep., Ns., M.Kep NIDN.


0603038202 (Penguji II/Pembimbing II) ...........................................

Kaprodi Sarjana Keperawatan


STIKES Estu Utomo

Bambang Sudono DS, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0618087604
Ketua
STIKES Estu Utomo

Sarwoko, S.Ag., S.Kep., Ns., M.Kes


NIDN. 0621037401

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Jus Mentimun

Terhadap Tekanan Darah Penderita Hpertensi ” dengan baik. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitian sebagai rangkaian skripsi

pada prodi sarjana keperawatan di STIKES Estu Utomo.

Penulis menyadari tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bimbingan,

saran, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :

1. Sarwoko, S.Ag., S.Kep., Ns., M.Kes selaku ketua STIKES Estu Utomo yang

telah memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan pada Program

Studi Sarjana Keperawatan.

2. Bambang Sudono Dwi Saputro, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Program

Studi Sarjana Keperawatan STIKES Estu Utomo yang telah memberikan saran

dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Vina Asna Afifah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I yang telah

memberi arahan, masukan serta motivasi dalam membimbing penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ahmad Syamsul B, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II yang telah

memberi arahan, masukan serta motivasi dalam membimbing penulis untuk

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

iv
5. Habib Al Hasbi, S.Kep., Ns., M.Kep selaku penguji yang telah memberi

arahan, masukan serta motivasi dalam membimbing penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Keluarga yang memberikan dukungan baik secara moril maupun materil,

mendengar keluh kesahku dan selalu mendoakan atas keberhasilanku.

7. Saudara, teman – teman atas doa serta kasih sayang yang selalu tercurah

selama ini, dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu – satu.

Penulis menyadari skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan, untuk

itu kritik dan saran yang membangun akan sangat saya hargai. Semoga laporan

skripsi ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Aamiin.

Boyolali, Juli 2023

Penulis

v
vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan

kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas). Hipertensi

merupakan penyakit yang menjadi masalah utama di masyarakat terutama

lansia yang merupakan penyakit degeneratif. Hipertensi memiliki berbagi

resiko komplikasi, apa lagi terkait dengan masalah degeneratif. Hipertensi

atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah

seseorang berada diatas angka normal yaitu 120/80 mmHg (Susilo &

Wulandari, 2018). WHO menyatakan batas tekanan darah adalah 120-140

mmHg dan tekanan sistole 80-90 mmHg. Penyakit hipertensi ini sering

dijumpai di masyarakan maju, baik pria maupun wanita, tua ataupun muda

dan gejalanya tidak nampak dengan jelas (Ridwan, 2019).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2021 diperkirakan 1,28

miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita

hipertensi, sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan

rendah dan menengah. Diperkirakan 46% orang dewasa dengan hipertensi

tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi tersebut. Kurang dari

setengah orang dewasa (42%) dengan hipertensi didiagnosis dan diobati.

Sekitar 1 dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi dapat mengontrolnya.

1
2

Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh dunia (WHO,

2021)

Data dalam Profil kesehatan Indonesia tahun 2021 prevalensi hipertensi

berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk Indonesia usia 18 tahun sebesar

34,1%, Hipertensi terjad pada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%), umur 45-

54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi hipertensi

sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis hipertensi dan

13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta 32,3% tidak

rutin minum obat (Kemenkes RI, 2021). Profil Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah Tahun 2021, menunjukkan bahwa prevalensi penduduk di Provinsi

Jawa Tengah dengan hipertensi sebesar 37,57 persen. Prevalensi hipertensi

pada perempuan (40,17%) lebih tinggi dibanding dengan laki-laki (34,83

persen). Penderita hipertensi berusia >15 th tahun 2021 sebanyak 8.070.378

orang atau sebesar 30,4 persen dari seluruh penduduk berusia >15 tahun. Dari

jumlah estimasi tersebut, sebanyak 2.999.412 orang atau 37,2 persen sudah

mendapatkan pelayanan kesehatan (DinKes Prov Jateng , 2021)

Jumlah kasus baru Penyakit Tidak Menular (PTM) di Kabupaten

Boyolali tahun 2021 terbanyak adalah Penyakit Hipertensi. prevalensi

penderita hipertensi di Kabupaten Boyolali berdasarkan pemeriksaan dokter

adalah sebesar 36,63 %. Ini berarti bahwa jumlah perkiraan penderita

hipertensi di Kabupaten Boyolali sebesar 311.516 (Dinkes Kab Boyolali,

2021).
3

Hipertensi juga disebut sebagai silent diseases dan merupakan faktor

resiko utama perkembangan atau penyebab penyakit jantung dan stoke. Bila

tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh lainnya,

seperti otak, ginjal, dan mata dan kelumpuhan organ-organ gerak (Ridwan,

2019).

Penanganan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologis dan non

farmakologis. Pengobatan secara farmakologis dengan mengkonsumsi obat

anti hipertensi, sedangkan non farmakologis yang dapat dilakukan adalah

olahraga, tidak merokok, tidak minum alkohol, menghindari stress, terapi air,

terapi batu giok, terapi bekam, terapi herbal, meditasi dan terapi pijat refleksi

( Aditya & Khoiriyah, 2021)

Pengobatan hipertensi secara non farmakologi disamping efek samping

yang ditimbulkan rendah dibandingkan pengobatan secara klinis. Tindakan

pencegahan yang dilakukan baik yang pernah menderita hipertensi ataupun

bagi yang belum pernah terkena hipertensi yaitu dengan perubahan gaya

hidup menjadi gaya hidup sehat. Gaya hidup sehat ini antara lain meliputi

pola makan, aktivitas dan olahraga. Gaya hidup sehat yang utama adalah

makanan yang kita konsumsi serta diperbanyak mengkonsumsi sayur dan

buah-buahan (Muhammadun, 2017).

Hipertensi dapat diobati dengan terapi farmakologis maupun non-

farmakologis. Salah satu terapi non-farmakologis untuk menangani hipertensi

yaitu dengan mengkonsumsi jus mentimun. Dari berbagai buah-buahan ini,

kandungan pada mentimun yang mampu membantu menurunkan tekanan


4

darah, karena mentimun mengandung kalium (potassium), magnesium, dan

fosfor yang efektif mengobati hipertensi. Mentimun yang bersifat diuretik

karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan

tekanan darah (Dewi.S & Familia.D, 2018).

Buah mentimun mempunyai sifat hipotensif (menurunkan tekanan

darah), karena kandungan air dan kalium dalam mentimun akan menarik

natrium kedalam intraseluler dan bekerja dengan membuka pembulu darah

(vasodilatasi) yang dapat menurunkan tekanan darah (Beevers, 2017).

Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama, dalam kenyataannya

98% kalium tubuh berada dalam sel, 2% ini untuk fungsi neuromuskuler.

Kalium mempengaruhi aktivitas baik otot skeletal maupun otot jantung

(Brunner & Suddarth, 2018).

Hasil penelitian menyimpulkan ada pengaruh bermakna (signifikan)

dari pemberian jus mentimun terhadap penurunan tekanan darah

(Tjiptaningrum & Erhadestria, 2016). Penelitian tentang pengaruh pemberian

jus mentimun (Cucumis sativus L.) terhadap tekanan darah sistolik dan

diastolik pada penderita hipertensi yg dilakukan oleh Lovindy Putri Lebalado

tahun 2014 dengan sampel sebanyak 38 orang dan dibagi dalam dua

kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Setelah

dilakukan penelitian selama 7 hari, penurunan yang terjadi pada kelompok

perlakuan Beberapa jenis buah dan sayuran yang berkhasiat menurunkan

tekanan darah tinggi antara lain seledri, ketimun, labu siam, selada air, lobak,
5

tomat, belimbing wuluh, belimbing manis, semangka, wortel, pisang, apel,

dan kiwi.

Pringgayuda (2021) menunjukkan terdapat pengaruh konsumsi jus

mentimun terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi

dengan nilai p value 0,000 (p value < 0,05). Upaya menurunkan tekanan

darah akan lebih baik jika dikombinasikan dengan tindakan lain seperti terapi

massage, olah raga rutin dan lain sebagainya agar lebih efektif untuk

menurunkan tekanan darah. Penelitian Barus (2019) menunjukkan Terdapat

perbedaan rata - rata tekanan darah sebelum dan sesudah diberikan terapi

mentimun pada penderita hipertensi di Dusun IV Desa Tanjung Anom

Kecamatan Pancur Batu, dengan p-value= 0,001.

Penelitian-penelitian klinis memperlihatkan bahwa pemberian suplemen

kalium dapat menurunkan tekanan darah dengan suplementasi diet kalium 60-

120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4,4 mmHg dan

diastolik 2,5 mmHg pada penderita hipertensi dan 1,8 mmHg serta 1,0 mmHg

pada orang normal. Selain itu, mentimun juga bersifat diuretik karena

kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan

darah. Kalium merupakan elektrolit intraseluler yang utama, dalam

kenyataan, 98% kalium tubuh berada di dalam sel, 2% sisanya berada di luar

sel, yang penting adalah 2% ini untuk fungsi neuromuskuler. Kalium

mempengaruhi aktivitas baik otot skelet maupun otot jantung.Sebagai contoh,

perubahan dalam konsentrasinya mengubah iritabilitas dan ritme

miokardia.Kalium secara konstan bergerak kedalam dan keluar sel tergantung


6

pada kebutuhan tubuh. Sejalan dengan itu, Fitrina (2013) menyatakan

Penurunan tekananan darah setelah konsumsi mentimun tidak lain karena

pengaruh kalium yang ada pada buah mentimun. Dengan rasio kalium dan

natrium yang tinggi dan seimbang, tekanan darah akan turun, dimana kalium

berkerja mengatur kerja jantung yang mempengaruhi kontraksi otot-otot

jantung dan mengatur keseimbangan cairan tubuh.

