Di Susun Oleh:
FEBRIANA
PO.62.24.2.18.377
Disusun Oleh
NAMA : FEBRIANA
Mengetahui, Pembimbing,
Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan perlindungan yang telah
dilimpahkan-Nya, sehingga saya sebagai penulis dapat menyelesaikan Laporan Studi Kasus
Asuhan Gizi Sindrom Nefrotik di Ruang Anak RS Ulin Banjarmasin.
Saya menyadari bahwa penyusunan Laporan Studi Kasus ini tidak lepas dari bantuan,
doa, dan dukungan dari semua pihak secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu saya
sebagai penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Bandawati, S.Gz, M.Gizi, RD selaku Kepala Instalasi Gizi
2. Ibu Fretika Utami Dewi selaku Dosen mata kuliah MAGK
3. Bapak Wahyu Hardi Prasetiyo, SST, MPH, RD Selaku pembimbing di RS Ulin
Banjarmasin yang sudah telah membantu selama Praktek Kerja Lapangan (PKL) dan
membantu dalam penyusunan laporan studi kasus
4. Seluruh Ahli Gizi Rawat Inap RS Ulin yang sudah mengarahkan dan membimbing
selama berdinas praktek di ruang rawat inap RS Ulin.
5. Seluruh Ahli Gizi di Penyelenggaraan Makanan dan Staf Instalasi Gizi
6. Teman-teman alih jenjang gizi angkatan 1 yang selalu memberikan semangat
Akhir kata semoga laporan studi kasus ini nantinya dapat dilaksanakan sesuai dengan
yang telah di buat dan diberikan kelancaran, serta dapat bermanfaat, serta digunakan
sebagaimana mestinya.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian status gizi merupakan cara yang dapat digunakan untuk mengetahui
keadaan gizi seseorang yang berhubungan dengan pola makan dan aktivitasnya. Melalui
penilaian status gizi dapat diketahui apakah seseorang termasuk dalam kelompok gizi
kurang, normal, dan gizi lebih. Penilaian status gizi dapat dibagi menjadi 4 (empat)
metode atau cara penilaian yakni antropometri, biokimia, klinis dan biofisik
(Supariasa.et.al, 2012).
Ca Mammae bilateral adalah kelebihan ataupun penumpukan kalsium
pada jaringan kelenjar atas payudara yang berbentuk serat, dan disebabkan
oleh kekacauan metabolism yang mengakibatkan penumpukan pada kelenjar,
pembuluh darah dan lain - lain. Kondisi ini bisa juga merupakan sal ah satu
dari kanker ganas payudara, ataupun pengobatannya harus mengetahui
terlebih dahulu junak atau ganas. Ca mammae adalah sekelompok sel tidak normal
pada payudara yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel -sel ini
menjadi bentuk benjolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau
terkontrol, sel-sel kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian -bagian tubuh
lain. Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di atas
tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-paru, hati, kulit,dan
bawah kulit.
Chemotherapy adalah pemberian obat-obatan anti kanker yang sudah
menyebar dalam aliran darah. Namun efek samping" lelah, mual, muntah, hilang nafsu
makan, kerontokan membuat, mudah terserang penyakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan proses asuhan gizi terstandar pada pasien Ca mamae di
RSUD Ulin Banjarmasin.
1
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan skirining gizi pada pasien pra kemoterapy di ruang bedah umum
onkologi bed 7.
b. Melakukan Assesment (antropometri, biokimia, klinis/fisik, dietary history) pada
pasien pra kemoterapy di ruang bedah umum onkologi bed 7.
c. Mampu menyusun NCP pada pasien pra kemoterapy di ruang bedah umum
onkologi bed 7.
d. Mampu melakukan edukasi kepada pasien pra kemoterapy di ruang bedah umum
onkologi bed 7.
2
BAB II
A. Narasi Kasus
Ny.Corliyana adalah seorang guru TK dengan umur 48 tahun beragama Islam dan
tinggal di Jl. Putra gemilang blok d2 no.34 dan bersuku banjar. Ny.C masuk rumah sakit
tanggal 12 Maret 2018. Dengan TB 141, LILA 20,9 cm. Tn. O masuk Rumah sakit
dengan rujukan dari rumah sakit lain masuk dengan keluhan awal : BAK darah ± 5 bln.
Diagnosa dokter menyatakan bahwa Tn. O mengalami hematuria. Pada saat masuk
rumah sakit tekanan darah Tn. O mengalami kenaikan sebesar 130/80. Terapi obat yang
diberikan kepada Tn. O saat di rumah sakit adalah cefriaxone, ranitidin, ketocid, antrain
serta terapi infus intravena NaCl 3% 8 tpm dan NaCl 0,9% 20 tpm. Kebiasaan makan Tn.
O dahulu yaitu 3x makanan utama. Tn.O sangat suka mengkonsumsi makanan yang
digoreng.
B. Data Pasien
1. Identitas Pasien
Identitas Umum Pasien
3
2. Data Subjektif
1. Riwayat Gizi
Tabel 2.3 Riwayat Gizi Pasien
Alergi/pantangan makanan Tidak ada
3. Riwayat Personal
a. Tn. O berstatus menikah
b. Tn. O dan anak-anaknya belum pernah mendapatkan konseling gizi
sebelumnya.
