Anda di halaman 1dari 36

ASKAN PEMBEDAHAN

THORAKS

I Ketut Sudiana, SST., M.Kes


z
Ca Mammae dengan tindakan
Mastectomy
z
Lokasi mastectomy
z
Pengertian

 Kanker payudara disebut juga dengan carcinoma mammae


adalah pertumbuhan sel-sel yang berlebihan yang tumbuh pada
kelenjar susu, jaringan lemak, maupun jaringan ikat payudara.

 Sel kanker pada payudara hanya tumbuh sebesar 1 cm pada


waktu 8-12 tahun. Sel tersebut bersembunyi dalam tubuh kita
dan tanpa kita ketahui keaktifannya

 Sel tersebut diam dalam kelenjar payudara dan dapat menyebar


melalui aliran darah ke seluruh tubuh
z
Faktor risiko

Tidak dapat diubah Dapat diubah

1. Umur > 45 tahun 1. Riwayat kehamilan


2. Menarche usia dini
2. Obesitas & konsumsi lemak tinggi
3. Menopause usia lanjut
3. Penggunaan hormon & kontrasepsi oral
4. Riwayat keluarga
4. Konsumsi alkohol dan rokok
5. Riwayat penyakit payudara jinak
5. Riwayat keterpaparan radiasi
z
Manifestasi klinis

1. Bejolan keras di payudara (tidak nyeri, kecil sampai besar, melekat pada kulit)

2. Puting berubah (masuk ke dalam / retraksi, terasa sakit, mengeluarkan cairan / darah)

3. Perubahan pada kulit payudara: berkerut, iritasi seperti kulit jeruk

4. Benjolan-benjolan kecil

5. Luka di payudara yang sulit sembuh

6. Payudara terasa panas, merah & bengkak

7. Gatal di daerah sekitar putting

8. Benjolan keras terfiksasi

9. Bila benjolan itu kanker, awalnya biasanya pada 1 payudara saja


z
Penanganan ca mamma

Operatif

1. BCS (breast conserving surgery) apabila masih ingin mempertahankan


payudara

2. Lumpectomy (menghilangkan benjolan dan beberapa jaringan normal di


sekitarnya)

3. Mastectomy (mengangkat semua jaringan mamma dan beberapa jaringan


sekitarnya)

 Mastectomy total sederhana

 MRM

 Mastectomy radikal clasic


z
MRM (Modifikasi Radikal Mastectomy)

 Pembedahan onkologi pada keganasan payudara

 Mengangkat seluruh jaringan payudara yang terdiri dari seluruh


stroma dan parenkhim payudara, areola dan puting susu serta
kulit diatas tumornya disertai diseksi kelenjar getah bening
aksila ipsilateral level I, II/III secara en bloc tanpa mengangkat
m.pektoralis major dan minor.
z
Indikasi

1. Ca mammae yang terbatas pada payudara dan aksilla tanpa


invasi pada otot pektoralis mayor

2. Ca mamae stadium dini yg tidak memenuhi syarat BCS (Brest


conserving surgery)

3. Ca mamae stadium lokal lanjut dgn syarat tertentu

4. Ca mamae yg mengalami rekurensi stl BCS


z
Kontra indikasi

1. Edema luas kulit payudara > 1/3 luas

2. Edema lengan Edema lengan

3. Satelit nodul pada kulit

4. Nodul para sternal

5. Metastase supraclavicular

6. Metastase jauh

7. Inflammatory carcinoma
z
A. Pengkajian

a.Identitas pasien atau biodata


b.Anamnesis khusus yang berkaitan dengan penyakit bedah yang mungkin menimbulkan
gangguan fungsi sistem organ
c.Anamnesis umum meliputi :
1. Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita yang bisa mempengaruhi prosedur
anestesia yang diberikan
2. Riwayat pemakaian obat yang telah atau sedang digunakan yang mungkin
berinteraksi dengan obat anesthesia
3. Riwayat operasi/anestesia terdahulu, misalnya : apakah pasien mengalami
Komplikasi anestesi, Riwayat operasi atau anestesia terdahulu sangatlah penting
untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus,
misalnya alergi, mual-muntah, nyeri otot, gatal-gatal atau sesak napas pasca bedah,
sehingga anestesia berikutnya dapat dirancang dengan lebih baik.
z
Pengkajian lanjutan……….

4. Kebiasaan
buruk, antara lain ; perokok, peminum minuman keras (alkohol),
pemakai obat-obatan terlarang (sedatif dan narkotik)

 Kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan 1-2 hari sebelumnya untuk


eliminasi nikotin yang mempengaruhi sistem kardiorespirasi, dihentikan
beberapa hari untuk mengaktifkan kerja silia jalan pernafasan dan
dihentikan 1-2 minggu untuk mengurang produksi sputum

 Kebiasaan minum alkohol juga harus dicurigai akan adanya penyakit


hepar.