Kabupaten Boyolali saat ini sedang mencanangkan adanya Pos

Kesehatan (POSKES) RT yakni pos kesehatan di masing-masing RT yang

berjutuan sebagai screening awal untuk mengetahui kondisi kesehatan

masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik, labiratorium

sederhana (asam urat, kolestrol dan gula darah). Sebagai pelaksana adalah

tenag kesehatn di Wilayah Setempat. Puskesmas juga terdapat kegiatan Pos

Pembinaan Terpadu ( POSBINDU) dan Posyandu Lansia yang dilaksanak

oleh bidan desa dan tim kesehatan Puskemas. Pengobatan tradisional juga

mendapatkan tempat dari pemerintah Kabupaten Boyolali yaitu dengan

adanya program Kesehatan Tradisioml (KESTRAD) dengan program

unggulan Asuhan Mandiri Tanaman Obat Keluarga (ASMAN TOGA).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22-

23 Agustus di Puskesmas Ampel terdapat 19 penderita hipertensi dimana

terdapat 2 yang menderita penyakit lain yaitu stroke dan demensia berat, dan

17 tidak ada penyakit lain yang menyertai. Wawancara pada 4 orang dengan

hipertensi 3 penderita mengatakan bahwa bila merasa pusing dan sakit bagian

tengkuk langsung datang ke Puskesmas periksa dan hanya minum obat dari
7

Puskesmas, 1 lainnya mengatakan bahwa dirinya mencoba mengkonsumsi

seledri dan mentimun jika tekanan darah naik tetapi tidak rutin. Hal tersebut

menunjukkan bahwa konsumsi mentimun saat tekanan darah meningkat

belum familier di masyarakat.

Ketersediaan buah mentimun di Setiap Desa di Wilayah Puskesmas

Ampel sangat mencukupi karena tanah yang subur dan adanya program

Kawasan Rumah Pangan Mandiri (KRPL) yang didirikan tiap RT. Tanaman

yang ditanam adalah sayur sayuran, dimana mentimun merupakan salah satu

tanaman yang wajib ditanam pada program KRPL

Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti ingin meneliti

tentang Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap Tekanana Darah

Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel

B. Rumusan Masalah

Berdsarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap

Tekanana Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap Tekanana Darah

Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel


8

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tekanan darah sistole dan diastole sebelum diberikan jus

mentimun pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Ampel

b. Mengetahui tekanan darah sistole dan diastole sesudah diberikan jus

mentimun pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Ampel

c. Menganalisis Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap Tekanan

Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi yang berguna

dalam menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dan pembaca tentang

pengaruh pemberian jus mentimun terhadap tekanan darah penderita

hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Membudidayakan pengelolaan penderita dengan hipertensi secara

mandiri melalui pengelolaan dengan cara tindakan secara mandiri.

Selain itu dapat memperoleh informasi dan mengevaluasi masalah

hipertensi tentang pemberian terapi selain dengan terapi farmakologis.


9

b. Bagi responden

Penelitian ini sebagai masukan bagi penderita hipertensi untuk

menngunakan jus mentimun dalam penurunan tekanan darah penderita

hipertensi

c. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini sebagai sumber informasi bagi ilmu keperawatan

khususnya keperawatan kegawatdaruratan tentang mengonsumsi jus

mentimun bagi penderita hipertensi.

d. Bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya tentang

terapi non farmakologi untuk mengatasi hipertensi dengan

menggunakan jus mentimun.


10

E. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian


No Judul Peneliti, tahun Deskripsi Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Pengaruh Christin, 2021 Desain penelitian pre-eksperimen Persamaan penelitian Populasi penelitian
Pemberian Jus dengan satu grup tes kepada 17 variabel bebas sama jus sebelumnya adalah lansia
Mentimun orang responden yang memenuhi mentimun dan variabel penelitian ini seluruh
Terhadap syarat sampel. Data analisis terikat Tekanana Darah penderita hipertensi di
Tekanan Darah menggunakan Wilcoxon Rank Test penderita Hipertensi Puskesmas Ampel
Lansia Dengan menunjukkan perbedaan tekanan
Hipertensi Di darah (sistole dan diastole) sebelum Desain penelitian sama pre- Teknik sampling yang
PSTW Sinta dan sesuai pemberian jus mentimun eksperimen dengan satu grup digunakan sebelumnya
Rangkang Tahun (α =0,002). Hal ini menunjukkan purposive sampling pada
2020 bahwa jus mentimun efektif penelitian ini accidental
terhadap penurunan tekanan darah. sampling
2 Pengaruh Pringgayuda, 2021 Penelitian ini menggunakan metode Subjek penelitian sama Desain penelitian
konsumsi jus Quasy Eksperiment dengan penderita hipertensi sebelumnya Quasy
mentimun rancangan Non Equivalent Control Eksperiment dengan
terhadap Group. Teknik pengambilan sampel Penelitian ini memiliki rancangan Non Equivalent
penurunan manggunakan Purposive Sampling variabel bebas dan terikat Control Group sedangkan
tekanan darah sejumlah 22 responden terdiri dari yang sama penelitian ini pre
pada penderita kelompok intervensi dan control. eksperiment one group pre
hipertensi Kelompok intervensi diberikan jus and post test desain
mentimun 2 kali sehari, pagi dan
sore hari dengan komposisi buah
mentimun murni sebanyak 250 ml.
Analisis data menggunakan uji T
dependen.Hasil penelitian
menunjukkan terdapat pengaruh
konsumsi jus mentimun terhadap
11

penurunan tekanan darah pada


penderita hipertensi dengan nilai p
value 0,000 (p value < 0,05).
3 Terapi Jus Setiawan, Sunarno Laporan ini merupakan Penelitian ini memiliki Desain penelitian
Mentimun Untuk (2022) suatu literature review dari 5 jurnal variabel bebas dan terikat sebelumnya literature
Menurunkan yang membahas tentang terapi jus yang sama review dari 5 jurnal yang
Tekanan Darah mentimun untuk mengatasi membahas tentang terapi jus
Pada Penderita hipertensi, diawali dengan mentimun untuk mengatasi
Hipertensi pemilihan topik kemudian hipertensi sedangkan
ditentukan keyword untuk penelitian ini pre
pencarian jurnal menggunakan eksperiment one group pre
Bahasa Indonesia melalui Google and post test desain
Scholar. Pencarian ini dibatasi
untuk jurnal mulai tahun 2012
sampai dengan tahun
2020, keyword bahasa Indonesia
menggunakan kata kunci
“Hipertensi, Efektivitas, Terapi, Jus
Mentimun”.
Hasil Mengkonsumsi jus mentimun
sangat bermanfaat dan efektif
sebagai terapi non farmakologi
untuk hipertensi. terapi jus
mentimun pada kelompok
perlakuan dari beberapa hasil
penelitian yang penulis temukan, 
bahwa jus mentimun dapat
menurunkan tekanan darah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Hipertensi

a. Pengertian

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan

tekanan darah di dalam arteri. Dimana Hiper yang artinya berebihan,

dan Tensi yang artinya tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan

gangguan pada sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan

tekanan darah diatas nilai normal (Musakkar & Djafar, 2021).

Seseorang dinyatakan hipertensi apabila seseorang memiliki

tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan ≥ 90 untuk tekanan darah

diastolik ketika dilakukan pengulangan (Perhimpunan Dokter

Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015).

b. Penyebab

Ada 2 macam hipertensi menurut Musakkar & Djafar (2021) yaitu :

1) Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak

diketahui penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang

mengidap penyakit tekanan darah tinggi ini.

2) Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui

penyebabnya. Sekitar 10 % orang yang menderita hipertensi jenis

ini.

12
13

Beberapa penyebab hipertensi menurut Musakkar & Djafar (2021),

antara lain :

1) Faktor resiko yang bisa diubah

a) Lingkungan (stress)

Faktor lingkungan seperti stress juga memiliki pengaruh

terhadap hipertensi. Hubungan antara stress dengan hipertensi

melalui saraf simpatis, dengan adanya peningkatan aktivitas

saraf simpatis akan meningkatkan tekanan darah secara

intermitten (Triyanto, 2017)

b) Obesitas

Faktor lain yang dapat menyebabkan hipertensi adalah

kegemukan atau obesitas. Perenderita obesitas dengan

hipertensi memiliki daya pompa jantung dan sirkulasi volume

darah yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan penderita

yang memiliki berat badan normal (Triyanto, 2017)

c) Rokok

Kandungan rokok yaitu nikotin dapat menstimulus pelepasan

katekolamin. Katekolamin yang mengalami peningkatan dapat

menyebabkan peningkatan denyut jantung, iritabilitas

miokardial serta terjadi vasokontriksi yang dapat

meningkatkan tekanan darah (Ardiansyah, M. 2017)

d) Kopi

Substansi yang terkandung dalam kopi adalah kafein. Kafein

sebagai anti-adenosine (adenosine berperan untuk mengurangi


14

kontraksi otot jantung dan relaksasi pembuluh darah sehingga

menyebabkan tekanan darah turun dan memberikan efek

rileks) menghambat reseptor untuk berikatan dengan adenosine

sehingga menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan

pembuluh darah mengalami konstriksi disusul dengan

terjadinya peningkatan tekanan darah.

e) Aktivitas

Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-

50% daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara

30-45 menit sebanyak >3x/hari penting sebagai pencegahan

primer dari hipertensi. Jika seseorang kurang gerak, frekuensi

denyut jantung menjadi lebih tinggi sehigga memaksa jantung

bekerja lebih keras setiap kontraksi (Sutomo, 2019)

2) Faktor resiko yang tidak bisa dirubah

a) Usia

Faktor usia merupakan salah satu faktor resiko yang

berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya

usia maka semakin tinggi pula resiko mendapatkan hipertensi.