3. Data Objektif
1. Antropometri
Data antropometri yang didapatkan dilakukan dengan cara pengukuran langsung.
a. TB : 141 cm
4
b. BBI : 41 kg
c. LLA (cm) : 20,9 cm
d. LLA (%) : 65,93 %
4. Biokimia
Hasil data biokimia pada tanggal 16-19 maret 2018
Nilai Normal Standar Keterangan
Pemeriksaan Hasil
Rumah Sakit
Ureum 61 mg/dl 21-53 mg/dl Tinggi
5. Pemeriksaan Fisik
Hasil Pengamatan Fisik
Keadaan fisik
a. Fisik : lemas
b. Keadaan umum : compos mentis
c. BAK : tidak lancar
Sumber : Data Rekam Medik pasien
6. Pemeriksaan Klinis
Hasil pemeriksaan klinik pada tanggal 16-19 maret 2018
Jenis Hasil Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 130/80 mmHg 110/65 mmHg Tinggi
5
Respirasi 22x/menit 18-26 x/menit Normal
6
juga untuk mengobati nyeri otot, akan mengakibatkan anda kulit. Bisa menyebabkan
nyeri sendi, nyeri kolik, dan mengalami hipotermia. pasien mengalami
agranulositosis, yakni
juga untuk nyeri haid. suatu pemecahan sel darah
putih non-granul dan akan
semakin meningkat jika
digunakan dalam jangka
panjang.
NaCl Digunakan untuk mengobati Pemberian dalam dosis
dehidrasi dan besar dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit, penumpukan natrium dan
udem.
7
TABEL PERBANDINGAN KEBUTUHAN DENGAN ASUPAN RECALL
8
BAB III
A. Skrining
FORMULIR SKRINING GIZI-DEWASA
( MALNUTRITION SCREENING TOOL-MST)
Nama : Tn. O Tanggal pemeriksaan : 16 maret 2018
Status gizi :
LLA/U 65,93% (kurang)
No Parameter Skor
1-5 kg 1
6-10 kg 2
11-15 kg 3
>15 kg 4
Ragu 2
9
(pasien dengan penurunan imunitas, GGK, GGK Hematuria
hemodialisis, geriatri >70 tahun, dirawat di HCU/ICU,
penurunan kesadaran, kegawatan abdomen
(pendarahan, ileus, peritonitis, asites masif, tumor
intrabdomen besar, post operasi), gangguan
Ya
pernafasan berat (pneumonia berat), keganasan
dengan komplikasi, gagal jantung, sirosis hepatis,
transplantasi, cidera kepala berat, stroke, DM, kanker
kemotrapi, luka bakar, atau kondisi sakit berat
lainnya.
Resiko tinggi
Nama :
Keterangan :
Skor 0 : Resiko rendah, perlu dilakukan asesmen kembali setelah 1 minggu
Skor 1 -3 :Resiko sedang, perlu dilakukan asesmen lanjut oleh AG dan kembali
diasesmen 3 hari
10
Skor 4-5 :Resiko tinggi, perlu dilakukan asesmen lanjut oleh AG dan di asesmen
setiap hari
= 65,95% (kurang)
Kriteria Status Gizi Berdasarkan LLA/U
Kriteria Nilai
11
2. Biokimia
BD 1.2 Electrolyte and renal profile
BD 1.2.2 Creatinin
Kreatinin Tn.O saat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu 61 mg/dl
BD 1.2.5 Natrium
Kadar natrium Tn.O saat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu 133
mmol/L
BD 1.2.7 Kalium
Kadar kalium Tn.O saat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu 3,7
mmol/L
BD 1.2.9 Kalsium serum
Kadar kalium Tn.O saat dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu 1,29
mmol/L
BD 1.12 Profil Urin
BD 1.12.1 Warna Urin
Warna urin Tn.O saat dilakukan pemeriksaan urinalisa yaitu berwarna kuning
keruh dan kadang bercampur darah
12
ini tidak mengalami diare
3 Fisik Klinis
PD 1.1 Nutrition-Focused Physical Findings
PD 1.1.1 Penampilan keseluruhan
Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik
Pasien hanya dapat berbaring di tempat tidur
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa tekanan darah Tn. O masuk
kedalam kategori tinggi, denyut nadi Tn. O masuk kedalam kategori normal yaitu
13
antara 75 – 105x/menit, suhu tubuh Tn. O masuk kedalam kategori normal dan pada
pemeriksaan pernafasan (RR) Tn. O masuk kedalam normal (RR) yaitu 18 –
26x/menit.
14
Identifikasi : Dari data tersebut diketahui bahwa Tn. O mendapatkan terapi
parenteral yaitu injeksi NaCl yang berfungsi untuk mengobati dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit
15
FH 3.1 Penggunaan Obat-obatan atau obat alternative/pelengkap
FH 3.1.1 Suplemen Obat dan Jamu
FH 3.1.1.1 Penggunaan Obat yang diresepkan
Saat berada di rumah sakit Tn. O diresepkan obat yaitu cefriaxone, Ranitidin
50 Antrain dan Ketocid.
Identifikasi : Tn. O menerima obat yang diresepkan saat berada di RS yaitu obat
cefriaxone 2x1 gr, Ranitidin 50 2x1 amp, Antrain 3x1dan Ketocid 2x1.
