Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN MINGGU 1

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI Ny. N DENGAN G2P2A0


38 MINGGU DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DENGAN TEKNIK
SPINAL ANESTESI DI IBS RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Disusun untuk memenuhi Tugas Individu Praktik Klinik Keperawatan Anestesi


Kegawatdaruratan
Prodi S.T. Keperawatan Anestesi Semester VII

Pembimbing Lapangan : Hana Asiyaningsih, S.Tr. Kep

Disusun Oleh :

Kalyana Candra Wardani Warsito P07120318042

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI Ny. N DENGAN G2P2A0 38


MINGGU DILAKUKAN RE SECTIO CAESAREA DENGAN TEKNIK
SPINAL ANESTESI DI IBS RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Diajukan untuk disetujui pada,

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Mengetahui

Pembimbing Akademik

(Ircham Syaifudin, S.Kep, Ns, MM) (Destiana, S.Si.T)

Pembimbing Lapangan

(Hana Asiyaningsih, S.Tr. Kep)

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Asuhan
Keperawatan Anestesiologi Ny. N Dengan G2P2A0 38 Minggu Dilakukan Re
Sectio Caesarea Dengan Teknik Spinal Anestesi Di IBS RS PKU Muhammadiyah
Gamping sebagai pemenuhan tugas Praktik Klinik Keperawatan Anestesi
Kegawatdaruratan semester 7 yang dibimbing oleh bapak Ircham Syaifudin,
S.Kep, Ns, MM dan Ibu Destiana, S.Si.T

Laporan ini telah penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan laporan ini.
Untuk itu penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan laporan ini.

 Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk penyempurnaan laporan ini.

Akhir kata saya berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Yogyakarta, 5 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Lembar Pengeahan.......................................................................................i
Kata Pengantar..............................................................................................ii
Daftar Isi ......................................................................................................iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Sectio Caesarea .................................................................3
B. Indikasi Sectio Caesarea .....................................................................3
C. Jenis-Jenis Sectio Caesarea .................................................................6
D. Komplikasi Sectio Caesarea ...............................................................6
E. Spinal Anestesi ...................................................................................7
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian...........................................................................................10
B. Persiapan Penatalaksanaan Anestesi...................................................12
C. Pengkajian Durante Anestesi...............................................................13
D. Pengkajian Post Anestesi.....................................................................17
E. Analisa Data........................................................................................17
F. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah....................................18
G. Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi..............................................19
BAB IV PENUTUP
H. Kesimpulan..........................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap wanita menginginkan persalinannya dengan berjalan lancar dan dapat
melahirkan dengan sempurna, ada dua cara dalam persalinan yaitu persalinan lewat
vagina yang lebih dikenal dengan persalinan alami dan persalinan caesar atau section
caesarea yaitu tindakan operasi untuk melahirkan bayi dengan melalui insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan untuh serta berat janin diatas 500 gram
(Wiknjosatro, 2007). Sectio caesare merupakan metode persalinan yang paling
konservatif (Manuaba, 2009).
Dalam hal tindakan sectio caesarea ini semakin baik dengan adanya antibiotik,
transfusi darah yang memadai, teknik operasi dan anastesi yang lebih baik. Walau
demikian, morbiditas maternal setelah melakukan tindakan sectio caesarea masih 4-6 kali
lebih tinggi daripada persalinan pervaginam, karena adanya peningkatan resiko yang
berhubungan dengan proses persalinan sampai proses perawatan setelah dilakukan
pembedahan. Angka kematian pada operasis sectio caesarea adalah 40 – 80 tiap 100.000
kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan bahwa risiko 25 kali lebih besar dibanding
persalinan normal. Untuk kasus infeksi dalam persalinan sectio caesarea memiliki angka
80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervagina maka dari itu faktor rendahnya
kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu setelah persalinan menjadi faktor terpenting
dari beberapa faktor yang lain karena bisa menyebabkan kematian, perdarahan,
preeklamsia (Depkes RI, 2011).
Letak janin diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada bayi baru
lahir apabila pada kasus janin mallposisi tidak langsung dilakukan tindakan pembedahan.
Kemudian pada kejadian kehamilan mallposisi janin letak lintang diperkirakan sekitar
1:500, yang dimana letak lintang adalah suatu keadaan dimana janin melintang didalam
uterus dengan kepala pada posisi yang satu sedangkan bokong pada posisi yang lain.
Dalam faktor yang berkaitan dengan penyebab letak lintang itu sendiri adalah lemahnya
otot-otot uterus biasanya disebabkan karena sudah lebih dari 2 kali melahirkan secara
normal maupun spontan dan disamping itu juga ada faktor yang belum diketahui
bagaimana penyebab terjaninya janin letak lintang (Manuaba, 2009).
Salah satu tindakan anestesi yang diberikan pada tindakan sectio caesarea
adalah dengan teknik penyuntikan pada ruang sub arachnoid (SAB) atau spinal anestesi.