Insiden hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya

usia, hal ini disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh

yang mempengaruhi pembuluh darah, hormon serta jantung

(Triyanto, 2017)

b) Genetik
15

Faktor genetik ternyata juga memiliki peran terhadap angka

kejadian hipertensi. Penderita hipertensi esensial sekitar 70-80

% lebih banyak pada kembar monozigot (satu telur) dari pada

heterozigot (beda telur). Riwayat keluarga yang menderita

hipertensi juga menjadi pemicu seseorang menderita

hipertensi, oleh sebab itu hipertensi disebut penyakit turunan

(Triyanto, 2017)

c) Ras

Orang berkulit hitam memiliki resiko yang lebih besar untuk

menderita hipertensi primer ketika predisposisi kadar renin

plasma yang rendah mengurangi kemampuan ginjal untuk

mengekskresikan kadar natrium yang berlebih (Kowalak,

2017)

c. Klasifikasi

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut Kemenkes RI (2019)

Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistolik Diastolik
Normal < 120 < 80
Pre hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-94
Hipertensi Derajat 2 >160 >100

d. Tanda dan gejala

Menurut Salma (2020) tanda dan gejala hipertensi yaitu :

1) Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur)

2) Bising (bunyi “nging”) di telinga

3) Jantung berdebar-debar
16

4) Pengelihatan kabur

5) Mimisan

6) Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi.

e. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh

darahterletak dipusat vasomotor medulla otak. Rangsangan pusat

vasomotoryang dihantarkan dalam bentuk impuls bergerak menuju

ganglia simpatis melalui saraf simpatis. Saraf simpatis bergerak

melanjutkan keneuron preganglion untuk melepaskan asetilkolin

sehingga merangsang saraf pascaganglion bergerak ke pembuluh

darah untuk melepaskan norepineprin yang mengakibatkan kontriksi

pembuluh darah. Mekanisme hormonal sama halnya dengan

mekanisme saraf yang juga ikut bekerja mengatur tekanan pembuluh

darah (Smeltzer & Bare, 2018). Mekanisme ini antara lain :

1) Mekanisme vasokonstriktor norepineprin-epineprin

Perangsangan susunan saraf simpatis selain menyebabkan

eksitasi pembuluh darah juga menyebabkan pelepasan norepineprin

dan epineprin oleh medulla adrenal ke dalam darah. Hormon

norepineprin dan epineprin yang berada didalam sirkulasi darah

akan merangsang pembuluh darah untuk vasokonstriksi. Faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon

pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor (Saferi &

Mariza, 2018).

2) Mekanisme vasokonstriktor renin-angiotensin


17

Renin yang dilepaskan oleh ginjal akan memecah plasma

menjadi substratrenin untuk melepaskan angiotensin I, kemudian

dirubah menjadi angiotensin II yang merupakan vasokonstriktor

kuat. Peningkatan tekanan darah dapat terjadi selama hormon ini

masih menetap didalam darah (Guyton, 2018).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh

darah perifer memiliki pengaruh pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada lanjut usia (Smeltzer & Bare, 2018). Perubahan

struktural danfungsional meliputi aterosklerosis, hilangnya

elastisitas jaringan ikatdan penurunan kemampuanrelaksasi otot

polos pembuluh darah akan menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah, sehingga menurunkan kemampuan

aorta dan arteri besar dalam mengakomodasi volume darah yang

dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Saferi &

Mariza, 2018).

3) Manisfestasi Klinik

Manisfestasi klinik menurut Ardiansyah (2018) muncul

setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-

tahun,gejalanyaantara lain :

a) Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan

ayunan langkah tidak mantap.


18

b) Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari

karena peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual dan

muntah.

c) Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yang

diderita.

d) Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan

perfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluh darah.

e) Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai

dampak hipertensi

f) Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari

peningkatan aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh

glomerulus

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik),

namun tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan

kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berurutan

dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta

abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis

disebabkan oleh stenosisatau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi

hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan

dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh

penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas

batang tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien

feokromositoma mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi,


19

pucat dan perspirasi yang sangat banyak (Kowalak, Weish, &

Mayer, 2016).

f. Patway menurut Ardiansyah (2018)

g. Dampak
20

Hipertensi yang tidak teratasi, dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya Fandinata (2020):

1) Payah jantung

Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan

pada otot jantung atau sistem listrik jantung.

2) Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh

darah yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh

darah otak makan akan terjadi pendarahan pada otak dan

mengakibatkan kematian. Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan

dari gumpalan darah di pembuluh darah yang menyempit.

3) Kerusakan ginjal

Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat

hipertensi dapat mengganggu fungsi ginjal untuk menyaring

cairan menjadi lebih sedikit sehingga membuang kotoran kembali

ke darah.

4) Kerusakan pengelihatan

Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena

hipertensi dapat mengakibatkan pengelihatan menjadi kabur,

selain itu kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat

menyebabkan kerusakan pada pandangan yang menjadi kabur.

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara

langsung maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan


21

bahwa penyebab kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui

akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada organ atau

karena efek tidak langsung. Dampak terjadinya komplikasi

hipertensi, kualitas hidup penderita menjadi rendah dan

kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian penderita

akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya

h. Pencegahan

Menurut Ernawati (2020) Pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan

yaitu :

1) Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)

2) Makan lebih banyak buah dan sayuran

3) Aktifitas fisik secara teratur

4) Menghindari penggunaan rokok

5) Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh

6) Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan.

i. Pemeriksaan Fisik

Menurut Ernawati (2020) pemeriksaan fisik yang menyeluruh

dapat membantu memastikan diagnosis hipertensi dan harus

mencakup :

1) Sirkulasi dan jantung: Denyut nadi / ritme / karakter, denyut /

tekanan vena jugularis, denyut apeks, bunyi jantung ekstra, ronki

basal, edema perifer, bising (karotis, abdominal, femoralis),

keterlambatan radio-femoralis.
22

2) Organ / sistem lain: Ginjal membesar, lingkar leher> 40 cm

(obstructive sleep apnea), pembesaran tiroid, peningkatan indeks

massa tubuh (BMI) / lingkar pinggang, timbunan lemak dan striae

berwarna (penyakit / sindrom Cushing).

j. Penatalaksanaan

Menurut Righo, (2016) penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu

farmakologi dan non farmakologi

1) Farmakologi (Obat-obatan)

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat

anti hipertensi yaitu :

a) Mempunyai efektivitas yang tinggi.

b) Mempunyai toksitas dan efek samping ringan atau minimal.

c) Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

d) Tidak menimbulkan intoleransi.

e) Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.

f) Memungkin penggunaan jangka panjang.

Golongan obat-obatan yang diberikan pada klien dengan

hipertensi seperti golongan diuretik, golongan betabloker,

golongan antagonis kalsium, serta golongan penghambat

konversi rennin angiotensin.


23

2) Non Farmakologi

a) Diet Pembatasan atau kurangi konsumsi garam.

Penurunan berat badan dapat membantu menurunkan tekanan

darah bersama dengan penurunan aktivitas rennin dalam

plasma dan penurunan kadar adosteron dalam plasma.

b) Aktivitas Ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan yang sudah

disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan

kemampuan, seperti berjalan, jogging, bersepeda, atau

berenang.

c) Istirahat yang cukup Istirahat dengan cukup memberikan

kebugaran bagi tubuh dan mengurangi beban kerja tubuh.

d) Kurangi stress Mengurangi stress dapat menurunkan tegang

otot saraf sehingga dapat mengurangi peningkatan tekanan

darah

e) Perubahan Pola Makan

Salah satu cara yang terbukti efekltif membantu penurunan

tekanan darah adalah diet.. Prinsip diet adalah peningkatan

konsumsi sayur dan buah setiap hari hingga terjadi. penurunan

tekanan darah dengan tujuan untuk mendapatkan asupan serat

dan kalium yang tinggi dari sayuran dan buah-buahan. Selain

peningkatan pada konsumsi sayur dan buah, juga

merekomendasikan pembatasan konsumsi lemak, daging

merah, gula dan minuman yang mengandung gula salah satu


24

sayur dan buah yang dapat dikonsumsi adalah mentimun

(Sunarti, 2017).

2. Jus Mentimun

a. Pengertian

Mentimun atau dengan nama ilmiah Cucumis sativus merupakan

tanaman yang sering disebut buah mentimun, buah ini tergolong ke

dalam kategori sayuran karena sering digunakan untuk kebutuhan

sayur mayur dan memasak. Bentuk dan ukuran mentimun bermacam-

macam, tetapi umumnya bulat panjang atau bulat pendek. Buah

mentimun ada yang permukaannya halus dan ada yang permukaan

buahnya berbintil-bintil. Warna kulit buah antara hijau keputih-

putihan, hijau muda, dan hijau gelap. Buah ini berair, sangat segar

dengan memakan langsung atau menjadikannya sebagai bahan

lalapan. Buah mentimun merupakan buah buni yang mempunyai

dinding luar lebih kuat dan tebal, dengan daging buah berwarna hijau

dan menyatu dengan biji mentimun (Handoyo, 2016).

b. Klasifikasi

Menurut ilmu tumbuh-tumbuhan (botani), mentimun diklasifikasikan

ke dalam golongan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhann berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotylodenae

Ordo : Cucurbitales
25

Famili : Cucurbitaceae

Genus : Cucumis

Spesies : Cucumis sativus L

Menurut Hermawan (2015) berdasarkan kulit buahnya mentimun

digolongkan 2 kelompok, yaitu:

1) Mentimun kulit berbintik terutama pada pangkal buah.