4. Riwayat Personal
CH 1.1 Data Personal
CH 1.1.1 Umur
Tn. O berumur 63 tahun
CH 1.1.2 Jenis Kelamin
Tn.O berjenis kelamin laki-laki
CH 1.1.3 Suku/Etnik
Tn.O termasuk suku Dayak
CH 1.1.4 Bahasa
Bahasa yang digunakan Tn.O saat dirumah dan melakukan aktivitas sehari-
hari adalah bahasa daerah.
CH 1.1.6 Edukasi
16
Pendidikan terakhir Tn.O yaitu SMP
CH 1.1.7 Peran Dalam Keluarga
Tn. O adalah seorang kepala keluarga
CH 2.1 Riwayat medis/kesehatan pasien/klien/keluarga
CH 2.1 Riwayat medis.kesehatan terkait gizi dari pasien/klien atau keluarga
CH 2.1.1 Keluhan pasien/klien terkait gizi
Tn. O mengeluh buang air kencing darah ± 5 bln
CH 2.2 Perawatan /terapi/pengobatan alternatif
CH 2.2.1 Perawatan / terapi medis
Tn.O menerima terapi medis berupa pemberian injeksi NaCl dan obat
ceftriaxone, ranitidin, antrain dan ketocid.
CH 3.1 Riwayat Sosial
CH 3.1.1 Faktor Sosio Ekonomi
Tn.O masuk kedalam golongan ekonomi menengah kebawah
CH 3.1.6 Pekerjaan
Pekerjaan Tn.O yaitu petani
CH 3.1.7 Agama
Tn. O beragama hindu
Identifikasi : Pasien termasuk kedalam ekonomi menengah kebawah, namun
perilaku pasien dalam pemilihan makanan khususnya makanan yang disukai, jika
dikonsumsi terus-menurus akan berdampak negatif pada kesehatan pasien terlebih
bahan makanan yang disukai merupakan bahan makanan pemicu terjadinya penyakit
lain. Sehingga saat ini pasien mengalami hematuria. Saat ini Tn. O diberikan
beberapa terapi dari, injeksi dan obat untuk mengurangi rasa sakit yang dialami
Tn.O.
17
C. Diagnosa Gizi
I. Domain Intake
Kekurangan intake makanan dan minuman oral (NI 2.1) berkaitan dengan faktor
fisiologis meningkatkan kebutuhan energi karena penyakit metabolisme yang lama
dibuktikan dengan energi sebesar 13,16% (defisit berat), protein 62,5% (defisit
berat), lemak 10,96% (defisit berat), dan karbohidrat 9,03% (defisit berat)
II. Domain Klinis
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi (ureum, kreatinin dan kalsium) (NC
2.2) berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
biokimia, ureum 61 mg/dl masuk kedalam kategori tinggi, kalsium 1,29 mmol/L
masuk kedalam kategori tinggi serta untuk hasil pemeriksaan kreatinin sebesar 1,74
mg/dl masuk kedalam kategori tinggi.
III. Domain Perilaku
Ketidaksesuaian dalam pemilihan bahan makanan (NB 1.7) berkaitan dengan
tingginya tingkat kelelahan atau efek samping lainnya dari terapi dibuktikan dengan
pasien mengalami mual dan anoreksia.
18
D. Intervensi
a. Tujuan Diet
Jangka pendek :
1. Meningkatkan asupan makan Tn. O dengan target energi dan zat izi sebesar 70%
dari kebutuhan
2. Memberikan makanan yang sesuai dengan kemampuan makan Tn. O
Jangka panjang:
1. Mempertahankan status gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal
dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
2. Memberikan makanan yang sesuai dengan kemampuan makan
b. Jenis Diet
Diet Tinggi Energi Tinggi Protein
Kebutuhan Energi
= 35 kal / kg BBI
= 35 x 41
= 1435 kal
19
3. Karbohidrat = 100 - (% protein + % lemak)
= 100 – (6,86 + 25)
= 68,14 %
68,14% 𝑥 1435
Karbohidrat = = 244,45 gram
4
Kebutuhan cairan
= hasil urin tampung + 500 ml
= 300 ml + 500 ml
= 800 ml
Jadi kebutuhan cairan yang dibutuhkan pasien Tn. O yaitu sebesar 800 ml
d. Prinsip Diet
1. Energi Cukup 3. Lemak cukup
2. Protein rendah 4. Karbohidrat Cukup
20
5. Cairan dibatasi
e. Syarat Diet (70% dari kebutuhan)
1. Energi diberikan cukup sesuai dengan kebutuhan menurut berat badan diberikan
sebesar 1004,5 kalori, untuk memenuhi kebutuhan energi.
2. Protein diberikan rendah yaitu sebesar 21 gram, diutamakan yang bernilai
biologic rendah. Protein juga berfungsi untuk mengatur keseimbangan cairan,
zat pertumbuhan tubuh, membangun sel-sel dalam tubuh, dan pembentukan
hormon.
