Anda di halaman 1dari 43

PROPOSAL

LITERATURE REVIEW PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK

TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI

OLEH

PRISCILLYA YULLYANTY THELESSY

NPM: 12114201150115

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU

AMBON

2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Kami menyatakan menerima dan menyetujui proposal yang disusun oleh


Priscillya Yullyanty Thelessy dengan NPM : 12114201150115 untuk diujikan.

Ambon, Oktober 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. M. Siauta, S.Kep., M.Kep Ns. M. Lilipory, S.Kep., M.Kep

NIDN : 1209099001 NIDN : 1203068702

Mengetahui
Ketua Program Studi Keperawatan

Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep


NIDN : 1223038001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat, hikmah dan kesehatan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal dengan judul “Literature Review Pengaruh terapi
musik klasik terhadap penurunan tekanan darah pasien hipertensi”. Proposal
ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Keperawatan
pada Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen
Indonesia Maluku.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ns. M. Siauta, S.Kep.,
M.Kep selaku pembimbing I atas kasih, kesetiaan, kesabaran, serta pengertiannya
dalam membimbing penulis demi terselesaikannya proposal ini. Terima kasih juga
kepada Ns. M. Lilipory, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II atas kasih,
kesetiaan, kesabaran, serta pengertiannya dalam membimbing penulis demi
terselesaikannya proposal ini.

Dengan terselesaikannya proposal ini perkenankanlah penulis


mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dengan hati yang tulus kepada :

1. Dr. J. Damamain, M.Th selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia


Maluku dan Para Pembantu Rektor I-IV
2. B. Talarima, SKM., M.Kes selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas
Kristen Indonesia Maluku serta Para Pembantu Dekan I-III
3. Ns. S. R. Maelissa, S.Kep., M.Kep selaku ketua Program Studi
keperawatan Fakultas Kesehatan Universitas Kristen Indonesia Maluku
4. Ns. M. Siauta, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis sehingga proposal ini
dapat terselesaikan atas kesediaan membimbing dan memberi saran dalam
perbaikan penulisan ini.
5. Ns. M. Lilipory, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing II atas kesediaan
membimbing dan memberi saran dalam perbaikan penulisan ini.

iii
6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Kristen Indonesia Maluku
7. Kedua orangtua yang telah membesarkan, mendidik, mendoakan, menjadi
panduan serta selalu ada bagi penulis juga yang selama ini membantu
penulis baik secara moril maupun materi selama penulis mengikuti
pendidikan serta saudara/I saya yang selalu menyemangati.
8. Sahabat penulis dan teman-teman angkatan 2015 yang menjadi motivator,
pendorong, dan pencerah suasana hati sehingga penulis selalu memiliki
semangat dalam menyelesaikan proposal ini.

Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang


dengan berbagai macam cara dan perannya telah membantu penulis dalam proses
penyusunan hingga terselesaikannya proposal ini. Harapan penulis, proposal ini
bisa menjadi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang kesehatan

Ambon, Oktober 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................ii

KATA PENGANTAR......................................................................................................iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1-6

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................6

C. Tujuan Penelitian...................................................................................................6

D. Manfaat Penelitian.................................................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................8-25

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi.....................................................................8

1. Definisi Hipertensi.....................................................................................8

2. Klasifikasi Hipertensi................................................................................8

3. Etiologi Hipertensi.....................................................................................9

4. Patofisiologi Hipertensi...........................................................................10

5. Tanda dan Gejala Hipertensi...................................................................11

6. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................12

7. Penatalaksanaan Hipertensi.....................................................................13

8. Komplikasi Hipertensi.............................................................................17

v
B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian.....................................................18

1. Tinjauan Umum Tekanan Darah.............................................................18

2. Tinjauan Umum Terapi Musik................................................................20

C. Kerangka Konsep................................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................26-31

A. Jenis Penelitian....................................................................................................26

B. Tahapan Systematic Review.................................................................................26

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian...........................................................26

2. Menyusun Protokol..................................................................................27

3. Menyusun Strategi Pencarian..................................................................29

4. Ekstraksi Data..........................................................................................29

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling.............................................................29

1. Populasi...................................................................................................29

2. Sampel.....................................................................................................29

3. Teknik Sampling......................................................................................30

D. Variabel Penelitian..............................................................................................31

E. Analisa Data........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konsep...................................................................................... 65

Gambar 3.1 Hasil Pencarian Data..................................................................................67

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan abnormal tekanan

darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan

memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus

lebih dari satu periode (Irianto, 2014). Hipertensi sering disebut sebagai

“silent killer” (siluman pembunuh), karena penderita Hipertensi tidak pernah

merasakan sesuatu gangguan atau gejala (Triyanto, 2014).

Menurut data WHO (World Health Organization) (2018), secara global

saat ini jumlah penderita Hipertensi di seluruh dunia mencapai 1,3 milyar

orang, dan setiap tahunnya Hipertensi menyumbang kematian sebanyak 9,4

juta orang di seluruh dunia. Sementara itu menurut data Riskedas (2018),

prevalensi Hipertensi di Indonesia terus meningkat, berdasarkan hasil

Rikerdas 2016 sebanyak 25,8% meningkat 32,4% pada tahun 2017 dan

meningkat sebesar 34,1% pada tahun 2018 dari total 88.627.389 jiwa.

Menurut data kemenkea RI (2016) berdasarkan system informasi surveilans

PTM menurut provinsi, presentase Hipertensi tertinggi di Indonesia berada

pada Provinsi Jawa Barat (65,5%), Jawa Tengah (61,6%), dan Banten (60,1%)

dengan prevalensi berdasarkan jenis kelamin tertinggi berada pada laki-laki

sebesar 48,6% daan perempuan sebanyak 43,7%.