Jenis mentimun biasa mempunyai kulit yang tipis dan lunak. Buah

ini mempunyai warna seperti putih kehijauan, bisa juga disebut

mentimun IR (Indonesian Research), memiliki sifat fisik

mentimun lokal yang berasal dari petani setempat dengan ciri

tanaman memiliki usia berbunga 20-30 hari dan usia panen 30-35

hari, warna buah muda sangat beragam, yaitu putih, hijau, atau

hijau. Ciri – ciri adalah sebagai berikut:

a) Mentimun biasa/keputihan, mempunya kulit buah tipis, lunak

dan warna buah hijau keputihan tetapi setelah tua menjadi

berwarna tua kuning atau coklat, dengan panjang buah antara

12 - 19 cm.

b) Mentimun watang, mempunyai kulit tebal dan sedikit keras.

c) Mentimun wuku, mempunyai kulit tebal dan buah muda

berwarna coklat.

2) Mentimun krai mempunyai kulit halus, tidak berbintil, warna

hijau kekuningan, serta mempunyai garis putih. Kelompok ini juga

terdapat 2 jenis yaitu :


26

a) Krai besar, yang mempunyai ukuran buah besar.

b) Mentimun suri atau bonteng suri, yang mempunyai ukuran

buah besar sekali, berbentuk lonjong, harum, dan rasanya

empuk.

c. Jenis-Jenis Mentimun di Indonesia (Hermawan, 2015)

1) Mentimun Hijau

Mentimun hijau dikenal juga dengan sebutan mentimun biasa.

Soalnya mentimun ini adalah jenis mentimun yang paling populer

di Indonesia.Banyak ditanam sehingga mudah ditemukan di mana

saja. Ciri utamanya adalah warna kulit buahnya yang terang, hijau

keputih-putihan. Selain itu kulitnya juga tipis dan lunak. Daging

buahnya mengandung banyak air dan cenderung transparan.

Bijinya juga banyak. Karenanya mentimun hijau ini lebih enak

dipanen saat masih muda. Ketika biji belum terlalu matang.

2) Mentimun Watang

Membedakan mentimun watang dan mentimun hijau mungkin

agak susah ya. Sebab warna kulit buahnya sama-sama hijau

terang. Perbedaannya, kulit buah mentimun watang lebih tebal dan

keras.

3) Mentimun Wuku

Mentimun wuku ini terkenal dengan nama mentimun Madura.

Mentimun wuku warna kulit buahnya hijau kecokelatan saat

masih muda. Lalu perlahan warna cokelatnya semakin

mendominasi. Ketika matang sempurna menjadi cokelat gelap.


27

Untuk daging buahnya sama saja. Berair dan mengandung banyak

biji. Namun sedikit lebih manis.  

4) Mentimun Krai

Mentimun krai memiliki kulit buah yang halus. Berwarna hijau

dengan garis-garis putih yang terlihat jelas. Daging buahnya tidak

terlalu berair dan berwarna agak kekuningan.

5) Timun Suri

Timun Suri ini ukurannya 10 kali lipat lebih besar dibanding

timun-timun lainnya. Berbeda dengan timun jenis lainnya yang

lebih enak dikonsumsi saat masih muda. Timun suri justru

dinikmati ketika matang. Sebab rasanya manis.

6) Timun Jepang

Timun Jepang atau Kyuri, tak terlalu banyak jumlahnya di

Indonesia. Meski kyuri asalnya dari Jepang juga mulai

dibudidayakan di Indonesia

d. Kandungan Mentimun

Mentimun memiliki kandungan kalium 147 mg/100 g, natrium 2

mg/100 g, kalsium 16 mg/100 g dan magnesium 13 mg/100 g

(Hartono,2014. Kandungan kalium pada mentimun dapat menurunkan

sekresi renin sehingga menghambat sistem renin-angiotensin

(menurunkan angiotensin I dan II sehingga menurunkan

vasokonstriksi pembuluh darah). Hasilnya adalah penurunan

reabsorpsi natrium dan air di ginjal. Penghambatan sistem renin-

angiotensin juga menyebabkan penurunan ekskresi aldosteron, yang

menyebabkan penurunan reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal.


28

Karena mekanisme ini, maka efek diuretik meningkat, sehingga

terjadi penurunan volume darah dan penurunan tekanan darah. Kalium

juga merupakan ion utama dalam cairan intraseluler. Kalium

berpengaruh pada pompa NaK, yaitu kalium dipompa ke dalam sel

dari cairan ekstraseluler, dan natrium dipompa keluar dari sel. Ginjal

adalah pengatur utama kalium dalam tubuh, yang menjaga tingkat

kalium dalam darah dengan mengontrol ekskresinya. Kadar kalium

yang tinggi meningkatkan ekskresi natrium, sehingga mengurangi

volume darah dan tekanan darah (Antika & Mayasari, 2016)

Mentimun juga mempunyai bersifat diuretic karena kandungan airnya

yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah dan dapat

meningkatkan buang air kecil (BAK) (Tjiptaningrum & Erhadestria,

2016).

3. Pengaruh jus mentimun terhadap hipertensi

Penelitian Aisyah (2014) menyebutkan mentimun memiliki berbagai

macam kandungan gizi diantaranya adalah kalium, kalsium, dan

magnesium. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada kaitan erat

antara intake kalium, kalsium, dan magnesium terhadap penurunan

tekanan darah. Semakin rendah intake kalium maka tekanan darah akan

semakin tinggi. Rasio natrium/kalium juga berhubungan dengan tekanan

darah. Pengurangan intake natrium sebesar 100 mmol perhari dan

konsumsi kalium sampai dengan 70 mmol dalam sehari, maka tekanan

darah sistole diprediksi akan turun sebesar 3,4 mmHg. Intake kalium

berpengaruh pada pembuluh darah yaitu kalium akan menurunkan

resistensi pembuluh darah perifer yang secara langsung dapat melebarkan


29

arteri, peningkatan pengeluaran air dan natrium dari tubuh, penekanan

sekresi reninangiotensin, dan stimulasi dari aktivitas pompa natrium-

kalium. Fungsi dari kalium adalah pemeliharaan keseimbangan cairan dan

elektrolit serta keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium

berperan dalam transmisi saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel, kalium

berfungsi sebagai katalisator dalam banyak reaksi biologik, terutama

dalam metabolisme energi dan sintesis glikogen dan protein.

Mentimun bersifat diuretik karena kandungan airnya yang tinggi

sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Unsur fosfor, asam folat

dan vitamin C pada mentimun bermanfaat menghilangkan ketegangan

atau stress. Ini membuktikan bahwa meskipun hipertensi, tekanan

darahnya dapat diturunkan dengan terapi nonfarmakologis jus mentimun

yang mengandung zat-zat yang membantu tekanan darah turun mencapai

normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Wicaksana (2019) menunjukkan

bahwa terapi jus mentimun pada kelompok perlakuan yaitu menggunakan

mentimun dengan takaran 200 gram mempunyai kontribusi yang lebih

besar dalam menurunkan tekanan darah sistolik daripada kelompok

kontrol dengan takaran 100 gram. Hal ini menyebabkan efek yang

ditimbulkan dari jus mentimun yang diberikan pada kelompok perlakuan

lebih besar, karena semakin banyak takaran mentimun yang diberikan

pada responden maka efek penurunan yang terjadi pada tekanan darah

akan besar. Jus mentimun mengandung zat potasium bermanfaat

membersihkan zat karbon dioksida dalam darah, memicu kerja otot dan
30

simpul saraf serta mengatur tekanan osmotik bersama natrium. Kandung

mineral kalium, magnesium dan serat dalam mentimun bermanfaat untuk

menurunkan tekanan darah. Mineral magnesium berperan melancarkan

aliran darah. Selain itu mentimun bersifat deuritik karena kandungan

airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Unsur

fosfor, asam folat dan vitamin C pada mentimun bermanfaat bermanfaat

menghilangkan ketegangan atau stress. Jus mentimun diberikan sebanyak

200 gram. Pemberian dilakukan dengan jumlah : 1 gelas 200 cc/ hari -

waktu : pagi 1 gelas 15-30 menit sebelum makan selama 7 hari berturut-

turut.
31

B. Kerangka Teori

Faktor yang tidak Faktor yang dapat diubah:


dapat diubah: 1. Lingkungan (stres)
1. Usia 2. Obesitas
2. Genetik 3. Kebiasaan merokok
3. Ras 4. Konsumsi Kopi
5. Kurang aktivitas fisik

Hipertensi

Farmakologi Non farmakologi

Konsumsi Obat a) Diet Pembatasan atau


kurangi konsumsi
garam
b) Aktivitas
c) Istirahat
d) Kurangi stress
e) Perubahan Pola
Makan

1. Peningkatan konsumsi
sayur dan buah
Tekanan Darah a. Pisang
b. Labu
c. Bayam
Mentimun
d.
2. Pembatasan konsumsi
lemak, daging merah
dan gula

= Diteliti Jus Mentimun

= Tidak Diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori


Sumber : Musakkar & Djafar (2021), Righo (2016), Tjiptaningrum &
Erhadestria(2016), Wicaksana (2019)
32

C. Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Permberian Jus Tekanan Darah


Mentimun penderita Hipertensi

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari hasil penelitian (Arikunto,

2014). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ha : Ada Pengaruh Permberian Jus Mentimun terhadap Tekanan Darah

penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel

H0 : Tidak ada Pengaruh Permberian Jus Mentimun terhadap Tekanan Darah

penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian pre

eksperimen dengan jenis one grup pre post test design (Notoatmodjo, 2018).