3. Lemak cukup diberikan sebesar 27,90 gram, utamakan lemak tidak jenuh
berfungsi untuk menyediakan alat transpor atau pelarut vitamin A D E K, serta
sebagai sumber energi.
4. Karbohidrat cukup diberikan sebesar 121,12 gram, berfungsi untuk
menyediakan energi yang bisa digunakan langsung oleh tubuh untuk melakukan
aktivitas. Utamakan sumber karbohidrat kompleks untuk memberikan rasa
kenyang dan mencegah terjadinya konstipasi.
5. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (±500 ml)
6. Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaan penyakit dan kemampuan pasien
7. Hidangan makanan menarik dan mengundang selera makan
8. Memberikan informasi makanan apa saja yang harus dipenuhi
f. Bentuk Makanan
Makanan yang diberikan dalam bentuk makanan bubur
g. Frekuensi
Pasien diberikan 3 kali makanan utama yaitu makan pagi,siang dan malam
h. Rute
Makanan diberikan dalam rute oral
i. Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling yaitu :
1. Materi atau penjelasan yang diberikan yaitu “Diet rendah protein”.
2. Konseling diberikan kepada keluarganya.
21
3. Memberikan informasi kepada keluarga Ny. C tentang bentuk makanan yang
akan diberikan, frekuensi makan yang diberikan kepada keluarga pasien.
4. Memberikan informasi kepada keluarga Ny. C agar makanan rumah sakit
selalu dihabiskan meskipun rasanya kurang enak, karena makanan yang
diberikan kepada Ny. C sudah disesuaikan dengan kondisi penyakitnya saat ini
dan diharapkan dapat segera pulih.
j. Perencanaan Menu
Pemberian makanan akan di berikan secara bertahap, yaitu mulai dari 70% dari total
kebutuhan
Kebutuhan 70%
Protein = 70% x 30
= 21 gram
± 5% = 1,05 gram ( 19,95 – 22,05 )
KH = 70% x 244,45
= 171,12 gram
± 5% = 8,56 gram ( 162,56 – 179,68 )
22
Lauk nabati ½ 37,5 2,5 1,5 3,5
Sayur ¼ 6,25 0,75 - 3,75
Minyak 1 50 - 5 -
Gula ¾ 37,5 - - 9
Malam Makanan Pokok ½ 87,5 2 - 20
Lauk Hewani ½ 25 3,5 1 -
Sayur ¼ 6,25 0,75 - 3,75
Minyak 1 50 - 5 -
Gula ¾ 37,5 - - 9
725 21,5 19,5 110
23
Cah gambas Wortel 20 20 -
Labu siam 10 10 -
Buah Pisang 50 50 -
100
BDD ayam yang ditimbang = x 42 = 72,41 gram (dengan tulang)
58
100
BDD kentang yang ditimbang = x 57 = 67,85 gram
84
100
BDD ikan yang ditimbangan = x 51 = 63,75 gram (dengan tulang)
80
100
BDD labu waluh yang ditimbang = x 12,5= 16,23 gram
77
100
BDD ayam yang ditimbang = x 42 = 72,41 gram (dengan tulang)
58
100
BDD gambas yang ditimbang = x 12,5 = 14,70 gram
85
24
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “PEMORSIAN HARI I”
Selasa Maret 2019
Bahan
Waktu Masakan Berat Energi Protein Lemak KH
Makanan
Sore
Total asupan
k.
25
l. Monitoring dan Evaluasi
Indicator Outcome Kekurangan intake energi dan zat gizi, ditandai dengan :
Energi : % (defisit berat)
Protein : % (defisit berat)
Lemak : % (defisit berat)
Karbohidrat : % (defisit berat)
Kriteria Berdasarkan rujukan tabel standar % asupan menurut DEPKES RI tahun
1996 nilai tersebut dibawah standar.
26
“ASSEMENT GIZI II ( 14 Maret 2019 )”
E. Assement Gizi
Antropometri
AD.1.1 Komposisi/Pertumbuhan tubuh/riwayat berat badan
AD. 1.1.1 Tinggi Badan
Tinggi badan Ny.C yaitu cm
AD 1.1.5 IMT
BBI (Berat badan ideal)
BBI = TB (cm) – 100
= – 100
= kg
LLA/U
Diketahui : LLA pengukuran = 20,9 cm
LLA standar = 31,7
𝐿𝐿𝐴 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑘𝑢𝑟𝑎𝑛
% Status gizi = x 100
𝐿𝐿𝐴 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
= x 100
= (kurang)
Kriteria Status Gizi Berdasarkan LLA/U
Kriteria Nilai
27
Identifikasi : Dari hasil tersebut diketahui bahwa asupan energi total Ny. C masuk
kedalam kategori defisit dengan tingkat konsumsi % dari kebutuhan
energi.