5. Riwayat alergi terhadap obat atau yang lain


z

Pemeriksaan fisik
1) Kardiovaskular:

Gagal jantung kongestif, gangguan irama jantung, PR

2) Pernapasan:

pasien thoracotomy biasanya sudah memiliki permasalahan pernafasan seperti


pneumonia, infeksi, gangguan suara nafas, pola nafas, frekuensi nafas, oksigenasi
jaringan, produksi secret, sesak nafas

3) Neurologis:

Defisit neurologis berikut agen kemoterapi. neuropati perifer, cidea nevus brachialis
yg berkaitan dg posisi pasien intra operatif

4) Hematologi: anemia, leukositosis


z
5) Hati:
 Hepatotoksik

 Tes fungsi harus dipertimbangkan pada pasien dianggap


beresiko.

6) Ginjal:

Beberapa obat anestesi berpengaruh terhadap ginjal, pola


miksi

7) Tes lab rutin (LED, CT, BT, Trombosit) dan lab khusus sesuai
indikasi

8) Pemeriksaan penunjang: mammography , USG mammae,


FNAB, biopsy terbuka, histology, histopatology, CT scan, MRI
z

Pengkajian Fokus Anestesi


 Riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.

 Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi,


kardiovaskuler, tb, asma)
 Pemakaian obat tertentu, seperti anti diabetik, antikoagulan,
kortikosteroid, antihipertensi secara teratur.
 Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. Jelaskan perlunya
puasa sebelum operasi)
 Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau
obat-obatan)
 Riwayat alergi

 Kehilangan cairan saat dikaji (perdarahan, drain, vomiting)

 Riwayat penyakit keluarga


z

Status Kesehatan Saat ini


 Keadaan gigi-geligi  Pingsan

 Masalah leher pendek  Kejang


 Batuk  Stroke
 Sesak napas  Kelainan tulang belakang
 Produksi secret
 Obesitas
 Gangguan saluran napas atas
 Tingkat kecemasan
 Nyeri dada
 Nyeri
 Denyut jantung tidak normal
 Muntah
z
Pertimbangan anestesi

1. GA ETT dengan control anestesia

2. GA LMA dengan Spontanesus respirasi

3. RA (Paravertebral block)
z
B. Masalah Kes. Anest Yg Muncul

Pre Anestesi

1. Kecemasan

2. Kurang pengetahuan

3. Nyeri

4. Risiko infeksi

5. RK Agen Anestesi
z

Intra Anestesi
Masalah Intra Anest diperoleh dari Monitoring Intra
Anest
1. Risiko Trauma Pembedahan

2. RK Disfungsi Respirasi ( hipoksia, bronkospasme, edema laring)

3. Tidak efektif fungsi respirasi ( obstruksi jln napas, tidak efektif pola napas, aspirasi, napas, henti napas )

4. RK Disfungsi KVS ( Penurunan CO, hipotensi, hipertensi, disritmia/aritmia, cardiac arest )

5. Risiko ketidakseimbangan cairan ( kekurangan, kelebihan )

6. Perdarahan

7. RK disfungsi termoregulasi ( hipotermi, hipertermi)

8. RK disfungsi Neuromuskuler ( Peningkatan TIK, Peningkatan TIO, kompresi medulla spinalis, kejang, keruskan
saraf perifer, tangan dan kaki )

9. Rsisko hipersensitifitas agen anestesi

10. Tersadar intra operasi


z
Pemantauan intra anestesi
1. Persiapan alat-alat dan mesin anestesia preoperative

2. Evaluasi ulang pada pasien sesaat setelah dilakukan induksi anestesia

3. Waktu administrasi obat, dosis, dan rute pemberian obat intraoperatif

4. Perkiraan jumlah darah yang hilang dan output urin

5. Hasil pemeriksaan laboratorium yang didapat selama tindakan operasi

6. Cairan intravena dan produk darah yang dimasukkan

7. Catatan prosedur khusus yang dilakukan (seperti: intubasi edotrakeal, pemasangan


monitor invasif)

8. Catatan adanya pelaksanaan teknik intraoperatif khusus seperti mode ventilasi,


penggunaan anestesia hipotensif, dan lain-lain

9. Catatan waktu tindakan intraoperatif seperti induksi, ekstubasi

10. Kejadian yang tidak biasa seperti aritmia

11. Kondisi pasien saat dikeluarkan dari ruang operasi


z

Pasca Anest
1. RK Disfungsi Respirasi ( hipoksia, bronkospasme, edema laring)

2. Tidak efektif fungsi respirasi ( obstruksi jln napas, tidak efektif pola
napas, aspirasi, napas, henti napas )

3. RK Disfungsi KVS ( Penurunan CO, hipotensi, hipertensi,


disritmia/aritmia, cardiac arest )

4. Risiko ketidakseimbangan cairan

5. RK disfungsi termoregulasi ( hipotermi, hipertermi)

6. Nyeri pasca bedah

7. Risiko terlambatnya pemulihan


z
C. Intervensi
PRA ANEST

 Support mengatasi kecemasan

 KIE tentang prosedur anestesi dan pembedahan

 Terapi non farmakologis nyeri dan analgetik

 Observasi pola nafas

 Suction untuk membersihkan secret dan sumbatan jalan nafas

 Delegatif pemberian premedikasi PO

 Periapan Pasien pre operasi


z

 Persiapan Pre operasi :

