Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA NY.

E DENGAN CA COLON
DILAKUKAN TINDAKAN LAPAROTOMI EKSPLORASI CBD
DENGAN GENERAL ANESTESI ETT DI IBS RSUD KOTA BANDUNG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Praktik Klinik Kegawatdaruratan Anestesi


Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Anestesiologi Semester 7
Dosen Pembimbing : Muhammad Abdul Aziz, Str. Kes
Pembimbing Lapangan:
1. H. Tata Juarta, SKM, MH.Kes
2. H. Ahmad Hidayat, S. Kep., Ners

Disusun Oleh :
1. Akbar Rabsa (P07120320052)
2. Febby Oktaviani Putri (P07120320058)
3. Ayu Vika Mardiana (P07120320067)
4. Filda Nabilah (P07120320090)
5. Ziqri Dimas Sandy (P07120320099)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI NY. E DENGAN CA COLON DILA
KUKAN TINDAKAN LAPAROTOMI EKSPLORASI CBD DENGAN GE
NERAL ANESTESI ETT DI IBS RSUD KOTA BANDUNG

Diajukan untuk disetujui pada:


Hari : Selasa
Tanggal : 7 November 2023
Tempat : IBS RSUD Kota Bandung

Menyetujui,
Pembimbing Lapangan I Pembimbing Lapangan II

H. Tata Juarta, SKM, MH.Kes H. Ahmad Hidayat, S. Kep., Ners

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

Muhammad Abdul Aziz, Str. Kes

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan asuhan keperawatan anestesi dengan judul “Asuhan Kepenataan Anestesi
Ny. E Dengan Ca Colon Dilakukan Tindakan Laparotomi Eksplorasi CBD De
ngan General Anestesi ETT DI IBS RSUD Kota Bandung”.Laporan ini disusun
untuk memenuhi tugas kelompok Praktik Klinik Anestesi Gawat Darurat.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:


1. Muhammad Abdul Aziz, Str. Kes selaku pembimbing pendidikan yang telah
memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
2. H. Tata Juarta, SKM, MH.Kes selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
3. H. Ahmad Hidayat, S. Kep., Ners selaku pembimbing lapangan yang telah
memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
4. Tim IBS RSUD Kota Bandung yang telah memberikan ilmu dan bantuan dalam
proses praktik serta penyusunan laporan ini.
5. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan
penyusunan laporan ini.

Penulis berharap semoga laporan ini dapat membantu pembaca untuk lebih
mengetahui tentang asuhan kepenataan anestesi pada pasien yang akan dilakukan
tindakan operasiLaparatomy Eksplor. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini, masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar laporan ini menjadi
lebih sempurna.

Bandung, 7 November 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

BAB………………………………………………………………………………………
………………………………………1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

Rumusan Masalah................................................................................................2

Tujuan Penulisan..................................................................................................2

Waktu dan Tempat...............................................................................................3

BAB II......................................................................................................................4

LANDASAN TEORI...............................................................................................4

Konsep Teori Ca colon.........................................................................................4

Konsep Teori Laparatomy....................................................................................7

Konsep Teori General Anestesi............................................................................9

BAB III..................................................................................................................13

TINJAUAN KASUS..............................................................................................13

Pengkajian..........................................................................................................13

Persiapan Penatalaksanaan Anestesi..................................................................24

Assesment Data Pre Anestesi.............................................................................25

Pra Induksi..........................................................................................................27

Pengkajian Durante Anestesi..............................................................................27

iv
Pengkajian Post Anestesi....................................................................................30

Diagnosa Kepenataan dan Prioritas Masalah Kepenataan.................................32

Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.............................................................33

Intra Anestesi......................................................................................................34

Post Anetesi........................................................................................................36

Pengakhiran Anestesi.........................................................................................37

Kesimpulan.........................................................Error! Bookmark not defined.

BAB IV..................................................................................................................38

PENUTUP..............................................................................................................38

Kesimpulan.........................................................................................................38

Saran...................................................................................................................39

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................40

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar dan rectum
relative umum. Pada kenyataannya kanker kokon dan rectum sekarang
adalah tipe paling umum kedua dari kanker internal di Amerika Serikat. Ini
adalah penyakit budaya barat. Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru
kanker kokorektal didiagnosis di Negara ini setiap tahunnya. Kanker kokon
menyerang individu dua kali lebih besar dibandingkan kanker rectal.
Insidennya meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang
berusia lebih dari 55 tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat
keluarga mengalami kanker kokon, penyakit usus inflamasi kronis atau
polip.

Lebih dari 156.000 orang terdiagnosa setiap tahunnya.kira-kira setengah


dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari
empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera.
Angka kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40%sampai 50%,
terutama karena terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase
Kebanyakan orang asintomatis dalam jangka waktu lama dan mencari
bamuan kesehatan hanya bila mereka menemukan perubahan pada kebiasaan
defekasi atau perdarahan rectal.

Penyebab nyata dari kanker kolon dan rectal tidak diketahui, tetapi factor
resiko telah teridentifikasi, termasuk riwayat atau riwayat kanker kokon atau
polip dalam keluarga riwayat penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi
lemak, protein, dan daging serta rendah serat. Berdasarkan latar belakang
yang telah dijabarkan diatas, maka tatalaksana anestesi pada operasi dengan
diagnosa ca colon penting untuk dibahas dalam suatu kajian ilmiah dalam
bentuk asuhan keperawatan anestesi.

1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka rumusan


masalahnya adalah Bagaimana Asuhan Kepenataan Anestesi Pada Ny. E
Dengan Ca Colon Dilakukan Tindakan Laparotomi Eksplorasi Cbd Dengan
General Anestesi Ett Di Ibs Rsud Kota Bandung?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Bagaimana Asuhan Kepenataan
Anestesi Pada Ny. E Dengan Ca Colon Dilakukan Tindakan Laparotomi
Eksplorasi Cbd Dengan General Anestesi Ett Di Ibs Rsud Kota
Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien Ny. E dengan
diagnosa Ca colon.
b. Mahasiswa dapat menegakkan masalah keperawatan anestesi pada
pasien Ny. E dengan diagnosa Ca colon.
c. Mahasiswa dapat menegakkan diagnosa keperawatan anestesi pada
pasien Ny. E dengan diagnosa Ca colon.
d. Mahasiswa dapat membuat perencanaan keperawatan anestesi pada
pasien Ny. E dengan diagnosa Ca colon.
e. Mahasiswa dapat melaksanakan implementasi keperawatan anestesi
pada pasien Ny. E dengan diagnosa Ca colon
f. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi keperawatan anestesi pada pasien
Ny . E dengan diagnosa Ca colon
g. Mahasiswa dapat melakukan dokumentasi asuhan keperawatan anestesi
pada pasien Ny. E dengan diagnosa Ca colon