28
FH 3.1.1.1 Penggunaan Obat yang diresepkan
Saat berada di rumah sakit Ny. C diresepkan obat yaitu
Identifikasi : Ny. C menerima obat yang diresepkan saat berada di RS yaitu obat
F. Diagnosa Gizi
Domain Intake
Kekurangan intake makanan dan minuman oral (NI 2.1) berkaitan dengan faktor
fisiologis meningkatkan kebutuhan energi karena penyakit metabolisme yang lama
dibuktikan dengan energi sebesar % (defisit ), lemak % (defisit
), dan karbohidrat % (defisit )
Domain Klinis
Perubahan nilai laboratorium terkait zat gizi (ureum, kreatinin dan kalsium) (NC 2.2)
berkaitan dengan gangguan fungsi ginjal dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
biokimia, ureum mg/dl masuk kedalam kategori , kalsium mmol/L masuk
kedalam kategori serta untuk hasil pemeriksaan kreatinin sebesar mg/dl
masuk kedalam kategori .
Domain Perilaku
Ketidaksesuaian dalam pemilihan bahan makanan (NB 1.7) berkaitan dengan
tingginya tingkat kelelahan atau efek samping lainnya dari terapi dibuktikan dengan
pasien .
29
G. Intervensi
a. Tujuan Diet
Jangka pendek :
1. Meningkatkan asupan makan Ny. C dengan target energi dan zat gizi sebesar
100% dari kebutuhan
2. Memberikan makanan yang sesuai dengan kemampuan makan Ny. C
Jangka panjang:
3. Mempertahankan status gizi agar pasien dapat melakukan aktivitas normal
dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal, agar tidak memberatkan kerja ginjal.
4. Memberikan makanan yang sesuai dengan kemampuan makan
b. Jenis Diet
Diet TKTP )
c. Prinsip Diet
Tinggi Energi Karbohidrat Cukup
Tinggi Protein
Lemak cukup
30
5. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan
melalui keringat dan pernafasan (±500 ml)
6. Bentuk makanan di sesuaikan dengan keadaan penyakit dan kemampuan pasien
7. Hidangan makanan menarik dan mengundang selera makan
8. Memberikan informasi makanan apa saja yang harus dipenuhi
e. Bentuk Makanan
Makanan yang diberikan dalam bentuk
f. Frekuensi
Pasien diberikan 3 kali makanan utama yaitu makan pagi, siang dan malam
g. Rute
Makanan diberikan dalam rute oral
h. Edukasi
Edukasi yang diberikan yaitu berupa konseling yaitu :
1. Materi atau penjelasan yang diberikan yaitu “ ”.
2. Konseling diberikan kepada keluarganya
3. Memberikan informasi kepada keluarga Ny. C untuk membatasi konsumsi
4. Memberikan informasi kepada keluarga Ny. C agar makanan rumah sakit selalu
dihabiskan meskipus rasanya kurang enak, karena makanan yang diberikan
kepada Ny. C sudah disesuaikan dengan kondisi penyakitnya saat ini dan
diharapkan dapat segera pulih
31
Perencanaan Menu
± 5 % Energi = – kkal
± 5 % Protein = – gram
± 5 % Lemak = – gram
± 5 % KH = – gram
32
PEMORSIAN HARI KEDUA
MINGGU 14 maret 2019
Waktu Nama Masakan Bahan Makanan Penimbangan Asupan Sisa
Sore Nasi putih Nasi putih 150 150 -
Ayam masak kuah ayam 75,5 63,5 12
Tahu masak kuah tahu 75 75 -
Sayur bening campur bihun 10 10 -
Cah kacang panjang kentang 10 10 -
Wortel 15 15 -
Kacang panjang 15 15 -
Buah Pisang raja uli 50 50 -
semangka 100 100 -
Roti Sus 50 50 -
Susu susu 30 30 -
Pagi
100
BDD ikan yang di timbangan = x 54 = gram (dengan tulang)
80
33
100
BDD ayam yang ditimbang = x = gram (dengan tulang)
100
BDD pepaya muda yang ditimbang = x = gram
76
100
BDD ikan yang di timbangan = x = gram (dengan tulang)
80
100
BDD labu waluh = x = gram
77
=4 x %= gram
100
BDD ayam = x = gram (dengan tulang)
58
100
BDD gambas = x = gram
85
=3 x %= gram
34
ANALISIS ASUPAN ZAT GIZI “PEMORSIAN HARI II”
Kamis 14 Maret 2019
Bahan
Waktu Masakan Berat Energi Protein Lemak KH
Makanan
35
i. Monitoring dan Evaluasi
36
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hematuria
Hematuria adalah didapatkannya sel darah merah di dalam urine. Hal ini perlu dibedakan
dengan bloody urethral discharge atau perdarahan per uretram, yaitu keluarnya darah dari
meatus uretra eksterna tanpa melalui proses miksi. Keadaan ini sering terjadi pada
trauma uretra atau tumor uretra. Harus diyakinkan pula bahwa seorang yang menderita
hematuria atau pseudo hematuria. Pseudo atau false hematuria adalah urine yang
berwarna merah atau kecoklatan yang bukan disebabkan oleh sel darah merah, melainkan
oleh zat lain lain yang mewarnai urine misalnya pada keadaan hemoglobinuria,
mioglobinuria, konsentrasi zat asam urat yang meningkat, sehabis makan atau minum
bahan yang mengandung pigmen tumbuh – tumbuhan berwarna merah atau setelah
mengkonsumsi beberapa obat- obatan tertentu seperti fenotiazina, piridium, porfirin,
rifampisin dan fenolftalein.