- Perhitungan kebutuhan cairan

- Kaji mallampati, Kaji tiromentalis, dan gigi-geligi

- Lepaskan asesoris yang ada di tubuh pasien : gigi palsu, perhiasan, cat
kuku

- Cek personal hygiene (cat kuku,anting,gigi palsu,lipstik)

- Tetapkan ASA

- Pemeriksaan penunjang lengkap

- Informed conset

- Persiapan darah
z

 Delegatif Premedikasi :

 Petidin/fentanyl

 Midazolam/diazepam

 NSID

 Antiemetik
z

INTRA ANESTESI :

GA : PET, Anestesi Imbang, Napas kendali

 Dampingi atau delegasi tindakan anestesi :

1) Pre oksigenasi

Berikan Oksigen masker 5 – 6 ml/menit

2) Intubasi /LMA

- Persiapkan STATICS

- Ukuran ETT disesuaikan dengan kondisi pasien

- Persiapan obat

3) Induksi :

- Mengembalikan volume intravaskular sebelum induksi anestesi.

- Jika pasien hemodinamik tidak stabil, pertimbangkan akan agen etomidate atau ketamin.
z

4) Rumatan anestesi :

Regimen standar :

 Balance anestesi dg CR,AR, atau SR

 Aliran gas dan uap anestesi , Campuran Gas :N 2O : O2 = 70 :


30, 60 : 40, 50 :

5) Posisi: supine dengan bagian-bagian sensitive terlindungi alas


lunak
z

6) Monitoring intra operatif setiap 5-10 menit

a. Respirasi

 Airway

 Oksigenasi : kadar O2 melalui pulse oxymeter

 Ventilasi : RR. Irama, komplain dada, kembang kempisnya


reservoar bag, auskultasi suara nafas., sistem alarm jika
nilai ambang tekanan melampui batas normal, PaO2 dan
PaCO2
z

b. Sirkulasi :

 NIBP dan IBP

 PR (frekuensi dan irama)

 EKG

 Urin output

 Perdarahan (tertamoung, kassa, ceceran darah)

 Koreksi perdarahan dengan cairan tergantung volume


perdarahan
z

c. Monitoring ginjal

Mengetahui sirkulasi ginjal, dengan cara menghitung produksi


urin o,5 ml/kg BB/jam

d. Monitoring Blokade

Mengetahui relaksasi otot dan stelah anestesi apakah tonus otot


sudah kembali normal atau tidak
e. Monitoring sistem saraf
Monitoring refleks pupil, respon relaksasi otot cukup atau tidak,

f. Suhu
Agen anestesi mempengaruhi termoregulasi
z

• Mengatasi penyulit yang timbul


• Pemeliharaan jalan napas
• Pemasangan alat ventilasi mekanik
• Pemberian cairan elektrolit pekat k/p
• Pengakhiran tindakan anestesi :
reverse dan ekstubasi
z

PASCA ANESTESI
• Mempertahankan jalan nafas
Mengatur posisi, suctioning dan pemasangan mayo/gudel

• Mempertahankan ventilasi/oksigenasi
Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan bantuan nafas
melalui ventilator mekanik atau nasal kanul, tensi, nadi, dan
respirasi diukur secara rutin 5 – 10 menit atau sampai stabil
z

• Mempertahankan sirkulasi darah

Pemantauan akan balance cairan, pemantauan


tekanan darah dan denyut nadi, pemberian cairan
plasma ekspander, tensi, nadi, dan respirasi diukur
secara rutin setiap 5 - 15 menit atau sampai stabil
• Pantau Jumlah perdarahan

Amati kondisi luka dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami


perdarahan abnormal, Amati jumlah perdarahan yang terjadi akan
menentukan transfusi yang diberikan.
z

• Observasi keadaan umum, observasi


vomitus dan drainase
Keadaan umum dari pasien harus diobsevasi untuk mengetahui
keadaan pasien

• Mempertahankan kestabilan termoregulasi


Pantau suhu, suhu lingkungan yang stabil, tubuh dikompres dan
berikan selimut ekstra

• Penanganan nausea dan PONV


z

• Mempertahankan toleransi nyeri

Kolaborasi dengan medis terkait dengan agen


pemblok nyerinya
• Mencegah resiko jatuh

Pasien post anastesi mengalami disorientasi dan


beresiko besar untuk jatuh, maka tempatkan pasien
pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side rail.
z
D. Evaluasi

 Jalan nafas bersih  Balance cairan terpenuhi

 Pola nafas efektif  Perdarahan terkontrol

 Tidak terjadi aspirasi  Nyeri ditoleransi


 Sirkulasi dalam batas normal  Tidak terjadi alergi
 Termoregulasi efektif  Tidak terjadinya bahaya jatuh
 Tidak terjadi lesi nevus  Tidak terjadi komplikasi
brachialis anestesi
 Tidak terjadi vomiting  Urine output cukup
z

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai