Anda di halaman 1dari 35

PENATALAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN REGIONAL

ANESTESI PADA NY.S DENGAN PROGRAM OPERASI SCTP (SECTIO


CAESAREA TRANSPERITONEALIS) G2P0A1 UMUR KANDUNGAN 40
MINGGU DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSIA DI RUANG IBS
(INSTALASI BEDAH SENTRAL) RS PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Klinik Stase Peminatan
Perioperative Care

Disusun Oleh:
Aisya Oktaviani Wulandari
A11601234

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG

2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah ilmiah dengan
judul, “Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Regional Anestesi Pada Ny.S
Dengan Program Operasi SCTP (Sectio Caesarea Transperitonealis) G2P0A1
Umur Kandungan 40 Minggu Dengan Indikasi Pre Eklamsia Di Ruang IBS
(Instalasi Bedah Sentral) RS PKU Muhammadiyah Gombong” yang disusun
oleh :

Nama : Aisya Oktaviani Wulandari


NIM : A11601234
Telah disetujui pada tanggal :

Disetujui oleh,

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Dadi Santoso, M.Kep. Anton Prabowo, S.Kep.Ns.

KATA PENGANTAR

2
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah tentang “Penatalaksanaan Asuhan
Keperawatan Regional Anestesi Pada Ny.S Dengan Program Operasi SCTP
(Sectio Caesarea Transperitonealis) G2P0A1 Umur Kandungan 40 Minggu
Dengan Indikasi Pre Eklamsia Di Ruang IBS (Instalasi Bedah Sentral) RS PKU
Muhammadiyah Gombong”.
Pembuatan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas praktik klinik
stase peminatan perioperative care program studi keperawatan program sarjana,
kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Endah Suharyanti,S.ST dan Bapak
Anton Prabowo,S.Kep.Ns. selaku pembimbing klinik serta Bapak Dadi
Santoso,M.Kep. selaku pembimbing akademik.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat sedikit banyak
menambah pengetahuan para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah ini.

Gombong,

Penulis

DAFTAR ISI

3
Halaman Sampul............................................................................................... 1
Halaman Pengesahan........................................................................................ 2
Kata Pengantar.................................................................................................. 3
Daftar Isi........................................................................................................... 4
Bab I Pendahuluan............................................................................................ 5
A. Latar Belakang............................................................................................. 5
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 6
C. Ruang Lingkup............................................................................................. 6
D. Tujuan.......................................................................................................... 6
E. Manfaat........................................................................................................ 7
Bab II Tinjauan Pustaka.................................................................................... 8
A. Konsep Spinal Anestesi............................................................................... 8
B. Anatomi........................................................................................................ 10
C. Definisi......................................................................................................... 15
D. Tanda Gejala................................................................................................ 15
E. Patofisiologi................................................................................................. 16
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................ 17
G. Terapi........................................................................................................... 18
H. Fokus Pengkajian......................................................................................... 18
I. Intervensi Keperawatan................................................................................. 19
Bab III Tinjauan Kasus..................................................................................... 20
A. Pengkajian.................................................................................................... 20
B. Terapi............................................................................................................ 26
C. Diagnosis Anestesi....................................................................................... 26
D. Penatalaksanaan Anestesi............................................................................ 29
E. Asuhan Keperawatan Perianestesi................................................................ 32
Bab IV Pembahasan.......................................................................................... 32
Bab V Kesimpulan Dan Saran.......................................................................... 34
Daftar Pustaka................................................................................................... 35

BAB I

4
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan bayi melalui
insisi pada dinding abdomen dan uterus. Sectio caesarea dilakukan sebagai
pilihan terakhir setelah persalinan normal tidak dapat dilakukan (Oxorn, 2010).
Penyebab dilakukan section caesarea diantaranya disebabkan oleh faktor janin,
faktor ibu, riwayat persalinan. Indikasi sectio caesarea antara lain adalah
disproposi panggul (CPD), disfungsi uterus, distosia, janin besar, gawat janin,
eklamsia, hipertensi, riwayat pernah sectio caesarea sebelumnya
(Prawirohardjo, 2010).
World Health Organization (WHO) Menetapkan standar rata-rata
section caesarea disebuah Negara adalah sekitar 5-15%per 1000 kelahiran
didunia. Rumah sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta
bias lebih dari 30% (Gibbson L.et all, 2010). Menurut WHO peningkatan
persalinan dengan sectio caesarea diseluruh negara selama tahun 2007-2008
yaitu 110.000 perkelahiran diseluruh Asia (Sinha kounteya, 2010).
Ada beberapa penyebab yang sering terjadi dan harus dilakukan
caesarea yaitu partus lama, partus tak maju, panggul sempit, dan janin terlalu
besar, jika tidak dilakukan caesarea akan membahayakan nyawa ibu dan dan
janin. Sedangkan menurut Sarwono, 2010, indikasi persalinan SC yaitu
panggul sempit, tumor jalan lahir, stenosis serviks, plasenta previa, disproporsi
sefalopelvik, rupture uteri, kelainan letak, dan gawat janin.
Namun kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah caesarea
yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi saat tindakan bedah caesarea.
Antara lain, nyeri gangguan mobilisasi, cedera kandung kemih, cedera Rahim,
cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi, yaitu infeksi rahim,
endometritis, dan ifeksi akibat luka operasi. (Depkes RI, 2013).
Salah satu komplikasi persalinan yang mempunyai tingkat kematian
maternal dan perinatal yang tinggi adalah preeklamsi dan eklamsi.
Mengingat hal tersebut diatas maka preeklamsi dan eklamsi masih yang
menyebabkan angka kematian ibu dan janin tinggi sehingga salah satu

5
kebijakan nasional untuk meminimalkan angka kematian ibu dan bayinya
adalah dengan terus meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas
dengan terdapatnya staf kesehatan yang ahli dalam menangani persalinan serta
mengetahui berbagai indikasi kehamilan yang dapat mengancam nyawa ibu
dan bayinya. salah satu cara alternative dalam menangani preeklamsi yaitu
dengan tindakan operatif sectio caesaria.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara penatalaksanaan asuhan keperawatan regional anestesi
pada Ny.S dengan program operasi SCTP (Sectio Caesarea Transperitonealis)
G2P0A1 umur kandungan 40 minggu dengan indikasi pre eklamsia di ruang
IBS (Instalasi Bedah Sentral) RS PKU Muhammadiyah Gombong?
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari makalah ini adalah pembahasan mengenai asuhan
keperawatan perioperative pada pasien dengan dengan program operasi SCTP
(Sectio Caesarea Transperitonealis) berdasarkan tinjuan teori serta
penerapannya secara langsung.
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan makalah ilmiah ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan asuhan keperawatan perioperatif pada kasus operasi SCTP
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tinjauan teori terkait dengan SCTP meliputi anatomi,
definisi, tanda gejala, patofisiologi, terapi, pengkajian fokus dan
intervensi keperawatan.
b. Mengetahui asuhan keperawatan perianestesi pada pasien dengan
tindakan operasi SCTP

E. MANFAAT
1. Bagi Individu

6
Dapat membandingkan teori yang didapat dibangku kuliah dengan
kenyataan yang ada di lapangan dan mendapatkan pengalaman langsung
pelaksanaan praktek dirumah sakit Di ruang IBS terkait SCTP
2. Bagi Rumah Sakit
Membantu memberikan informasi pada rumah sakit tentang asuhan
keperawatan keperawatan perioperati, membantu untuk mendukung
pelaksanaan meningkatkan pelayanan operasi yang optimal.
3. Bagi Institusi
Sebagai tambahan kepustakaan dalam pengembangan ilmu kesehatan pada
umumnya dan ilmu keperawatan pada khususnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

7
A. KONSEP SPINAL ANESTESI
1. Anatomi Regional Anestesi
a. Tulang Belakang ( Columna Vertebralis )
Tulang belakang (Columna Vertebralis). Tulang belakang merupakan
penopang tubuh utama. Terdiri atas jejeran tulang-tulang belakang
(vertebrae). Di antara tulang-tulang vertebrae terdapat discus
invertebralis merupakan tulang rawan yang membentuk sendi yang kuat
dan elastis. Discus invertebralis memungkinkan tulang belakang bergerak
ke segala arah. Jika dilihat dari samping, tulang belakang membentuk
lekukan leher (cervix), lekukan dada (thorax), lekukan pinggul (lumbal),
dan lekukan selangkang (sacral).
b. Medulla Spinalis
Medulla spinalis berada dalam kanalis spinalis dikelilingi oleh cairan
serebrospinalis, dibungkus meningen (Duramater, lemak dan pleksus
venosus). Pada dewasa berakhir setinggi L1, pada anak L2 dan pada bayi
L3 dan sakus duralis berakhir setinggi S2. Medulla spinalis diperdarahi
oleh a. spinalis anterior dan a. spinalis posterior.
c. Lapisan jaringan punggung
Untuk mencapai cairan serebrospinalis, maka jarum suntik akan
menembus kulit: Kulit, Subkutis, Ligamentum Supraspinosum,
Ligamentum interspinosum, Ligamentum Flavum, Ruang Epidural,
Duramater, Ruang Subarakhnoid.
d. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal merupakan ultrafiltrasi dari plasma yang berasal
dari pleksus arteria koroidalis yang terletak di ventrikel 3-4 dan lateral.
Cairan jernih ini tak bewarna mengisi ruang subarachnoid dengan jumlah
total 100-150 ml, sedangkan yang dipunggung sekitar 24-45 ml.

2. Pengertian

8
Anestesi regional merupakan suatu metode yang lebih bersifat
sebagai analgesik karena menghilangkan nyeri dan pasien dapat tetap sadar.
Sehingga teknik ini tidak memenuhi trias anestesi karena hanya
menghilangkan persepsi nyeri saja. Jika diberi tambahan obat hipnotik atau
sedatif, disebut dengan balans anestesia sehingga masuk dalam trias
anestesia. Hanya regio yang diblok saja yang tidak merasakan sesnasi
anestesi (Pramono, 2015).
3. Indikasi
a. Bedah ekstremitas bawah
b. Bedah panggul
c. Tindakan sekitar rektum-perineum
d. Bedah obstretri-ginekologi
e. Bedah urologi
f. Bedah abdomen bawah
g. Pada abdomen atas dan bedah anak biasanya si umum dikombinasikan
dengan anestesi umum ringan.
4. Kontra Indikasi
a. Pasien menolak h. Kelainan neurologis
b. Infeksi pada tempat suntikan i. Kelainan psikis
c. Hipovolemia berat, syok j. Bedah lama
d. Tekanan intrakranial meningkat k. Penyakit jantung
e. Fasilitas resusitasi minim l. Hipovolemia ringan
f. Infeksi sistemik m. Nyeri punggung kronik
g. Infeksi sekitar tempat suntikan
5. Teknik
a. Anestesi Spinal
Anestesi spinal (intratekal, intradural, subdural, subarachnoid) ialah
pemberian obat anestetik lokal ke dalam ruang subarachnoid. Anestesi
spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan anestetik lokal ke dalam
ruang subarachnoid. Anestesi spinal/subaraknoid disebut juga sebagai
analgesi/blok spinal intradural atau blok intratekal.

9
b. Anestesi Epidural
Anestesi dengan memblokade saraf yang menempatkan obat di ruang
epidural (Peridural, ekstradural). Ruang ini berada diantara ligamentum
flavum dan durameter.
c. Anestesi Kaudal
Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural karena
kanalus kaudalis adalah keoanjangan dari ruang epidural dan obat
ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis.
6. Komplikasi
a. Hipotensi
b. Bradikardi
c. Mual dan muntah
d. Nyeri punggung
e. Abses epidural
f. Meningitis
g. Analgesik yang masuk ke dalam pembuluh darah akan mengakibatkan
toksisitas
B. ANATOMI
1. Organ Reproduksi Wanita Bagian Luar
a. Mons Pubis/ Mons Veneris
Bagian yang menonjol yang banyak berisi jaringan lemak yang terletak
dipermukaan anterior simpisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons veneris
ditutup oleh rambut-rambut. Seiring peningkatan usia, jumlah jaringan
lemak ditubuh wanita akan berkurang dan rambut pubis akan menipis.
b. Labia Mayora
Berupa dua buah lipatan jaringan lemak, berbentuk lonjong dan menonjol
yang berasal dari mons veneris dan berjalan kebawah dan ke belakang
yang mengelilingi labia minora. Terdiri dari 2 permukaan, yaitu bagian
luar yang menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut, dan bagian
dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar
sebacea. Labia mayora kiri dan kanan bersatu di bagian belakang dan

10
batas depan dari perinium disebut Commisura posterior/ frenulum.
Homolog dengan skrotum pada laki laki.
c. Labia Minora
Merupakan dua buah lipatan jaringan yang pipih dan berwarna
kemerahan yang terlihat jika labia mayora dibuka. Pertemuan lipatan
labia minora kiri dan kanan di bagian atas disebut – preputium klitoris,
dan di bagian bawah disebut frenulum klitori Pada bagian inferior kedua
lipatan labia minora memanjang mendekati garis tengah dan menyatu
dengan fuorchette.
d. Clitoris/ Klentit
Merupakan suatu tanggul berbentuk silinder dan erektil yang terletak
diujung superior vulva. Mengandung banyak urat urat saraf sensoris dan
pembuluh pembuluh darah. Jumlah pembuluh darah dan persyarafan
yang banyak membuat klitoris sangat sensitif terhadap suhu, sentuhan
dan sensasi tekanan. Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan keregangan seksual. Ujung badan klitoris dinamai Glans
dan lebih sensitif dari pada badannya. Panjang klitoris jarang melebihi 2
cm dan bagian yang terlihat adalah sekitar 6×6 mm atau kurang pada saat
tidak terangsang dan akan membesar jjika secara seksual terangsang.
Klitoris analog dengan penis pada laki-laki.
e. Vestibulum
Merupakan rongga yang sebelah lateral dibatasi oleh kedua labia minora,
anterior oleh klitoris dan dorsal oleh fourchet. Vestibulum merupakan
muara-muara dari 6 buah lubang yaitu vagina, urethra, 2 muara kelenjar
bartolini yang terdapat di samping dan agak ke belakang dari introitus
vagina dan 2 muara kelenjar skene di samping dan agak ke dorsal
urethra.
f. Kelenjar Bartholini dan Skene
Kelenjar yang penting di daerah vulva karena dapat mengeluarkan lendir.
Pengeluaran lendir meningkat saat hubungan seks.
g. Ostium Uretra

11
Walaupun bukan merupakan sistem reproduksi sejati, namun dimasukkan
ke dalam bagian ini karana letaknya menyatu dengan vulva. Biasanya
terletak sekitar 2,5 cm dibawak klitoris.
h. Ostium Vagina
Liang vagina sangat bervariasi bentuk dan ukurannya. Pada gadis,
kebanyakan vagina tertutup sama sekali oleh labia minora dan jika
dibuka, terlihat hampir seluruhnya tertutu oleh himen.
i. Hymen (Selaput dara)
Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar introitus vagina.
Biasanya himen berlubang sebesar ujung jari berbentuk bulan sabit atau
sirkular sehingga darah menstruasi dapat keluar. Namun kadang kala ada
banyak lubang kecil (kribriformis), bercelah (septata), atau berumbai
tidak beraturan (fimbriata). Pada tipe himen fimbriata, pada gadis sulit
membedakannya dengan hymen yang sudah mengalami penetrasi saat
koitus.
j. Perineum
Perineum Adalah daerah muskular yang dititupi kulit antara introitus
vagina dan anus.
2. Organ reproduksi dalam (Internal)
a. Ovarium
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti
buah almond yang berada disamping uterus didekat dinding lateral pelvis
dan berada pada lapisan posterior ligamentum latum, postero-caudal tuba
falopii. Panjang kira-kira 2.5 – 5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5 – 3.0
cm. Masing-masing memiliki permukaan medial dan lateral. Masing-
masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium) dan tepi posterior
yang bebas. Ligamentum penyangga ovarium adalah ligamentum
suspensorium ovarii ( ligamentum infundibulo-pelvicum ) dan
ligamentum Ovarii Proprium. Pembuluh darah ovarium terutama berasal
dari arteri ovarica yang merupakan cabang aorta abdominalis dan
selanjutnya dialirkan keluar ovarium melalui vena ovarica. Ovarium

12
terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada
testis.
Bagian luar ovarium disebut cortex yang memiliki gameet dan
dibagian dalam disebut medula yang mengandung banyak pembuluh
darah besar serta syaraf. Cortex ovarium relatif avaskular dan dijumpai
sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-masing folikel mengandung
ovum immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa
lapisan sel. Bila oosit hanya dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut
dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa lapisan sel-sel tersebut
dinamakan sel granulosa. Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel
dengan berbagai derajat maturasi. Pada folikel primordial, oosit dilapisi
oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium). Folikel primer
memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit.
Folikel sekunder mengandung ruang-ruang berisi cairan diantara
sel granulosa. Ruangan tersebut sering mengalami penyatuan
(coalesence) membuat cavum sentral yang disebut sebagai antrum.
Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang matur memiliki antrum yang
sangat dominan dan folikel biasanya menonjol keluar permukaan
ovarium. Setiap bulan, pada wanita dewasa, satu dari folikel yang masak
mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini disebut ovulasi. Fungsi
ovarium yakni menghasilkan ovum (sel telur) serta hormon estrogen dan
progesteron.
b. Oviduk ( tuba falopi )
Oviduk (tuba falopii) atau saluran telur berjumlah sepasang (di
kanan dan kiri ovarium) dengan panjang sekitar 10 cm. Bagian pangkal
oviduk berbentuk corong yang disebut infundibulum. Pada infundibulum
terdapat jumbai-jumbai (fimbrae). Fimbrae berfungsi menangkap ovum
yang dilepaskan oleh ovarium. Ovum yang ditangkap oleh infundibulum
akan masuk ke oviduk. Oviduk berfungsi untuk menyalurkan ovum dari
ovarium menuju uterus.

13
c. Uterus
Uterus (kantung peranakan) atau rahim merupakan rongga
pertemuan oviduk kanan dan kiri yang berbentuk seperti buah pir dan
bagian bawahnya mengecil yang disebut serviks (leher rahim). Serviks
(leher rahim) terletak di puncak vagina. Selama masa reproduktif, lapisan
lendir vagina memiliki permukaan yang berkerut-kerut. Sebelum
pubertas dan sesudah menopause, lapisan lendir menjadi licin. Rahim
merupakan suatu organ yang berbentuk seperti buah pir dan terletak di
puncak vagina. Rahim terletak di belakang kandung kemih dan di depan
rektum, dan diikat oleh 6 ligamen. Rahim terbagi menjadi 2 bagian, yaitu
serviks dan korpus (badan rahim). Serviks merupakan uterus bagian
bawah yang membuka ke arah vagina. Korpus biasanya bengkok ke arah
depan. Selama masa reproduktif, panjang korpus adalah 2 kali dari
panjang serviks. Korpus merupakan jaringan kaya otot yang bisa melebar
untuk menyimpan janin. Selama proses persalinan, dinding ototnya
mengkerut sehingga bayi terdorong keluar melalui serviks dan vagina.
Sebuah saluran yang melalui serviks memungkinkan sperma masuk ke
dalam rahim dan darah menstruasi keluar. Serviks biasanya merupakan
penghalang yang baik bagi bakteri, kecuali selama masa menstruasi dan
selama masa ovulasi (pelepasan sel telur).
Saluran di dalam serviks adalah sempit, bahkan terlalu sempit
sehingga selama kehamilan janin tidak dapat melewatinya. Tetapi pada
proses persalinan saluran ini akan meregang sehingga bayi bisa
melewatinya. Saluran serviks dilapisi oleh kelenjar penghasil lendir.
Lendir ini tebal dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali sesaat
sebelum terjadinya ovulasi. Pada saat ovulasi, konsistensi lendir berubah
sehingga sperma bisa menembusnya dan terjadilah pembuahan
(fertilisasi). Selain itu, pada saat ovulasi, kelenjar penghasil lendir di
serviks juga mampu menyimpan sperma yang hidup selama 2-3 hari.
Sperma ini kemudian dapat bergerak ke atas melalui korpus dan masuk
ke tuba falopii untuk membuahi sel telur. Karena itu, hubungan seksual
yang dilakukan dalam waktu 1-2 hari sebelum ovulasi bisa menyebabkan

14
kehamilan. Uterus manusia berfungsi sebagai tempat perkembangan
zigot apabila terjadi fertilisasi. Uterus terdiri dari dinding berupa lapisan
jaringan yang tersusun dari beberapa lapis otot polos dan lapisan
endometrium. Lapisan endometrium (dinding rahim) tersusun dari sel-sel
epitel dan membatasi uterus. Lapisan endometrium menghasilkan banyak
lendir dan pembuluh darah. Lapisan endometrium akan menebal pada
saat ovulasi (pelepasan ovum dari ovarium) dan akan meluruh pada saat
menstruasi.
d. Vagina
Vagina merupakan saluran akhir dari saluran reproduksi bagian
dalam pada wanita. Vagina bermuara pada vulva. Vagina memiliki
dinding yang berlipat-lipat dengan bagian terluar berupa selaput
berlendir, bagian tengah berupa lapisan otot dan bagian terdalam berupa
jaringan ikat berserat. Selaput berlendir (membran mukosa)
menghasilkan lendir pada saat terjadi rangsangan seksual. Lendir tersebut
dihasilkan oleh kelenjar Bartholin. Jaringan otot dan jaringan ikat
berserat bersifat elastis yang berperan untuk melebarkan uterus saat janin
akan dilahirkan dan akan kembali ke kondisi semula setelah janin
dikeluarkan.
C. DEFINISI
Section Caesarea adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin lebih dari 1000 gr atau
umur kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba, 2012).
Sectional caesarea merupakan tindakan melahirkan bayi melalui insisi
(membuat sayatan) didepan uterus. Sc merupakan metode yang paling umum
untuk melahirkan bayi, tetapi masih merupakan prosedur operasi besar,
dilakukan pada ibu dalam keadaan sadar keduali dalam keadaan darurat
(Hartono, 2014)
D. TANDA GEJALA
Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar section caesarea
adalah :
1. Prolog labour sampai neglected labour.

15
2. Ruptura uteri imminen
3. Fetal distress
4. Janin besar
5. Perdarahan antepartum (Manuaba, I.B, 2001)
Sedangkan indikasi yang menambah tingginya angka persalinan dengan
sectio adalah
1. Malpersentasi Janin :
a. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah jalan /cara
yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak lintang yang
janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak
lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang dapat lebih
dulu ditolong
b. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
2. Plasenta Previa Sentralis Dan Lateralis
3. Distosia Serviks
E. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsi terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan
terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklampsi
yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi (
suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifir agar oksigenasi jaringan
tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahan –
perubahan ke organ antara lain:
1. Otak .
Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkat akan terjadi
oedema yang menyebabkan kelainan cerebal bisa menimbulkan pusing dan
CVA ,serta kelainan visus pada mata.
2. Ginjal.

16
Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke
ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomerolus negatif , dimana filtrasi
natirum lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50 % dari
normal yang mengakibatkan retensi garam dan air , sehingga terjadi oliguri
dan oedema.
3. URI
Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan
plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan
terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin , serta kematian janin
dalam kandungan.
4. Rahim
Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan
menyebabkan partus prematur.
5. Paru
Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga
oksigenasi terganggu dan cyanosis maka akan terjadi gangguan pola nafas.
Juga mengalami aspirasi paru / abses paru yang bisa menyebabkan kematian
.
6. Hepar
Penurunan perfusi ke hati dapat mengakibatkan oedema hati , dan
perdarahansubskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium,
serta icteru.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penujnag yang dilakukan pada pasien dengan diagnosa
Sectio casarea adalah
1. Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaasn laboratorium darah lengap
3. Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa. Warna, konsentrasi, bau dan
pH nya
4. Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban, urine atau
sekret vagina

17
5. Sekret vagina ibu hamil pH 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna,
tetap kuning
6. Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7- 7,5 darah dan
infeksi vagina dapat menghasilkan tes yang positif palsu.
7. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek
dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran
daun pakis.
G. TERAPI
Terapi yang diberikan pada pasien dengan operasi section caesarea yaitu
1. Antibiotik seperti: Ceftriaxon
2. Antimual seperti: ondansentron
3. Obat untuk anestesi: Bupivacaine, Sevoflurance
4. Obat antinyeri: ketorolac, tramadol
5. Obat antiperdarahan: Metylergometine
6. Obat untuk mempercepat kontraksi: oxytocine
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung
b. Keluhan utama klien saat ini
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai

18
wanita.Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan, ketakutan,
menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
4) Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi
spinalepidural.
5) Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
6) Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
7) Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
8) Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.Aliran lokhea sedang.
2. Kaji activity daily living yaitu kebutuhan aktifitas sehari-hari klien, apakah
pada klien hamil trimester 3 mengalami gangguan pada activitas hariannya
3. Kaji persolal higine klien mengalami masalah atau tidak
4. Kaji mobilisasi klian
5. Kaji tingkat nyeri kliene. Kaji kekuatan otot klien
6. Kaji Kontraksi
7. Kaji DJJ
8. Kaji posisi janin menggunakan leopord
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
Menurut Nanda Internasional (2018-2020) diagnosa yang mungkin
muncul adalah :
1. Ketidaknyamanan : nyeri, akut berhubungan dengan trauma pembedahan.
a. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
ketidaknyamanan ; nyeri berkurang atau hilang.
b. Kriteria hasil :

19
1) Mengungkapkan kekurangan rasa nyeri.
2) Tampak rileks mampu tidur.
3) Skala nyeri 1-3
c. Intervensi :
1) Tentukan lokasi dan karakteristik ketidaknyamanan perhatikan isyarat
verbal dan non verbal seperti meringis.Rasional : pasien mungkin
tidak secara verbal melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan secara
langsung. Membedakan karakteristik khusus dari nyeri membantu
membedakan nyeri paska operasi dari terjadinya komplikasi.
2) Berikan informasi dan petunjuk antisipasi mengenai penyebab
ketidaknyamanan dan intervensi yang tepat.Rasional : meningkatkan
pemecahan masalah, membantu mengurangi nyeri berkenaan dengan
ansietas.
3) Evaluasi tekanan darah dan nadi ; perhatikan perubahan prilaku.
Rasional: pada banyak pasien, nyeri dapat menyebabkan gelisah, serta
tekanan darah dan nadi meningkat. Analgesia dapat menurunkan
tekanan darah.
4) Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya atau karakteristik nyeri.
Rasional : selama 12 jam pertama paska partum, kontraksi uterus kuat
dan teratur dan ini berlanjut 2 – 3 hari berikutnya, meskipun frekuensi
dan intensitasnya dikurangi faktor-faktor yang memperberat nyeri
penyerta meliputi multipara, overdistersi uterus.
5) Ubah posisi pasien, kurangi rangsangan berbahaya dan berikan
gosokan punggung dan gunakan teknik pernafasan dan relaksasi dan
distraksi.Rasional : merilekskan otot dan mengalihkan perhatian dari
sensasi nyeri. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan distraksi
tidak menyenangkan, meningkatkan rasa sejahtera.
6) Lakukan nafas dalam dengan menggunakan prosedur- prosedur
pembebasan dengan tepat 30 menit setelah pemberian analgesik.
Rasional: nafas dalam meningkatkan upaya pernapasan. Pembebasan
menurunkan regangan dan tegangan area insisi dan mengurangi nyeri
dan ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan otot abdomen.

20
7) Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan menghindari makanan atau cairan
berbentuk gas; misal : kacang-kacangan, kol, minuman karbonat.
Rasional : menurunkan pembentukan gas dan meningkatkan
peristaltik untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena akumulasi
gas.
8) Palpasi kandung kemih, perhatikan adanya rasa penuh. Memudahkan
berkemih periodik setelah pengangkatan kateter indwelling. Rasional :
kembali fungsi kandung kemih normal memerlukan 4-7 hari dan
overdistensi kandung kemih menciptakan perasaan dan
ketidaknyamanan.
2. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada konsep diri,
transmisi / kontak interpersonal, kebutuhan tidak terpenuhi.
a. Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan ansietas dapat
berkurang atau hilang.
b. Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan perasaan ansietas
2) Melaporkan bahwa ansietas sudah menurun
3) Kelihatan rileks, dapat tidur / istirahat dengan benar.
c. Intervensi :
1) Dorong keberadaan atau partisipasi pasangan Rasional : memberikan
dukungan emosional; dapat mendorong mengungkapkan masalah.
2) Tentukan tingkat ansietas pasien dan sumber dari masalah. Rasional
Mendorong pasien atau pasangan untuk mengungkapkan keluhan atau
harapan yang tidak terpenuhi dalam proses ikatan/menjadi orang tua.
3) Bantu pasien atau pasangan dalam mengidentifikasi mekanisme
koping baru yang lazim dan perkembangan strategi koping baru jika
dibutuhkan. Rasional : membantu memfasilitasi adaptasi yang positif
terhadap peran baru, mengurangi perasaan ansietas.
4) Memberikan informasi yang akurat tentang keadaan pasien dan bayi.
Rasional : khayalan yang disebabkan informasi atau kesalahpahaman
dapat meningkatkan tingkat ansietas.

21
5) Mulai kontak antara pasien/pasangan dengan baik sesegera mungkin.
Rasional : mengurangi ansietas yang mungkin berhubungan dengan
penanganan bayi, takut terhadap sesuatu yang tidak diketahui, atau
menganggap hal yang buruk berkenaan dengan keadaan bayi.
3. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / kulit
rusak.
a. Tujuan : infeksi tidak terjadi
b. Kriteria hasil :
1) Luka bebas dari drainase purulen dengan tanda awal penyembuhan.
2) Bebas dari infeksi, tidak demam, urin jernih kuning pucat.
c. Intervensi :
1) Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan dengan cermat dan
pembuangan pengalas kotoran, pembalut perineal dan linen
terkontaminasi dengan tepat.Rasional : membantu mencegah atau
membatasi penyebaran infeksi.
2) Tinjau ulang hemogolobin / hematokrit pranantal ; perhatikan adanya
kondisi yang mempredisposisikan pasien pada infeksi pasca operasi.
Rasional : anemia, diabetes dan persalinan yang lama sebelum
kelahiran sesarea meningkatkan resiko infeksi dan memperlambat
penyembahan.
3) Kaji status nutrisi pasien. Perhatikan penampilan rambut, kuku jari,
kulit dan sebagainya Perhatikan berat badan sebelum hamil dan
penambahan berat badan prenatal.Rasional : pasien yang berat badan
20% dibawah berat badan normal atau yang anemia atau yang
malnutrisi, lebih rentan terhadap infeksi pascapartum dan dapat
memerlukan diet khusus.
4) Dorong masukkan cairan oral dan diet tinggi protein, vitamin C dan
besi. Rasional : mencegah dehidrasi ; memaksimalkan volume,
sirkulasi dan aliran urin, protein dan vitamin C diperlukan untuk
pembentukan kolagen, besi diperlukan untuk sintesi hemoglobin.
5) Inspeksi balutan abdominal terhadap eksudat atau rembesan. Lepasnya
balutan sesuai indikasi.Rasional : balutan steril menutupi luka pada 24

22
jam pertama kelahiran sesarea membantu melindungi luka dari cedera
atau kontaminasi. Rembesan dapat menandakan hematoma.
6) Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan, perhatikan kemerahan
odem, nyeri, eksudat atau gangguan penyatuan.Rasional : tanda-tanda
ini menandakan infeksi luka biasanya disebabkan oleh steptococus.
7) Bantu sesuai kebutuhan pada pengangkatan jahitan kulit, atau klips.
Rasional : insisi biasanya sudah cukup membaik untuk dilakukan
pengangkatan jahitan pada hari ke 4 / 5.
8) Dorong pasien untuk mandi shower dengan menggunakan air hangat
setiap hari.Rasional :Mandi shower biasanya diizinkan setelah hari
kedua setelah kelahiran sesarea, meningkatkan hiegenisdan dapat
merangsang sirkulasi atau penyembuhan luka.
9) Kaji suhu, nadi dan jumlah sel darah putih.Rasional : Demam paska
operasi hari ketiga, leucositosis dan tachicardia menunjukkan infeksi.
Peningkatan suhu sampai 38,3 C dalam 24 jam pertama sangat
mengindentifikasikan infeksi.
10) Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus ; perhatikan perubahan involusi
atau adanya nyeri tekan uterus yang ekstrem.Rasional : Setelah
kelahiran sesarea fundus tetap pada ketinggian umbilikus selama
sampai 5 hari, bila involusi mulai disertai dengan peningkatan aliran
lokhea, perlambatan involusi meningkatkan resiko endometritis.
Perkembangan nyeri tekan ekstrem menandakan kemungkinan
jaringan plasenta tertahan atau infeksi.