B. Etiologi
Hematuri dapat disebabkan oleh berbagai etiologi seperti:
a.Infeksi : Bacterial cystitis (sering), Interstitial cystitis (jarang), Prostatitis, Uretritis,
Tuberculosis, Schistosomiasis
b. Batu : Batu ginjal, Batu ureter, Batu buli-buli
c. Tumor : Renal carcinoma, Ureteric carcinoma, Bladder carcinoma, Prostatic
carcinoma d. Inflamasi : Glomerulonefritis, IgA nefropati, Goodpastures syndrome,
Radiation cystitis e. Trauma : Trauma ginjal (trauma tumpul abdomen), Trauma buli-buli
(kateterisasi)
f. Hematologi : Terapi antikoagulan, Henoch-Schonlein purpura, Kelainan koagulasi,
Sickle cell disease
g.Olahraga : pelari jarak jauh
37
fisik, laboratorium dan pemeriksaan khsusus lainnya, dan menghindari pemeriksaan yang
tidak perlu. Karakteristik suatu hematuria dapat dipakai sebagai pedoman untuk
memperkirakan lokasi lokasi penyakit primernya, yaitu apakah terjadi pada awal miksi,
semua proses miksi, atau pada akhir miksi.
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak semua pemeriksaan dilakukan ke semua pasien. Pemeriksaan dipilih berdasarkan
kemungkinan penyebab hematuria.
a. Tes darah
Darah lengkap : deteksi anemia
ESR Erythrocyte sedimentation : meningkat pada infeksi dan keganasan
Faal ginjal : ureum dan kreatinin
b. Tes urine
Tes Dipstick : deteksi darah
Miksroskopi : hematuria mikroskopik
Sitologi urine : deteksi tumor buli-buli
Morfologi sel darah merah dalam urine : deteksi sumber perdarahan
c. Radiologi
Foto polos : mayoritas dari kasus batu ginjal, ureter dan buli-buli
IVP (intravenous pyelography) : Pemeriksaan yang sering digunakan untuk melihat
struktur sistem genitourinaria selain pemeriksaan ini lebih murah. Namun, IVP tidak
dapat mendeteksi batu saluran kemih yang berukuran diameter <3 cm dan tidak dapat
mengevaluasi buli-buli dan uretra sepenuhnya.
USG (ultrasonography) : Sangat penting untuk mendeteksi kista dan dapat digunakan
pada pasien gagal ginjal (tidak menggunakan kontras). Namun, USG tidak dapat
mendeteksi batu saluran kemih yang berukuran diameter < 3 cm dan sangat tidak
bermanfaat untuk mengevaluasi uroepitelium.
CT scan : CT scan dengan kontras sangat bermakna digunakan untuk mendeteksi
massa kecil parenkim ginjal, urolitiasis, dan abses ginjal. Kekurangan CT scan adalah
dalam mendeteksi keganasan uroepitelial.
MRI : dapat menentukan derajat kanker prostat d.
d. Patologi
Biopsi : karsinoma
Biopsi ginjal : dilakukan selepas pemeriksaan rutin ginjal
38
e. Bedah
Semua pemeriksaan di atas tidak dapat melakukan evaluasi dari mukosa buli- buli,
maka cystoscopy dilakukan terutama pada pasien berusia >40 tahun dan juga pasien
yang masih muda tetapi mempunyai faktor risiko menderita keganasan genitourinaria.
Flexicystoscopy : pemeriksaan endoskopi buli-buli bawah pengaruh anestesi lokal
Rigid cystoscopy : pemeriksaan endoskopi buli-buli bawah pengaruh anestesi umum
Retrograde ureterography : visualisasi ureter dan pelvis renalis
Ureteroscopy : pemeriksaan endoskopi ureter via buli-buli
E. Tatalaksana
Pada pasien dengan keluhan terdapat darah dalam urin atau hematuria, langkah awal
untuk pemeriksaan dilakukan tes urin yaitu tes dipstick. Jika hasilnya positif,
dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan sedimen urin untuk melihat apakah
terdapat sel darah merah ( eritrosit ). Jika tidak didapatkan sel darah merah, maka
dapat dicurigai adanya myoglobinuria atau hemoglobinuria. Pada kasus ini juga, perlu
diperhatikan adanya riwayat penggunaan obat-obatan yang menimbulkan efek
samping yaitu hematuria. Jika didapatkan sel darah merah dalam sedimen urin, harus
dipastikan kembali apakah terdapat pyuria atau bakteriuria, jika ada lakukan kultur
urin. Hasil neharif pada kultur urin dapat dicurigai adanya nefritis intertisial. Pada
kasus yang positif sel darah merah pada urin, harus dilakukan juga pemeriksaan ada
tidaknya protein dalam uri ( proteinuria ), jika tidak ada protein dalam urin atau yang
disebut isolated hemturia, maka dilakukan pemeriksaan darah lengkap, prothombin
time, partial tromboplastin time dan elektoforesis Hb. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengevaluasi kemungkinan terjadinya suatu proses keganasan dan kelainan
struktur
39
BAB V
A. Hasil
1. Asuhan Gizi Hari ke-I dan hari ke-II
a. Recall 24 jam
Tabel 5.1 Recall I
Zat Gizi Asupan Gizi Kebutuhan Tingkat Konsumsi (%) Interpretasi
Energi (kalori) 227,51 1729 13,16 % Defisit berat
Protein (gram) 18,75 30 62,5 % Defisit berat
Lemak (gram) 6,25 57 10,96 % Defisit berat
Karbohidrat (gram) 23,75 263 9,03 % Defisit berat
b. Antropometri
Data antropometri yang didapatkan dilakukan dengan cara pengukuran
langsung.