1
Teknik ini merupakan salah satu teknik yang cukup berisiko menimbulkan perubahan
hemodinamik dikarenakan akan terjadi proses vasodilatasi pembuluh darah sehingga
dapat menyebabkan penurunan tekanan darah, penurunan denyut nadi, sesak nafas, dan
berakhir dengan hipoksia (Syahrul, 2019). Selain karena sifat obat anestesi spinal, faktor
ibu yang akan menjalani prosedur tindakan sectio caesarea juga dapat mempengaruhi
akan terjadinya komplikasi dari obat tersebut. Peran dokter anestesi dan penata anestesi
harus mampu memberikan tindakan yang tepat dalam mengantisipasi terjadinya
komplikasi pasca penyuntikan spinal anestesi. Maka dari itu, penulis tertarik untuk
mengangkat kasus ini untuk menjadi bahan diskusi dan memenuhi tugas individu selama
praktik di IBS RS PKU Muhammadiyah Gamping.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut masalah dapat dirumuskan sebagai


berikut.

1. Apakah Pengertian Sectio Caesarea ?


2. Bagaimana Indikasi Sectio Caesarea ?
3. Apa saja Jenis-Jenis Sectio Caesarea ?
4. Bagaimana Komplikasi Sectio Caesarea ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan perianestesi yang
berkualitas pada Ny. N. dengan diagnosis keperawatan yang sesuai dengan kasus
pembedahan Sectio Caesarea.
2. Tujuan khusus
Setelah dilakukan pendekatan proses keperawatan terhadap Ny. N. diharapkan
mahasiswa dapat :
a. Melakukan pengkajian data.
b. Menentukan diagnosis keperawatan perianestesi yang sesuai.
c. Merencanakan suatu tindakan yang komprehensif.
d. Melakukan implementasi keperawatan perianestesi sesuai rencana.
e. Mengevaluasi hasil pelaksanaan asuhan keperawatan perianestesi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SECTIO CAESARIA
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui
suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh (Gulardi & Wiknjosastro,
2006).
Sectio caesarea merupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi
melalui abdomen dan uterus (Liu, 2007). Sectio caesaria adalah pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer,
2002).

B. INDIKASI
Indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio caesaria diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio caesarea sebagai berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan
beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan
operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena

3
itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan mengobati agar
tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan
dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
Ketuban dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetric
berkaitan dengan penyulit kelahiran premature dan terjadinya infeksi
khoriokarsinoma sampai sepsis, yang meningkatkaan morbiditas dan mortalitas
perinatal dan menyebabkan infeksi ibu. Ketuban pecah dini disebabkan oleh
karena berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan
intrauterine atau oleh kedua faktjor tersebut. Berkurangnya kekuatan membrane
disebabkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya
infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
( Sarwono Prawirohardjo, 2002).
Ketuban pecah dini merupakan kondisi keluarnya cairan ketuban pada fase
laten atau <4 cm. Sebab - sebab ketuban pecah dini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
a. Faktor umum :
1) Infeksi STD (Sexually Transmitted Diseases)
2) Faktor sosial : perokok, peminum, keadaan sosial ekonomi rendah.
b. Faktor Keturunan :
1) Kelainan genetik
2) Faktor rendahnya vitamin C dan ion Cu dalam serum.
c. Faktor Obstetrik, antara lain :
1) Overdistensi Uterus
2) Kehamilan kembar
3) Hidramnion
d. Faktor obstetrik:
1) Serviks inkompeten
2) Serviks konisasi/ menjadi pendek
3) Terdapat sefalopelvik disproporsi.

4
4) Grandemultipara
Tidak diketahui sebabnyaDikemukakan bahwa kejadian ketuban pecah dini
sekitar 5 - 8 %. Lima persen diantaranya segera diikuti oleh persalinan dalam
5 - 6 jam, sekitar 95% diikuti oleh persalinan dalam 72 - 95 jam dan
selebihnya memerlukan tindakan konservatif atau aktif dengan menginduksi
persalinan atau operatif.(Manuaba,2008).
4. Bayi Kembar tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih
tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat
mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,

5
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

C. JENIS- JENIS SECTIO CESARIA


1. Sectio cesaria transperitonealis profunda
Sectio cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus.
Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak
b. Bahaya peritonitis tidak besar
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian hari
tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa banyak
mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih
sempurna
2. Sectio caesaria klasik atau section cecaria korporal
Pada sectio caesaria klasik ini dibuat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang
agak mudah dilakukan, hanya diselenggarakan apabila ada halangan untuk
melakukan sectio cecaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada
segmen atau uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Sectio cacaria ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi bahaya
injeksi porporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi
pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan. Rongga peritoneum tak
dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
4. Sectio cecaria hysteroctomi
Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomu dengan indikasi :
a. Atonia uteria
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat

D. KOMPLIKASI
Setiap tindakan operasi Caesar mempunyai tingkat kesulitan berbeda-beda.
Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir

6
jalan lahir misalnya, sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau kandung
kemih (robek). Dapat juga pada kasus bekas operasi sebelumnya, dimana dapat
ditemukan perlengketan organ dalam panggul sering menyulitkan saat
mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan
usus.
Walaupun jarang tetapi fatal adalah komplikasi emboli air ketuban yang dapat
terjadi selama tindakan operasi, yaitu masuknya cairan ketuban kedalam pembuluh
darah terbuka yang disebut embolus. Jika embolus mencapai pembuluh darah pada
jantung, timbul gangguan pada jantung dan paru-paru dimana dapat terjadi henti
jantung dan henti napas secara tiba-tiba. Akibatnya adalah kematian mendadak pada
ibu. Komplikasi lain adalah infeksi yang banyak disebut sebagai morbiditas pasca
operasi (medlinux.com, 2007).

E. ANESTESI SPINAL
Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarachnoid) ialah pemberian
obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi spinal diperoleh dengan
cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal/subaraknoid disebut juga sebagai analgesi/blok spinal intradural atau blok
intratekal.
Untuk mencapai cairan serebrospinal, maka jarum suntik akan menembus
kutis  subkutis  Lig. Supraspinosum  Lig. Interspinosum  Lig. Flavum 
ruang epidural  durameter  ruang subarachnoid.

Gambar: Anestesi Spinal

7
1. Indikasi:
a. Bedah ekstremitas bawah

b. Bedah panggul

c. Tindakan sekitar rektum perineum

d. Bedah obstetrik-ginekologi

e. Bedah urologi

f. Bedah abdomen bawah

g. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya dikombinasikan


dengan anestesi umum ringan

2. Kontra indikasi absolut:


a.   Pasien menolak

b.   Infeksi pada tempat suntikan

c.   Hipovolemia berat, syok

d.   Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan

e.   Tekanan intrakranial meningkat

f.   Fasilitas resusitasi minim

g.   Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi.

3. Kontra indikasi relatif:


a.   Infeksi sistemik ( sepsis, bakterimia )

b.   Infeksi sekitar tempat suntikan

c.   Kelainan neurologis

d.   Kelainan psikis

e.   Bedah lama

f.   Penyakit jantung

8
g.   Hipovolemia ringan

h.   Nyeri punggung kronik

Anestetik lokal yang paling sering digunakan:

1. Lidokaine (xylocain,lignokain) 2%: berat jenis 1.006, sifat isobarik, dosis 20-
100mg (2-5ml)
2. Lidokaine (xylocain,lignokain) 5% dalam dextrose 7.5%: berat jenis 1.033,
sifat hyperbarik, dosis 20-50 mg (1-2ml)
3. Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm air: berat jenis 1.005, sifat isobarik, dosis
5-20mg (1-4ml)
4. Bupivakaine (markaine) 0.5% dlm dextrose 8.25%: berat jenis 1.027, sifat
hiperbarik, dosis 5-15mg (1-3ml).

9
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Hari/tanggal : Rabu, 1 September 2021
Jam : 13.30 WIB
Tempat : IBS RS PKU Muhammadiyah Gamping
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumen
Sumber data : Klien, tim kesehatan, status kesehatan klien
Oleh : Kalyana Candra Wardani Warsito
Rencana tindakan : Re SC ke-dua

1. Identitas Pasien
Nama : Ny. N
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Alamat : Pundong, Bantul
No RM : 21-18-xx
Diagosa pre operasi : G2P2A0 38 minggu
Tindakan operasi : SC
Tanggal operasi : 1 September 2021
Dokter bedah : dr. Alfaina Wahyuni Sp. OG
Dokter anestesi : dr. Ardi Pramono, Sp.An

2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn.T
Umur : 41 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien : Suami

3. Anamnesa
a. Keluhan utama :

10
Pasien mengatakan pernah caesar 2 tahun yang lalu, pasien khawatir akan operasi
kali ini.
b. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien memiliki riwayat hipertensi terkontrol sejak 5 tahun yang lalu dan anemia
c. Riwayat penyakit dahulu :
Pasien mengatakan tidak ada penyakit DM, asam urat, dan tidak ada alergi
makanan ataupun obat-obatan.
d. Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi,
jantung, diabetes melitus maupun penyakit menular lainnya.

4. Status Gizi
- BB awal : 60 kg
- TB : 160 cm
- IMT : 23.43 (Normal)

5. Pemeriksaan Fisik
a. Breath
- RR 20x/menit
- Tidak ada sumbatan jalan nafas
- Pasien tidak mengalami sesak nafas
- Suara nafas vesikuler
- Tidak ada cuping hidung
- Tidak ada retraksi dada
b. Blood
- TD : 100/70 mmHg
- Nadi : 74x/menit
- Hasil EKG : NSR
c. Brain
- Kesadaran : CM
- GCS : 15 E4V5M6
d. Bladder
Produksi urin : ±50cc
e. Bowel

11
- Tidak ada pembesaran hepar
- Terdengar bising usus
f. Bone
- Tidak ada kaku kuduk
- Tidak ada fraktur
- Tidak ada kelainan tulang belakang
6. Psikologis
- Klien mengatakan merasa deg-deg an akan operasi
- Klien tampak gelisah
- Wajah klien tampak tegang

7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium: tanggal 31 Agustus 2021
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12,8 12.3-17.5 g/dl
Leukosit 12,7 4.4 – 11.3 ribu/ul
Trombosit 318 150-400 ribu/ul
Eritrosit 4,21 4,4-5,9 juta
Neutrofil 12,77 1,8-7,5 103 mikro
Hematokrit 36,2 40-52 %
GDS 135 74-106 mg/dl
HBsAg Negatif Negatif
HIV Negatif Negatif

8. Diagnosis Anestesi
Ibu hamil usia 38 tahun, dengan diagnosa medis G2P2A0 38 minggu akan
dilakukan tindakan SC dengan status fisik ASA 2 direncanakan regional anestesi SAB.