23
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Hari : Jumat, 20 December 2019
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Ruang IBS PKU Muh Gombong
Perawat : Aisya Oktaviani Wulandari
1. Data Subjektif
a. Identitas pasien
Nama : Ny.S
Tempat & Tgl lahir : Kebumen, 13-08-1990
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Gombong
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Diagnosa : G2P0A1 Umur Kandungan 40 Minggu Dengan
Indikasi Pre Eklamsia
No. Rekam Medis : 389xxx
Tgl. Masuk : Jum’at, 20 December 2019
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.M
Alamat : Gombong
Hubungan : Suami
No Tlp : 0832677xxxx
c. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Perut terasa kencang kencang dan nyeri
2) Riwayat Penyakit Sekarang

24
Pasien dirawat di ruang VK RS PKU Muhammadiyah sejak kamis, 19
December 2019 dengan keluhan kenceng kenceng dan nyeri, P : nyeri
bertambah ketika kontraksi dan bergerak dan berkurang ketika tenang,
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: nyeri dibagian perut, S : skala 7, T :
nyeri hilang timbul. TD 150/80 mmHg. N 85 x/menit S 36,3 C RR :
14x/menit GCS : 15 M6E4V5
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya dan
tidak pernah menderita penyakit menular dan menurun.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan Memiliki riwayat penyakit hypertensi / darah tinggi.
2. Data Objektif
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran: composmetis
2) GCS : 15 (E4V5M6)
3) TTV : TD: 148/80, Nadi : 90 x/menit, Suhu : 36,5ºC, RR: 16
x/menit
b. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : Mesochepal, tidak terdapat adanya nyeri tekan
2) Mata : Simetris, konjungtiva ananemis, sklera anikterik, Pupil :bulat,
didapatkan isokor, diameter 2 mm, reflex cahaya langsung positif pada
mata kanan dan kiri
3) Telinga : Bersih, tidak didapatkan adanya penumpukan serumen
4) Hidung : Bersih, tidak terdapat perdarahan
5) Mulut dan tenggorokan : Bersih, tidak pucat, tidak sianosis, tidak
terdapat sumbatan pada jalan nafas
6) Thorax
- Inspeksi : Terdapat Fr.Clavicula Sinistra, dada tampak simetris, tidak
tampak adanya pulsasi ictus cordis
- Palpasi : Pengembangan paru kanan dan kiri simetris, terdapat
pulsasi ictus cordis pada ICS V, di linea midklavikularis sinistra
- Perkusi : Sonor

25
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak terdengar adanya bunyi
jantung tambahan, irama jantung reguler
7) Abdomen
- Inspeksi : Simetris, datar, tidak terdapat jaringan parut, striae dan
kelainan kulit, tidak terdpat pelebaran vena
- Auskultasi : Bising usus positif 20x/menit, intensitas sedang
- Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
- Perkusi : Timpani pada keempat kuadran abdomen
8) Genetalia : Terpasang DC nomor 16
9) Ekstremitas
- Atas : Terpasang IVFD nomor 18, kekuatan otot 5 | 5
- Bawah : Kekuatan otot 5 | 5
B. TERAPI
No Nama Obat Jenis Dosis
1 Ceftriaxon iv 1gr
2 Infus Hes iv 1
3 Infus RL iv 2
4 Ondansentron iv 1 amp (4mgl/2ml)
5 Ketorolac iv 1 amp (30 mg/ml)
6 Oxytosin Drip 1 amp
7 Methylergometrine iv 1 Amp
8 Ephidrine iv 1 amp

C. DIAGNOSIS ANESTESI
Pada Ny.S Dengan Program Operasi SCTP (Sectio Caesarea Transperitonealis)
G2P0A1 Umur Kandungan 40 Minggu Dengan Indikasi Pre Eklamsia, akan
dilakukan rencana tindakan operasi SCTP
D. PENATALAKSANAN ANESTESI
1. Persiapan Alat
a. Mesin anestesi dihubungkan dengan sumber gas dan mengecek ulang
kelengkapan serta fungsinya, pastikan vaporizer sudah terisi agen,
absobser tidak berubah warna, dan sambungkan dengan sumber listrik.
b. Pastikan bag mask, circuit, konektor sesuai tempatnya
c. Siapkan monitor lengkap dengan manset, finger sensor dan lead ekg

26
d. Persiapan alat regional anestesi dengan Spinal Anestasi : Bupivacain,
sarung tangan steril, spuit 3cc, jarum spinal anestesi ukuran 25
e. Persiapan bedside monitor yaitu pulse oxymetri
f. O2, N2O, sevoflurane berjaga-jaga jika diperlukan
g. Siapkan lembar laporan durante anestesi dan balance cairan
2. Persiapan obat
a. Obat untuk premedikasi : Ondansentron 1 Amp, Ketorolac 1 Amp,
Bupivacain 2,5 ml, methylergometine 1 Amp, Oxytocin 1 AMP,
Ephedrine 1 Amp.
b. Induksi: (-)
c. Cairan infus : Koloid : HES 500ml, Kristaloid : RL 500 ml
3. Persiapan pasien
a. Pasien tiba di IBS pkl : 16.00 WIB
b. Serah terima pasien dengan petugas ruangan, periksa status pasien
termasuk informed consent, profilaksis dan obat-obatan yang telah
diberikan diruang perawatan.
c. Memindahkan pasien ke brancard IBS
d. Memperkenalkan diri kepada pasien, mengecek ulang identitas pasien,
nama, alamat dan menanyakan ulang puasa makan dan minum, riwayat
penyakit dan alergi, serta berat badan saat ini.
e. Memasang monitor tanda vital (monitor tekanan darah, saturasi oksigen)
f. TD : 150/80 mmHg; N : 87x/mnt; Spo2: 99 %; RR : 16x/mnt Memeriksa
kelancaran infus dan alat kesehatan yang terpasang pada pasien.
g. Menanyakan keluhan pasien saat di ruang penerimaan IBS, dari pasien
mengatakan takut dan cemas menjalani operasi
h. Melakukan pemeriksaan pulmo pasien
Inspeksi : dada simetris, pasien dalam bernapas menggunakan
pernapasan abdomen.
Palpasi : vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : suara sonor
Auskultasi : Wheezing -/-
4. Pemberian obat premedikasi

27
Pasien dilakukan pemberian obat premedikasi pukul 16.05 WIB yaitu
Ondansentron 1 mg, ketorolac 30 mg dan dilakukan pemeriksaan tanda vital
TD : 1549/82 mmHg; N : 95x/mnt; Spo2: 100 %; RR : 18x/mnt, pernapasan
spontan.
5. Melakukan spinal anestesi
Pasien dilakukan spinal anestesi dengan menggunakan Bupivacain 2,5mg
pada pukul 16.30 WIB kemudian dilakukan, kemudian diberikan oksigenasi
nasal kanul disambungkan ke mesin anestesi dengan O2 2 liter/menit .TD:
153/83 mmHg, N : 88 x/mnt; SpO2: 100 %; RR :16x/mnt
6. Maintanance Anestesi
a. O2 : 2 lt/mnt
b. Balance cairan:
1) Maintanance (M) = 2 x 60 = 120 cc
2) Stress operasi (SO) = 8 x 60 = 480 cc (operasi sedang)
3) Pengganti Puasa (PP) = 8 jam x 100 = 800 cc
4) Kebutuhan Jam 1 : M + 2/3PP + SO = 1140 cc
Jam 2 : M + 1/3PP + SO = 860 cc
Jam TD N SpO2 Sevo N2O O2 RR Tindakan
16.05 150/80 88 100% - - 2 lt/mnt 16 Memberikan obat
premedikasi ketorolac &
ondancetron
16.30 147/81 90 100% - - 2 lt/mnt 16 Memberikan anestesi
spinal menggunakan
bupivacain 2.5 mg
16.45 130/70 85 100% - - 2 lt/mnt 18 Memberikan obat
Methylergometone
(bolus), Oxytocin (drip)

17.10 120/71 87 99% - - - 18 Memindahkan pasien ke


area RR

7. Pengakhiran Anestesi
a. Operasi selesai pukul 17.10 WIB, napas spontan
b. Pasien menggunakan Nasal Kanul dengan oksigen 2lt/mnt

28
c. Monitor tanda vital sebelum pasien dibawa keruang pemulihan TD:
120/71 mmHg; N:87 x/mnt; SpO2 : 99 %; RR: 18 x/mnt.
d. Pasien dipindahkan ke recovery room dan dilakukan monitor selama 15
menit lalu dipindahkan keruang Rahma .
Jam TD N SpO2 O2 RR Tindakan
17.10 120/71 87 99% 2 lt/mnt 18 Pasien tiba di RR dan dilakukan monitoring
17.15 124/70 86 100% 2 lt/mnt 18
kesadaran dan status hemodinamik
17.20 123/68 83 100% 2 lt/mnt 18 Pasien dipindahkan ke ruangan rawat inap

E. ASUHAN KEPERAWATAN PERIANESTESI


1. Pre Anestesi
a. Analisa data
Hari/Tgl Data Fokus Problem Etiologi
Jum’at 20 DS : pasien mengatakan nyeri di Nyeri akut Agen biologis
Desember area perut, nyeri skla 8, nyeri
2019 bertambah ketka kontraksi.
DO : pasien terlihat menahan
nyeri

b. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen biologis
c. Intervensi keperawatan
Hari/tgl DX NOC NIC Rasionalisasi
Jum’at 20 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Posisikan 1. Untuk membuat
Desember berhubungan tindak keperawatan pasien untuk pasien dalam
2019 dengan agen diharapkan: memaksimalka keadaan rileks
biologis 1. Nyeri berkurang n ventilasi 2. Untuk
2. Ekpresi mengernyit 2. Kolaborasikan mengurangi
berkurang pemberian nyeriyang
analgesik dialami pasien

d. Implementasi keperawatan
Hari/tgl DX Implementasi Evaluasi
Jum’at 20 Nyeri akut 1. Memberikan S: pasien mengatakan telah merasa nyaman
Desember berhubungan posisi yang O: pasien tampak merasa nyaman dan lebih
2019 dengan agen nyaman bagi tenang
biologis pasien S: pasien mengatakan masih merasakan
2. Memberikan nyeri
injeksi analesik O: pasien tampak masih merasakan nyeri
ketorolak 30 mg karena kontraksi yang datang secara

29
berkala
2. Intra Anestesi
a. Analisa data
Hari/Tgl Data Fokus Problem Etiologi
Jum’at 20 DS : pasien mengatakan merasa Nyeri akut Agen cedera fisik
Desember nyeri di arean perutnya, nyeri
2019 skala 5, nyeri ketika kontraksi
DO : pasien tampak merasa nyeri
ketika akan dilakukan operasi
b. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
c. Intervensi keperawatan
Hari/tgl DX NOC NIC Rasionalisasi
Jum’at 20 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Kolaborasi Agar pasien
Desember berhubungan keperawatan diharapkan : pemberian tidak
2019 dengan agen 1. Nyeri hilang anestesi spinal merasakan
cedera fisik 2. Ekspresi kesakitan hilang dengan nyeri selama
bupivacain 2.5 dilakukan
mg proses operasi
d. Implementasi keperawatan
Hari/tgl DX Implementasi Evaluasi
Jum’at 20 Nyeri akut Kolaborasi pemberian S: pasien mengatakan di area tubuh
Desember berhubungan anestesi spinal dengan pusar kebawah sudah tidak teraa
2019 dengan agen bupivacain 2.5 mg sakit, dan tidak bisa digerakan
cedera fisik O: pasien sudah tidak merasakan sakit

3. Post Anestesi
a. Analisa data
Hari/Tgl Data Fokus Problem Etiologi
Jum’at 20 DS : pasien mengatakan jika luka Resiko infeksi
Desember operasinya masih belum terasa
2019 sakit
DO : terdapat luka jahitan post
operasi SCTP

b. Diagnosa keperawatan
Resiko infeksi
c. Intervensi keperawatan
Hari/tgl DX NOC NIC Rasionalisasi

30
Jum’at 20 Resiko Setelah dilakukan 1. Bersihkan luka 1. Agar tidak
Desember infeksi tindakan keperawatan secara teratur terjadi proses
2019 diharapkan : 2. Edukasi pasien agar infeksi
1. TTV normal menghindarkan luka 2. Menjaga agar
2. Tidak muncul tanda dari air luka tetap
infeksi bersih

d. Implementasi keperawatan
Hari/tgl DX Implementasi Evaluasi
Jum’at 20 Resiko 1. Memberikan edukasi kepada S: pasien tampak telah memahami
Desember pasien agar tidak duduk dulu apa yang diinformasikan oleh
infeksi
2019 selama 24 jam perawat dan mengatakan akan
2. Memberikan edukasi kepada melaksanakan
pasien agar melakukan O: pasien tampak bisa memahami
perawatan luka secara teratur penjelasan perawat
dan menghindarkan luka dari air

31
BAB IV
PEMBAHASAN

Saat pre Operasi, diagnose yang muncul yaitu nyeri akut. Nyeri akut
timbul ketika pasien mengalami mengalami kontraksi, pada pre operasi pasien
akan di suruh berpuasa dahulu, setelah puasa 4-6 jam baru pasien dapat dioperasi.
Sebelum operasi dimulai pasien akan diberi obat profilaksis, sebelumnya pasien
juga dilakukan skin tes untuk mengetahui apakah pasien mempunyai alergi
terhadap antibiotic yang akan diberikan. Premedikasi yang diberikan kepada
pasien yang akan dioperasi yaitu ondansentron 1 ampul dan ketorlak 1 ampul. Jika
pasien mempunyai alergi, ketorolac dapat diganti dengan tramadol 1 ampul.
Saat prose intra operasi, diagnosa yang mungkin muncul Risiko infeksi
berhubungan dengan luka operasi ( tindakan pembedahan /SC). Penulis
menegakkan diagnosa keperawatan ini karena semua tindakan invasif memiliki
risiko besar ataupun kecil, operasi sectio cesarea pun demikian, sehingga
implementasi pencegahan infeksi harus dilakukan dengan lengkap dan teliti untuk
menekan risiko terjadinya infeksi pascaoperasi, alat / instrumen harus steril
(Rasjidi, 2009). Termasuk pemberian desinfektan povidon iodin/ betadin dan
alkohol sebelum menginsisi kulit abdomen. Povidon iodin mempunyai aktivitas
spektrum yang luas membunuh bakteria vegetatif, virus mikrobakteria, jamur
serta alkohol sebagai desinfektan sangat efektif mengurangi mikroorganisme
dikulit, etil dan isopropil alkohol 60-90% merupakan antiseptik yang baik dan
mudah diperoleh serta murah.
Risiko perdarahan berhubungan dengan klasifikasi pembedahan yang
mana ini adalah golongan Berat. Dan memberikan injeksi Posparagin 1 ml dan
drip oxytocin 1 ml yang erefek pada uterus sebagai vasokontriksi sehingga
mengecilkan rahim setelah persalinan dan mencegah perdarahan.
Efek dari spinal anestesi salah satunya adalah mual dan ini merupakan
salah satu diagnosa yang mungkin muncul. Mual berhubungan dengan efek
anestesi post operasi, ditegakkan diagnosa tersebut karena anestesi spinal

32
menekan saraf simpatis sehingga akan terlihat efek parasimpatis lebih menonjol,
dimana pada usus terjadi peningkatan kontraksi, tekanan intralumen dan terjadi
relaksasi sfingster (Rasjidi, 2009). Untuk mengurangi mual pada pasien, penulis
memberikan implementasi aromaterapi minyak kayu putih dan teknik relaksasi
nafas dalam. Untuk implementasi ini sejalan dengan hasil penelitian Acupressure
Pericardium Dan Aromatherapy Citrus Untuk Mengurangi Mual Muntah Ibu
Hamil (Sulistiarini., dkk, 2018), setelah lima menit diberikan aromaterapi minyak
pepermint dan tehnik nafas dalam, dapat menurunkan respons awal ketika pasien
mengeluh mual setelah operasi.

33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Pengkajian pada pasien perioperatif sectio caesarea perlu dilakukan terutama
untuk pengkajian fokus yang bermasalah pada pasien baik untuk pemeriksaan
fisik, tanda-tanda hemodinamik seperti tekanan darah, nadi, suhu, frekuensi
pernafasan.
2. Rencana keperawatan pada setiap diagnosa keperawatan yang diangkat untuk
menyelesaikan masalah pada pasien.
3. Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang diberikan kepada pasien
dengan mengacu rencana yang telah dibuat dan menyesuaikan dengan
kebutuhan pasien pada saat itu, dalam melakukan implementasi diperlukan
kerjasama dan kolaborasi tim namun tidak semua diagnosa keperawatan secara
teoritis dilakukan implementasi.
4. Evaluasi keperawatan untuk pre operasi masalah ansietas atau cemas teratasi.
Intra operasi dengan masalah risiko infeksi teratasi dan risiko perdarahan. Post
operasi dengan masalah mual teratasi dan dilanjutkan advice di ruang
perawatan.

B. SARAN
1. Seorang perawat anestesi harus mahir dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa, menetapkan intervesi, melaksanakan implementasi
dan mengevaluasi respon pasien pasien pada tahap pre anestesi, intra
anestesi hingga post anestesi.
2. Perawat anestesi harus segera tanggap tanda kegawatan yang terjadi pada
pasien dan dapat mencegah agar kegawatan tidak terjadi.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., Butcer, H., Dotcerman, J., Wagner, C. 2013. Nursing Intervention
Classification (NIC). ELSEVIER.
Majid, A., Judha, M., Istianah, U. 2011. Keperawatan Perioperatif . Yogyakarta:
Gosyen Publishing
Moorhead, s., Johnson, M., Mass, M., Swanson, E. 2013. Nursing Outcomes
Classification (NOC). ELSEVIER.
NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi. Jakarta: EGC.
Nugroho, T. (2011). Obsgyn: Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurachmah dan Angriani. (2011). Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Nurjanah, S.N., Maemunah, A. S., & Badriah, D.L. (2013). Asuhan Kebidanan
Post Partum Dilengkapi dengan Asuhan Kebidanan Post Sectio Caesarea.
Bandung: PT Refrika Aditama.
Pramono, Ardi. (2016). Buku Kuliah : Anestesi. Jakarta : EGC

35

Anda mungkin juga menyukai