TB : 141cm
BBI : 41 kg
LLA (cm) : 20,9 cm
c. Biokimia
d. Pemeriksaan Fisik
Hasil Pengamatan Fisik Selama Tiga Hari
Keadaan fisik
d. Fisik : lemas
40
e. Keadaan umum : compos mentis
f. BAK : tidak lancar
e. Pemeriksaan Klinis
Hasil Pengamatan Klinis selama tiga hari
Jenis Hasil
Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan Pemeriksaan
Tekanan darah 130/80 mmHg 110/65 mmHg Tinggi
Nadi 84x/mnt 75-105 x/menit Normal
Suhu 360C 36,1 – 37,2 0C Normal
Respirasi 22x/menit 18-26 x/menit Normal
f. Pengobatan
Pengobatan / Tindakan Yang Diberikan pada Tn.O selama tiga hari
Obat Yang Diberikan Dosis
Infus NaCl 3% 8 tpm
Infus NaCl 0,9% 16 tpm
Cefriaxone 2 x 1 gr
Ranitidin 50 2 x 1 amp
Ketocid 2x1
41
B. Pembahasan
Upaya yang dilakukan dalam pemenuhuan kebutuhan gizi untuk pasien rawat inap
dilakukan melalui pelayanan gizi dengan menyediakan makanan atau diet kepada pasien.
Bagi sejumlah pasien dengan penyakit berat, upaya pelayanan gizi tersebut tidak dapat
dilaksanakan secara maksimal, karena berbagai keterbatasan pada penerimaan,
pencernaan dan penyerapan berbagai zat gizi pada makanan di dalam tubuh.
Pada praktek lapangan mata kuliah dietetik lanjut, saya mendapatkan bagian untuk
melakukan asuhan gizi di ruang Dahlia atau ruang bedah nomor 19 dengan asuhan gizi
pada pasien hematuria yang telah di rawat sejak tanggal 12 maret 2018 dengan
keterangan datang sendiri ke rumah sakit. Pada hari pertama saya melakukan anamnesa
pasien dengan menggunakan skrining dari rumah sakit. Tujuan di lakukan di lakukannya
skrining yaitu untuk mengetahui tingkat keparahan suatu penyakit atau keadaan seorang
pasien yang telah di rawat di rumah sakit.
Saat saya melakukan asuhan gizi pada Ny. B selama 2 hari pada tanggal 16 maret
2018 sampai 17 maret 2018. Dengan proses asuhan gizi sebagai berikut
1. Skrining gizi
Tn.O pada saat di lakukan skrining awal yaitu untuk mengetahui apakah Tn.O
beresiko tinggi atau tidak sehingga perlu di lakukan tindakan lebih lanjut. Dari hasil
skrining yang di peroleh Tn.O memperoleh skor 3 yang mana Tn. O beresiko sedang.
Penilaian status gizi Tn. O yang di ukur dengan menggunakan LILA dan
dikategorikan kurang. Pada saat diwawancara dikatakan bahwa Tn.O mengalami
penurunan berat badan dalam 6 bulan terkahir. Tn. O memiliki gangguan dalam
menelan dan kadang tidak nafsu makan.
2. Antropometri
Pada saat pengukuran antropometri saya untuk mengetahui tinggi badan saya
menggunakan pengukuran panjang lengan di karenakan Tn. O tidak bisa berdiri
sehingga di dapatkan hasil tinggi badan estimasi yaitu 141 cm. Untuk pengukuran
berrat badan saya menggunakan berat badan koreksi menggunakan pita LILA
sehingga di dapat berat badan estimasi 41 kg dengan nilai LILA yang di dapat yaitu
20,9 cm dengan % LILA 65,93% termasuk ke dalam status gizi kurang. Dan untuk
42
mengetahui berapa berat badan Ny. B saya menggunakan perrhitungan BBI untuk
laki-laki.
3. Biokimia
Hasil pemeriksaan laboratorium yang saya lihat dari buku rekam medik pasien yaitu
pemeriksaan terakhir pada tanggal 15 maret 2018. Adapaun pemeriksaan meliputi
pemeriksaan ureum, creatinin, natrium, kalium, dan kalsium yang mana nilai dari
pemerksaan tersebut tidak normal.
Hasil ureum yang normal mendakan tidak terdapat gangguan pada fungsi ginjal
karena ureum adalah salah satu produk dari pemecahan protein di dalam tubuh.
Kreatinin berfungsi untuk melakukan evaluasi terhadap glomerulus Kelebihan cairan,
kehilangan natrium lewat saluran cerna.
