Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

A DENGAN TINDAKAN SECTIO


CESAREAN (SC) DENGAN INDIKASI LILITAN TALI PUSAT (LTP) DI
RSIA BUNDA JAKARTA

DISUSUN OLEH :

Yuni Nurbaeni, A.md.Kep

HIMPUNAN PERAWAT KAMAR BEDAH INDONESIA

JAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
nikmat-Nya yang berlimpah curah, tak lupa sholawat serta salam semoga
terlimpah kepada jungjunan kita Nabi besar, Nabi akhir zaman yakni Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Asuhan Keperawatan Pada Ny.A Dengan Sectio Cesarean (SC) dengan Indikasi Lilitan Tali
Pusat Di RSIA Bunda Jakarta Tahun 2019”.
Penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak dalam
penyusunan makalah ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Hafni, S,Pd, S.Kep. selaku pembimbing dan penguji pelatihan Himpunan
Keperawatan Kamar Bedah Indonesia.
2. Kristanti Januarini, AMK selaku pembimbing di OK RSIA Bunda Jakarta
yang bersedia meluangkan waktunya.
3. Resminar Sitompul, AMK selaku pembimbing di OK RSU Bunda Jakarta
yang bersedia meluangkan waktunya.
4. Orangtua yang telah banyak memberikan motivasi dan dukungan secara moril
maupun materil.
5. Teman-teman pelatihan kamar bedah angkatan VIII 2019 yang selalu
bekerjasama, memberi semangat, dan motivasi selama pelatihan kamar bedah.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang asuhan keperawatan
pada Ny. M dengan tindakan section cesarean (SC) di RSIA Bunda Jakarta tahun
2019 dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta,Desember
2019

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Penulisan............................................... 1
B. Tujuan Penulisan............................................................ 2
C. Manfaat Penulisan Masalah............................................ 3
D. Sistematika..................................................................... 3
BAB II KONSEPDASAR....................................................................... 5
A. Konsep Dasar Medik...................................................... 5
1. Defenisi.................................................................... 5
2. Anatomi Fisiologi..................................................... 5
3. Tanda dan Gejala...................................................... 11
4. Patofisiologi dan Patway.......................................... 12
5. Pemeriksaan Penunjang............................................ 13
6. Terapi........................................................................ 14
B. Konsep Dasar Keperawatan........................................... 14
1. Pengkajian................................................................ 14
2. Diagnosa Keperawatan............................................. 16
3. Rencana Keperawatan.............................................. 16
BAB III PENGAMATAN KASUS (PERIOPERATIF)......................... 19
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................... 37
BAB V PENUTUP..................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................
B. Saran...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seksio Saesarea suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan saraf rahim
dalam keadaan tuth serta berat diatas 500 gram (Mitayani,2009:111).
Persalinan Seksio saesarea dilakukan persalinan pervaginam
mengandung risiko atau komplikasi yang lebih besar bagi ibu maupun janin.
Persalinan seksio saesarea adalah salah satunya dipengaruhi oleh faktor yang
menjadi peranan penting dalam proses persalinan yang menunjang kesehatan
dan keselamatan ibu dan janin. Diantara beberapa faktor ibu yang menjadi
indikasi dan berisiko menimbulkan komplikasi obstrektrik serta dilakukannya
persalinan seksio saesarea adalah faktor umur, paritas dan komplikasi
kehamilan.
Di Indonesia seksio saesarea umumnya dilakukan bila ada indikasi
medis tertentu, sebagai tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi.
Selain itu sectio caesarea juga menjadi alternative persalinan tanpa indikasi
medis karena dianggap lebih mudah dan nyaman. Seksio saesarea sebanyak
25% dari jumlah kelahiran yang ada dilakukan pada ibu-ibu yang tidak
memiliki resiko tinggi untuk melahirkan secara normal maupun komplikasi
persalinan lain (Depkes, 2012).
Data hasil Suvei Demograti Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015,
Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran
hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 100.000 kelahiran
hidup (SDKI, 2015). Angka Kejadian SC di Indonesia pada tahun 2014 di
Indonesia adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau 22.8 %. Data
prevalensi persalinan post section cesarea dengan indikasi lilitan tali pusat di
RSIA Bunda Menteng Jakarta didapatkan data dari Desember sampai Febuari
2019 sebanyak 14 kasus (RSIA Bunda Menteng, 2019).

1
Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk lilitan sekitar
badan, bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi. Keadaan ini dijumpai
pada ait ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan bayinya yang
kecil.
Tali pusat atau Umbilical cord  adalah  saluran kehidupan bagi janin
selama  dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan oksigen janin.
(Sarwono, 2008).  

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami “Asuhan Keperawatan Pada Ny. A dengan Tindakan
Section Cesarean (SC) atas indikasi Lilitan Tali Pusat di RSIA Bunda
Jakarta Tahun 2019”.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk memahami konsep dasar medik tentang seksio cesarean dengan
indikasi lilitan tali pusat, yaitu:
1) Untuk memahami defenisi tentang lilitan tali pusat.
2) Untuk memahami anatomi dan fisiologi lilitan tali pusat.
3) Untuk memahami etiologi tentang lilitan tali pusat.
4) Untuk memahami tanda gejala lilitan tali pusat.
5) Untuk memahami patofisiologi lilitan tali pusat.
6) Untuk memahami pemeriksaan penunjang lilitan tali pusat.
7) Untuk memahami penatalaksanaan medik lilitan tali pusat.
b. Untuk memahami konsep dasar keperawatan tentang Sectio cesarean
dengan indikasi lilitan tali pusat, yaitu:
1) Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan sectio cesarean
dengan indikasi lilitan tali pusat.
2) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan sectio
cesarean dengan indikasi lilitan tali pusat.

2
3) Untuk mengetahui rencana keperawatan pada pasien dengan section
cesarean dengan indikasi lilitan tali pusat.
4) Untuk memenuhi persyaratan pelatihan bedah dasar 3 bulan

C. Manfaat Penulisan Makalah


1. Manfaat Teoritis
Diharapkan makalah ini mampu menambah wawasan pembaca
2. Manfaat praktisi
a. RSIA Bunda Jakarta
Memberikan data dan pengetahuan mengenai makalah asuhan
keperawatan perioperatif pada pasien dengan Sectio Caesarea atas
indiasi Lilitan tali pusat.
b. Peserta Pelatihan Dasar Kamar Bedah
Agar dapat digunakan sebagai acuan atau referensi apabila akan
membuat laporan makalah pada pasien dengan Sectio Caesarea atas
indiasi Lilitan tali pusat.

D. Sistematika Penulisan
1. Bab I : Pendahuluan
Pada bab pendahuluan terdiri atas latar belakang penulisan, tujuan
penulisan yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, serta
sistematika penulisan.
2. Bab II: Konsep Dasar.
Pada bab ini terdiri dari konsep dasar medik tentang Section caesarean atas
indikasi lilitan tali pusat yang menjelaskan tentang defenisi, anatomi dan
fisiologi abdomen, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, penatalaksanaan medik, selanjutnya terdiri dari konsep dasar
keperawatan tentang lilitan tali pusat yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan.

3
3. Bab III: Pengamatan Kasus (Perioperatif).
Pada bab ini menjelaskan tentang pengkajian kasus pada pasien Ny.A
dengan tindakan section cesarean (SC) yang terdiri dari asuhan
keperawatan pada pre operasi, asuhan keperawatan intra operasi dan
asuhan keperawatan post operasi.
4. Bab IV: Pembahasan.
Pada bab ini menjelaskan tentang perbandingan antara teori dan kasus.
5. Bab V: Penutup.
Pada bab ini terdiri dari kesimpulan tentang teori dan kasus serta saran
untuk pihak-pihak terkait.

4
BAB II

KONSEP DASAR

A. KONSEP DASAR MEDIK


1. Definisi
Sectio Caesarea didefinisikan sebagai lahirnya janin melalui insisi
pada dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi).
(Rasjidi, 2010 ) .
Sectio Caesarea adalah perlahiran melalui insisi yang dibuat pada
dinding abdomen dan uterus ( Reeder, Martin & Griffin 2011 ) .
Seksio sesaria adalah persalinan melalui sayatan pada dinding
abdomen dan uterus yang masih utuh dengan berat janin >1000 gr atau
kehamilan >28 minggu (Manuaba,2012)
Tali pusat atau Umbilical cord  adalah  saluran kehidupan bagi
janin selama  dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena
saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan
oksigen janin. (Sarwono, 2008). 
Lilitan tali pusat adalah tali pusat yang dapat membentuk lilitan
sekitar badan ,bahu, tungkai atas/ bawah dan leher pada bayi. Keadaan ini
dijumpai pada air ketuban yang berlebihan, tali pusat yang panjang, dan
bayinya yang kecil.

2. Anatomi Fisiologi
Anatomi organ reproduksi wanita secara garis besar dibagi dalam
dua golongan yaitu: genetalia eksterna dan genetalia interna.
a. Genetalia Eksterna (bagian luar)
Meliputi semua organ-organ yang terletak antara os pubis, ramus
inferiordan perineum. Antara lain:
1) Mons veneris / mons pubis (daerah tumbuhnya rambut)

5
Merupakan bagian yang menonjol (bantalan) berisi jaringan lemak
dan sedikit jaringan ikat yang terletak di atas shympisis pubis.
Setelah pubertas kulit dari mons veneris tertutup oleh rambut-
rambut. Mons veneris berfungsi untuk melindungi alat genetalia
dari masuknya kotoran selain itu untuk estetika.
2) Labia Mayora (Bibir Besar)
Merupakan kelanjutan dari mons veneris berbentuk lonjong dan
menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan ke bawah dan
belakang. Kedua bibir ini di bagian bawah bertemu membentuk
perineum (pemisah anus dengan vulva). Permukaan ini terdiri dari
a) Bagian luar: tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari
rambut pada mons veneris.
b) Bagian dalam: tanpa rambut, merupakan selaput yang
mengandung kelenjar sebasea (lemak). Berfungsi untuk
menutupi organ-organ genetalia di dalamnya dan mengeluarkan
cairan pelumas pada saat menerima rangsangan.
3) Labia Minora atau Nimfae (Bibir Kecil)
Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa
rambut.Dibagian atas klitoris, bibir kecil bertemu membentuk
prepusium klitoridis dan di bagian bawahnya bertemu membentuk
frenulum klitoridis. Bibir kecil ini mengelilingi orifisium vagina.
4) Clitoris (Kelentit/ Jaringan yang Berisi Saraf)
Merupakan sebuah jaringan erektil kecil yang serupa dengan penis
laki-laki. Mengandung banyak urat-urat syaraf sensoris dan
pembuluh-pembuluh darah sehingga sangat peka. Letaknya
anterior dalam vestibula. Berfungsi untuk menutupi orga-organ
genetalia di dalamnya serta merupakan daerah erotik yang
mengandung pambuluh darah dan syaraf.
5) Vestibulum (Muara Vagina)
Merupakan alat reproduksi bagian luar yang dibatasi oleh kedua
bibir kecil, bagian atas klitoris, bagian belakang (bawah)

6
pertemuan kedua bibir kecil. Pada vestibulum terdapat muara
uretra, dua lubang saluran kelenjar Bartholini, dua lubang saluran
Skene.Berfungsi untuk mengeluarkan cairan yang bergunauntuk
melumasi vagina pada saat bersenggama.
6) Kelenjar Bartholini (Kelenjar Lendir)
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina karena
dapat mengeluarkan lendir. Pengeluaran lendir meningkat saat
hubungan seks, dan salurannya keluar antara himen dan labia
minora.
7) Hymen (Selaput Dara)
Merupakan jaringan yang menutupi lubang vagina, bersifat rapuh
dan mudah robek. Himen ini berlubang sehingga menjadi saluran
dari lendir yang dikeluarkan uterus dan darah saat menstruasi. Bila
himen tertutup seluruhnya disebut hymen imperforata dan
menimbulkan gejala klinik setelah mendapat menstruasi.
8) Lubang kencing (Orifisium Uretra Externa)
Tempat keluarnya air kencing yang terletak dibawah klitoris.
Fungsinya sebagai saluran untuk keluarnya air kencing.
9) Perineum (Jarak Vulva dan Anus)
Terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih
4cm.Terdapat otot-otot yang penting yaitu sfingter anus eksterna
dan interna serta dipersyarafi oleh saraf pudendus dan cabang-
cabangnya.

7
Gambar 2.1 Genitalia externa
b. Genetalia Interna (Bagian Dalam)
Genetalia interna antara kandung terdiri dari:
1) Vagina (Liang Senggama)
Merupakan saluran muskulomembraneus yang
menghubungkan uterus dengan vulva. Jaringan muskulusnya
merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus
levator ani, oleh karena itu dapat dikendalikan. Vagina terletak di
antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya
sekitar 9 cm dan dinding belakangnya sekitar 11 cm. Pada dinding
vagina terdapat lipatan-lipatan melintang disebur rugae dan
terutama di bagian bawah. Pada puncak (ujung) vagina, menonjol
serviks bagian dari uterus.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut
porsio. Porsio uteri membagi puncak vagina menjadi forniks
anterior (depan), forniks posterior (belakang),forniks dekstra
(kanan), forniks sinistra (kiri). Sel dinding vagina mengandung
banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan PH
4,5.Keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina adalah:
a) Sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan
darah pada waktu haid dan sekret dari uterus.
b) Sebagai alat persetubuhan.

8
c) Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
2) Uterus (Rahim)
Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir,
terletak di dalam pelvis (panggul), antara rektum di belakang dan
kandung kencing di depan. Berfungsi sebagai tempat calon bayi
dibesarkan. Bentuknya seperti buah alpukat dengan berat normal
30-50 gram. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang lebih
sebesar telur ayam kampong.

Diding rahim terdiri dari 3 lapisan :


a) Peritoneum
Yang meliputi dinding uterus bagian luar dan
merupakan penebalan yang diisi jaringan ikat dan pembuluh
darah limfe dan urat saraf. Bagian ini meliputi tuba dan
mencapai dinding abdomen (perut).
b) Myometrium
Merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri dari otot
polos yang disusun sedemikian rupa hingga dapat mendorong
isinya keluar saat proses persalinan.Diantara serabut-serabut
otot terdapat pembuluh darah, pembuluh lymfe dan urat syaraf.
c) Endometrium
Merupakan lapisan terdalam dari uterus yang akan
menebal untuk mempersiapkan jika terjadi pembuahan.
Tebalnya sususnannya dan faalnya berubah secara siklis karena
dipengaruhi hormon-hormon ovarium. Dalam kehamilan
endometrium berubah menjadi decidua.
Fungsi uterus yaitu untuk menahan ovum yang telah di
buahi selama perkembangan. Sebutir ovum, sesudah keluar dari
ovarium, diantarkan melalui tuba uterina ke uterus, (pembuahan
ovum secara normal terjadi di dalam tuba uterina). Endometrium

9
disiapkan untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi itu dan ovum
itu sekarang tertanam di dalamnya. Sewaktu hamil, yang secara
normal berlangsung selama kira-kira 40 minggu, uterus
bertambahbesar, dindingnya menjadi tipis, tetapi lebih kuat dan
membesar sampai keluar pelvis masuk ke dalamrongga abdomen
pada masa pertumbuhan fetus.
Pada waktu saatnya tiba dan mulas tanda melahirkan mulai,
uterus berkontraksi secara ritmis dan mendorong bayi dan plasenta
keluar kemudian kembali ke ukuran normalnya melalui proses
yang dikenal sebagai involusi.
3) Tuba Uterina (Saluran Telur)
Tuba uterina atau saluran telur, terdapat pada tepi atas
ligamentum latum, berjalan ke arah lateral, mulai dari ostium tuba
internum pada dinding rahim. Tuba fallopi merupakan tubulo
muskular, dengan panjang sekitar 12 cm dan diametrnya 3 dan 8
mm. Tuba fallopi terbagi menjadi 4 bagian:
a) Pars interstitialis (intramularis), terletak di antara otot rahim,
mulai dari ostium internum tuba.
b) Pars isthmika tuba, bagian tuba yang berada di luar uterus dan
merupakan bagian yang paling sempit.
c) Pars ampularis tuba, bagian tuba yang paling luas dan
berbentuk S.
d) Pars infundibulo tuba, bagian akhir tubae yang memiliki
umbai yang disebut fimbriae tuba.
Fungsi tuba fallopi sangat penting, yaitu untuk menangkap
ovum yang dilepaskan saat ovulasi, sebagai saluran dari
spermatozoa ovum dan hasil konsepsi,tempat terjadinya konsepsi,
dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai
mencapai bentuk blastula, yang siap mengadakan implantasi.
4) Ovarium (Indung Telur)

10
Ovarium adalah kelenjar berbentuk buah kenari, terletak di
kanan dan kiri uterus, di bawah tuba uterina, dan terikat di sebelah
belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi sejumlah
besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit
dikelilingi sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap
siklus haid sebuah dari ovum primitif ini mulai mematang dan
kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler
(folikel Graaf).
Sewaktu folikel Graff berkembang, perubahan terjadi di
dalamsel-sel ini, dan cairan likuor folikuli memisahkan sel-sel dari
membran granulosa menjadi beberapa lapis. Pada tahap inilah
dikeluarkan hormon estrogen. Pada masa folikel Graff mendekati
pengembangan penuh atau pematangan, letaknya dekat permukaan
ovarium, dan menjadi makin mekar karena cairan, sehingga
membenjol, seperti pembengkakan yang menyerupai kista pada
permukaan ovarium. Tekanan dari dalam folikel menyebabkannya
sobek dan cairan serta ovum lepas melalui rongga peritoneal
masuk ke dalam lubang yang berbentuk corong dari tuba uterina.
Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum
dilepaskan dan dikeluarkan pada saat kira-kira pertengahan (hari
ke-14) siklus menstruasi.

Gambar 2.2 Genitalia Interna

11
3. Tanda Gejala
a. Pada bayi dengan umur kehamilan dari 34 minggu namun bagian
terendah janin (kepala/bokong) belum memasuki bagian atas rongga
panggul.
b. Pada janin letak sungsang/lintang yang menetap meskipun telah
dilakukan usaha memutar janin (versi luar/ knee chest position) perlu
dicurigai pada adanya lilitan tali pusat.
c. Tanda penurunan DJJ dibawah normal, terutama pada saat kontraksi.
4. Patofisiologi dan Patway
Kesulitan yang mungkin terjadi berkaitan dengan tali pusat dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a. Tali pusat pendek, artinya kurang dari 40 cm.
b. Gerak janin terbatas sehingga ada kemungkinan tumbuh kembangnya
terganggu.
c. Tarikan yang keras pada tali pusat pendek dapat menimbulkan solusio
plasenta.
d. Tali pusat yang pendek dapat terjadi karena:
1) Absolute pendek kurang dari 40 cm.
2) Terjadi karena lilitan tali pusat khususnya pada leher janin.
e. Tarikan tali pusat pendek karena lilitan tali pusat pada leher dapat
menimbulkan gangguan aliran nutrisi dengan akibat fetal distress.
f. Turunnya kepala janin ke PAP, dapat pula menimbulkan fetal distress,
karena lilitannya makin erat, sampai meninggal jika tindakan
terlambat.
g. Saat inpartu, tali pusat pendek dapat menimbulkan komplikasi:
h. Bagian terendah tidak dapat/sulit masuk pintu atas panggul, jalan lahir
sehingga tetap di atas simfisis.
i. Tarikan tali pusat pendek dapat menimbulkan inversion uteri dengan
segala komplikasinya.
1) Tali pusat panjang. Karena tali pusat terlalu panjang dapat terjadi
lilitan beberapa kali di leher.

12
2) Aktivitas janin yang banyak dapat menimbulkan simpul tali pusat
sehingga apabila terjadi tarikan, maka simpul dapat menyebabkan
aliran nutrisi dan O2 berkurang dan mengakibatkan fetal distress
sampai janin meninggal intrauteri.
3) Pada janin hamil ganda monoatomik, tali pusatnya saling berlilitan
sehingga menimbulkan fetal distress dan kematian intrauteri.
4) Tali pusat satu janin dapat saja melilit pada janin lainnya dengan
akibat yang sama (Manuaba, 2007; h.506-507).

Janin masuk atas


panggul

Aliran nutrisi
terganggu
Bayi kecil Air ketuban berlebih

Fetal distres

Tali pusar panjang


Perfusi O2
↓ Ke
Cemas Sectio caesarea Tali pusar terlilit
jaringan

Insisi abdomen Tali pusar terpuntir


PO2 darah &

PCO2
Luka post Jalan masuk Arus darah ke ibu
operasi organisme janin terhambat

Hipoventilasi
Resiko Resiko gangguan
Jaringan
infeksi hubungan ibu janin
terputus
Asfiksia

Merangsang
area sensorik

Nyeri

13
5. Pemeriksaan Penunjang
a. USG
b. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
c. Pemantauan EKG
d. JDL dengan diferensial
e. Elektrolit
f. Hemoglobin/hematokrit
g. Golongan darah
h. Urinalisis
i. Amnionsentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
j. Pemeriksaan sianr x sesuai indikasi

6. Therapi
a. Melalui pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat
apakah ada gambaran tali pusat disekitar leher. Namun tidak dapat
dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher
janin/tidak. Apalagi untuk erat/tidaknya lilitan. Namun dengan USG
berwarna (Coller Doppen) atau USG tiga dimensi dan dapat lebih
memastikan tali pusat tersebut melilit/tidak dileher atau sekitar tubuh
yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut.
b. Memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila
persalinan masih akan berlangsung lama dengan DJJ semakin lambat
(bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan operasi Caesar.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
1) Nama
2) Umur

14
3) Jenis kelamin
4) Usia kehamilan
5) Pendidikan
6) Alamat
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah pernah dirawat sebelumnya, apakah pernah atau sedang
menderita suatu penyakit, apakah pemah atau sedang menggunakan
obat-obatantertentu.
e. Analisa data
5) Data subjektif
Pernyataan klien secara langsung tentang apa yang sedang
dirasakan oleh klien pada saat pemeriksaan (Pernyataan klien
tentang nyeri pada saat janin bergerak aktif).
6) Data objektif
Hasil penglihatan atau observasi dokter atau perawat yang terjadi
pada saat pemeriksaan berlangsung (hasil penglihatan perut klien
tampak kecil, hasil USG dan pemeriksaan AFI menunjukkan hasil
amnion sedikit).
f. Pengkajian Fisik
1) Aktifitas / istirahat
Kemampuan untuk mengikuti aktivitas hidup yang di perlukan/
diinginkan (kerja dan kesenangan) dan untuk dapat tidur/istirahat.
2) Sirkulasi
Kemampuan untuk mentranspor oksigen dan nutrien yang perlu
untuk memenuhi kebutuhan seluler.
3) Integritas Ego

15
Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan
keterampilan dan perilaku untuk mengintegrasikan dan mengatur
pengalaman hidup.
4) Eliminasi
Kemampuan untuk mengeluarkan produk sisa.
5) Makanan/Cairan
Kemampuan untuk mempertahankan masukan dan penggunakan
nutrient dan cairan untuk memenuhi kebutuhan fisiologi.
6) Hygiene
Kemampuan untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
7) Neurosensori
Kemampuan untuk menerima, menggabungkan, dan berespon
terhadapisyarat internal dan eksternal.
8) Keamanan
Kemampuan untuk memberikan lingkungan yang meningkatkan
pertumbuhan, aman.
9) Seksualitas
Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan/karakteristik peran pria
atau peran wanita.
10) Interaksi Sosial
Kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan.

2. Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
a. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan
Intra-Operasi
a. Resiko cedera berhubungan dengan efek anestesi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan dengan adanya luka post operasi.
Post-Operasi
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan).

16
3. Rencana keperawatan
a. Pre Operasi
Perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Keperawatan Hasil
1. Cemas Setelah dilakukan tindakan 1. Menggunakan pendekatan yang
berhubungan keperawatan 1x15 menit menenangkan.
dengan diharapkan cemas 2. Mengkaji tingkat kecemasan
kurangnya berkurang dengan Kriteria klien.
pengetahuan Hasil: 3. Mendorong pasien untuk
tentang prosedur 1. Pasien tampak rileks mengungkapkan perasaan,
pembedahan 2. Tanda-tanda vital ketakutan, persepsi.
dalam batas normal. 4. Menjelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan selama
prosedur.
5. Melibatkan keluarga untuk
mendampingi klien sebelum
operasi dimulai.
6. Anjurkan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi,
teknik nafas dalam.

b. Intra Operasi
Perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Keperawatan Hasil
1. Resiko cedera
Setelah dilakukan tindakan 1. Hitung kassa, dan instrumen
berhubungan keperawatan selama proses sebelum dan sesudah operasi
dengan pembedahan cedera pasien disaksikan tim operasi.
tertinggalnya tidak terjadi, dengan 2. Laporkan kelengkapan alat yang
benda asing
kriteria hasil : dipakai kepada operator.
dalam tubuh. 1. Integritas kulit utuh. 3. Perawat sirkuler membuat
2. Pemakaian instrumen, catatan dokumentasi perhitungan
jarum, pisau, kassa alat (instrumen, kassa, jarum,
sebelum dan sesudah bisturi) dengan benar.
operasi lengkap.
2. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan kewaspadaan standar
berhubungan keperawatan selama infeksi.
dengan dengan 1x15 menit resiko infeksi 2. Cek kadaluarsa alat yang
adanya luka dapat teratasi dengan dipakai, indikator eksternal dan
operasi. kriteria hasil: internal alat yang disterilkan.
1. Tidak terjadi tanda- 3. Cuci tangan bedah, memakai jas
tanda infeksi. dan sarung tangan steril.
2. TTV dalam batas 4. Pertahankan steriilitas selama
normal luka tampak porses pembedahan.
bersih. 5. Bersihkan daerah yang akan
dioperasi dengan antiseptic dan
pasang drapping.
6. Lakukan pencucian luka operasi

17
sampai bersih.
7. Tutup luka operasi dengan kassa
steril.

c. Post Operasi
Perencanaan
N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
o Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji karakteristik nyeri lokasi,


berhubungan selama 1x30 menit frekuensi.
dengan kerusakan diharapkan nyeri 2. Observasi tanda-tanda vital.
jaringan akibat berkurang dengan kriteria 3. Ajarkan managemen nyeri non
pembedahan. hasil: farmakologi: Teknik Relaksasi
1. Skala nyeri berkurang Nafas Dalam.
dan wajah tidak 4. Kolaborasi dengan pemberian
tampak meringis sakit analgesic secara periodic.

18
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.A DENGAN TINDAKAN


SECTIO CESAREAN (SC) DENGAN INDIKASI
LILITAN TALI PUSAT DI RSIA BUNDA
JAKARTA

A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 28 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Narogong Megah X D 115/ 9
Status : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medik : G2 P1 A1 Hamil 38 Minggu ataindikasi
(LTP) Lilitan Tali Pusat
Tindakan Operasi : Sectio Caesarean (SC)

19
Tanggal masuk : 05-12-2019
Tanggal Operasi : 06-12-2019
Operator : Dr.Charoline
Intrumentator : Zr. Yuni
Ahli Anestesi : Dr. Riviq Sp.An
b. Keluhan Utama Saat Ini:
Klien mengatakan cemas dengan rencana tindakan operasi caesar yang
akan dilakukan, klien takut terjadi hal-hal yang tidak di inginkan
terutama pada bayinya yang terlilit tali pusat, klien tampak cemas
diam, klien tampak tegang, klien di dampingi suami, nyeri perut tidak
ada. Tanda-tanda vital sign: Tekanan darah: 100/80 mmHg, nadi: 84
kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu: 36,7°C.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien tidak ada menderita penyakit apapun sebelum hamil, selama
hamil pada trimester ke III klien sering mengeluh perutnya sering
kencang.
d. Pernah Dirawat
Klien mengatakan pernah mengalami operasi Caesarean tahun 2017
dan Curetase taun 2015.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti
penyakit jantung, diabetes mellitus, ginjal, kanker. TB.
f. Riwayat Ginekologi
Klien tidak ada menderita penyakit menular seksual dan belum pernah
mengalami pembedahan ginekologi.
g. Riwayat Obstetri (menarche, siklus menstruasi, karakteristik
menstruasi)
Menarche usia 15 tahun, siklus haid teratur 28 hari dan lama 7 hari.
HPHT :
HPL :
Usia kehamilan : 37 minggu

20
Keluhan yang muncul selama kehamilan ini:
a) Trimester I : tidak ada.
b) Trimester II : tidak ada.
c) Trimester III : Mual, pusing
h. Kebutuhan Dasar Sehari-Sehari:
1) Nutrisi
Klien makan 3 kali sehari, menu nasi lauk dan sayur serta susu 1
kali sehari. Tidak ada riwayat alergi makanan. Minum lebih
kurang 1500 cc/hari.
2) Eliminasi
Klien BAK 5-6 kali sehari, warna urine jernih lebih kurang 1500
cc/ hari. Tidak ada keluhan saat berkemih. BAB 2 kali sehari
dengan konsistensi lunak, tidak ada keluhan konstipasi.
3) Aktivitas dan Latihan
Aktivitas selama hamil tidak ada perubahan, klien tetap
menjalankan aktivitasnya sebagai ibu rumah tangga. Tidak ada
keluhan sesak atau pusing saat beraktifitas.
4) Istirahat dan Tidur
Tidak ada gangguan dalam pola tidur. Malam hari tidur 7 jam dan
siang 1 jam.
5) Seksualitas
Klien melakukan aktifitas seksual 1 kali dalam seminggu. Tidak
ada keluhan dalam aktifitas seksual.
6) Persepsi
Status mental : kesadaran komposmentis
Pendengaran : baik, klien dapat mendengar dengan baik.
Berbicara : klien berbicara jelas dan bisa dipahami.
Penciuman : baik, tidak ada keluhan
i. Persepsi Diri dan Konsep Diri

21
Pasien mengatakan percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa dan
menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran yang dianut.
j. Pemeriksaan Fisik
1) Kesadaran : Compos mentis
2) Tanda-Tanda Vital
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Nadi : 84x/menit
Temperatur : 36,7 °C
RR : 18x/mnt
BB : 69 kg

k. Pemeriksaan head to toe :


1) Kepala
Kepala simetris, rambut bersih tidak ada lesi
2) Mata
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak pucat, tidak ada edema
palpebra. Penglihatan masih nampak jelas
3) Telinga
Telinga simetris, tidak ada lesi, pendengaran masih jelas.
4) Hidung
Hidung simetris tidak ada lesi, klien memiliki penciuman yang
normal
5) Mulut
Mukosa mulut lembab, gigi lengkap. tidak ada keluhan. Faring
tidak hiperemis, tidak ada pembesaran tonsil. Mukosa hidung
lembab dan tidak ada epistaksis.
6) Thoraks
Dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada, palpasi dalam batas
normal. Suara paru vesicular
7) Payudara

22
Payudara simetris, hiperpigmentasi pada areola mammae. Putting
susu menonjol keluar. Teraba lunak dan tidak ada teraba benjolan.
8) Abdomen
Inspeksi terdapat linea nigra.
Leopold I : teraba bokong di fundus.
Leopold II : bagian kanan teraba punggung, di kiri
teraba bagian kecil.
Leopold III : teraba kepala
Leopold IV : divergent
TFU : 31 cm
DJJ : 140x/menit, frekuensi teratur.
Tafsiran berat janin 3100 gram.
Lingkar abdomen :
9) Genetalia
Tidak ada bekas luka.
10) Anus dan rectum
Tidak ada hemoroid, tidak ada lesi.
11) Ekstremitas
Bentuk simetris jari kaki dan tangan kanan kiri lengkap, Tangan
kanan terpasang infus
l. Pemeriksaan Diagnostik
1) USG
Janin hidup, presentasi kepala. DJJ positif dan baik.
Plasenta di corpus posterior. Umur kehamilan 37 minggu.
2) Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hemoglobin 11,3 4,2 ~ 5,4 10^6/ul

Hematokrit 32,3 4.8 ~ 10.8 10^3/ul

Leukosit 14,5 80 ~ 94 Fl

Trombosit 231 27 ~ 31 Pg

23
Eritrosit 3,63 150 ~ 450 10^3/ul
m. Tindakan Medik
Akan dilakukan sectio caesarean tanggal 06 Desember 2019.
1) Psikis
a) Menjelaskan kepada klien tentang prosedur operasi yang akan
dilakukan kepada klien.
b) Orientasi ruangan, lingkungan kamar dan tim operasi.
c) Menjelaskan rutinitas perioperatif dikamar operasi.