2
D. Waktu dan Tempat
Waktu : Jumat, 03 November 2023
Pukul : 09.00 WIB
Tempat : IBS RSUD Kota Bandung

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Konsep Teori Ca colon

1. Pengertian
Kanker kolon atau usus besar merupakan kanker yang
menyerang daerah usus besar. Perkembangan kanker ini sangat
lambat, sehingga sering diabaikan oleh penderita. Pada stadium dini,
sering sekali tidak ada keluhan dan tidak ada rasa sakit yang berat.
Penderita kanker jenis ini umumnya datang ke dokter setelah timbul
rasa sakit yang berlebihan (stadium lanjut), sehingga pengobatannya
menjadi lebih sulit (Mangan, 2009).
2. Etiologi
Penyebab kanker kolon ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi ada hubungannya dengan faktor makanan yang mengandung
lemak hewan tinggi, kadar serat yang rendah, serta adanya interaksi
antara bakteri di dalam kolon dengan asam empedu dan makanan.
Faktor-faktor tersebut akan memproduksi bahan karsinogenik yang
memicu kanker kolon (Wijayakusuma, 2010). Selain itu ada
beberapa faktor resiko tinggi terkena kanker kolon menurut
Wijayakusuma (2010), antara lain:
a. Umur lebih dari 40 tahun dan memiliki riwayat gangguan
pencernaa
b. Ada salah satu keluarga yang menderita karsinoma kolon
c. Kolitis ulseratif
d. Menderita poliposis atau ada keluarga yang menderita poliposis
(multiple polip dalam kolon)

3. Patofisiologi

Patofisiologi kanker kolorektal dimulai dari transformasi


sel epitel normal kolon menjadi lesi prekanker dan pada akhirnya

4
menjadi karsinoma invasif. Diduga proses transformasi ini
melibatkan mutasi genetik, baik bersifat somatik maupun turunan.
Bukti ilmiah menunjukkan bahwa kanker kolorektal sering kali
terjadi dari polip adenomatosa yang berubah menjadi invasif dalam
waktu 10-15 tahun. Oleh karenanya, pengangkatan polip
adenomatosa dilaporkan mampu menurunkan risiko kanker
kolorektal. Sejauh ini, terdapat 3 jalur molekular utama yang
dihubungkan dengan patofisiologi kanker kolorektal, yaitu
instabilitas kromosom, mismatch repair, dan hipermetilasi.
a) Instabilitas Kromosom
Bukti ilmiah menyebutkan bahwa 85% dari kanker
kolorektal mengalami instabilitas kromosom, yang meliputi jumlah
kromosom dan perubahan struktur kromosom. Instabilitas
kromosom ini akan menyebabkan gangguan keseimbangan terkait
onkogen dan supresor tumor, sehingga menyebabkan pertumbuhan
sel yang abnormal.
b) Mismatch Repair
Sel dengan defisiensi DNA mismatch repair akan mengalami
akumulasi error genomik yang menyebabkan tingginya level
instabilitas mikrosatelit. Instabilitas mikrosatelit berbeda dengan
instabilitas kromosom. Instabilitas mikrosatelit ditandai dengan
adanya lokus mikrosatelit tidak stabil minimal 30% pada 5-10
lokus yang terdiri dari traktus mono dan dinukleotida. Perubahan
ini dilaporkan ditemukan pada 15% kasus kanker kolorektal.
c) Hipermetilasi
Hipermetilasi pada DNA dapat mengaktivasi atau
menginhibisi ekspresi berbagai gen. Dalam kasus kanker kolorektal
gen yang mengalami hipermetilasi adalah BRAF dan MLH.

4. Manifestasi klinik
Tanda dan gejala pada pasien kanker kolon menurut Mangan (2009):
a. Perut terasa nyeri, kembung, dan tegang

5
b. Kadang-kadang jika diraba terasa adanya tonjolan pada perut
c. Nafsu makan menurun
d. Keluar darah dari dubur
e. Tanda-tanda adanya penyempitan dan penyumbatan dari usus
besar sampai dubur, seperti susah buang air besar.

5. Penatalaksanaan kanker kolon


a. Pembedahan
Salah satu penatalaksanaan surgery pada pasien kanker
kolon adalah operasi kolostomi (pembuatan stoma) (Grace &
Borley, 2007). Kolostomi adalah suatu prosedur pembedahan
pengalihan feses dari usus besar dengan menarik bagian usus
melalui sayatan perut lalu menjahitnya di kullit yang sering
disebut stoma. Pembuatan stoma ini dapat bersifat permanen
atau sementara tergantung tujuan dari tindakan dan kondisi
kanker yang dialami (White et al., 2012). Letak stoma
tergantung dari letak massa. Ada tiga tempat pembuatan stoma
menurut Daniels & Nicoll (2012), yaitu:
1) Asending colostomy
Jika letak massa pada usus desenden. Konsistensi feses
yang keluar bertektur lebih lembut karena enzyme pencernaan
masih keluar pada bagian ini. Pengeluaran feses tidak dapat
diprediksi waktunya.
2) Tranverse colostomy
Jika letak massa pada usus transversedan sigmoid.
Konsistensi feses yang keluar bertektur lembut sedikit padat
karena enzyme pencernaan sudah mulai berkurang pada bagian
ini. Pengeluaran feses waktunya tidak terduga.
3) Desending colostomy
Jika letak massa pada usus bagian desenden, rektal dan
sigmoid. Konsistensifeses yang keluar berbentuk lebih padat dan
berwarna coklat. Pengeluaran feses lebih teratur. Drainase dari

6
kolostomi ini lebih baik dibandingkan dengan kolostomi
transverse. Pada bagian ini enzyme pencernaan sudah tidak
keluar.

b. Kemoterapi

Kemoterapi adalah pengobatan kanker secara farmakologi


menggunakan obat yang bersifat toksik yang dimsukkan melalui
pembuluh darah. Obat kemoterapi ini masuk ke dalam tubuh bersifat
sistemik, mengalir melalui pembuluh darah menuju sel kanker dan
organ tubuh yang sehat. Pemberian obat kemoterapi ini berdasarkan
stadium kanker kolon yang diderita serta kondisi klien dalam
pemberian obat kemoterapi (Billiau, 2013)

B. Konsep Teori Laparatomy


1. Pengertian
Laparatomi adalah proses pembedahan perut sampai membuka
selaput perut, dengan 4 cara yaitu Midline incision., Paramedian, yaitu
: sedikit ke tepi dari g a r i s tengah (2,5 cm), panjang (12,5 cm),
Transverse upper abdomen incision yaitu insisi dibagian atas contohnya
pembedahan colesistotomy dan splenektomy, dan Transverse lower
abdomen yaitu insisi melintang dibagian bawah kurang lebih 4 cm diatas
anterior spinal iliaka misalnya apendiktomi (Jitowiyono & Kristiyanasari,
2010).
Menurut Syamsuhidayat (2005), Laparatomi adalah salah satu
prosedur pembedahan mayor, dengan melakukan penyayatan pada
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian dari abdomen yang
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker, dan obstruksi).
2. Indikasi
Menurut Jitowiyono (2010), tindakan laparatomi dapat dilakukan
berdasarkan indikasi dibawah ini :
a. Adanya massa abdomen.
b. Perdarahan saluran Pencernaan

7
c. Peritonitis.
d. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
e. Trauma abdomen (tumpul atau tajam) Ruptur hepar.
3. Jenis Laparatomy Menurut Indikasi
Menurut Jitowiyono (2010), Jenis laparatomi berdasarkan indikasi
diantaranya:
a. Adrenektomi : Pengangkatan salah satu atau kedua kelenjar
adrenalin.
b. Apendiktomi : Operasi pengangkatan apendiks
c. Gasterektomi : Pengangkatan sepertiga distal
lambung (duodenum / jejunum, mengangkat sel-sel
penghasil gastrin dalambagian sel parital).
d. Histerektomi : Pengangkatan bagian uterus.
e. Kolektomi : pengangkatan bagian kolon atau seluruh kolon
f. Pankreatomi : Pengangkatan pankreas.
g. Seksio cesaria : pengangkatan janin dengan
membuka dinding ovarium melalui abdomen.
h. Siksetomi : operasi pengangkatan kandung kemih
i. Selfiigo ofarektomi : Pengangkatan salah satu atau
kedua tuba falopi dan ovarium.
4. Komplikasi
Jitowiyono (2010), menyatakan bahwa tindakan laparatomi dapat
terjadi komplikasi pada pasien seperti berikut :
a. Ventilasi paru tidak efektif.

b. Gangguan kardiovaskuler : Hipertensi, Aritmia jantung.

c. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

d. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan.

8
C. Konsep Teori General Anestesi
1. Pengertian
General Anesthesia/Anestesi umum adalah tindakan yang
dilakukan pada pasien yang akan dilakukan operasi yang bertujuan
untuk menghilangkan nyeri, menghilangkan kesadaran dan
menghilangkan ingatan sehingga pasien tidak merasa sakit dan tidak
mengingat peristiwa selama operasi. Anestesi umum mempunyai trias
anestesi meliputi hipnotik atau sedatif, analgesia dan relaksasi otot
(Pramono, 2014).
2. Indikasi
Anestesi umum dipilih untuk tindakan operasi besar yang
memerlukan ketenangan pasien dan durasi waktu bedah yang lebih
panjang. Seperti pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu,
bedah rekonstruksi tulang dan lain-lain. Selain itu, anestesi umum
biasanya dilakukan pada:
a. Infant dan anak usia muda
b. Dewasa yang memilih anestesi umu
c. Pembedahannya luas/ekstensif
d. Penderita sakit mental
e. Pembedahan dimana anestesi local tidak praktis atau tidak
memuaskan
f. Riwayat penderita toksik/alergi obat anestesi local
g. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia dan bedah anak
biasanya dikombinasikan dengan anestesi umum ringan
3. Kontra Indikasi
Meskipun sering digunakan untuk tindakan operasi besar namun
terdapat beberapa kontra indikasi dari anestesi umum yang dipengaruhi
dari efek farmakologi obat anestetika terhadap organ tubuh diantaranya:
a. Jantung : hindarkan pemakaian obat-obat yang
mendespresi miokard atau menurunkan aliran darah

9
coroner
b. Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang
toksis terhadap hepar atau dosis obat diturunkan
c. Ginjal : hindarkan atau seminim mungkin
pemakaian obat yang diekskresi melalui ginjal
d. Paru : hindarkan obat-obat yang menaikkan sekresi
dalam paru
e. Endokrin : hindarkan pemakaian obat yang
merangsang susunan saraf simpatis pada diabetes
penyakit basedow, karena bisa menyebabkan
peninggian gula darah.
4. Teknik General Anestes
Anestesi umum dibagi menjadi tiga teknik yaitu anestesi total
intravena (TIVA), general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face
mask (sungkup muka) dan dengan teknik intubasi yaitu pemasangan
endotracheal tube atau gabungan keduanya inhalasi dan intravena
(Mangku dan Senapathi,2010).
a. Anestesi Total Intravena (TIVA)
Merupakan salah satu teknik general anestesi yang
dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi parenteral
langsung kedalam pembuluh darah vena. Obat induksi bolus
disuntikkan dengan kecepatana antara 30-60 detik. Selama induksi
anestesi hemodinamik harus selalu diawasi dan diberikan oksigen.
b. Anestesi Inhalasi
Merupakan salah satu teknik general anestesi yang
dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi
inhalasi yang berupa gas atau cairan yang mudah menguap
melalui alat atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Menurut Mangku & Senapathi (2010) ada beberapa teknik general
anestesi inhalasi antara lain:

10
1) Inhalasi sungkup muka (face mask)
Secara inhalasi dengan nafas spontan, komponen trias
anestesi yang dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi
otot ringan. Teknik ini dilakukan pada operasi kecil dan sedang
didaerah permukaan tubuh, berlangsung singkat dan posisi
terlentang.
2) Inhalasi Sungkup Laryngeal Mask Airway (LMA)
Secara inhalasi dengan nafas spontan, komponen trias
anestesi yang dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi
otot ringan. Teknik ini dilakukan pada operasi kecil dan sedang
didaerah permukaan tubuh, berlangsung singkat dan posisi
terlentang.
3) Inhalasi pipa Endotracheal (PET) nafas spontan
Secara inhalasi dengan nafas spontan, komponen trias
anestesi yang dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi
otot ringan. Teknik ini dilakukan pada operasi didaerah kepala-
leher dengan posisi terlentang, berlangsung singkat dan tidak
memerlukan relaksasi otot yang maksimal.
4) Inhalasi pipa Endotracheal (PET) nafas kendali
Inhalasi ini menggunakan obat pelumpuh otot non
depolarisasi, selanjutnya dilakukan nafas kendali. Komponen
anestesi yang dipenuhi adalah hipnotik, analgetik dan relaksasi
otot. Teknik ini digunakan pada operasi yang berlangsung lama
>1 jam (kraniotomi, torakotomi, laparotomy, operasi dengan
posisi lateral dan pronasi).
5. Komplikasi
Penggunaan anestesi umum dengan teknik intravena, inhalasi
maupun gabungan keduanya mempunyai risiko komplikasi pada pasien.
Kematian merupakan risiko komplikasi terrburuk yang dapat terjadi
pada pasien pasca pemberian anestesi, komplikasi lain yaitu serangan

11
jantung, infeksi paru, stroke, trauma pada gigi atau lidah. Risiko
komplikasi pada anestesi umum minimal apabila kondisi pasien sedang
optimal, namun sebaliknya jika pasien mempunyai riwayat kebiasaan
yang kurang baik misalnya riwayat penyalahgunaan alkohol atau obat-
obatan, alergi pada komponen obat, perokok, mempunyai riwayat
penyakit jantung, paru dan ginjal maka risiko komplikasi anestesi
umum akan lebih tinggi.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hari/Tanggal : Jumat, 03 November 2023
Waktu : 09.00 WIB
Tempat : IBS RSUD Kota Bandung
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,dan studi
dokumen
Sumber Data : Klien, tim Kesehatan, status Kesehatan klien
Oleh : Febby Oktaviani Putri
Rencana tindakan : Laparotomi Eksplorasi CBD
a) Identitas Pasien
Nama : Ny. E
Umur : 61 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Pernikahan : Kawin
Alamat : Cileunyi Bandung
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT
Diagnosa pre operasi : Ca. Colon Grade 4
Rencana Tindakan : Jumat, 03 November 2023
Dokter Bedah : dr. Andi, Sp.B
Dokter Anestesi : dr. Yudhi, Sp. An
No. Rekam Medis : 548XXX
b) Anamnesa
a. Keluhan utama
Klien mengatakan bahwa nyeri pada perut kanan bawah. P: Nyeri
disebabkan adanya Ca. Kolon, Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk, R:

13
nyeri dirasakan dibagian perut, S: Skala nyeri 6, T : nyeri setiap
saat
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien dirawat di Bangsal A dan pasien didiagnosa Ca. Kolon
c. Riwayat penyakit dahulu
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit terdahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit
c) Status Gizi
a. BB : 50 kg
b. TB : 160 cm
c. IMT : 19,5 kg/m2
d) Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
Kesadaran : Composmentis
TTV : TD (174/114 mmHg), HR : 106x/menit, RR :
20x/menit, T : 36oC
BB : 50 kg
TB : 160 cm
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kepala
Inspeksi:
 Bentuk kepala: (normochepalus/normal)
 Kesimetrisan (+/-)
 Hidrochepalus (+/-)
 Luka (+/-)
 Darah (+/-)
 Trepanasi (+/-)
 Kebersihan (+/-)
 Persebaran rambut (merata/tidak)

14
 Terdapat rambut rontok (+/-)
Palpasi:
 Nyeri tekan (+/-)
 Edema (+/-)
2) Mata
Inspeksi:
 Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+/-)
 Ekssoftalmus (+/-)
 Endofthalmus (+/-)
 Kelopak mata/palpebra: oedem (+/-)
 Ptosis (+/-)
 Peradangan (+/-)
 Luka (+/-)
 Benjolan (+/-)
 Reaksi pupil terhadap cahaya : (miosis / midriasis)
isokor (+ / -)
 Kornea: warna coklat, Nigtasmus(+/-), Strabismus
(+/-)
Palpasi :
 Pemeriksaan tekanan bola mata, dengan tonometri
(+/- ), dengan palpasi teraba (normal)
3) Hidung
Inspeksi:
 Edema (+/-)
 Kotoran (+/-)
 Pembesaran polip (+/-)
 Pernafasan cuping hidung (+/-)
Palpasi:
 Nyeri tekan (+/-)

15
4) Mulut
Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir:
 Kelainan konginetal (tidak ada)
 Warna bibir merah
 Lesi (+/-)
 Bibir pecah (+/-)
Amati gigi ,gusi, dan lidah:
 Caries (+/-)
 Kotoran (+/-)
 Gigi palsu (+/-)
 Gingivitis (+/-)
 Bentuk gigi seri (+/-)
Lidah:
 Warna lidah: normal, Perdarahan (+/-)
 Abses (+/-) Orofaring atau rongga mulut :
 Bau mulut: normal uvula (simetris/tidak)
 Benda asing: (ada/tidak)
Tonsil: Adakah pembesaran: T0/ T1/ T2/ T3/ T4
 Perhatikan suara klien: berubah/tidak
 Malampati score, 1 / 2 / 3 / 4
 Buka mulut 3 jari (+/-)
5) Telinga
Inspeksi:
 Bentuk telinga (simetris atau asimetris)
 Kotoran (+/-)
 Edema (+/-)
Palpasi:
 Nyeri tekan (+/-)

16
6) Leher
Inspeksi dan Palpasi:
 Bentuk leher (simetris/asimetris), peradangan (+/-),
jaringan parut (+/-), perubahan warna (+/-), massa (+/-)
 Kelenjar tiroid, pembesaran (+/-)
 Vena jugularis : pembesaran (+/-)
 Pembesaran kelenjar limfe (+/-), kelenjar tiroid (+/-),
posisi trakea (simetris/tidak simetris)
 Pemeriksaan leher pendek 3 jari dari pangkal leher ke
angulus mandibula (+/-)
7) Thoraks & Pulmo
Inspeksi:
 Bentuk torak (Normal chest/Pigeon chest/Funnel
chest/Barrel chest), susunan ruas tulang belakang
(normal), bentuk dada (simetris / asimetris), keadaan
kulit normal
 Retrasksi otot bantu pernafasan: Retraksi intercosta
(+/-), retraksi suprasternal (+/-), Sternomastoid (+/-),
pernafasan cuping hidung (+/-).
 Pola nafas
(Normal/Eupnea/Takipneu/Bradipnea/Apnea/ Chene
Stokes/Biot’s/Kusmaul)
 Amati: cianosis (+/-), batuk (+/-)
Palpasi:
 Pemeriksaan taktil/vocal fremitus: getaran antara kanan
dan kiri teraba (sama/tidak sama). Lebih bergetar sisi
(-)
Perkusi:
 Area paru: (sonor/Hipersonor/dullnes)

17
Auskultasi:
 Suara nafas
 Area Vesikuler: (bersih/halus/kasar), Area Bronchial :
(bersih/halus/kasar), Area Bronkovesikuler
(bersih/halus/kasar)
Suara Ucapan
Terdengar :
 Bronkophoni (+/-)
 Egophoni (+/-)
 Pectoriloqy (+/-)
Suara tambahan
Terdengar :
 Rales (+/-)
 Ronchi (+/-)
 Wheezing (+/-)
 Pleural fricion rub (+/-)
8) Jantung
Inspeksi:
 Ictus cordis (+/-)
 Pelebaran (-) cm
Palpasi:
 (Lemah/Kuat/Tidak teraba)
Perkusi:
 Batas atas: ICS II (N= ICS II)
 Batas bawah: ICS V (N= ICS V)
 Batas Kiri: ICS V (N = ICS V Mid Clavikula Sinistra)
 Batas Kanan: ICS IV ( N = ICS IV Mid Sternalis Dextra)
Auskultasi:
 BJ I terdengar (tunggal / ganda, ( keras / lemah ), ( reguler /
irreguler)

18
 BJ II terdengar (tunggal / ganda ), (keras / lemah), ( reguler /
irreguler)
 Bunyi jantung tambahan :
 BJ III (+/-), Gallop Rhythm (+/-), Murmur (+/-)
9) Abdomen
Inspeksi:
 Bentuk abdomen: (datar)
 Massa/Benjolan (+/-), Kesimetrisan (+/-)
 Bayangan pembuluh darah vena (+/-)
Palpasi Hepar:
 Nyeri tekan (+/-)
 pembesaran (+/-)
 perabaan (keras/lunak)
 permukaan (halus/berbenjol-benjol)
 tepi hepar (tumpul/tajam) (N= hepar tidak teraba)
Palpasi Lien:
 Pembesaran lien: (+/-)
Palpasi Colon :
 Nyeri tekan (+/-)
 Nyeri lepas (+/-)
 Nyeri menjalar kontralateral (+/-)
 Acites atau tidak Shiffing Dullnes (+/-)
 Undulasi (+/-)
Palpasi Ginjal:
 Nyeri tekan (+/-)
 pembesaran (+/-)Perkusi: Timpani
Auskultasi:
 Frekuensi peristaltic usus 27x/menit (N= 5 – 35 x/menit,
Borborygmi (+/-)
10) Genitalia

19
Inspeksi:
 lesi (+/-)
 benjolan (+/-)
 Lubang uretra: penyumbatan (+/-)
 Hipospadia (+/-)
 Epispadia (+/-)
Palpasi:
 Penis
 Nyeri tekan (+/-) Benjolan (+/-) Cairan (+/-)
 Scrotum dan testis Beniolan (+/-) Nyeri tekan (+/-)
 Kelainan-kelainan yang tampak pada scrotum : Hidrochele
(+/-)
 Scrotal Hernia (+/-) Spermatochele (+/-)
 Epididimal Mass/Nodularyti (+/-)
 Epididimitis (+/-),
 Torsi pada saluran sperma (+/-)
 Tumor testiscular (+/-)
Inspeksi dan palpasi Hernia :
 Inguinal hernia (+/-)
 Femoral (+/-)
 Pembengkakan (+/-)
11) Ekstermitas Atas
Inspeksi:
 Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris/asimetris)
 Deformitas (+/-)
 Fraktur (+/-)
 Lokasi fraktur (+/-)
 Jenis fraktur (+/-)
 Kebersihan luka (+/-)

20
 Terpasang Gib (+/-)
 Traksi (+/-)
 Terpasang infus di tangan kanan dan tangan kiri
Palpasi:
 Edema : (1 – 4), nyeri tekan (+/-)
 Lakukan uji kekuatan otot: (1–3)
Bawah Inspeksi:
 Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris / asimetris)
 Deformitas(+/-)
 Fraktur (+/-)
 Lokasi fraktur (+/-)
 Jenis (+/-)
 Kebersihan luka (+/-)
 Terpasang Gib (+/-)
 Traksi (+/-)
 Terpasang infus (+/-) di kaki kanan/kaki kiri
Palpasi:
 Edema: (1-4), nyeri tekan (+/-) (2) Lakukan uji kekuatan otot:
(1-3)
 Pemeriksaan 6B:
 Breath
RR 20x/menit
Suara nafas vesikuler
Tidak ada cuping hidung
 Blood
TD : 174/114 mmHg
Nadi : 106x/menit
Sp O2 : 100%
 Brain
Kesadaran : Composmentis

21
GCS : 12 E4V5M6
 Bladder
Produksi urin : 500 cc
Tidak ada konstipasi, BAB lancar
 Bowel
Tidak ada pembesaran hepar
Terdengar bising usus 15x/mnt
 Bone
Normal
e) Rumus Cairan Pengganti Perdarahan
EBV: Wanita: 65 cc/kgBB
65 cc x 50 kg: 3.250 cc
ABL: 20% x EBV
20% x 3.250 cc: 650 cc
a. Kristaloid: 650 cc x 3:1.950 cc

b. Koloid (Gelafusal 500 cc): 650 cc – 500 cc: 150 cc diganti


Kristaloid: 150 cc x 3: 450 cc
c. Transfusi Darah : (Jumlah Perdarahan/EBV) x 100 %
: (1.000 : 3.250) x 100%
d. Perdarahan 1.000 cc darah yang ditransfusikan: 1.000 – 650:
450 cc
f) Pemeliharaan Cairan
a. Kebutuhan cairan basal (M)
= 2xkgBB
= 2 cc x 50 kg
= 100 cc
b. Pengganti puasa (PP)
= 2cc x jam puasa x bb
= 2 cc x 8 jam x 50 kg
= 800 cc

22
c. Stress Operasi
= Jenis operasi (b/s/k) x BB
= 8 cc x 50 kg
= 400 cc
g) Kebutuhan cairan
a. Jam I
= M + ½ PP + SO
= 100 cc + 400 cc + 400 cc
= 900 cc
b. Jam II
= M + ¼ PP + SO
= 100 cc + 200 cc + 400 cc
= 700 cc
c. Jam III
= M + ¼ PP + SO
= 100 cc + 200 cc + 400 cc
= 700 cc
d. Jam IV
= M + SO
= 100 cc + 400 cc
= 500 cc
h) Defisit cairan
= Input - output (Cairan pengganti puasa+Perdarahan+urine)
= 2300 – (800+1000+500)
=0
i) Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium :Ttanggal 02 November 2023

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hemoglobin 16.5 13.3-17.5 g/dl
Leukosit 7,600 4.4– 11.3 ribu/ul

23
Trombosit 302,000 150-400 ribu/ul
Na 151 135-145 mmol/l
K 3.9 3,5-5,3 mmol/l
Cl 101 98-107 mmol/l
Masa Perdarahan(BT) - <6 menit
Masa Penjendalan (CT) - <12 menit
Gol Darah A
HbsAg NonReaktif Reaktif
HIV Negatif Negatif

j) Diagnose anestesi
Dewasa usia 50 tahun, dengan diagnosa medis Ca. Colon akan dilakuk
an tindakan Laparotomi Eksplorasi CBD dengan status fisik ASA III di
rencakan General Anestesi ETT.

B. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi


1. Persiapan Alat
a. Persiapan alat general anestesi : Mesin anestesi, sumber gas (O2, N
20, Sevoflurane, Isoflurane), stetoscope, laringoscope dengan blade
no.3, plester, OPA, LMA ukuran 3, ETT (6.5, 7, 7.5), stilet/mandri
n, magil forceps, conector, mesin dan selang suction, spuit, jelly, h
andscone, syringe pump, kanule oksigen, IV line ukuran 18, three
way, transfusi set, spuit 50 cc, aqua injeksi, perfussor
b. Persiapan bedside monitor yaitu tekanan darah, nadi, pulseoxymetri
c. Siapkan lembar laporan durante anestesi
2. Persiapan Obat
a. Obat untuk Premedikasi: Midazolam 5 mg, Sulfas Atropin 0,25
mg, Ondansetron 4 mg, Dexametason 5 mg
b. Obat Induksi: Propofol 200 mg
c. Obat Pelumpuh Otot: Atracurium 25 mg

24
d. Obat Analgetik: Ketorolac 30 mg, Tramdol 100mg, Fentanyl 100
mcg, Paracetamol Infus 500 mg
e. Agen Inhalasi: Sevofluran, N2O
f. Obat Antidotum: Neostigmin 0,5 mg
g. Obat Emergency: Epineprin 1 mg, Sulfate Atrofin 0,25 mg,
Tranexamic Acid 1000 mg
h. Cairan infuse: RL 500 cc dan Tutosol 500 cc
3. Persiapan Pasien
a. Mengecek kelengkapan status Pasien dan Inform Consent
b. Memposisikan pasien
c. Pasien diposisikan supinasi
d. Mengklarifikasi riwayat asma, diabetes mellitus, hipertensi, dan al
ergi
e. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit

f. Mengukur tanda-tanda vital

HR : 87x/mnt

RR : 18

SaO2 : 100%

TD : 122/89 mmHg

g. Mengecek aliran infus pasien

h. Menambah akses IV Line di tangan kiri dengan Abocath nomor 18


dan Three Way Ekor dan Pendek

i. Pasien dimasukkan ke dalam Ruang Operasi

C. Assesment Data Pre Anestesi


Data Keterangan

Data Subjektif
- Ca. Colon

25
Riwayat penyakit sekarang :

Riwayat penyakit dahulu -

Riwayat penyakit keluarga -

Riwayat operasi -

S Kebiasaan sehari-hari DBN

Alergi -

Obat-obat yang dikonsumsi -

TD : 174/114 mmHg

Nadi : 106x/menit

Suhu : 36oC

A : Alergi Obat (-)

M : Riwayat Konsumsi Obat (-)


P : Riwayat Sakit (-)

L : Puasa dari jam 12 malam


Data Obyektif
E : Merokok & Konsumsi alkohol
O Kesimpulan pemeriksaan fisik
(-)

Pemeriksaan penunjang DBN

Status fisik ASA III


A Assesement

Rencana Anestesi General Anestesi menggunakan


ETT

26
-

P Daftar Masalah

Saran persiapan tindakan anestesi GA ETT 6,5

Rencana Analgesi post Anestesi Tramadol 100 mg + Ketorolac 30


mg

D. Pra Induksi
Vital Sign
TD : 125/28mmHg

Nadi : 80x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : 36oC

Skor Nyeri :6
SpO2 : 100%
1. Masalah saat evaluasi pra induksi
Perubahan Rencana Anestesi
a. Persiapan Darah di IBS
b. Premedikasi
Ondansetron 4 mg dan dexametason 5 mg

E. Pengkajian Durante Anestesi


1. Diagnosa Pre Operasi : Ca. Colon
2. Diagnosa Post Operasi : -
3. Tindakan Operasi : Laparotomi Eksplorasi CBD
4. Pra Induksi :
TD : 174/114 mmHg
Nadi : 106x/menit
RR : 20x/menit

27
T : 36C
Kesadaran : Composmentis
SaO2 : 100%
ASA : III
BB : 50 kg
Jantung :-
Paru :-
Lain-lain :-
Posisi Pasein : Supinasi
5. Premedikasi Melalui IV : Ondansetron 4 mg dan dexametason 5 mg
6. Mesin Anestesi : Closed Methode
7. Oksigenasi : NO2= 50 %, Oksigen : 3lplm, NO2 : 3lpm =
Oksigen 50 %, Sevo : 2lpm
8. Induksi : Propofol 100 mg + Fentanyl 100 mcg
+ Atrac 25 mg
9. Intubasi : ETT 6.5
10. Mulai Anestesi : 09.00 WIB
11. Selesai Anestesi : 12.00 WIB
12. Operasi Mulai : 09.10 WIB
13. Operasi Selesai : 11.50 WIB
14. Cairan Masuk : Ringer lactat 500 cc (2 x 500 cc)
15. Obat yang diberikan selama anestesi : Midazolam 3 mg, Propofol 100
mg, Fentanyl 100 mcg, Atrac 25 mg, Ondansetron 4 mg, Paracetamol
Infus 500 mg, Propofol 200 mg
16. Jumlah perdarahan : ±1.000
17. Hemodinamik selama durante anestesi :
Tabel Monitoring Durante Anestesi
No. Waktu TD HR SpO2 Tindakan
1 09.00 174/114 mmHg 72x/mnt 100% Injeksi
Midazolam 3
mg, Fentanyl

28
100 mcg,
Propofol 100
mg, Atrac 25
mg dan
Ondansetron 4
mg melalui IV
2 09.15 121/65 mmHg 73x/mnt 100% Mengganti
Cairan RL 500
cc
3 09.30 121/65 mmHg 72x/mnt 100% -
4 09.45 110/50 mmHg 74x/mnt 100% -
5 10.00 115/50 mmHg 73x/mnt 100% -

6 10.15 115/50 mmHg 72x/mnt 100% Mengganti


Cairan Infus
dengan RL 500
cc
7 10.30 116/51 mmHg 72x/mnt 100% -
8 10.45 116/51 mmHg 74x/mnt 100% -
9 11.00 118/53 mmHg 71x/mnt 100% -
10 11.15 116/50 mmHg 73x/mnt 100% -
11 11.30 118/53 mmHg 76x/mnt 100% Memberikan
cairan infus
alagesi
Paracetamol
500 mg
12 11.45 115/55 mmHg 75x/mnt 100% Injeksi atrac 15
mg
13 12.00 115/50 mmHg 76x/mnt 100% Pasien di antar
ke RR

29
F. Pengkajian Post Anestesi
1. Kesadaran : Somnolen
2. Kesadaran Umum: Somnolen
3. Respon Kesadaran: Somnolen
4. Status Mental: Somnolen
5. Jalan Nafas: Bebas, bantuan guedel dan nasal kanul
6. Pernafasan: Teratur
7. Terapi Oksigen: Iya
8. Sirkulasi Anggota Badan: Merah Muda
9. Kulit: Kering
10. Posisi Badan: Supinasi
11. Nadi: Teratur
12. Infus: Total 2.300 cc
13. TTV:
b. Suhu: 36,7 oC
c. TD: 120/80 mmHg
d. Nadi: 78x/mnt
e. RR: 18x/mnt
f. SaO2: 100%
g. Skala Nyeri: 4
Analisa Data
No. Data Masalah Penyebab
PRE ANESTESI
1. Ds: Nyeri Akut Agen Cedera Biolo
a) Pasien mengeluh nyeri pada gis
perut
Do:
b) Pasien terdiagnosa Ca.
Colon
c) Pasien tampak menahan nye
ri

30
2. Ds: Ansietas Stressor Operasi da
a) Pasien mengatakan khawati n Penyakit Akut
r dengan tindakan pembeda
han
Do:
b) Pasien tampak sedih
c) Pasien tampak gelisah
d) Wajah pasien tampak tegan
g
DURANTE ANESTESI
1. Ds: - Risiko Perdarahan Prosedur
Do: Pemberian Cairan RL 500 Pembedahan
cc, Gelafusal 1.000 cc, dan RL
1.500 cc
2. Ds: - Risiko Cidera pada Prosedur Pembeda
Do: Setting Perioperatif han
Gangguan persepsi sensori akib
at pembiusan
POST ANESTESI
1. Ds: Risiko Cidera pada Efek Obat Anestesi
Do: Setting Perioperatif
Gangguan persepsi sensori akib
at pembiusan
a) Aldrete Score: 4
b) Morse Score: risiko jatuh
c) Tingkat kesadaran:
Somnolen

31
G. Diagnosa Kepenataan dan Prioritas Masalah Kepenataan
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
b. Ansietas b.d stressor operasi dan penyakit akut
2. Intra Operasi
a. Risiko perdarahan pada prosedur pembedahan
b. Risiko cidera pada setting perioperatif
3. Post Operasi
a. Risiko cidera pada setting perioperatif b.d efek obat anestesi

32
H. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi
Diagnosa Kepenat Tujuan Rencana Tindaka Implementasi Evaluasi
aan n
Pre Anestesi
Nyeri akut b.d age Jumat, 3 November 20 Jumat, 3 November Jumat, 3 Novemb Jumat, 3 Novemb
n cedera biologis 23, 2023, Pukul : 08.00 er 2023, Pukul : er 2023, Pukul :
Pukul : 08.00 a. Kaji tingkat ny 08.00 08.00
Setelah dilakukan tind eri,durasi, loka a. Mengkaji ting S:-
akan keperawtan sela si danintensitas kat nyeri, dura O :
ma 1 jam 25 menit, kri b. Ajarkan teknik si, lokasi dan i a. Pasien tampa
teria hasil : relaksasi nafas ntensitas nyeri k lebih
a. Klien dapat mengo dalam b. Mengajarkan t nyaman dan
ntrol nyeri (menge c. Berikan posisi eknik relaksas mampu mela
tahui penyebab da nyaman pada p i nafas dalam kukan nafas
n cara penangana asien c. Memberikan dalam
n) d. Observasi tand posisi yang ny b. Hasil penguk
b. Skala nyeri berkur a-tanda vital aman uran TTV T
ang m d. Mengobsetvas D : 122/89m
c. Klien tampak lebi i tandatanda v mHg, N : 100
h rileks ital x/mnt, RR :
18x/mnt
A : Nyeri teratasi
sebagian
P : Observasi nye
ri post operasi
Ansietas b.d stress Jumat, 3 November 20 Jumat, 3 November Jumat, 3 Jumat, 3
November 2023, November 2023,
or operasi dan pen 23,Pukul : 08.30 2023,
Pukul : 08.30 Pukul : 08.30
yakit akut Setelah dilakukan tind Pukul : 08.30
a. Mengkaji tin S : Klien mengata
akan kepenataan sela a. Kaji tingkat ke
gkat kecemas kan sudah jauh le
ma 15 menit, ansietas cemasan pasie
an pasien bih tenang dan tid

33
teratasi dengan kriteri n b. Mengajari pa ak merasa khawat
a hasil: b. Ajari pasien te sien teknik na ir lagi
a. Klien tidak meras knik nafas dal fas dalam O:
a khawatir akan di am c. Menganjurka a. Klien dapat
operasi c. Anjurkan pasi n pasien untu melakukan te
b. Klien tampak tena en selalu berd k selalu berd knik nafas na
ng dan rileks oa oa fas dalam
b. Klien tampak
menenangka
n diri dan ber
doa
A : Ansietas terat
asi
P : Hentikan inter
vensi

Intra Anestesi
Risiko perdarahan Jumat,3 November 20 Jumat, 3 November Jumat, 3 Jumat, 3
23, 2023, November 2023, November 2023,
pada prosedur
Pukul : 09.20 Pukul : 09.20 Pukul : 09.20
pembedahan
Setelah dilakukan tind a. Monitor Pukul : 09.20 S:-
akan kepenataan Hemodinamik a. Monitor O:
pasien tidak pasien Hemodinamik a. TD : 121/65m
mengalami perdarahan pasien mHg
dengan kriteria hasil: b. HR: 72x/mnt
a. Hemodinamik stabil c. Sp O2: 100%
A : Tidak terjadi
Perdarahan
P : Monitor
Hemodinamik
Risiko cidera pada Jumat, 3 November 20 Jumat, 3 November Jumat, 3 Jumat, 3

34
setting perioperatif 23, 2023, November 2023, November 2023,
Pukul: 09.30-11.50 Pukul: 09.30-11.50 Pukul: 09.30- Pukul: 09.30-
Selama tindakan pemb ANESTESI 11.50 11.50
edahan & anestesi dih a. Atur posisi ANESTESI
arapkan : b. Monitor a. Mengatur S: -
a. Status respirasi RR, tidal posisi
ventilasi (RR volume, b. Memonito O: Tekanan dara
tidal volume, kapasitas r RR, tidal h normal
kapasitas vital vital paru volume, TD : 120/80
paru) dan c. Monitor kapasitas HR : 85x/mnt
pertukaran gas SaO2, vital paru SPO2 : 100%
(SaO2, warna warna c. Memonito I:E = 1:2,3
permukaan permukaan r SaO2, PEEP : 20
kulit) kulit warna RR: 12
terkontrol permukaa Psupp: 14
Status sirkulasi (HR & n kulit Warna Permu
TD, pulsasi perifer) te d. Memonito kaan Kulit : N
rkontrol r HR & ormal
TD, Posisi : Supin
pulsasi asi
perifer VT : 500 cc
Memberikan O2 A:
murni Risiko cidera pad
a setting perioper
atif terkontrol/tdk
terkontrol

P:
Lanjutkan monito
r status respirasi,
ventilasi, pertukar

35
an gas dan status
sirkulasi

Post Anetesi
Risiko cidera pada Jumat, 3 November 20 Jumat, 3 November Jumat, 3 Jumat, 3
23, 2023, November 2023, November 2023,
setting perioperatif
Pukul: 12.00 Pukul: 12.00 Pukul: 12.00 Pukul: 12.00
Selama tindakan pemb ANESTESI ANESTESI
edahan & anestesi dih d. Atur posisi e. Mengatur S: -
arapkan : e. Monitor R posisi
a. Status respirasi R, tidal vol f. Memonito O: Tekanan dara
ventilasi (RR ti ume, kapasi r RR, tidal h normal
dal volume, ka tas vital par volume, k TD : 120/80
pasitas vital pa u apasitas vi HR : 85x/mnt
ru) dan pertuka a. Monitor SaO2, tal paru SPO2 : 100%
ran gas (SaO2, warna permuk g. Memonito
warna permuk aan kulit r SaO2, w A:
aan kulit) terko arna perm Risiko cidera pad
ntrol ukaan kuli a setting perioper
b. Status sirkulasi t atif terkontrol
(HR & TD, pul h. Memonito
sasi perifer) ter r HR & T P:
kontrol D, pulsasi Lanjutkan monito
perifer r status respirasi,
a. Memberik ventilasi, pertukar
an O2 mur an gas dan status
ni sirkulasi

36
I. Pengakhiran Anestesi
1. Pasien dengan aldrete score 7
2. Warna Kulit: Merah (2)
3. Aktifitas Motorik: gerak belum menentu (1)
4. Pernafasan: Nafas spontan dengan alat bantu (1)
5. Tekanan Darah: TD berbeda kurang lebih 20 mmHg dari Pre-op (2)
6. Kesadaran: ada respon saat di rangsang nyeri (1)
7. Memindahkan jalan nafas dari mesin anestesi ke Binasal kanul di
bantu guedel untuk menjaga jalan nafas pasien selama menuju RR
dengan VT 300-500 cc
8. Terpasang cairan Asering di tangan kanan dan kiri 20 tetes per menit
9. Memindahkan pasien ke RR

37
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pemeriksaan anamnesa, pemeriksaan fisik dan CT S
can, didapatkan diagnose medis Ca Colon. Setelah dilakukan pemeriksaan len
gkap, pasien dirawat di Ruang A dengan diagnosa Ca Colon rencana tindakan
Laparatomy Eksplorasi CBD pada tanggal 3 November 2023 pukul 09.00 WI
B. Dari hasil pengkajian pada Ny. E dengan Ca Colon yang dilakukan
Laparatomy Ekspolarasi CBD dengan tindakan general anestesi di Instalasi Be
dah Sentral RSUD Kota Bandung, mengangkat prioritas masalah sebagai berik
ut :
1. Pre Operasi
a. Nyeri akut b.d agen cedera biologis
b. Ansietas b.d stressor operasi dan penyakit akut
2. Intra Operasi
a. Risiko perdarahan pada prosedur pembedahan
b. Risiko cidera pada setting perioperatif
3. Post Operasi
a. Risiko cidera pada setting perioperatif b.d efek obat anestesi
Untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan anestesi yang muncul pada k
asus ca colon yang dilakukan Laparatomy Ekspolarasi CBD dengan tindakan gene
ral anestesi dilakukan dengan penentuan kriteria hasil, menyusun rencana tindaka
n, implementasi dan evaluasi tindakan secara formatif dan sumatif. Dalam implem
etasi sebagian besar rencana tindakan dapat terlaksana sesuai berdasarkan teori. K
olaborasi dengan tim kesehatan yang lain sangat diperlukan dalam pelaksanaan int
ervensi asuhan kepenataan anestesi. Adanya kolaborasi tersebut bertujuan untuk
membantu penulis melakukan implementasi yang tepat sesuai dengan intervensi w
alaupun kemungkinan adanya ketidak sempurnaan.

38
Untuk evaluasi hasil yang ditentukan oleh penulis pada dasarnya dapat terl
aksana dengan baik dan seluruh masalah kesehatan anestesi dapat teratasi. Dokum
entasi dilakukan setelah melakukan proses asuhan kepenataan anestesi yang dimul
ai dari pengkajian, masalah kesehatan anestesi, rencana intervensi, implementasi,
dan evaluasi.

B. Saran
1) Bagi Mahasiswa
Diharapkan kepada mahasiswa agar meningkatkan kualitas belajar dan
untuk menambah wawasan, keterampilan di bidang asuhan kepenataan
anestesi.
2) Bagi Penata Anestesi
Diharapkan seorang penata memiliki pengetahuan yang lebih trampil
dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah
dimliki didalam memeberikan asuhan kepenataan anestesi. Sebagai
seorang penata harus teliti dalam melakukan pengkajian agar tepat didalam
menegakkan masalah kesehatan anestesi, intervensi maupun implementasi.
3) Bagi Instansi Rumah Sakit
Diharapkan menambah fasilitas yang lebih canggih untuk pemeriksaan
pada pasien sehingga didalam pemeriksaan diagnostik kepada pasien
segera terdeteksi dengan hasil yang lebih akurat.
4) Bagi Pendidikan
Untuk institusi pendidikan, penulis mengharapkan institusi pendidikan
menyediakan fasilitas dan pengajar yang memadai. Sehingga dapat
menciptakan generasi penerus penata anestesi yang cakap, berkreatifitas
tinggi dan lebih professional khususnya didalam memberikan asuhan
kepenataan anestesi.

39
DAFTAR PUSTAKA

American Association of Critical-Care Nurses. (2017). Oral care for acutely and
critically ill patients. Crit Care Nurse diakses pada tanggal 17 November
2018 dari http://ccn.aacnjournals.org/

Aroesty. J. M., Kannam. J. P. (2018). Recovery after bypass graft surgery (cabg).
Official reprint from UpToDate, diakses pada tanggal 7 Desember 2018
dari www.uptodate.com

Aronow.G. (2017). Management of hypertension in patient undergoing surgery.


Annals of Tranlational Medicine. Volume 5, No 10.

Association of Upper Gastrointerstinal Surgeon. (2013). Commisioning Guide :


Gallstone disease. Royal College of Surgeon

Baui. G, Hawn. M. T. (2018). Choledocholithiasis. American Medical Association

Blackwell, W. (2014). Nursing diagnosis : definition and classification 2015-2017


tenth edition. Oxford : Wiley Blackwell

Bulechek, G., Butcher., H., Dochterman., & Wagner, C.M. (2013). Nursing

Intervention Classification. United States : Elsevier

Corwin, E. J. (2007). Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC

Costi. R, Gnocchi. A, Mario. F, Sarli. L. (2014). Diagnosis and management of


choledocholithiasis int the golden age of imaging, endoscopy and
laparascopy. World Journal of Gastroenterology. 20 (37) : 13382-13401

Diyono & Mulyanti, Sri. (2013). Keperawatan medikal bedah sistem pencernaan.
Jakarta : Penerbit Kencana

Duncan, Andra. (2013). Hyperglicemia and perioperative glucose management.


National Institute of Health

40

Anda mungkin juga menyukai