Rancangan penelitian ini ingin mengungkapkan hubungan sebab akibat pada

1 kelompok yang dilakukan intervensi yaitu jus mentimun dan dinilai pre dan

post test. Skema rancangan penelitian sebagai berikut :

Pretest Posttest

O1 X1 O 2’

Gambar 3.1 Rancangan penelitian

Keterangan :

X1 : pelaksanaan permberian jus mentimun

O1 : pretest tekanan darah sebelum diberikan permberian jus mentimun

O2’ : posttest tekanan darah setelah permberian jus mentimun

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016). Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita yang

33
34

hipertensi di Poskes RT wilayah kerja Puskesmas Ampel pada bulan Mei-

Juni 2023 sebanyak 56 orang

2. Sampel

Teknik sampling adalah dalam mengambil sampel penelitian ini

digunakan cara atau teknik-teknik tertentu, sehingga sampel tersebut

sedapat mungkin mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2018). Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016).

Adapun sampel yang diambil harus memenuhi beberapa kriteria,

diantaranya:

a. Kriteira inklusi:

1) Bersedia dan mau dijadikan sampel penelitian atau responden

2) Usia lebih dari 36 tahun (dewasa akhir dan lansia)

3) Penderita hipertensi grade 1 dan 2

4) Tidak konsumsi obat antihipertensi

b. Kriteria eksklusi:

1) Penderita hipertensi yang mempunyai penyakit kronis contohnya

gagal ginjal dan jantung

2) Penderita hipertensi dengan komplikasi

3) Penderita hipertensi dengan penurunan kesadaran

4) Tidak melaksanakan penelitian sampai akhir

3. Besar Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, teori Gay dan Diehl (1992) mengasumsikan bahwa


35

semakin banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif

dan hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan

sangat bergantung pada jenis penelitiannya. Jika penelitiannya bersifat

deskriptf, maka sampel minimunya adalah 10% dari populasi Jika

penelitianya korelasional atau eksperimen, sampel minimunya adalah 30

subjek. penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah 15 subjek

per group (Sugiyono, 2016). Jadi jumlah sampel dalam penelitian 30

responden.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel pada

bulan Juni-Juli 2023.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapat oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2018). Variabel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (Independent)

Variabel Bebas (idependent) adalah karakteristik dari subjek yang dengan

keberadaannya menyebabkan perubahan pada variabel lainnya

(Notoadmodjo, 2018). Dalam penelitian ini variabel independent adalah

pemberian jus mentimun.


36

2. Variabel Terikat (Dependent)

Variabel Terikat (dependent) adalah variabel akibat atau variabel yang

akan berubah akibat pengaruh atau perubahan yang akan terjadi pada

variabel independent (Notoadmodjo, 2018). Dalam penelitian ini variabel

dependent adalah tekanan darah.

E. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasinal
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
1. Jus mentimun Pemberian SOP - -
mentimun hijau
kepada responden
dalam bentuk jus
dengan jumlah
mentimun sebanyak
200 gram.
Pemberian
dilakukan dengan
jumlah : 1 gelas
200 cc/ hari - waktu
: pagi 1 gelas 15-30
menit sebelum
makan selama 7
hari berturut-turut
2. Tekanan Darah Tekanan darah Tensi a. Normal Rasio
merupakan tekanan Digital tekanan
pembuluh darah <120 dan
yang dihasilkan diastole <80
oleh pompa jantung b. Pre
untuk mengalirkan Hipertensi
darah keseluruh tekanan
tubuh yang diukur sistole 130-
menggunakan 139 dan
tensimeter diastole 80-
89
c .Hipertensi
derajat I
tekanan
sistole 140-
159 dan
diastole 90-
99
d. Hipertensi
37

derajat II
tekanan
sistole >160
dan diastole
>100

F. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur

fenomena alam maupun sosial yang diamati. (Sugiyono, 2016).Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Data demografi meliputi:umur, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan.

2. SOP cara membuat jus mentimun Bahan dan alat yang dibutuhkan

meliputi: 200 gram mentimun hijau segar (pemakaian mentimun ini karena

merupakan mentimun yang umum dan mudah didapat di Indonesia dan

tempat penelitian) , 200 cc air, blender, pisau, penyaring. Pelaksanaan

membuat jus mentimun : cuci bersih mentimun, potong potong mentimun,

blender semua bahan hingga halus dan rata, saring jus mentimun, Minum

jus mentimun satu kali sehari setiap pagi sebelum makan, minum 1 gelas

jus mentimun selama 7 hari berturut-turut.

SOP ini diadopsi dari penelitian sebelumnya oleh Wicaksana (2019)

Dengan Judul Efektivitas Pemberian Jus Mentimun Terhadap Perubahan

Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Desa Kersikan Kecamatan

Geneng Kabupaten Ngawi. Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti

Husada Mulia Madiun 2019

3. Tekanan darah diukur dengan Tensimeter digital merk omron yang telah

dikalibrasi di tingkat Puskesmas dan standar digunakan sebagai alat ukur

tekanan darah di Puskesmas


38

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena SOP

ini diadopsi dari penelitian sebelumnya oleh Wicaksana (2019) Dengan Judul

Efektivitas Pemberian Jus Mentimun Terhadap Perubahan Tekanan Darah

Pada Pasien Hipertensi Di Desa Kersikan Kecamatan Geneng Kabupaten

Ngawi. Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun

2019 dan alat ukur tekanan darah berupa Tensimeter digital merk omron yang

telah dikalibrasi di tingkat Puskesmas pada tahun 2021 dengan hasil alat ukur

tidak menyimpang dan standar digunakan sebagai alat ukur tekanan darah di

Puskesmas

H. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis data ini digunakan untuk menganalisis beberapa hal yang

berkaitan dengan variabel yang digunakan dalam penelitian ini

(Notoatmodjo, 2018). Analisis univariat ini akan dibahas beberapa hal dari

penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi pada karakteristik responden

dan tendensi sentral untuk data tekanan darah sebelum dan sesudah

tindakan

2. Analisis Bivariat

Apabila telah dilakukan analisis univariat tersebut diatas, hasilnya

akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel, dan dapat

dilanjutkan analisis bivariat. Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. (Notoatmodjo, 2018)


39

Analisis bivariat yang dilakukan untuk menganalisis pre dan post

sebelum dilakukan analisis data dilakukan uji normalitas menggunakan

shapiro wilk karena sampel dalam penelitian ini kurang dari 50, hasil uji

normalitas data pre test jika berdistribusi normal. Hasil uji normalitas

dikatakan data berdistribusi normal apabila p value > 0,05, dan data

berdistribusi tidak normal jika p value < 0,05. Analisis bivariat dilakukan

dengan hasil antara pre test dan post test (berpasangan ) untuk dilakukan

uji statistic dengan paired t test bila distribusi data normal, bila distribusi

data tidak normal maka uji statistik dilakukan dengan non parametrik yaitu

wilcoxon.

Selanjutnya interpretasi hasil uji statistik sebagai berikut:

a. Menerima Ha (menolak H0) bila diperoleh nilai p < (0,05), yang berarti

ada pengaruh permberian jus mentimun terhadap tekanan darah

penderita hipertensi

b. Menerima H0 (menolak Ha) bila diperoleh nila p > (0,05) yang berarti

tidak ada pengaruh permberian jus mentimun terhadap tekanan darah

penderita hipertensi.

I. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data terdiri dari dua tahap yaitu tahap

persiapan, pelaksanaan, dan tahap pelaporan

1. Tahap persiapan

a. Peneliti mencari permasalahan sesuai dengan judul penelitian dan

kondisi di lapangan.
40

b. Peneliti mengajukan surat permohonan studi pendahuluan kepada

pihak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo Boyolali yang

ditujukan ke Puskesmas Ampel Boyolali.

c. Peneliti melakukan studi pendahuluan dan konsultasi kepada

pembimbing.

d. Peneliti menyusuan prosal bab 1,2,3 dan melakukan konsultasi

kepada dosen pembimbing.

e. Proposal yang terlah disetujui, peneliti akan melakukan seminar

proposal.

2. Tahap pelaksanaan:

a. Proposal yang telah diseminarkan dan diterima revisi, peneliti akan

mengajukan surat permohonan penelitian kepada Ketua Prodi Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Estu Utomo Boyolali yang ditujukan kepada

pihak Puskesmas Ampel Boyolali.

b. Peneliti mendapatkan surat ijin penelitian

c. Peneliti mendatangi Poskes RT di wilayah kerja Puskesmas Ampel

untuk mendapatkan responden sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

penelitian

d. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dan memberikan

informed consent pada responden

e. Peneliti mengukur tekanan darah responden pre test pada saat pagi

pertama sebelum diberikan jus mentimun

f. Peneliti memberikan dengan jumlah mentimun sebanyak 200 gram.

Pemberian dilakukan dengan jumlah : 1 gelas 200 cc/ hari - waktu :


41

pagi 1 gelas 15-30 menit sebelum makan selama 7 hari berturut-turut.

Pada penelitian ini jus disediakan oleh peneliti dan diantarkan ke

rumah responden, sehingga responden tinggal mengkonsumsinya

g. Ukur kembali tekanan darah responden hari ke 7 setelah minum jus

mentimun post test.