2) Administrasi
a) Persetujuan tindakan operasi telah ditanda tangani oleh
keluarga, saksi, dan dokter.
b) Status rekam medik lengkap

B. ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERASI


1. Persiapan Ruang Dan Alat
a. Surgical Equipment
1) Meja operasi : baik
2) Lampu operasi : baik
3) Mesin suction : baik
4) Meja instrume : baik
5) Meja mayo : baik
6) Sampah infeksius : baik
7) Sampah non infeksius : baik
8) Safety box : baik
9) Trolly : baik
10) Mesin diatermi : baik
11) Mesin anestesi : baik
12) Penyangga tangan : baik
13) Tiang buffer : baik

24
14) Tiang infus : baik
b. Persiapan cuci tangan bedah
1) Air mengalir
2) Sikat
3) Cairan antiseptik clorheksidin 4%
4) APD lengkap (topi, google, masker, apron, sepatu bot/sendal yang
tertutup)
c. Instrumen Steril (set microsurgery) dan Linen Steril
1) Instrumen Steril
a) Bisturi no.20
b) Scapel no.4
c) Pinset chirurgi kecil 2 buah
d) Pinset chirurgi besar 1 buah
e) Pinset anatomi kecil 2 buah
f) Pinset anatomi besar 1 buah
g) Gunting jaringan 2 buah
h) Gunting benang 1 buah
i) Needle holder forcep 3 buah
j) Hak gigi empat tumpul 1 buah
k) Pean forcep 4 buah
l) Duk klem 6 buah
m) Kocher forcep 4 buah
n) Mikulik 4 buah
o) Sponge holding forcep 10 buah
p) Forcep 1 pasang
q) L hak2 buah
r) Hak segitiga retraktor 1 buah
s) Kassa X-ray 40 buah
t) Kassa partus 5 buah
u) Kassa operasi 5 buah

25
v) Kom kecil 2 buah
w) Kom besar 2 buah
x) Piala ginjal 1 buah
y) Couther 1 buah
z) Selang suction 1 buah
aa) Vakum bayi 1 buah
bb) Kondom lampu 2 buah
2) Linen Steril
a) Jas operasi disposable :3
b) Penutup meja mayo :2
c) Pentup meja instrumen :4
d) Laken besar bawah :1
e) Laken besar atas :1
f) Laken samping :2
g) Doek bolong :1
3) Medical Supply meliputi:
a) Spuit disp 10 cc :1
b) Spuit disp 5 cc :1
c) Spuit disp I cc :1
d) Spinal needle no 27 :1
e) Kassa steril polos :5
f) Drain Catheter no. 12 :1
g) Urine bag :1
h) Jelly Catheter :1
i) Bisturi no. 20 :1
j) Sarung tangan 7.5 :3
k) Sarung tangan 7 :2
l) Sofratule :1
m) Tegaderm pad besar :1
n) Betadine 10% :3

26
o) Hibiscrube : 30cc
p) Fentanil :1
q) NaC1 500 :3
r) Venvlon no 18 :1
s) IV dresing :1
t) Swab alcohol :3
u) Lidocain :1
v) Diatermi plate :1
w) Electosurgical pencil :1
x) Vicril no 1 :2
y) Chromic cugut no 2/0 :1
z) T-Mono no 3/0 :1
4) Instrumen Tambahan
a) Jas operasi 4 buah
b) Duk bawah 1 buah
c) Duk atas 1 buah
d) Duk samping 2 buah
e) Duk lubang besar 1 buah
d. Persiapan pasien Pre-Operasi
1) Mengecek status atau identitas pasien (lengkap).
2) Pasien diterima di ruang penerimaan, pakaian diganti dengan baju
operasi.
3) Memakai topi operasi.
4) Memastikan perhiasan, gigi palsu/implan dan kutek telah dilepas
semua.
5) Mengecek gelang pasien (ada).
6) Mengecek ada alergi/tidak (tidak ada alergi).
7) Memasang infus pasien di tangan kiri dengan cairan Gelafusal 500
m.
8) Melakukan skin test untuk antibiotik Foricef I gr..
9) Memberikan suntikan IV Omevel (perawat anastesi).

27
10) Memberikan suntikan IV Ondavel 8 mg (perawat anastesi).
11) Memasukkan pasien ke ruang OK.

2. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Cemas Cemas berhubungan
- Pasien mengatakan cemas dengan kurangnya
dengan rencana tindakan pengetahuan tentang
operasi yang akan dilakukan, prosedur
- Pasien takut terjadi hal-hal pembedahan
yang tidak diinginkan
terutama pada bayinya pada
saat operasi dilakukan

DO:
1. Pasien tampak gelisah
2. Nadi : 84 x / menit, Suhu
36,ºC, Pemafasan : 18 x /
menit, Tensi darah : 110/80
mmHg
3. Pasien di temani suami

3. Masalah Keperawatan
a. Cemas
4. Diagnosa Keperawatan
a. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan
5. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan


Implementasi Evaluasi
Keperawatan Kriteria Hasil
Cemas berhubungan Tujuan: Cemas 1. Menggunakan S:
dengan kurangnya berkurang dan pendekatan yang - Pasien mengatakan
pengetahuan hilang menenangkan. cemas masih ada
terhadap Kriteria Hasil: 2. Mengkaji tingkat tapi sudah berkurang
tindakan bedah yang  Pasien tampak kecemasan klien dari sebelumnya
akan dilakukan rileks 3. Mendorong pasien
 Tanda-tanda untuk O:
vital dalam mengungkapkan - Pasien masih tampak
batas normal. perasaan, ketakutan, tegang
persepsi. - Pasien tampak
4. Menjelaskan semua ditemani suami
prosedur dan apa - Pasien tampak
yang dirasakan melakukan teknik
selama prosedur. napas dalam yang

28
5. Melibatkan keluarga telah diajarkan
untuk mendampingi
klien sebelum A:
operasi dimulai. Cemas belum teratasi
6. Anjurkan pasien
untuk menggunakan P:
teknik relaksasi, Intervensi lanjut
teknik nafas dalam.

C. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERASI


1. Prosedur Operasi
a. Memakai alat pelindung diri (topi, google, masker, apron, sepatu
boot).
b. Melakukan cuci tangan bedah.
c. Masuk ruang operasi, mengeringkan tangan dengan handuk atau lap
yang telah disediakan.
d. Memakai jas operasi dan sarung tangan secara tertutup.
e. Memasang linen mayo dan alas duk.
f. Menghitung kasa dan instrumrn dihadapan sirkuler
g. Menyiapkan instrument yang dibutuhkan selama operasi.
h. Melakukan time outdan Memabaca doa sesuai kepercayaa masing
masing untuk kelancaran oprasi
i. Melakukan aseptic area operasi/area operasi (kom kecil, bethadine,
sponge holding, kassa x-ray).
j. Draping area operasi (under pad, duk bawah, duk atas, duk samping,
duk klem 6 buah).
k. Pemasangan selang suction dan chouter (selang suction, chouter).
l. Cek selang suctition dan couter
m. Insisi panenstel dengan menggunakan bisturi no.20
n. Dinding perut dibuka lapis demi lapis dimulai dari kutis dan subkutis
dengan pisau, perdarahan dirawat dengan couter, dilanjutkan fascia
dengan gunting dan pinset cirugis dibantu dengan hak gigi, jepit fascia
dengan klem kocher, selanjutnya peritonium dibuka dengan pisau dan
pean ujung tumpul dilanjutkan dengan gunting lalu dipasang l-hak.

29
o. Insisi uterus (suction, hak segitiga).
p. Pengambilan bayi (vakum dan forcep bila diperlukan)
q. Pemotongan tali pusat (gunting, kocher 2, suction)
r. Pengambilan plasenta (kom besar, spong holder, suction)
s. Menghitung kembali kassa dan instrument (lengkap)dan laporkan ke
operator
t. Cek pendarahan
u. Hecting uterus (nallfudel, safil no 1, pinset sirugis)
v. Sudah hecting uterus dilakukan pencucian dengan nirbeken berisi
cairan Nacl 0,9%
w. Pemasangan mikulik di peritonium (mikulik 4, dapper, suction)
x. Hecting peritonium (nallfudel, jarum chromic no. 2/0, pean, kassa,
gunting benang).
y. Hecting fasia (nallfudel, jarum safil no. 1, pean, kassa, gunting
benang).
z. Subkutis dan kutis (nallfudel, jarum monosyn no. 3/0, pean, kassa,
gunting benang).
aa. Desinfeksi area jahitan (kassa, nacl)
bb. Penutupan area luka operasi (lomatulle, tegaderm pad).
cc. Setelah tertutup dengan rapi kemudian di periksa perdarahan
pervaginam menggunakan betadine dan kassa serta melihat kontraksi
uterus.
dd. Setelah itu bersihkan dengan t-towel, pemasangan pembalut.
ee. Operasi selesai.
ff. Drapping dibuka.
gg. Jas, sarung tangan, dan apron dilepaskan.
hh. Perawat melakukan dekontaminasi alat.
ii. Pasien di pindahkan ke ruang RR oleh perawat anastesi
jj. Perawatan selanjutnya oleh perawat anastesi.

30
2. Evaluasi
a. Operasi dimulai pukul …… WIB
b. Operasi selesai pukul ….. WIB
c. Alat dan kasa lengkap
d. Jumlah perdarahan ……cc
e. Urine …..cc
f. TTV selama berlangsung
TD : mmHg
N : x/mnt
RR : x/mnt
spO2 :%

3. Analisa Data

No Analisa Data Masalah Penyebab


1. DS : Resiko cedera Tertinggal nya benda
- asing dalam tubuh
DO :
- Pasien tampak dalam
spinal anastesi
- Pasien tampak
terpasang plate, elektroda,O2 3
1/menit
- Ekstremitas atas klien
tampak diikat
- Tampak luka sayatan
- Pasien tampak
terpasang IVFD Futrolit 20
tetes/menit
2. Ds : - Resiko infeksi Luka operasi
Do :
1. Pasien terpasang kateter
urine
2. Pasien tampak terpasang
infus pada tangan kanan
3. Terdapat luka jahitan yang
tertutup dengan tegaderm

4. Masalah Keperawatan
a. Resiko cedera

31
b. Resiko infeksi

5. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko cedera berhubungan dengan tertinggalnya benda asing dalam
tubuh .
b. Resiko infeksi berhubungan dengan dengan adanya luka operasi .

6. Rencana Keperawatan

No Tujuan dan kriteria Implementasi Evaluasi


hasil
1 Setelah dilakukan 1. Menghitung kassa, dan S: -
tindakan keperawatan instrumen sebelum dan O:
selama proses sesudah operasi - Tampak luka
pembedahan cedera disaksikan tim operasi. operasi 10 cm
pasien tidak terjadi, 2. Melaporkan - Lama operasi 1
dengan kriteria hasil : kelengkapan alat yang jam
1. Integritas kulit utuh dipakai kepada - Kassa, jarum
2. Pemakaian operator. benang, bisturi,
instrumen, jarum, 3. Membuat catatan instrumen
pisau, kassa sebelum dokumentasi lengkap
dan sesudah operasi perhitungan alat - Melaporkan
lengkap (instrumen, kassa, kepada dpjp
jarum, bisturi) dengan kelengkapan
benar (perawat kassa dan
sirkuler). mendokumentasi
kan
A:
Masalah Resiko
Cedera teratasi

P:
Intervensi lanjut
2. Setelah dilakukan 1. Melakukan S:-
tindakan keperawatan kewaspadaan standar O:
selama 1x15 menit resiko infeksi.
infeksi dapat teratasi 2. Mengecek kadaluarsa A:
dengan kriteria hasil: alat yang dipakai, Masalah teratasi
1. Tidak terjadi tanda- indikator eksternal dan P:
tanda infeksi. internal alat yang Intervensi dilanjutkan
2. TTV dalam batas disterilkan.
normal 3. Mencuci tangan bedah,
3. Luka tampak bersih memakai jas dan
sarung tangan steril.
4. Mempertahankan
steriilitas selama
porses pembedahan.
5. Mebersihkan daerah
yang akan dioperasi

32
dengan antiseptic dan
pasang drapping.
6. Melakukan pencucian
luka operasi sampai
bersih,
7. menutup luka operasi
dengan kassa steril.

D. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERASI


1. Pengkajian
a. Pasien dipindahkan ke ruang recovery room pada pukul 08.30 WIB.
b. Kesadaran pasien compos mentis dibawah pengaruh obat.
c. Kulit teraba hangat, tidak tampak sianosis, konjungtiva tidak anemis.
d. Pasien terpasang elektroda, pulse oxymetri, dan tensimeter.
Terpasang oksigen 2 L/menit. Tampak terpasang kateter lancar 300
cc berwarna kuning jernih.

e. Tanda vital pasien

Jam TD spO2 N RR Pemberian cairan obat


(mmHg) dan parenteral
08.30 110/70 100 75 22 Ring-as 500 cc
08.45 120/70 99 76 23
110/70 100 74 22
120/70 100 75 21
120/70 90 76 22
130/70 99 74 18
130/70 100 72 20
110/70 99 75 22
110/60 99 80 22
120/80 100 76 22
130/80 99 74 18
120/80 99 80 20
120.80 99 85 21 Persiapan pasien pindah
120/70 100 83 23
130/80 99 82 20
130/80 100 86 22

33
120/70 100 86 22
f. Terapi post-operasi dari dokter :
a) ...
b) ...
c) ...
d) Pemasangan oksigen 2L/m nasal kanul
e) Pantau urine
f) Pantau tanda-tanda vital setiap 15 menit selama 3 jam

2. Analisa Data

No Analisa Data Masalah Penyebab


1. DS : Nyeri kerusakan jaringan akibat
Pasien mengatakan nyeri pada pembedahan.
luka post operasi
DO :
- Terdapat luka operasi di
abdomen
- Pasien meringis kesakitan
- TTV :
TD : 120/70 mmHg
N : 80X/Menit
R : 20X/Menit
SpO2 : 100

34
3. Masalah Keperawatan
a. Nyeri
4. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan akibat
pembedahan.

5. Rencana Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan Implementasi Evaluasi


Kriteria hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Mengkaji S:
tindakan selama karakteristik
berhubungan dengan - Pasien
1x30 menit nyeri lokasi,
kerusakan jaringan diharapkan nyeri frekuensi mengatakan
berkurang dengan 2. Mengbservasi
akibat pembedahan sesekali nyeri di
kriteria hasil: tanda-tanda
1. Skala nyeri vital luka operasi
berkurang dan 3. Mengajarkan
wajah tidak managemen
tampak nyeri non P:
meringis sakit. farmakologi:
Pasien mengatakan
Teknik
Relaksasi nyeri pada area insisi
Nafas Dalam
Q:
4. Berkolaborasi
dengan Nyeri seperti di
pemberian
sayat-sayat benda
analgesic
secara periodic tajam
R:
Daerah abdomen
bawah luka operasi
S:
Skala 5
T:
Jika bergerak
O:
- Pasien tampak
meringis
kesakitan ketika
bergerak
- Pasien tampak

35
berhati-hati
- TTV:
TD: 120/70
mmHg,
N: 80 x/mnt,
P: 20 x/mnt,
SpO2: 100%

A:
Masalah nyeri belum
teratasi
P:
Intervensi lanjut.
Pemberian obat sesuai
terapi dokter

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pada bab ini penulis akan membahas adanya kesenjangan ataupun
ketertarikan antara teori dan kasus pada kasus Ny.A dengan diagnosa medis
G2P1A1 di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Jakarta. Pembahasan ini
disusun sesuai tahap-tahap perioperatif
B. Diagnosa Keperawatan
Dari beberapa diagnosa yang terdapat pada tinjauan teori, tidak
semuanya muncul pada Ny.A Hal ini disebabkan karena pada saat pengkajian

36
Ny.A tidak menunjukkan respon yang dapat memunculkan diagnosa seperti
tinjauan teori.
Berikut adalah diagnosa pada tinjauan teori yang tidak muncul pada
tinjauan kasus yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (pergerakan
bayi).Diagnosa ini tidak muncul karena selama pengkajian didapatkan
data jikaklien tidak merasa nyeri pada perutnya, pengkajian spiritual dan
psikososial semua baik.
2. Resiko cedera terhadap janin dengan faktor resiko berkurangnya cairan
amnion.Diagnosa ini tidak muncul karena selama pengkajian didapatkan
data jika tidak ada kelainan pada janin klien, terlihat dari pemeriksaan
penunjang klien.
Sedangkan beberapa diagnosa yang muncul pada Ny.M adalah sebagai
berikut:
1. Cemas berhubungan dengan kurang informasi tentang prosedur
pembedahan yang akan dilakukan.Diagnosa ini muncul karena Ny.M
terhadap proses perawatan merasa cemas. Hal ini ditunjukkan dengan
beberapa respon verbal klien yang menunjukkan bahwa klien cemas
terhadap tindakan bedah yang akan dilakukan dan takut jika terjadi
hal-hal yang membahayakan kesehatannya selama operasi dilakukan.
2. Resiko cidera berhubungan dengan efek anastesi.
Diagnosa ini muncul karena selama pembedahan di meja operasi
tubuh pasien terpapar dengan alat-alat keras yang beresiko
memberikan cidera pada tubuh pasien.
3. Nyeri berhubungan dengan kontuinitas jaringan pasca bedah.
Diagnosa ini muncul karena Ny.P setelah operasi mengungkapkan
secara verbal jika terasa nyeri pada perut yang terkena insisi, terlihat
klien tampak meringis dan menahan rasa sakit.

C. Intervensi

37
Perencanaan pada kasus nyata mengacu pada tinjauan keperawatan,
namun pada beberapa diagnosa mengalami perubahan dan pengurangan
intervensi karena disesuaikan dengan kondisi dan respon yang muncul pada
klien.

D. Implementasi
Semua tindakan yang direncanakan sudah dapat dilaksanakan, hanya
saja untuk tindakan yang masih sebagian teratasi belum dapat dilakukan
karena keterbatasan waktu. Implementasi pre operatif dengan nyeri dilakukan
dengan menggunakan terapi analgesik. Implementasi pada saat intra operatif
dengan resiko cedera dilakukan dengan memasang plate dengan benar dan
menggunakan teknik yang benar dalam menggunakan instrument.
Implementasi pada saat post operatif adalah mengkolaborasikan dengan
dokter pemberian obat analgesic.

E. Evaluasi
Evaluasi dari setiap tahap operasi untuk diagnosa keperawatan saat pre
operasi dengan kecemasan teratasi. Saat intra operatif diagnosa resiko cedera
teratasi. Saat post operasi dengan diagnosa nyeri belum teratasi.

38
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tali pusat atau Umbilical cord  adalah  saluran kehidupan bagi
janin selama  dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena
saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat – zat gizi dan
oksigen janin.
Tali   pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Lilitan tali
pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan.
Pada Ny.A semua tindakan yang direncanakan sudah dilakukan.
Hanya saja untuk diagnosa nyeri masalah belum teratasi karena
keterbatasan waktu. Klien bisa meneruskan terapi obat anelgesik dan
terapi obat lain di ruang rawatan ataupun dirumah, serta mengikuti saran
dokter untuk kontrol ulang jika klien sudah berangsur pulih.

B. Saran
1. Diharapkan perawat selalu berkolaborasi dengan keluarga dalam
melakukan asuhan keperawatan.
2. Pendidikan kesehatan sangat dianjurkan pada keluarga pasien untuk
menambah pengetahuan dan wawasan keluarga.

39
DAFTAR PUSTAKA

Marmi, dkk. (2014). Asuhan Kebidanan Pada Masa Antenatal. Yogjakarta:


Pustaka.

Nugroho, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:Salemba


Medika.

Rukiyah, A., Yulianti, L. (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan).


Jakarta: Trans Info Media.

Wiknjosastro, H. (2010). Penyakit serta kelainan plasenta dan selaput janin;


dalam buku: Ilmu Kebid

40

Anda mungkin juga menyukai