B. Persiapan penatalaksanaan anestesi


1. Persiapan Alat
a. Persiapan alat regional anestesi SAB. Alat yang dipersiapkan : kassa steril, iodin
povidone , jarum spinal ukuran 26, sarung tangan steril,duk steril, hipafix

12
b. Persiapan alat general anestesi : Mesin anestesi, sumber gas (O2, N20), stetoscope,
laringoscope dengan blade no.3, plester, OPA, LMA ukuran 3, ETT (6.5, 7, 7.5),
stilet/mandrin, magil forceps, conector, suction, spuit, jelly, handscone.
c. Persiapan bedside monitor yaitu tekanan darah, nadi, pulse oxymetri
d. Siapkan lembar laporan durante anestesi
2. Persiapan obat
a. Obat untuk Premedikasi
Ondansentron 8 mg
Midazolam 5mg
Oxytocin 2 ampul
b. Obat Spinal Anestesi
Marcain 4 mg
c. Obat Analgetik
Ketorolac 30 mg
d. Obat Anti Emetik
Ondansentron 4 mg
e. Obat koagulan
Metilergometrin 0.2 mg
f. Obat vassopresor
Efedrin 50 mg
Ketamin 50 mg
g. Cairan infus
Kristaloid : NaCl 1000 ml

C. Pengkajian Durante Anestesi


Penatalaksanaan tindakan anestesi dimulai dari memasang APD, manset,
spO2, memberitahu pasien akan dibius dan menganjurkan untuk berdoa. Ketika pasien
sudah dilakukan pemasangan alat monitoring, didapatkan hasil pengukuran TD : 130/80
mmHg, HR : 74x/mnt, SPO2 : 100%, RR: 24x/mnt. Sekaligus mengganti preloading
cairan infus pertama dari bangsal yang sudah habis dengan RL 500ml.
Sebelum dimulai pembiusan pasien diberikan obat premedikasi ondancetron 8 mg.
Pukul 13.30 WIB pasien dilakukan induksi dengan marcain 4 ml. Setelah dilakukan
induksi, dilakukan pemeriksaan tanda vital, didapatkan hasil TD : 100/60 mmHg, HR :

13
70x/mnt, SPO2 : 100%, RR: 16x/mnt. Pasien mengatakan sudah tidak dapat
menggerakan kaki. Pada pukul 13.40 dilakukan insisi pada perut bagian bawah pasien,
Pada pukul 13.55 dilakukan injeksi ondansentron 4 mg dan ketorolac 30 mg untuk
menambah efek analgetic dan antiemetik. Pada pukul 14.00 bayi lahir, lalu pasien
diberikan injeksi postpargin 0,2 mg dan drip oxytocin untuk mempercepat kontraksi
rahim dan mencegah perdarahan postpartum.. Selama durante antestesi keadaan
hemodinamik pasien terpantau normal.
Pada pukul 14.45 WIB dilakukan pengakhiran anestesi. Dengan hasil pengukuran
tanda vital pasien TD : 127/83 mmHg, HR: 70x/mnt, SPO2 : 100%, urine output:
±170ml, jumlah perdarahan: ±500ml.
Tabel Monitoring Durante Anestesi
No. Waktu TD HR SpO2 Tindakan
1. 13.15 130/80 74x/mnt 100% Preloading cairan
mmHg
2. 13.30 100/60 70x/mnt 98% Inejksi marcain 4
mmHg ml
3. 13.45 100/60 75x/mnt 100% Ondansentron 4
mmHg mg, dan ketorolac
30 mg
4. 14.00 120/80 77x/mnt 98% Injeksi pospargin
mmHg 0,2 mg, oxytocin IV
10 iu, dan drip
oxytocin 10 iu
5. 14.15 120/80 75x/mnt 100%
mmHg
6. 14.30 61/45 72x/mnt 98%
mmHg
7. 14.45 55/30 70x/mnt 100%
mmHg

Anestesi mulai : pukul 13.30 WIB


Anestesi selesai : pukul 14.45 WIB
Operasi mulai : 13.40 WIB
Operasi Selesai : 14.30 WIB
Gas : O2 = 1,5lpm
Jumlah perdarahan : ±500 ml
Kebutuhan Cairan Durante Operasi
Berat badan pasien 50kg
a. Maintenance cairan = 4:2:1

14
Kebutuhan basal → 10 x 4 = 40 cc
10 x 2 = 20 cc
40 x 1 = 40 cc
100 cc/jam

b. Defisit Cairan Puasa = Puasa (jam) x maintenance cairan


= 8 x 100 cc/jam
= 800 cc
c. Insensible Water Loss (IWL) = Jenis Operasi x BB (Kg)
= 4 x 60
= 240 cc
d. Kebutuhan cairan 1 jam pertama
= (½ x defisit cairan puasa) + IWL + maintenance
= (½ x 800 cc) + 240 cc + 100 cc
= 740 cc
e. Kebutuhan cairan 1 jam kedua
= (¼ x defisit cairan puasa) + IWL + maintenance
= (¼ x 800 cc) + 240 cc + 100 cc
= 540 cc
f. Kebutuhan cairan 1 jam ketiga
= (¼ x defisit cairan puasa) + IWL + maintenance
= (¼ x 800 cc) + 240 cc + 100 cc
= 540 cc
g. Kebutuhan cairan 1 jam keempat
= IWL + maintenance
= 240 cc+ 100 cc
= 340 cc
h. Kebutuhan cairan 1 jam kelima
= IWL + maintenance
= 240 cc+ 100 cc
= 340 cc
j. Diketahui jumlah pendarahan selama operasi berlangsung sebanyak 500 cc.
Maka persentasi pendarahan yang terjadi selama operasi adalah

15
= Pendarahan (cc) / EBV x 100%
= 500 cc / 3500 cc x 100%
= 14%
k. Jadi untuk penggantian < 15% EBV dapat diberikan kristaloid sebagai pengganti
pendarahannya dengan perbandingan 1:3. Dalam kasus ini pasien mengalami
pendarahan sebanyak 500 cc maka pasien diberikan cairan kristaloid sebanyak =
3 x 500 cc = 1500 cc

16
D. Pengkajian Post Anestesi
Masuk RR pukul 14.50 WIB
Kesadaran : CM
Bromage score : 3
A: clear
B: vesikuler, spontan, 15x/mnt
C: 110/70 mmHg, 100%, 85x/mnt, akral dingin
D: GCS 15, mobilisasi terbatas
Skala morse : risiko sedang

E. Analisa Data
Data Masalah Penyebab
PRE ANESTESI
Ds : - Risiko infeksi Rencana tindakan
Do : operasi
- Pasien akan menjalankan prosedur
pembedahan
- Leukosit : 12.7 ribu/ul
Ds : Ansietas Stressor Operasi
- Pasien mengatakan 2 tahun yang lalu
menjalani operasi sesar, pasien khawatir akan
operasi kali ini.
Do :
- Klien tampak gelisah
- Wajah klien tampak tegang
- HR: 95x/menit
- TD: 165/110 mmHg
DURANTE ANESTESI
Ds : - Risiko Mual Prosedur Pembiusan
Do :
- Klien diinjeksi injeksi Marcain 4 ml

Ds : - Bersihan Jalan Efek Agen


Do : Napas Tidak Farmakologis
- Klien diinjeksi injeksi Marcain 4 ml Efektif
- Pasien gelisah
- Frekuensi napas berubah menjadi 20x/menit
POST ANESTESI
DS : Risiko Jatuh Efek Agen
- Klien mengatakan belum dapat menggerakan Farmakologis
kedua kakinya.