1
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Maluku (Maluku Dalam Angka)

tahun 2017, presentase Hipertensi di wilayah Maluku tertinggi berada di

Kabupaten Maluku Tenggara sebesar 13,9%, diikuti oleh Kabupaten

Kepulauan Aru sebesar 11% dari 98,684 jiwa, kota Tual sebesar 9% dari

81,621 jiwa, Kabupaten Seram Bagian Timur 7,6% dari 107,008 jiwa,

Kabupaten Buru 7,3% dari dari 124,022 jiwa, Kabupaten Maluku Tenggara

Barat 7,2% dari 108,665 jiwa, Kabupaten Maluku Barat Daya 6,4% dari

72,020 jiwa, Kabupaten Maluku Tengah 4,8% dari 368,134 jiwa dan

Kabupaten Seram Bagian Barat sebesar 0,8% dari 168,134 jiwa.

Peningkatan tekanan darah disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya

jenis kelamin, latihan fisik, makanan, stimulant (zat-zat yang mempercepat

fungsi tubuh), kondisi penyakit (arterioskleosis), hereditas, nyeri, obesitas,

usia, serta kondisi pembuluh darah. Salah satu penyebab peningkatan tekanan

darah pada pasien hipertensi adalah stress. Stress merupakan suatu tekanan

fisik maupun psikis yang tidak menyenangkan, stress dapat merangsang

kelenjar anak ginjal melepaskan hormone adrenalin dan memacu jantung

berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat.

(Prasetyorini & Prawesti, 2015)

Dilihat dari tingginya kasus Hipertensi beserta beratnya risiko komplikasi

yang dihadapi para pasien maka perlulah untuk mendapatkan sebuah

penanganan yang tepat yaitu dengan melakukan terapi nonfarmakologis dan

farmakologis. Terapi farmakologis menggunakan obat atau senyawa yang

dalam kerjanya mempengaruhi tekanan darah. Pengobatan farmakologis yang

2
digunakan untuk mengobati Hipertensi adalah ACE inhibitor, Beta-bloker,

Calcium Chanel Bloker, Direct Renin Inhibitor, Diuretik, Vasodilator.

(Simadibrata, 2006, dalam Triyanto, 2014). Terapi nonfarmakologis

merupakan terapi tanpa menggunakan agen obat dalam proses terapinya, yang

memberikan manfaat relaksasi kepada tubuh. Salah satu tindakan

nonfarmakologis yang diharapkan dapat menurunkan tekanan darah adalah

dengan terapi komplementer. Terapi komplementer merupakan terapi yang

digunakan sebagai suatu cara penanggulangan penyakit untuk mendukung

pengobatan medis yang sedang dilakukan. Terapi komplementer tidak untuk

menggantikan terapi medis, akan tetapi dalam beberapa kasus terapi

komplementer juga dapat digunakan sebagai single therapy yang tujuannya

hanya meningkatkan kesehatan. Terapi komplementer bertujuan untuk

memperbaiki fungsi dari sistem-sistem tubuh, terutama sistem kekebalan dan

pertahanan tubuh. Terapi komplementer memiliki beberapa macam, salah

satunya ialah terapi musik (Hadibroto, 2014).

Terapi musik adalah keahlian menggunakan musik atau elemen musik oleh

seorang terapis untuk meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan

kesehatan mental, fisik, emosional dan spiritual. Dalam kedokteran, terapi

musik disebut sebagai terapi pelengkap (Complementary Medicine), Potter

juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang digunakan untuk

penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu.

Musik lembut dan teratur seperti instrumentalia dan musik klasik merupakan

3
musik yang sering digunakan untuk terapi musik (Potter, 2012 dalam Julia,

2017).

Terapi musik klasik terbukti secara fisiologis manifestasinya dapat dilihat

dari menurunnya frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan

depresi, menghilangkan nyeri, dan menurunkan tekanan darah. Hal ini

membuktikan dari penelitian Campbell bahwa musik klasik bisa membantu

penyembuhan penyakit-penyakit seperti : stress, kanker dan tekanan darah

tinggi (Campbell, 2012 dalam Julia, 2017).

Musik klasik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan

ketidakmampuan yang dimiliki oleh tiap orang. Musik klasik dapat

meningkatkan, dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, social dan

spiritual. Menurut Suryana (2012), mendengarkan musik klasik bisa

menurunkan tekanan darah.

Berasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diyono dan Putri

Mawarni (2015) yang berjudul “Efek Terapi Musik untuk Menurunkan

Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi di Desa Taraman Sragen Jawa

Tengah” menunjukkan adanya penurunan tekanan darah tekanan darah sistolik

dan diastolic pasien Hipertensi setelah melakukan terapi musik. Data-data

tersebut menunjukkan bahwa setelah dilakukan terapi musik, rata-rata sistolik

150,5 mmHg menurun menjadi 130 mmHg. Sedangkan pada komponen

tekanan darah diastolic juga menunjukkan penurunan dari sebelum terapi

musik 100,5 mmHg menjadi 88 mmHg.

4
Berdasarkam latar belakang masalah maka, penulis tertarik untuk

mengetahui tentang Efektivitas Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan

Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang dan konsep rumusan masalah diatas, maka dapat

dirumuskan bahwa masalah penelitiannya adalah “Apakah terapi musik klasik

efektif terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi ?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas terapi musik

klasik terhadap penurunan tekanan darah pada pasien Hipertensi

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a. Referensi

Sebagai tambahan referensi tentang pengaruh terapi musik klasik

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi

b. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar acuan bagi

pengembangan penelitian selanjutnya dan pengembangan ilmu

pengetahuan di waktu yang akan datang serta dapat dijadikan salah

satu sumber bacaan mahasiswa tentang pengaruh terapi musik klasik

terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi.

5
2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi

kalangan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik

yang berhubungan dengan judul penelitian di atas.

b. Manfaat bagi pasien

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dalam menjalankan

terapi nonfarmakologis bagi penurunan tekanan darah

c. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pembelajaran

dalam penelitian.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi

1. Defenisi Hipertensi

Hipertensi atau juga dikenal sebagai tekanan darah tinggi

adalah suatu kondisi di mana pembuluh darah arteri terus-menerus

meningkatkan tekanan sehingga meningkatkan beban kerja jantung.

Sementara itu menurut Joint National Committe on Prevention

Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure VII/

JNC 2003 dalam Puspita (2016), hipertensi adalah suatu keadaan

dimana tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥90

mmHg.

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi hipertensi menurut Joint National Committe on

Prevention Detection, Evaluation, and Treatment or High Pressure

VII/JNC - VII 2003, dalam P2PTM Kemenkes RI (2018) adalah :

Tabel 2.1

Klasifikasi hipertensi menurut menurut JNC - VII 2003


Klasifikasi Sistolik Diastolik

Normal <120 Dan <80

Pre-hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99


7
Hipertensi derajat 2 >160 Atau >100

Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 Dan <90


3. Etiologi Hipertensi

Menurut PUSDATIN Kemenkes RI (2015), hipertensi terbagi

menjadi menjadi dua bagian yaitu :

a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial

Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui

penyebabnya. Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui

(idiopatik), terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi. Namun

beberapa factor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya

hipertensi esensial yaitu :

1) Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan

hipertensi memiliki resiko dua kali lebih besar untuk

mendapatkan penyakit ini.

2) Usia : biasanya hipertensi terjadi pada individu yang berumur

diatas 60 tahun. Sebanyak 50-60% mempunyai tekanan darah

lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini

merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang

bertambah usianya.

3) Jenis kelamin : Selain memiliki resiko lebih tinggi menderita

hipertensi lebi awal, laki-laki juga berisiko lebih besar terhadap

morbiditas dan mortalitis beberapa penyakit kardiovaskuler.

4) Kebiasaan merokok : Merokok sangat besar perananya dalam

meningkatkan tekanan darah, hal tersebut disebabkan oleh

8
nikotin yang terdapat didalam rokok yang memicu hormon

adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat.

5) Konsumsi garam berlebih dalam waktu pendek akan

mengakibatkan peningkatan tahanan perifer dan tekanan darah.

b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial

Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10%

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada

sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau

pemakaian obat tertentu. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal

akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah

penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik

secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau

memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah.

4. Patofisiologi hipertensi

Menurut P2PTM Kemenkes RI (2016) , meningkatnya tekanan

darah terjadi ketika pembuluh darah arteri besar kehilangan

kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga arteri tidak dapat

mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri

tersebut. Pada akhirnya darah pada setiap denyut jantung dipaksa

untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan

menyebabkan naiknya tekanan karena kekuatan darah yang mendorong

dinding pembuluh darah arteri yang sempit. Dengan cara yang sama,

tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu

9
jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena

perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Hal inilah yang menyebabkan meningkatnya beban kerja

jantung, jantung dipaksa memompa lebih kuat sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya sedangkan nutrisi dalam sel

sudah mencapai kebutuhan. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi juga

menyebabkan meningkatnya tekanan darah, dan hal ini terjadi jika

terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga ginjal tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh, yang pada

akhrinya volume darah dalam tubuh meningkat dan tekanan darah juga

meningkat (P2PTM Kemenkes RI, 2016).

5. Tanda dan gejala hipertensi

Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent

killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai tanda

dan gejala yang jelas. Adapun gejala hipertensi yang muncul dianggap

sebagai gangguan biasa, penderita juga sering mengabaikannya dan

terkesan tidak merasakan apapun atau berprasangka dalam keadaan

sehat, hal ini yang seringkali menyebabkan penderita terlambat dan

tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi. Sementara itu satu-

satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang mengalami hipertensi

adalah dengan mengukur tekanan darah arteri dan penetuan diagnose

oleh dokter (Artiyaningrum, 2015).

10
Namun gejala yang lazim sering dijumpai biasanya berupa

sakit kepala, jantung berdebar-debar, rasa sakit di dada, mudah merasa

lelah, penglihatan kabur ; dimana gejala ini juga bisa saja terjadi baik

pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan

darah yang normal, untuk itu diperlukan pengontrolan tekanan darah

untuk bisa menegakan diagnose bahwa seseorang telah mengidap

hipertensi.

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang pada pasien hipertensi menurut

Maryanti (2017), meliputi pemeriksaan laboratorium rutin yang

dilakukan sebelum memulai terapi bertujuan untuk menentukan adanya

kerusakan organ dan faktor resiko lain atau mencari penyebab

hipertensi. Pemeriksaan diagnostik meliputi BUN/creatinin (fungsi

ginjal). Glukosa (DM), kalium serum (meningkat menunjukan

aldosteron yang meningkat), kolesterol dan trigleserit (indikasi

pencetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (menyebakan vasokontriksi),

urinalisa protein , gula (menunjukan disfungsi ginjal), asam urat

(faktor penyebab hipertensi), EKG (pembesaran jantung, gangguan

konduksi), IVP (dapat mengidentifikasi hipertensi).

7. Penatalaksanaan hipertensi

11
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk

mengendalikan angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit

hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan

terhadap kualitas hidup penderita. Upaya penatalaksanaan hipertensi

pada dasarnya dapat dilakukan melalui terapi non farmakologi dan

terapi farmakologis.

1. Terapi Non farmakologis

Terpai non farmakologis dapat dilakukan dengan cara

modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan

dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari

sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari

minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga

juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari,

jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5x per

minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan

mengendalikan stress.

2. Terapi farmakologis

a. Pola pengobatan hipertensi

Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal,

masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat

berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan

pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang

12
cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon

penderita terhadap obat anti hipertensi. Obat-obat yang

digunakan sebagai terapi utama (first line therapy) adalah

diuretik, Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-

Inhibitor), Angiotensin Reseptor Blocker (ARB), dan Calcium

Channel Blocker (CCB). Kemudian jika tekanan darah yang

diinginkan belum tercapai maka dosis obat ditingkatkan lagi,

atau ganti obat lain, atau dikombinasikan dengan 2 atau 3 jenis

obat dari kelas yang berbeda, biasanya diuretik dikombinasikan

dengan ACE-Inhibitor, ARB, dan CCB.

b. Prinsip Pemberian Obat Anti hipertensi

Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai

berikut :

1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan

pengobatan penyebabnya.

2) Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk

menurunkan tekanan darah dengan harapan

memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya

komplikasi

3) Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan

menggunakan obat anti hipertensi

4) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang,

bahkan pengobatan seumur hidup.

13
5) Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat

antihipertensi di puskesmas dapat diberikan disaat kontrol

dengan catatan obat yang diberikan untuk pemakaian

selama 30 hari bila tanpa keluhan baru.

6) Untuk penderita hipertensi yang baru didiagnosis

(kunjungan pertama) maka diperlukan kontrol ulang

disarankan 4 kali dalam sebulan atau seminggu sekali,

apabila tekanan darah sitolik >160 mmHg atau diastolik

>100 mmHg sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah

kunjungan kedua (dalam dua minggu) tekanan darah tidak

dapat dikontrol.

c. Jenis obat Antihipertensi

Jenis obat Antihipertensi yang sering digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Diuretik

Pada awalnya obat jenis diuretik ini bekerja dengan

menimbulkan pengurangan cairan tubuh secara keseluruhan

(karena itu urin akan meningkat pada saat diuretik mulai

digunakan). Selanjutnya diikuti dengan penurunan

resistansi pembuluh darah diseluruh tubuh sehingga

pembuluh-pembuluh darah tersebut menjadi lebih rileks.

Diuretik terdiri dari 4 subkelas yang digunakan sebagai

terapi hipertensi yaitu tiazid, loop, penahan kalium dan

14
antagonis aldosteron. Diuretik terutama golongan tiazid

merupakan lini pertama terapi hipertensi. Bila dilakukan

terapi kombinasi, diuretik menjadi salah satu terapi yang

direkomendasikan.

2) Penghambat beta (Beta Blocker)

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui

penurunan laju nadi dan daya pompa jantung. Obat

golongan beta blocker dapat menurunkan risiko penyakit

jantung koroner, prevensi terhadap serangan infark miokard

ulangan dan gagal jantung.

3) Golongan penghambat angiotensin converting enzyme

(ACE) dan angiotensin receptor blocker (ARB).

Penghambat angiotensin converting enzyme (ACE

inhibitor/ACEI) menghambat kerja ACE sehingga

perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II

(vasokontriktor) terganggu. Sedangkan angiotensin receptor

blocker (ARB) menghalangi ikatan zat angiotensi II pada

reseptornya. Baik ACEI maupun ARB mempunyai efek

vasodilatasi, sehingga meringankan beban jantung. ACEI

dan ARB diindikasikan terutama pada pasien hipertensi

dengan gagal jantung, diabetes melitus, dan penyakit ginjal

kronik. Secara umum, ACEI dan ARB ditoleransi dengan

15
baik dan efek sampinya jarang. Obat-obatan yang termasuk

golongan ACEI adalah valsartan, lisinopril, dan ramipril .

4) Golongan Calcium Channel Blockers (CCB)

Golongan Calcium Channel Blockers (CCB) menghambat

masuknya kalsium kedalam sel pembuluh darah arteri,

sehingga menyebabkan dilatasi arteri koroner dan juga

arteri perifer. Ada dua kelompok obat CCB, yaitu

dihidropyridin dan nondihidropyridin, keduanya efektif

untuk pengobatan hipertensi pada usia lanjut. Secara

keseluruhan, CCB diindikasikan untuk pasien yang

memiliki faktor risiko tinggi penyakit koroner dan untuk

pasien-pasien diabetes.

8. Komplikasi Hipertensi

Menurut Puspita (2016), hipertensi dapat menyebabkan

komplikasi dimana terjadi kerusakan organ-organ target diantaranya

adalah

a. Jantung : hipertrofi ventrikel kiri , angina atau infark miokardium

dan gagal jantung

b. Otak : terjadinya stroke atau transient ischemic attack

c. Penyakit Ginjal Kronis

d. Penyakit Arteri Perifer

e. Retinopati

16
B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Penelitian

1. Tinjauan Umum Tekanan Darah

Tekanan Darah adalah jumlah tekanan yang digunakan dalam

aliran darah saat melewati arteri. Kontraksi ventrikel kiri jantung

mendorong darah menuju arteri, arteri utama kemudian mengembang

dan lapisan otot arteri melawan tekanan, kemudian darah di dorong

keluar menuju pembulu yang lebih kecil. Tekanan maksimal arteri

berhubungan dengan kontraksi ventrikel kiri yang disebut tekanan

sistolik. Tekanan minimal terjadi saat jantung berada pada kondisi

relaksasi maksimal disebut tekanan diastolik (Wade, 2016:21).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang digunakan untuk

melawan dinding pembulu darah saat sistole ventrikel. Tekanan darah

diastole merupakan tekanan yang dikeluarkan saat distole ventrikel

relaksasi(Rosdahl dan Mary, 2014).

Tekanan darah dinyatakan normal apabila tekanan darah kurang

dari 130/85 mmHg, sedangkan apabila lebih dari 140/90 mmHg

dinyatakan sebagai hipertensi. Dan diantara kategori tersebut dikatakan

sebagai normal-tinggi(Herlambang, 2014:12). Menurut Kurniadi dan

Ulfa (2014:375-376) teknik mengukur tekanan darah yaitu:

a. Responden duduk santai dengan lengan rileks di atas meja, telapak

tangan menghadap ke atas dan otot tidak boleh menegang.

17
b. Perangkat Tensimeter diletakkan di dekat lengan yang diperiksa,

skala menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bisa duduk atau berdiri

di hadapan yang diperiksa.

c. Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter di lengan atas, 3 cm di atas

lipat siku, tidak terlalu longgar dan tidak terlalu ketat.

d. meletakkan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi

paling keras teraba dengan tangan kiri, pasangkan stetoskop ujung

satunya di kedua liang telinga.

e. Pegang bola karet tensimeter dengan tangan kanan, putar katup

dipangkal bola pemompa dengan jempol dan telunjuk searahh jarum

jam untuk menutup selang, tangan kiri menekan stetoskop di nadi

responden kemudian pompa bolakaretnya sehingga air raksa

berangsur angsur naik sehingga bunyi detak jantung masih

terdengar di telinga. Hentikan pemompaan setelah bunyi detak

jantung menghilang. Naikan 30 milimeter air raksa diatas sejak

bunyi detak jantung menghilang.

f. Buka penutup katup secara perlahan dengan jempol dan telunjuk

dengan tanggan kanan hingga terjadi penurunan pada jarum 3

milimeter perdetik. Perhatikan turunnya, saat terdengar detak

jantung pertama ditetapkan sebagai nilai sistolik dan saat bunyi

detak jantung tidak terdengar disebut angka diastolik.

g. Apabila gagal mendengarkan bunyi degup pertama, ulangi sekali

lagi dengan penunjuk sudah menunjukkan angka nol.h.Pemeriksaan

18
sejati apabila dilakukan baru bangun tidur. Bila pengukuran

dilakukan setelah aktifitas harian, tunggu duduk atau berbaring

tenang lima menit sebelum diukur.

2. Tinjauan Umum Terapi Musik

a. PengertianTerapi

Musik adalah teknik yang digunakan untuk menyembuhkan

suatu penyakitdengan menggunakan musik. Musik yang digunakan

untuk terapi merupakan musik yang lembut dan teratur seperti

instrumentalia dan musik klasik (Setyoadi dan Kushariyadi,

2011:42). Terapi musik klasik adalah keahlian menggunakan musik

dan elemen musik oleh seorang terapis yang tersertifikasiuntuk

meningkatkan dan mempertahankan kesehatan(Aspiani, 2014:218).

Menurut Djohan dalam Solehati dan Cecep (2015:183) musik

memiliki empat elemen yang perlu di perhatikan dalam pemberian

terapi musik klasik, yaitu :

1) Pitch adalah nada yang dihasilkan melalui vibrasi dengan

kecepatan tertentu.

2) Tempo adalah rata-rata satuan waktu pada saat musik

dimainkan.

3) Timbre adalah kualitas suara yang dihasilakan oleh musik.

4) Dinamika adalah tingkat kekerasan dan kelembutan suara

musik.

19
Elemen musik yang stabil dan dapat diperediksi

menimbulkan efek rileks, sedangkan musik yang bervariasi atau

memiliki perubahan nada yang tiba-tibamenumbulkan rangsangan

yang dihasikan dapatberbeda (Djohan dalam Solehati dan Cecep,

2015:183).Dalam penelitian yang dilakukan Herawati et al., (2018)

menunjukan adanya pengaruh terapi musik klasik terhadap

penurunan tekanan darah hipertensi ringan sampai hipertensi berat.

b. Manfaat

Terapi musik memiliki rangsangan untuk meningkatkan

pelepasan endorfindan mengalihkan perhatian dari suatu rasa sakit.

Terapi musik memberikan suasana rileks terhadap pikiran maupun

pada tubuh pendengarnya, suasana rileks tersebut mempengaruhi

denyut jantung dan tekanan darah sesuai dengan frekuensi, tempo

dan volume musik yang didengarkan (Aspiani, 2014:219).

Mendengarkan musik dapat mengaktifasi sistem limbik yang dapat

menyebabkan individu menjadi rileks. Keadaan rileks ini

menyebabkan tekanan darah menurun. Musik dapat menstimulus

tubuh untuk memproduksi molekul nitric oxide (NO). Molekul ini

bekerja pada tonus pembuluh darah sehingga dapat menurunkan

tekanan darah (Kurniadi dan Ulfa, 2014:417)

Stimulus musik yang dikirim oleh akson serabut sensori

ascendenke neuron Reticular Activaty System (RAS)

ditrasformasikan oleh nucleusspesifik dari thalaamus melewati area

20
korteks serebri, sistem limbik, corpus collosum, serta area sistem

saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Musik dapat memberikan

rangsangan pada saraf simpatis dan para simpatis untuk

menghasilkan efek relaksasi. Efek musik pada sistem

neuroendokrinadalah memelihara sekresi hormon dan zat kimia

dalam darah, ekresi endorfin berguna untuk menurunkan nyeri,

pengeluaran ketokolamindan kadar kortikosteroit adrenal (Solehati

dan Cecep, 2015:193).

c. Jenis terapi musik

Semua jenis musik dapat digunakan sebagai terapi musik,

seperti lagu-lagu relaksasi, lagu popular, dan musik klasik. Musik

dengantempo sekitar 60 ketukan/menit yang bersifat rileks

merupakan anjuran terapi musik, apabila terlalu cepat maka secara

tidak sadar stimulus yang masuk membuat pasien mengikuti irama

tersebut sehingga keadaan istirahat tidak tercapai. Musik klasik

seringkali menjadi acuan terhadap terapi musik. Musik klasik yang

biasa digunakan adalah musik karya mozart. Musik karya mozart

memiliki nada-nada dengan frekuensi yang tinggi, rentang nada

yang luas dan tempo yang dinamis (Kurniadi dan Ulfa,

2014:417).Dalam penelitian yang dilakukan Herawati et al., (2018)

menunjukan terapi musik klasik yang mengandung tempo 60

ketukan permenit dan irama yang teratur dan terus menerus dapat

21
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi ringan dan

hipertensi sedang.

Irama Mozart Sonata For two pianos in D major K.448

mempunyai beberapa komponen sifat musik yang dapat difungsikan

sebagai relaksasi. Nada yang digunakan adalah nada mayor, nada

mayor merupakan nada yang dapat membuat suasani hati menjadi

bahagia dan menimbulkan efek positif. (Winantyo, 2017:39)Dalam

penelitiaan yang dilakukan Winantyo (2017) menunjukan bahwa

irama Mozart Sonata For Two Pianos In D Major K.448 dapat

menurunkan tekanan darah, dari 30 sampelyang digunakan sebagai

responden rata rata tekanan darah sistolesebelum dilakukan terapi

adalah 120.7667 sesudah dilakukan terapi adalah 116.0333,

sedangkan tekanan darah diastole sebelum dilakukan terapi adalah

77,4 dan sesudah dilakukan terapi adalah 73.

d. Penatalaksanaan

Dalam Aspiani (2014:220) tahap-tahap dalam melakukan terapi

musik yaitu:

1) Menganjurkan responden untuk dalam posisi yang paling

nyaman. Memejamkan mata dan bernafas dalam secara

perlahan.

2) Menganjurkan menggunakan headset.

3) Mengatur volume musik agar tidak terlalu keras dan tidak

terlalu kecil.

22
4) Menganjurkan responden mendengarkan dengan seksama

instrumen dari musik.

5) Musik didengarkan minimal 15 menit sehingga dapat

memberikanefek terapeutik.

6) Setelah mendengarkan musik selama minimal 15 menit peneliti

mengobservasi responden.

Menurut Bluechek (dalam Astuti et al.,2017) dalam melakukan

relaksasi otot progresif dan terapi musik klasik harus dilakukan sesuai

dengan prosedur yang telah ditentukan untuk mendapatkan pengaruh

terapi yang lebih optimal.

C. KERANGKA KONSEP

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah diatas batas normal

yang dilihat pada nilai sistolik dan diastoliknya. Beberapa faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya hipertensi adalah keturunan, usia, jenis kelamin, pola

makan yang kurang terkontrol, jantung berolahraga, kegemukan dan beberapa

jenis obat-obat tertentu. Karena itu sangat diperlukan penanganan untuk

masalah tersebut. Selain dengan penanganan terapi farmakologi seperti obat-

obatan dapat juga dilakukan dengan penanganan melalui terapi

nonfarmakologi. Beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk menurunkan

tekanan darah diantaranya yaitu Terapi Musik Klasik.

Terapi musik klasik adalah musik yang memiliki tempo sekitar 60

ketukan/menit yang dapat memberikan efek relaksasi. Rangsangan musik ini

mengaktivasi jalur-jalur spesifik di dalam berbagai area otak, seperti sistem

23
limbic yang berhubungan dengan perilaku emosional. Sistem limbic

teraktivasi dan individu menjadi rileks saat mendengarkan musik. Keadaan

rileks inilah yang akan menurunkan tekanan darah. Alunan musik juga

menstimulasi tubuh untuk memproduksi molekul yang disebut nitric oxide

(NO). molekul ini bekerja pada pembuluh darah sehingga dapat mengurangi

tekanan darah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, didapatkan bahwa

terapi musik klasik dapat menurunkan tekanan darah pada pasien pra-

hemodialisis. Terapi musik dengan ritmik yang stabil dapat memberikan

dampak keteraturan irama pada sistem kerja jantung manusia yang dapat

menurunkan tekanan darah. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti

memebuat kerangka konsep penelitian yang digambarkan dalam bentuk bagan

sebagai berikut :

TERAPI MUSIK PENURUNAN


KLASIK TEKANAN DARAH

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Hubungan

24
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Deskriptif dengan

menggunakan metode Systematic Review yakni sebuah sintesis dari studi

literatur yang bersifat sitematik, jelas, menyeluruh, dengan mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi melalui pengumpulan data-data yang sudah ada

dengan metode pencarian yang ekspilisit dan melibatkan proses telaah kritis

dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah untuk membantu

peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang menjadi subyek

topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari penelitian tersebut

sehingga dapat menjadi acuan bagi penelitian baru.

B. Tahapan Systematic Review

Dalam penelitian yang menggunakan metode systematic review ada

beberapa tahapan yang harus dilakukan sehingga hasil dari studi literature

tersebut dapat diakui kredibilitasnya. Adapun tahapan – tahapan tersebut

sebagai berikut :

1. Identifikasi Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian dapat menggunakan ”PICO” (Population in

Question, Intervention of interest, Comparator dan Outcome)

a. (P) Populasi : artikel tentang pasien Hipertensi

25
b. (I) Intervensi : Terapi Musik Klasik, Perubahan Tekanan Darah

c. (C) Comparator : Tidak ada pembanding

d. (O) Outcame : Penurunan tekanan darah pasien hipertensi

Pertanyaan penelitian berdasarkan PICO adalah Apakah ada pengaruh

antara terapi musik klasik dengan penurunan tekanan darah pasien

hipertensi?

2. Menyusun Protokol

Merupakan detail perencanaan yang dipersiapkan secara matang, yang

mencakup beberapa hal seperti lingkup dari studi, prosedur, kriteria untuk

menilai kualitas (kriteria inklusi dan ekslusi), skala penelitian yang akan

dilakukan. Untuk menyusun protokol review kita menggunakan metode

PRISMA (Preferred Reporting Items For Systematic Reviews and Meta

Analyses).

a. Pencarian Data

Pencarian data mengacu pada sumber data base seperti Google Scholar,

sifatnya resmi, yang disesuaikan dengan judul penelitian.

b. Skrining Data

Skrining adalah penyaringan atau pemilihan data (artikel penelitian)

yang bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan

topik atau judul, abstrak dan kata kunci yang diteliti.

c. Penilaian Kualitas (Kelayakan) Data

26
Penilaian kualitas atau kelayakan didasarkan pada data (artikel

penelitian) dengan teks lengkap (full text) dengan memenuhi kriteria

yang ditentukan (kriteria inklusi dan ekslusi).

d. Hasil Pencarian Data

Berikut merupakan PRISMA Flow Diagram” dari studi literatur

“Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tekanan

Darah Pasien Hipertensi”

Pencarian Pada Situs Google Scholar

Hasil Pencarian Secara Keseluruhan (n = 316)

Screening
Screening
a. Rentang waktu publikasi 5 tahun
(n= 228)
terakhir dari 2015 – 2020
b. Jurnal bahasa Indonesia
c. Tipe (Reserch, articles, review
articles)

Jumlah jurnal Kriteria Inklusi :


yang dapat di a. Jurnal yang berkaitan tentang pengaruh
akses full text terapi musik klasik
(n= 21) b. jurnal yang berkaitan dengan hipertensi

Jurnal akhir
yang sesuai
dengan kriteria
inklusi
(n= 10)

Gambar 3.1 Tabel PRISMA

27
3. Menyusun Strategi Pencarian

Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protokol yang telah

dibuat dan menentukan lokasi atau sumber database untuk pencarian data

serta dapat melibatkan orang lain untuk membantu review.

4. Ekstraksi Data

Ekstraksi data dapat dilakukan setelah proses protokol telah

dilakukan dengan metode PRISMA, ekstrasi data dapat dilakukan secara

manual dengan membuat formulir yang berisi tentang; tipe artikel, nama

jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan lain-

lain.

No Tipe Nama Tahun Judul Kata Metode


Artikel Jurnal Kunci penelitian
1 Jurnal REAL in 2019 Terapi music untuk Terapi Metode
nasional Nursing (RNJ) pasien hipertensi: A music, analisa
Literature Review hipertensi, PICO
tekanan
darah
2 Jurnal Jurnal 2020 Pengaruh terapi Music Literature
nasional Kesehatan music klasik klasik, Review
dikombinasi aromaterap
dengan aromaterapi i mawar,
mawar terhadap tekanan
tekanan darah darah,
pasien hipertensi: hipertensi
Literature Review
3 Jurnal Jurnal 2015 Music klasik lebih Relaksasi Quasy
nasional penelitian efektif napas Experime
keperawatan dibandingkan dalam, nt dengan
relaksasi napas terapi rancangan
dalam terhadap music Pre-post
penurunan tekanan klasik, Test
darah hipertensi Design
4 Jurnal Jurnal 2017 Pengaruh terapi Hipertensi, Metode
nasional Keperawatan musik klasik terapi penelitian
STIK GIA terhadap penurunan musik pra
Makassar tekanan darah pada klasik eksperime

28
pasien hipertensi di ntal
wilayah kerja (dengan
puskesmas mengguna
Botumoito kan
Kabupaten rancangan
Boalemo Pretest-
Post Test
Design
5 Jurnal Jurnal 2017 Pengaruh music Hipertensi, Metode
Nasional AgromedUnila klasik terhadap lansia, kuasi
penurunan tekanan music eksperime
darah pada lansia klasik ntal
penderita hipertensi dengan
pendekata
n pre and
post test
tanpa
kelompok
control
6 Jurnal Jurnal 2019 Pengaruh terapi Hipertensi, Pre
nasional Penelitian IkesT music klasik terapi Experime
Muhammadiyah terhadap penurunan music ntal
Palembang tekanan darah pada klasik Design
pasien hipertensi di dengan
panti social tresna rancangan
werdha teratai penelitian
Palembang One-
group pre
and post
text
design
7 Jurnal Nusantara 2021 Pengaruh terapi Terapi Metode
Nasional Hasana Journal music terhadap music, Literature
penurunan tekanan tekanan Review
darah pasien darah,
hipertensi hipertensi
8 Jurnal Jurnal Online 2015 Perbandingan Music Quasi
Nasional Mahasiswa efektivitas terapi klasik, experimen
(JOM) music klasik aromaterap tal dengan
dengan aromaterapi i mawar, rancangan
mawar terhadap hipertensi penelitian
tekanan darah pada pre test
penderita hipertensi and post
test design
with two-
compariso
n
treatments
9 Jurnal Jurnal Ilmu 2014 Perbedaan terapi Hipertensi, Metode
Nasional Keperawatan music klasik dan tekanan penelitian

29
dan Kebidanan music yang disukai darah, eksperime
(JIKK) terhadap tekanan terapi n semu
darah pada pasien music (Quasi
hipertensi di RSUD klasik, Experime
DR. H. terapi nt) dengan
SOEWONDO music racangan
KENDAL yang Pretest-
disukai Post Test
Design
10 Jurnal Jurnal 2013 Pengaruh terapi Hipertensi, Desain
Nasional Penelitian IkesT music klasik terapi penelitian
Muhammadiyah terhadap penurunan music, kuantitatif
Palembang teakanan darah penurunan dengan
pada pasien tekanan rancangan
hipertensi di rumah darah Pra-
sakit eksperime
Muhammadiyah ntal, jenis
Palembang penelitian
Pra-pasca
tes dalam
satu
kelompok

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian tarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah jurnal nasional yang

berkaitan dengan terapi musik klasik dan penurunan tekanan darah pada

pasien Hipertensi.

2. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi yang dapat dipergunakan sebagai

subjek penelitian melalui sampling (uraikan pertimbangan ditetapkan

jumlah sampel). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 10 artikel penelitian

30
nasional yang berkaitan dengan judul penelitian Pengaruh terapi music

klasik terhadap penurunan tekanan darah pasien Hipertensi.

3. Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang digunakan dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang sesuai dari keseluruhan

subjek penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan

teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan dan masalah dalam penelitian), sehingga sampel dapat mewakili

karakteristik populasi yang telah diketahui sebelumnya. Berdasarkan

karakteristik populasi yang telah diketahui, maka dibuat kriteria inklusi dan

ekslusi. Kriteria inklusi adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah

penelitian yang akan kita review dan kriteria ekslusi adalah faktor – faktor

yang dapat menyebabkan sebuah penelitian menjadi tidak layak untuk di

riview :

a. Kriteria Inklusi

1) Artikel penelitian nasional yang berkaitan dengan pengaruh terapi

musik klasik yang berhubungan dengan penurunan tekanan darah

pasien Hipertensi

2) Artikel penelitian diterbitkan dalam rentang waktu 5 tahun

3) Tipe artikel penelitian review articles, research articles

4) Artikel penelitian yang dapat diakses dengan secara penuh

31
b. Kriteria Ekslusi

1) Artikel penelitian nasional yang tidak berkaitan dengan permasalahan

yang di teliti

2) Artikel penelitian lebih dari 5 tahun

D. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2, yaitu :.

a. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah Terapi

Musik Klasik

b. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah Penurunan

Tekanan Darah Pasien Hipertensi

E. Analisa Data

Setelah melewati tahap protokol sampai pada ekstrasi data, maka

analisis data dilakukan dengan menggabungkan semua data yang telah

memenuhi kriteria inklusi menggunakan tekik secara deskriptif untuk

memberikan gambaran sesuai permasalahan penelitian yang diteliti.

32
DAFTAR PUSTAKA

Andhika M. H, Nisa Khairun., 2017. Pengaruh musik klasik terhadap penurunan


tekanan darah pada lansia penderita hipertensi. Jurnal Penelitian
Kedokteran Universitas Lampung., Vol. 4 No. 2., from
http://repository.lppm.unila.ac.id/

Anita S. K, Atoillah A. R., 2020. Pengaruh terapi muik klasik dikombinasi


dengan aromaterapi mawar terhadap tekanan darah pasien hipertensi
literature review. Jurnal Penelitian Akademi Keperawatan Ngesti Waluyo
Temanggung., Vol. 9 No. 1., from
http://repository.akperngestiwaluyo.ac.id/

Artiyaningrum, B. (2015). Faktor-faktor yang berhubungan dengan keajdian


hipertensi tidak terkendali pada penderita yang melakukan pemeriksaan
rutin di puskesmas Kedungmundu

Awalin Fischa, Zahrah M. S, Aidah., 2021. Pengaruh terapi musik terhadap


penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi. Jurnal Penelitian
STIKes Yatsi Tangerang., Vol. 1 No. 1., from:
http://www.nusantarahasanajournal.com/

Carlos Wade. 2016. Mengatasi Hipertensi. Nusa Cendekia: Bandung

Caroline Bunker Rosdahl, & Mary T. Kowalski. (2014). Buku Ajar Keperawatan
Dasar EDISI 10.Jakarta: EGC.

Hidayah Nurul, Siti R. H, Elita Veny., 2015. Perbandingan efektivitas terapi


musik klasik dengan aromterapi mawar terhadap tekanan darah pada
penderita hipertensi. Jurnal Penelitian Universitas Riau., Vol. 2 No. 2.,
from: https://www.neliti.com/

Maryanti, R (2017). Hubungan kepatuhan minum obat terhadap peningkatan


tekanan darah pada penderita hipertensi

Mustarin Yanti, Duda Nurfaizan., 2017. Pengaruh terapi musik klasik terhadap
penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di wilayah kerja puskesmas
Botumoito kabupaten Balemo. Jurnal Penelitian STIK GIA Makassar., Vol. 2 N.
1., from http://ojs.stikgiamakassar.ac.id/index.php/JIK/article/view/30

33
Kurniadi,Helmanu dan Nurrahmani, Ulfa. 2014. Stop Gejala Penyakit Jantung
Koroner, Kolesterol Tinggi, Diabetes Melitus, Hipertensi.
Yogyakarta: Istana Media.

Kushariyadi, Setyoadi. 2011. Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik. Penerbit: Salemba Medika. Jakarta.

P2PTM Kemenkes RI. (2016). Tekana darah tinggi (Hipertensi). Retrieved


September 18, 2019

P2PTM Kemenkes RI. (2018). Hipertensi, penyakit jantung dan pembuluh darah.
Retrieved september 18, 2019.

P2PTM Kemenkes RI. (2018). Klasifikasi hipertensi. Retrieved september 18,


2019

PUSDATIN Kemenkes RI. (2016). Hipertensi teh silent killler.

Puspita, E. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita


hipertensi dalam menjalani pengobatan

Puti R. Y, Betriana F, Imelda R. K., 2019. Terapi muasik untuk pasien


hipertensi a literatur review. Jurnal Penelitian STIKes Fort de Kock
Bukittinggi., Vol. 2 No. 2., from https://ojs.fdk.ac.id/index.php/

Romadoni Siti, Aryadi, Rukiyati Desi., 2013. Pengaruh terapi music klasik
terhadap penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi di rumah sakit
Muhammadiyah Palembang. Jurnal Penelitian STIKes Muhammadiyah
Palembang., Vol. 1 No. 2., from http://jmm.ikestmp.ac.id/index.php/

Setiawan Andri, Sulistyarini Tri., 2015. Musik klasik lebih efektif dibandingkan
relaksasi napas dalam terhadap penurunan tekanan darah. Jurnal
Penelitian Stikes RS. Baptis Kediri., Vol. 1 No. 1., from:
https://jurnal.stikesbaptis.ac.id/

Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih.,2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi
dalam Keperawatan Maternitas. Bandung : PT. Refika Aditama.

Syahrial S., 2019. Pengaruh terapi musik klasik terhadap penuruna tekanan
darah pada pasien hipertensi di panti sosial Tresna Werdha Teratai
Palembang. Jurnal Penelitian STIKes Mitra Adiguna Palembang., Vol. 7
No. 2., from http://jmm.ikestmp.ac.id/index.php/

34
Tri Y. F, Setyawan Dody, Meikawati W., 2014. Perbedaan terapi musik klasik
dan musik yang disukai terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi di
RSUD DR. H. Soewondo Kendal. Jurnal Penelitian Jurnal Keperawatan
STIKES Telogorejo Semarang., Vol. 3 No. 3., from
http://182.253.197.100/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/

35

Anda mungkin juga menyukai