3. Tahap pelaporan

a. Data yang sudah diperolah dari semua responden, kemudia

dikumpulkan, diteliti kembali, kemudian dianalisis dengan program

program kompuer.

b. Data penelitian kemudian dilakukan penyusunan narasi dalam bab IV

dan bab V sesuai temuan di lapangan, dibandingkan dengan teori yang

ada dan perbandingan dengan jurnal-jurnal lain.

c. Hasil penelitian dan pembahasan akan dikonsultasikan kepada dosen

pembimbing.

d. Data yang telah disetujui diseminarkan.

J. Etika Penelitian

Menurut Hidayat, (2014) masalah etika penelitian yang diperhatikan

adalah sebagai berikut:

1 Informed Consent

Informed Consent adalah lembar persetujuan yang diberikan kepada

subjek penelitian. Peneliti menjelaskan manfaat, tujuan, prosedur, dan

dampak dari penelitian yang akan dilakukan. Setelah dijelaskan, lembar

informed consent diberikan ke subjek penelitian, jika setuju maka


42

informed concent harus ditandatangani oleh subjek penelitian (Hidayat,

2014).

2 Tanpa nama (Anonimity)

Penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

disajikan.

3 Kerahasiaan (confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

4 Bermanfaat (Beneficience)

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian

guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksiamal mungkin bagi

subyek penelitian dan dapat digeneralisasikan di tingkat populasi.

5 Tidak membahayakan (Non Maleficience)

Peneliti meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek.

Apabila intervensi penelitian berpotensi mengakibatkan cedera atau stress

tambahan maka subyek dikeluarkan dari kegiatan penelitian untuk

mencegah terjadinya cedera, kesakitan, stress, maupun kematian subyek

penelitian. Pemenuhan etika penelitian ini dilakukan dengan menjelaskan

tentang manfaat jus mentimun sebagai terapi non farmakologi.


43

6 Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan menekankan sejauh mana kebijakan penelitian

membagikan keuntungan dan beban secara merata atau menurut

kebutuhan, kemampuan, kontribusi, dan pilihan bebas masyarakat. Sebagai

contoh dalam prosedur penelitian, peneliti mempertimbangkan aspek

keadilan gender dan hak subyek untuk mendapatkan perlakuan yang sama

baik sebelum, selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.


44

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Karakteristik responden

Lokasi penelitian ini berada di Puskesmas ampel Kabupaten Boyolali.

Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2023 pada 31 resonden. Dengan hasil

karakteristik responden sebagai berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Pendidikan dan


Pekerjaan
Karakteristik Kategori f(x) %
Umur Usia Pertengahan 13 41,9
Lansia 16 51,6
Lansia Tua 2 6,5
Pendidikan Tidak sekolah 8 25,8
Dasar 18 58,1
Menengah 5 16,1
Total 31 100
Sumber : Data Primer, 2023

Tabel 4.1 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan

mayoritas usia lansia yaitu 16 responden (51,6%). Pendidikan mayoritas

dasar (SD dan SMP) yaitu 18 responden (58,1%).

B. Analisis Univariat

1. Tekanan darah sistole dan diastole sebelum diberikan jus mentimun pada

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel

Tabel 4.2 Distribusi Tekanan Darah Sistole Dan Diastole Sebelum


Diberikan Jus Mentimun Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ampel
Tekanan darah f(x) %
Normal 0 0
Pre hipertensi 0 0
Hipertensi tingkat 1 22 71,0
Hipertensi tingkat 2 9 29,0
Total 31 100
Sumber : Data Primer, 2023
45

Tabel 4.2 menunjukkan tekanan darah sistole dan diastole sebelum

diberikan jus mentimun pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Ampel mayoritas dalam kategori hipertensi tingkat 1 yaitu 22

responden (71%) dan sisanya hipertensi tingkat 2 yaitu 9 responden (29%)

2. Tekanan darah sistole dan diastole sesudah diberikan jus mentimun pada

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel

Tabel 4.2 Distribusi Tekanan Darah Sistole Dan Diastole Sebelum


Diberikan Jus Mentimun Pada Penderita Hipertensi Di Wilayah
Kerja Puskesmas Ampel
Tekanan darah f(x) %
Normal 8 25,8
Pre hipertensi 13 41,9
Hipertensi tingkat 1 10 32,3
Hipertensi tingkat 2 0 0
Total 31 100
Sumber : Data Primer, 2023

Tabel 4.2 menunjukkan tekanan darah sistole dan diastole sesudah

diberikan jus mentimun pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja

Puskesmas Ampel mayoritas dalam kategori pre hipertensi yaitu 13

responden (41,9%), hipertensi tingkat 1 yaitu 10 responden (32,3%), dan

responden yang normal 8 responden (25,8%).

C. Analisis Bivariat

Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap Tekanan Darah Penderita

Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel dapat dilihat dari hasil saat pre

test dan post test. Analisis bivariat dilakukan setelah dilakukan uji normalitas

data dengan shapiro wilk karena responden dalam penelitian adalah 30

responden dengan hasil sebagai berikut:


46

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas


Data sig Keterangan Uji Statistik
pre test 0,000 Normal Wilcoxon
post test 0,000 Normal

Hasil uji statistik menggunakan uji non parametik wilcoxon untuk dengan

hasilsebagai berikut :

Tabel 4.4 Hasil Uji Bivariat Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas
Ampel
Tekanan darah Negative Positive Ties p value
Ranks Ranks
Sebelum Pemberian
Jus Mentimun 28 0 3
0,000
Sesudah Pemberian
Jus Mentimun
Tabel 4.4 menunjukkan hasil bahwa sebelum dan sesudah Pemberian

Jus Mentimun tekanan darah turun sejumlah 28 responden dan sisanya 3

responden dengan tekanan darah tetap. Berdasarkan output wilcoxon

diatas nilai Sig. (2-tailed) p value 0,000 (p < 0,05) atau dapat dikat

tekanan akan nilai p value lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka Ha

diterima dan Ho ditolak artinya ada pengaruh pemberian jus mentimun

terhadap tekanan darah penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas

Ampel

BAB V
47

PEMBAHASAN

A. Tekanan darah sistole dan diastole sebelum diberikan jus mentimun pada

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel

Tekanan darah sistole dan diastole sebelum diberikan jus mentimun

pada penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel mayoritas

dalam kategori hipertensi tingkat 1 yaitu 22 responden (71%) dan sisanya

hipertensi tingkat 2 yaitu 9 responden (29%). Penyebab hipertnsi pada

penelitian ini bisa dikarenakan pengaruh pertambahan usia untuk

lansiadan dapat juga disebabkan oleh tingginya tensi karena aspek model

gaya hidup yang mengganggu Kesehatan.

Sesuai dengan teori yang menyatakan kalau tekanan darah tinggi,

atau high blood pressure, adalah suatu keadaan yang mempunyai ciri-ciri

peningkatan kontraksi arteri, yang menyebabkan terganggunya aliran

darah dan meningkatnya tekanan pada dinding pembuluh darah. Jantung

akan bekerja keras karena tekanan darah yang tinggi yang

mengakibatkan membesarnya otot jantung, peningkatan aktivitas jantun

dpat mengakibatkan hipertrofi yang efeknya adalah gagal jantung. Selain

itu, hipertensi berpengaruh pada pembentukan plak dari pembuluh darah

koroner yang akan mengakibatkan pembuluh darah tersumbat. Kejadian

jangka panjang dari gangguan hipertensi ini meningkatkan kemungkinan

stroke, serrangan jantung, dan gagal ginjal konis, bahkan pada

hipertenesi berat, ensefaloopati hipetensi, ganguan kesadaran, bisa juga

mengalami koma (Nurman, 2017)


48

B. Tekanan darah sistole dan diastole sebelum diberikan jus mentimun pada

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel

Tekanan darah sistole dan diastole sesudah diberikan jus mentimun pada

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel mayoritas dalam

kategori pre hipertensi yaitu 13 responden (41,9%), hipertens tingkat 1

yaitu 10 responden (32,3%), dan responden yang normal 8 responden

(25,8%). Berdasarkan hasil penelitian, semua lansia masih menderita

hipertensi setelah dilakukan terapi, namun terjadi perbedaan tekanan

darah sebelum dan setelah intervensi.

Hal ini sesuai dengan teori bahwa peningkatan tekanan arteriol

ginjal dapat menghambat sekresi renin, sehingga kadar renin perlu

diturunkan pada hipertensi. Hal ini karena tekanan darah meningkat

terus menerus untuk pasien dengan hipetensi esensial menyebabkan

penebalan arteri. Pembuluh darah menebal dan organ rusak,

mengurangi aliran darah ke jaringan. Menyebabkan infark miokard,

stroke, gagal jantung dan ginjal (Udijanti, 2016).

D. Analisis Bivariat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum dan sesudah Pemberian Jus

Mentimun tekanan darah turun sejumlah 28 responden dan sisanya 3 responden

dengan tekanan darah tetap. Berdasarkan output wilcoxon diatas nilai Sig. (2-

tailed) p value 0,000 (p < 0,05) atau dapat dikat tekanan akan nilai p value

lebih kecil dari nilai α = 0,05 maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada

pengaruh pemberian jus mentimun terhadap tekanan darah penderita hipertensi

di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel


49

Kandungan kalium pada mentimun dapat menurunkan sekresi renin

sehingga menghambat sistem renin-angiotensin (menurunkan angiotensin I dan

II sehingga menurunkan vasokonstriksi pembuluh darah). Hasilnya adalah

penurunan reabsorpsi natrium dan air di ginjal. Penghambatan sistem renin-

angiotensin juga menyebabkan penurunan ekskresi aldosteron, yang

menyebabkan penurunan reabsorpsi natrium dan air di tubulus ginjal. Karena

mekanisme ini, maka efek diuretik meningkat, sehingga terjadi penurunan

volume darah dan penurunan tekanan darah. Kalium juga merupakan ion utama

dalam cairan intraseluler. Kalium berpengaruh pada pompa NaK, yaitu kalium

dipompa ke dalam sel dari cairan ekstraseluler, dan natrium dipompa keluar

dari sel. Ginjal adalah pengatur utama kalium dalam tubuh, yang menjaga

tingkat kalium dalam darah dengan mengontrol ekskresinya. Kadar kalium

yang tinggi meningkatkan ekskresi natrium, sehingga mengurangi volume

darah dan tekanan darah (Antika & Mayasari, 2016)

Penelitian Aisyah (2014) menyebutkan mentimun memiliki berbagai

macam kandungan gizi diantaranya adalah kalium, kalsium, dan magnesium.

Berbagai penelitian membuktikan bahwa ada kaitan erat antara intake kalium,

kalsium, dan magnesium terhadap penurunan tekanan darah. Semakin rendah

intake kalium maka tekanan darah akan semakin tinggi. Rasio natrium/kalium

juga berhubungan dengan tekanan darah. Pengurangan intake natrium sebesar

100 mmol perhari dan konsumsi kalium sampai dengan 70 mmol dalam sehari,

maka tekanan darah sistole diprediksi akan turun sebesar 3,4 mmHg. Intake

kalium berpengaruh pada pembuluh darah yaitu kalium akan menurunkan

resistensi pembuluh darah perifer yang secara langsung dapat melebarkan


50

arteri, peningkatan pengeluaran air dan natrium dari tubuh, penekanan sekresi

reninangiotensin, dan stimulasi dari aktivitas pompa natrium-kalium. Fungsi

dari kalium adalah pemeliharaan keseimbangan cairan dan elektrolit serta

keseimbangan asam basa. Bersama kalsium, kalium berperan dalam transmisi

saraf dan relaksasi otot. Di dalam sel, kalium berfungsi sebagai katalisator

dalam banyak reaksi biologik, terutama dalam metabolisme energi dan sintesis

glikogen dan protein.

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan lebih lanjut terhadap pola

konsumsi dari responden.

BAB VI
PENUTUP
51

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Tekanan darah sistole dan diastole sebelum diberikan jus mentimun pada

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel mayoritas dalam

kategori hipertensi tingkat 1 yaitu 22 responden (71%).

2. Tekanan darah sistole dan diastole sesudah diberikan jus mentimun pada

penderita hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel mayoritas dalam

kategori pre hipertensi yaitu 13 responden (41,9%).

3. Ada pengaruh pemberian jus mentimun terhadap tekanan darah penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Ampel (p value 0,000< 0,05).

B. Saran
1. Bagi Peneliti

Bagi peneliti dapat mengembangkan penelitian selanjutnya tentang

cara untuk menurunkan hipertensi .

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan bagi Puskesmas dengan adanya hasil penelitian ini

dapat menjadi masukan untuk melakukan edukasi tentang cara

menurunkan hipertensi.

3. Bagi Ilmu keperawatan dan pelayanan keperawatan


52

Bagi ilmu keperawatan diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat

dimasukkan pada materi pelajaran khususnya terkait manajemen

keperawatan gerotintik.

DAFTAR PUSTAKA
53

Aditya, R., & Khoiriyah, K. (2021). Aplikasi Terapi Pijat Refleksi Kaki terhadap
Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Kecamatan
Lowokwaru Kota Malang. Holistic Nursing Care Approach, 1(1), 33.
https://doi.org/10.26714/hnca.v1i1.8264

Aisyah. (2018). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun (Cucumis Sativus l)


Terhadap penurunan tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Wanita
Usia 40-60 Tahun. http://eprints.undip.ac.id/45346/1/680_AISYAH.pdf

Antika, I. D., Mayasari, D. (2016). Efektivitas Mentimun (Curcumis Sativus L)


dan Daun Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Terapi Non-Farmakologis
Pada Hipertensi. J Majority, 5. Retrived from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id

Ardiansyah, M. 2018. Medikal Bedah. Yogyakarta: Diva Press.

Arikunto, S.2018. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta :


Rineka Cipta

Beevers, D. G. (2016). Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat. pp: 17-18, 22-25,
35,37, 80-81, 84.

Brunner, & Suddarth. (2018). Keperawatan Medikal-Bedah (12th ed.; Eka Anisa.
Mardela, Ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Christin, 2021. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Tekanan Darah


Pada Lansia Hipertensi Di Pstw Sinta Rangkang Tahun 2020. Jurnal
Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 6(1), 53-58.
https://doi.org/10.51143/jksi.v6i1.263

Dewi, S. dan Familia, 2017. D. Hidup Bahagia Bersama Hipertensi. A Plus


Books. Jakarta

Dinkes Kab Boyolali. 2021. Profil Kesehatan Kabupaten Boyolali Tahun 2021

Dinkes Prov Jateng. 2021. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2021.
Semarang

Ernawati, I., Fandinata, S. S., & Permatasari, S. N. (2020). Kepatuhan Konsumsi


Obat Pasien Hipertensi (Alek Subai; N. R. H, Ed.). Gresik: Graniti.

Fandinata, S., & Ernawati, I. (2020). Management terapi pada penyakit


degeneratif (diabetes mellitus dan hipertensi) : mengenal, mencegah dan
mengatasi penyakit degeneratif (diabates mellitus dan hipertensi) (N. Reny
H (ed.); 1st ed.). Penerbit Graniti. Gresik. https://doi.org/602581175X,
9786025811753.
54

Fitrina, Y. (2013). Pengaruh Pemberian Jus Mentimun Terhadap Penurunan


Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi Di Jorong Balerong Bunta
Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tarap 1 Kecamatan Sungai Tarab
Kabupaten Tanah Datar. Dari http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=171577&val =426&title

Handoyo, Elis Lioni, (2016). Dahsyatnya Kulit Buah & Tanaman Pembasmi
Berbagai Penyakit. Jakarta : Padi

Kemenkes RI (2019). Hipertensi Penyakit Paling Banyak Diidap Masyarakat,.


Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Kemenkes RI, 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Jakarta: Kemenkes
RI

Kowalak, Wels, Mayer, 2017. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta:Egc

Lovindy Putri Lebalado tahun 2014. Pengaruh Pemberian Jus Mentimun


(Cucumis sativus L.) terhadap Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik pada
Penderita Hipertensi. Undergraduate thesis, Diponegoro University.

Muhammadun. 2017. Hidup Bersama hipertensi. In Books : Yogyakarta.

Musakkar, & Djafar, T. (2021). Promosi Kesehatan: Penyebab Terjadinya


Hipertensi (H. Aulia (ed.)). CV. Pena Persada

Notoatmodjo, P. D. S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.
PERKI, 2015, Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular,
edisi pert., Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia,
Jakarta

Pringgayuda, F., Cikwanto, & Hidayat, Z. z. (2021). Pengaruh Jus Mentimun


terhadap Penurunan Tekanan Drah pada Klien Hipertensi. Jurnal Ilmiah
Kesehatan , 23-32

Ridwan M.2019. Mengenal, Mencegah, Mengatasi Silent Killer Hipertensi.


Semarang: Pustaka Widyamara

Righo, A. (2016). Terapi Bekam Terbukti Mampu Mengatasi Hipertensi (M. Ridlo
Ronas (ed.)). Rasibook. Bandung

Riwidikdo, H. 2016. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Madika


Salma Dukalang, 2020. Aktivitas Fisik Sebagai Faktor Penyebab Tekanan Darah
Pada Penderita Hipertensi. Skripsi, Jurusan Keperawatan, Fakultas
Olahraga Dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
55

Setiawan, Sunarno (2022). Terapi Jus Mentimun Untuk Menurunkan Tekanan


Darah Pada Penderita Hipertensi. Jurnal Ilmu Keperawatan Dan
Kebidanan. Vol 13, No 1 (2022)

Sugiyono. 2016. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Cv. Alfabeta


Sunarti S.R, Riyan H. (2017). Kepatuhan Lansia Penderita Hipertensi Dalam
Pemenuhan Diet Hipertensi. Volume 6. No 1. Universitas Riau. Jurnal.

Susilo, Y, Wulandari, A. 2018. Cara Jitu Mengatasi Hipertensi. Andi Publiser


Yogyakarta

Sutomo B. 2019. Menu Sehat Untuk Penderita Penyakit Hipertensi. Jakarta:


Demedia

Tjiptaningrum & Erhadestria, 2016. Manfaat Jus Mentimun (Cucumis sativus L.)
sebagai Terapi untukHipertensi. Majority.Volume 5 Nomor 1 Februari 2016

Triyanto, Endang. 2017. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu

WHO. (2022). Hypertension. WHO. https://www.who.int

Wicaksana (2019) Efektivitas Pemberian Jus Mentimun Terhadap Perubahan


Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi Di Desa Kersikan Kecamatan
Geneng Kabupaten Ngawi. Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun 2019
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Permohonan Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya sebagai mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Estu

Utomo.

Nama : Ibrahim

NIM : 22021109

Akan melaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Jus

Mentimun terhadap Tekanana Darah penderita Hipertensi di Puskesmas Ampel”

untuk itu, saya mohon kesediaan bapak/ibu menjadi responden dalam penelitian

yang akan saya lakuan. Kerahasiaan data bapak/ibu akan sangat kami jaga dan

informasi yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentigan penelitian ini.

Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya

ucapkan terimakasih.

Boyolali, September 2022

Peneliti

Ibrahim
NIM : 22021109
Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan

kerahasiaan dan tidak adanya risiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh

mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Estu Utomo yang bernama

Ibrahim mengenai “Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap Tekanana Darah

Penderita Hipertensi di Puskesmas Ampel” saya mengetahui bahwa informasi

yang akan saya berikan ini sangat bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di

Indonesia. Untuk itu saya akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-

benarnya. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai

keperluan.

Boyolali, .........................
Peneliti, Responden

Ibrahim (.................................)
Lampiran 3. Data Demografi dan lembar Observasi

DATA DEMOGRAFI DAN LEMBAR OBSERVASI TEKANAN DARAH

Petunjuk Umum

Isi setiap pertanyaan dengan jelas dan lengkap.

No Nama Usia Tekanan darah pre test (hari Tekanan darah post test
(Inisial) (Tahun pertama sebelum diberikan (hari ke 7 setelah
) jus mentimun) diberikan jus
mentimun)
LEMBAR PENGAWAN MINUM JUS MENTIMUN

NO HARI JAM KELUHAN TTD


1
2
3
4
5
6
7
Lampiran 4. Standar Opersional Prosedur (SOP)

SOP PEMBERIAN JUS MENTIMUN


  Standar Operasional Prosedur (SOP)
Pemberian Jus Mentimun
     
STANDAR    
OPERASIONAL
PROSEDUR
Suatu kegiatan memberikan terapi yang menggunakan jus
Pengertian mentimun sebagai media utamanya, dengan
menggunakan metode diminum
Tujuan Untuk memberikan efek perubahan tekanan darah
Blender
Buah Mentimun
Pisau
Persiapan
Gelas
Air
Sendok
a. Potong mentimun menjadi 3 bagian, bertujuan agar
mudah memblendernya.
b. Masukan buah mentimun yang sudah di cuci dan
dipotong ke dalam blender (200 gr)
c. Tambahkan 1 gelas air putih ke blender (200 cc)
d. Mentimun siap untuk di blender
e. Setelah selesai proses penghalusan, tuang jus
PROSEDUR
mentimun ke dalam wadah besar untuk diaduk rata
PELAKSANAAN
dan tuang ke gelas sebanyak 200 ml/ gelas
f. Minum jus mentimun satu kali sehari setiap pagi
sebelum makan.
g. Minum 1 gelas jus mentimun selama 7 hari berturut-
turut.
h. Konsumsi jus mentimun dengan selisih waktu 15- 30
menit sebelum makan
Wicaksana (2019) Dengan Judul Efektivitas Pemberian Jus
Mentimun Terhadap Perubahan Tekanan Darah Pada Pasien
Daftar Pustaka Hipertensi Di Desa Kersikan Kecamatan Geneng Kabupaten
Ngawi. Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun 2019
Lampiran 5.

Umur Pendidikan Tekanan Darah Pre Tekanan Darah Post


No
  kategori kode   kode Sistole Diastole Kategori Kode Sistole Diastole Kategori Kode
1 66 th lansia 2 SD 2 147 90 HT derajat 1 3 130 82 pre HT 2
Tidak
2 75 th lansia tua 3 1 145 90 HT derajat 1 3 135 80
Sekolah pre HT 2
pertengaha
3 57 th 1 SMP 2 155 90 HT derajat 1 3 120 60
n Normal 1
4 62 th lansia 2 SD 2 155 93 HT derajat 1 3 125 80 Normal 1
pertengaha
5 53 th 1 SMP 2 162 100 HT derajat 2 4 142 90
n HT derajat 1 3
pertengaha
6 55 th 1 SMP 2 155 90 HT derajat 1 3 125 72
n Normal 1
Tidak
7 78 th lansia tua 3 1 169 100 HT derajat 2 4 158 90
Sekolah HT derajat 1 3
Tidak
8 69 th lansia 2 1 158 90 HT derajat 1 3 135 73
Sekolah pre HT 2
Tidak
9 65 th lansia 2 1 163 101 HT derajat 2 4 140 86
Sekolah HT derajat 1 3
pertengaha
10 47 th 1 SMP 2 150 95 HT derajat 1 3 125 75
n Normal 1
Tidak
11 69 th lansia 2 1 140 90 HT derajat 1 3 132 80
Sekolah pre HT 2
Tidak
12 71 th lansia 2 1 143 90 HT derajat 1 3 139 80
Sekolah pre HT 2
13 47 th pertengaha 1 SMA 3 145 90 HT derajat 1 3 135 80 pre HT 2
n
Tidak
14 71 th lansia 2 1 160 100 HT derajat 2 4 135 80
Sekolah pre HT 2
pertengaha
15 59 th 1 SD 2 153 95 HT derajat 1 3 140 90
n HT derajat 1 3
pertengaha
16 50 th 1 SD 2 145 92 HT derajat 1 3 152 82
n HT derajat 1 3
17 60 th lansia 2 SD 2 152 90 HT derajat 1 3 148 90 HT derajat 1 3
pertengaha
18 48 th 1 SMP 2 162 100 HT derajat 2 4 153 90
n HT derajat 1 3
Tidak
19 71 th lansia 2 1 153 90 HT derajat 1 3 125 72
Sekolah Normal 1
20 60 th lansia 2 SD 2 139 85 HT derajat 1 3 139 80 pre HT 2
pertengaha
21 47 th 1 SMA 3 155 95 HT derajat 1 3 130 80
n pre HT 2
22 63 th lansia 2 SMP 2 162 100 HT derajat 2 4 140 90 HT derajat 1 3
pertengaha
23 55 th 1 SD 2 155 90 HT derajat 1 3 135 85
n pre HT 2
24 67 th lansia 2 SMA 3 169 100 HT derajat 2 4 140 90 HT derajat 1 3
25 65 th lansia 2 SD 2 158 95 HT derajat 1 3 130 80 pre HT 2
26 71 th lansia 2 SMP 2 163 105 HT derajat 2 4 135 85 pre HT 2
27 62 th lansia 2 SD 2 150 90 HT derajat 1 3 130 80 pre HT 2
pertengaha
28 53 th 1 SD 2 140 90 HT derajat 1 3 120 75
n Normal 1
pertengaha
29 47 th 1 SMA 3 143 90 HT derajat 1 3 120 70
n Normal 1
30 64 th lansia 2 SMP 2 145 95 HT derajat 1 3 125 75 Normal 1
pertengaha
31 49 th 1 160 100 HT derajat 2 4
n SMA 3 140 90 HT derajat 1 3
Lampiran 6

Hasil SPSS

Frequencies

Statistics
umur pendidikan pre post
N Valid 31 31 31 31
Missing 0 0 0 0

Frequency Table

umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid usia pertengahan 13 41.9 41.9 41.9
Lansia 16 51.6 51.6 93.5
lansia tua 2 6.5 6.5 100.0
Total 31 100.0 100.0

pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak sekolah 8 25.8 25.8 25.8
Dasar 18 58.1 58.1 83.9
Menengah 5 16.1 16.1 100.0
Total 31 100.0 100.0
pre
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Hipertensi derajat 1 22 71.0 71.0 71.0
Hipertensi derajat 2 9 29.0 29.0 100.0
Total 31 100.0 100.0

post
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid normal 8 25.8 25.8 25.8
pre hipertensi 13 41.9 41.9 67.7
Hipertensi derajat 1 10 32.3 32.3 100.0
Total 31 100.0 100.0

Explore

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pre 31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%
post 31 100.0% 0 0.0% 31 100.0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pre .445 31 .000 .571 31 .000
post .211 31 .001 .809 31 .000
a. Lilliefors Significance Correction
NPar Tests

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
post - pre Negative Ranks 28a
14.50 406.00
Positive Ranks 0b .00 .00
Ties 3c
Total 31
a. post < pre
b. post > pre
c. post = pre

Test Statisticsa
post - pre
Z -4.802b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
Lampiran 7
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES ESTU UTOMO
BOYOLAI
TAHUN 2022

Nama Mahasiswa : Ibrahim


NIM : 22021109
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap
Tekanana Darah penderita Hipertensi di
Puskesmas Ampel
Pembimbing I : Vina Asna Afifah, S.Kep., Ns., M.Kep

No Hari/tanggal Topik Konsultasi Saran pembimbing


1 Konsultasi Judul ACC judul
2 11 Agustus 2022 Konsul Bab 1 Perbaiki bab 1 di latar
belakang
3 8 Oktober 2022 Konsul bab 1-3 Perbaiki bab 1-3 sesuai
saran
4 1 November Konsul bab 1-3 Perbaiki bab 1-3 sesuai
2022 saran
6

Pembimbing Utama

Vina Asna Afifah, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN.0609079201
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN STIKES ESTU UTOMO
BOYOLAI
TAHUN 2022

Nama Mahasiswa : Ibrahim


NIM : 22021109
Judul Skripsi : Pengaruh Pemberian Jus Mentimun terhadap
Tekanana Darah Penderita Hipertensi di
Puskesmas Ampel
Pembimbing II : Ahmad Syamsul B, S.Kep., Ns., M.Kep

No Hari/tanggal Topik Konsultasi Saran pembimbing


1 Konsultasi Judul ACC judul
2 11 Agustus 2022 Konsul Bab 1 Perbaiki bab 1 di latar
belakang
3 8 Oktober 2022 Konsul bab 1-3 Perbaiki bab 1-3 sesuai
saran
4 1 November Konsul bab 1-3 Perbaiki bab 1-3 sesuai
2022 saran
6 14 November Konsul bab 1-3 ACC
2022
7

Pembimbing Utama

Ahmad Syamsul B, S.Kep., Ns., M.Kep


NIDN. 0603038202

Anda mungkin juga menyukai