17
DO :
- Bromage score 3
- Morse score : risiko jatuh sedang
DS : Hipotermi Paparan Suhu
- Klien mengatakan badannya dingin Ruangan Operasi
DO :
- Kulit teraba dingin

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS MASALAH


1. Pre Anestesi
a. Ansietas b.d. Stressor operasi
b. Risiko infeksi b.d rencana tindakan operasi
2. Durante Anestesi
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif gas b.d. Efek Agen Farmakologi
b. Risiko Mual b.d prosedur pembiusan
3. Post Anestesi
a. Hipotermi b.d. Paparan suhu ruangan operasi
b. Risiko jatuh b.d.Efek Agen Farmakologis

18
G. PERENCANAAN,PELAKSANAAN DAN EVALUASI

Diagnosa Tujuan Rencana Tindakan Implementasi Evaluasi


Keperawatan
Pre Anestesi
Ansietas b.d. Rabu, 1 September Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021
Stressor Operasi 2021, Pukul: 13.00 Pukul: 13.00 WIB Pukul: 13.05 WIB Pukul: 13.05 WIB
WIB a. Kaji tingkat kecemasan 1. Mengkaji tingkat
b. Ajarkan teknik relaksasi kecemasan klien S : Klien mengatakan sudah
Setelah dilakukan nafas dalam 2. Mengajarkan teknik lebih tenang
tindakan keperawatan c. Anjurkan pasien untuk relaksasi nafas dalam O:
selama 15 menit, selalu berdoa 3. Menganjurkan pasien - Klien dapat melakukan
ansietas terasi dengan (Kalyana) untuk selalu berdoa nafas dalam
kriteria hasil: (Kalyana) - Klien tampak berdoa dan
a. Klien mengatakan menenangkan diri
perasan deg-degan - HR : 60x/menit
berkurang. - TD : 127/78 mmHg
b. Klien tampak rileks A : Ansietas teratasi
dan tenang. P : Hentikan intervensi

19
(Kalyana)
Risiko Infeksi b.d Rabu, 1 September Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021 Rabu, 1 September 2021
Rencana Tindakan 2021, Pukul: 12.00 Pukul : 12.00 Pukul : 12.00 WIB Pukul: 12.00 WIB
Operasi WIB
a. Kaji tanda-tanda vital 1. Memberikan
b. Berikan obat antibiotik antibiotik Cefazoline S : Klien mengatakan tidak
Setelah dilakukan sesuai dengan program 2 gr secara IV 2 jam merasa pusing
tindakan keperawatan sebelum pembedahan O:
selama 15 menit, - Tidak ada alergi, tidak
risiko infeksi teratasi tampak adanya
dengan kriteria hasil : (Bangsal ) kemerahan
a. Tidak ada tanda- - Ceftazoline melalui IV
tanda infeksi A:
(kalor, rubor, (Bangsal ) Risiko infeksi teratasi sebagian
dolor, tumor, P:
fungsiolaensa) - Kaji tanda-tanda vital

(Bangsal)

20
Intra Anestesi

Risiko Mual b.d. Rabu, 1 September Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021,
Prosedur 2021, Pukul: 13.40 Pukul: 13.40 WIB Pukul: 13.45 WIB Pukul: 13.45 WIB
Pembiusan WIB a. Kaji tingkat mual 1. Mengkaji tingkat mual
b. Kelola terapi 2. Memberikan injeksi S:- Klien mengatakan tidak
Setelah dilakukan pemberian ondansetron 4 mg iv mual dan pusing
tindakan keperawatan ondansetron 4 mg. O:
Risiko Mual teratasi (Kalyana) - Tidak tampak alergi
dengan kriteria: (Kalyana) setelah pemberian
a. Tidak terjadi ondansetron 4 mg
mual melalui IV.
b. Klien tidak A: Risiko mual teratasi
pusing sebagian
P: monitor vital sign pasien
setiap 5 menit

21
(Kalyana)
Bersihan Jalan Rabu, 1 September Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021,
Napas Tidak 2021, Pukul: 13.40 Pukul: 13.40 WIB Pukul: 13.40 WIB Pukul: 13.40 WIB
Efektif gas b.d. WIB a. Monitor tanda-tanda 1. Memonitor tanda-tanda
Efek Agen hipoksia dan saturasi hipoksia dan saturasi S:-
Farmakologi Setelah dilakukan b.Kelola pemberian terapi 2. Memberikan terapi O:
tindakan keperawatan oksigen dengan kanul oksigen dengan kanul - Klien terpasang O2
Risiko Gangguan nasal 4 liter nasal 4 liter dengan kanul nasal 1,5
Pertukaran Gas dengan liter
kriteria: (Kalyana) - Tidak tampak adanya
a. SpO2 >95 % (Kalyana) sianosis
b. Klien tidak sesak - SpO2 98%, RR :
nafas, frekuensi 16 – 14x/mnt
20x/mnt A : Risiko gangguan
pertukaran gas teratasi sebagian
P : monitor pernafasan tiap 5
menit

22
(Kalyana)
Post Anestesi
Resiko Jatuh b/d Rabu, 1 September Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021,
Efek Agen 2021, Pukul: 14.10 Pukul: 14.10 WIB Pukul: 14.10 WIB Pukul: 14.10 WIB
Farmakologi WIB
a. Pastikan pengaman 1. Memastikan
Setelah di lakukan tempat tidur pengaman tempat S: -
tindakan keperawatan terpasang tidur terpasang O:
pasien tidak b. Monitor keadaan 2. Memonitor keadaan - Pasien tidak jatuh
mengalami kejadian pasien pasien - Pasien tidak mengalami
jatuh dengan kriteria: c. Tunggui pasien di RR 3. menunggui pasien cidera
a. Pasien tidak selama di RR A: Resiko jatuh tidak terjadi
jatuh dari (Kalyana) P: Monitor kondisi pasien
tempat tidur
b. Pasien tidak (Kalyana)
mengalami (Kalyana)
cidera

Hipotermi b.d. Rabu, 1 September Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021, Rabu, 1 September 2021,

23
Paparan Suhu 2021, Pukul: 14.10 Pukul: 14.10 WIB Pukul: 14.15 WIB Pukul: 14.15 WIB
ruangan operasi WIB
a. Kaji suhu tubuh klien 1. Mengkaji suhu tubuh S : - Klien mengatakan sudah
Setelah dilakukan b. Berikan selimut klien tidak kedinginan
tindakan keperawatan penghangat 2. Memberikan selimut O : Akral hangat
selama 15 menit, penghangat Kulit teraba hangat
hipotermi dapat teratasi (Kalyana) Pasien tidak menggigil
dengan kriteria hasil: Suhu : 36.8 C
- Klien mengatakan (Kalyana) A : Hipotermi teratasi sebagian
tidak kedinginan P : Monitor Keadaan umum
- Akral hangat pasien

(Kalyana)

24
KESIMPULAN

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Perianestesi pada Ny. N. didapatkan


masalah keperawatan yang muncul dengan hasil evaluasinya, antara lain:
1. Pre Anestesi
a. Ansietas b.d. Stressor operasi
b. Risiko infeksi b.d rencana tindakan operasi
2. Durante Anestesi
a. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif gas b.d. Efek Agen Farmakologi
b. Risiko Mual b.d prosedur pembiusan
3. Post Anestesi
a. Hipotermi b.d. Paparan suhu ruangan operasi
b. Risiko jatuh b.d.Efek Agen Farmakologi
Untuk masalah keperawatan Perianestesi yang masih teratasi sebagian diperlukan
implementasi lanjutan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. (2013). Analisa Indikasi Dilakukan Persalinan Sectio Caesarea di RSUP


Dr. Soeradji Tirtonrgoro Klaten.
http://eprints.ums.ac.id/25659/Naskah_publikasi.pdf.(Diakses pada tanggal
1 Mei 2021).

Amin & Hardani (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2.Yogjakarta: MediAction

Bobak (2005) buku Ajar Keperawatan Maternitas Jakarta:EGC

Gde mangku, Tjokorda, 2010, Ilmu Anestesi dan Reanimasi, Indeks, Jakarta

Http ://Medlinux.blogspot.com/2007/09, Penatalaksanaan anestesi pada SC. Html,


Diposting 4 April 2012

Potter & Perry 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktek Edisi 4. Jakarta: EGC.

Maryunani Anik. (2010). Nyeri dalam persalinan “teknik dan cara


penanganannya”. Jakarta: Trans Info Media

Nugroho T. (2010). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika

26

Anda mungkin juga menyukai