4. Pemeriksaan fisik
Pada saat di lakuakan pemeriksaan fisik klinis yaitu keadaan pasien dalam keadaan
tekanan darah tinggi, nadi normal, suhu normal, respirasi normal.
5. Pengobatan
Obat yang di berikan dari rumah sakit yaitu ada 3 obat yang mana obat tersebut adalah
cefriaxone, Ranitidin, Ketocid. Masing masing obat tersebut memiliki efek mual,
muntah dan tidak nafsu makan. Obat cefriaxone dengan dosis 2x1 gr adalah obat
untuk berbagai macam infeksi bakteri seperti infeksi pernapasan bagian bawah,
infeksi saluran kemih, meningitis, dan gonore.. Ranitidin 2x1 amp adalah obat yang
dapat digunakan untuk menangani gejala atau penyakit yang berkaitan dengan
produksi asam berlebihan di dalam lambung.dan Ketocid 2x1 suplemen tambahan
yang digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan asam amino dan untuk
menjaga kesehatan tubuh.
43
Untuk melihat asupan makanan pasien maka perlu di lakukan evaluasi terkait dengan
asupan makan yang pasien makan dari rumah sakit yaitu di lakukannya dengan
metode berat saat pemorsian – berat sisa (berat makanan yang tidak di habiskan).
Pada saat asupan makanan pasein, pasien hanya mengkonsumsi makanan dari dalam
rumah sakit saja, karena kepatuhan pasien terhadap anjuran dari ahligizi bahwasanya
pasien harus mengkonsumsi makanan yang di berikann dari rumah sakit dan harus di
habiskan sendiri.
160.00%
140.00%
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Energi Protein Lemak Karbohidrat
pemorsian1 pemorsian 2
44
BAB VI
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :
1. Hasil skrining yang dilakukan pada Tn. O adalah resiko sedang, hasil tersebut
didapatkan dari keadaan pasien yang mengalami hematuria sehingga dapat
menyebabkan terjadinya malnutrisi pada pasien.
2. Antropometri pasien mengetahui tinggi badan pengukuran panjang lengan di
karenakan Tn. O tidak bisa berdiri sehingga di dapatkan hasil tinggi badan estimasi
yaitu 141 cm. Untuk pengukuran berat badan berat badan koreksi menggunakan Pita
LILA sehingga di dapat berat badan estimasi 41 kg dengan nilai LILA yang di dapat
yaitu 20,9 dengan % LILA 65,93% termasuk ke dalam status gizi kurang.
3. Data biokimia yang dijalani Tn. O menunjukkan bahwa kadar ureum, creatinin,
kalium dan kalsium dikatakan tinggi.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan asuhan gizi 2 hari yaitu pasien dalam keadaan
tampak lemah (hanya bisa berbaring di tempat tidur), keadaan sadar serta buang air
kecil tidak lancar
5. Pemeriksaan klinis pasien selama asuhan gizi 2 hari yaitu untuk suhu, respirasi, dan
nadi masuk kedalam kategori normal, sedangkan untuk tekanan darah masuk kedalam
kategori tinggi dikarenakan penggunaan injeksi cefotaxime yang memiliki efek sampi
6. Obat yang di berikan dari rumah sakit yaitu ada 3 obat yang mana obat tersebut adalah
cefriaxone, Ranitidin, Ketocid. Masing masing obat tersebut memiliki efek mual,
muntah dan tidak nafsu makan.
7. Diagnosa yang digunakan pada asuhan gizi selama 2 hari adalah domain intake,
dengan prioritas masalah meningkatkan asupan zat gizi yang masih defisit, serta
mengurangi asupan zat gizi yang berlebihan.
8. Monitoring asupan makan pasien selama 2 hari didapatkan hasil bahwa terjadi
peningkatan asupan pasien dari tanggal 17 hingga tanggal 18 meskipun ada beberapa
45
zat gizi makro dan mikro yang masih defisit dikerenakan, sisa makanan dan jenis
makanan yang seharusnya dikonsumsi lebih tetapi tidak dikonsumsi.
B. Saran
Di harapkan kepada mahasiwa agar lebih teliti dalam melakukan posedur asuhan
gizi standar di rumah sakit baik dari melakukan skrining gizi, antropometri, menghitung
kebutuhan dan pemorsian
DAFTAR PUSTAKA
Suhendro, Nainggolan L, Chen K. Pohan HT. Infeksi Saluran Kemih. Editor Suboyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Marcellus SK. Setiati S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Jakarta :
Interna Publishing. 2009.
Andreson, Etc, Handbook Of Clinical Drug Data, 10th, Mcgraw-Hill Companies, USA, 174,
2002
Naber KG, Bergman B, Bishop MC, Johansen TEB, Botto H. European Association Of
Urology : Guidelines On Urinary And Male Genital Tract Infections. 2001.
Depkes, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar Di Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, Jakarta
46
47
LAMPIRAN
48
Dokumentasi Pemorsian Makanan Pasien
Makan siang
Makan malam
Makan siang
Makan malam
49
Lampiran 2. Dokumentasi Kegiatan
No Keterangan Gambar
1 Proses penimbangan bahan makanan yang
akan diberikan yaitu bubur
50